BAB IV HASIL DAN ANALISA
|
|
- Yanti Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil dan Analisa pengujian Pengujian yang dilakukan menghasilkan data data berupa waktu, temperatur ruang cool box, temperatur sisi dingin peltier, dan temperatur sisi panas peltier. Data berupa angka tersebut di-convert ke bentuk grafik sehingga dapat lebih mudah dipahami, dibandingkan, dan dianalisa lebih lanjut. Tetapi Sebelum dilakukan analisa saat pengujian, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai parameter data teknis pada alat yang akan diuji seperti jumlah panas dari dalam dan luar cool box, koefisien seebeck, hambatan thermal dan hambatan listriknya Perhitungan beban panas dari dalam cool box Sebelum menghitung jumlah panas yang akan dipompakan keluar oleh peltier, maka terlebih dahulu harus diketahui berapa massa udara di dalam cool box. Sehingga dengan 47
2 memasukkan acuan temperature yang diinginkan, dapat dihitung jumlah panas yang harus dikeluarkan dari cool box. Tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut : Menghitung massa udara di dalam cool box Diketahui volume cool box, 6 liter = 0,006 m 3 = 1,03 =, sehingga = 0,00618, Jumlah panas yang harus dikeluarkan dari cool box dihitung dengan persamaan (2.1) Q = m.cp.δt Dimana ΔT = (Temp ambient temp yang diinginkan) Q = 0,00618 kg J/kg C. (30-15) = 92,7 J Jadi panas yang harus dibuang untuk mencapai temperature 15 C adalah sebesar 92,7 J Perhitungan Beban panas dari luar cool box Beban panas dari luar adalah panas yang mengalir karena adanya perbedaan temperature udara luar dan dalam coolbox itu sendiri. Oleh karena itu digunakan insulasi 48
3 guna meminimalisir aliran panas. Bahan yang digunakan pada coolbox adalah solid plastic dengan polyurethane pada dinding coolbox dan solid plastic dengan styrofoam pada tutup coolbox. Persamaan yang digunakan untuk menghitung perpindahan panas dari luar adalah menggunakan persamaan (2.4), sebagai berikut: Diketahui : Dimensi cool box = p x l x t (270 x 180 x 170 mm) Tebal dinding = 1.7 cm (0.017m). terdiri dari 0.4 cm tebal solid plastic dan 1.3 cm tebal polyurethane Tebal tutup cool box = 1.5 cm (0.018m). terdiri dari 0.2 cm tebal solid plastic dan 1.3 cm tebal styrofoam Konduktifitas termal solid plastic = W/m 2 C polyurethane = 0.02 W/m 2 C styrofoam = W/m 2 C Luas permukaan dinding depan = dinding belakang = p x t = 0.27 x 0.17 = m 2 Luas permukaan dinding kiri = dinding kanan = l x t = 0.18 x 0.17 = m 2 49
4 Luas permukaan dinding bawah = dinding atas = p x l = 0.27 x 0.18 = m 2 Secara umum, untuk udara dalam ruangan tertutup, nilai koefisiennya bisa diasumsikan h= 7 W/m² C. (Roy J. Dossat, 1960: ) Maka, Q = 2." #. % ( &.1 h Q = 2." ( = 2...//0 2 = 2 x 7,24 = 14,48 W Q 3 =2." ( = = 2 x 4,83 = 9,66 W Q 56 =" ( = = 7,67 W 50
5 Q 9:9: ;<<<= =" ( = / 2 = 9,3 W Maka beban panas dari luar adalah, Q total = 14,48 + 9,66 + 7,67 + 9,3 = 41,11 W Sehingga penyerapan panas oleh sisi dingin peltier harus lebih tinggi dari 41,11 W agar terjadi penurunan temperature di dalam ruang coolbox Perhitungan insulasi kritis Profil coolbox yang digunakan pada pengujian berbentuk rectangular. Sedangkan pada referensi, teori mengenai insulasi kritis adalah perhitungan pada profil silinder, sehingga perlu dilakukan pendekatan yang dapat diasumsikan bahwa box yang mempunyai volume 6 liter adalah sama dengan silinder dengan volume 6 liter pula. Maka diameter silinder adalah penjumlahan nilai lebar dan tinggi box, kemudian dibagi dua yaitu r silinder = ( ) /2 = 155 mm. 51
6 Kemudian tinggi dari silinder didapat dari hasil bagi antara volume dengan luas alas silinder yaitu h = 6x10 6 mm 3 / (3,14. 77,5 2 ) = 6x10 6 / 18859,625 = 318 mm Gambar 4.1 perubahan profil coolbox menjadi silinder Pada gambar 4.1 terlihat bahwa coolbox yang mempunyai profil rectangular dilakukan pendekatan menjadi profil silinder yang mempunyai jari jari sebesar 77,5 mm dan tinggi 318 mm. Dinding kulit coolbox terdiri dari tiga layer dengan material pada layer pertama yaitu solid plastic, layer kedua dengan menggunakan styrofoam, layer ketiga menggunakan solid plastic. Dengan menggunakan persamaan 2.1 maka, >?@ABA?CD = DCEF@ G h >?@ABA?CD = 0, DCEF@ 8 h + DCEF@ h + 0, , = 4, , , = 8, m 52
7 = 83,712 mm Jadi jari jari kritikal adalah sebesar 83,712 mm. berada di atas nilai jari jari silinder yang sebesar 77,5 mm. Sehingga memungkinkan kerugian panas menjadi besar. (JP Holman, 1986:35). Karena mengingat faktor finansial, box tersebut akan dipakai pada tahapan penelitian selanjutnya Perhitungan parameter data teknis Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai parameter data teknis yang ada pada elemen peltier. Karena data teknis hanya ada pada temperature sisi panas peltier 25 C dan 50 C. Maka dilakukan pengujian dengan mengatur flow water cooling pada 8.2 liter/menit agar didapat Th = 25 C. Perhitungan untuk besar koefisien seebeck, hambatan termal dan hambatan listrik adalah sebagai berikut: Koefisien seebeck dapat dihitung dengan persamaan (2.6) H = G4,4 = 0,048 Volt/Kelvin 80I87 Hambatan thermal dapat dihitung dengan persamaan (2.7) J = 66 6,4.14,4 K 2.(25+273) ((25+273) 66) 53
8 = 66 92,16 K = 0,716 K 2,568 = 1,838 K/W Hambatan listrik dapat dihitung dengan persamaan (2.8) O = 14,4 6,4 K ((25+273) 66) (25+273) = 2,25 K 0,778 = 1,75 Ω 4.2 Pengujian dengan variasi susunan peltier Pengujian dilakukan baik dengan menggunakan rangkaian seri maupun rangkaian pararel dan setelah itu dilihat rangkaian mana yang memiliki penurunan temperatur lebih cepat. Pengujian dilakukan pada temperature ambient C dengan kondisi cool box tanpa beban. Lama pengujian dan pengambilan data 60 menit. Variasi susunan rangkaian dibagi menjadi dua yaitu secara seri dan secara paralel. kemudian dibandingkan dengan dan tanpa menggunakan water cooling. arus yang diberikan pada susunan seri adalah 1,09 A dan pada susunan paralel 3,3 A 54
9 Tabel 4.1 Penurunan temperature pada pengujian variasi susunan peltier t (menit) TEMPERATURE RUANG COOLBOX SERI WC ON ( C) PARALEL WC OFF ( C) SERI WC ON ( C) PARALEL WC OFF ( C) ,8 29,7 29,9 3 26,1 25, ,4 6 25,1 24,8 23,8 23,3 9 24,3 24,1 23,1 22, ,9 23,3 22,6 21, , , ,2 22,6 21,7 19, ,8 22,2 21, ,5 21,7 21,1 18, ,2 21,2 20,9 17, ,9 20,8 20, ,6 20,4 20,2 16, ,3 20,1 19,7 16, ,9 19,7 19,3 15, ,7 19, , , ,6 15, ,3 18,6 18,4 15, ,3 18,4 18, ,2 18,4 18, ,2 18, , ,1 18, ,9 55
10 penurunan temp coolbox Temperature waktu (menit) SERI WC OFF SERI WC ON PARALEL WC OFF PARALEL WC ON Gambar 4.2 Grafik penurunan temperatur terhadap waktu Rate penurunan temperature tercepat pada setiap rangkaian terjadi dari menit ke-0 sampai menit ke-5, selanjutnya melandai turun sampai menit ke-42. Kemudian dari sampai menit ke-60. Temperature turun dengan sangat lambat. Jika dilihat pada gambar 4.2 terlihat bahwa susunan seri dengan menggunakan water cooling dan susunan paralel tanpa water cooling hanya terpaut selisih 0,3 C. Temperatur terendah yang dapat dicapai adalah 14,9 C dengan waktu 60 menit pada susunan paralel dengan menggunakan water cooling. Untuk pengujian selanjutnya akan digunakan susunan paralel dengan menggunakan water cooling 4.3 Pengujian dengan menggunakan arus optimum Nilai arus optimum ini didapat dari perhitungan pada persamaan ( 2.21). Dimana ada faktor z (figure of merit) yang harus dihitung terlebih dahulu dengan persamaan (2.20). 56
11 Temperature sisi panas dijaga pada 25 C dan temperature sisi dingin terukur pada 0 C Nilai figure of merit adalah, Z = 0,0488.1,838 1,75 = 0,024 8.,4/.(81/87) Maka arus optimum = G,70( GI,84. 8/0,0 G) = 8,4,08G0 = 4,6 A Tabel 4.2 Pengujian pada arus optimum 4,6 A t (menit) Temperatur ruang coolbox ( C) 0 29,9 1 26, ,8 4 19,6 5 17,8 6 16,2 57
12 Temperature Waktu (menit) Pararel WC ON I=4,6A Gambar 4.3 Grafik Penurunan temperature pada arus optimum Pada tabel 4.3 terlihat bahwa pengujian hanya dilakukan tidak lebih dari 6 menit, karena mengingat faktor keamanan saat pengujian. Temperature trafo power supply naik dengan cepat dan tiap tiap sambungan kabel lebih cepat panas karena arus yang dialirkan cukup besar. Sehingga proses pengujian dan pengambilan data dihentikan. Pada gambar 4.3 penurunan temperatur masih terus berlanjut dengan cepat (penurunan tidak landai). Saat pengujian dihentikan. Temperature yang didapat pada menit ke-6 adalah sebesar 16,2 C 4.4 Pengujian dengan beban kaleng minuman Pengujian dilakukan dengan memasukkan 6 kaleng minuman dengan ukuran masing masing 250 ml. Rangkaian yang digunakan adalah susunan paralel dengan water cooling pada arus 3,36 A 58
13 Tabel 4.3 Penurunan temperature pada beban 6 kaleng minuman t (menit) temp ruang cool box ( C) 0 29, , , , , , , , , , , , , , , , ,
14 35 30 temperature beban 6 kaleng minuman waktu (menit) Gambar 4.4 Grafik penurunan temperature pada beban 6 kaleng minuman Karena air memiliki nilai panas jenis yang lebih tinggi dari udara yaitu 4190 J/kg K maka sudah tentu waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan temperature akan menjadi lebih lama. Rate penyerapan panas peltier pada spesifikasi alat di set pada arus 3,36 A. ketika temperature ruangan coolbox semakin turun maka Qc atau penyerapan panas oleh sisi dingin peltier akan semakin berkurang ditandai dengan penurunan nilai arus listrik ketika penurunan temperature mulai bergerak landai 4.5 Analisa termodinamika Pada penelitian ini telah diketahui bahwa jumlah panas yang diserap adalah beban panas dari dalam yaitu sebesar 92,7 J dan beban panas dari luar yaitu 41,11 J/s Penyerapan panas sisi dingin peltier Penyerapan panas yang dilakukan elemen peltier harus lebih besar dari 41,11 J/s 60
15 agar beban panas dari dalam ruang coolbox sebesar 92,7 J dapat diserap keluar dan terjadi penurunan temperature. Berikut ini adalah perhitungan untuk mengetahui berapa laju penyerapan panas pada sisi dingin peltier. Dengan menggunakan persamaan (2.14) Q ; = 2.(0,048.3,4.273 = 2.(44,55 13,6 10,11) = 2.20,84 T = 41,68 W 80,4S.G,70 G,// 8 Jadi laju panas yang diserap pada sisi dingin peltier adalah sebesar 41,68 W. Nilai ini cukup untuk menurunkan temperature ruang cool box ) Pelepasan panas pada sisi panas peltier Seperti pada konsep refrigerasi pada umumnya, panas yang sudah diserap harus dilepaskan ke lingkungan. Berikut ini adalah perhitungan untuk mengetahui berapa laju pelepasan yang terjadi pada sisi panas peltier. Dengan menggunakan persamaan (2.15) Q 6 = 2.(0,048.3,4.298 = 2.(48,63 13,6+ 10,11) = 2.45,14 T = 90,28 W 80 +,4S.G,70 G,// 8 ) Laju pelepasan panas yang terjadi di sisi panas peltier adalah sebesar 90,28 W yang berarti ada selisih 48,6 W dengan laju penyerapan panas pada sisi dingin. Selisih ini adalah daya listrik yang mengalir pada elemen peltier. Hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan (2.11) di bawah ini 61
16 V seebeck = 0, ,4. 1,75 = 7,15 Volt sehingga, P = 7,15. 3,4 = 24,31 W Karena pada penelitian ini menggunakan dua peltier, maka daya listrik yang mengalir adalah sebesar 48,62 W Panas yang dihasilkan oleh sisi panas peltier Kekurangan dari sistem termoelektrik ini adalah adanya sejumlah panas yang dihasilkan oleh elemen peltier itu sendiri, besar kerugian panas tersebut dapat dihitung oleh persamaan (2.13) di bawah ini Q U<: 69 = 2. (3,4 2. 1,75) = 40,46 W Jadi dapat disimpulkan bahwa 83,2% dari daya listrik yang dialirkan ke elemen peltier adalah kerugian panas yang dihasilkan oleh elemen itu sendiri 62
17 4.5.4 Coefficient of Performance Indikator yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi energi system refrigerasi adalah COP (coefficient of performance). COP adalah perbandingan antara penyerapan panas yang dihasilkan terhadap daya listrik yang digunakan. Besarnya COP untuk elemen peltier tersebut dapat dihitung dengan memakai persamaan (2.22) sebagai berikut : VWX = 4G,/ 4/,8 = 0, Kaji banding dengan penelitian sejenis Hasil penelitian yang telah dilakukan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Sehingga perlu dilakukan perbandingan dengan penelitian lainnya agar didapat temperature lebih rendah lagi ke depannya. Berikut ini adalah penelitian yang diambil dari jurnal tentang termoelektrik. Penelitian dengan judul pengembangan coolbox multifungsi ramah lingkungan berbasis termoelektrik untuk kendaraan roda dua dibuat oleh mangsur dari universitas indonesia. Coolbox yang dibuat pada penelitian tersebut di aplikasikan untuk kendaraan roda dua. Sehingga power supply yang digunakan langsung dari aki motor tersebut 63
18 Gambar 4.5 Coolbox diaplikasikan ke box motor Karena dapat menampung 6 kaleng minuman, maka diasumsikan coolbox pada objek banding mempunyai ukuran dimensi yang hampir sama, hanya bentuknya yang berbeda yaitu silinder. Sebagai contoh perbandingan, maka dibuat tabel perbandingan antara penelitian mangsur dan penelitian yang dibuat oleh penulis. Tabel 4.4 kaji banding spesifikasi coolbox Spesifikasi Power supply Susunan peltier Jumlah peltier Temp min (@6 kaleng minuman) COP Penelitian Daniel DC Voltage regulator Paralel 2 Penelitian Mangsur Aki motor 12 VDC Paralel-Cascade 4 Jika dibandingkan dengan coolbox pada penelitian mangsur, maka didapat kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut : 64
19 Kelebihan, Mempunyai harga yang lebih murah karena hanya menggunakan dua unit peltier saja Mempunyai system water cooling sebagai pelepas panas peltier sehingga meskipun menggunakan dua peltier. Nilai COP masih lebih tinggi ketimbang nilai COP objek pembanding Kekurangan, Tidak praktis dibawa karena memakai system water cooling, sedangkan coolbox pada penelitian mangsur dapat langsung diaplikasikan ke box motor Insulasi yang kurang baik, hal ini terlihat pada nilai COP yang mempunyai selisih yang jauh tetapi temperature minimum yang dicapai tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan mangsur. Mempunyai estetika model yang kurang baik 65
TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK
TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh Nama : Daniel Sidabutar NIM : 41313110087
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah
Lebih terperinciTabel 4.1 Perbandingan desain
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemilihan Desain Perbandingan desain dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan desain rancangan dapat dilihat pada Gambar 4.1. Tabel 4.1 Perbandingan desain Desain Q m P Panjang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Konsep Desain Konsep desain awal coolbox berbasis hybrid termoelektrik adalah pengembangan dari desain sebelumnya. Adalah menambahkan water cooling pada sisi panas elemen
Lebih terperinciGambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin
Lebih terperinciPerancangan Dan Pembuatan Kotak Pendingin Berbasis Termoelektrik Untuk Aplikasi Penyimpanan Vaksin Dan Obat-Obatan
Perancangan Dan Pembuatan Kotak Pendingin Berbasis Termoelektrik Untuk Aplikasi Penyimpanan Vaksin Dan Obat-Obatan Ficho Cahaya Putra 1, V. Vekky R. Repi 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik
Lebih terperinciALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS
ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS Hendra Abdul Aziz 1, Rahmat Iman Mainil 2, dan Azridjal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan kebutuhan energi listrik semakin besar. Namun, energi listrik yang diproduksi masih belum memenuhi
Lebih terperinciUJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMOELECTRIC COOLING
UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMOELECTRIC COOLING Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Mesin Politeknik Enjinering Indorama Email: lukman.mesin@gmail.com ABSTRAK Thermoelectric cooling
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Termal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau (Juni Oktober 2016). 3.2 Jenis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR 4.1 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN Pengujian yang dilakukan menghasilkan data-data berupa waktu, arus ouput, tegangan output, daya output, temperature
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut :
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan mesin pendingin minuman dan makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC1-12706 sebagai berikut : 1.
Lebih terperinciUJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMO ELECTRIC COOLING
UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMO ELECTRIC COOLING Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Mesin Politeknik Enjinering Indorama Email: lukman.mesin@gmail.com ABSTRAK Thermo electric cooling
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR
BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR 3.1 KONSEP DESAIN Pada desain alat ini, digunakan temperatur cool box tanpa beban, sekitar 2-5 0 C sebagai acuan. Desain ini juga merupakan perbaikan dari desain sebelumnya.berdasarkan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendingin merupakan suatu kebutuhan bagi manusia,sebagai pendingin ruangan, penggunaan AC (AirConditioner) mulai meningkat secara signifikan. Ini merupakan salah satu
Lebih terperinciOLEH : DEDDY REZA DWI P DOSEN PEMBIMBING : IR. DENNY M. E. SOEDJONO,MT.
PERHITUGAN HEAT RATE HEATSINK PADA SISI PANAS THERMOELEKTRIK TEC 12706 PADA DAYA 22,4 WATT OLEH : DEDDY REZA DWI P 2107030033 DOSEN PEMBIMBING : IR. DENNY M. E. SOEDJONO,MT. ALUR PRESENTASI Dasar Teori
Lebih terperinciPENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR
PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR Ardhi Kamal Haq 1*, Juhri Hendrawan 1, Ahmad Hasan Asyari 1, 1 Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara,
Lebih terperinciPENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 60 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN
PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 6 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN Nugrah Suryanto 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 Laboratorium
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pengujian mesin pendingin yang menggunakan termoelektrik peltier TEC1-12706 dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017-30 April 2017 bertempat di rumah penulis yang
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODUL TERMOLEKTRIK UNTUK OPTIMASI ALAT ARAGOSE GEL ELEKTROFORESIS TUGAS AKHIR
PENGGUNAAN MODUL TERMOLEKTRIK UNTUK OPTIMASI ALAT ARAGOSE GEL ELEKTROFORESIS TUGAS AKHIR Oleh : HAOLIA RAHMAN 0606042020 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PENGGUNAAN
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel
BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA 3.1 Tujuan Perancangan Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel surya sebagai energy tenaga surya. Untuk mempermudah
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN.
BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi alat pengisi baterai menggunakan modul termoelektrik generator. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi perancangan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI PANAS DARI KONDENSOR MESIN PENDINGIN
RANCANG BANGUN ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI PANAS DARI KONDENSOR MESIN PENDINGIN Muhammad Gilang Satria* Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila* Abstrak Teknologi termoelektrik
Lebih terperinciPENDINGIN TERMOELEKTRIK
BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE
BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE Green Medical Box Portable dirancang dengan menggunakan sistem refrigerasi yang terintegrasi dengan box. Box terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama/bawah
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast
Lebih terperinciContoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut!
Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut! Soal No.1 Sebuah lampu memiliki spesifikasi 18 watt, 150
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 2.1 Pendingin Termoelektrik (TEC)
BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendingin Termoelektrik (TEC) Teknologi termoelektrik bekerja dengan mengonversi energi panas menjadi listrik secara langsung (generator termoelektrik), atau sebaliknya, dari listrik
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan
Lebih terperinciAGUS PUTRA PRASETYA
KAJI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEATSINK DENGAN SISTEM CASCADE THERMOELEKTRIK TEC 12706 AGUS PUTRA PRASETYA 2108030028 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan peralisasian pemanfaatkan modul termoelektrik generator untuk mengisi baterai ponsel. Teori teori yang
Lebih terperinciPENDINGIN MINUMAN BERCATU DAYA TERMOELEKTRIK
PENDINGIN MINUMAN BERCATU DAYA TERMOELEKTRIK Dian Wahyu 1) 1) Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang, Padang Kampus Limau Manis Padang email : dianwahyuitb@gmail.com Hp : 081266449902
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air
Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Fenomena termoelektrik menunjukan adanya hubungan antara perbedaan temperatur (temperature gradient) pada kedua ujung suatu konduktor atau semikonduktor dan munculnya
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Elektroforesis adalah pergerakan molekul-molekul kecil yang dibawa oleh
BAB II DASAR EORI 2.1 PROSES ELEKROFORESIS Elektroforesis adalah pergerakan molekul-molekul kecil yang dibawa oleh muatan listrik akibat adanya pengaruh medan listrik 3. Pergerakan ini dapat dijelaskan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja dari hasil perancangan
Lebih terperinciANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN
ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Keluatan Institut Teknolgi Sepuluh Nopember Surabaya 2011
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA
37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit
Lebih terperinciCHAPTER I PREFACE CHAPTER II BASE OF THEORY
CHAPTER I PREFACE 1.1 Historical- Background Pada 1.2 Problem Identification 1.3 Objective 2.1 Historical of Thermoelectric CHAPTER II BASE OF THEORY Termoelektrik ditemukan pertama kali pada tahun 1821,
Lebih terperinciLatar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya
Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelayan umumnya didalam cooler box nya disimpan es, Untuk
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS
19 BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS 3.1 Kawasan Perumahan Batununggal Indah Kawasan perumahan Batununggal Indah merupakan salah satu kawasan hunian yang banyak digunakan sebagai rumah tinggal dan
Lebih terperinciDesain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering Alwi Asy ari Aziz, Alam Baheramsyah dan Beni Cahyono Jurusan
Lebih terperinciANALISIS PERFORMANSI (COP) TERMOELECTRIC COOLER DENGAN PERANGKAIAN SERI DAN PARALEL
JURNAL LOGIC. VOL. 13. NO. 2. JULI 213 91 ANALISIS PERFORMANSI (COP) TERMOELECTRIC COOLER DENGAN PERANGKAIAN SERI DAN PARALEL Luh Putu Ike Midiani dan Ida Bagus Gd Widiantara Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.
Lebih terperinciEXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK
EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
Lebih terperinciSeminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh
BAB V PEMBAHASAN. 5.1. Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap waktu pencapaian panas dan arus kompor induksi. Dari data waktu pencapaian panas dan
Lebih terperinciKaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan Panjang Lorong Udara Tetap
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Kaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENDINGINAN DENGAN TEC (THERMOELECTRIC COOLING SYSTEM) SEBAGAI APLIKASI PENDINGINAN VAKSIN PORTABEL
STUDI EKSPERIMENTAL PENDINGINAN DENGAN TEC (THERMOELECTRIC COOLING SYSTEM) SEBAGAI APLIKASI PENDINGINAN VAKSIN PORTABEL Oleh Dosen Pembimbing : Erlanda Kurnia Saputra : Dr. Wayan Nata Septiadi, ST., MT.
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator
BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Termoelektrik merupakan material yang terbuat dari semikonduktor yang salah satu kegunaannya untuk keperluan pembangkit tenaga listrik. Material semikonduktor dapat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. i ii iii iv v vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMENTAL ALAT MULTI FUNGSI BERCATU DAYA TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN DAN PEMANASAN ABSTRACT
KAJIAN EKSPERIMENTAL ALAT MULTI FUNGSI BERCATU DAYA TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN DAN PEMANASAN Dian Wahyu 1, Andriyanto 1, Hanif 1, Rino Sukma 1, Yazmendra Rosa 1 1 Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 2.1 Teori Dasar
BAB II TEORI DASAR 2.1 Teori Dasar Teknologi termoelektrik bekerja dengan mengonversikan energi listrik menjadi dingin atau panas (pendingin atau pemanas termoelektrik), dan energi panas menjadi listrik
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 217 Page 589 RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED DESIGN AND CONSTRUCTION OF WATER TEMPERATURE
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin
Lebih terperinciUJI COBA KOTAK PENYIMPANAN IKAN BERPENDINGIN Thermo Electric Cooler (TEC) UNTUK KAPAL IKAN SKALA KECIL
Uji Coba Kotak Penyimpanan Ikan Berpendingin..untuk Kapal Ikan Skala Kecil (Wibowo,S., et al) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum
Lebih terperinciPENAMBAHAN FITUR GREEN COOL-HOT BOX PADA SKUTER LISTRIK TIPE SUPER E-BIKE MODEL ES-009 BERBASIS TERMOELEKTRIK. Mohamad A Muhidin 1,Awaludin Martin 2
PENAMBAHAN FITUR GREEN COOL-HOT BOX PADA SKUTER LISTRIK TIPE SUPER E-BIKE MODEL ES-009 BERBASIS TERMOELEKTRIK Mohamad A Muhidin 1,Awaludin Martin Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciKunci Jawaban Latihan Termodinamika Bab 5 & 6 Kamis, 12 April 2012 W NET
Kunci Jawaban Latihan Termodinamika Bab 5 & 6 Kamis, 12 April 2012 1. Sebuah mesin mobil mampu menghasilkan daya keluaran sebesar 136 hp dengan efisiensi termal 30% bila dipasok dengan bahan bakar yang
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ARAH PUTARAN FAN TERHADAP PENDINGINAN PADA PENDINGIN MINUMAN PORTABLE MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK KAPASITAS 4,7 LITER
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (2), September : 38-44 ISSN 1412-67 PENGARUH VARIASI ARAH PUTARAN FAN TERHADAP PENDINGINAN PADA PENDINGIN MINUMAN PORTABLE MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK KAPASITAS 4,7 LITER Rahmat
Lebih terperinciSTUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI
STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI Oleh : La Ode Torega Palinta (2108100524) Dosen Pembimbing : Dr.Eng Harus L.G, ST, M.Eng PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 HASIL PENGUJIAN STEADY SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN ALAT
BAB III RANCANGAN ALAT Perancanangan alat uji ini dilakukan untuk menyempurnakan alat agarose jel elektroforesis yang sudah ada. alat yang ada saat ini mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya tidak
Lebih terperinciSIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT
SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT Ahmad Khoiri, Nur Afni Sari, Vivi Noviyanti Progam Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains Al-Qur an Jawa Tengah di Wonosobo Noviyantivivi91@gmail.com ABSTRAK Tujuan
Lebih terperinciMomentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN
Momentum, Vol. 9, No. 1, April 213, Hal. 13-17 ISSN 216-7395 ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN Sucipto, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas Wahid
Lebih terperinciPERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W
PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN
KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang
Lebih terperinciFISIKA TERMAL Bagian I
FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.
Lebih terperinciPENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR
PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin
Lebih terperinciUNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA
UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA Sidra Ahmed Muntaha (0906605340) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari sistem yang telah dirancang. Dari hasil pengujian akan diketahui apakah sistem yang dirancang memberikan hasil seperti
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)
RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) Oleh : PERI PERMANA F14102083 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciBAB II DASAR THERMOELECTRIC GENERATOR
BAB II DASAR THERMOELECTRIC GENERATOR 2. 1. Konsep Thermoelectric Modul thermoelectric yaitu alat yang mengubah energi panas dari gradien temperatur menjadi energi listrik atau sebaliknya dari energi listrik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perancangan Dan Pembuatan Mesin preheat pengelasan gesek dua buah logam berbeda jenis yang telah selesai dibuat dan siap untuk dilakukan pengujian dengan beberapa
Lebih terperinciPenggunaan Modul Thermoelectric sebagai Elemen Pendingin Box Cooler
Penggunaan Modul Thermoelectric sebagai Elemen Pendingin Box Cooler Rahmat Iman Mainil 1, Azridjal Aziz 1, Afdhal Kurniawan M 2, 1 Laboratorium Rekayasa Thermal, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA
PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciBAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR
27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai
Lebih terperinciANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA
ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA Oleh Audri Deacy Cappenberg Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta ABSTRAK Pengujian Alat Penukar Panas Jenis Pipa Ganda Dan
Lebih terperinciGambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Cooling tower yang dibuat dapat disirkulasikan dengan lancer dan layak untuk dilakukan pengujian
Lebih terperinciBab IV Analisa dan Pembahasan
Bab IV Analisa dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kinerja Ac split TCL 3/4 PK mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22. Pengujian kinerja Ac split TCL mengunakan refrigeran
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya
BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal
Lebih terperinciBAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI
BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI 3.1 SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI Desain dan peralatan sistem refrigerasi dengan menggunakan prinsip adsropsi yang direncanakan pada percobaan kali ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I
BAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I Bab ini hanya akan membahas Sistem Tertutup (Massa Atur). Energi Energi: konsep dasar Termodinamika. Energi: - dapat disimpan, di dalam sistem - dapat diubah bentuknya
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian.............
Lebih terperinci