BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ARUS BOLAK-BALIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ARUS BOLAK-BALIK"

Transkripsi

1 BAB II SISTEM SALUAN TANSMISI AUS BOLAK-BALIK II.1 Umum Tenaga lisrtik sangat berguna karena tenaga listrik itu dapat mudah ditransportasikan/disalurkan dan juga mudah diatur. Tenaga listrik dibangkitkan dipusatpusat tenaga (PLT), seperti : tenaga air (PLTA), tenaga uap (PLTU), tenaga panas bumi (PLTP), tenaga gas (PLTG), tenaga diesel (PLTD), tenaga nuklir (PLTN) atau lain sebagainya. Pusat-pusat tenaga itu, terutama yang menggunakan tenaga air (PLTA) umumnya terletak jauh dari tempat-tempat di mana tenaga listrik itu digunakan atau pusat-pusat beban ( load contres). Karena itu tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui kawat-kawat atau saluran transmisi. Karena tegangan generator pada umumnya rendah, antara 6 KV sampai 4 KV, maka tegangan ini biasanya dinaikkan dengan pertolongan transformator daya ke tingkat tegangan yang lebih tinggi antara 30 KV sampai 500 KV (di beberapa negara maju bahkan sudah sampai 1000 KV). Tingkat tegangan yang lebih tinggi ini,selain untuk memperbesar daya hantar dari saluran yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan,juga untuk memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran. Sudah jelas, dengan mempertinggi tegangan tingkat isolasi-pun harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan juga tinggi.

2 Penurunan tegangan dari tingkat tegangan transmisi pertama-tama dilakukan pada gardu induk ( GI ), di mana tegangan diturunkan ke tegangan yang lebih rendah misalnya : dari 500 KV ke 150 KV atau dari 150 KV ke 70 KV. Kemudian penurunan kedua dilakukan pada gardu induk distribusi dari 150 KV ke 0 KV atau dari 70 KV ke 0 KV. Tegangan ini disebut tegangan distribusi primer. Pada umumnya saluran transmisi dalam penggunaannya dapat dibagi dua ; 1. Saluran udara (overhead lines) : saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara adalah lebih murah, mudah dalam perawatan, mudah dalam mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan, dan lainnya. Namun juga memiliki kerugian, antara lain: karena berada di ruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap keandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan, seperti gangguan hubung singkat, gangguan tegangan lebih karena tersambar petir, dan gangguan-gangguan lainnya. Dari segi estetika/keindahan juga kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal untuk suatu saluran transmisi didalam kota.. Saluran kabel tanah (underground cable) : saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran transmisi seperti ini adalah yang favorite untuk pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah, maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun juga memilik kekurangan. Seperti : mahalnya biaya investasi dan sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikannya. II. Saluran Transmisi AC atau DC

3 Menurut jenis arusnya dikenal sisitem arus bolak-balik yaitu arus bolak-balik (Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Oleh karena itu. Di dalam system AC, penaikan dan penurunan tegangannya sangat mudah dilakukan dengan bantuan transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini saluran transmisi di dunia sebahagian besar adalah saluran AC. Di dalam system AC ada sistem fasa tunggal dan sistem fasa tiga. Sistem tiga phasa memiliki keuntungan lainnya, antara lain: a. Daya yang disalurkan lebih besar, b. Nilai sesaat (instantaneous value) konstan, c. Mempunyai medan magnet putar. Berhubungan dengan keuntungan dan kerugiannya, dewasa ini saluran transmisi di dunia sebagian besar menggunakan saluran transmisi AC. Saluran transmisi DC baru dapat dianggap ekonomis jika jarak saluran udaranya antara 400 km sampai 600 km, atau untuk saluran bawah tanah dengan panjang 50 km. Hal itu disebabkan karena biaya peralatan pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter & inverter) masih sangat mahal, sehingga dari segi ekonomisnya saluran AC akan tetap menjadi primadona dari saluran transmisi. II.3 Tegangan Transmisi Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan naik oleh karena rugi-rugi transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun, penaikan tegan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan juga biaya gardu induk.

4 Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan yang sekarang ada dan yang akan di rencanakan. Penentuan tegangan juga harus dilihat dari segi standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan transmisi merupakan bagian dari perancangan system tenaga listrik secara keseluruhan. Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar dari saluran transmisi yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi. Jelas sudah, dengan mempertinggi tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan juga akan tinggi. Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi, di Indonesia, pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut: a. Tegangan Nominal (kv): (30) , b. Tegangan tertinggi untuk perlengkapan (kv): (36) 7, Tegangan nominal 30 kv hanya diperkenankan untuk daerah yang tegangan distribusi primer 0 kv tidak dipergunakan. Penentuan deret tegangan diatas, disesuaikan dengan rekomendasi dari International Electrotechnical Commission (IEC). II.4 Komponen Komponen Utama Dari Saluran Udara Komponen komponen utama dari saluran transmisi terdiri dari : a. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta fondasinya, b. Isoalator-isolator,

5 c. Kawat penghantar (conductor), d. Kawat tanah. (ground wires). II.4.1 Menara atau tiang transmisi Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan yang menopang saluran transmisi, yang dapat berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang, dan tiang kayu. Tiang-tiang baja, beton, dan kayu biasanya digunakan pada saluran-saluran tegangan kerja yang relative rendah (dibawah 70 KV) sedangkan untuk saluran dengan tegangan tinggi biasanya menggunakan menara baja. Lihat Gambar.1.a dan.1.b. Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu : menara dukung, menara sudut, menara ujung, menara percabangan, dan menara transportasi. Gambar.1.a. Saluran transmisi tunggal

6 Gambar.1.b. Saluran transmisi ganda II.4. Isoalator-isolator Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya dikenal tiga jenis isolator, yaitu : isolator jenis pasak, isolator jenis pos saluran, dan isolator gantung. Lihat Gambar., Gambar.3, dan Gambar.4. Isolator jenis pasak dan pos saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tegangan kerja relatip rendah ( kurang dari 33 KV), sedang isolator gantung dapat digandeng menjadi rentengan isolator yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

7 Kunci Pembuka Kepala Insulator Lapisan Ekspansi Berisi Pasir Skrit Petticoat Korosi Lengan Pada Insulator DC Cangkir Besi Bola Soket Kompressi Bola Semen Gelas Insulating Atau Porselin Pin Baja Gambar.4. Isolator Gantung II.4.3 Kawat penghantar adalah : Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa yang digunakan pada saluran transmisi Tembaga dengan konduktivitas 100 % (Cu 100 %). Tembaga dengan koduktivitas 97,5 % (Cu 97,5 %). Almunium dengan konduktivitas 61 % (Al 61 %). Kawat penghantar Almunium terdiri dari beberapa jenis dan lambing sebagai berikut :

8 AAC : All Aluminium Conductor yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari almunium. AAAC : All-Aluminium Alloy Conductor yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran almunium. ACS : Aluminium Conductor Steel einforced yaitu kawat penghantar almunium dengan inti kawat baja. ACA : Aluminium Conductor Alloy einforced yaitu kawat penghantar almunium yang diperkuat dengan logam campuran. Pada umumnya saluran transmisi yang ada di Indonesia menggunakan jenis kawat penghantar jenis ACS. Karena kawat tembaga mempunyai tahanan yang sama besar, berat, dan harga yang lebih mahal dari almunium. Untuk memperbesar kuat tarik dari almunium maka digunakan campuran almunium (almunium alloy). II.4.4 Kawat tanah Kawat tanah atau ground wires juga disebut dengan kawat pelindung (shield wires) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah ini dipasang diatas kawat fasa. Sebahagian kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih murah tetapi tidaklah jarang digunakan ACS. II.5 Konstanta - Konstanta Saluran Tranmisi Konstanta konstanta utama dari saluran transmisi terdiri dari : a. esistansi.

9 b. Induktansi. c. Kapasitansi. [7] II.5.1 esistansi esistansi penghantar saluran transmisi adalah penyebab terpenting dari rugi daya (power loss) pada saluran transmisi. Jika tidak ada keterangan lain maka resistansi yang dimaksud adalah resisitansi efektif. esistansi efektif dari suatu penghantar adalah : =... (.1) di mana : Daya = Watt (W). Arus rms = Amper (A). Sedangkan resistansi dc diberikan oleh rumus : o = ρ Ω..... (.) di mana : ρ = resistivitas penghantar, l = panjang, A= luas penampang. Dalam sistem MKS satuan unuk resitivitas ρ diberikan dalam ohm-meter, panjang dalam meter dan luas dalam meter kuadrat. sistem yang lain ( CGS ), ρ diberikan dalam mikro-centimeter, panjang dalam centimeter, dan luas dalam centimeter kuadrat.

10 Karena pada umumnya kawat-kawat penghantar terdiri dari kawat-pilin (stranded conductors) maka sebagai factor koreksi untuk memperhitungkan pengaruh dari pilin itu, panjang kawat dikalikan dengan 1,0 (% factor koreksi) lihat Tabel.1. Tahanan kawat berubah oleh temperature. Dalam batas temperature 10ºC smapai 100 ºC, maka untuk kawat tembaga dan aluminium berlaku rumus : = [ ) ] (.3) di mana : = tahanan pada temparatur, = tahanan pada temperature, α = koefisien temperature dari tahanan pada temperature Cº. Jadi, = (.4) reisistansi. Di bawah ini adalah tabel yang menunujukkan resistivitas dan temperature dari Tabel.1. Koefisien esistivitas dan Temperatur dari eisistansi Sumber : Theory and Problem Of Electrical Power System [1]

11 II.5. Induktansi dan eaktansi Induktif Dalam penurunan rumus-rumus untuk induktansi dan reaktansi induktif dari suatu konduktor biasanya diabaikan dua faktor, yaitu : a) Efek kulit (skin effect). b) Efek sekitar (proximity effect). Efek kulit adalah gejala pada arus bolak-balik, bahwa kerapatan arus dalam penampang konduktor tersebut makin besar ke arah permukaan kawat. Tetapi bila kita hanya meninjau frekuensi kerja (50 Hertz atau 60 Hertz) maka pengaruh efek kulit itu sangat kecil dan dapat diabaikan. Efek sekitar ialah pengaruh dari kawat lain yang berada di samping kawat yang pertama (yang ditinjau) sehigga distribusi fluks tidak simetris lagi. Tetapi bila radius konduktor kecil terhadap jarak antara kedua kawat maka efek sekitar ini sangat kecil dan dapat diabaikan. II.5..1 Satu Phasa Gambar.5 menunjukkan medan magnet dari fasa tunggal. Assumsikan aliran arus konduktor a keluar dan konduktor b masuk kembali. Perubahan arus karena perubahan flux, disebabkan tegangan induksi di dalam rangkaian. Didalam rangkaian ac, tegangan induksi disebut drop IX. Sekitar loop, jika adalah resitansi dari masingmasing konduktor, rugi-rugi total di dalam tegangan karena resistansi adalah I. Oleh karena itu, jatuh tegangan didalam fasa tunggal adalah VD = l ( + j ) l... (.4)

12 di mana : VD = jatuh tegangan, l = panjang garis (mile), = resistansi pada masing-masing konduktor (ohm/mile), = ekivalen atau geometric mean distance (GMD) antara konduktor (inci), = geometric mean radius (GM) atau pada konduktor (inci), r = radius, I = arus phasa (ampere). Garis Ekuipotensial Garis Medan Flux Gambar.5. Medan magnet dari fasa tunggal Induktansi yang disebabkan oleh fluks L = x 10 ˉ⁷ ln (.5) atau L = (.6)

13 Maka reaktansi perkonduktor adalah = Π f L =.0 x 10 ˉ ³ f ln..... (.7) atau = x 10 ˉ ³ f ln (.8) atau pada 60 HZ = Ω / mi (.9) = ln Ω / mi (.10) Dengan menggunakan geometric mean radius (GMD) pada konduktor, Ds, perhitungan dari induktif dan reaktansi induktif dan dialakukan dengan mudah. Persamaan (.10 ) diatas dapat pisah menjadi ; = ln ln. (.10.a) Dimana ; Ds = GM, dapat ditemukan pada tabel Dm = GMD Persamaan (.10.a ) menjadi ; = (.10.b) di mana ; Xa = eaktansi Induktif pada 1 feet = ln 1/ Ds Ω / mi. Xd = eaktansi Induktif pada jarak faktor = Dm Ω / mi. [4] II.5.. Tiga Phasa

14 Saluran transmisi tiga phasa rangkaian tunggal dapat dibedakan menurut susunan konduktornya yaitu saluran transmisi tiga phasa dengan jarak konduktor sama besar transmisi tiga phasa dengan jarak yang tidak sama besar. II Saluran Transmisi Tiga Phasa Dengan Jarak Konduktor Sama Besar Saluran konduktornya ditujunkkan dalam Gambar.6, di mana masing-masing konduktor mempunyai jarak yang sama yaitu D. Gambar.6. Saluran transmisi tiga phasa dengan jarak konduktor sama Dalam hal ini terlebih dahulu fluksi lingkup pada konduktor a : Ψ a =.10ˉ ⁷ ( ln + ln + ln ) =.10ˉ ⁷ ( ln + ln + ln ) =.10ˉ ⁷ (.11) Dalam keadaan seimbang, perjumlahan arus pada tiap-tiap phasa adalah sama dengan nol, maka :.. (.1)

15 atau :....(.13) Kemudian substitusi persamaan ini kepersamaan (.11), di peroleh : Ψ a =.10ˉ ⁷ Ψ a =.10ˉ ⁷.... (.14) Induktansi konduktor a adalah : =.10ˉ ⁷....(.15) atau : log....(.16) Dengan cara yang sama dapat juga dihitung induktansi konduktor b dan c, hasilnya akan sama dengan induktansi konduktor-a. Jadi pada saluran transmisi 3 phasa dengan jarak konduktor sama, akan diperoleh induktansi perphasanya atau perkonduktornya akan sama besar. II Saluran Transmisi Tiga Phasa Dengan Jarak Konduktor Tidak Sama Bila jarak-jarak antara ketiga kawat-kawat itu tidak sama ( tidak simetris ). Maka fluks-lingkup pada kawat 1 tergantung dari arus-arus dan, demikian juga halnya untuk kawat dan 3. Jadi induktansi,, dan, demikian juga reaktansi,, dan tidak sama. Untuk mengatasi kesulitan ini, kawat-kawat dari rangkaian tiga fasa sering ditransposisi pada jarak-jarak tertentu, sehingga tiap-tiap fasa menduduki tiap kedudukan

16 kawat untuk 1/3 dari panjang kawat. Keadaan ini membutuhkan paling sedikit dua titik transposisi, sehingga membagi jarak itu dalam tiga daerah.... (.17) Transposisi ini gunanya untuk mengatasi ketidak-simetrian yang disebabkan oleh kedudukan kawat yang tidak simetris. Dengan kata lain impedansi per fasa dari rangkaian tiga fasa yang tidak simetris menjadi simetris oleh karena transposisi tersebut. Dalam Gambar.7, angka 1,, dan 3 menyatakan posisi kawat dan huruf a, b, dan c menyatakan fasa. Juga kelihatan bahwa tiap fasa menduduki ketiga posisi 1/3 panjang kawat. Misalkan ketiga kawat itu terdiri dari bahan yang sama dan mempunyai radius sama pula. Jadi, dan untuk tiap kawat sama. Maka induktansi per fasa..... (.18).... (.19)

17 Gambar.7. Transposisi saluran transmisi tiga fasa yang tidak simetris reaktansi induktif eaktansi Induktansi atau (.0)... (.1) Tabel Konstanta.. (.1.a) II.5.3 Kapasitansi dan eaktansi Kapasitif Kapasitansi saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar (konduktor), kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi pada plat kapaistor bila terjadi beda potensial diantaranya. Kapasitansi antara penghantar adalah muatan per unit beda potensial. Kapasitansi antara penghantar sejajar adalah suatu konstanta yang tergantung pada ukuran dan jarak pemisah dan penghantar.

18 Untuk saluran daya yang panjangnya kurang dari 80 km (50 mil), pengaruh kapasitansinya kecil dan biasanya dapat diabaikan. Untuk saluran-saluran yang lebih panjang dengan tegangan yang lebih tinggi, kapasistansinya menjadi bertambah kering. Suatu tegangan bolak-balik yang terpasang pada saluran transmisi akan menyebabkan muatan pada penghantar-penghantarnya disetiap titik bertambah atau berkurang sesuai dengan kenaikan dan penurunan nilai sesaat tegangan antara penghantar pada titik tersebut. Aliran muatan listrik dan arus yang disebabkan oleh pengisian dan pengosongan bolak-balik (alternate charging and discharging) saluran karena tegangan bolak-balik disebut arus pengisian saluran. Arus pengisian mengalir dalam saluran transmisi meskipun saluran itu dalam keadaan terbuka. Hal ini mempengaruhi jatuh tegangan sepanjang saluran, efeisensi, dan faktor daya saluran serta kestabilan sistem dimana saluran tersebut merupakan salah satu bagiannya. II Satu Phasa Untuk mempelajari kapasitansi yang penting adalah medan listrik, garis fluks listrik berasal dari muatan positif pada saluran satu penghantar dan berakhir pada muatan pengahantar lain. Kerapatan flusk listrik adalah fluk listrik per meter per segi dan diukur dalam kolom per meter persegi (m²). Kerapatan fluks listrik pada jarak x meter dapat dihitung dengan membayangkan suatu permukaan silinder yang konsentris dengan penghantar dengan berjari-jari x meter. Karena semua bagian permukaan itu sama jauhnya dari penghantar yang mempunyai muatan yang terbagi rata, permukaan silinder merupakan yang ekipotensial dan kerapatan fluks dari permukaan itu sama dengan banyaknya fluks yang meninggalkan penghantar per meter panjang dibagi luas

19 permukaan sepanjang sumbu 1m. Lihat pada Gambar.8. Kerapatan fluks listrik adalah : c / m ². (.) di mana : q = muatan pada penghantar dalam colomb per meter panjang, x = jarak dalam meter dari penghantar dimana kerapatan fluks listrik dihitung. Kuat medan listrik sama dengan kerapatan fluks listrik dibagi dengan permitivitas medium. Karena itu medan listrik adalah : v / m ².. (.3) Gambar.8. Garis-garis fluks listrik berasal dari muatan-muatan positif tersebar merata pada permukaan penghantar silinder yang isolasi Beda potensial antara dua titik dalam volt menurut angkanya sama dengan kerja dalam joule per coulomb yang diperlukan dalam memindahkan satu colomb muatan antara kedua titik tersebut. Kuat medan listrik adalah suatu ukuran gaya pada suatu muatan yang berada dalam medan. Kuat medan listrik dalam volt per meter sama dengan

20 gaya dalam newton per colomb pada satu colomb muatan dititik yang sedang ditinjau. Bila ditinjau sebuah kawat lurus diperlihatkan pada Gambar.9. Titik P1 dan P terletak pada jarak D1 dan D dari pusat kawat. Muatan positif pada kawat menggunakan suatu gaya tolak pada muatan positif yang diletakkan dalam medan. Untuk alasan ini dan karena dalam hal ini D lebih besar dari D1 harus ada kerja yang dilakukan pada suatu muatan positif untuk memindahkannya dari P ke P1 dan P1 berada dalam potensial yang lebih tinggi dari P. Beda potensial adalah banyaknya kerja yang dilakukan per colomb muatan yang dipindahkan, sebaiknya jika colomb itu bergerak dari P1 ke P muatan itu melepaskan tenaga dan banyaknya kerja atau tenaga dalam Newton meter adalah jatuh tegangan (Voltage drop) dari P1 ke P. Beda potensial ini tergantung pada jalur yang dilalui. Gambar.9. Jalur integrasi dua titik diluar suatu penghantar silinder yangmempunyai muatan positif yang terbagi secara merata Cara yang paling sederhana untuk menghitung jatuh tegangan antara dua titik adalah dengan menghitung tegangan antara permukaan ekipotensial yang melewati P1 dan P dengan mengintegrasikan kuat medannya sepanjang jalur radial antara kedua permukaan ekipotensial itu. Jadi jatuh tegangan sesaat antara P1 dan P adalah :

21 volt (.4) di mana : q = muatan sesaat pada kawat dalam colom per meter panjang. II Kapasitansi dari Dua Penghantar Kapasitansi antara dua penghantar suatu saluran adalah muatan pada penghantar dibagi dengan selisih potensial antara kedua penghantar, dituliskan dengan rumus: (.5) Gambar.10. Penampang Saluran kawat Sejajar Tegangan Vab antar kedua penghantar pada saluran dua kawat yang diperhatikan pada Gambar.10. Dapat diperoleh dengan menentukan beda potensial antar kedua penghantar itu. Maka beda potensial antara konduktor a dan b adalah :. (.6) Kapasitas per satuan panjang diantara konduktor tersebut adalah Cab yang merupakan perbandingan muatan dengan beda potensial persatuan panjang :... (.7) (.8)

22 ..... (.9) Jika ra = n1 = r, maka ;..... (.30) Kadangkala perlu memperoleh kapasitansi diantara salah satu konduktor dengan titik netral. Kapasitansi saluran dapat disusun dari dua kapasitansi yang terangkai seri. Dapat di lihat pada Gambar.11 dan.1. Gambar.11. Kapasitansi fasa ke tanah Gambar.1. Kapasitansi fasa ke netral Kapasitansi dari masing-masing saluran ke netral adalah dua kali saluran ke kapasitansi saluran (line to line capacitance)..... (.31)

23 II.5.3. Tiga Phasa II Kapasistansi Saluran Tiga Phasa Dengan Jarak Pemisah yang Sama Gambar.13. Saluran tiga fasa dengan jarak pemisah yang sama Pada Gambar.13, saluran tiga phasa dengan jarak pemisah yang sama menyatakan tegangan antara dua penghantar yang disebabkan oleh muatan pada masingmasing penghantar. Jadi beda potensial untuk Vab dan Vac dapat ditulis :. (.3)... (.33) Penjumlahan dari persamaan.3 dan.33 menghasilkan :.. (.34) Jika qb + qc = - qa maka :... (.35).... (.36) Dengan mensubsitusikan 3 Van untuk (Vab + Vac) dari persamaan.36 diperoleh

24 ..... (.37) Kapasitansi line ke netral adalah : (.38) II Kapasitansi Saluran Tiga Phasa Dengan Jarak Pemisah Yang Tidak Simetris Kapasitansi dari saluran tiga phasa dengan jarak pemisah yang tidak simetris diperoleh dengan menganggap bahwa saluran ditransportasikan. Gambar.14. Saluran tiga fasa dengan jarak pemisah yang tidak seimbang Untuk saluran yang diperlihatkan pada Gambar.14, diperoleh tiga persamaan untuk Vab untuk tiga bagian yang berbeda pada periode transposisi. Untuk phasa a pada posisi 1, b pada posisi, dan c pada posisi 3, maka :. (.39) Untuk phasa a pada posisi, b pada posisi 3, dan c pada posisi 1, maka :. (.40)

25 Untuk phasa a pada posisi 3, b pada posisi 1 dan c pada posisi, maka :. (.41) Maka nilai rata-rata tegangan antara penghantar dapat dicari dan kapasitansi dihitung berdasarkan tegangan rata-rata. Tegangan rata-rata tersebut didapat dengan menjumlahkan persamaan dan membagi hasilnya dengan 3. Tegangan rata-rata antara a dan b berdasarkan pengandaian muatan yang sama pada penghantar tanpa memperhitungkan posisinya pada periode transportasi adalah :... (.4) Sehingga ; volt... (.43)..... (.44) Dengan : (.45) Dengan cara yang sama diperoleh : volt... (.46) Dengan menjumlahkan persamaan (.45) dan (.46) sehingga diperoleh : volt..... (.47) Karena qa + qb + qc = 0 pada rangkaian tiga phasa yang seimbang, sehingga :

26 volt.... (.48) Dan..... (.49) Sehingga ; f /m ke netral. (.50) Tabel Konstanta ;..... (.50.a) [13] II.6 Hubungan Arus dan Tegangan pada Saluran Transmisi II.6.1 Saluran Transmisi Pendek Saluran transmisi pendek didefinisikan sebagai saluran transmisi yang panjangnya kurang dari 80 km. Pada saluran model ini besar kapasitansi ke tanah sangat kecil, dengan demikian besar arus bocor ke tanah kecil terhadap arus beban, maka dalam hal ini kapasitansi ke tanah dapat diabaikan. angkaian ekivalen saluran transmisi pendek ditunjukkan pada Gambar.15 dengan kapasitansi saluran diabaikan. Z Is L Ir Vs Vr Beban Gambar.15. angkaian ekivalen saluran transmisi pendek Hubungan tegangan dengan arus pada saluran transmisi pendek adalah sebagai berikut:

27 V = V + ZI..... (.51) S I S = I... (.5) di mana : V S = tegangan saluran terhadap netral pada ujung pengirim, V = tegangan saluran terhadap netral pada ujung penerima, I S = arus pada ujung pengirim, I = arus pada ujung penerima. Dalam matriks : = = Sehingga A = 1 C = 0 B = Z D = 1 Pengaturan tegangan atau voltage regulation (V) didefinisikan sebagai: V( NL) V( FL) V(%) = x100%.... (.53) V ( FL) di mana, V (NL) = tegangan skalar ujung beban pada beban nol (No Load). V (FL) = tegangan skalar ujung beban pada beban penuh (Full Load). Untuk saluran transmisi pendek V (NL) = V S, dan V (FL) = V, maka: VS V V(%) = x100%..... (.54) V )

28 Diagram vektor untuk transmisi pendek ditunjukkan pada Gambar.16. Diperlukan tegangan ujung pengirim V S yang lebih besar untuk mempertahankan suatu tegangan ujung penerima V tertentu, jika arus ujung penerima I tertinggal dari tegangannya, daripada jika arus dan tegangan tersebut sefasa. Gambar.16. Diagram phasor tegangan dan arus untuk cos φ lagging II.6. Saluran Tranmisi Menengah Saluran transmisi menengah didefinisikan sebagai saluran transmisi yang mempunyai panjang dari 80 km sampai 50 km. Pada saluran model ini besar kapasitansi ke tanah cukup besar sehingga tidak dapat diabaikan. Sehingga seluruh admitansi shunt saluran terpusat pada cabang shunt, di mana pada saluran transmisi menengah dibedakan menjadi dua model, yaitu: 1. Saluran transmisi menengah nominal T yaitu saluran transmisi dengan kapasitansi dipusatkan pada satu titik dan impedansi serinya terbagi dua pada kedua cabang serinya.. Saluran transmisi menengah nominal PI yaitu saluran transmisi dengan kapasitansi dipusatkan pada dua titik dan impedansi serinya dipusatkan satu titik pada cabang serinya.

29 II.6..1 Nominal Phi Pada transmisi saluran ini akan diperhitungkan pengaruh pemasangan kapasitor pada saluran transmisi. Admintansi shunt yang biasanya merupakan kapasitansi murni dimasukkan dalam diperhitungkan untuk saluran jarak menengah. Jika keseluruhan administrasi shunt saluran dibagi dua sama besar dan ditempatkan masing-masing pada ujung penerima, dinamakan rangkaian berbentuk nominal PI. Untuk mendapatkan suatu rumus untuk V kita akan berpedoman pada Gambar.17 di bawah ini. Z Is IL L Ir Ic1 Ic Vs Vr Beban C/ = Y/ C/ = Y/ Gambar.17. angkaian nominal PI pada saluran transmisi jarak menengah Hubungan tegangan dan arus pada saluran transmisi menengah nominal PI adalah: V 1 ZY = + V + ZI. S ZY ZY S = I Y V I 4 di mana : Z = impedansi seri total per fasa.... (.55)... (.56) Dalam matriks : Y = admitansi shunt total per fasa ke netral. =

30 Sehingga, A = B = C = D= Pengaturan tegangan untuk nominal PI adalah sebagai berikut, maka, V ( ) NL VS = ZY 1+ ( FL) ; V ( ) = V FL V ( ) V NL ( FL) V(%) = x100% V.. (.57) VS V ZY 1+ V(%) = x100% V.... (.58) Diagram vektor untuk rangkaian nominal PI ditunjukkan pada Gambar.18. Tegangan ujung penerima V ditunjukkan oleh vektor OA dan vektor OD adalah arus ujung penerima. Vektor OH menunjukkan arus dan leading terhadap V sebesar 90. Jumlah vektor OD dan OH menghasilkan OE yang menunjukkan arus ujung pengirim. Gambar.18. Diagram vektor rangkaian nominal pi untuk saluran transmisi jarak menengah II.6.. Nominal T Dengan metode nominal T harga impedensi dibagi dua menjadi seri yang sama besarnya dan ditempatkan pada ujung pengirim dan ujung penerima dimana kapasitansi membatasi antara kedua impedansi seri tersebut. Dapat dilihat pada Gambar.19. Z/ Z/ Is / L/ / L/ Ir Ic Vs C=Y Vc Vr Beban

31 Gambar.19. angkaian nominal T pada saluran transmisi jarak menengah Hubungan tegangan dan arus pada saluran transmisi menengah nominal T adalah ZY Z Y VS = 1+ V + Z + I 4... (.59) ZY I YV = + 1+ I S... (.60) di mana : Z = impedansi seri total per fasa. Dalam matriks : Y = admitansi shunt total per fasa ke netral. = Sehingga, A =D= B = C = Pengaturan tegangan untuk nominal T adalah sebagai berikut, maka, V ( NL) VS = ZY 1+ ; V ( ) V FL =... (.61) V V V(%) 100% V ( NL) ( FL) = x... (.6) ( FL)

32 VS V ZY 1+ V(%) x100% V =... (.63) [13] Diagram vektor untuk rangkaian nominal T ditunjukkan pada Gambar.0. Dimana BC menunjukkan tegangan jatuh I Z/ yang bila dijumlahkan dengan V akan menghasilkan VI. Vektor OD menunjukkan I C leading terhadap VI sebesar 90º. Jumlah vektor OE dan OD menunjukkan I S yang ditunjukkan oleh vektor OF vektor AB menunjukkan I S Z/ yang bila dijumlahkan dengan V1 menghasilkan tegangan dengan V1 menghasilkan tegangan ujung pengirim VS. Gambar.0. Diagram vektor rangkaian nominal T untuk saluran transmisi jarak Menengah [14] II.6.3 Saluran Tranmisi Panjang II Saluran Tranmisi Panjang: Penyelesaian Persamaan Differensial

33 Saluran transmisi yang panjangnya lebih besar dari 150 mile digolong pada transmisi panjang, besarnya reaktansi kapasitif paralalel dan konduktansi semakin kecil sehingga arus bocor semakin besar. Jadi pada saluran panjang ini semua parameter, L, C, dan G diperhitungkan secara terdistribusi sepanjang saluran. Saluran transmisi panjang ditunjukkan seperti Gambar.0, dalam hal ini ditinjau bahagian yang terpendek dari saluran yaitu elemen dx yang berjarak x dari sisi beban. Elemen saluran yang panjangnya dx terdiri dari impedansi seri z dan admittansi y dalam persatuan panjang. Tegangan V dan Arus I besar tegangan dan arus pada sembarang titik yang berjarak x dari beban. Gambar.1. Saluran Transmisi Panjang Elemen yang dx terdiri dari impedansi seri z dan admittansi parallel y dalam persatuan panjang yang ditunjukkan seperti Gambar. dibawah ini

34 Gambar.. Elemen saluran sepanjang dx Misalkan ; Z = + j ω L = impedansi seri persatuan panjang (ohm / mile), Y = G + j ω C = admintansi parallel persatuan panjang (mho / mile), Z = z L = impedansi seri total (ohm), Y = y L = admintansi parallel total (mho). Tegangan drop pada elemen dx adalah : dv = I z dx... (.64) Dan arus bocor pada elemen dx adalah : di = V y dx... (.65) Persamaan (5.16) dan (5.17) didiferensial terhadap x, maka diperoleh : (.66)

35 dan (.67) Kemudian substitusi persamaan (.64) dan (.65) ke persamaan (.66) dan (.67), diperoleh :.... (.68) dan (.69) Persamaan (.68) dan (.69) merupakan persamaan differensial orde-, penyelesaiannya dalam bentuk exponensial yaitu :.... (.70) Substitusi persamaan (.70) ke persamaan (.64), diperoleh besar arus pada jarak x sebagai berikut. maka diperoleh : I = I = I =.. (.71) Konstanta dan ditentukan dengan memperhatikan kondisi saluran pada ujung penerima, dimana untuk jarak x = 0 harga tegangan dan harga arus I =,

36 dengan mensubtitusi harga-harga ini kepersamaan (.70) dan persamaan (.71) diperoleh konstanta : (.7) dan.... (.73) Dengan mengganti dan pada persamaan (.7) dan (.73) akan diperoleh tegangan dan arus saluran transmisi pada sembarang titik yang berjarak x dari ujung penerima seperti yang ditunjukkan persamaan (.74) dan persamaan (.75)..... (.74) dan, I... (.75) Persamaan (.74) dan (.75) merupakan gelombang tegangan dan arus, bahagian pertama gelombang arah maju (incident) dan bahagian kedua gelombang arah mundur (reflected) dapat juga ditulis dengan rumus sebagai berikut,.... (.76) (.77) di mana : = tegangan arah maju pada jarak x, = tegangan yang dipantulkan pada jarak x, = arus arah maju pada jarak x, = arus yang dipantulkan pada jarak x.

37 Dari persamaan (.74) dan (.75) bila x = 1, besar tegangan V dan arus I akan sama dengan tegangan arus pada ujung pengirim yang diberikan oleh persamaan berikut,.... (.78)..... (.79).. (.80)..... (.81) di mana : = impedansi karakteristik [Ω], = konstanta rambat gelombang, = konstanta redaman [ neper/mile ], = konstanta sudut phasa [ radian/mile ]. Panjang gelombang adalah : [ mile ]..... (.8) Kecepatan rambant gelombang adalah : di mana : f = frekwensi [ Hz ] [ mile/det]..... (.83) II.6.3. Saluran Tranmisi Panjang: Penyelesaian Persamaan Hiperbolis Tegangan dan arus ujung pengirim pada persamaan (.74) dan (.75) dapat dibuat dalam bentuk fungsi hiperbolis.

38 .. (.84) dan I.. (.85) Untuk x = 1, diperoleh tegangan dan arus pada ujung pengirim sebagai berikut,.... (.86)... (.87) Dalam bentuk matriks adalah :... (.88) II Pengaturan Tegangan Saluran Transmisi Panjang Pengaturan Tegangan =... (.89)

39 Dari persamaan (.8) tegangan tanpa beban : dan tegangan beban penuh : [13] II.7 Diagram Lingkaran dan Aliran Daya Pada Saluran Transmisi II.7.1 Umum Dalam sistem tenaga listrik, khususnya dalam saluran transmisi, tegangan, arus, dan daya selalu berubah-ubah dari saat ke saat. Seperti telah kita lihat dalam perhitungan-perhitungan yang menyangkut tegangan, arus, dan daya sangat panjang dan memakan waktu. Oleh karena itu untuk menghemat waktu sangat menolong bila pemecahan dilakukan secara grafik dengan pertolongan diagram lingkaran. Diagram lingkaran juga sangat menolong dalam perencanaan dan dalam bidang operasi. Di samping itu dengan pertolongan diagram lingkaran dapat diterangkan hasil-hasil yang diperoleh. Dalam teknik transmisi tenaga listrik dikenal berbagai diagram lingkaran, dan di sini akan diberikan diagram lingkaran daya, diagram rugi-rugi konstan, diagram efisiensi konstan, aliran daya, dan koreksi faktor daya yang mana menganalisisnya dapat menggunakan nominal Pi. II.7. Persamaan Vektor dari Lingkaran Karena besaran-besaran listrik adalah vektor maka lebih baik bila persamaan lingkaran itu diberikan dalam bentuk vektor. Ada dua bentuk persamaan vektor dari lingkaran, yaitu bentuk linier dan bentuk kuadrat.

40 II.7..1 Persamaan Vektor Lingkaran Bentuk Linier Persamaan vektor lingkaran dapat ditulis dengan mengacu pada Gambar.3. Gambar.3. Diagram lingkaran jδ H X + = (.90) vektor H X =,, Dalam koordinat kartesian persamaan lingkaran adalah: ) ( ) ( r b y a x = + atau 0 ) ( = r b a by y ax x II.7.. Persamaan Vektor Lingkaran Bentuk Kuadrat jδ H X = ; jδ H X = jδ jδ H X H X = ) )( ( ; 0 = + K XH H X X... (.91) di mana: H K = Bukti bahwa (3.1) persamaan lingkaran. Misalkan :

41 ; X = x jy; X = x y X = x + jy + = r ; ; H = a jb; H = a b H = a + jb + ; maka: x + y ( x + jy)( a jb) ( x jy)( a + jb) + a + b r = 0 atau, x + y ax by + a + b = r ( x a) + ( y b) = r dan yang terakhir ini adalah persamaan lingkaran. II.7.3 Diagram Lingkaran Daya Daya kompleks didefinisikan sebagai: S = V I = P + jq..... (.9) dengan pengertian: + Q = daya reaktif induktif; - Q = daya reaktif kapasitif Persamaan tegangan: V = AV + BI S ; atau: I VS = B A V B, dan: I V S = B A V B Daya pada ujung beban: S = V I = P + jq atau: S A = V B VSV + B (.93)

42 V Daya pada ujung kirim: = DV S BI S ; V B I S = + D V B S ; S S = VS I S = PS + jqs maka: S S = D V B S V ˆ SV B (.94) II Diagram Lingkaran Daya Pada Ujung Beban Misalkan: V = V 0 0 ; 0 0 V S = V S δ ; dan V S = V S δ Jadi Persamaan ( ) menjadi: S A = B V V S 0 V + δ B (.95) Pusat lingkaran: H = A B V (.96) V V = S adius lingkaran: B (.97) Bila: A = A α ; B = B β ; dan D = D.... (.98) maka: S A = V B V ( β α) + S V B ( β α)... (.99) Koordinat dari pusat lingkaran: a. Horisontal: A V B cos( β α) watt

43 b. Vertikal: A V B sin( β α) var V V dengan radius: B S volt-amp. Pada Gambar.4 diberikan diagram lingkaran daya pada ujung beban. Gambar.4. Diagram lingkaran daya pada ujung beban maka: S S = D V B S V ˆ SV B... (.100) II.7.3. Diagram Lingkaran Daya Pada Ujung Kirim

44 Persamaan daya pada ujung kirim: S D V S = S + B V V S B. Misalkan: V S = V S 0 0 ; V = V δ ; dan V = V δ. Jadi persamaan diagram lingkaran pada ujung kirim dapat ditulis (Gambar.5): S S D = V B S VS V ( β ) + ( β + δ ) B Gambar.5. Diagram lingkaran daya pada ujung kirim II.7.4 Diagram Lingkaran ugi-ugi Konstan ugi- rugi kompleks adalah : S L = S S S... (.101) di mana : S S = V S = ( A V + B I ) ( + ) S S = A V + B + A V ² + B I ². (.10)

45 Tetapi, S = V dan = I maka, S S = A S + B =+ A V ² + B I ² dan S = S ² = V ² I ² atau, S S I ² = I = ² V jadi, S L = S S S = (A - 1 ) S + B + A V ² + B I ² / V ².... (.103) Persamaan (.103) adalah rugi-rugi dinyatakan dalam besaran-besaran ujung beban. Dengan jalan yang sama dapat diturunkan S L dinyatakan dalam besaran-besaran ujung kirim. S L = - (A - 1 ) S S - B + D V ² + B S S ² / V S ².... (.104) Dari persamaan (.103 ) : = B S + (A - 1 ) + C V ² + D S L + = = P L

46 P L = (A + C - 1 ) S + (A + C - 1 ) ++ (A + C ) V ² (B + D )... (.105) Kalikan Persamaan (.103 ) dengan : S ² =0... (.106) Variabel sekarang ialah S karena kita memandang dari tepat kedudukan diagram lingkaran daya beban dengan tegangan V tetap. Kalau Persamaan (.106) dibandingkan dengan persamaan (.90 ). X X H XH + K = 0 Maka persamaan (.106 ) di atas adalah persamaan lingkaran di mana : - = V ² -H = V ² K ² = Pusat Lingkaran : L =... (.107)

47 Denga mengingat relasi : = 1 atau Persamaan (.104 ) dan (.105 ) dapat dirubah menjadi : H L = dari, L =... (.108) Dapat dilihat bahwa vektor H L yang menyatakan pusat lingkaran tidak tergantung dari S jadi bila V tetap H L tetap, sedang L tergantung dari P L. Dengan jalan yang sama dapat diturunkan: H SL = = SL =... (.109) Dari Gambar (.6) diberikan diagram lingkaran rugi-rugi konstan.

48 Gambar.6. Diagram lingkaran rugi-rugi konstan. II.7.5 Diagram Lingkaran Efisiensi Konstan Efisiensi dinyatakan oleh, ή=... (.110) P L = ή dinyatakan dalam pecahan, bukan dalam persen. P = S Jadi : P L =... (.111) Dari Persamaan (.111) dan Persamaan (.105). P L = S + S +

49 .... (.11) Kalikan dengan : Dan setelah disusun diperoleh : S ² + S + S + Bandingkan dengan persamaan lingkaran. =0.. (.113) X X H XH + K = 0 Maka : H Untuk ujung kirim, ή= ; P L = P S P S = S S P L =(S S S L = V S ² + = V S ² +. +

50 S L + = P L = Ss V S ² + ( + Kalikan dengan : Dan setelah diatur diperoleh : (.114) = Substitusikan P L =(S S dalam persamaan (.114), dan setelah diatur diperoleh harga-harga untuk pusat lingkaran dan radius lingkaran. H S = = Dalam Gambar (.7 ) diberikan diagram lingkaran efisiensi konstan

51 Gambar.7. Diagram lingkaran efisiensi II.7.6 Aliran Daya Pada Saluran Transmisi Pandanglah saluran transmisi dengan konstanta umum ABCD seperti pada gambar.8. Gambar.8. Saluran transmisi dengan konstanta umum ABCD Daya pada ujung beban: S = P + jq = V I atau:

52 S VS V A ( β δ ) V B B = ( β α).. (.115) Bila V S dan V tegangan jala-jala dalam kv, maka daya fasa tiga adalah: P Q VS V A cos( β δ ) V B B = VS V A sin( β δ ) V B B = cos( β α) MW sin( β α) MVA (.116) Dari Persamaan (.116) dapat dilihat bahwa daya maksimum dari P terjadi pada δ = β. Jadi daya maksimum pada ujung beban: P (max) VS V A V B B = cos( β α)... (.117) dan pada saat itu daya reaktif adalah: Q = A V B sin( β α) (.118) Jadi supaya diperoleh daya maksimum, maka beban harus dengan faktor daya negatif (leading power factor). Titik untuk P (max) diberikan juga pada Gambar.4. Pada representasi PI harga B = Z Θ, dan bila saluran itu pendek A = 1 dan sudut α = 0, maka: P (max) VS V V = cosθ Z Z

53 V = S V Z V Z x.. (.119) Untuk saluran. Udara tegangan tinggi, harga tahanan biasanya kecil terhadap reaktansi X, jadi: dan Θ = X arctn 0 90 P = V S V X sinδ Q VS V V = cosδ X X... (.10) Karena umumnya harga δ kecil, maka: sin δ δ, dan cos δ 1 Jadi persamaan (.10) menjadi: P VS V X δ Q V X [ V S V ] V. V X... (.11) Dari persamaan (.11) dapat disimpulkan bahwa aliran daya aktif P sebanding dengan selisih sudut δ dan aliran daya reaktif Q sebanding dengain selisih tegangan V. II.7.7 Koreksi Faktor Daya

54 Untuk memperbaiki faktor daya dari saluran maka untuk beban yang mempunyai faktor daya yang jelek, misalnya di bawah 0,8 perlu dipasang kapasitor statis yang terhubung paralel dengan beban. Dengan pemasangan kapasitor tersebut, di samping memperbaiki faktor daya akan sekaligus memperbaiki pengaturan tegangan dan menaikkan penyaluran daya. Pandanglah saluran transmisi, Gambar.9, dengan beban dan sudut factor daya terbelakang (lagging power faktor). Bila pada jepitan-jepitan beban dipasang kapasitor statis sehingga sudut faktor daya menjadi, tentukanlah kapasitas kapasitor statis itu. Gambar.9. Saluran transmisi dengan koreksi faktor daya Sebelum pemasangan kapasitor :......(.1.a)......(.1.b)

55 Setealah pemasangan kapasitor statis sudut factor daya pada jepitan beban berubah menjadi, Gambar.30. P P P Q = Q 1 - Q C Q 1 beban ϕ 1 ϕ Q \ S Q 1 Q C S 1 Gambar.30. Perbaikan faktor daya dengan kapasitor statis Dari Gambar.30 dapt dituliskan :... (.13) Bila arus pada kapasitor statis :.... (.14) Jadi daya reatif kapasitor adalah :. (.15) dan besar kapasitor per fasa :... (.16) Untuk tiga fasa maka daya reaktif total dari kapasitor :

56 (.17) atau besar kapasitor per fasa :... (.18) [7] II.8 Kompensasi Saluran Transmisi Kemampuan kerja saluran transmisi, terutama dari yang panjang menengah dan lebih panjang, dapat diperbaiki dengan kompensasi reaktif jenis seri atau shunt. Kompensasi seri terdiri dari suatu bank kapasitor yang dihubungkan seri dengan masing-masing penghantar fasa saluran. Kompensasi seri memperkecil impedansi seri saluran, yang merupakan penyebab utama jatuh tegangan dan merupakan faktor terpenting dalam penentuan daya maksimum yang dapat dikirimkan oleh saluran. Kompensasi shunt dilakukan dengan menempatkan induktor antara masing-masing saluran dan netral untuk mengurangi sebagian atau menghilangkan sama sekali suseptansi shunt saluran tegangan tinggi, yang terutama penting pada keadaan beban yang ringan di mana tegangan ujung penerima dapat menjadi sangat tinggi, jika tidak diadakan kompensasi. Pada saluran transmisi menengah dan panjang, arus pengisian I chg akibat adanya kapasitansi saluran tidak dapat lagi diabaikan, dan nilainya didefenisikan sebagai, I chg = B C x V ln... (.19) di mana B C adalah suseptansi kapasitif total saluran dan V ln adalah tegangan ke netral yang diizinkan. Jika kita menghubungkan induktor antara saluran ke netral pada salah

57 satu ujung atau pada kedua ujung saluran maka suseptansi induktif total menjadi B L dan arus pengisian menjadi ; I chg = (B C - B L ) x V ln B L B CVln 1.. (.130) B = C Kita lihat bahwa arus pengisian diperkecil oleh faktor yang terdapat di dalam kurung. Faktor ini disebut faktor kompensasi shunt dan nilainya adalah B L /B C. [14] Saluran transmisi jarak jauh dengan tegangan ekstra tinggi atau tegangan ultra tinggi membutuhkan peraltan kompensasi. Hal ini terutama dimaksudkan untuk mengontrol tegangan kerja disetiap titik sepanjang, memperkecil panjang elektrik θ dari saluran jadi menaikkan batas stabilitas statis saluran, menaikkan kapasitas penyaluran. Alat-alat kompensasi pada saluran-saluran transmisi adalah reaktor shunt atau kombinasi dari keduanya. Gambar.31 menunjukkan kompensasi dengan reaktor shunt biasanya digunakan pada saluran transmisi jarak menengah dan kompensasi dengan kapasitor seri atau kombinasi reaktor shunt dan kapasitor seri digunakan pada saluran yang lebih panjang. Pada kompensasi dengan kapasitor seri, bila yang dipentingkan hanya keadaan saluran pada ujung-ujungnya,saluran transmisi dan kapasitor seri cukup dpresentasikan dengan sirkuit nominal PI tanpa menimbulkan kesalahan yang berarti. Dalam hal ini penempatan fisik dari kapasitor seri sepanjang saluran tidak termasuk dalam perhitungan. Tetapi bila kondisi kerja sepanjang saluran perlu diperhatikan, letak fisik

58 kapasitor harus diperhatikan. Hal ini dapat diperoleh dengan menentukan konstanta umum ABCD dari bagian saluran di masing-masing sisi dari kapasitor dan mempresetasikan kapasitor itu dengan konstanta ABCD-nya. Pada kompensasi reaktor shunt, saluran transmisi, dan reaktor shunt terhubung seri, demikian juga pada kompensasi kapasitor seri saluran transmisi dan kapasitor seri terhubung seri. Dapat dilihat pada Gambar.31 dibawah ini. =.... (.131) Dengan menggunakan rangakaian atau contoh-contoh perhitungan akan terlihat jelas bagaimana pengaruh-pengaruh dari reaktor shunt atau kapasitor seri terhadap pengaturan tegangan, kapasitas penyaluran, dan panjang elektrik saluran. Derajat kompensasi pada kompensasi dengan reactor shunt adalah B L /B C, dimana B L adalah suseptansi induktif dari reaktor shunt, dan B C adalah suseptansi kapasitif total dari saluran. Derajat kompensasi pada kompensasi dengan kapasitor seri adalah X L /X C, di mana X C adalah reaktansi kapasitif dari kapasitor seri dan X L adalah reaktansi induktif total dari saluran per fasa. Z Is IL L Ir Ic1 Ic Vs Vr Beban C/ = Y/ C/ = Y/

59 (a) Z Is IL L Vs Ic1 C/ = Y/ C/ = Y/ Ic L Vr Beban (b) Z Is IL L Vs L Ic1 C/ = Y/ C/ = Y/ Ic L Vr Beban (c)

60 Z Is IL L C Vs Ic1 C/ = Y/ C/ = Y/ Ic Vr Beban (d) Z Is IL L C Vs L Ic1 C/ = Y/ C/ = Y/ Ic Vr Beban (e) Gambar.31. Saluran transmisi yang dikompensasi menggunakan nominal Phi; Saluran transmisi tanpa kompensasi (b) Kompensasi reaktor shunt pada ujung beban (c) Kompensasi reaktor shunt pada kedua ujung (d) Kompensasi kapasitor seri pada ujung beban (e) Kombinasi kompensasi reaktor shunt dan kapasitor seri. (a) Panjang elektrik saluran : di mana ; Ө= β l. (.13)

61 β = radian Setelah pemasangan reaktor shunt,maka konstanta umum ekivalen A dan B dari ketiga sirkuit terhubung seri : A = 1 + dan B = Z.. (.133) Misalkan bahwa kombinasi saluran dan reaktor shunt itu merupakan saluran baru dengan admintasi shunt yang baru : = =.... (.134) Apabila kapasitor itu dipasangkan ditengah-tengah saluran atau di ujung saluran, konstanta umum B dari hubungan seri itu dapat ditulis sebagai Z j X C tanpa kesalahan yang berarti. Di sini Z = j X, jadi Z = j (X - X C ), maka, Ө =... (.135) Jadi, = =..... (.136) Maka, C= (.137) Derajat kompensasi [6] x 100 %... (.138) Hubungan tegangan dan arus pada saluran transmisi menengah nominal PI adalah: V 1 ZY = + V + ZI. S... (.139)

62 ZY ZY S = I Y V I 4 (.140) di mana : Z = impedansi seri total per fasa, Y = admitansi shunt total per fasa ke netral. Pengaturan tegangan untuk nominal PI adalah sebagai berikut, maka, V ( ) NL VS = ZY 1+ V ; ( ) ( ) FL = V V ( ) V NL ( FL) V(%) = x100% (.141) V FL VS V ZY 1+ V(%) = x100%... (.14) [14] V II.8.1 Kompensasi eaktor Shunt Kompensasi reaktor shunt dilakukan dengan memasang reaktor pada salah satu ujng atau pada kedua ujung saluran. Bila saluran itu panjang sekali, maka saluran dibagi dalam beberapa bagian dan setiap bagian dikompensasi. Sebagaimana tujuan dari kompensasi adalah untuk mengontrol tegangan kerja di setiap titik sepanjang saluran, dan untuk memperkecil panjang elektrik saluran.

63 Pemasangan kapasitor shunt (pararel) sangat penting untuk sebuah system daya. Tentu ini jelas bahwa saluran transmisi akan sangat efektif bila hanya mengirimkan daya aktif saja dimana kebutuhan daya reaktif beban didapat di dalam sistem distribusi. Hal ini memungkinkan untuk pengoptimuman saluran transmisi, perbaikan penampilan operasional, dan pengurangan kerugian. Kapasitor-kapasitor dalam sistem disusun dalam bentuk rangkaian penyimpan yang dapat dihubungkan misalnya : Bintang ditanahkan. Bintang yang tidak ditanahkan. Bintang ganda netral melayang. Bintang ganda netral yang ditanahkan. Delta dan sebagainya. II.8. Kompensasi Seri Kompensasi seri ini dilakukan dengan kapasitor seri. Kapasitor seri dipasang pada salah satu ujung saluran dan bila saluran lebih panjang maka dipasang pada kedua ujung saluran. Pemasangan kapasitor seri di tengah-tengah saluran adalah lebih baik tetapi lebih mahal karena harus menambah gardu khusus untuk instalasi kapasitor tersebut.

64 Kapasitor seri lebih efektif untuk mengkompensasikan reaktansi seri, dengan demikian menaikkan limit daya statis atau menaikkan stabilias saluran. Kapasitor seri ini dilengkapi dengan suatu spark gap untuk perlindungan terhadap arus hubung singkat. Salah satu yang perlu diperhatikan dengan kompensasi seri ini adalah derajat kompensasi. Derajat kompensasi tidak boleh terlalu besar. Kompensasi 100 persen jelas tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan resonansi seri. Derajat kompensasi yang dekat dengan kompensasi 100 persen juga berbahaya, karena bila frekuensi turun, misalnya bila pembangkitan kurang, maka derajat kompensasi akan mendekati seratus persen, jadi akan terjadi resonansi. Ini disebut sebgai resonansi sub-sinkron. II.8.3 Kompensasi Kombinasi eaktor shunt dan Kapasitor Seri Kapasitor seri dan pararel (shunt) pada sistem daya menimbulkan daya reaktif untuk memperbaiki faktor daya dan tegangan kerenanya menambah kapasitas sistem dan mengurangi kerugian. Dalam kapasitor seri daya reaktif sebanding dengan kuadrat arus beban sedangkan pada kapasitor pararel (shunt) berbanding lurus dengan kuadrat tegangan. Selain itu secara umum dapat dikatakan bahwa dari segi ekonomi biaya untuk pemasangan kapasitor seri lebih tinggi daripada kapasitor pararel (shunt). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. dibawah ini.

65 Tabel.. Perbandingan antara kapasitor seri dan parallel (shunt) Pilihan NO Tujuan Kapasitor Seri Kapasitor Shunt 1 Memperbaiki faktor daya Kedua Pertama Memperbaiki tingkat tegangan pada system 3 Memperbaiki tingkat tegangan pada saluran udara dengan faktor daya yang tinggi 4 Memperbaiki tegangan pada saluran bawah tanah dengan faktor daya normal dan rendah 5 Memperbaiki tegangan pada saluran bawah tanah dengan faktor daya tinggi 6 Mengurangi kerugian saluran 7 Mengurangi fluktuasi tegangan Pertama Tidak dipakai Pertama Kedua Kedua Pertama Sumber : Sistem Distribusi Daya listrik [] kedua Pertama Tidak dipakai Pertama Pertama Tidak dipakai II.8..1 Pengaruh Kapasitor Seri Terhadap Tegangan Dengan pemasangan kapsitor seri, reaktansi ekivalen berkurang, dengan demikian jatuh tegangan berkurang, jadi pengaturan tegangan lebih baik, dapat di lihat pada Gambar.3.

66 Z/ Z/ Is / L/ / L/ C Ic Vs C=Y Vc Vr Beban (a).c (b) Gambar.3. (a) Diagram satu garis saluran yang dikompensasikan dengan kapasitor seri. (b) Diagram vektor tegangan.[] II.8.. Pengaruh Kapasitor Seri Terhadap Penyaluran Daya Dengan kompensasi seri, reaktansi seri berkurang, jadi limit daya stastis bertambah besar. Besar daya yang disalurkan diberikan oleh persamaan (.148).

67 P = sin σ... (.148) Untuk saluran menengah dengan representasi nominal Pi dan T, tahanan diabaiakn, harga [B] diberikan oleh X yaitu reaktansi seri saluran. Jadi, bila pada saluran X-Xc, di mana Xc adalah reaktansi kapasitif dari kapsitor seri. Daya yang disalurkan menjadi, P = sin σ... (.149) Dari persamaan (.149) dapat dilihat bahwa daya maksimu bertambah dengan pemasangan kapasitor seri. [7]

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini 2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem transmisi adalah sistem yang menghubungkan antara sistem pembangkitan dengan sistem distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

ANALISA PEMASANGAN KOMPENSATOR REAKTOR SHUNT DALAM PERBAIKAN TEGANGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)-500kV ANTARA TASIKMALAYA DEPOK

ANALISA PEMASANGAN KOMPENSATOR REAKTOR SHUNT DALAM PERBAIKAN TEGANGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)-500kV ANTARA TASIKMALAYA DEPOK ANALISA PEMASANGAN KOMPENSATOR REAKTOR SHUNT DALAM PERBAIKAN TEGANGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)-500kV ANTARA TASIKMALAYA DEPOK Oleh Bintang Unggul P Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Menganalisis rangkaian listrik Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sistem Tenaga Listrik Sekalipun tidak terdapat suatu sistem tenaga listrik yang tipikal, namun pada umumnya dapat dikembalikan batasan pada suatu sistem yang lengkap

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR 7 BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari suatu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI 11 BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM)

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM) ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM) Agus Salim 1), Ahmad Rizal Sultan 2), Ahsan Akmal 3) Abstrak:Sistem Distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

BAB III. Transformator

BAB III. Transformator BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI. HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009

DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI. HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009 DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009 Tegangan listrik Tegangan atau beda potensial antara dua titik, adalah usaha yang dibutuhkan untuk membawa muatan satu coulomb dari

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 1 Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber daya besar tersebut terletak pada daerah yang dilayani oleh sistem distribusi atau dapat juga terletak didekatnya. Sistem distribusi adalah semua

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

Materi dan Evaluasi. Materi: Evaluasi

Materi dan Evaluasi. Materi: Evaluasi Materi dan Evaluasi Materi: -Pendahuluan & Konsep Dasar -Transformator -Mesin Sinkron -Saluran Transmisi -Penyelesaian Aliran Daya (Metode Gauss Seidel, Newton Raphson) Evaluasi -Absensi -Tugas -Quiz 1

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S RINGKASAN DAN LATIHAN Listrik Statis - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S Hukum Coulomb ------------------------------- 1 Listrik Statis Medan Listrik Medan Listrik oleh titik bermuatan Fluk Listrik dan

Lebih terperinci

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

20 kv TRAFO DISTRIBUSI GENERATOR SINKRON Sumber listrik AC dari Pusat listrik PEMBANGKIT 150 k INDUSTRI PLTA PLTP PLTG PLTU PLTGU TRAFO GI 11/150 k TRAFO GI 150/20 k 20 k 20 k 220 BISNIS RUMAH TRAFO DISTRIBUSI SOSIAL PUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB III TAPPING DAN TAP CHANGER 3.1 Penentuan Jumlah Tap Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

Fasor adalah bilangan kompleks yang merepresentasikan besaran atau magnitude dan fasa fungsi sinusoidal dari waktu. Sebuah rangkaian yang dapat dijelaskan dengan menggunakan fasor disebut berada dalam

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen Perbaikan Tegangan untuk Konsumen Hasyim Asy ari, Jatmiko, Ivan Bachtiar Rivai Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Salah satu persyaratan keandalan sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS 8.1 UMUM Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di mana kilovolt (kv) merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level ke

Lebih terperinci

DAYA PADA RANGKAIAN BOLAK-BALIK.

DAYA PADA RANGKAIAN BOLAK-BALIK. DAYA PADA RANGKAAN BOLAK-BALK http://evan.weblog.ung.ac.id KONSEP DASAR DAYA PADA RANGKAAN AC FASA TUNGGAL Daya dalam watt yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat sama dengan jatuh tegangan (voltage

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke BAB II TRANSFORMATOR II.1. Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI ( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT USU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Transformator distribusi Transformator distribusi yang sering digunakan adalah jenis transformator step up down 20/0,4 kv dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014 PERCOBAAN I BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari Selasa

Lebih terperinci

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009 ANALISIS LOSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PENYULANG ADHYAKSA MAKASSAR Muh. Nasir Malik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

KOMPONEN SIMETRIS DAN IMPEDANSI URUTAN. toto_sukisno@uny.ac.id

KOMPONEN SIMETRIS DAN IMPEDANSI URUTAN. toto_sukisno@uny.ac.id KOMPONEN SIMETRIS DAN IMPEDANSI URUTAN A. Sintesis Fasor Tak Simetris dari Komponen-Komponen Simetrisnya Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga-fasa dapat diuraikan menjadi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi

Lebih terperinci

KOMPONEN-KOMPONEN SIMETRIS. A. Sintesis Fasor Tak Simetris dari Komponen-Komponen Simetrisnya

KOMPONEN-KOMPONEN SIMETRIS. A. Sintesis Fasor Tak Simetris dari Komponen-Komponen Simetrisnya Modul Mata Kuliah Proteksi Sistem Tenaga, F. TEKNIK ELEKTRO UNISMA KOMPONEN-KOMPONEN SIMETRIS Pada tahun 1918 salah satu cara yang paling ampuh untuk menangani rangkaian fasamajemuk (poly-phase = berfasa

Lebih terperinci

[Listrik Dinamis] Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NAMA ANGGOTA :

[Listrik Dinamis] Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NAMA ANGGOTA : Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit [Listrik Dinamis] NAMA ANGGOTA : IRENE TASYA ANGELIA (3215149632) SARAH SALSABILA (3215141709) SABILA RAHMA (3215141713) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi menjadi tiga bagian utama, yaitu sistem pembangkitan, sistem transimisi dan sistem distribusi. Sistem pembangkitan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya

Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya A. Wattmeter Wattmeter digunakan untuk mengukur daya listrik searah (DC) maupun bolak-balik (AC). Ada 3 tipe Wattmeter yaitu Elektrodinamometer, Induksi dan Thermokopel.

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA Jaringan listrik yang disalurkan oleh PLN ke konsumen, merupakan bagian dari sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Secara umum, sistem tenaga listrik terdiri dari

Lebih terperinci