ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU"

Transkripsi

1 ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan di segenap aspek kehidupan berjalan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia usaha terutama yang bergerak di bidang perdagangan barang maupun jasa membutuhkan teknologi yang tepat untuk meningkatkan daya saingnya. SPBU adalah salah satu usaha yang bergerak di bidang penyediaan bahan bakar minyak (BBM) yang dalam melakukan pelayanan menggunakan alat ukur Pompa BBM yang wajib diuji secara berkala oleh instansi metrologi daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mengingat pentingnya pengukuran dengan pompa BBM untuk melindungi kepentingan konsumen, maka penulis melakukan penelitian terhadap pengaruh kecepatan aliran dan temperatur lingkungan terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU. Kecepatan aliran yang digunakan pada penelitian sekitar adalah 20 liter/menit, 30 liter/menit dan 40 liter/menit pada temperatur lingkungan sekitar 28 C, 31 C dan 33 C. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen. Pengujian yang pertama adalah pengujian kesalahan pengisian yang dilakukan dengan Bejana Ukur Standar 20 liter dengan batas kesalahan sebesar ± 0,5% (100 ml) dengan jenis BBM yang diuji adalah premium dan pertamax. Pengujian yang kedua adalah pengujian laju penguapan untuk kedua jenis BBM ini yang dilakukan dengan pengukuran massa cairan yang hilang selama waktu 12 jam dengan gelas ukur 25 mililiter. Hasil dari pengujian yang dilakukan pada SPBU di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, diperoleh bahwa untuk jenis premium nilai error terkecil pada kecepatan aliran 20,03 liter/menit dan temperatur 28,3 C dengan nilai error sebesar 0,133%. Sedangkan error terbesar terjadi pada kecepatan 40,02 liter/menit dengan temperatur 33 C yaitu sebesar 0,309%. Untuk pertamax nilai error pada kecepatan 40,04 liter/menit temperatur 33,6 C adalah -0,067% dan pada kecepatan 20,07 Liter/menit temperatur 28,3 C dengan error -0,216%. Laju penguapan premium 0, ml/menit dan pertamax 0, ml/menit pada temperatur 31,6 C dan kelembaban rata-rata 66%. Kata kunci : kesalahan pengisian BBM, kecepatan aliran, temperatur lingkungan, laju penguapan.

2 ABSTRACT THE EFFECT OF FLOW RATE AND ENVIRONMENT TEMPERATURE ON FUEL FILLING ERROR IN THE GAS STATION Sustainable development in all aspects of life go hand by hand with the development of science and technology. The trade of goods and services requires the right technology to increase their competitiveness. Filling stations is one of the businesses engaged in the supply of fuel oil (BBM) that in the service uses the fuel pump measuring devices that must be tested periodically by regional metrology institutions in accordance with applicable regulations. The measurement on fuel pump was important to be held in order to protect the consumers interest. For those reason, this study was conducted to analyse the effect of flow rate and environment temperature on the mistake of fuel filling in the gas station. Flow rate used in the study is approximately 20 liters / min, 30 liter / min and 40 liter / min at ambient temperature around 28 C, 31 C and 33 C. This research was done experimentally. The first experiment was done by testing the fuel filling errors by using gauging vessels standard 20 liters with a margin of error of ± 0.5% (100 ml). Premium and pertamax was chosen in this test. The second experiment was testing the evaporation rate for both types of fuel by measuring the mass of the fluid lost during 12 hours with 25 ml measuring cup. The results of the tests performed on the gas station at Anturan village, Buleleng district, showed that, for premium type the smallest error value was at a flow rate of liters / minute and temperature of 28,3 C with error value of 0.133%. While the biggest error occured at a speed of liters / minute at a temperature of 33,6 C in the amount of 0.309%. Pertamax smallest error value was % at a speed of liters / minute and at 33,6 C temperature and the largest was -0,216% at a speed of Liter / min with temperature 28,3 C. Premium evaporation rate ml / min and pertamax ml / minute at temperatures 31,6 C and an average humidity of 66%. Keywords: error fuel filling, flow rate, ambient temperature, evaporation rate.

3 RINGKASAN ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan di segenap aspek kehidupan berjalan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia usaha terutama yang bergerak di bidang perdagangan barang maupun jasa membutuhkan teknologi yang tepat untuk meningkatkan daya saingnya. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) adalah salah satu usaha yang bergerak di bidang penyediaan bahan bakar minyak (BBM) yang dalam melakukan pelayanan menggunakan Pompa BBM. Pompa BBM merupakan salah satu alat ukur yang wajib diuji secara berkala oleh instansi metrologi daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Frekuensi penggunaan alat ukur yang tinggi menyebabkan perubahan pada hasil pengukuran alat, sehingga alat ukur harus diperiksa secara rutin. Setiap alat ukur memiliki tingkat kesalahan, yang merupakan selisih antara penunjukan alat dengan standar uji pada kondisi yang sama. Alat yang layak digunakan dalam transaksi adalah alat yang memiliki tingkat kesalahan yang berada dalam batas kesalahan yang diizinkan. Penggunaan alat ukur pompa BBM amat penting untuk melindungi kepentingan konsumen, sehingga penulis melakukan penelitian terhadap pengaruh kecepatan aliran dan temperatur lingkungan terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecepatan aliran BBM dan temperatur lingkungan terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU, untuk mengetahui pengaruh jenis BBM (premium dan pertamax) dan untuk mengetahui laju penguapan premium dan pertamax. Kecepatan aliran yang digunakan pada penelitian adalah sekitar 20 liter/menit, 30 liter/menit dan 40 liter/menit pada temperatur lingkungan sekitar 28 C, 31 C dan 33 C. Pengujian dilakukan dengan Bejana Ukur Standar 20 liter dengan batas kesalahan sebesar ± 0,5% (100 ml) dengan jenis BBM yang diuji adalah premium dan pertamax. Prosedur pengujian kesalahan pengisian BBM ini diawali dengan mengalirkan BBM ke dalam Bejana Ukur Standar 20 Liter pada masing masing kecepatan dan temperatur lingkungan yang diuji. Penunjukan pompa diatur 20 liter. Kemudian volume BBM tersebut yang terbaca di bejana dibandingkan dengan volume nominal yang seharusnya. Selisih volume ini merupakan nilai error pompa. Untuk setiap variasi antara kecepatan dan temperatur diulang sebanyak 3 (tiga) kali.

4 Hasil dari pengujian yang dilakukan pada SPBU di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, diperoleh bahwa untuk jenis premium nilai error terkecil pada kecepatan aliran 20,03 liter/menit dan temperatur 28,3 C dengan nilai error sebesar 0,133%. Sedangkan error terbesar terjadi pada kecepatan 40,02 liter/menit dengan temperatur 33,6 C yaitu sebesar 0,309%. Untuk pertamax nilai error terkecil pada kecepatan 40,04 liter/menit temperatur 33,6 C adalah -0,067% dan pada kecepatan 20,07 liter/menit temperatur 28,3 C nilai error -0,216%. Nilai error premium menunjukkan angka positif artinya volume yang diserahkan kurang dari volume yang seharusnya sesuai Bejana Ukur Standar. Sedangkan error pertamax bernilai negatif artinya volume yang diserahkan lebih dari volume bejana standar. Untuk semua pengujian nilai kesalahan pengisian masih dalam Batas Kesalahan Yang Diijinkan. Pengujian laju penguapan dilakukan dengan menggunakan gelas ukur kapasitas 25 ml dan timbangan elektronik kapasitas 200 gram. Penguapan premium dan pertamax diamati pada temperatur 31,6 C dan kelembaban ratarata 66% selama 12 jam kemudian ditimbang massanya setiap 30 menit. Hasil yang diperoleh adalah laju penguapan premium 0, ml/menit dan pertamax 0, ml/menit.

5 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix RINGKASAN... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Pengukuran Karakteristik Pengukuran Peraturan Metrologi Istilah dalam pengujian pompa BBM Batas Kesalahan Yang Diizinkan (BKD)... 17

6 2.3.3 Prosedur Pengujian Pompa Ukur BBM Bahan Bakar Minyak Persamaan Kontinuitas Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Pompa Ukur BBM Bagian - Bagian Pompa Ukur BBM Prinsip Kerja Pompa BBM BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Diagram Alir Penelitian Tahap Persiapan Bahan dan Peralatan Tahap Pengujian Skematik Pengujian Lokasi dan Waktu Penelitian Prosedur Pengujian Prosedur Pengujian Kesalahan Pengisian BBM Prosedur Pengujian Laju Penguapan Analisis Data BAB V DATA PENELITIAN Pengumpulan Data Awal Data Pengujian Kesalahan Pengisian BBM... 49

7 5.2.1 Data Pengujian Premium Data Pengujian Pertamax Pengaruh Kecepatan Aliran dan Temperatur Lingkungan Data Pengujian Laju Penguapan BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa Laju Penguapan BBM Analisa Kesalahan (Error) Nosel Premium Analisa Kesalahan (Error) Nosel Pertamax BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 80

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Bakar Bensin Premium Tabel 2.2 Spesifikasi Bahan Bakar Bensin Pertamax Tabel 5.1 Data Kecepatan Nosel Premium Tabel 5.2 Data Pengujian Premium Pada Temperatur 28,3 C Tabel 5.3 Data Pengujian Premium Pada Temperatur 31,1 C Tabel 5.4 Data Pengujian Premium Pada Temperatur 33,6 C Tabel 5.5 Persentase (%) Error Pengujian Nosel Premium Tabel 5.6 Data Kecepatan Nosel Pertamax Tabel 5.7 Data Pengujian Pertamax Pada Temperatur 28,3 C Tabel 5.8 Data Pengujian Pertamax Pada Temperatur 31,1 C Tabel 5.9 Data Pengujian Pertamax Pada Temperatur 33,6 C Tabel 5.10 Persentase (%) Error Pengujian Nosel Pertamax Tabel 5.11 Massa Penguapan Premium Tabel 5.12 Massa Penguapan Pertamax Tabel 6.1 Penguapan Pada Temperatur Pengujian Tabel 6.2 Pengaruh Kecepatan dan Temperatur Terhadap Error Nosel Premium Tabel 6.3 Pengaruh Kecepatan dan Temperatur Terhadap Error Nosel Pertamax... 71

9 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Akurasi Gambar 2.2 Kurva Temperatur Penguapan Bensin Gambar 2.3 Tabung Arus Gambar 2.4 Pompa Ukur BBM Mekanik Gambar 2.5 Pompa Ukur BBM Elektronik Gambar 2.6 Konstruksi Pompa Ukur BBM Gambar 2.7 Pompa Hisap Gambar 2.8 Strainer Gambar 2.9 Badan Ukur Gambar 2.10 Solenoid Valve Gambar 2.11 Alat Justir Gambar 2.12 Badan Hitung Gambar 2.13 Gelas Penglihat Gambar 2.14 Nosel Gambar 2.15 Arah Aliran dan Komponen Pompa Gambar 3.1 Konsep Penelitian Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 4.2 a. Landasan / penyipat datar Gambar 4.2 b. Bejana Ukur Standar 20 Liter Gambar 4.2 c. Stopwatch Gambar 4.2 d Nosel Pompa Ukur BBM Gambar 4.3 Skematik Pengujian Gambar 5.1 Spesifikasi Pompa BBM Gambar 5.2 a. Pengisian Premium Gambar 5.2 b. Pengisian Pertamax Gambar 5.2 c. Pembacaan Skala Bejana Gambar 5.2 d Menuangkan BBM ke Ember... 49

10 Gambar 5.3 Grafik Pengaruh Kecepatan Aliran Premium (20,03 liter/menit) dan Temperatur Terhadap Error Gambar 5.4 Grafik Pengaruh Kecepatan Aliran Premium (30,16 liter/menit) dan Temperatur Terhadap Error Gambar 5.5 Grafik Pengaruh Kecepatan Aliran Premium (40,02 liter/menit) dan Temperatur Terhadap Error Gambar 5.6 Grafik Pengaruh Kecepatan Aliran Pertamax (20,07 liter/menit) dan Temperatur Terhadap Error Gambar 5.7 Grafik Pengaruh Kecepatan Aliran Pertamax (30,12 liter/menit) dan Temperatur Terhadap Error Gambar 5.8 Grafik Pengaruh Kecepatan Aliran Pertamax (40,04 liter/menit) dan Temperatur Terhadap Error Gambar 5.9 a. Gelas Ukur Kosong dan Pocket Scale Gambar 5.9 b. Gelas Ukur isi 25 ml Gambar 5.9 c. Menimbang Premium Gambar 5.9 d. Pengujian Pada Temperatur 31,1 C Gambar 5.10 Grafik Penguapan Premium Gambar 5.11 Grafik Penguapan Pertamax Gambar 6.1 Grafik Pengaruh Kecepatan dan Temperatur Terhadap Error Nosel Premium Gambar 6.2 Grafik Pengaruh Kecepatan dan Temperatur Terhadap Akurasi Nosel Pertamax... 72

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1a Data BMKG Tanggal 2 Nopember Lampiran 1b Data BMKG Tanggal 5 Nopember

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan di segenap aspek kehidupan berjalan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia usaha terutama yang bergerak di bidang perdagangan barang maupun jasa membutuhkan teknologi yang tepat untuk meningkatkan daya saingnya. Dalam melakukan transaksi perdagangan barang tentunya tidak terlepas dari penggunaan alat ukur dengan pemanfaatan teknologi yang terus berkembang. Pemerintah melalui Undang Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal telah mengatur penggunaan Alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) yang harus dijaga ketelitiannya sehingga aman dalam bertransaksi dan tidak merugikan konsumen. Aktifitas perdagangan skala lokal, nasional maupun internasional hendaknya mengutamakan kejujuran dalam menggunakan alat ukur. Pemeriksaan berkala perlu dilakukan agar hasil pengukuran dari alat ukur yang digunakan tetap terjaga baik. Kesalahan pengukuran sering terjadi mengingat keterbatasan kemampuan alat dan juga faktor lainnya. Beberapa alat ukur yang sering digunakan dalam perdagangan antara lain : timbangan, neraca, pompa ukur bahan bakar minyak, tangki, takaran, meteran dan lain lain. Semua alat ukur ini harus dapat dipercaya kebenaran hasil pengukurannyadan juga menggunakan satuan ukuran Sistem Internasional

13 sehingga tidak ada hambatan teknis utamanya untuk usaha perdagangan antar negara. Bahan bakar minyak (BBM) adalah salah satu produk dengan volume penjualan yang tinggi karena belum dapat sepenuhnya digantikan oleh sumber energi lain. Untuk mendapatkan BBM, masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor dapat melakukan pengisian melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). SPBU merupakan prasarana umum yang disediakan oleh pengelola untuk masyarakat luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis Premium, Solar, Pertamax dan Pertamax Plus. [1] SPBU yang baik dan sehat harus didukung pegawai SPBU yang berkompeten dan professional sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik. Namun banyak permasalahan yang dihadapi oleh pegawai SPBU dalam perkembangannya selama ini yaitu berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada didalamnya. Dengan ini upaya yang harus dilakukan pemilik SPBU di antaranya melakukan pengawasan langsung operasional SPBU, membuat edaran untuk pegawai SPBU agar menjaga stock BBM-nya dan memiliki cukup presediaan, memastikan sarana fasilitas penyaluran, pemadam kebakaran, dan alat komunikasi dapat berfungsi dengan baik. [2] Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010, pompa ukur BBM merupakan alat ukur cairan dinamis yang wajib ditera dan tera ulang karena digunakan dalam

14 transaksi perdagangan. Sedangkan yang dimaksud dengan tera ulang ialah hal menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbangan, dan perlengkapannya yang telah ditera (Undang Undang Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal). Pegawai yang berhak melakukan pengujian terhadap UTTP ini adalah pegawai dari Instansi Metrologi setempat. Masalah-masalah Metrologi Legal yang ada di masyarakat, khususnya yang terjadi pada proses transaksi di SPBU antara konsumen dengan pengelola SPBU terhadap kecenderungan ketidakakurasian takaran pompa ukur BBM dengan jumlah nominal biaya yang dibayarkan kepada operator SPBU dapat menganggu jalannya tertib ukur yang baik bagi kegiatan jasa maupun perdagangan dan pastinya akan merugikan konsumen.[3] Jumlah SPBU di provinsi Bali sekitar 200 unit SPBU. Sedangkan di Kabupaten Buleleng jumah SPBU aktif sampai dengan tahun 2016 adalah sebanyak 19 SPBU. Masing masing SPBU memiliki beberapa pompa dan nosel. SPBU juga memiliki sertifikasi pelayanan. Sebagian SPBU ini yang merupakan SPBU Pertamina Pasti Pas, yaitu SPBU yang telah tersertifikasi dapat memberikan pelayanan yang terbaik memenuhi standar kelas dunia. Konsumen dapat mengharapkankualitasdankuantitas BBM yang terjamin, pelayanan yang ramah serta fasilitas nyaman. Banyaknya jumlah SPBU yang

15 ada menunjukkan masih tingginya konsumsi BBM untuk kendaraan bagi masyarakat. Pompa ukur BBM yang ada di SPBU wajib ditera ulang satu tahun sekali sesuai dengan peraturan yang berlaku.mengingat volume penjualan yang tinggi dengan sifat keterbatasan alat ukur maka pengujian dan pemeriksaan berkala sangat perlu dilakukan untuk menjaga keakuratan alat yang digunakan. Dalam melakukan penjualan BBM, pompa adalah alat untuk mengalirkan BBM melalui nosel ke kendaraan yang memerlukan. Kecepatan aliran BBM yang melalui nosel dan temperatur lingkungan merupakan parameter yang perlu diperhatikan. Kecepatan aliran dapat mempengaruhi performansi pompa BBM sesuai dengan turn down ratio pompa. Untuk pompa BBM dengan kecepatan maksimum 60 liter/menit dan kecepatan minimum 6 liter/menit, maka turn down rationya adalah 10 : 1. Ini berarti pompa dapat beroperasi dengan baik jika kecepatan alirannya berada pada rentang tersebut. Kecepatan aliran berhubungan erat dengan tekanan, makin cepat aliran minyak, maka tekanan pada alat ukur akan makin tinggi, yang dapat mempengaruhi efisiensi pompa. Sedangkan temperatur lingkungan adalah faktor yang penting mengingat pompa BBM adalah alat ukur cairan yang cukup sensitif terhadap perubahan temperatur. Temperatur yang terlalu tinggi ataupun rendah dapat mempengaruhi kerja transduser yang merupakan komponen penting dalam sistem pengukuran pompa BBM. Spesifikasi pompa menunjukkan rentang temperatur operasional yang diperbolehkan. Penguapan akan meningkat pada temperatur tinggi dan akan berkurang pada temperatur

16 rendah. Jenis BBM yang mengalir melalui pompa memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Premium memiliki angka oktan 88 dan Pertamax angka oktan 92. Zat aditif pada kedua jenis bensin ini juga berbeda. Oleh sebab itu pada penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian atas pengaruh kecepatan aliran dan temperatur lingkungan terhadap kesalahan pengukuran pengisian BBM yang ada di SPBU. Penelitian dilakukan pada SPBU di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh kecepatan aliran BBM dan temperatur lingkungan terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU? 2. Bagaimana pengaruh jenis BBM (premium dan pertamax) terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU? 3. Berapa laju penguapan premium dan pertamax dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU? 1.3 Batasan Masalah 1. Pengujian dilakukan pada SPBU di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. 2. Pengambilan data pengujian dilakukan pada temperatur sekitar 28 C, 31 C dan 33 C.

17 3. Bahan Bakar Minyak yang diuji adalah jenis Premium dan Pertamax. 4. Pengujian laju penguapan premium dan pertamax pada kondisi diam. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kecepatan aliran BBM dan temperatur lingkungan terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU. 2. Untuk mengetahui pengaruh jenis BBM (premium dan pertamax) terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU. 3. Untuk mengetahui laju penguapan premium dan pertamax dan pengaruhnya terhadap kesalahan pengisian BBM di SPBU. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada pengelola SPBU dan masyarakat akan pentingnya menjaga performansi alat ukur yang digunakan utamanya pompa ukur BBM. 2. Memberikan masukan kepada pengelola SPBU mengenai kondisi pompa ukur BBM dilihat dari kebenaran penunjukannya sehingga dapat dilakukan kalibrasi maupun pemeliharaan lebih lanjut. 3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Analisis Kebenaran Pengukuran Pompa Ukur BBM Dengan Metode Taguchi

Analisis Kebenaran Pengukuran Pompa Ukur BBM Dengan Metode Taguchi Analisis Kebenaran Pengukuran Pompa Ukur BBM Dengan Metode Taguchi Tri Mardani Saputra 1 *, Zaldy Kurniawan 2, Robert Napitupulu 3 Jurusan Teknik Mesin dan Manufaktur, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian saat ini sangat tergantung pada pengukuran dan pengujian yang handal, terpercaya, dan diakui secara internasional. Jadi secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pengukuran kualitas dan kuantitas cairan Bahan Bakar Minyak atau sering disebut dengan BBM merupakan kegiatan yang sangat penting dalam hal serah terima perdagangan (custody

Lebih terperinci

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Singkat Perusahaan Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk perusahaan mitra PT.Pertamina yaitu Stasiun Pengusian Bahan Bakar (SPBU)

Lebih terperinci

BEJANA UKUR. Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 2010);

BEJANA UKUR. Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 2010); Eka Riyanto Tanggo BEJANA UKUR Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 010); Bejana ukur wajib memiliki Ijin Tanda Pabrik atau Ijin Tipe; Tidak ada

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG JENIS TERA

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG JENIS TERA LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TANGGAL 6 DESEMBER 2011 STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN / ULANG JENIS ULANG A. Jasa tera, tera ulang,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan bakar kendaraan terus meningkat. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar

I. PENDAHULUAN. bahan bakar kendaraan terus meningkat. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah kendaraan yang demikian pesat membuat kebutuhan terhadap bahan bakar kendaraan terus meningkat. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TERA/TERA ULANG DAN KALIBRASI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengukuran. Metrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu metros yang berarti pengukuran dan logos yang berarti ilmu. Metrologi dibagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19

2015, No Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1988, 2015 KEMENDAG. Tanda Tera. Perubahan PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95/M-DAG/PER/11/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang disertai dengan peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan usulan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kriteria kualitas yang menjadi harapan konsumen terhadap SPBU

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

ctarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia,

ctarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia, ctarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa susunan tarif uang tera yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Perusahaan Kecamatan Cibinong yang termasuk dalam Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 42,49 km 2 mencakup 12 desa dan termasuk klasifikasi desa swasembada dan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI TERA/TERA ULANG DALAM LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI JUAL BELI PREMIUM DI SPBU NGALIAN KOTA SEMARANG. kependekannya SPBU Ngalian merupakan stasiun pengisian bahan bakar yang

BAB III DESKRIPSI JUAL BELI PREMIUM DI SPBU NGALIAN KOTA SEMARANG. kependekannya SPBU Ngalian merupakan stasiun pengisian bahan bakar yang BAB III DESKRIPSI JUAL BELI PREMIUM DI SPBU NGALIAN KOTA SEMARANG A. Profil SPBU Ngalian Setasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau sering dikenal dengan kependekannya SPBU Ngalian merupakan stasiun pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi peluang bisnis di Indonesia sangat bagus. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan perusahaan, baik itu bergerak di bidang jasa ataupun barang. Produk-produk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain :

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain : BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Bottle Filter yang berbasis mikrokontroler. Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah alat yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah:

III. METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah: 33 III. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah: Spesifikasi Genset Untuk spesifikasi genset yang digunakan selama penelitian

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1989, 2015 KEMENDAG. Tanda Sah. Tahun 2016. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/M-DAG/PER/11/2015 TENTANG TANDA SAH TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG, DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) YANG WAJIB DITERA DAN

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI BOILER, GENERATOR SET DAN FORKLIFT SELAMA TAHUN Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI BOILER, GENERATOR SET DAN FORKLIFT SELAMA TAHUN Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI BOILER, GENERATOR SET DAN FORKLIFT SELAMA TAHUN 2010-2012 ABSTRAK Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI GENERATOR

Lebih terperinci

INDIKATOR BAHAN BAKAR MINYAK DIGITAL PADA SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SENSOR TEKANAN FLUIDA BERBASIS MIKROKONTROLER PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI

INDIKATOR BAHAN BAKAR MINYAK DIGITAL PADA SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SENSOR TEKANAN FLUIDA BERBASIS MIKROKONTROLER PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI INDIKATOR BAHAN BAKAR MINYAK DIGITAL PADA SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SENSOR TEKANAN FLUIDA BERBASIS MIKROKONTROLER PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB III METODE PENGUJIAN BAB III METODE PENGUJIAN Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh dari penggunaan Piston standard dan Piston Cavity pada mesin mobil mazda biante. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal maupun operasional distribusi, tidak terlepas dari penggunaan bahan bakar minyak yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO7.6 ISO 9001 2008) di PT Torabika Eka Semesta dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Studi Kehandalan Meter Air Reliability Study of Water Meter

Studi Kehandalan Meter Air Reliability Study of Water Meter Studi Kehandalan Reliability Study of Water Nasta Rofika a*, Loufzarahma T. Nazar b, Eddy S. Soedjono c Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran. Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini membuktikan bahwa seluruh fase kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sector transportasi khususnya kendaraan bermotor adalah

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 74/M-DAG/PER/ 12/2012 TENTANG ALAT-ALAT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Prfil Singkat Perusahaan Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2006 yang berbentuk perusahaan mitra PT.Pertamina yaitu Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU)

Lebih terperinci

Grace Margaretha Ginting

Grace Margaretha Ginting TINJAUAN HUKUM ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DENGAN PERTAMINA DALAM KONTRAK CODOLite (DI SPBU 14201101 SIMPANG LIMUN MEDAN ) TESIS Oleh Grace Margaretha

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TERA ULANG SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM MENEKANKAN KECURANGAN SPBU PASTI PAS! DI PROVINSI BALI

PELAKSANAAN TERA ULANG SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM MENEKANKAN KECURANGAN SPBU PASTI PAS! DI PROVINSI BALI PELAKSANAAN TERA ULANG SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM MENEKANKAN KECURANGAN SPBU PASTI PAS! DI PROVINSI BALI Oleh Didit Pradita Hananta Ni Ketut Supasti Dharmawan Marwanto Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG - SALINAN WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu tentang ukur-mengukur secara luas. Di Indonesia, metrologi dikelompokkan menjadi 3 kategori utama yaitu metrologi legal, metrologi industri dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1718, 2017 KEMENDAG. Tanda Sah. Tahun 2018. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2017 TENTANG TANDA SAH TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data aktual konsumsi bahan bakar minyak solar oleh alat-alat berat dan produksi yang dipergunakan PT. Pamapersada Nusantara adalah data konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 KEMEN-ESDM. Harga Jual Eceran. BBM. Perhitungan. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak Daerah dan Retribusi

Lebih terperinci

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan Ainul Ghurri 1)*, Ketut Astawa 1), Ketut Budiarta 2) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1533, 2016 KEMENDAG. Tanda Sah. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2016 TENTANG TANDA SAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP AKSELERASI DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR BERTRANSMISI OTOMATIS

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP AKSELERASI DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR BERTRANSMISI OTOMATIS SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP AKSELERASI DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR BERTRANSMISI OTOMATIS Oleh : ANAK AGUNG WIRA KRESNA NINGRAT NIM : 1104305040 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai maka dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian eksperimental, yaitu metode yang dapat dipakai untuk menguji

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG Oleh : Hari Budianto 2105 030 057 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan energi setiap tahun terus bertambah, selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS LAMPIRAN V PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN RETRIBUSI DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH RETRIBUSI, ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini antara lain :. Motor Bensin 4-langkah 5 cc Pada penelitian ini, mesin uji yang digunakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2014 BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986

PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986 PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986 Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang ketat. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Pasal 12 UUML DENGAN PP DITETAPKAN UTTP YANG : a. WAJIB TERA DAN TERA ULANG b. DIBEBASKAN DARI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1974 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1974 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1974 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa berhubung susunan Tarip Uang Tera sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PENDETEKSI KEMURNIAN BENSIN C8H18 DAN C10H24 DI SPBU PERTAMINA BERBASIS SENSOR WARNA PORTABEL

PENDETEKSI KEMURNIAN BENSIN C8H18 DAN C10H24 DI SPBU PERTAMINA BERBASIS SENSOR WARNA PORTABEL ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1392 PENDETEKSI KEMURNIAN BENSIN C8H18 DAN C10H24 DI SPBU PERTAMINA BERBASIS SENSOR WARNA PORTABEL PETROL PURITY C8H18 AND C10H24

Lebih terperinci

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia Tera dan Kalibrasi dr. Naila Amalia 1. Pendahuluan Dewasa ini kebenaran hasil ukur sudah menjadi kebutuhan terutama di bidang pengawasan dan pengendalian mutu. Meskipun sebagian masyarakat masih menganggap

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1566, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapannya. Satuan Ukur. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/10/2014

Lebih terperinci

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan penelitian Dibawah ini adalah spesifiksi dari motor 4 langkah Suzuki Satria F 150 cc : Gambar 3.1 Suzuki Satria F 150 cc 1. Motor 4 Langkah 150 cc : Jenis kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data dan spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data-data

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 06 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan. buah 18, buah 3, d. Tongkat duga

Pengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan. buah 18, buah 3, d. Tongkat duga LAMPIRAN PERATURAN DAERA NOMOR TANGGAL STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI TERA / TERA ULANG TERA Pengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan Tarif (Rp) Penjustiran Tarif (Rp) 1 2 3 4

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, maka kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin banyak karena lebih ekonomis, tersedia dalam jumlah banyak, mudah dibawa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat PT. Kestrelindo Aviatikara adalah salah satu badan usaha jasa yang sedang berkembang saat ini di Bekasi. PT. Kestrelindo

Lebih terperinci

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap

Lebih terperinci

Pengujian Kinerja Mesin Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

Pengujian Kinerja Mesin Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda Pengujian Kinerja Mesin Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda Oleh Dosen Pembimbing : Tegar Putra Kirana : Ainul Ghurri, ST,MT,Ph.D Dr. Ir. I Ketut

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH PENGGUNAAN OCTANE BOOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH

PENGUJIAN PENGARUH PENGGUNAAN OCTANE BOOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH PENGUJIAN PENGARUH PENGGUNAAN OCTANE BOOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH Oleh : Pande Gede Ganda Kusuma Dosen Pembimbing : Ainul Ghurri, ST.,MT.Ph.D I Made Astika, ST.,M.Erg.,MT

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.674, 2017 KEMENDAG. Pengawasan Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG PENGAWASAN METROLOGI LEGAL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1321, 2014 KEMENDAG. Tanda Sah. Tera. Penggunaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/9/2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994 PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994 Aria Sidiq Laksana Adi, Husin Bugis., Basori Prodi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS LAMPIRAN VIII LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA NOMOR NOMOR TANGGAL TANGGAL RETRIBUSI, ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN

Lebih terperinci

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Verifikasi Standar Massa Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Indikator Keberhasilan Peserta diharapkan dapat menerapkan pengelolaan laboratorium massa dan metode verifikasi standar massa Agenda Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Start Studi pustaka Pembuatan mesin uji Persiapan Pengujian 1. Persiapan dan pengesetan mesin 2. Pemasangan alat ukur 3. Pemasangan sensor

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR Bentuk: Oleh: PERATURAN PEMERINTAH (PP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1997 (21/1997) Tanggal: Sumber: Tentang: 4 JULI 1997(JAKARTA) LN NO. 1997/56; TLN NO.3693 PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1966 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1966 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1966 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa berhubung dengan keadaan, dianggap perlu mengubah susunan tarip uang tera

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS

KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS DEPARTE]U EN TIEPUBLII( AF PERDAGANGAN IND('NESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI Jalan N4.l Ridwan Rals No 5 Jakarta 10110 Ter. 0213440408, fil. 021-3858185 KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN BAB III DATA DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengujian yang dilakukan, dengan adanya proses penambahan gas hydrogen maka didapat hasil yaitu berupa penurunan emisi gas buang yang sangat signifikan. 3.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil dan Analisa pengujian Pengujian yang dilakukan menghasilkan data data berupa waktu, temperatur ruang cool box, temperatur sisi dingin peltier, dan temperatur sisi panas

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin I Gusti Ngurah Putu Tenaya 1), I Gusti Ketut Sukadana 1), I Gusti Ngurah Bagus Surya Pratama 1) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC Maschudi Ferry Irawan, Ikhwanul Qiram, Gatut Rubiono Universitas PGRI Banyuwangi, Jl. Ikan Tongkol 22 Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitiannya adalah tentang perbandingan premium etanol dengan pertamax untuk mengetahui torsi daya, emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar untuk

Lebih terperinci

TARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)

TARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR : 7 TAHUN 2009 TANGGAL : 26 AGUSTUS 2009 TARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) TERA A Biaya Peneraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG PENGUJIAN No URAIAN SATUAN PENGESAHAN PENJUSTIRAN

Lebih terperinci