BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi menjadi tiga bagian utama, yaitu sistem pembangkitan, sistem transimisi dan sistem distribusi. Sistem pembangkitan merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai tempat energi listrik dibangkitkan. Pada setiap unit pembangkitan umumnya terdiri dari lebih dari satu mesin pembangkit tergantung dari kebutuhan beban yang harus dipenuhi. Sistem pembangkitan dapat dibedakan menjadi berbagai jenis tergantung pada sumber energi yang digunakan untuk menggerakan turbin, seperti pada PLTA sumber energinya adalah air, PLTG sumber energinya adalah gas dan PLTU sumber energinya adalah uap. Energi keluaran dari generator sistem sebelum dikirim ke saluran transmisi tegangannya dinaikan terlebih dahulu oleh trafo step up ke level tegangan saluran transmisi. Level tegangan saluran transmisi yang digunakan di Indonesia adalah 70 KV, 150 KV dan 500 KV. Energi listrik disalurakan melalui saluran transmisi menuju gardu induk. Tegangan diturunkan di gardu induk dari level tegangan saluran transmisi menjadi level tegangan saluran menengah yaitu 20 KV. Dengan level tegangan saluran menengah tersebut energi listrik kembali disalurkan melalui saluran distribusi primer kepada konsumen tegangan menengah maupun ke gardu distribusi untuk diturunkan ke level tegangan rendah 380/220 Volt. Melalui saluran tegangan rendah energi listrik disalurkan ke pelanggan pelanggan, baik pelanggan rumah tinggal, perkantoran maupun pelanggan komersial. Gambar berikut mensimulasikan sistem tenaga listrik mulai dari sistem pembangkitan sampai kepada pelanggan pelanggan. 5

2 6 Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik [1] 2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berfungsi mendistribusikan energi listrik ke konsumen konsumen, baik konsumen perumahan maupun konsumen komersil. Sistem distribusi meliputi beberapa bagian, yaitu : 1) Gardu Induk (GI) 2) Saluran tegangan menengah 3) Gardu distribusi 4) Saluran tegangan rendah [1] PLN Buku 1 Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Bab 4 Hal 2

3 Gardu Induk Gardu Induk merupakan bagian dari suatu sistem tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat tertentu, berisikan sebagian besar ujung-ujung saluran transmisi atau distribusi (the ends of transmission or distribution lines), perlengkapan hubung-bagi beserta bangunannya (switchgear and housing) dan dapat juga berisi trafo-trafo [2]. Gardu induk pada sistem distribusi mempunyai fungsi sebagai : (1) Transformasi, yaitu penurunan level tegangan dari tegangan tinggi menjadi tegangan menengah. (2) Pengukuran, yaitu sebagai tempat monitoring besaran besaran energi listrik pada saluran distribusi. (3) Sebagai pengaturan daya ke gardu induk lain, gardu distribusi maupun ke beban melalui saluran tegangan menengah Saluran Tegangan Menengah Saluran tegangan menengah berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik kepada konsumen industri besar dan ke gardu distribusi. Saluran tegangan menengah disebut juga saluran distribusi primer yang terletak pada bagian sisi primer trafo distribusi, yaitu antara saluran gardu induk dengan gardu distribusi. Level tegangan saluran distribusi tegangan menengah di Indonesia adalah 20 KV. Saluran tegangan menengah dapat berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Pada saluran udara penghantar dipasang pada udara terbuka dengan menggunakan tiang dan perlengkapan pendukung lainnya. Pada saluran udara dibedakan menjadi saluran kawat udara dan saluran kabel udara. Pada saluran kawat udara, penghantar yang digunakan hanya berupa konduktor telanjang dan tidak terbungkus isolasi. Pada saluran kabel udara penghantar yang digunakan memiliki lapisan isolasi pada konduktornya. Selain di udara, saluran kabel dapat berupa saluran bawah tanah dengan menggunakan kabel tanah (ground cable). Saluran tegangan menengah memiliki macam macam konfigurasi saluran, berikut ini merupakan konfigurasi dari saluran distribusi : [2] SPLN 72, 1987, hal. 2

4 8 1) Konfigurasi Radial Konfigurasi radial merupakan saluran yang paling sederhana dan ekonomis. Pada konfigurasi ini terdapat beberapa sistem penyulang yang memanjang dari gardu induk untuk menyuplai beberapa gardu distribusi atau konsumen berskala besar. Berikut ini merupakan gambar dari konfigurasi radial. Gambar 2.2 Konfigurasi Saluran Radial Kekurangan dari konfigurasi ini adalah keandalam sistem yang rendah dimana ketika saluran terjadi gangguan, maka seluruh bagian saluran akan ikut mengalami gangguan. Konfigurasi radial lebih cocok digunakan pada daerah yang tidak membutuhkan kontinuitas yang tinggi. 2) Konfigurasi Hantaran Penghubung (Tie Line) Konfgurasi ini merupakan modifikasi bentuk dasar dengan menambahkan tie pada setiap area beban agar ketika terjadi gangguan dapat segera diatasi dengan melokalisir gangguan, dengan cara menghubungkan area-area yang tidak terganggu pada penyulang yang bersangkutan dengan penyulang di sekitarnya sehingga kehandalan penyaluran energi listrik dapat ditingkankan. Konfigurasi ini digunakan untuk pelanggan yang memerlukan tingkat kontinuitas tinggi seperti rumah sakit dan bandar udara. Berikut ini gambar yang merupakan konfigurasi dengan tie.

5 9 Tie Tie Gambar 2.3 Konfigurasi Hantaran Penghubung (Tie Line) 3) Konfigurasi Ring Konfigurasi ring berbentuk saluran tertutup dan membentuk seperti cincin (ring). Saluran secara ring ini cocok digunakan pada daerah beban yang padat dan memerlukan kehandalan tinggi. Saluran ini memungkinkan beban dilayani dari dua arah sehingga ketika terjadi gangguan tidak mengganggu saluran secara keseluruhan. Konfigurasi ring memiliki biaya investasi yang mahal, karena memerlukan komponen yang dibutuhkan banyak. Berikut ini merupakan gambar dari konfigurasi saluran ring. Gambar 2.4 Konfigurasi Saluran Ring

6 10 4) Konfigurasi Spindel Konfigurasi spindel umumnya dipakai pada saluran kabel bawah tanah. Pada konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu penyulang cadangan (standby atau express feeder) dan penyulang operasi (working feeder). Penyulang cadangan tidak dibebani dan berfungsi sebagai back-up supply jika terjadi gangguan pada penyulang operasi. Berikut ini merupakan gambar dari konfigurasi saluran ring. Gambar 2.5 Konfigurasi Saluran dengan pusat beban Gardu Distribusi Gardu distribusi merupakan salah satu bagian dari sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah. Gardu distribusi terdapat instalasi trafo, instalasi Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) tegangan menengah ataupun tegangan rendah dan instalasi pembumian.

7 Saluran Tegangan Rendah Saluran tegangan rendah merupakan saluran yang mendistribusikan langsung ke konsumen rumah rumah tinggal dan ke konsumen komersil. Saluran ini disebut juga saluran distribusi sekunder yang terletak pada bagian sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara gardu distribusi dengan beban. Sesuai standar pln sistem distribusi sekunder memiliki tegangan 220/380 Volt. 2.3 Penghantar Saluran Tegangan Menengah Penghantar merupakan komponen yang digunakan sebagai media yang digunakan untuk menghantarkan energi listrik dari sumber energi ke beban. Pada sistem distribusi penghantar digunakan untuk menghantarkan energi listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi pada jaringan tegangan menengah dan dari gardu distribusi ke pusat pusat beban pada jaringan tegangan rendah Karakteristik Penghantar Penghantar mempunyai nilai karakteristik elektris diantaranya nilai resistansi, induktansi dan impedansi. 1) Resistansi a) Resistansi DC Resistansi dari suatu penghantar akan menentukan nilai efesiensi dalam menyalurkan energi listrik. Resistansi DC dari penghantar dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut. R = ρ 2 l A (persamaan 2.1) Dimana : R = Resistansi (Ω) ρ = Tahanan jenis penghantar (Ωmm 2 /m) l = Panjang penghantar (m) A = Luas penampang (mm 2 ) Karena daya hantar jenis X = A, maka

8 12 R = ρ l X A (persamaan 2.2) Satuan untuk X adalah m.s/mm 2, S (siemens ) = 1/ Ω setiap arus 1 Ampere yang mengalir melalui penghantar yang mempunyai tahanan R Ω, sesuai dengan hukum Ohm, maka pada penghantar itu akan terjadi tegangan jatuh sebesar : V = I. R volt (persamaan 2.3) Tegangan jatuh itu akan menyebabkan rugi daya yang akan berubah menjadi panas. Dengan adanya rugi tegangan V, maka tegangan pada peralatan V R akan menjadi jauh lebih kecil disbanding tegangan sumber V s. Besarnya tegangan pada peralatan V R adalah : V = V - V (persamaan 2.4) Rugi tegangan pada arus searah harus dihitung berdasarkan 2 kali panjang penghantar, yaitu penghantar positif dan negatif. Perhatikan gambar, sehingga V = 2 I l X A (persamaan 2.5) Jika diperhatikan persamaan, maka untuk suatu rangkaian tertentu nilai 2.l.X -1.A -1 adalah tetap. Sedangkan arus (I) besarnya berubah-ubah berdasarkan beban. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, makin besar arus yang mengalir pada suatu rangkaian makin besar tegangan jatuhnya dan berarti makin besar kerugian daya, yang berarti panas pada penghantar bertambah besar. Akibat kenaikan suhu maka tahanan tembaga maupun aluminium semakin bertambah, sehingga kerugian daya bertambah.

9 13 l I Gambar 2.6 Rangkaian Arus Searah V adalah tegangan masukan, V R adalah tegangan beban, I adalah arus, RB adalah tahanan beban dan V adalah rugi tegangan. Untuk menghitung penyaluran daya digunakan tahanan beban (R B ). Sedangkan untuk menghitung rugi penghantar, digunakan tahanan penghantar setiap km. Tahanan kabel yang diukur dengan sumber arus searah sering juga disebut tahanan DC Nilai resistansi DC tergantung pada suhu, apabila persamaan diatas dilakukan pada suhu 20 o C maka untuk menghitung pada suhu lebih dari 20 o C dapat menggunakan persamaan sebagai berikut. R t = R 0 (1+α. t) (persamaan 2.6) Dimana : R t = Nilai tahanan sesudah temperatur berubah (Ω) R 0 α 0 = Nilai tahanan sebelum temperatur berubah (Ω) = Koefisien temperatur t = Perubahan temperatur (t 2 t 1 )

10 14 Tabel 2.1 Tahanan Jenis dan Koefisien Temperatur Unsur ρ Pada 0 o C (Ωmm 2 /m) α Perak 0,0163 0,00390 Tembaga 0,0175 0,00390 Emas 0,0220 0,00377 Aluminium 0,0262 0,00400 Besi 0,1000 0,00550 b) Resistansi AC Pada sistem AC arus yang mengalir pada penghantar tidak merata, arus kecendrungan mengalir pada bagian terluar penampang sehingga timbul efek kulit (skin Effect). Hal ini menyebabkan resistansi AC akan lebih besar dari resistansi DC. Dengan mengetahui besar resistansi DC, maka resistansi AC dapat dicari dengan memakai persamaan berikut. R AC = K. R DC (persamaan 2.7) [3] Dimana : R AC R DC K = Resistansi AC (Ω/km) = Resistansi DC (Ω/km) = Konstanta Untuk nilai K dapat diperoleh dari data tabel berikut ini. Tabel 2.2 Skin effect [4] X K X K X K X K 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1, , , , , , , , , , ,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 1, , , , , , , , , , ,0 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 1, , , , , , , , , , ,0 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 1, , , , , , , , , ,64051 [3] Sherwin H Wrigt, C F Hall, Characteristic Aerial Lines, Transmission & DistributionReferrence, Hal. 34 [4] Sherwin H Wrigt, C F Hall, Characteristic Aerial Lines, Transmission & DistributionReferrence, Tabel.5, Hal. 53

11 15 Keterangan tabel : Nilai X dapat diperoleh dari persamaan berikut. μ.f X = R DC /mile (persamaan 2.8) Dimana : µ f = Permeability = 1 untuk material non magnetik = frekuensi (Hz) 1 kilometer = mile 2) Induktansi Induktansi pada suatu penghantar dapat berasal dari penghantar tersebut maupun dari penghantar lain yang berdekatan. Induktansi pada saluran dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut. X = log (persamaan 2.9) L = (persamaan 2.10) [5] Dimana : L X L = Induktansi (H/km) = Reaktansi Induktif (Ω/km) GMR = geometric mean radius dari penghantar (mm) GMD = geometric mean distance (mm) = d d d untuk saluran 3 fasa f = Frekuensi (Hz) 3) Impedansi Saluran distribusi dalam mengirimkan energi listrik akan memiliki impedansi yang akan mempengaruhi aliran arus listrik. Impedansi saluran merupakan besaran yang penting dalam perhitungan hubung singkat drop tegangan dan aliran daya pada sebuah saluran tenaga listrik. Impedansi merupakan perbandingan antara tegangan terhadap arus. Z= V I (persamaan 2.11) [6] [5] SPLN 64, 1985,hal 63 [6] Jhon Bird, Electrical Circuit Theory and Technology, 1997, hal. 216

12 16 Dimana : Z V I = Impedansi (Ω/km) = Tegangan (volt) = Arus (Ampere) Dalam saluran terdapat impedansi urutan positif, impedansi urutan negatif dan impedansi urutan nol. Persamaan yang digunakan untuk impedansi urutan positif dan negatif sebagai berikut. Z = Z = R + X..(persamaan 2.12) Dimana : Z 1 Z 2 R AC = Impedansi urutan positif (Ω/km) = Impedansi urutan negatif (Ω/km) = Resistansi AC (Ω/km) Impedansi urutan nol pada saluran dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut. Z = R j X (persamaan 2.13) [7] Dimana : Z 0 R AC X L = Impedansi urutan nol (Ω/km) = Resistansi AC (Ω/km) = Reaktansi Induktif (Ω/km) All Aluminium Alloy Conductor (AAAC) AAAC merupakan hantaran udara dari aluminium campuran keras yang dipilin bulat, tidak berisolasi dan tidak berinti baja. berikut ini merupakan gambar penghantar AAAC dengan memperlihatkan bagian inti kawat, lapisan lilitan dan lapisan luar dari penghantar. [ 8 ] Inti kawat aluminium campuran Lapisan lilitan aluminium campuran Lapisan luar lilitan Aluminium Campuran Gambar 2.7 Penghantar AAAC (All Almunium Alloy Conductor) [7] SPLN 64, 1985,hal 63 [8] SPLN 41-8, 1981

13 17 Penghantar ini terbuat dari kawat kawat aluminium campuran yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak berinti. Ukuran diameter kawar mulai dari 1,50 mm sampai dengan 4,50 mm. Apabila hantaran terdiri dari 2 atau lebih lapisan maka tiapp lapisan lilitan harus dipilin secara berlawanan arah, dan lapisan paling luar harus mempunyai arah pilinan ke kanan. Penghantar AAAC harus terbuat dari aluminium campuran dengan permukaan rata, halus dan tidak cacat. Berikut tabel standard mutu dari bahan yang digunakan penghantar aluminium campuran untuk penghantar AAAC. Tabel 2.3 Standar Mutu Bahan Kawat Aluminium Campuran Untuk Hantaran Aluminium Campuran ( AAAC) [ 9 ] No. Sifat Syarat 1 Tahanan jenis arus searah pada suhu 20 o C 0,0328 ohm.mm 2 /m (maximum) 2 Berat jenis pada suhu 20 o C 2,70 Kg/dm 3 3 Koefisien muai panjang 23 x 10-6 / o C 4 Koefisien suhu (α) pada suhu 20 o C diukur 0,00360 / o C antara 2 titik potensial yang dipasang secara kaku pada kawat. 5 Kemurnian aluminium campuran (magnesium / Minimum 97,28 % silicon) Magnesium ± 0,5 % Silicon ± 0,5 % 2.4 Gangguan Hubung Singkat Saluran distribusi merupakan sistem penyaluran energi listrik yang paling dekat dengan konsumen. Saluran distribusi dapat berupa saluran udara maupun saluran dalam tanah. Penyaluran energi listrik pada saluran distribusi dapat mengalami gangguan gangguan, gangguan pada saluran distribusi yaitu sebagai berikut. 1) Gangguan hubung singkat Gangguan hubung singkat dapat berupa hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa dengan tanah. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan [9] SPLN 41-8, 1981, tabel III

14 18 gangguan hubung singkat, diantaranya hubung singkat pada belitan trafo, akibat sambaran petir, akibat bersentuhan dengan pohon. 2) Gangguan beban lebih Gangguan ini dapat terjadi akibat pembebanan saluran distribusi yang melibihi kapasitas yang terpasang. Gangguan ini apabila terjadi secara terus menerus dapat merusak peralatan. 3) Gangguan tegangan lebih Gangguan ini dapat diakibatkan oleh surja hubung atau dapat pula akibat surja petir. Gangguan gangguan tersebut dapat menyebabkan terganggunya pelayanan terhadap konsumen apabila gangguan menyebabkan jaringan terputus, penurunan kualitas pengiriman akibat menurunnya tegangan pada saat gangguan, pengurangan stabilitas sistem, dan dapat merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah gangguan hubung singkat dengan memasang alat proteksi pada jaringan, namun sebelum memasang alat proteksi perlu mengetahui besarnya arus gangguan untuk menentukan penyetelan pada alat proteksi agar sesuai dengan fungsinya sebagai pengaman jaringan tersebut. Untuk mengetahui besarnya arus gangguan maka perlu dilakukan penghitungan besarnya arus saat terjadi hubung singkat. Arus gangguan dihitung dengan menggunakan rumus umum ( Hukum Ohm ), pada persamaan 2.7. Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan nilai impedansi tiap komponen jaringan, serta bentuk konfigurasinya di dalam sistem, maka besarnya arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan persamaan 2.7. Dalam perhitungan arus gangguan hubung singkat, nilai impedansi yang terbentuk berbeda sesuai dengan jenis gangguan hubung singkat itu sendiri Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa Kemungkinan terjadinya gangguan satu fasa adalah diakibatkan back flashover antara tiang ke salah satu kawat fasa distribusi sesaat setelah tiang

15 19 tersambar petir yang besar, walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah. Bisa juga gangguan satu fasa ini, terjadi sewaktu salah satu kawat fasa distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi. Berikut gambar yang memperlihatkan gangguan hubung singkat 1 fasa terhadap tanah. Fasa A Fasa B Fasa C Ia Ib Ic Gambar 2.8 Hubung Singkat 1 fasa Gambar 2.7 menggambarkan gangguan 1 fasa yaitu fasa A terhadap tanah (ground). Kondisi ketika terjadi gangguan I b = I c = 0, komponen simetris dalam bentuk matriks untuk persamaan arus sebagai berikut. I 0 0 = a a 1 a a I I I Sehingga diperoleh persamaan arus sebagai berikut. I = I + I + I (persamaan 2.14) Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : I a0 I a1 I a2 Z 1eq V Z L N 2eq Z 0eq (persamaan 2.15) Dari persamaan 2.11 dan persamaan 2.12, maka untuk perhitungan arus gangguan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut. I = Dimana : I 1 fasa V L-N 3. V 2. Z + Z (persamaan 2.16) Z 1eq = Z 1eq Z 0eq = Arus hubung singkat 1 fasa (ampere) = Tegangan fasa netral (Volt) = Impedansi Urutan Positif dan negatif (ohm) = Impedansi Urutan nol (ohm)

16 Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa Gangguan hubung singkat 2 fasa dapat terjadi fasa dengan fasa dan dapat terjadi 2 fasa dengan tanah. Gangguan hubung singkat fasa dengan fasa kemungkinan terjadi karena putusnya kawat fasa tengah pada jaringan distribusi, dengan konfigurasi tersusun vertical sehingga kawat fasa yang putus menyentuh kawat fasa yang lain. Gambar berikut ini memperlihatkan kondisi hubung singkat dasa dengan fasa. Fasa A Fasa B Fasa C Ia Ib Ic Gambar 2.9 Hubung Singkat Fasa dengan Fasa Gambar 2.8 menggambarkan gangguan fasa dengan fasa yaitu fasa A yang tehubung singkat dengan fasa B. Arus hubung singkat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. I = V 2. Z (persamaan 2.17) Dimana : I 2 fasa V Z 1eq = Arus hubung singkat 2 fasa (ampere) = Tegangan fasa - fasa (Volt) = Impedansi Urutan Positif (ohm) Gangguan hubung singkat 2 fasa dengan tanah dapat terjadi antar kedua fasa yang terhubung singkat, terhubung pula dengan tanah. Berikut gambar yang memperlihatkan gangguan hubung singkat 2 fasa dengan tanah. Fasa A Fasa B Fasa C Ia Ib Ic Gambar 2.10 Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah

17 21 Gambar 2.8 menggambarkan gangguan 2 fasa dengan tanah yaitu fasa A yang tehubung singkat dengan fasa B dan terhubung singkat pula dengan tanah. Arus hubung singkat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. I = Z + Z. V (persamaan 2.18) 2. (Z. Z ) + Z Dimana : I 2 fasa V Z 1eq Z 0eq = Arus hubung singkat 2 fasa (ampere) = Tegangan fasa - fasa sistem (Volt) = Impedansi Urutan Positif (ohm) = Impedansi Urutan nol (ohm) Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa Tidak dengan Tanah Gangguan tiga fasa dapat terjadi akibat putusnya salah satu kawat fasa yang letaknya paling atas pada jaringan distribusi, dengan konfigurasi kawat antar fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang sangat kecil, tetapi dalam analisa tetap harus diperhatikan. Kemunkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi berayun sewaktu tertiup angin kencang yang kemudian menyentuh ketiga kawat distribusi. Berikut gambar yang memperlihatkan gangguan hubung singkat 3 fasa. Fasa A Fasa B Fasa C Ia Ib Ic Gambar 2.11 Hubung Singkat Tiga Fasa Tidak dengan Tanah Gambar 2.10 menggambarkan gangguan 3 fasa yaitu fasa A, fasa B dan Fasa C yang tehubung singkat. Arus hubung singkat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. I = V Z (persamaan 2.19)

18 22 Dimana : I 3 fasa V Z 1eq = Arus hubung singkat 3 fasa (ampere) = Tegangan fasa netral (Volt) = Impedansi Urutan Positif (ohm) 2.5 Pentanahan Sistem Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung singkat ke tanah pada instalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah yang besar. Hal ini dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah arus gangguan masih relatif kecil (lebih kecil dari 5 Amper), sehingga busur listrik yang timbul pada kontak-kontak antara fasa yang terganggu dan tanah masih dapat padam sendiri. Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik baik dalam ukuran jarak (panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan fasa ke tanah arus gangguan yang timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat lagi padam dengan sendirinya. Timbulnya gejala-gejala busur listrik ke tanah (arching ground) sangat berbahaya karena menimbulkan tegangan lebih transient yang dapat merusak peralatan. Apabila hal diatas dibiarkan, maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik akan terhenti, yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu sistem-sistem tenaga listrik tidak lagi dibuat mengambang (floating) yang lajim disebut sistem delta, tetapi titik netralnya ditanahkan melalui tahanan, reaktor dan ditanahkan langsung (solid grounding). Pentanahan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral transformator daya ke tanah Apabila ditinjau dari segi pengamanan sistem tenaga listrik, khususnya dari segi bekerjanya relai, pentanahan titik netral mempengaruhi kepekaan relai terhadap gangguan tanah. Untuk sistem yang titik netralnya tidak ditanahkan sistem bisa peka terhadap gangguan hubung tanah apabila arus kapasitifnya cukup yaitu apabila SUTTnya cukup panjang dengan tegangan yang cukup tinggi pula. Hal ini akan lebih terasa pada sistem yang mempunyai kabel tanah. Arus kapasitif yang besar dapat menimbulkan tegangan yang berlebihan khususnya dalam kondisi transien. Sistem yang tidak peka terhadap gangguan hubung tanah memberikan keuntungan bahwa sistem menjadi jarang terganggu, karena gangguan sistem

19 23 kebanyakan bersifat gangguan hubung tanah satu fasa yang temporer, misalnya karena petir atau karena sentuhan tanaman. Tetapi dilain pihak jika ada gangguan satu fasa ke tanah yang permanen sukar dicari dan hal ini dapat membahayakan keselamatan manusia. Untuk menaikan kepekaan sistem terhadap gangguan hubung tanah maka titik netral perlu diketanahkan. Pentanahan titik netral khususnya untuk sistem yang tegangannya cukup tinggi dapat pula memberikan penghematan isolasi yang tidak sedikit, karena isolasi fasa ke tanah tidak perlu dihitung penuh untuk mampu menahan tegangan antar fasa. Titik netral sistem ditanahkan dengan cara : 1) Secara langsung 2) Melalui tahanan 3) Melalui reaktor (kumparan yang impedansi yang relatif kecil) Dalam sebuah instalsi listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan. Empat bagian dari instalasi listrik adalah : 1) Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah bisa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang menyentuhnya. 2) Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lighting arrester. Hal ini diperlukan agar lighting arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancer. 3) Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lighting arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.

20 24 4) Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah Pentanahan Sistem Langsung Pentanahan sistem langsung adalah dimana titik netral sistem dihubungkan langsung dengan tanah, tanpa memasukkan harga suatu impedansi. Pada sistem ini bila terjadi gangguan fasa ke tanah akan selalu mengakibatkan terganggunya saluran (line outage), yaitu gangguan harus di isolir dengan membuka pemutus daya. Salah satu tujuan pentanahan titik netral secara langsung adalah untuk membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan fasa ke tanah. Gambar dibawah ini menunjukan pentanahan secara langsung. Gambar 2.12 Rangkaian Pentanahan Titik Netral Sistem Langsung Keuntungan : 1) Tegangan lebih pada fasa-fasa yang tidak terganggu relatif kecil 2) Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui 3) Sederhana dan murah dari segi pemasangan Kerugian : 1) setiap gangguan fasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya 2) arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat membahayakan makhluk hidup didekatnya dan kerusakan peralatan listrik yang dilaluinya Pada sistem distribusi di Jawa Tengah pentanahannya ialah langsung dan ditanahkan di banyak tempat. Sistem ini umumnya disebut sistem empat kawat (4 wire multi grounded). Pada sistem ini kawat netral digunakan juga sebagai kawat netral jaringan tegangan rendah.

21 25 Ciri-ciri dari sistem ini ialah : 1) Tegangan fasa ke tanah seimbang dan tegangan titik netral sama dengan nol. 2) Terdapat kemungkinan adanya arus netral karena adanya beban tidak seimbang Pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah : 1) Tegangan fasa yang tidak terganggu praktis tidak berubah dan titik netral sama dengan nol. 2) Arus gangguan satu fasa ke tanah besar dan bila trafo tenaga pemasok dengan hubungan segitiga bintang, arus gangguan satu fasa ke tanah didekat gardu induk dapat lebih besar dari gangguan tiga fasa. Besarnya arus gangguan tergantung dari letak gangguannya. 3) Harus diisolir dengan membuka pemutus daya, agar tidak mengakibatkan terganggunya saluran lain Pentanahan Sistem Melalui Tahanan Pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding) dimaksud adalah suatu sistem yang mempunyai titik netral dihubungkan dengan tanah melalui tahanan (resistor). Pada umumnya nilai tahanan pentanahan lebih tinggi dari pada reaktansi sistem pada tempat dimana tahanan itu dipasang. Sebagai akibatnya besar arus gangguan fasa ke tanah pertama-tama dibatasi oleh tahanan itu sendiri. Dengan demikian pada tahanan itu akan timbul rugi daya selama terjadi gangguan fasa ke tanah. Gambar dibawah ini menunjukan pentanahan melalui tahanan. Gambar 2.13 Rangkaian Pentanahan Titik Netral Melalui Tahanan

22 26 Pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding) mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu : Keuntungan : 1) Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil 2) Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil. 3) Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang melaluinya. Kerugian : 1) Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama terjadinya gangguan fasa ke tanah. 2) Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan relai pengaman menjadi berkurang dan lokasi gangguan tidak cepat diketahui Pentanahan Sistem Melalui Kumparan Petersen Pentanahan sistem dengan kumparan Petersen adalah dimana titik netral dihubungkan ke tanah melalui kumparan Petersen (Petersen Coil). Kumparan Petersen ini mempunyai harga reaktansi (X L ) yang dapat diatur dengan menggunakan tap. Rangkaian pengganti pentanahan sistem dengan kumparan Petersen ditunjukkan pada gambar Gambar 2.14 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral dengan Kumparan Petersen Pada hakekatnya tujuan dari pentanahan dengan kumparan Petersen adalah untuk melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang sementara sifatnya (temporary fault), yaitu dengan membuat arus gangguan yang sekecil-kecilnya dan pemadaman busur api dapat terjadi dengan sendirinya. Kumparan Petersen berfungsi untuk memberi arus induksi (IL) yang mengkonpensir arus gangguan, sehingga arus gangguan itu kecil sekali dan tidak

23 27 membahayakan peralatan listrik yang dilaluinya. Arus gangguan ke tanah yang mengalir pada sistem sedemikian kecilnya sehingga tidak langsung mengerjakan relai gangguan tanah untuk membuka pemutusnya (PMT) dari bagian yang terganggu. Dengan demikian kontinuitas penyaluran tenaga listrik tetap berlangsung untuk beberapa waktu lamanya walaupun sistem dalam keadaan gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, yang berarti pula dapat memperpanjang umur dari pemutus tenaga (PMT). Sebaliknya pentanahan sistem dengan kumparan Petersen ini mempunyai kelemahan, yaitu sulit melokalisir gangguan satu fasa ke tanah yang bersifat permanen dan biasanya memakan waktu yang lama. Gangguan hubung singkat yang permanen itu dapat mengganggu bagian sistem yang lainnnya. Oleh karena itu hubung singkat tersebut tetap harus dilokalisir dengan menggunakan relai hubung singkat ke tanah (Ground fault relai). Pentanahan titik netral melalui kumparan Petersen mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu : Keuntungan : 1) Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi mahluk hidup. 2) Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat dihindari. 3) Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke tanah. 4) Gejala busur api dapat dihilangkan. Kerugian : 1) Relai gangguan tanah (ground fault relai) sukar dilaksanakan karena arus gangguan tanah relatif kecil. 2) Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap (permanen) pada sistem. 3) Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (setting) kembali.

24 Sambungan Penghantar Sambungan Penyatu (Ujijoint) Ini merupakan sebuah penyambungan tekan aluminium. Bila dipasang menggunakan cara dan peralatan yang benar, akan menghasilkan daya mekanis minimum 95% dari batas tegangan tarik penghantar. Penyambungan ini biasanya disuplai dengan isi campuran pencekam yang kasar yang sesuai. Sambungan semacam ini digunakan pada ujung atau tengah tengah bentangan Sambungan Pilin Ini adalah sambungan untuk pertengahan bentang yang paling sederhana. Sambungan ini dibuat dari pipa aluminium lonjong. Setiap sambungan mencangkup rentangan penghantar tertentu. Bila dipasang menggunakan cara dan peralatan yang benar, akan menghasilkan daya mekanis minimum 90% dari batas tegangan tarik penghantar. Sebelum dipasang, bagian dalam pipa dan ujung-ujung penghantar yang akan disambung harus bebas dari kotoran serta mengkilap karena gosokan ampelas yang sesuai. Daya guna listrik dapat ditingkatkan tanpa mengurangi daya guna mekanisnya dengan menambahkan kompon logam abrasive pada arah putar ke kanan, kunci harus diputar searah dengan arah putar jarum jam bila dilihat dari mulut pipa. Sambungan Pilin Gambar 2.15 Sambungan Pilin yang Terpasang Klem Alur Sejajar Pada umumnya ini dibuat dari paduan aluminium atau baja yang digalvanis. Klem baja digunakan untuk penghantar atau kawat tanah. Klem dapat digunakan untuk berbagai ukuran penghantar yang memenuhi syarat. Jika diperlukan sambungan ke penghantar tembaga, misalnya pada sambungan logam

25 29 rangkap, untuk ini perlu satu alur yang dilapisi timah. Sambungan pada penghantar logam rangkap harus dipasang sedemikian sehingga penghantar tembaga terletak di bawah penghantar aluminium. Hal ini untuk menjaga agar air yang tercemar tembaga tidak berhubungan dengan aluminium. Gambar 2.16 Klem Alur Sejajar Sambungan Jenis T yang Dibaut Alat ini dibuat dari paduan aluminium dan baut-baut baja yang digalvanis dan digunakan secara luas dan untuk sambungan jembatan dan peralatan di gardu hubung serta sambungan T penghantar berukuran besar pada saluran. Kemampuan mekanisnya lebih baik dibandingkan dengan klem alur sejajar. Gambar 2.17 Sambungan Jenis T yang Dibaut

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 DAFTAR ISI 18.1. SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 Halaman 18.1.1. Umum 3 18.1.2. Tujuan Pentanahan Titik Netral Sistem 4 18.1.3. Sistem Yang Tidak Ditanahkan (Floating Grounding) 5 18.1.4.

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV Ahmad Yani Program Studi Sistem Komputer, Universitas Dian Nusantara ahmad.yani@gmail.com ABSTRACT: In paper grounding system at 20 KV electrical

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber daya besar tersebut terletak pada daerah yang dilayani oleh sistem distribusi atau dapat juga terletak didekatnya. Sistem distribusi adalah semua

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV Moediyono Program Diploma III Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstract Moediyono, in paper grounding system at 20 KV electrical

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI 11 BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DESKRIPSI SISTEM TENAGA LISTRIK Energi listrik dari tempat dibangkitkan hingga sampai kepada pelanggan memerlukan jaringan penghubung yang biasa disebut jaringan transmisi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Sistem pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat - perangkat yang mempergunakan listrik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral Dalam kaitan dengan pentanahan netral sistem tenaga, beberapa penelitian terdahulu telah diidentifikasi, misalnya dalam pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik sangatlah besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3.1. JENIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam Jaringan (Sistem Kelistrikan) ada 3, yaitu: a. Gangguan Hubung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Jaringan Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

KOORDINASI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN SOFTWARE EDSA Sujito

KOORDINASI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN SOFTWARE EDSA Sujito Sujito; Koordinasi Proteksi Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi Menggunakan Software Edsa 2005 KOORDINASI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN SOFTWARE EDSA 2005 Sujito Abstrak: Dalam

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR III.1 Umum Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan fasa.

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI 83 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENTANAHAN NETRAL TRAFO PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN TINGGI

PERANCANGAN SISTEM PENTANAHAN NETRAL TRAFO PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN TINGGI Rahmawati, Perancangan Sistem Pentanahan Netral Trafo Pada Gardu Trafo Tiang 20 kv dengan Menggunakan Tahanan Tinggi PERANCANGAN SISTEM PENTANAHAN NETRAL TRAFO PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan bentuk energi yang cocok untuk dan nyaman bagi manusia. Tanpa listrik, infrastruktur masyarakat sekarang tidak akan menyenangkan. Pemanfaatan secara

Lebih terperinci

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Teknik Tenaga Listrik ialah ilmu yang mempelajari konsep dasar kelistrikan dan pemakaian alat yang asas kerjanya berdasarkan aliran elektron dalam konduktor (arus listrik).

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 1 Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK Latar Belakang Secara umum pentanahan adalah melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi. Sistem pentanahan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Gardu Induk (GI), energi listrik didistribusikan melalui penyulangpenyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kinerja Distribusi PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang Secara umum kinerja distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang mengalami penurunan yang baik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem tenaga listrik dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu pusat pembangkit listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja menuntut PLN guna meningkatkan pasokan tenaga listrik. Di dalam penyaluran energi listrik,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 0 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI Erhaneli (1), Aldi Riski () (1) Dosen Jurusan Teknik Elektro () Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci