SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR"

Transkripsi

1 [Type text] KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MAKSILA REGIO KANAN SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi Oleh: JASWEEN KAUR FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

2 2 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dpertahankan di hadapan tim penguji skripsi Medan, Pembimbing: Tanda tangan 1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp,RKG (K).. NIP : Amrin Thahir, drg.. NIP : Dewi Kartika,drg.. NIP :

3 3 TIM PENGUJI PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 21 Februari 2013 TIM PENGUJI KETUA ANGGOTA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp,RKG (K) : 1. Amrin Thahir, drg 2. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG 3. Dewi Kartika, drg

4 4 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2013 Jasween Kaur Kehilangan tulang alveolar maksila regio kanan secara radiografi panoramik dihubungkan dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang xi+47 halaman Radiologi dalam kedokteran gigi mempunyai peranan penting dalam memperoleh informasi diagostik. Kehilangan tulang alveolar yang disebabkan oleh penyakit periodontal dapat deteksi melalui radiografi panoramik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kehilangan tulang alveolar dikaitkan dengan penyakit periodontal yang dihubungan dengan berbagai faktor risiko. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden ada 137 orang masayarakat di Kecamatan Medan Selayang baik pria dan wanita usia tahun. Hasil penelitian menunjukan 86,1% masyarakat mengalami penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar yang parah dan mengalami kehilangan tulang alveolar pada regio maksila kanan lebih dari 4mm adalah 78,1%. Serta adanya hubungan antara usia, jenis kelamin dan merokok terhadap penyakit periodontal dan kehilangan tulang alveolar. Daftar Rujukan: 38 ( )

5 iv 5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayah saya, Harjit singh dan ibu saya, Salwinder Kaur yang selalu memberikan nasehat, cinta dan kasih sayang, didikan, dukungan secara moral dan materil kepada penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. 2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku ketua Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi Unuversitas Sumatera Utara atas segala saran dan masukan yang telah diberikan. 3. Dewi Kartika, drg selaku staf pembimbing dalam melakukan kegiatan penelitian dan atas segala saran dan masukan yang telah diberikan. 4. H. Amrin Thahir, drg., Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi. 5. Adik-adik saya Kewel Preet Singh, Harsimren Kaur serta binatang kesayangan saya Ssnoopy dan Blackie, yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, do a dan dukungan kepada penulis. 6. Ruth Marina, Siti Firdhanty Tridiany Hamid, Subadara Devi a/p Devandaran, Leni Khairani Irawan, Nabilah Khairiyah, Wilan Dita Nesyia, Elvita Srie Wahyuni, Savena a/p Bala Kumar yang telah banyak berkontribusi dalam membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.

6 v 6 7. Sahabat-sahabat saya tercinta Nurhasanah, Anggun, Ayum, Riskya Amalia, Hefni, Elpi dan Anggi yang telah banyak memberi semangat dan masukan kepada penulis. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan pemikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Medan, Februari 2013 Penulis, ( ) Jasween Kaur NIM:

7 vi 7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xi BAB 1 BAB 2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Aplikatif... 5 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Peran Radiografi Dalam Mengenali Periodontitis Foto Panoramik Penyakit Periodontal Etiologi Proses Resorpsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal 14

8 vii Mekanisme Kerusakan Tulang Penyakit Periodontal dan Faktor Risiko Penyakit Periodontal dan Usia Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin Penyakit Peridontal dan Merokok Indeks Periodontal Kerangka Konsep BAB 3 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian Prosedur Pengumpulan Data Alur Penelitian Pengolahan Data dan Analisa Data Pengolahan Data Analisa Data Data Univariant Data Bivariant Etika Penelitian HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Sampel Hubungan Penyakit Periodontal dengan Usia Hubungan penyakit Periodontal dengan Jenis Kelamin Hubungan Penyakit Periodontal dengan Kebiasaan Merokok Kehilangan Tulang Alveolar Maksila Regio Kanan BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran... 43

9 viii 9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 10 ix DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Kriteria skor periodontal menurut Russell Kondisi klinis dan skor periodontal menurut Rusell Definisi operasional Data statistik jumlah responden berdasarkan status periodontal Data statistik jumlah responden berdasarkan usia Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan merokok 32 8 Data statistik jumlah responden berdasarkan pendidikan Hubungan penyakit periodontal dengan usia pada kategori resorpsi tulang alveolar Hubungan penyakit periodontal dengan jenis kelamin pada kategori resorpsi tulang alveolar Hubungan penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok pada kategori resorpsi tulang alveolar Hubungan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar maksila regio kanan pada kategori resorpsi tulang alveolar... 36

11 11 x DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Radiografi panoramik menunjukkan adanya kehilangan tulang akibat periodontitis kronis Tahapan penyakit periodontal Penurunan tulang alveolar dan kehilangan perlekatan Perbedaan antara gingiva sehat, gingivitis dan periodontitis Gambar radiogarfi panoramik kehilangan tulang alveolar maksila regio kanan... 36

12 12 xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Persetujuan Komisi Etik 2 Lembar Data Personil Peneliti 3 Anggaran Penelitian 4 Jadwal Penelitian 5 Kuisioner 6 Hasil Perhitungan SPSS

13 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi di dalam kedokteran gigi mempunyai peranan penting dalam memperoleh informasi diagnostik untuk penatalaksanaan kasus, mulai dari menegakakan diagnosis, merencanakan perawatan, menentukan prognosis. 1 Dental radiografi terdiri dari radiografi intra oral dan ekstra oral. Namun, pada kelainan atau perubahan yang bersifat menyeluruh seperti manifestasi penyakit sistemik di rahang, perluasan tumor, penyakit periodontal yang menyeluruh, teknik radiografi ekstraoral sperti panoramik merupakan teknik yang paling dipilih untuk mengevaluasi perubahan densitas tulang maupun kehilangan tinggi tulang alveolar karena radiografi panoramik dapat memperlihatkan kedua rahang atas dan bawah serta struktur anatomis yang berdekatan sampai seluruh tulang muka dan sebagian tulang vertebra servikal 3-4 (C3-C4) dalam satu lembar radiograf. 1 Kehilangan tulang yang disebabkan oleh penyakit periodontal hanya dapat dinilai dari gambaran radiografi dan jenis pemeriksaan radiografi yang paling sering dipakai untuk megukur kehilangan tulang alveolar adalah periapikal, bitewing dan panoramik. Teknik-teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam menginterpretasikan hasil. Bila dipertimbangkan dari segi dosis radiasi yang akan diterima oleh individu, kenyamanan individu, biaya yang harus dikeluarkan maka, teknik radiografi panoramik merupakan teknik yang paling banyak dipilih dalam melihat kehilagan tulang alveolar yang disebabkan oleh penyakit periodontal. 2 Penyakit periodontal adalah istilah inklusif yang menggambarkan setiap penyakit pada jaringan sekitar gigi, termasuk penyakit gingiva dan penyakit pada struktur pendukung gigi. 3 Penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling sering terjadi dan juga merupakan penyebab kehilangan gigi yang paling besar di dunia dan penyakit ini juga menempati peringkat ke empat penyakit termahal dalam pengobatan (The World Oral Helath Report, 2003) 4

14 14 Beberapa penelitian terbaru menunjukan adanya hubungan penyakit periodontal dengan faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok. 4-7 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meisel pada tahun 2002, laki-laki berada pada risiko yang lebih tinggi pada penyakit periodontal dan menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh adanya enzim Myeloperoxidase (MPO) yang lebih tinggi pada wanita dari pada pria. Enzim Myeloperoxidase (MPO) adalah suatu enzim yang pengeluarannya dipengaruhi estrogen dan berada didalam leukosit polimorfonuklear. Enzim ini dapat merangsang pembentukan suatu asam yang mencegah bakteri infeksi 8 Penelitian yang dilakukan oleh Fehrenbach MJ tahun 2002 di Amerka menyatakan lebih dari setengah orang dewasa di Amerika mengalami penyakit gingivitis yang merupakan tahap awal dari penyakit periodontal dan semankin parah pada usia 70 tahun dimana, 86% dari masyarakat berusia 70 tahun tersebut mengalami peridontitis sedang dan periodontitis berat. 9 Data ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh National Survey of Oral Health tahun 2004 pada orang Australia dewasa dimana, prevalensi panyakit periodontitis pada usia tahun sebesar 2,8% dan meningkat pada usia 75 tahun sebesar 60,8%. 10 Penelitian dari Macedo TCN dkk tahun 2006 di Brazil, masyarakat Bahia, Brazil, prevalensi masyarakat yang memiliki penyakit periodontitis pada sampel yang mempunyai kebiasaan merokok lebih tinggi dua kali lipat daripada sampel yang tidak merokok yaitu sebesar 17,8% pada sampel yang tidak merokok dan 38,9% pada sampel yang merokok. Dari penelitian tersebut juga didapati prevalensi panyakit peridontitis pada sampel yang jarang menyikat gigi lebih tinggi 1,79 kali dari sampel yang menyikat gigi dengan baik dan 40% pada sampel yang jarang menyikat giginya. 5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nazish Alam tahun 2012 yang dilakukan di Narayanapuram Chennai, pria tampaknya lebih berisiko terhadap penyakit periodontal destruktif daripda perempuan, namun tidak tampak bahwa pria beresiko lebih cepat daripada wanita dalam kerentanan penyakit periodontal. 6

15 15 Penelitian Ababneh KT dkk tahun 2012 di Jordania pada 595 pasien yang datang ke pusat kesehatan, rumah sakit gigi pendidikan dan dua praktek dokter gigi pribadi bagian utara Jordania yang terdiri dari 236 pria dan 359 wanita, dihasilkan bahwa 90,3% pria mengalami penyakit periodontal sedangkan wanita hanya 79,4%., dengan rasio perbandingan L:P= 1,6:1 11 Prevalensi penyakit gigi dan mulut masih sangat tinggi di Indonesia. Data tahun 2001 menyebutkan bahwa diantara peyankit yang muncul di masyarkat, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang tertinggi meliputi 60% penduduk. Dari penyakit gigi dan mulut tersebut, penyakit periodontal memiliki prevalensi cukup tinggi. 12 SKRT tahun 2011 di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi penyakit gigi dan mulut termasuk karies dan penyakit periodontal merupakan masalah yang cukup tinggi, yaitu 60% yang dikeluhkan masyarakat. 13 Situmorang N tahun 2004 melaporkan prevalensi penyakit periodontal sebesar 96,58% penduduk pada seluruh kelompok usia produktif di masyarakat di Kecamatan Medan baru dan Medan Selayang. 12 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Albert tahun 2011 di kota Medan tepatnya pada kecamatan Medan Belawan menyatakan bahwa prevalensi penyakit periodontal pada Kecamatan Medan Belawan adalah sebesar 94,6%. 14 Penulis bermaksud melanjutkan penelitian menganai penyakit periodontal di Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Selayang karena belum ada data terbaru mengenai ini, serta dihubungkan dengan faktor-faktor resiko seperti usia, jenis kelamin, merokok, dan pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dan selama ini belum adanya data tentang penyakit periodontal khususnya pada daerah Kecamatan Medan Selayang, maka perumusan rmasalah yang timbul sebagai berikut :

16 16 1. Berapa prevalensi penyakit periodontal kaitannya dengan kehilangan tulang alveolar pada maksila regio kanan dilihat melalui radiografi panoramik pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang 2. Apakah ada hubungan antara usia dengan penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang 3. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal pada masyarkata di Kecamatan Medan Selayang 4. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal pada masyarkat di Kecamatan Medan Selayang 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi masyarkat yang mengalami kehilangan tulang alveolar maksila regio kanan yang disebabkan oleh penyakit periodntal di tinjau secara radiografi panoramik di Kecamatan Medan Selayang 2. Untuk mengetahui hubungan antara usia dengan penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang. 3. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang. 4. Untuk mengetahui hubungan antara merokok dengan penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang.

17 Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah a. Ada hubungan antara usia dengan penyakit periodontal masyarakat di Kecamatan Medan Selayang. b. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang. c. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal pada masyarkat di Kecamatan Medan Selayang 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kepada instansi kesehatan maupun menjadi bahan ajar yang berguna bagi fakultas-fakultas kedokteran gigi. b. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal dan dampak dari penyakit periodontal tersebut sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan perubahan tingkah laku masyarakat Manfaat Aplikatif a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan penyuluhan bagi tenaga-tenaga kesehatan. b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi yang benar sehingga dapat mencegah dan meminimalkan terjadinya penyakit periodontal. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap aparatur tentang kesehatan yang terkait dengan panyakit periodontal dan kehilangan tulang

18 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek kedokteran gigi adalah bitewing radiografi dan periapikal radiografi. Pemeriksaan klinis dan radiografi memegang peranan yang penting dalam diagnosa penyakit periodontal, begitu pula dengan pilihan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Bitewing radiografi dan periapikal radiografi berguna untuk tujuan tersebut. Selain radiografi intra-oral, radiografi panoramik juga digunakan sebagai pemeriksaan tambahan pada jaringan tulang marginal Peran Radiografi dalam Mengenali Periodontitis Teknik radiografi yang berperan dalam mengenali periodontitis salah satunya adalah teknik ronsen panoramik. Foto panoramik merupakan foto ronsen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur fasial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Struktur periodontal yang teridentifikasi dalam radiografi meliputi lamina dura, tulang alveolar, ruang ligamen periodontal dan sementum. Foto panoramik dapat mendiagnosa penyakit periodontal kebanyakan pada kasus yang sudah parah. 16

19 19 Gambar 1. Radiografi panoramik menunjukkan adanya kehilangan tulang akibat periodontitis kronis. 17 Data klinis dan radiografi sangat penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal. Radiografi akan sangat membantu dalam evaluasi jumlah tulang yang ada, kondisi alveolar crests, kehilangan tulang pada daerah furkasi, lebar dari ruang ligamen periodontal. 16 Peranan radiografi selain dalam mengenali penyakit periodontal.juga berperan untuk: melihat panjang dan morfologi akar gigi, rasio mahkota dengan akar gigi, melihat sinus maksilaris, gigi impaksi, supernumerary dan missing teeth. 16 Keterbatasan radiografi, yaitu : Radiografi konvensional memberikan gambar dua dimensi. Sedangkan gigi merupakan objek tiga dimensi yang kompleks. Akibat dari gambar yang tumpang tindih, detail bentuk tulang menjadi tidak terlihat. 2. Radiografi tidak memperlihatkan permulaan dari penyakit periodontal. Setidaknya % demineralisasi terjadi dan tidak terlihat pada gambaran radiografi.

20 20 3. Radiografi tidak memperlihatkan kontur jaringan lunak dan tidak merekam perubahan jaringan jaringan lunak pada periodonsium. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang teliti dikombinasi dengan pemeriksaan radiografi yang tepat dapat memberikan data adekuat untuk diagnosis keberadaan dan penyebaran dari penyakit periodontal Foto Panoramik Panoramik merupakan salah satu foto ronsen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. Foto panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan mulut tentaranya. Foto panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral. 1 Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. 1 Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah. Foto panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi. 1 Adapun seleksi kasus yang memerlukan gambaran panoramik dalam penegakan diagnosa diantaranya seperti: 1 1. Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi gambaran pada intra-oral.

21 21 2. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm. 3. Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. 4. Foto rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan. 5. Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan gigi atau benih gigi. 6. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula. 7. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, seperti gingiva/gusi dan jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. 18 Ada beberapa sub-tahapan penyakit periodontal, tetapi hanya tiga tahap yang utama: Tahap I adalah periodontitis I, juga dikenal sebagai gingivitis. Gingivitis ditandai dengan gusi bengkak, berdarah ketika mengukur kedalaman saku gusi (kedalaman daerah antara gusi dan gigi). Pasien yang menderita gingivitis akan memiliki kedalaman saku 3mm, seorang pasien normal akan memiliki kedalaman poket kurang dari 3mm (Hafernick). 2. Tahap II dari penyakit periodontal adalah periodontitis II, hal ini ditandai dengan bengkak, gusi berdarah dengan kedalaman poket hingga 5mm dan tahap awal dari pengeroposan tulang (Hafernick).

22 22 3. Tahap III dari penyakit periodontal adalah periodontitis III, hal ini ditandai dengan bengkak, gusi berdarah, kehilangan tulang lebih, resesi gusi, dan kedalaman saku hingga 6mm (Hafernick). Kehilangan tulang ini membedakan periodontitis dengan gingivitis. Setelah beberapa tahun, akan terjadi kehilangan gigi. 18 a b c d Gambar 2. Tahapan penyakit periodontal 19 a. Gingiva normal b. Periodontitis I (gingivitis) c. Periodontitis II d. Periodontitis III Periodontitis menunjukkan peradangan yang sudah mengenai jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif, biasanya dijumpai antara usia tahun dan bersifat irreversible (tidak dapat kembali normal). Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi dan bila gigi tersebut sampai hilang/tanggal berarti terjadi kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di dalam rongga mulut seumur hidup, karakteristik penyakit periodontal berupa pembentukan poket dan kerusakan tulang alveolar. Dari gambaran radiografi dapat

23 23 dibandingkan ketinggian tulang alveolar terhadap cemento enamel junction (CEJ). Ketinggian tulang alveolar terhadap CEJ 2-3 mm belum menunjukan kehilangan tulang yang nyata. Sedangkan ketinggian tulang alveolar terhadap CEJ lebih dari 3 mm biasanya menunjukan kehilangan tulang yang nyata. 18,20,21 Penyebab dari penyakit periodontal ini adalah kebersihan rongga mulut yang buruk. 22 Gingiva terkena penyakit ketika ada bakteri via tartar (plak) yang terdeposit antara gigi dan gingiva. Ini merusak jaringan gingiva melalui aksi provokatif. 23 Periodontitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal yang ringan akan terlihat peradangan hanya pada gusi, sedangkan pada keadaan yang lebih berat akan terjadi kerusakan pada tulang pendukung gigi. 24 Gigi melekat pada rahang oleh ligamen ligamen yang kuat. Gingiva juga terhubung dengan gigi oleh serat serat mikroskopis dan gusi terletak antara perlekatan gigi dan tulang sebagai pelindung. Periodontitis dimulai pada bagian dangkal dimana gigi dan gingiva bertemu, biasanya terbentuk sebagai infeksi gingiva ringan (gingivitis). 9 Perkembangan bakteri pada kantung ini disebabkan oleh kebersihan rongga mulut yang inadekuat. Gingiva mulai terlepas dari gigi dan kantung semakin dalam, sehingga semakin susah untuk dibersihkan dan mendorong pembentukan deposit yang melekat kuat dibawah batas gingiva. 9

24 24 Gambar 3. Penurunan tulang alveolar dan kehilangan perlekatan 25 Seiring dengan waktu, infeksi ini dapat menyebabkan inflamasi pada tulang dimana akan menyebabkan tulang perlahan habis dan merusak perlekatan antara tulang dengan gigi Etiologi Faktor penyebab penyakit periodontal dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan di sekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum. 18 Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal seperti: inflamasi gingiva dan trauma oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar. 18 Faktor lokal yang dapat menyebabkan kerusakan tulang diantarnya sebagai berikut: Plak bakteri 2. Kalkulus 3. Impaksi makanan 4. Bernafas melalui mulut 5. Sifat fisik makanan 6. Iatrogenik dentistry; dan 7. Traumatik oklusi Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material

25 25 material seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel sel penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. 18 Faktor faktor sistemik meliputi : Demam yang tinggi; 2. Defisiensi vitamin; 3. Pemakaian obat obatan; 4. Hormonal; dan 5. Penyakit sistemik. 2.5 Proses Resorpsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal Resorpsi tulang merupakan proses morfologi kompleks yang berhubungan dengan adanya erosi pada permukaan tulang dan sel raksasa multinucleated (osteoklas). Osteoklas berasal dari jaringan hematopoietic dan terbentuk dari penyatuan sel mononuclear. 27 Ketika osteoklas aktif, terjadi pertambahan yang banyak dari enzim hidrolitik yang akan disekresikan pada daerah border. Enzim ini merusak bagian organik tulang. Aktivitas osteoklas dan morfologi border dapat dimodifikasi dan diregulasi oleh hormon seperti parathormone dan calcitonim yang mempunyai reseptor pada membran osteoklas. 27 Kerusakan periodontal terjadi secara episodik dan intermitten selama periode tidak aktif. Periode kerusakan menghasilkan kehilangan kolagen dan tulang alveolar dengan pendalaman poket periodontal. Onset destruksi tidak semuanya dapat dijelaskan walaupun telah dikemukakan beberapa teori sebagai berikut : Aktivitas destruksi berhubungan dengan ulserasi subgingiva dan reaksi inflamasi akut yang menghasilkan kehilangan tulang alveolar yang cepat. 2. Aktivitas destruksi mirip dengan konversi lesi predominan limfosit T yang

26 26 mengalami infiltrasi ke dalam sel plasma predominan limfosit B. 3. Periode eksaserbasi berhubungan dengan peningkatan flora gram (-) anaerob yang terdapat di dalam poket, dan periode remisi sama dengan pembentukan flora gram (+) dengan kecenderungan mengalami mineralisasi. 4. Invasi jaringan oleh satu atau beberapa spesies bakteri diikuti dengan pertahanan lokal dari host. Menurut Garant dan Cho (1979), faktor lokal yang menyebabkan resorpsi tulang terdapat pada bagian proksimal permukaan tulang. Menurut Page dan Schroeder (1982), bakteri plak dapat menyebabkan kehilangan tulang sekitar 1,5 2,5 mm, dan apabila diatas 2,5 mm tidak memberikan efek. Defek angular interproksimal dapat timbul hanya pada ruangan yang lebarnya lebih dari 2,5 mm karena ruangan yang sempit akan rusak total. Defek besar yang mm dari jauh melebihi 2,5 permukaan gigi (pada tipe periodontitis agresif) dapat disebabkan oleh adanya bakteri di dalam jaringan. 27 Gambar 4. Perbedaan antara gingiva sehat, gingivitis dan periodontitis 28 Gingiva yang sehat akan mendukung gigi. Apabila terjadi gingivitis dan tidak dirawat, maka gingival menjadi lemah dan terbentuk poket di sekeliling gigi. Terdapat banyak plak dan kalkulus di dalam poket, gingiva mengalami resesi, dan terjadi periodontitis Mekanisme Kerusakan Tulang Hausman telah mengemukakan lima mekanisme bagaimana plak bakteri dapat

27 27 menyebabkan kehilangan tulang alveolar pada penyakit periodontal: 30 a. aksi langsung dari produk plak terhadap sel-sel progenitor tulang menginduksi diferensiasi sel-sel progenitor tersebut menjadi osteoklas. b. Produk plak bakteri beraksi secara langsung terhadap tulang dan merusaknya melalui mekanisme nonseluler. c. Produk plak menstimulasi sel-sel gingiva sehingga sel-sel gingiva tersebut melepas mediator yang pada akhirnya mengiinduksi sel-sel progenitor tulang berdiferensiasi menjadi osteoklas. d. Produk plak menyebabkan sel-sel gingiva melepaskan substansi yang dapat bertindak sebagai ko-faktor pada resorpsi tulang. e. Produk plak menyebabkan sel-sel gingiva melepaskan substansi yang merusak tulang dengan jalan aksi kimiawi secara langsung tanpa keterlibatan osteoklas. 2.7 Penyakit Periodontal dan Faktor Resiko Faktor resiko dapat didefinisikan sebagai penyebab atau karakteristik yang terkait dengan tingkat peningkatan penyakit. 31 Penting untuk mengetahui perbedaan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit tetapi tidak selalu menyebabkan penyakit. Umur, jenis kelamin, genetik, ras merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Sedangkan oral hygiene, merokok, penyakit sistemik, obesitas, sosial ekonomi, dll merupakan faktor resiko yang dapat diubah Penyakit Periodontal dan Usia Bertambahnya umur menyebabkan resiko terhadap penyakit periodontal semankin besar. 9 Perubahan yang terjadi pada jaringan periodontal dikaitkan dengan bertambahnya umur yaitu, pada gingiva bisa terjadi: hilangnya keratinisasi, hilangnya stippling, gingiva cekat bertambah lebar, seluler jaringan ikat berkurang, berkurangnya konsumsi oksigen dan aktivitas metabolisme. Pada ligamen periodontal terjadi perubahan berupa bertambahnya jumlah serabut elastik, berkurangnya vaskularisasi dan terdapat aktivitas mitotik. Pada sementum, akan terjadi penambahan

28 28 sementum hingga beberapa kali lipat. Sedangkan, perubahan pada tulang alveolar akibat proses penuaan dapat berupa osteoporosis, berkurangnya vaskularisasi, berkurangnya aktivitas metabolism dan kemampuan penyembuhan resorpsi tulang bisa meningkat atau berkurang begitu pula kepadatan tulang bisa meningkat atau berkurang tergantung dari lokasinya. 30 Perubahan jaringan periodontal tersebut yang diduga kuat menambah kerentanan terjadinya penyakit periodontal pada orang yang berusia lanjut, walaupun belum jelas apakah perubahan pada jaringan periodontal ini disebabkan oleh efek kumulatif dari penyakit periodontal selama bertahun-tahun atau karena menunrunya pertahanan tubuh terhadap penuaan Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kehilangan perlekatan pada orang dewasa, dimana laki - laki memiliki prevalensi dan keparahan yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Data penemuan ini mungkin berhubungan dengan faktor predisposisi genetik atau kebiasaan sosial. 3 Seperti pada umumnya laki laki memiliki faktor lokal dan kehilangan perlekatan yang lebih daripada wanita. Dari hasil tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kebiasaan pencegahan daripada perbedaan gender Penyakit Periodontal dan Merokok Pinborg (1947) merupakan orang pertama yang mengemukakan adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok. 16 Ada bukti yang kuat bahwa merokok dapat mempengaruhi respon host bawaan dan kekebalan. Ditemukan bahwa penurunan inflamasi dan cairan sulkus gingival pada perokok dan bukan perokok bahwa merokok dapat merusak aliran darah pada gingiva. 29 Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi dapat memberikan pengaruh langsung terhadap jaringan periodontal. Perokok mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit periodontal seperti kehilangan tulang

29 29 alveolar, peningkatan kedalaman saku gigi serta kehilangan gigi, dibandingkan dengan yang bukan perokok. 33 Munculnya berbagai kondisi patologis sistemik maupun lokal dalam rongga mulut, disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi molekul, termasuk saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva, diikuti dengan penurunan fungsinya, ditemukan pada beberapa kelainan di rongga mulut. 33 Tar, nikotin, dan gas karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran nafas, dan paru paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker. 33 Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel membran. 33 Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Karbonmonoksida memiliki afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin. 33 Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan Indeks Periodontal Pengukuran indeks periodontal pada kasus ini menggunakan kriteria Russell. Indeks ini digunakan untuk memperkirakan kedalaman penyakit periodontal dengan cara mengukur ada atau tidaknya inflamsi gingiva dan keparahannya, pembentukan

30 30 saku dan fungsi pengunyahan. Pengukuran dilakukan pada semua gigi yang ada. Semua jeringan gingiva dan keterlibatan periodontal. Russell memilih skor nilai (0,1,2,6,8) untuk menghubungkan level penyakit dalam suatu penelitian epidemiologi untuk mengamati kondisi klinis. 34 PI SCORE = Jumlah Skor Individu Jumlah Gigi yang Diperiksa Tabel 1. Kriteria skor periodontal menurut Russell 23 Skor Kriteria dan Penilaian Dalam Studi Lapangan Negatif : tidak ada inflamasi pada jaringan yg dilihat ataupun kehilangan fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung Mild Gingivitis : ada area inflamasi pada gingiva bebas, tetapi area tersebut tidak membatasi gigi Gingivitis : inflamasi telah membatasi gigi sepenuhnya, tetapi tidak tampak kerusakan perlekatan pada epitel Penambahan Kriteria X-Ray diikuti dalam Uji Klinis Penampilan radiografis normal

31 31 Lanjutan tabel 1 Skor Kriteria dan Penilaian Dalam Studi Lapangan Digunakan bila terdapat alat radiografi Gingivitis with pocket formation: ada kerusakan pada perlekatan epitel dan terdapat saku. Tidak ada gangguan fungsi pengunyahan. Gigi masih melekat erat dan tidak melayang. Adanya kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang akar gigi. Kerusakan lanjutan dengan hilangnya fungsi penguyahan. Gigi mungkin tanggal ataupun melayang. Gigi tampak pudar saat diperkusi, dan mungkin tertekan dalam soket. Penambahan Kriteria X-Ray diikuti dalam Uji Klinis Ada seperti cekukan awal resorpsi tulang alveolar Kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang akar gigi Ada kehilangan tulang lanjutan, meliputi lebih dari satu setengah panjang akar gigi. Terjadi perluasan ligamen periodontal bukan resorpsi

32 32 Tabel 2. Kondisi klinis dan skor periodontal menurut Russell 23 Kondisi Klinis Grup-Skor Periodontal Indeks Jaringan pendukung normal secara klinis 0,0-0,2 Gingivitis Sederhana 0,3-0,9 Penyakit periodontal destruktif awal 0,7-1,9 Penyakit periodontal destruktif 1,6 5,0 Level penyakit Reversible Irreversible 2.9 Kerangka Konsep Foto Panoramik Faktor Yang Mempengaruhi : Penyakit Periodontal Evaluasi Kehilangan Tulang Alveolar 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Merokok

33 33

34 34 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional (sekali waktu). Disebut dengan penelitian deksriptif analitik karena penelitian diarahkan untuk menguraikan atau menjelaskan apa yang menjadi permasalahan, tujuan penelitian dan mencari hubungan antar variabel. Sedangkan menggunakan pendekatan cross-sectional (sekali waktu) karena pemeriksaan, observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap responden penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel responden pada saat pemeriksaan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Selayang dan Laboratorium Pramita Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan September sampai Desember tahun 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Selayang yang terdiri atas Kelurahan Asam Kumbang, Kelurahan

35 35 Padang Bulan I, Kelurahan Padang Bulan II, Kelurahan Sempakata, Kelurahan Tanjung Sari dan Kelurahan Beringin Sampel Sampel penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita yang berusia diantara tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Selayang yang memiliki penyakit periodontal. Jumlah sampel minimum dihitung menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut : Keterangan : = besar sampel = derajat batas atas, untuk = 0,05 = 1,96 = derajat batas bawah, untuk = 0,01 = 1,282 = proporsi dari penelitian sebelumnya = 50% = 0,5 = proporsi yang diharapkan oleh peneliti = 36% = 0,36 Maka,

36 36 129,8 130 Jadi, minimal populasi yang diteliti pada penelitian ini ialah 130 orang Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi a. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang berusia tahun dan menyetujui informed consent. b. Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang hadir pada saat hari pemeriksaan. c. Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang bersedia mengikuti pemeriksaan Kriteria Eksklusi a. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang memiliki penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi. b. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang hamil. c. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang atau melakukan perawatan penyakit periodontal. d. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang perawatan ortodontik.

37 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel Bebas : Usia Jenis Kelamin Kebiasaan Merokok Pendidikan Variabel Terikat : Radiografi Kehilangan Tulang Alveolar Definisi Operasional Tabel 3. Definisi operasional No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran 1 Penyakit Peradangan pada Observasi Periodontal jaringan dan periodonsium Pemeriksaan 2 Kehilangan Pengurangan tinggi Radiografi Tulang tulang alveolar dari Alveolar batas normal (>3mm) Hasil Pengukuran Penilaian : 1= ada penyakit periodontal 2= tidak ada penyakit periodontal Penilaian: 1= ada kehilangan tulang alveolar 2= tidak ada kehilangan tulang alveolar Skala Ordinal Ordinal

38 38 Lanjutan Tabel 3 No Variabel Defenisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran 3 Usia Usia responden yang Kuesioner Usia terhitung sejak lahir tahun hingga ulang tahun terakhir. Satuan: tahun Skala Numerik 4 Jenis Kondisi responden Kuesioner Pria atau Ordinal Kelamin berdasarkan jenis Wanita kelamin 5 Kebiasaan Aktivitas menghisap Kuesioner Ya atau Ordinal Merokok atau menghirup asap Tidak rokok dengan menggunakan pipa maupun rokok 3.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian Prosedur Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi pada semua tenaga peneliti. Pertama-tama responden diminta untuk mengisi kuisioner disertai dengan anamnesa oleh peneliti. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis rongga mulut. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sonde, kaca mulut dan pinset.

39 39 Pemeriksaan klinis pada rongga mulut ini mencakup pemeriksaan terhadap status periodontal dimana gigi yang diperiksa adalah gigi 11, 16, 26, 31, 36 dan 46. Pemeriksaan status periodontal dilakukan secara visual dan ditentukan skor yang diperoleh berdasarkan indeks periodontal Russell. Pada responden yang mempunyai masalah dengan jaringan periodonsium maka dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi panoramik untuk memeriksa besar kehilangan tulang alveolar pada maksila regio kanan. Pengambilan radiografi dengan mesin radiografi panoramik merek ASAHI model AUTOIIIE dengan sistem sensor digital. Kemudian hasil foto panoramik diproses dengan Fuji film FCR CAPSULA XL II yang kemudian menghasilkan film radiografi panoramik. Setelah film panoramik diperolah maka selanjutnya dilakukan pengukuran kehilangan tulang alveolar pada maksila regio kanan. Pangukuran dilakukan olah radiologist. Gigi yang diukur ialah gigi posterior 15, 16 atau 17. Cara pengukuran dilakukan dengan melihat jarak antara CEJ dan crest alveolar pada salah satu gigi posterior kemudian dibandingkan dengan gigi posterior sebelahnya atau terdekat. Pengukuran dikelompokan manjadi dua yaitu: 3-4 mm dan >4 mm. Setalah diperoleh seluruh data, maka data diolah oleh ahli statistik untuk memperoleh prevalensi penyakit periodontal dan hubungannya dengan faktor-faktor penyebab yang telah ditentukan.

40 Alur Penelitian a. Survey Lapangan Penelitian Pemilihan Responden Wawancara dan Kuesioner Seleksi Kriteria Sampel yang Sesuai b. Pemeriksaan Keadaan Jaringan Periodontal Pemeriksaan Keadaan Jaringan Periodontal Pengambilan Data Hasil Pemeriksaan Analisa Data c. Seleksi Sampel untuk Foto Ronsen Panoramik Seleksi Sampel untuk dibawa ke Laboratorium Pramita Pengambilan Foto Ronsen Panoramik Analisa Hasil Foto Ronsen (dibaca oleh Radiologist) 3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolah data Analisis Data Analisa data diperoleh dengan menghitung:

41 Data Univariant 1. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang. 2. Prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi Panoramik di Kecamatan Medan Selayang Data Bivariant 1. Hubungan usia dengan penyakit periodontal Untuk menguji hubungan umur dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square. 2. Hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal Untuk menguji hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square. 3. Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal Untuk menguji hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square. 3.7 Etika Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) nomor: 316/KOMET/FK USU/2012. Sebelum menjadi subjek penelitian, peneliti akan memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian. Subjek penelitian dapat menerima ataupun menolak dijadikan subjek penelitian. Bagi mereka yang menyetujui diminta untuk menandatangani informed consent secara sadar dan tanpa paksaan. Informed consent ini mencakup tujuan, manfaat maupun resiko dari penelitian yang akan dilakukan.

42 42 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Sampel Sampel pada penelitan ini berjumlah 137 orang yang melibatkan 30 responden laki-laki dan 107 perempuan. Penelitian ini memeriksa status periodontal dan penurunan tulang alveolar dari CEJ, gigi 15, 16 atau 17 dan kemudian dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok serta dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya. Tabel 4: Data statistik jumlah responden berdasarkan status periodontal Status Periodontal Frekuensi (orang) Persentase (%) Normal 0 0 Gingivitis 2 1,5 Reversible Penyakit periodontal 17 12,4 destruktif tahap awal Penyakit periodontal 80 58,4 destruktif Irreversible Penyakit periodontal 38 27,7 destruktif tahap akhir Total Dari hasil penelitian di dapat data prevalensi penyakit periodontal pada Kecamatan Medan Selayang adalah 86,1% dari total 137 orang sampel

43 43 Tabel 5: Data statistik jumlah responden berdasarkan usia Umur (Tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%) , , , ,1 Total Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang turut berperan serta paling banyak adalah masyarakat dengan usia tahun 59 orang (43,1%), tahun (32,1%), tahun (19,7%), dan tahun (5,1%). Tabel 6: Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%) Pria 30 21,9 Wanita ,1 Total Dari Tabel 6 juga dapat dilihat responden pria sebesar 30 orang (21,9%) dan wanita sebesar 107 orang (78,1%).

44 44 Table 7: Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan merokok Kebiasaan Frekuensi (Orang) Persentase (%) Merokok 20 14,6 Tidak merokok ,4 Total Pada Tabel 7 dapat dilihat kebiasaan merokok sebanyak 20 orang (14,7%) dari 137 orang sampel dan yang tidak merokok 117 orang (85,4%). Table 8: Data statistik jumlah responden berdasarkan pendidikan Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%) Tidak ada 5 3,6 SD 32 23,4 SMP 40 29,2 SMA 47 34,3 Perguruan Tinggi 13 9,5 Total Pada Tabel 8 dapat dilihat data jumlah responden berdasarkan status pendidikannya, masyarakat dengan pendidikan Tidak ada 5 orang (3,6%), SD 32 orang (23,4%), SMP 40 orang (29,2%), SMA 47 orang (34,3%) dan perguruan tinggi 13 orang.

45 Hubungan Penyakit Periodontal dengan Usia Tabel 9: Hubungan penyakit periodontal dengan usia pada kategori resorpsi tulang alveolar Usia (Tahun) Frekuensi (orang) Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi Panoramik (Orang) Persentase (%) , , ,9 Total Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat hubungan penyakit periodontal dengan usia dimana persentase paling tinggi terdapat pada usia tahun (42,7%) dan kemudian diikuti dengan usia tahun (37%), tahun (18,2%), dan tahun (11,8%).

46 Hubungan Penyakit Periodntal dengan Jenis Kelamin Table 10: Hubungan penyakit periodontal dengan jenis kelamin pada kategori resorpsi tulang alveolar Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi Panoramik (Orang) Persentase (%) Pria ,7 Wanita ,5 Total Pada Tabel 10 dapat dilihat dari 107 oramg responden wanita 23 orang (21,5%) mengalami resorpsi tulang alveolar yang lebih dibandingkan dengan 30 orang responden pria 5 orang (16,7%) mengalami resoprsi tulang alveolar.

47 Hubungan Penyakit Periodontal dengan Kebiasaan Merokok Tabel 11: Hubungan penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok pada kategori resorpsi tulang alveolar Kebiasaan Frekuensi (orang) Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi Panoramik (orang) Persentase (%) Merokok Tidak merokok ,5 Total Pada Tabel 11 diatas dapat dilihat dari 20 orang responden yang merokok 4 orang (20%) memiliki resiko mengalami rerospsi tulang alveolar dan dari 117 orang responden yang tidak merokok 24 orang (20,5%) yang memiliki resoprsi tulang alveolar.

48 Kehilangan Tulang Alveolar pada Maksila Regio Kanan Tabel 12: Hubungan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar maksila regio kanan pada kategori resorpsi tulang alveolar Regio Maksila Kanan Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi Persentase Panoramik 3-4mm 8 28,6% >4mm 20 71,4% Total Pada Tabel 12 diatas dapat dilihat responden yang mengalami kehilangan tulang 3-4 mm terdapat 8 orang (28,6%) dan >4mm terdapat 20 orang (71,4%) dari total 28 orang responden yang mengalami penyakit periodontal yang Irreversible. Gambar 5: Gambar radiografi panoramik kehilangan tulang alveolar maksila regio kanan.

49 49 BAB 5 PEMBAHASAN Penyakit periodontal adalah jangkitan bakteri kronik yang melibatkan gingiva dan tulang yang menyokong gigi. 35 Penyakit periodontal dibagi kedalam dua kelompok yaitu gingivitis dan periodontitis. 36 Penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri didalam plak (selaput yang menempel pada gigi dan tidak berwarna). 35 Secara umum perbedaan periodontitis dan gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan jaringan ikat ke gigi pada keadaan gingiva yang terinflamasi, terjadi kehilangan ligament periodontal, terganggunya perlekatan ke sementum dan resorpsi tulang. 36 Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Selayang di enam kelurahan, yaitu Kelurahan Asam Kumbang, Kelurhan Tanjung Sari, Kelurahan Beringin, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang Bulang Selayang II. Untuk memperoleh identitas dan riwayat medis responden dilakukan dengan teknik wawacara dan pengisian kuesioner. Seleksi sampel juga dilakukan berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi.. Setelah dilakukan penyeleksian sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk mendapatkan status periodontal. Pemeriksaan status periodontal ini dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 11, 16, 26, 31, 36, dan 46 setelah itu akan dilakukan seleksi berasarkan penilaian status periodontal responden sehingga dapat dilakukan rontgen foto panoramik untuk mengukur besarnya penurunan tulang alvelolar. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang cukup tinggi yaitu 86,1% dari 137 orang sampel menderita penyakit periodontal (tabel 5) bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Albert dkk di Kecamatan Medan Belawan, yaitu dari total 125 sampel diperoleh 90,4% yang menderita penyakit periodontal. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 137 orang yang terbagi atas pria sebesar 30 orang (21,9%) dan wanita 107 orang (78,1%) (Tabel 7). Dari penelitian ini

50 50 didapati prevalensi penyakit periodontal destruktif sebesar 58,4% dan destruktif tahap akhir sebesar (27,7%) pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang (tabel 5). Pada status periodontal penyakit periodontal destruktif dan penyakit periodontal destruktif tahap akhir ini sudah terjadi kerusakan tulang yang permanen pada jaringan periodontal, termasuk kerusakan jaringan ikat gingiva, ligamen periodontal, dan tulang alveolar dan penyakit ini tergolong kedalam penyakit periodontal yang irreversible. Responden yang memasuki tahap ini akan dilakukan rontgen foto panoramik untuk melihat besarnya kehilangan tulang alveolar. Dari hasil radiografi yang dilakukan, responden mengalami kehilangan tulang yang parah pada regio posterior rahang kanan atas, yaitu 28,6% mengalami kehilangan tulang 3-4 mm dan 71,4% lebih dari 4mm (Tabel 10). Pada penelitian ini diperoleh adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan usia, dimana dengan meningkatnya usia resiko terhadap penyakit periodontal juga semangkin besar yaitu 42,9% pada responden yang berusia tahun, diikuti dengan tahun 37%, tahun 18,2% dan menurun pada responden yang berusia tahun sebesar 11,8% (Tabel 9). Hal ini juga telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Fehrenbach MJ tahun 2002 menyatakan lebih dari setengah orang dewasa di Amerika mengalami penyakit gingivitis yang merupakan tahap awal dari penyakit periodontal dan semankin parah pada usia 70 tahun dimana, 86% dari masyarakat berusia 70 tahun tersebut mengalami peridontitis sedang dan periodontitis berat 9 dan juga penelitian yang dilakukan oleh National Survey of Oral Health tahun 2004 pada orang Australia dewasa dimana, prevalensi panyakit periodontitis pada usia tahun sebesar 2,8% dan meningkat pada usia 75 tahun sebesar 60,8%. 10 Perubahan yang terjadi pada jaringan periodontal dikaitkan dengan bertambahnya usia yaitu, pada gingiva bisa terjadi hilangnya keratinisasi, hilangnya stippling, gingiva cekat bertambah lebar, seluler jaringan ikat berkurang, berkurangnya konsumsi oksigen dan aktivitas metabolisme. Pada ligamen periodontal terjadi perubahan berupa bertambahnya jumlah serabut elastik, berkurangnya

51 51 vaskularisasi dan terdapat aktivitas mitotik. Pada sementum, akan terjadi penambahan sementum hingga beberapa kali lipat. Sedangkan, perubahan pada tulang alveolar akibat proses penuaan dapat berupa osteoporosis, berkurangnya vaskularisasi, berkurangnya aktivitas metabolisme dan kemampuan penyembuhan resorpsi tulang bisa meningkat atau berkurang begitu pula kepadatan tulang bisa meningkat atau berkurang tergantung dari lokasinya. 30 Perubahan jaringan periodontal tersebut yang diduga kuat menambah kerentanan terjadinya penyakit periodontal pada orang yang berusia lanjut, walaupun belum jelas apakah perubahan pada jaringan periodontal ini disebabkan oleh efek kumulatif dari penyakit periodontal selama bertahun-tahun atau karena menunrunya pertahanan tubuh terhadap penuaan. 32 Hasil penelitian mengenai hubungan antara penyakit periodontal dan jenis kelamin dimana 21,5% wanita mengalami penyakit periodontal kaitannya dengan resorpsi tulang alveolar dan 16,7% pria mengalami penyakit periodontal kaitanya dengan resorpsi tualng alveolar (Tabel12). Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pria lebih berisko dari pada wanita seperti penelitian yang dilakukan oleh Ababneh KT dkk tahun 2012 di Jordania pada 595 pasien yang datang ke pusat kesehatan, rumah sakit gigi pendidikan dan dua praktek dokter gigi pribadi bagian utara Jordania yang terdiri dari 236 pria dan 359 wanita, dihasilkan bahwa 90,3% pria mengalami penyakit periodontal sedangkan wanita hanya 79,4%., dengan rasio perbandingan L:P= 1,6:1 11 Ali Abbas pada tahun 2012 di Bhagdad, Irak juga mendapatkan hasil yang sama pada 115 responden dimana responden pria sebesar 641 orang dan wanita 474 orang, penelitian ini dilakukan pada rentang usia tahun. Hasilnya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara responden pria (14,4%) dan wanita (7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa pria memiliki potensi dua kali lebih besar terkena penyakit periodontal di bandingkan dengan wanita. 37 penelitian yang dilakukan oleh Meisel P dkk pada tahun 2002, laki-laki berada pada resiko yang lebih tinggi pada penyakit periodontal dan menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh adanya enzim Myeloperoxidase (MPO) yang lebih tinggi pada wanita dari pada pria. Enzim Myeloperoxidase (MPO) adalah suatu enzim yang

52 infeksi. 8 Perbedaan hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian lain disebabkan 52 pengeluarannya dipengaruhi estrogen dan berada didalam leukosit polimorfonuklear. Enzim ini dapat merangsang pembentukan suatu asam yang mencegah bakteri keterbatasan jumlah responden pria yang diperiksa secara radiografi. Jumlah responden pria lebih sedikit daripada jumlah responden wanita selain itu disebabkan juga oleh faktor-faktor lain yang menjadi varibel penggangu dan tidak dapat dikendalikan seperti pengaruh hormon terhdap wanita, kebiasaan dan gaya hidup. Pada kenyataannya oral hygine pria lebih rendah daripda wanita terkait keberadaan plak dan kalkulus. Dimana hal ini disebabkan oleh laki-laki mempunyai kebiasaan merokok, minum minuman alkohol dan kurang menjaga oral hygine. Faktor jenis kelamin masih meragukan keberadaannya dimana ada penelitian yang menyebutkan bahwa kondisi periodontal wanita lebih baik dari laki-laki dan sebaliknya. Perbedaan jenis kelamin dalam prevalensi dan keparahan penyakit periodontal lebih menunjukan hubungan kebiasaan menjaga oral hygine dan kebiasaan pencegahan daripada faktor genetik lain. 30 Penelitian yang dilakukan oleh Mascarenhas P dkk tahun 2003 juga menyatakan bahwa hormon estrogen dan progesteron berperan penting terhadap perubahan psikologis pada wanita di fase-fase yang spesifik didalam kehidupan mereka, hal ini dimulai sejak masa pubertas. Dimana hormon estrogen dan progesteron ini mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan anabolisme protein, kedua hormon ini juga diketahui memiliki aktifitas biologis yang signifikan terhadap perubahan sistem organ yang berbeda-beda termasuk rongga mulut. Secara klinis pasien dengan keadaan plak periodontal yang banyak tetapi memiliki kadar estrogen yang cukup hal ini dapat menurunkan resiko pasien terhadap inflamsi gingiva namun ha ini berbeda dengan pasien yang memiliki kadar estrogen yang kurang maka resiko akan inflamasi gingiva meningkat. Hal ini menunjukan bahawa mediator inflamsi dapat di pengaruhi oleh jumlah hormon estrogen dan progesteron. 38 Hasil penelitian ini menunjukan persentase kehilangan tulang pada nonperokok lebih besar sekitar 20,5% bila dibandingkan dengan responden yang merokok sebesar 20% (Tabel 11). Hal ini bisa dikarenakan oleh jumlah responden

53 53 yang merokok lebih sedikit dari yang tidak merokok dan juga bisa dikarenakan pemeliharaan oral hygine yang lebih baik dari responden yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Penelitian dari Macedo TCN dkk tahun 2006 di Brazil, masyarakat Bahia, Brazil, prevalensi masyarakat yang memiliki penyakit periodontitis pada sampel yang mempunyai kebiasaan merokok lebih tinggi dua kali lipat daripada sampel yang tidak merokok yaitu sebesar 17,8% pada sampel yang tidak merokok dan 38,9% pada sampel yang merokok. Dari penelitian tersebut juga didapati prevalensi panyakit peridontitis pada sampel yang jarang menyikat gigi lebih tinggi 1,79 kali dari sampel yang menyikat gigi dengan baik dan 40% pada sampel yang jarang menyikat giginya. 5 Pinborg (1947) merupakan orang pertama yang mengemukakan adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok. 16 Ada bukti yang kuat bahwa merokok dapat mempengaruhi respon host bawaan dan kekebalan. Ditemukan bahwa penurunan inflamasi dan cairan sulkus gingival pada perokok dan bukan perokok bahwa merokok dapat merusak aliran darah pada gingiva. 29 Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi dapat memberikan pengaruh langsung terhadap jaringan periodontal. Perokok mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit periodontal seperti kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalaman saku gigi serta kehilangan gigi, dibandingkan dengan yang bukan perokok. 33 Munculnya berbagai kondisi patologis sistemik maupun lokal dalam rongga mulut, disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi molekul, termasuk saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva, diikuti dengan penurunan fungsinya, ditemukan pada beberapa kelainan di rongga mulut. 33 Tar, nikotin, dan gas karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran nafas, dan paru paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker. 33

54 54 Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel membran. 33 Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada system pertukaran haemoglobin. Karbonmonoksida memiliki afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin. 33 Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan. 33

55 55 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang sebesar 86,1%. 2. Masyarakat di Kecamatan Medan Selayang yang mengalami kehilagan tulang alveolar pada maksila kanan atas adalah sebesar 28,6% dengan kehilangan tulang 3-4 mm dan 71,4% dengan kehilangan tulang lebih dari 4mm. 3. Terdapat hubungan antara usia dengan penyakit periodontal yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. Dimana semankin meningkatnya usia semankin tinggi resiko terkena penyakit periodontal. 4. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. 5. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. 6.2 Saran 1. Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat diteliti hubungan-hubungan lainnya yang diduga sebagai faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal yang dapat menyebabkan resorpsi tulang alveolar pada masyarakat di kecamatan-kecamatan lainya di Kota Medan. 2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat di teliti mengenai kebiasaan buruk lainnya, misalnya seperti mengunyah sebelah sisi.

56 56 DAFTAR PUSTAKA 1. Boel T. Indeks radiometrik direct digital panoramic radiography Plak Arteri Karotis Pada Penderita Periodontitis Kronis dengan Mempertimbangkan Berbagai Faktor Resiko. Disertasi: Medan: USU, 2011: Semenoff L, et all. Are panoramic radographs reliable to diagnose mild alveolar bone resorption?. ISRN Dentistry. 2011: E H Amin. Epidemiology and risk factors of periodontal disease. Epidemiology_and_risk_factors_of_periodontal_disease.pdf (19 juli 2012). 4. Albandar JM, Brunelle JA, Kingman A. Destructive periodontal disease in adults 30 years of age and older in the United State. J periodontal. 1999; Macedo TCN, et all. Factor related to periodontal disease in a rural population. Braz Oral Res. 2006; 20(3): Nazish Alam M D N, Mishra P, Chandrasekaren S C. Gender basis of periodontal disease. om/marchissue/pdf136%2520issue2.pdf+gender+basis+on+periodontal+di sease&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=adgeesgkh5_gf9embl6iyqxrlyy4p igaajg34kkdkvso6robay5d8s8ggbdpdgbo35argavafydpemf93qwi66elln_ukew5h7j_o 0GEApFZdqjkD7w7v0owA2FTIztWZ3JWpB9qNt&sig=AHIEtbRBrNg4Ejy6PIDBSs5YCC4OH9FRHw (19 juli 2012). 7. Clerehugh V, Tugnait A, Genco R J. Periodontology at a glance: Systemic risk factors for peridontal disease. Welly-Blackwell: Oxford: England, 2009: 23.

57 57 8. Meisel P. et al.gender and smoking related risk reduction of periodontal disease with variant Myeloperoxidase alleles.genes And Immunity.2002(3) : Fehrenbach MJ. Risk factors for periodontal disease the preventive angle. 2006: Australia Government. Sosioeconomic variation in periodontitis among Australian adult Canberra: Ababneh KT, Hwaij ZMF, Khader YS. Prevalence and risk indicators of gingivitis and periodontitis in a multi-centre study in North Jordan: a cross sectional study. (22 januari 2013). 12. Situmorang N.Profil penyakit periodontal penduduk di dua kecamatan kota Medan tahun 2004 dibandingkan dengan kesehatan mulut tahun 2010 WHO. Dentika Dental J 2003 ; 9(2) : S. Yuniarti. Efek paparan kitosan dari kulit udang terhadap Osteogenesis sel punca yang diisolasi dari ligamentum periodontal. juli 2012). 14. Albert. Gambaran radiografi kehilangan tulang alveolar kaitannya dengan prevalensi penyakit periodontal pada kecamatan Medan Belawan. Fakultas Kedokteran Gigi; USU: Departemen Radiologi Dental; Fromer HH. Radiology for dental auxilaries. 7 th ed., Philadelphia: Mosby, inc., 2001: Singer RS. Radiology of periodontal disease. (2 september 2012). 17. Anonymous. Radiografi panoramik kehilangan tulang alveolar. (22 september 2012). 18. Puspita S. Penyakit periodontal.

58 58 d=85:penyakit-periodontal-&catid=67:dental-center&itemid=77. (2 september 2012). 19. Anonymous. Tahapan penyakit periodontal. (22 september 2012). 20. Anonymous. Penyakit periodontal. periodontal&source=web&cd=2&cad=rja&sqi=2&ved=0cemqfjab&url=ht tp%3a%2f%2focw.usu.ac.id%2fcourse%2fd. (22 september 2012). 21. Natalia R. Penyakit periodontal pada anak dan remaja. (12 September 2012). 22. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA eds. 10 th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2006: Roddy S. Essentials of clinical periodontology and peridontics. 2 nd ed. India: Jitender P. Vij, 2008: Anguiar A. Periodontal disease recognition: A review course for dental hygients. (22 semptember 2012). 25. Anonymous. Penurunan tulang alveolar dan kehilangan perlekatan. (22 september 2012). 26. Carranza F. A., Henry H.T., Michael G. N Clinical periodontology. 9 th ed. W.B. Saunders Co, Philadelphia. 27. Jhon T. Lohr Periodontal disease. HealthyMe.com. (12 september 2012). 28. Anonymous. Perbedaan antara gingiva sehat-gingivitis-periodontitis. (22 september 2012). 29. GK. Jhonson, NA. Slach. Impact on tobacco use on periodontal status. Journal of Dental Education e61-b279-3d6d47ae383. (12 september 2012).

59 Carranza FA. Carranza s. Clinical periodontology. 10 th ed. Missouri: Elsevier Saunders, Dyke TEV, Dave S. Risk factors for periodontitis. 2005; 7(1): Amaliya. Silabus periodonti. Vol 4. Jakarta: EGC, 2005: Kusuma ARP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. (22 september 2012). 34. Annonymus. Periodontal disease. /restricted/paper.html. (2 September 2012). 35. Verna E. Penyakit peridontal atau penyakit gusi. (22 januari 2013). 36. Anonymous. Penyakit periodntal. (22 januari 2013). 37. Abdulkaroom AA. Mohammed AN. Chronic periodontitis chief complaints: gender and age distribution their correlation with plaque index and probing pocket depth. MJD: 2010; (7): Mascarenhas P, Gapski R, Al-Shammari K, Wang H-L. Influence of sex hormones on the periodontium. J of Clinical Periodontology. 2003; (30):

60 60 LAMPIRAN 2 LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI 1. KETUA PENELITI Nama : Jasween Kaur Jenis Kelamin : Perempuan Jurusan/Fakultas/Pusat Penelitian : Radiologi Dental FKG Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran Gigi Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan Telp Fax Alamat Rumah : Jl. Polonia No. 87 Medan HP ANGGOTA PENELITI 1. Dr. Trelia Boel, drg, M.Kes, Sp.RKG(K) Tempat/ Tanggal Lahir : 2. Dewi Kartika, drg Tempat / Tanggal Lahir : Padang Sidempuan / 1 September Leni Khairani Irawan Tempat / Tanggal Lahir : Tanjung Beringin/ 1 Desember Elvita Srie Wahyuni Tempat / Tanggal Lahir : Krueng Geukuh/ 12 Oktober Wilan Dita Nesyia Tempat / Tanggal Lahir : Medan/ 20 Mei Nabilah Khairiyah Tempat / Tanggal Lahir : Medan/ 9 November 1991

61 61 6. Jasween Kaur Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/ 24 April Ruth Marina Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta/ 12 Maret Savena a/p Bala Kumar Tempat / Tanggal Lahir : Kuala Lumpur Malaysia/ 4 Oktober Subadra Devi a/p Devandaran Tempat / Tanggal Lahir : Pulau Pinang Malaysia/ 24 Agustus 1991

62 62 LAMPIRAN 3 ANGGARAN PENELITIAN 1. Alat-alat Sonde : Rp ,- : Rp ,- Kaca mulut Rp ,- : Rp ,- Probe periodontal : Rp ,- : Rp ,- Masker : Rp ,- : Rp ,- Sarung tangan : 2@ Rp ,- : Rp ,- 2. Bahan-bahan Antiseptik : Rp ,- : Rp ,- Tisu : Rp ,- : Rp ,- 3. Persiapan : Rp ,- 4. Biaya foto panoramik : Rp ,- : Rp ,- 5. Biaya transpotasi : Rp ,- 6. Biaya akomodasi : Rp ,- 7. Biaya fotokopi lembar pemeriksaan : Rp ,- 8. Biaya seminar :2@Rp ,- : Rp ,- 9. Biaya penggandaan proposal dan hasil penelitian : Rp ,- 10. Biaya lain-lain : Rp Total : Rp ,- *Biaya penelitian akan ditanggung sendiri.

63 63 LAMPIRAN 4 No Kegiatan WAKTU PENELITIAN Agustus September Oktober November Desember 1. Pembuatan Proposal Minggu I, II, III,IV Minggu I 2. Pelaksanaan Penelitian Minggu II, III, IV Minggu I, II, III, IV Minggu I, II 3. Pembuatan laporan hasil penelitian Minggu III, IV 4. Penggandaan laporan Minggu I

64 64 LAMPIRAN 5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BAGIAN RADIOLOGI DENTAL GAMBARAN RADIOGRAFI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR REGIO MAKSILA KIRI DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG No Kartu : 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan 3. Umur : 4. Pendidikan terakhir: a. Tidak ada b. SD c. SMP d. SMA e. Perguruan Tinggi (Diploma/Sarjana) 5. Apakah bapak/ibu memiliki penyakit sistemik? (Diabetes, Hipertensi, Jantung Koroner,dll) a. Ya b. Tidak 6. Apakah bapak/ibu sekarang memiliki kebiasaan merokok? a. Ya b. Tidak 7. Apakah bapak/ibu sedang dalam perawatan dokter gigi (behel)? a. Ya b. Tidak

65 65 8. Apakah ada gigi geraham bapak/ibu yang sudah lepas/tanggal? a. Ya b. Tidak

66 66 Pemeriksaan Periodontal Berdasarkan Indeks Periodontal menurut Russell S K O R KRITERIA DAN PENILAIAN DALAM STUDI LAPANGAN Negatif : tidak ada peradangan yang jelas, juga tidak ada kehilangan fungsi gigi karena hancurnya jaringanjaringan menahannya. Gingivitis Ringan : ada suatu peradangan pada sebagian free gingiva dan peradangan ini tidak mengelilingi seluruh giginya. Gingivitis : peradangan mengelilingi seluruh gingiva tetapi tidak ada epithelial attachment yang keliatan terputus Digunakan bila terdapat alat radiografi Gingivitis dengan pembentukan poket: epithelial attachment telah putus dan terlihat poket (bukan hanya satu celah gingiva yang mendalam PENAMBAHAN KRITERIA X- RAY DIIKUTI DALAM UJIKLINIS Penampilan radiografis normal Adanya kerusakan pada alveolar bone crest tahap awal Kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari akar gigi

67 67 8 karena pembengkakan free gingiva). Tidak ada gangguan fungsi pengunyahan, gigi masih kuat dalam poketnya dan tidak berpindah tempat Destruksi yang lebih hebat dengan kehilangan fungsi pengunyahan. Gigi mungkin tanggal ataupun melayang. Gigi tampak pudar saat diperkusi, dan mungkin tertekan dalam soket. Ada kehilangan tulang lanjutan, meliputi lebih dari satu setengah panjang akar gigi. Terjadi perluasan ligamen periodontal bukan resorpsi Indeks Periodontal : Jumlah Skor = = Jumlah gigi yang diperiksa Kondisi Klinis Grup-Skor Periodontal Indeks Jaringan pendukung normal secara klinis 0,0-0,2 Gingivitis Sederhana 0,3-0,9 Level penyakit Reversible Penyakit periodontal destruktif awal 0,7-1,9 Penyakit periodontal destruktif 1,6 5,0 Irreversible Penyakit pada Tahap Akhir 3,8-8,0

68 68 LAMPIRAN 6 Frequencies Statistics jeniskelamin merokok pekerjaan Pendidikan umur statusperio N Valid Missing Frequency Table Jeniskelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki perempuan Total Merokok Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya Tidak Total

69 69 Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak ada Sd Smp Sma perguruan tinggi Total Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total

70 70 Statusperio Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Gingivitis Penyakit Periodontal Destruktif Tahap Awal Penyakit Periodontal Destruktif Penyakit Periodontal Destruktif Tahap Akhir Total Bar Chart

71 71

72 72

73 73 Frequencies Statistics kt.ka kt.kia kt.kib kt.kab N Valid Missing

74 74 Frequency Table kt.ka Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3-4 mm >4 mm Total kt.kia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3-4 mm >4 mm Total kt.kib Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3-4 mm >4 mm Total

75 75 kt.kab Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3-4 mm >4 mm Total Bar Chart

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR [Type text] KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MAKSILA REGIO KANAN SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: SUBADRA DEVI A/P DEVANDARAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: SUBADRA DEVI A/P DEVANDARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MANDIBULA REGIO KIRI SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI

LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI 60 LAMPIRAN 2 LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI 1. KETUA PENELITI Nama : Jasween Kaur Jenis Kelamin : Perempuan Jurusan/Fakultas/Pusat Penelitian : Radiologi Dental FKG Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Periodontal Penyakit periodontal merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingival, ligament periodontal, sementum, dan tulang alveolar

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. 5,7,10,11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU

PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : CHANDRA PH PANDIANGAN 080600113

Lebih terperinci

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : RIZKY AGUSTIN PUTRI

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : RIZKY AGUSTIN PUTRI PANJANG AKAR MOLAR DUA MANDIBULA DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL PADA MAHASISWA SUKU BATAK USIA 18-22 TAHUN DI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi dalam Kedokteraan Gigi Dalam kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Radiografi memungkinkan dokter gigi mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dental merupakan komponen penting dari perawatan pasien yang komprehensif. Dalam kedokteran gigi, radiografi memungkinkan dokter gigi untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P. MANIFESTASI SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUSTERHADAPKEHILANGAN TULANG KORTIKALMANDIBULA AKIBAT PEMAKAIAN OBAT KORTIKOSTEROID PADA KOMUNITAS CINTA KUPU MEDAN BERDASARKAN RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX

SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). 9 Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 28 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober 2008. Pengambilan data dilakukan di Perumahan Bekasi Jaya Indah wilayah Bekasi dengan subjek penelitian adalah perempuan paskamenopause.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik 11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara maju, yang jumlahnya mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas pada hampir semua kelompok masyarakat di dunia. Semakin banyaknya orang yang mengonsumsi rokok telah menjadi masalah yang cukup serius.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA STOMATITIS NIKOTINA PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA STOMATITIS NIKOTINA PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA STOMATITIS NIKOTINA PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

EFEK MEROKOK TERHADAP KONDISI PERIODONTAL PADA TUKANG BECAK DI KELURAHAN TANJUNG REJO KOTA MEDAN

EFEK MEROKOK TERHADAP KONDISI PERIODONTAL PADA TUKANG BECAK DI KELURAHAN TANJUNG REJO KOTA MEDAN EFEK MEROKOK TERHADAP KONDISI PERIODONTAL PADA TUKANG BECAK DI KELURAHAN TANJUNG REJO KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoler gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN 1 PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

EROSI GIGI AKIBAT UDARA YANG MENGANDUNG ASAM PADA PEKERJA PABRIK BATERAI YUASA DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA

EROSI GIGI AKIBAT UDARA YANG MENGANDUNG ASAM PADA PEKERJA PABRIK BATERAI YUASA DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA EROSI GIGI AKIBAT UDARA YANG MENGANDUNG ASAM PADA PEKERJA PABRIK BATERAI YUASA DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak diketahui. Allah SWT mengkaruniakan akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan buruk, serta hati untuk

Lebih terperinci

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih. Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi, Saya Vikneswari Asokan mahasiswa yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Gigi S1 di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah

Lebih terperinci

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM Kebiasaan merokok sejak lama telah diasosiasikan sebagai penyebab berbagai macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan penyakit

Lebih terperinci

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL

PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBAT-OBATAN ANTIHIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA

HUBUNGAN OBAT-OBATAN ANTIHIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA HUBUNGAN OBAT-OBATAN ANTIHIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: MARLISA NIM : 070600081

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri seseorang dapat timbul salah satunya bila memiliki senyum dengan susunan gigi

Lebih terperinci

Hubungan Status Gizi Dengan Gigi Berjejal. Pada Murid SMP Sutomo 2 Medan

Hubungan Status Gizi Dengan Gigi Berjejal. Pada Murid SMP Sutomo 2 Medan Hubungan Status Gizi Dengan Gigi Berjejal Pada Murid SMP Sutomo 2 Medan SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : Dency Oktasafitri NIM

Lebih terperinci

PREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN

PREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN PREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 GAMBARAN PENANGANAN KASUS TRAUMA GIGI PERMANEN OLEH DOKTER GIGI DI KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN SUNGGAL, MEDAN HELVETIA, MEDAN PETISAH MEDAN MAIMUN DAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

PERBEDAAN RATA-RATA SKOR PERIODONTAL PASIEN PNEUMONIA DAN TIDAK MENDERITA PNEUMONIA DI TIGA RUMAH SAKIT MEDAN

PERBEDAAN RATA-RATA SKOR PERIODONTAL PASIEN PNEUMONIA DAN TIDAK MENDERITA PNEUMONIA DI TIGA RUMAH SAKIT MEDAN PERBEDAAN RATA-RATA SKOR PERIODONTAL PASIEN PNEUMONIA DAN TIDAK MENDERITA PNEUMONIA DI TIGA RUMAH SAKIT MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKNIK MENYIKAT GIGI DENGAN TERJADINYA RESESI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2015 DAN 2016

HUBUNGAN TEKNIK MENYIKAT GIGI DENGAN TERJADINYA RESESI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2015 DAN 2016 HUBUNGAN TEKNIK MENYIKAT GIGI DENGAN TERJADINYA RESESI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2015 DAN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL

PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA 17-20 TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan saliva

Lebih terperinci

NILAI KONVERSI JARAK VERTIKAL DIMENSI OKLUSI DENGAN PANJANG JARI TANGAN KANAN PADA SUKU BATAK TOBA

NILAI KONVERSI JARAK VERTIKAL DIMENSI OKLUSI DENGAN PANJANG JARI TANGAN KANAN PADA SUKU BATAK TOBA NILAI KONVERSI JARAK VERTIKAL DIMENSI OKLUSI DENGAN PANJANG JARI TANGAN KANAN PADA SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

PENILAIAN FAKTOR RISIKO KARIES ANAK USIA DIBAWAH 2 TAHUN MENURUT AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRIC DENTISTRY DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG DAN MEDAN SUNGGAL

PENILAIAN FAKTOR RISIKO KARIES ANAK USIA DIBAWAH 2 TAHUN MENURUT AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRIC DENTISTRY DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG DAN MEDAN SUNGGAL PENILAIAN FAKTOR RISIKO KARIES ANAK USIA DIBAWAH 2 TAHUN MENURUT AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRIC DENTISTRY DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG DAN MEDAN SUNGGAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia

Lebih terperinci

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : TUGAS PERIODONSIA 1 Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : 021311133072 1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi) Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum

Lebih terperinci

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN PENYAKIT PERIODONTAL Pengertian Klasifikasi Gejala Klinis Etiologi Pencegahan Perawatan PENGERTIAN Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sinar X telah lama dikenal dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi sebagai suatu alat yang sangat membantu dalam suatu diagnosa penyakit gigi.

Lebih terperinci