BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Farida Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk plak bakteri (biofilm). Perkembangan karies terjadi dengan adanya bakteri dan diet yang mengandung fermentasi karbohidrat. Karies adalah penyakit infeksi karena asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri dari hasil fermentasi karbohidrat yang menyebabkan demineralisasi dari jaringan keras gigi. Lesi karies biasanya terjadi pada korona gigi, seperti: (a) Pit, fisur dan defek enamel pada permukaan oklusal gigi posterior atau permukaan halus; (b) Proksimal yang bisanya terjadi pada daerah di bawah titik kontak; (c) 1/3 servikal mahkota atau diikuti resesi gingiva. 11,12, Etiologi Karies Gigi Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktoral, yaitu adanya beberapa faktor memegang peranan, yaitu: Host Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies, yaitu: faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, flour), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna, mengandung banyak fluor dan fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak
2 enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. 2. Agen (mikroorganisme) Plak gigi memegang peran penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius, serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya Laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar sel/mg plak. Walaupun demikian, Streptokokus mutans diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena Streptokokus mutans mempunyai sifat asidogenik (memproduksi asam) dan asidurik (resisten terhadap asam). 3. Diet (substrat) Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies. 4. Faktor waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa tahun atau bulan. Lamanya waktu dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, 6-48 bulan. 14
3 2.1.2 Patogenesis Karies Gigi Proses terjadinya karies diawali adanya proses demineralisasi pada , bagian terkeras dari gigi. Sisa makanan (termasuk karbohidrat) akan menempel pada permukaan dan berakumulasi memebentuk plak, yaitu media pertumbuhan yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel pada permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi mengakibatkan proses awal karies pada , yang ditandai dengan bercak putih (white spot). Apabila proses ini sudah terjadi maka progresivitas tidak akan dapat berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penambalan pada permukaan gigi yang terkena karies atau dilakukan pencabutan apabila tidak dapat ditambal lagi. Kebanyakan lesi karies proksimal dapat dijumpai di daerah antara titik kontak dan di atas margin gingiva bebas. Tipe lesi ini tidak dijumpai di bawah margin gingival membedakan antara lesi karies dan bagian servikal. 14 Karies proksimal dilihat sebagai cust kecil di permukaan dan sebagian besar ditemukan di bawah titik kontak. Lesi ini tersebar dalam bentuk segitiga dengan basis di bawah permukaan dan menuju ke arah dento-enamel junction. Pada dentoenamel junction, karies menyebar ke arah lateral dan terus menuju ke pulpa. Kavitas yang terlihat merupakan tahap akhir dari suatu proses karies. Radiografi bitewing adalah cara terbaik untuk menegakkan diagnosis demineralisasi di permukaan halus proksimal karena permukaan ini biasanya tidak dapat dicapai di bawah pemeriksaan gigi rutin. Dalam radiografi bitewing, mahkota dan jaringan sekitarnya di kedua rahang dapat dikembangkan dalam satu film. Dengan menggunakan radiografi bitewing, kita dapat menegakkan diagnosis karies gigi, mengontrol karies, menegakkan diagnosis restorasi tergantung; meneliti situasi pulpa dan perubahannya, resorpsi puncak tulang alveolar dan hubungan oklusal gigi. 10
4 2.1.3 Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalaman Klasifikasi karies berdasarkan kedalamannya, terbagi atas: a. Karies superfisialis, dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena. 15 Gambar 1. Karies Superfisialis 15 b. Karies media, dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. 15 Gambar 2. Karies Media 15
5 c. Karies profunda tertutup, dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin. Gambar 3. Karies Profunda Tertutup 15 d. Karies profunda terbuka, dimana karies sudah mencapai bagian pulpa Pemeriksaan Karies Gigi 1. Anamesis Wawancara yang dilakukan oleh dokter dengan pasien yang mencakup keluhan utama pasien Pemeriksaan a. Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan yang dilakukan pada rongga mulut pasien dan memeriksa secara teliti gigi geligi apabila terlihat langsung maka dapat ditentukan adanya karies. Adakalanya karies terutama proksimal tidak terlihat secara klinis maka bantuan radiografi diperlukan. Pemeriksaan intraoral adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam rongga mulut. Pemeriksaan intraoral terdiri dari pemeriksaan yang abnormal yang ditemukan dalam rongga mulut seperti jaringan lunak, jaringan keras dan struktur pendukung. Pemeriksaan terhadap oklusi, susunan gigi, fungsi organ mulut dan kondisi jaringan dalam mulut sangat penting untuk diperhatikan. Contoh: mukosa labial dan bukal,
6 vestibulum lateral dan bukal, papila dari duktus parotid, palatum (keras dan lunak), posterior lidah dan orofaring, dorsal lidah, dasar mulut dan ventral lidah, gigi geligi (oklusal, karies, malformasi, penyakit periodontal serta kelainan lain). 16,17 b. Pemeriksaan Radiografi Radiografi merupakan pemeriksaan penunjang klinis dalam mendeteksi karies gigi. Radiografi kedokteran gigi merupakan alat yang berguna dan penting dalam membantu menegakkan diagnosis dan perawatan penyakit mulut seperti karies, penyakit periodontal dan patologi rongga mulut. Lesi terlihat pada radiograf sebagai daerah radiolusen karena daerah demineralisasi gigi tidak banyak menyerap foton sinar-x sebagai bagian tidak terpengaruh karies. 11,18, Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi Konvensional Radiografi konvensional meliputi semua fungsi rantai pencitraan, yaitu perolehan gambar, pengolahan kimia, transportasi, penyimpanan dan paparan gambar penting untuk diagnosis klinis. Namun pada radiografi konvensional tidak dilengkapi dengan komputer sehingga data/ hasil radiografi tidak dapat dimanipulasi. Selesai diekspos, langsung diproses di hasil akhir berupa foto rontgen gigi geligi Radiografi Digital Dalam pencitraan digital, gambaran radiografi digital tidak membutuhkan film tetapi menggunakan sensor dan hasil dapat disimpan di komputer. Pencitraan digital tidak melalui proses kimia, limbah yang berbahaya dalam bentuk bahan kimia dan timbal foil berkurang. Gambar dapat ditransfer secara elektronik ke penyedia layanan kesehatan lain tanpa perubahan dari kualitas gambar aslinya. Selain itu, radiasi reseptor digital intraoral lebih kecil dari film, sehingga mengurangi paparan radiasi terhadap pasien. Namun, sistem digital juga memiliki beberapa kekurangan dibanding dengan film. Biaya awal menyiapkan sistem pencitraan ralatif tinggi. Komponen tertentu seperti reseptor elektronik sinar-x yang digunakan sensitif terhadap penanganan yang kurang hati-hati dan membutuhkan biaya mahal. 11
7 2.2.3 Radiografi Kedokteran Gigi Secara umum radiografi di kedokteran gigi dibagi menjadi dua jenis, yaitu radiografi intraoral dan ekstraoral. a. Radiografi Intraoral Radiograf intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur sekitarnya. Pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi. 21 Tipe-tipe radiografi secara umum, yaitu: Radiografi periapikal Radiografi periapikal menggambarkan teknik intraoral yang menunjukkan gigi dan jaringan di sekitar akar gigi. Setiap gambar menunjukkan tiga sampai empat gigi dan memberi informasi detail mengenai gigi dan tulang alveolar di sekitarnya. Teknik yang digunakan paralel dan bisekting. 2. Radiografi bitewing Radiogafi bitewing disebut juga radiografi proksimal yang meliputi mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah serta puncak tulang alveolar dalam satu film. Radiografi bitewing baik dalam mendeteksi karies proksimal pada tahap awal dan juga dapat memperlihatkan karies sekunder di bawah restorasi. 3. Radiografi oklusal Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film sangat cocok untuk mendeteksi salvilaris calculi (oklusal rahang bawah). b. Radiografi Ekstraoral Radiografi ekstraoral adalah pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang dengan film berada di luar mulut. Radiografi ekstraoral meliputi panoramik, lateral jaw, lateral cephalometric, postero-anterior, submentovertec, waters, tomografi projections, dll. Radiografi ekstraoral yang paling populer dan sering dipakai adalah radiografi panoramik. Foto intraoral tidak cukup untuk melihat perluasan suatu lesi/tumor, fraktur rahang, fase gigi bercampur. Radiografi panoramik memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan intraoral, yaitu maksila dan mandibular dalam satu film. 20
8 2.3 Radiografi pada Karies Proksimal Beberapa penelitian menyatakan bahwa karies proksimal dapat dideteksi dengan menggunakan radiografi bitewing dan periapikal. Karies proksimal dapat dilihat pada radiografi apabila terjadi mineralisasi 30%-40%, sehingga memungkinkan lesi dibedakan dari enamel dan dentin yang normal Radiografi Periapikal Radiografi periapikal menggambarkan teknik intraoral yang menunjukkan gigi individual dan jaringan di sekitar akar gigi, Tujuan dari pemeriksaan periapikal adalah untuk melihat gigi secara utuh dari korona sampai periapikal serta jaringan sekitarnya. Indikasinya radiografi periapikal, yaitu: 21 a) Deteksi infeksi/ peradangan apikal. b) Penilaian status periodontal. c) Setelah trauma pada gigi dan terkait dengan tulang alveolar. d) Penilaian terhadap keberadaan dan posisi gigi yang tidak erupsi. e) Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi. f) Evaluasi kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar. g) Evaluasi implan pasca operasi. Radiografi periapikal dapat dilakukan dengan cara: i. Teknik paralel (paralleling) 22 Prinsip-prinsip pada teknik paralel, yaitu: 1. Film diletakkan parelel dengan aksis panjang gigi. 2. Sentral sinar-x tegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi. 3. Film holder harus dipakai menjaga agar film tetap paralel dengan sumbu panjang gigi. Keuntungan menggunakan teknik paralel, yaitu: 22 a) Tanpa distorsi. b) Gambar yang dihasilkan mudah dipelajari dan digunakan. c) Mempunyai validitas yang tinggi.
9 Gambar 4. Teknik Paralleling 22 Kerugian menggunakan teknik paralel, yaitu: 22 a) Sulit meletakkan pemegang film, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang kecil. b) Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi kenyamanan. ii. Teknik bisekting (bisecting) 22 Prinsip geometri dipakai pada teknik ini. Prinsip-prinsip pada teknik bisekting, yaitu: 22 a) Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi. b) Film kontak dengan gigi. Bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut. c) Adanya imaginary bisector. d) Sumbu sinar-x tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga menghasilkan dua segitiga yang sama. e) Film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran. Rinn BAI instruments, Stable bite block, EEZEE grip film holder.
10 Gambar 5. Teknik Bisekting 22 A. Geometri B. Sinar-x tegak lurus terhadap garis bisektris C. Dua segitiga sama sisi Keuntungan teknik bisekting, yaitu: 22 - Teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik bisekting, yaitu: 22 a) Distorsi mudah terjadi b) Masalah angulasi (banyak angulasi harus diperhatikan). A. B. Gambar 6. Foto Periapikal 21 A. Gigi anterior yang menunjukkan karies proksimal. B. Gigi posterior yang menunjukkan karies proksimal.
11 2.3.2 Radiografi Bitewing Radiografi bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi mahkota dari maksila dan mandibula, daerah interproksimal dan crest alveolar dalam film yang sama. 22 Gambar 7. Teknik Bitewing 22 A. B. Gambar 8. Radiografi Bitewing 21 A dan B. Radiografi Bitewing yang menunjukkan karies proksimal. Prinsip-prinsip pada teknik bitewing, yaitu: 22 a) Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan mahkota gigi-gigi geligi di maksila dan mandibula.
12 b) Film distabilkan dengan pasien menggigit tab bitewing dan film holder bitewing c) Sumbu sinar-x diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +10 o. 2.4 Karangka Teori Karies Definisi Etiologi Patogenesis Radiografi Digital Konvensional Intraoral Extraoral Bitewing Periapikal Karies proksimal
13 2.5 Kerangka Konsep Radiograf periapikal Radiograf Bitewing Karies proksimal 1. Kekontrasan Gambar 2. Ukuran Serviko-oklusal 3. Ukuran Mesiodistal
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan
Lebih terperinciBAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang
BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya
BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Karies Gigi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan indeks, BMI sebenarnya
Lebih terperinciBAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.
BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang paling sering ditemukan di dunia (Roberson dkk., 2002). Karies menempati urutan tertinggi dalam penyakit gigi dan mulut
Lebih terperinciMAKALAH HUBUNGAN KARIES GIGI TERHADAP PENYAKIT JANTUNG
MAKALAH HUBUNGAN KARIES GIGI TERHADAP PENYAKIT JANTUNG Disusun Oleh : Candra Bayu Sena G0006188 Pembimbing Drg. Vita Nirmala A., Sp. Pros.,Sp. KG 1 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi ECC dan SECC Early childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (SECC) telah digunakan selama hampir 10 tahun untuk menggambarkan status karies pada anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Radiologi Kedokteran Gigi a. Sejarah Radiologi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan seni dan ilmu dalam membuat gambar bayangan gigi dan struktur sekitarnya. Radiografi berperan penting di bidang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Karies Gigi a. Definisi Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum), yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung Pengetahuan merupakan hasil atau wujud dari penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Dental Radiografi pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman pada November 1895. 8,9 Pada Januari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Impaksi Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Dental Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifetasi oral dirongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan keluarga 1. Pengertian Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat
Lebih terperinciBAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai
BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies gigi 2.1.1 Pengertian Karies Gigi Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen (seorang fisikawan) pada tahun 1895 di Jerman. Roentgen bekerja dengan tabung sinar katoda
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Periapikal Nama periapical berasal dari bahasa latin peri, yang berarti sekeliling, dan apical yang berarti ujung. Radiogafi periapikal dapat menunjukkan secara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut Gibson et.al. kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol Karies gigi yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat dijumpai berupa kerusakan gigi yang parah mengenai sebagian besar giginya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi sejumlah besar populasi. Proses karies mempengaruhi mineralisasi gigi, enamel, dentin, dan sementum, serta disebabkan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES
SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES OLEH : Feradatur Rizka Eninea 11.1101.1022 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN
Lebih terperinciBab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Ibu dalam Kesehatan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peranan ibu sangat menentukan dalam mendidik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi
Lebih terperinciBAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah : penelitian deskriptif prospektif dengan bantuan radiografi periapikal paralel. B. Populasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Gigi Gigi merupakan struktur keras yang terkalsifikasi, biasanya terletak pada jalan masuk traktus alimentarius dan fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh sedikitnya sosialisasi tentang kesehatan gigi
Lebih terperinciPERBEDAAN AKURASI HASIL RADIOGRAFI DENGAN TEKNIK OKLUSAL DAN TEKNIK BITEWING UNTUK MENDETEKSI KARIES PROKSIMAL BUATAN
PERBEDAAN AKURASI HASIL RADIOGRAFI DENGAN TEKNIK OKLUSAL DAN TEKNIK BITEWING UNTUK MENDETEKSI KARIES PROKSIMAL BUATAN ANAK AGUNG SRI AGUSTINI DEWI NPM : 10.8.03.81.41.1.5.019 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Early Childhood Caries (ECC) merupakan gabungan suatu penyakit dan kebiasaan yang umum terjadi pada anak dan sulit dikendalikan. 1 Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau
Lebih terperinciBAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan
BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. 5,7,10,11
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.wujudnya dapat berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan.perilaku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Kepala Leher 2.1.1 Etiologi Kanker adalah salah satu penyakit yang mematikan. Kanker berasal dari pertumbuhan abnormal sel atau jaringan yang bersifat invasif serta mampu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara observasional deskriptif dengan cara pengamatan terhadap hasil radiografi pasien yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang terpusat untuk membimbing, mengawasi dan mengoreksi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit gigi dan mulut yang masih menjadi masalah utama di bidang kedokteran gigi adalah karies. 1 Karies merupakan penyakit multifaktorial dan kronis yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik/mikroba yang ada dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan 25,9% penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindroma Down Sindroma Down adalah kelainan kromosom yang disebabkan oleh kesalahan dalam pembelahan sel yang mengakibatkan adanya kromosom tambahan 21 atau trisomi 21. 9 Pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti merupakan alat ortodonti yang dicekatkan langsung pada gigi. Komponen fixed orthodontic terdiri dari
Lebih terperinciTahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan
ABSTRACT Early childhood caries (ECC), also known as milk bottle caries is a syndrome of severe tooth decay, occurs in infants and children, is an infectious disease that develops rapidly and lead to health
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hilangnya gigi. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Kementerian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi adalah penyakit progresif yang dimulai dengan demineralisasi gigi oleh produk asam dari bakteri (Cawson dan Odell, 2008). Karies merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit karena bakteri pada gigi. Gigi berlubang merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling lazim. Gigi berlubang lebih banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting di bidang kedokteran gigi. Ini karena hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100
akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restorasi gigi pada perawatan endodonti yang mengabaikan integritas dari struktur
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya
Lebih terperinciKEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan
KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi berjejal atau crowding dapat diartikan sebagai ketidakharmonis antara ukuran gigi dengan ukuran rahang yang dapat menyebabkan gigi berada di luar lengkung rahang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. menjadi dua yaitu gigi berjejal simpel dan gigi berjejal kompleks. Gigi
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan pustaka 1. Gigi berjejal a. Definisi gigi berjejal Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal. Ditinjau dari segi permasalahan gigi
Lebih terperinciBAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik
Lebih terperinciGrafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi Klas I Angle Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle, yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana
Lebih terperinciII. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL
II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mandibula Mandibula berbentuk seperti tapal kuda dan meyangga gigi pada rahang bawah. Tulang mandibula dapat bergerak dan tidak ada artikulasi dengan tulang tengkorak. Tulang
Lebih terperinciSALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.
SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA 04111004066 Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies 2.1.1 Definisi Karies Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,
Lebih terperinci