BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Budi Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pengukuran kualitas dan kuantitas cairan Bahan Bakar Minyak atau sering disebut dengan BBM merupakan kegiatan yang sangat penting dalam hal serah terima perdagangan (custody transfer). Pada pengukuran ini peran metrologi sangat diperlukan untuk menentukan kebenaran dari suatu alat ukur atau instrumen untuk dipergunakan. Metrologi dari kata Yunani Metron yang berati pengukuran. Ilmu yang melandasi semua kegiatan pengukuran, kalibrasi, dan akurasi berbagai besaran fisika, kimia, dan lainnya untuk menjamin ketersediaan yang terpercaya dan akurat di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi (Masiran, 2014). Sedangkan menurut Undang-Undang Metrologi Legal Nomor 2 Tahun 1981, metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur secara luas. Dari semua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa metrologi merupakan sebuah ilmu pengukuran yang begitu sangat kompleks. Metrologi dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama dengan tingkat kerumitan dan akurasi yang berbeda-beda: Metrologi Ilmiah, Metrologi Industri dan Metrologi Legal ( 1945). Dalam hal pengukuran kualitas dan kuantitas cairan BBM khususnya di Indonesia, metrologi legal merupakan salah satu bidang yang paling sering ditemui. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undangundang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran (UUML Nomor 2 Tahun 1981). Pada metrologi legal dapat diketahui berbagai macam dari alat UTTP. Alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya yang selanjutnya disingkat UTTP adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (PERMENDAG RI Nomor 08/M- DAG/PER/3/2010). Alat UTTP terdiri dari beberapa jenis diantaranya yaitu: alat ukur panjang, tekanan, alat ukur dari gelas, bejana ukur, tangki ukur, timbangan, 1
2 2 anak timbangan, alat ukur gaya dan tekanan, alat kadar air, alat ukur cairan dinamis, alat ukur gas, alat ukur energi listrik (Meter kwh), perlengkapan UTTP dan alat ukur lingkungan hidup. Untuk mengetahui suatu kualitas dan kuantitas cairan BBM, selanjutnya diperlukan salah satu jenis UTTP yang termasuk ke dalam jenis alat ukur cairan dinamis. Alat ukur cairan dinamis terbagi menjadi beberapa rincian UTTP. Salah satu dari rincian UTTP dalam mengetahui kualitas dan kuantitas cairan BBM tersebut yaitu Meter Bahan Bakar Minyak. Meter Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebut Meter BBM adalah meter yang terdiri dari Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin, Meter Arus Pengukur Massa Secara Langsung, atau Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak yang digunakan untuk mengukur secara kontinyu kuantitas cairan yang melewatinya (SK Dirjen SPK Nomor 134/SPK/KEP/2015). Alat ukur meter BBM sebagai sarana kegiatan transaksi dalam hal perdagangan perlu adanya kontrol periodik untuk mengetahui apakah alat tersebut masih layak dipergunakan atau tidak. Berdasarkan hal tersebut telah dijelaskan pada Bab IV Pasal 12 Undang-Undang Metrologi Legal tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya, Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan tentang alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang: a) Wajib ditera dan ditera ulang; b) Dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duannya; c) Syarat-syaratnya harus dipenuhi. Dengan adanya peraturan tersebut maka suatu Alat UTTP harus selalu menjamin nilai kebenaran dari hasil pengukurannya, sehingga pada setiap kesalahan hasil pengukuran tidak akan mengakibatkan kerugian konsumen maupun pelaku usaha. Untuk mendukung proses pengukuran serah terima cairan BBM (custody transfer) atau dapat disebut juga dengan istilah transaksi dalam hal perdagangan, maka harus memperhatikan beberapa hal. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah distribusi minyak bumi (liquid petroleum) dan produk derivatif seperti minyak mentah (crude oil), hidrokarbon cair (liquid hydrocarbon), bahan bakar cair (liquid feul), pelumas, oli dan lain-lain. Pada pendistribusian minyak bumi sebelumnya dilakukan proses pengukuran yaitu dengan menggunakan alat ukur
3 3 meter BBM. Terdapat tiga jenis meter BBM yang telah dijelaskan pada pengertian sebelumnya. Salah satunya yaitu meter arus volumetrik. Jenis meter arus volumetrik ini merupakan jenis yang sering dipergunakan dalam proses serah terima cairan BBM khususnya pada suatu perusahaan industri. Meter arus volumetrik ini berfungsi sebagai kontrol bagi perusahaan demi menjaga kualitas perusahaan industri yang telah dicapai sebelumnya. Telah banyak berdiri perusahaan bidang industri di wilayah Indonesia, salah satu perusahaan tersebut adalah PT. Armada Hada Graha. PT. Armada Hada Graha merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang general contractor, asphalt mixing plant, concrete mixing plant, stone crusher, trading dan development ( 2011). PT. Armada Hada Graha ini merupakan perusahaan bidang industri dimana dalam setiap proses produksi tidak lepas dari penggunaan bahan bakar minyak bumi. Hal ini menyebabkan penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan produksi maupun alat pokok produksi terus meningkat. Dengan banyaknya pasokan minyak bumi yang telah diterima dari supplier, maka perusahaan industri ini harus menjamin sebuah kebenaran pengukuran dari penggunaan meter bahan bakar minyak tersebut. Selain itu, perusahaan industri juga harus memastikan kuantitas serah terima bahan bakar minyak tersebut terjamin dengan baik. Kegiatan distribusi produk bahan bakar minyak pada PT. Armada Hada Graha yaitu BBM jenis Solar. Proses penyaluran bahan bakar minyak tersebut dihitung dalam satuan volume. Pembacaan volume penyaluran bahan bakar minyak dari tangki supplier ke tangki pendam perusahaan industri dilakukan dengan meter arus volumetrik tersebut. Meter arus volumetrik dapat disebut juga dengan positive displacement meter atau banyak orang lebih mengenal dengan nama Flow Meter. Merek dari Flow Meter yang digunakan yaitu LC (Liquid Controls) tipe M-7- Solusi dari terjaminnya sebuah kualitas dan kuantitas Flow Meter di PT. Armada Hada Graha yaitu harus dilakukannya suatu pengujian. Pengujian yang dilakukan secara metrologi akan sangat mengurangi tingkat penyalahgunaan alat ukur atau instrumen. Setiap alat ukur mempunyai suatu karakteristik yang beragam, sehingga mengakibatkan nilai dari pengukuran berbeda. Terkadang
4 4 seorang yang bertugas melakukan pengujian memerlukan hasil data yang harus cepat dalam pengolahan untuk menentukan hasil bahwa suatu pengujian alat ukur tersebut layak atau tidak. Pentingnya memperhatikan proses pengolahan data juga akan berpengaruh pada kualitas data. Sering juga seorang petugas pengujian tersebut menggunakan perhitungan secara lapangan yang cukup sederhana sehingga mengakibatkan munculnya ketidaksesuaian nilai hasil ketika pengujian dengan ketentuan yang terdapat pada standar. Kasus demikian sering ditemui pada perhitungan nilai Meter Faktor. Selain itu, penyegelan yang tidak segera dilakukan memungkinkan terjadinya penyalahgunaan terhadap Flow Meter yang telah diuji oleh pihak-pihak lain. Menjadi masalah lain yaitu tidak dilakukannnya pengukuran temperatur dan densitas pada Flow Meter. Hal ini mengakibatkan munculnya suatu pengaruh yang harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana yang terjadi. Demikian terjadi pula pada pengujian Flow Rate, pada Flow Rate menimbulkan pengaruh pada hasil penunjukan sehingga perlu dilakukan analisa sejauh mana yang terjadi. Diketahui bahwa dalam hasil pengujian dimana semakin besar Flow Rate maka akan mengakibatkan perubahan dari hasil penunjukan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis melakukan sebuah penelitian lebih lanjut yaitu tentang penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7- Dalam hal ini penulis ingin mengkaji beberapa aspek dalam metrologi seperti analisa kondisi pengukuran, analisa pengujian, analisa perhitungan, analisa perbandingan dan analisa uji statistik. Analisa itu sendiri meliputi metode perhitungan, analisa BKD, sejauh apa pengaruh dari temperatur dan densitas pada pengujian Flow Meter, serta pengaruh Flow Rate pada kondisi penerimaan (input) dari tangki supplier dan pengeluaran (output) ke arah dam truk. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa penerapan pengkajian secara metrologi dalam pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7- Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan metode Master Meter. Penggunaan metode Master Meter ini dirasa sangat efektif jika dalam skala industri karena tingkat ketelitian yang dihasilkan cukup baik dan stabil.
5 5 2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana penerapan analisis kajian metrologi terhadap pengujian Flow Meter LC (Liquid Control) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter. Bagaimana karakteristik Flow Meter di masing-masing tempat dari hasil pengujiannya dengan menerapkan metode yang ada. Bagaimana pengaruh ketidaksesuaian perhitungan nilai Meter Faktor (MF) pada pengujian Flow Meter melalui perbandingan metode perhitungan yang diterapkan terhadap metode yang ada sehingga dapat diketahui hasil perbedaannya. 4. Sejauh apakah pengaruh akibat tidak dilakukannnya pengukuran terhadap temperatur dan densitas pada pengujian Flow Meter. 5. Sejauh apakah pengaruh pengaturan kondisi Flow Rate terhadap hasil penunjukan pada pengujian Flow Meter. 3 Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi pokok bahasan dari permasalahan di atas, antara lain: Pengujian hanya dilakukan pada pengujian kebenaran dan pengujian ketidaktetapan sesuai Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD). Pada proses metode perhitungan yang digunakan yaitu metode perhitungan lapangan dan metode perhitungan sesuai Syarat Teknis. Pengujian hipotesis/analisa statistik dengan menggunakan aplikasi software QI Macros Test Data. 4 Landasan Hukum Penerapan analisis kajian metrologi terhadap pengujian Flow Meter LC (Liquid Control) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter, berdasarkan pada landasan hukum atau acuan, antara lain :
6 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Surat Keputusan Direktur Jendral Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor 134/SPK/KEP/2015 tentang Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji. API Manual of Petroleum Measurement Standards (MPMS) Chapter 12Calculation of Petroleum Quantities. 4. API Manual of Petroleum Measurement Standards (MPMS) Chapter 4 Section 5 Master Meter Prover. 5. OIML R 117:2007(E), Dynamic Measuring Systems for Liquids Other than Water. 6. OIML R 118:1995(E), Testing Procedures and Test Report Format for Pattern Evaluation of Feul Dispensers for Motor Vehicles. 5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah di atas, tujuan dari penelitian terdapat beberapa macam, antara lain: Mengetahui hasil pengujian dari penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter di PT. Armada Hada Graha. Mengetahui pengaruh ketidaksesuaian perhitungan nilai Meter Faktor pada pengujian Flow Meter melalui perbandingan metode perhitungan yang diterapkan terhadap metode yang ada sehingga dapat diketahui hasil perbedaannya. Mengetahui sejauh manakah pengaruh dilakukannnya pengukuran terhadap pengujian Flow Meter. 6 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa pihak terkait. Berikut adalah manfaat yang diperoleh:
7 7 Bagi peneliti Penelitian : ini digunakan untuk mendapatkan pendalaman materi Kemetrologian mengenai penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter dengan menggunakan metode Master Meter di kondisi lapangan. Selain itu, penelitian yang dilakukan dapat memperoleh pemahaman prinsip kerja Flow Meter pada pengujiannya. Bagi pembaca : Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang pentingnya metrologi legal dalam menjamin sebuah nilai kebenaran pengukuran di berbagai perusahaan industri khususnya tentang pengujian Flow Meter. Bagi perusahaan : Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengujian dalam skala perusahaan. Sementara itu, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan untuk memberikan saran kepada perusahaan yaitu PT. Armada Hada Graha agar selalu menjamin sebuah kebenaran pengukuran dari penggunaan meter bahan bakar minyak ditempat usaha. Selain itu, digunakan pula dalam menjaga kualitas dan kuantitas serah terima bahan bakar minyak terjamin dengan baik. 7 Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa bab diantaranya adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab 1 ini berisi latar belakang dilakukannya penerapan kajian metrologi pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter di PT. Armada Hada Graha, perumusan masalah, batasan masalah, landasan hukum, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan pada akhir bab dijelaskan tentang sistematika penulisan Tugas Akhir. Bab II Tinjauan Pustaka Bab 2 ini membahas tentang uraian sistematis mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya atau dapat disebut dengan penelitian terdahulu.
8 8 Isi dari uraian tersebut berupa informasi yang mendasari pemecahan dari permasalahan yang dibahas. Dalam penelitian ini tinjauan pustaka terdiri dari beberapa subbab yaitu, kajian umum (Review General Literature) dan hasil penelitian yang relevan (Review of Relevant Literature). Bab III Landasan Teori Bab 3 ini membahas teori-teori, konsep-konsep, materi-materi dan referensi sebagai penunjang agar berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada bab ini dijelaskan mengenai teori pengukuran fluida, temperatur, densitas, tekanan cairan, Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1, metode pengujian Master Meter dan Syarat Teknis Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji. 4. Bab IV Metode Penelitian Bab 4 ini membahas rancangan penelitian terkait waktu dan tempat penelitian, instrumen penelitian, pengujian Flow Meter, metode pengujian dan diagram alir penelitian. 5. Bab V Analisis dan Pembahasan Bab 5 ini memaparkan hasil penelitian penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter yang telah dilakukan studi kasus Flow Meter di PT. Armada Hada Graha, mulai dari tahap pengolahan data, hasil perhitungan baik berupa tabel, grafik, gambar dan model lainnya sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan. 6. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab 6 ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil akhir penelitian, saransaran terkait penelitian yang dilakukan serta inovasi dan usulan untuk penelitian selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian saat ini sangat tergantung pada pengukuran dan pengujian yang handal, terpercaya, dan diakui secara internasional. Jadi secara langsung maupun tidak langsung
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG, DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) YANG WAJIB DITERA DAN
Lebih terperinciTugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia,
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1718, 2017 KEMENDAG. Tanda Sah. Tahun 2018. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2017 TENTANG TANDA SAH TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1533, 2016 KEMENDAG. Tanda Sah. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2016 TENTANG TANDA SAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1989, 2015 KEMENDAG. Tanda Sah. Tahun 2016. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/M-DAG/PER/11/2015 TENTANG TANDA SAH TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1321, 2014 KEMENDAG. Tanda Sah. Tera. Penggunaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/9/2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran. Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini membuktikan bahwa seluruh fase kehidupan manusia
Lebih terperinci2015, No Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1988, 2015 KEMENDAG. Tanda Tera. Perubahan PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95/M-DAG/PER/11/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 74/M-DAG/PER/ 12/2012 TENTANG ALAT-ALAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur secara luas (UUML, 1981). Upaya melindungi kepentingan umum dengan adanya jaminan kebenaran pengukuran serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perdagangan dan industri akhir-akhir ini mulai mengalami kemajuan yang baik. Barang-barang yang diproduksi ataupun dijual sudah banyak dibungkus dalam kemasan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengukuran. Metrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu metros yang berarti pengukuran dan logos yang berarti ilmu. Metrologi dibagi
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya
Lebih terperinciPERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA
PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Pasal 12 UUML DENGAN PP DITETAPKAN UTTP YANG : a. WAJIB TERA DAN TERA ULANG b. DIBEBASKAN DARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran, alat ukur, serta satuan ukuran. Dalam metrologi terdapat ilmu tentang cara-cara pengukuran, kalibrasi,
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1565, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapan. Tera dan Tera Ulang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG
Lebih terperinciPengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan. buah 18, buah 3, d. Tongkat duga
LAMPIRAN PERATURAN DAERA NOMOR TANGGAL STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI TERA / TERA ULANG TERA Pengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan Tarif (Rp) Penjustiran Tarif (Rp) 1 2 3 4
Lebih terperinciABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU
ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan di segenap aspek kehidupan berjalan
Lebih terperinciBEJANA UKUR. Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 2010);
Eka Riyanto Tanggo BEJANA UKUR Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 010); Bejana ukur wajib memiliki Ijin Tanda Pabrik atau Ijin Tipe; Tidak ada
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1150, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Metrologi Legal. UTTP. Tanda Tera. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/M-DAG/PER/10/2012 TENTANG TANDA TERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu tentang ukur-mengukur secara luas. Di Indonesia, metrologi dikelompokkan menjadi 3 kategori utama yaitu metrologi legal, metrologi industri dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.80,2012 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/M-DAG/PER/12/2011 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG JENIS TERA
LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TANGGAL 6 DESEMBER 2011 STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN / ULANG JENIS ULANG A. Jasa tera, tera ulang,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TERA/TERA ULANG DAN KALIBRASI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2016
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN TARIF RETRIBUSI DAERAH PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 52/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciWALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG
- SALINAN WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI
Lebih terperinciTARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
LAMPIRAN V PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN RETRIBUSI DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH RETRIBUSI, ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986
PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986 Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dengan semakin
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, definisi dari penelitian kuantitatif itu sendiri adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 16/ M - DAG/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan bahan bakar minyak didalam negeri merupakan hal yang amat penting
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI TERA/TERA ULANG DALAM LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 2 TAHUN
Lebih terperinciAnalisis Kebenaran Pengukuran Pompa Ukur BBM Dengan Metode Taguchi
Analisis Kebenaran Pengukuran Pompa Ukur BBM Dengan Metode Taguchi Tri Mardani Saputra 1 *, Zaldy Kurniawan 2, Robert Napitupulu 3 Jurusan Teknik Mesin dan Manufaktur, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1986 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dengan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 522/MPP/Kep/8/2003
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 522/MPP/Kep/8/2003 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2004 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa untuk
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1566, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapannya. Satuan Ukur. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/10/2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Minyak bumi (crude oil) adalah cairan kental berwarna coklat gelap yang diperoleh dari beberapa area dalam kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran
Lebih terperinciMenteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 180/MPP/Kep/5/2000. TENTANG TANDA TERA TAHUN 2001 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakar batubara untuk pemanas agregat adalah AMP yang umumnya menggunakan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum Unit Produksi Campuran Beraspal yang dikenal dengan nama AMP (Aspal Mixing Plant), merupakan tempat mencampur agregat, aspal, dan tanpa atau dengan bahan tambahan pada temperatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini harus di akui hampir semua kalangan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini harus di akui hampir semua kalangan masyarakat, baik kalangan atas, menengah ataupun bawah di Indonesia sudah mengenal bahkan sudah menggunakan
Lebih terperinciKAJIAN CUSTODY TRANSFER MINYAK MENTAH PADA PIPELINE DENGAN MENGGUNAKAN ULTRASONIC FLOW METER BERDASAR STANDAR API MPMS 5.8
KAJIAN CUSTODY TRANSFER MINYAK MENTAH PADA PIPELINE DENGAN MENGGUNAKAN ULTRASONIC FLOW METER BERDASAR STANDAR API MPMS 5.8 Oleh M. Imam Sudrajat 1 Abstract Custody metering in the crude oil transmission
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pompa viskositas tinggi digunakan untuk memindahkan cairan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pompa viskositas tinggi digunakan untuk memindahkan cairan yang memiliki kekentalan (viskositas) yang tinggi dari tempat satu ke tempat yang lain. Ada berbagai
Lebih terperinciVI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI NOMOR 4 TAHUN 2012 TANGGAL 23 JULI 2012
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG No Uraian LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI NOMOR 4 TAHUN 2012 TANGGAL 23 JULI 2012 Tarif Tera Tarif Tera Ulang ( Rp )
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dalam kegiatan operasional industri minyak banyak ditemukan berbagai macam alat pengoperasian untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam wujud peralatan
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG
LAMPIRAN IX PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 20 JANUARI 2011 TENTANG : RETRIBUSI JASA UMUM STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG TERA TERA ULANG PENGUJIAN/
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/ TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat ukur mempunyai peran yang sangat besar dalam hampir semua aktivitas kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembangunan fasilitas umum, alat ukur selalu dipakai dari
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2018 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal maupun operasional distribusi, tidak terlepas dari penggunaan bahan bakar minyak yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu tentang ukur mengukur dalam arti luas.kegiatan metrologi meliputi pengukuran, karakter alat ukur, metode pengukuran, dan penafsiran dari hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur. Kegiatan metrologi meliputi pengukuran, karakteristik alat ukur, metode pengukuran, dan penafsiran dari hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, laju perkembangan teknologi semakin hari semakin bertambah maju, dengan mengedepankan digitalisasi suatu perangkat, maka akan berdampak pada kemudahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin pompa air adalah alat yang digunakan manusia sebagai alat memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat yang lain, melalui media pipa (saluran) dengan
Lebih terperinciTARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
LAMPIRAN VIII LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA NOMOR NOMOR TANGGAL TANGGAL RETRIBUSI, ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan
Lebih terperinciMETER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN
METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN JENIS METER GAS INDUSTRI Meter gas industri yang umum digunakan dalam transaksi perdagangan adalah : Positif Displacement ( yang banyak digunakan adalah tipe rotary piston
Lebih terperincictarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia,
ctarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa susunan tarif uang tera yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
Lebih terperinciPROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA
PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PENGEMBANGAN SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS
Lebih terperinciTARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR : 7 TAHUN 2009 TANGGAL : 26 AGUSTUS 2009 TARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) TERA A Biaya Peneraan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG dan BUPATI JOMBANG MEMUTUSKAN:
SALINAN BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Singkat Perusahaan Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk perusahaan mitra PT.Pertamina yaitu Stasiun Pengusian Bahan Bakar (SPBU)
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG
LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG PENGUJIAN No URAIAN SATUAN PENGESAHAN PENJUSTIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinamis dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Sejalan dengan kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama pada bidang teknologi dan informasi yang berbasis
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb
No.1199, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. UTTP. Izin Pembuatan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG IZIN PEMBUATAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan teknologi berkembang begitu pesat seiring dengan kemajuan pola pikir sumber daya manusia yang semakin maju. Keinginan untuk selalu
Lebih terperinciPratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS
Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.
No.390, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009
Lebih terperinciBAB V METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN
BAB V METER GA ROTARY PITON DAN TURBIN Indikator Keberhasilan : Peserta diharapkan mampu menjelaskan konstruksi dan prinsip kerja meter gas rotary piston dan turbin. Peserta diharapkan mampu menjelaskan
Lebih terperinciPenggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :
SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan
Lebih terperinciSistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2
Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem otomasi diperlukan sebagai sarana pengendali pada proses industri. Suatu proses industri yang modern sudah selayaknya memiliki sistem otomasi yang memiliki fungsi
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin pesat membuat kebutuhan pengukuran di semua bidang tidak terlepas dari keberadaan alat ukur. Dalam dunia perdagangan, banyak sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Data acquisition system atau DAS adalah teknik yang dilakukan pada sistem pengukuran yang mempunyai prinsip kerja mengukur/mengambil data, menyimpan sementara
Lebih terperinciKEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS
DEPARTE]U EN TIEPUBLII( AF PERDAGANGAN IND('NESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI Jalan N4.l Ridwan Rals No 5 Jakarta 10110 Ter. 0213440408, fil. 021-3858185 KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana
Lebih terperinciMODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto
MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG Oleh : Hari Budianto 2105 030 057 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan energi setiap tahun terus bertambah, selaras dengan perkembangan
Lebih terperinciMODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI
MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI KONSEP DASAR SISTEM KONTROL Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 0 BAB I KONSEP DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi berdampak pada terciptanya peralatan guna memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya. Semakin beragam alat yang tercipta maka semakin mudah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengujian Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data. Data yang dikumpulkan meliputi hasil pengujian dan data tersebut diolah dengan perhitungan
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.674, 2017 KEMENDAG. Pengawasan Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG PENGAWASAN METROLOGI LEGAL
Lebih terperinciSESSION 12 POWER PLANT OPERATION
SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai macam alat timbang. Proses penjualan pada toko Langgeng Jaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Toko Langgeng Jaya Timbangan Yogyakarta merupakan usaha yang menjual berbagai macam alat timbang. Proses penjualan pada toko Langgeng Jaya Timbangan Yogyakarta
Lebih terperinci