Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 28 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober Pengambilan data dilakukan di Perumahan Bekasi Jaya Indah wilayah Bekasi dengan subjek penelitian adalah perempuan paskamenopause. Jumlah subjek yang diperiksa adalah 105 orang, tetapi 12 orang tidak memiliki data yang lengkap, sehingga jumlah total subjek penelitian dengan data yang lengkap adalah 93 orang. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.1., diketahui bahwa dari subjek penelitian yang berjumlah 93 orang, 8 orang subjek penelitian (8,6%) tidak bersekolah, 10 orang (10,8%) berpendidikan SD, 24 orang (25,8%) berpendidikan SLTP, 47 orang (50,5%) berpendidikan SLTA atau sederajat, dan 4 orang (4,3%) berpendidikan D3 atau akademi. Subjek penelitian yang bersuku Sunda berjumlah 19 orang (20,4 %), Jawa 43 orang (46,2 %), Betawi 10 orang (10,8 %) dan 21 orang sisanya bersuku selain yang telah disebutkan (22,6 %). Sebagian besar (79,6 %) subjek penelitian berstatus menikah, 18 orang (19,4 %) berstatus janda, dan sisanya (1,1 %) subjek penelitian berstatus tidak menikah. Sebagian besar subjek penelitian (95,7 %) bekerja sebagai ibu rumah tangga, sisanya bekerja sebagai guru (2,2 %), wiraswasta (1,1 %) dan perawat (1,1 %). Sebagian besar (62,4 %) subjek penelitian mengalami lama menopause < 1-10 tahun yang lalu, 25 orang (26,9 %) mengalami lama menopause > tahun yang lalu, dan sisanya, yaitu 10 orang (10,8 %) subjek penelitian mengalami lama menopause > tahun yang lalu. Dari total 93 subjek penelitian, 45 orang diantaranya (48,4 %) memiliki riwayat gusi bengkak, 48 orang (51,5 %) tidak memiliki riwayat gusi bengkak, 31 orang memiliki riwayat gusi berdarah (33,3 %), dan 62 orang (66,7 %) tidak memiliki riwayat gusi berdarah. Sebagian besar (42,3 %) subjek penelitian memiliki DMFT sedang, 30 orang (32,3) subjek penelitian memiliki DMF-T sangat tinggi, 19 orang (20,4 %)

2 29 memiliki DMF-T rendah, 12 orang (12,9 %) memiliki DMF-T tinggi, dan sisanya (2,2 %) memiliki DMF-T sangat rendah. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa 21 orang (22,6 %) subjek penelitian memiliki indeks plak baik (0-0,9), 59 orang (63,4 %) memiliki indeks plak sedang (1-1,9), dan 13 orang (14 %) memiliki indeks plak buruk (2-3). Pada pengambilan data yang sebenarnya, ada 3 orang subjek penelitian yang memiliki indeks plak sangat baik pada penelitian ini dikelompokkan menjadi indeks plak baik, dari range 0,1-0,9 diubah menjadi 0-0,9. Enambelas orang (17,2 %) subjek penelitian memiliki indeks kalkulus baik, yaitu indeks kalkulus dengan range skor 0 sampai 0,6, 50 orang (53,8 %) memiliki indeks kalkulus sedang, yaitu indeks kalkulus dengan range skor akhir 0,7-1,8, dan sisanya, 27 orang (29 %) memiliki indeks kalkulus buruk, yaitu indeks kalkulus dengan range skor akhir 1,9-3. Pada indeks kalkulus terjadi hal yang sama seperti pada data indeks plak. Lima orang subjek penelitian memiliki indeks kalkulus yang sangat baik (skor 0), pada penelitian ini dimasukkan ke dalam kelompok indeks kalkulus baik, dan range skor indeks kalkulus baik diubah dari 0,1-0,6 menjadi 0-0,6. Hal lain yang kita ketahui pada tabel 5.1. adalah bahwa 79 orang (84,9 %) dari total subjek penelitian memiliki skor PBI baik (0-1,3), 14 orang (15,1 %) memiliki skor PBI sedang (1,4-2,7), dan tidak ada satupun yang memiliki skor PBI buruk (2,8-4). Sembilan orang (9,7 %) subjek penelitian memiliki OHI-S baik (0-1,2), 52 orang (55,9 %) memiliki OHI-S sedang (1,3 3), dan 32 orang sisanya (34,4 %) memiliki OHI-S buruk (3,1 6). Perempuan paskamenopause dengan frekuensi menyikat gigi terbesar ada pada kelompok yang menyikat gigi 2x/hari (65,9%), lebih dari 2x/hari (30,1%), dan sisanya menyikat gigi 1x/hari (2,2%) dan tidak pernah menyikat gigi (2,2%). Perempuan paskamenopause yang tidak pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi untuk skeling dalam 12 bulan terakhir ada 79,6%, 14% subjek melakukan kunjungan ke dokter gigi 1-2x dalam 12 bulan terakhir, dan 6,5 % perempuan paskamenopause melakukan kunjungan ke dokter gigi lebih dari 2x dalam 12 bulan terakhir.

3 30 Tabel 5.1. Distribusi variabel-variabel penelitian status keradangan gingiva pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Variabel N Persentase Kumulatif Pendidikan 93 Tidak Sekolah 8 8,6 % 8,6 % SD 10 10,8 % 19,4 % SLTP 24 25,8 % 45,2 % SLTA/Madrasah/SMK 47 50,5 % 95,7 % D3/Akademi 4 4,3 % 100 % Suku 93 Sunda 19 20,4 % 20,4 % Jawa 43 46,2 % 66,7 % Betawi 10 10,8 % 77,4 % Lain-lain 21 22,6 % 100 % Status pernikahan 93 Tidak Menikah 1 1,1 % 1,1 % Menikah 74 79,6 % 80,6 % Janda 18 19,4 % 100 % Pekerjaan 93 Ibu Rumah Tangga 89 95,7 % 95,7 % Guru 2 2,2 % 98,7 % Wiraswasta % 98,9 % Perawat 1 1,1 % 100 % Lama menopause 93 <1-10 tahun yang lalu 58 62,4 % 62,4 % >10-20 tahun yang lalu 25 26,9 % 89,2 % < tahun yang lalu 10 10,8 % 100 % Riwayat gusi bengkak 93 Ya 45 48,4 % 48,4 % Tidak 48 51,6 % 100 % Riwayat gusi berdarah 93 Ya 31 33,3 % 33,3 % Tidak 62 66,7 % 100 % DMFT 93 Sangat rendah (0,2-1,5) 2 2,2 % 2,2 % Rendah (1,6-6,2) 19 20,4 % 22,6 % Sedang (6,3-12,7) 30 32,3 % 54,8 % Tinggi (12,8-16,2) 12 12,9 % 67,7 % Sangat tinggi (> 16,3) 30 32,3 % 100 % Indeks Plak 93 Baik (0-0,9) 21 22,6 % 22,6 % Sedang (1-1,9) 59 63,4 % 86,0 % Buruk (2-3) 13 14,0 % 100 % Indeks Kalkulus 93 Baik (0-0,6) 16 17,2 % 17,2 % Sedang (0,7-1,8) 50 53,8 % 71 % Buruk (1,9-3) 27 29,0 % 100 %

4 31 (sambungan) Variabel N Persentase Kumulatif PBI 93 Baik (0-1,3) 79 84,9 % 84,9 % Sedang (1,4-2,7) 14 15,1 % 100 % Buruk (2,8-4) 0 0 % 100 % OHI-S 93 Baik (0-1,2) 9 9,7 % 9,7 % Sedang (1,3-3) 52 55,9 % 65,6 % Buruk (3,1-6) 32 34,4 % 100 % Frekuensi Menyikat Gigi 93 Tidak pernah 2 2,2 % 2,2 % 1x/hari 2 2,2 % 4,3 % 2x/hari 61 65,6 % 69,9 % > 2x/hari 28 30,1 % 100 % Kunjungan ke dokter gigi untuk scalling dalam 12 bulan terakhir 93 Tidak pernah 74 79,6 % 79,6 % 1-2x % 93,5 % > 2x 6 6,5 % 100 % Pada tabel 5.2. di bawah, kita dapat mengetahui bahwa usia perempuan paskamenopause berkisar dari usia 46 tahun sampai dengan 82 tahun, usia ratarata adalah 61,3 tahun dengan simpangan baku ± 7 tahun. Lama menopause pada perempuan paskamenopause yang diteliti mulai dari 1 hingga 35 tahun yang lalu dengan rata-rata 11,04 tahun.

5 32 Tabel 5.2. Statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Variabel N Ratarata Minimum Maksimum SD Usia 93 61, ,266 Lama menopause (thn yl) 93 11, ,208 Decay 93 4, ,824 Missing 93 7, ,309 Filling 93 0, ,840 DMF-T 93 13, ,743 OHI-S 93 2,7108 0,00 5,60 1,17746 Indeks Kalkulus 93 1,4409 0,00 3,00 0,77729 Indeks Plak 93 1,2656 0,00 3,00 0,54921 PBI 93 0,7968 0,00 2,30 0,62074 Indeks Karies Gigi (DMF-T) 32,3% 2,2% 21,5% sangat rendah (0,2-1,5) rendah (1,6-6,2) sedang (6,3-12,7) 12,9% 31,2% tinggi (12,8-16,2) sangat tinggi (>16,3) Grafik 5.1. Frekuensi distribusi karies gigi (DMF-T) pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Grafik 5.1. menunjukkan pengalaman karies gigi yang dialami oleh sebagian besar (32,3%) perempuan paskamenopause sangat tinggi, 12 orang (31,2%) perempuan paskamenopause memiliki tingkat pengalaman karies gigi tinggi, 29 orang (21,5%) perempuan paskamenopause memiliki pengalaman tingkat karies gigi sedang, 20 orang (12,9%) perempuan paskamenopause

6 33 memiliki tingkat pengalaman karies rendah, dan hanya 2 orang (2,2%) perempuan paskamenopause yang memiliki tingkat pengalaman karies sangat rendah. OHI-S 35,5% 9,7% 54,8% Baik (0,0-1,2) Sedang (1,3-3,0) Buruk (3,1-6,0) Grafik 5.2. Frekuensi distribusi tingkat kebersihan rongga mulut (OHI-S) pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Grafik 5.2. menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan paskamenopause yakni sebanyak 51 orang (54,8%) memiliki indeks kebersihan rongga mulut yang sedang, 33 orang (35,5%) memiliki indeks kebersihan rongga mulut yang buruk, dan hanya sebagian kecil perempuan paskamenopause yakni sebanyak 9 orang (9,7%) yang memiliki indeks kebersihan rongga mulut yang baik.

7 34 Indeks Kalkulus 29,0% 17,2% 53,8% Baik (0,0-0,6) Sedang (0,7-1,8) Buruk (1,9-3,0) Grafik 5.3. Frekuensi distribusi kalkulus gigi pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Grafik 5.3. menunjukkan 50 orang (53,8%) perempuan paskamenopause memiliki indeks kalkulus gigi sedang, 27 orang (29%) memiliki indeks kalkulus yang buruk, dan hanya 16 orang (11,8%) memiliki indeks kalkulus gigi yang baik. Indeks Plak 14 22,6 Baik (0-0,9) Sedang (1-1,9) Buruk (2-3) 63,4 Grafik 5.4. Frekuensi distribusi plak gigi pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Grafik 5.4. menunjukkan 59 orang (63,4%) perempuan paskamenopause memiliki indeks plak gigi sedang, 21 orang (22,6%) memiliki indeks plak yang baik, dan 13 orang (14%) memiliki indeks plak gigi yang buruk.

8 35 Skor PBI 15,1 0 Baik (0-1,3) Sedang (1,4-2,7) Buruk (2,8-4) 84,9 Grafik 5.5. Frekuensi distribusi skor PBI pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Grafik 5.5. menunjukkan 79 orang (84,9%) subjek penelitian memiliki skor PBI baik, 14 orang (15,1%) memiliki skor PBI yang sedang, dan tidak satupun perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi yang memiliki skor PBI yang buruk. Tabel 5.3. Distribusi serta hasil uji hubungan antara lama menopause dengan skor PBI pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Variabel PBI Nilai p Baik Sedang (0 1,3) (1,4 2,7) N N Lama menopause 1,000 <1-10 tahun yang lalu 49 (84,5%) 9 (15,5%) >10-20 tahun yang lalu 21 (84%) 4 (16%) >20 tahun yang lalu 9 (90%) 1 (10%) Keterangan: Uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov, p< 0,05 = bermakna

9 Jumlah (N) Baik (0-1,3) Sedang (1,4-2,7) < 1-10 thn yl > thn yl < thn yl Skor PBI Grafik 5.6. Distribusi skor PBI berdasarkan lama menopause pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Hasil analisis bivariat pada tabel 5.3. menunjukkan bahwa skor PBI terbaik dimiliki oleh kelompok perempuan paskamenopause yang mengalami lama menopause kurang dari satu sampai sepuluh tahun yang lalu, diikuti oleh kelompok perempuan paskamenopause yang mengalami lama menopause lebih dari 10 sampai dua puluh tahun yang lalu, dan kemudian kelompok perempuan paskamenopause yang mengalami lama menopause lebih dari 20 tahun yang lalu. Uji statistik dengan menggunakan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang tidak bermakna (p>0,05). Tabel 5.4. Distribusi serta hasil uji hubungan antara indeks plak dengan skor PBI pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Variabel PBI Nilai p Baik Sedang (0 1,3) (1,4 2,7) N N Indeks plak 0,004 Baik (0-0,9 21 (100%) 0 (0%) Sedang (1-1,9) 53 (89,8%) 6 (10,2%) Buruk (2-3) 5 (38,5%) 8 (61,5%) Keterangan: Uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov, p< 0,05 = bermakna

10 37 Hasil analisis bivariat pada tabel 5.4. menunjukkan bahwa tidak ada satupun perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi yang memiliki skor PBI buruk. Seluruh (100%) perempuan paskamenopause yang diteliti, yang memiliki indeks plak baik memiliki skor PBI baik. Sebagian besar (89,8%) perempuan paskamenopause dengan indeks plak sedang (1-1,9) memiliki skor PBI baik, dan sisanya (10,2%) memiliki skor PBI sedang. Pada kelompok perempuan paskamenopause yang memiliki indeks plak buruk (2-3), persentase terbesar (61,5%) berada pada skor PBI sedang, sisanya (38,5%) memiliki skor PBI baik. Uji statistik dengan menggunakan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang bermakna (p<0,05) Jumlah (N) Baik (0-1,3) Sedang (1,4-2,7) Baik (0-0,9) Sedang (1-1,9) Buruk (2-3) Skor PBI Grafik 5.7. Distribusi skor PBI berdasarkan indeks plak pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi

11 38 Tabel 5.5. Distribusi serta hasil uji hubungan antara indeks kalkulus dengan skor PBI pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Variabel PBI Nilai p Baik Sedang (0 1,3) (1,4 2,7) N N Indeks Kalkulus 0,033 Baik (0-0,6) 15 (93,8%) 1 (6,3%) Sedang (0,7-1,8) 46 (92%) 4 (8%) Buruk (1,9-3) 18 (66,7%) 9 (33,3%) Keterangan: Uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov, p< 0,05 = bermakna Hasil analisis bivariat pada tabel 5.5. menunjukkan bahwa mayoritas perempuan paskamenopause baik yang termasuk dalam kelompok dengan indeks kalkulus baik (93,8%), sedang (92%) maupun buruk (66,7%) memiliki skor PBI baik pula. Sisanya adalah kelompok perempuan paskamenopause dengan skor PBI sedang, baik ia memiliki indeks kalkulus yang baik (6,3%), sedang (8%) maupun buruk (33,3%). Sebagian besar (92%) perempuan paskamenopause dengan skor PBI baik memiliki indeks kalkulus sedang. Uji statistik dengan menggunakan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang bermakna (p<0,05) Jumlah (N) Baik (0-1,3) Sedang (1,4-2,7) Baik (0,1-0,6) Sedang (0,7-1,8) Buruk (1,9-3) Skor PBI Grafik 5.8. Distribusi skor PBI berdasarkan indeks kalkulus pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi

12 39 Tabel 5.6. Distribusi serta hasil uji hubungan antara OHI-S dengan skor PBI pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Variabel PBI Nilai p Baik Sedang (0 1,3) (1,4 2,7) N N OHI-S 0,000 Baik (0-1,2) 9 (100%0 0 (0%) Sedang (1,3-3) 50 (96,2%) 2 (3,8%) Buruk (3,1-6) 20 (62,5%) 12 (37,5%) Keterangan: Uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov, p< 0,05 = bermakna Hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa mayoritas perempuan paskamenopause baik dengan nilai OHI-S baik (100%), sedang (96,2%) maupun buruk (62,5%) memiliki skor PBI yang baik. Sebagian lainnya baik dengan nilai OHI-S sedang (3,8%) maupun buruk (37,5%) memiliki skor PBI sedang. Persentase terbesar dari kelompok perempuan paskamenopause yang memiliki skor PBI baik berada pada kelompok dengan nilai OHI-S sedang (96,2%). Uji statistik dengan menggunakan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang sangat bermakna (p<0,05) Jumlah (N) Baik (0-1,3) Sedang (1,4-2,7) Baik (0-1,2) Sedang (1,3-3) Buruk (3,1-6) Skor PBI Grafik 5.9. Distribusi skor PBI berdasarkan OHI-S pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi

13 40 Tabel 5.7. Distribusi serta hasil uji hubungan antara lama menopause dengan tingkat kebersihan mulut pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Variabel Indeks Kebersihan Mulut Nilai p Baik Sedang Buruk (0,0 1,2) (1,3 3,0) (3,1 6,0) N N N Lama menopause 0,000 <1-10 tahun yang lalu 5 (55,6%) 36 (70,6%) 17 (51,5%) >10-20 tahun yang lalu 3 (33,3%) 10 (19,6%) 12 (36,4%) >20-30 tahun yang lalu 1 (1,1%) 5 (9,8%) 4 (12,1%) Keterangan: Uji Chi-Square; p<0,05 = bermakna Baik Sedang Buruk 4 Lama Menopause <1-10 tahun yang lalu >10-20 tahun yang lalu >20-30 tahun yang lalu Indeks Kebersihan Rongga Mulut (OHI-S) Grafik Grafik distribusi tingkat kebersihan rongga mulut berdasarkan lama menopause pada perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi Hasil analisis bivariat dari tabel 5.7. menunjukkan bahwa tingkat kebersihan rongga mulut yang sedang dimiliki oleh mayoritas perempuan paskamenopause dengan lama menopause dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun hingga 10 tahun yang lalu maupun pada mayoritas perempuan paskamenopause yang lama menopausenya lebih dari 20 tahun yang lalu, sedangkan pada kelompok perempuan paskamenopause dengan lama menopause lebih dari 10 tahun hingga 20 tahun yang lalu ternyata mayoritas memiliki tingkat kebersihan rongga mulut yang buruk. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan terdapat

14 41 hubungan sangat bermakna (p<0,05) antara lama menopause dengan tingkat kebersihan rongga mulut.

15 42 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study), digunakan untuk mengetahui hubungan antar suatu variabel yang satu dengan variabel yang lain pada suatu tertentu dalam suatu masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada 105 orang perempuan paskamenopause yang berusia 46 sampai 82 tahun, dengan rata-rata usia 61 tahun, duabelas orang tidak diikutsertakan dalam analisis karena 3 orang subjek tidak melengkapi data wawancara dan pemeriksaan klinis serta 9 orang lainnya mengalami menopause akibat pengangkatan rahim, maka ditetapkan 93 data subjek. Wawancara dan pemeriksaan klinis dilakukan pada bulan Oktober 2008 di Perumahan Bekasi Jaya Indah, wilayah Bekasi. Hampir seluruh perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi yang menjadi subjek penelitian bekerja sebagai ibu rumah tangga (95,7%) dan sebagian besar (54,8%) dari mereka telah lulus mengenyam pendidikan di bangku SLTA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keradangan gingiva pada perempuan paskamenopause. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya keradangan gingiva adalah dengan melakukan pemeriksaan klinis menggunakan probe periodonsium. Pemeriksaan untuk mengetahui status keradanggan gingiva ini diukur dengan menggunakan Papilary Bleeding Index (Saxer dan Muhlemann), yaitu dengan cara probing ringan pada permukaan bukal dan lingual/palatal gigi 16, 12, 11, 21, 22, 24, 26, 36, 32, 31, 41, 42, 44, dan 46. Setelah dilakukan probing ringan, jumlah banyaknya titik yang mengalami perdarahan dibandingkan dengan yang tidak mengalami perdarahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (84,9%) perempuan paskamenopause memiliki skor PBI yang baik, dan sisanya (15,1%) memiliki skor PBI yang sedang. Tidak ada satupun perempuan paskamenopause yang memiliki skor PBI yang buruk. Hal ini sepertinya bertolak belakang dengan teori yang ada. Pada perempuan paskamenopause terjadi penurunan produksi hormon esterogen

16 43 dan progesteron hingga hampir nol. 6 Penurunan produksi kedua hormon steroid tersebut menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satunya perubahan pada rongga mulut, dalam hal ini perubahan yang berkaitan erat dengan gingiva. 1 Perubahan-perubahan yang terjadi pada gingiva dapat mengarah ke terjadinya gingivitis atau keradangan gingiva, yang ditandai dengan adanya perdarahan pada gingiva, tetapi hal ini tidak terlihat pada hasil penelitian yang didapat, karena 79 orang perempuan paskamenopause yang diteliti memiliki skor PBI yang baik. Gingiva manusia memiliki reseptor esterogen dan progresteron, dan penurunan level plasma menghasilkan penurunan akumulasi hormon-hormon ini pada jaringan gingiva. 33 Perubahan pada gingiva terkait penurunan level esterogen dan progesteron adalah menurunnya keratinisasi, epitel yang atropi, respon berlebihan terhadap plak bakterial, penurunan cairan gingiva di sulkus gingiva, ataupun timbulnya menopausal gingivostomatitis yang ditandai dengan perubahan gingiva menjadi kering, mudah berdarah dan warnanya bervariasi mulai dari pucat sampai menjadi sangat eritema. 1,7,11,17,18 Perubahan-perubahan jika terus berlanjut dapat menimbulkan keradangan gingiva atau gingivitis. 11,12 Salah satu indikator yang paling efektif untuk mengetahui adanya gingivitis adalah perdarahan, dan hal ini dapat kita lihat melalui skor PBI yang dimiliki oleh perempuan paskamenopause yang diteliti. 34 Penelitian Norderyd, dkk. menunjukkan perbandingan antara perempuan paskamenopause yang menerima suplemen esterogen dengan perempuan paskamenopause yang tidak menerima suplemen esterogen, mereka yang menerima suplemen mengalami lebih sedikit perdarahan gingiva, dimana perdarahan ini berkaitan erat dengan inflamasi gingiva. 33 Pada perempuan paskamenopause terjadi penurunan aliran cairan gingiva (gingival crevicular fluid), yang merupakan mekanisme pertahanan gingiva terhadap bakteri. Ketika cairan gingiva tersebut berkurang, gingiva akan semakin rentan terhadap plak bakterial dan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gingivitis. 35 Hasil analisis bivariat antara lama menopause dengan skor PBI menunjukkan hubungan tidak bermakna (p>0,05). Walau hal ini kontradiktif dengan teori yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi ada penjelasan lain

17 44 mengapa PBI tidak berhubungan dengan lama menopause. Hasil analisis statistika langsung menghubungkan kedua variabel, yaitu PBI dan lama menopause. Kaitan antara PBI, yang merupakan indikator untuk mengetahui adanya gingivitis, dengan lama menopause subjek penelitian juga dapat berupa peningkatan respon yang berlebihan terhadap plak bakterial, ataupun dapat berupa penurunan retensi gingiva terhadap plak bakterial akibat menurunnya keratinisasi dan atropi epitel. Respon yang berlebihan terhadap plak bakterial meningkat seiring dengan peningkatan level plasma hormon, dan sebaliknya, penurunan level plasma hormon, yang terjadi pada perempuan paskamenopause, diikuti dengan penurunan respon inflamasi. 35 Hal ini dapat menjelaskan mengapa sebagian besar (84,9%) perempuan paskamenopause yang diteliti memiliki skor PBI baik. Dari hasil penelitian diketahui 95,7 % perempuan paskamenopause yang diteliti menyikat gigi minimal 2x/hari. Salah satu cara untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut adalah dengan menyikat gigi secara teratur, minimal 2x/hari. Ketika perempuan paskamenopause menjaga kesehatan dan kebersihan mulutnya dengan teratur, secara tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi skor PBI yang dimiliki, sebagai indikator adanya keradangan gingiva atau tidak. Keradangan gingiva atau gingivitis biasanya disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk. 24 Perempuan paskamenopause yang diteliti berdomisili di daerah kota, dengan tingkat pendidikan minimal SLTA sebesar 54,8%. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar (54,8%) perempuan paskamenopause yang diteliti sudah memiliki tingkat pendidikan yang baik. Tingkat pendidikan yang baik mempengaruhi tingkat pengetahuan kesehatan yang baik pula. Makin tinggi tingkat pendidikannya, makin tinggi pula tingkat pengetahuan kesehatannya. Esterogen dan progresteron dapat mempengaruhi jaringan periodonsium dengan mempengaruhi vaskularisasi gingiva, sistem imun lokal dan sel spesifik di periodonsium, dan juga berperan dalam respon yang berlebihan terhadap plak bakterial. 36 Lindhe dan Attstrom mencatat bahwa selama siklus pubertas, perempuan tanpa tanda-tanda klinis gingivitis menunjukkan tidak adanya kenaikan pada cairan gingiva dan mereka yang mengalami gingivitis

18 45 menunjukkan adanya peningkatan cairan gingiva. 37 Dari hasil penelitian, 51,6% perempuan paskamenopause yang diteliti tidak memiliki riwayat gusi bengkak dan 66,7% tidak memiliki riwayat gusi berdarah, yang keduanya, baik adanya pembengkakan maupun perdarahan, merupakan tanda-tanda klinis terjadinya gingivitis atau keradangan gingiva. Pada studi yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination yang pertama diketahui bahwa efek penuaan terhadap destruksi periodonsium yang muncul dapat diabaikan jika dibandingkan dengan peran plak terhadap kesehatan oral. 38 Etiologi utama dari gingivitis adalah plak bakterial. Hasil penelitian analisis bivariat antara skor PBI dan indeks plak menunjukkan hasil yang bermakna (p<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa PBI berkaitan dengan indeks plak. Sebagian besar (63,4%) perempuan paskamenopause memiliki indeks plak sedang, dan 14% perempuan paskamenopause yang diteliti memiliki indeks plak buruk. Semakin tinggi nilai indeks plak yang dimiliki mengindikasikan semakin banyaknya akumulasi plak gigi. Akumulasi plak gigi ini jika terus dibiarkan dapat menjadi penyebab gingivitis. 27 Perempuan paskamenopause dengan indeks plak sedang dan buruk memiliki probabilitas yang lebih tinggi terkena gingivitis. Hal ini pun diperparah dengan penipisan epitel keratinisasi gingiva dan penurunan retensi gingiva terhadap plak bakterial. Perubahan yang terjadi akibat pengaruh hormon pada perempuan paskamenopause bervariasi tergantung respon imun masing-masing individual terhadap berbagai iritan di dalam mulut (contohnya plak gigi). 13 Lokasi dan kecepatan pembentukan plak berbeda-beda pada setiap individu, tergantung dari kebersihan mulut, makanan yang dikonsumsi, faktor-faktor yang berasal dari tubuh inang, seperti komposisi dan aliran saliva. 17 Keradangan gingiva atau gingivitis hampir selalu dihubungkan dengan adanya akumulasi plak yang terdapat pada/dekat marginal gingiva. 23 Gingivitis biasanya disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk dan dapat diatasi dengan membersihkan plak gigi 24, 26 secara efektif dengan menjaga kesehatan mulut. Bila dikaitkan dengan usia, dimana usia rata-rata perempuan paskamenopause yang diteliti adalah 61 tahun, maka dapat dikatakan bahwa rata-

19 46 rata perempuan paskamenopause yang diteliti merupakan orang berusia lanjut yang secara teori telah mengalami kemunduran atau degenerasi fungsi tubuh, salah satu contohnya adalah menjadi mudah lelah, adanya keterbatasan mobilitas dan berkurangnya kecekatan, sehingga prosedur untuk menjaga kebersihan mulut tidak dapat dilakukan dengan maksimal, termasuk seberapa sering mereka melakukan kunjungan ke dokter gigi. 20 Pada perempuan paskamenopause juga terjadi peningkatan retensi plak dalam rongga mulut, salah satunya adalah xerostomia. Aliran saliva yang menurun menyebabkan saliva tidak lagi dapat menjalankan perannya sebagai self-cleansing plak dalam rongga mulut. 17 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa terdapat hubungan bermakna (p<0,05) antara PBI dengan tingkat kebersihan mulut. Ada faktor lokal lain yang dapat ikut memperparah ataupun menjadi faktor predisposisi timbulnya gingivitis selain plak, yaitu kalkulus gigi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna (p<0,05) antara PBI dengan indeks kalkulus. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan hanya sebagian kecil (17,2%) perempuan paskamenopause memiliki indeks kalkulus gigi yang baik. Sebagian besar (53,7%) perempuan paskamenopause dengan skor PBI baik memiliki indeks kalkulus sedang, yaitu nilai indeks 0,7 sampai 1,8. Kalkulus gigi adalah plak gigi yang telah mengalami mineralisasi. 29 Waktu yang diperlukan untuk mengawali kalsifikasi dan jumlah dari akumulasi kalkulus berbeda-beda pada setiap orang tergantung kecenderungan individu dalam membentuk kalkulus, derajat kekasaran permukaan gigi, dan kebiasaan tiap orang dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. 1 Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna (p<0,05) antara lama menopause dengan tingkat kebersihan mulut. Secara teori, tingkat kebersihan mulut dipengaruhi oleh cara individu menjaga kebersihan mulutnya, jenis makanan (diet) yang dikonsumsi, dan laju aliran saliva. Pada subjek penelitian yang memiliki rerata usia 61 tahun, usia yang sudah tua menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Hugoson dkk. mengindikasikan bahwa prevalensi dan keparahan penyakit

20 47 periodontal bertambah seiring penuaan, dimana etiologi penyakit periodontal berkaitan erat dengan tingkat kebersihan mulut. 39 Tekstur diet yang lunak dapat meningkatkan akumulasi plak, dan meningkatkan terjadinya kerusakan gigi, seperti karies atau bahkan sampai kehilangan gigi akibat karies. Hasil penelitian pada perempuan paskamenopause menunjukkan bahwa rata-rata setiap subjek penelitian memiliki 3 gigi decay, dan 7 gigi missing. Becker dkk. menyatakan bahwa perempuan paskamenopause yang tidak menggunakan terapi hormon memiliki korelasi negatif antara jumlah gigi yang tersisa dengan waktu sejak menopause. 40 Penelitian Schiffner dkk. mengindikasikan bahwa tindakan preventif untuk pasien lanjut usia sebaiknya fokus pada peningkatan tingkat kebersihan mulut. Pasien yang memiliki keterbatasan fisik untuk membersihkan gigi mereka dan juga menderita gingivitis sebaiknya juga menggunakan obat kumur antibakterial. 41

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analatik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Penelitian potong lintang merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

Lampiran 1: Lembar Persetujuan Komisi Etik. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 55

Lampiran 1: Lembar Persetujuan Komisi Etik. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 55 Lampiran 1: Lembar Persetujuan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 55 Lampiran 2: Informed Consent SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Ibu/Saudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara, pengunyahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan saliva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang selayaknya dipersiapkan dengan baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat dan tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri seseorang dapat timbul salah satunya bila memiliki senyum dengan susunan gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan

Bab I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan akumulatif sehingga pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene

ABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene ABSTRAK Selama kehamilan terjadi perubahan hormon yang mengubah respon imun dan mediator respon inflamasi. Hal ini kemudian menyebabkan masalah dalam rongga mulut terutama gingivitis dan infeksi periodontal.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi, lidah, dan saliva. Fungsi mulut bukan

Lebih terperinci

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916 Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916 OHI (Oral Hygiene Index) OHI merupakan gabungan dari indeks debris dan indeks kalkulus, masing-masing didasarkan pada 12 angka pemeriksaan skor debris

Lebih terperinci

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO 1 Daul R Tuhuteru 2 B. S Lampus 2 Vonny N.S Wowor 1 Kandidat Skripsi Program Studi Kedoteran Gigi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit karies gigi serta penyakit gigi dan mulut masih banyak diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut Data Kementerian Kesehatan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak diketahui. Allah SWT mengkaruniakan akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan buruk, serta hati untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat dari hasil Riset Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% populasi di dunia menderita

Lebih terperinci

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut penting bagi kesehatan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi berbicara, mastikasi dan juga rasa percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 14

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 14 A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 14 PENGARUH ORAL HYGIENE PADA WANITA PASKAMENOPAUSE DENGAN KEJADIAN GINGIVITIS PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) DI KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI. 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory study atau disebut juga dengan penelitian deskriptif, menggunakan kuesioner yang diisi oleh Odapus dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah 10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi permasalahan yang butuh perhatian serius di beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang serius pada banyak negara berkembang maupun negara maju dan masih sering terjadi pada anak. 1 Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis merupakan suatu penyakit berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, bersih, lembab sehingga terhindar dari infeksi (Eastham et al. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, bersih, lembab sehingga terhindar dari infeksi (Eastham et al. 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan gigi dan mulut / Oral hygiene (OH) adalah suatu tindakan perawatan yang diperlukan untuk menjaga mulut dalam kondisi yang baik, nyaman, bersih, lembab sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,

Lebih terperinci

Rata-rata nilai plak indeks (%)

Rata-rata nilai plak indeks (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang gambaran kesehatan jaringan periodontal (plak indeks) pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat menurut jenis kelamin di RSGM UMY pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun, masa bersekolah dalam periode ini sudah menampakkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK Nidia Alfianur 1, Budi Suryana 2 1, 2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Pontianak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara serta terdiri dari banyak pulau dan terbagi dalam 34 provinsi. Berdasarkan data sensus penduduk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak adalah karies gigi. 1 Karies gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin menjadi masalah yang cukup serius di masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi/Siang, Saya Desi Khairunnisa, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya akan melakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: premenopause, menopause, gingivitis, permen karet, probiotik

ABSTRAK. Kata kunci: premenopause, menopause, gingivitis, permen karet, probiotik ABSTRAK Salah satu masalah pada rongga mulut yang sering terjadi pada perempuan premenopause dan menopause yaitu gingivitis. Hal ini diakibatkan oleh menurunnya kemampuan pertahanan epitel gingiva terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep penggunaan bahan kimia untuk perawatan dalam rongga mulut telah diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre Fauchard

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti merupakan alat ortodonti yang dicekatkan langsung pada gigi. Komponen fixed orthodontic terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada 32 pasangan ibu dan anak usia 3 sampai 5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimental

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU Lampiran 1 DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,

Lebih terperinci

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN Ratnasari *, Erni Gultom *, Desi Andriyani * Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sangat luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017 177 HUBUNGAN KONSUMSI KALSIUM DAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI DESA CURUNGREJO KECAMATAN KEPANJEN Titin Sutriyani D4 Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi e-mail: titinsutriyani@gmail.com

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. STATUS KERADANGAN GINGIVA PADA PEREMPUAN PASKAMENOPAUSE (Pemeriksaan Klinis di Wilayah Bekasi) SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA. STATUS KERADANGAN GINGIVA PADA PEREMPUAN PASKAMENOPAUSE (Pemeriksaan Klinis di Wilayah Bekasi) SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA STATUS KERADANGAN GINGIVA PADA PEREMPUAN PASKAMENOPAUSE (Pemeriksaan Klinis di Wilayah Bekasi) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri

Lebih terperinci

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat...

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat... Lampiran 1 INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth, Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat... Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr dapat mengizinkan ananda......untuk

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Bersama dengan ini saya, Olivian Wijaya, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saat ini, saya sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KERENTANAN TERJADINYA GINGIVITIS ANTARA WANITA MENOPAUSE DENGAN WANITA PASCAMENOPAUSE

PERBEDAAN TINGKAT KERENTANAN TERJADINYA GINGIVITIS ANTARA WANITA MENOPAUSE DENGAN WANITA PASCAMENOPAUSE PERBEDAAN TINGKAT KERENTANAN TERJADINYA GINGIVITIS ANTARA WANITA MENOPAUSE DENGAN WANITA PASCAMENOPAUSE R. Setyohadi*, Ranny Rachmawati**, Sri Hartati*** *Departemen Oral Biologi PSPDG Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satu aspek dalam status kesehatan umum dan kesejahteraan hidup.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satu aspek dalam status kesehatan umum dan kesejahteraan hidup. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan kesejahteraan hidup (Kwan, dkk., 2005). Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian integral dari kesehatan

Lebih terperinci

Rawati Siregar, Jessi Sihotang Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Rawati Siregar, Jessi Sihotang Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak PERBEDAAN PENGGUNAAN KEPALA SIKAT GIGI LURUS DAN KEPALA SIKAT GIGI MELENGKUNG TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK PADA SISWA-SISWI KELASVI SD NEGERI 066038 KELURAHAN MANGGA KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN Rawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar yang berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap 34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap sejumlah subyek menurut keadaan sebenarnya, tanpa ada intervensi dari peneliti.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum. Walaupun demikian, banyak juga orang yang tidak tahu bahwa rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai anak yang terbatas untuk bermain, bekerja atau melakukan hal-hal yang anakanak lain seusianya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci