Bab III Pelaksanaan Penelitian dan Pembahasan
|
|
- Liana Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 34 Bab III Pelaksanaan Penelitian dan Pembahasan III.1 Daerah Penelitian Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Porong, Tanggulangin dan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Ketiga kecamatan tersebut berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo bagian Selatan, terletak di antara 112,66-112,87 o Bujur Timur dan antara 7,48-7,58 Lintang Selatan dengan luas wilayah keseluruhan ,31 hektar atau 18% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Sidoarjo (63.438,534 hektar), dengan kondisi ketinggian tanah pada bagian Barat dan tengah 3-10 meter dan berair tawar, sedangkan sebelah Timur berketinggian 0-3 meter dan merupakan daerah pantai pertambakan. Jumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong terdapat 19 desa/kelurahan, Kecamatan Jabon terdapat 15 desa/kelurahan dan Kecamatan Tanggulangin terdapat 19 desa/kelurahan. Daftar nama-nama desa/kelurahan sebagaimana pada Lampiran A. Secara spesifik, Kecamatan Porong berada di sebelah Selatan Kota Sidoarjo. Wilayah berbatasannya untuk sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Krembung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Jabon, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanggulangin, sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Candi. Kecamatan Tanggulangin berada di sebelah Selatan Kota Sidoarjo. Berdasarkan letaknya, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tulangan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Porong, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Kecamatan Candi. Kecamatan Jabon berada di ujung Timur Selatan (Tenggara) Kabupaten Sidoarjo. Perbatasan wilayah sebelah Barat dan Utara berbatasan dengan Kecamatan Porong, sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura.
2 35 Peta lokasi penelitian sebagaimana disajikan pada Gambar III.1 Gambar III.1. Peta Lokasi Penelitian Bencana yang terjadi terkait penelitian ini adalah terdapatnya semburan dan luapan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo yang mulai terjadi pada tanggal 29 Mei 2006, yang semula menggenangi daerah seluas 110,84 hektar dan keliling 6,52 kilometer (Bakosurtanal, 2006), telah berkembang hingga mencapai lebih dari 621,9 hektar dan keliling lebih dari 11,76 kilometer. Pusat semburan terletak pada 112,71 o Bujur Timur dan 7,52 o Lintang Selatan berada di lokasi pengeboran minyak bumi Sumur Banjar Panji-1 (BPJ-1), Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Sumur itu dioperasikan oleh PT.Lapindo Brantas Inc. anak perusahaan PT.Energi Mega Persada Tbk. Wilayah desa-desa yang terkena dampak genangan lumpur meliputi: 1. Desa Kalitengah, Kec.Tanggulangin; 2. Desa Gempolsari, Kec.Tanggulangin; 3. Desa Ketapang, Kec.Tanggulangin; 4. Desa Kedungbendo, Kec.Tanggulangin;
3 36 5. Desa Siring, Kec.Porong; 6. Desa Jatirejo, Kec.Porong; 7. Desa Renokenongo, Kec.Porong; 8. Desa Glagaharum, Kec.Porong; 9. Desa Mindi, Kec.Porong; 10. Desa Pejarakan, Kec.Jabon; 11. Desa Besuki, Kec.Jabon; 12. Desa Kedungcangkring, Kec.Jabon. Lokasi sesuai nomor urut nama-nama desa terkena dampak genangan lumpur di atas sebagaimana pada Gambar III.2. Gambar III.2. Wilayah Desa-desa Terkena Genangan Lumpur
4 37 III.2 Data dan Sumber Data 1. Peta digital bidang tanah dan jaringan jalan Kec.Porong, Kec.Tanggulangin dan Kec.Jabon, Kabupaten Sidoarjo, sumber peta digital SIG PBB dari Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dengan cara menggabungkan peta desa. 2. Citra yang sudah diolah untuk membantu identifikasi batas wilayah yang mengalami bencana banjir lumpur dan Peta Area Terdampak (lampiran dalam Peraturan Presiden RI Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo), sumber dari internet. 3. Peta digital relokasi infrastruktur Porong, sumber dari Tim ITB pemantau kondisi penurunan tanah di Porong, Kabupaten Sidoarjo. 4. Data transaksi jual beli tanah, sumber dari laporan PPAT / Notaris Kabupaten Sidoarjo yang telah disampaikan kepada Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo. 5. Kuesioner, dengan responden dari Pegawai KPPBB Sidoarjo dan Mahasiswa MAP angkatan 4 ITB. III.3 Alat Penelitian 1. ArcView versi 3.3. untuk analisis spasial, diantaranya network analysis, buffering, nearest, dissolve, dan pembuatan layout peta. 2. Mapinfo Professional release 7, untuk menampilkan data spasial dan tabel, editing peta, merubah data poligon menjadi centroid, melakukan query, dan pembuatan peta penggunaan tanah. 3. Microsoft office XP, meliputi Microsoft Word untuk menulis laporan penelitian dan Microsoft Excell untuk analisis statistik, pemrosesan hasil kuesioner perhitungan tabel yang tidak dapat dilakukan ArcView. 4. Software pengolah data statistik SPSS versi 15 untuk mengolah data dan analisis statistik. 5. AutoCAD versi 2002 untuk membuka dan melakukan export data relokasi infrastruktur. III.4 Skenario Pemecahan Masalah Skenario pemecahan masalah dalam pelaksanaan penelitian ini sebagaimana pada Gambar III.3, dapat dijelaskan sebagai berikut:
5 38 Kriteria penentu nilai tanah dipilih berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai tanah yang dilakukan melalui literature review dan hasilnya terdiri atas jarak bidang ke CBD, jarak bidang ke jalan, jarak bidang ke lokasi bencana, jarak bidang ke relokasi infrastruktur dan jenis penggunaan lahan. Kriteria jarak bidang ke jalan selanjutnya dibagi menjadi sub kriteria jarak bidang ke jalan arteri, jalan kabupaten dan jalan desa. Penentuan nilai bobot setiap kriteria dalam pengaruhnya terhadap nilai tanah diperoleh melalui metode AHP. Demikian juga untuk mendapatkan nilai bobot sub keriteria jalan dilakukan melalui metode AHP. Untuk mendapatkan nilai skor setiap bidang tanah pada kriteria jarak dari jalan utama dan CBD didasarkan pada nilai jarak yang didapatkan melalui metode analisis jaringan (network analysis). Sebelum dilakukan analisis ditentukan terlebih dahulu lokasi CBD dan jalan-jalan yang tergolong jalan arteri, jalan kabupaten dan jalan desa. Penentuan jarak setiap bidang dengan lokasi bencana menggunakan jarak langsung dari bidang ke batas tepi wilayah bencana (batas wilayah bencana telah ditetapkan sebelumnya). Nilai jarak setiap bidang tanah terhadap jalan utama, CBD dan lokasi bencana digunakan sebagai komponen untuk menentukan skor setiap bidang tanah pada kriteria jarak dari jalan utama, jarak dari CBD dan jarak dari lokasi bencana. Untuk mendapatkan skor terstandardisasi tersebut menggunakan metode transformasi skala linier. Penentuan skor jarak ke relokasi infrastruktur, sebelumnya dilakukan buffering. Jarak buffer dan skor berdasarkan hasil peneliti lain yang telah melakukan penelitian tingkat ketertarikan nilai lahan terhadap fasilitas jalan utama. Pembagian jenis penggunaan lahan dilakukan dengan mengidentifikasi jenis penggunaan lahan kondisi eksisting, yang hasilnya kriteria penggunaan lahan dibagi ke dalam jenis-jenis penggunaan: perdagangan/perkantoran, industri/pabrik, perumahan, sawah/kebun, tambak dan penggunaan lain-lain. Penentuan jenis penggunaan lahan untuk setiap bidang tanah dilakukan dengan
6 39 melakukan identifikasi terhadap data spasial dan join data tabel / data atribut. Penentuan skor jenis penggunaan lahan menggunakan metode AHP. Tingkat kualitas tiap bidang tanah merupakan sintesis antara bobot masingmasing kriteria dan skor tiap bidang tanah, selanjutnya hasil tingkat kualitas tiap bidang tanah difungsikan sebagai variabel independen (variabel X), sedangkan untuk variabel dependen (variabel Y) berupa data harga jual tanah setelah dilakukan penyesuaian terhadap waktu transaksi dan jenis data. Langkah berikutnya untuk mendapatkan model nilai tanah dilakukan pemodelan terhadap variabel X dan variabel Y dengan menggunakan regresi berganda dan akan dihasilkan empat model regresi, yaitu model linier (lin-lin), model semilog (linlog), model semilog (log-lin) dan model logaritma (log-log). Berdasarkan empat model yang didapatkan dilakukan uji kriteria ekonomi, uji kriteria statistik dan uji kriteria asumsi klasik (uji kriteria ekonometrik) untuk mendapatkan model nilai tanah terbaik. Model terbaik yang dihasilkan digunakan untuk memprediksi nilai per meter persegi setiap bidang tanah untuk seluruh bidang tanah. Hasil penelitian ini adalah peta nilai tanah.
7 40 CBD Identifikasi kriteria penentu nilai tanah (Literatur review) jalan lokasi bencana relokasi infrastruktur Pemberian bobot masing-masing kriteria dg metode AHP Jenis penggunaan lahan Penentuan CBD Arteri (Jl.1) Kab (Jl.2) Desa (Jl.3) Pemberian bobot sub kriteria dg metode AHP Penentuan batas area terdampak 0 (lhn relok) 0<buf<755 m 755<buf< < Dagang/ktr (Lu1) Indt/pabrik (Lu2) Perumahan (Lu3) Swh/kebun (Lu4) Tambak (Lu5) Lain-lain (Lu6) network analysis jarak langsung buffering Identifikasi data spasial dan join data tabel Jrk bid ke CBD Jrk bid ke Jl.1 Jrk bid ke Jl.2 Jrk bid ke Jl.3 Jrk bid ke lok bencana diturunkan dari jarak. Standardisasi skor dg metode transformasi skala lilnier Penentuan tingkat kualitas lahan pada masing-masing kriteria (bobot x skor) Tingkat kualitas sesuai masing-masing kriteria pada tiap bidang tanah (sebagai variabel X / independen) Pemodelan dg metode regresi berganda Penentuan skor terstandardisasi tiap buffer berdasar penelitian sebelumnya Lu 1 Lu 2 Lu 3 Lu 4 Lu 5 Lu 6 ditentukan dg pendekatan metode AHP Nilai bobot masing-masing kriteria Data harga jual tanah Model nilai tanah Uji kriteria ekonomi, uji kriteria statistik, uji kriteria asumsi klasik (uji kriteria ekonometrik) Model nilai tanah terbaik Penyesuaian terhadap waktu dan jenis data Data harga jual tanah setelah penyesuaian (sebagai variabel Y / dependen) Penentuan nilai tanah / m 2 untuk semua bidang tanah Peta Nilai Tanah Gambar III.3 Skenario Proses Penelitian
8 41 III.5 Proses Implementasi Berdasarkan skenario pemecahan masalah yang merupakan skenario untuk proses penelitian, selanjutnya dilakukan implementasi melalui proses pekerjaan dengan menggunakan perangkat lunak MapInfo Professional, Microsoft Excell, SPSS dan ArcView. Pelaksanaan proses pekerjaan dan tahap-tahap implementasi diterangkan sebagai berikut: III.5.1 Identifikasi Kriteria Penentu Nilai Tanah Berdasarkan literature review dari penelitian terdahulu dan referensi lainnya dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian ini maka ditentukan bahwa faktor-faktor atau kriteria penentu nilai tanah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jarak bidang ke CBD, jarak bidang ke jalan, jarak bidang ke lokasi bencana, jarak bidang ke relokasi infrastruktur dan penggunaan lahan. III.5.2 Pengadaan Data Spasial Data spasial yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut : 1. Peta bidang tanah Peta bidang tanah menggunakan data spasial SIG PBB dari Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dalam format MapInfo. Data spasial SIG PBB dalam paket data per satuan desa/kelurahan, yang terbagi atas tujuh layer sebagai berikut: - Layer bidang tanah - Layer bangunan - Layer batas blok - Layer jalan - Layer sungai - Layer simbol - Layer teks Jumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong terdapat 19 desa/kelurahan dengan jumlah objek pajak bumi sebanyak objek/bidang, di Kecamatan Jabon terdapat 15 desa/kelurahan dengan jumlah objek pajak bumi sebanyak objek/bidang dan Kecamatan Tanggulangin terdapat 19 desa/kelurahan dengan
9 42 jumlah objek pajak bumi sebanyak objek/bidang. Contoh peta bidang tanah seperti ditunjukkan pada Lampiran B. 2. Peta centroid bidang tanah Centroid bidang tanah digunakan untuk pencarian jarak dalam proses network analysis dan pengukuran jarak langsung. Untuk mendapatkan centroid bidang tanah dilakukan proses: - File bidang yang akan diubah menjadi centroid dibuka data spasial dan data tabel pada MapInfo. Pada tabel melalui table structure dibuat kolom untuk memuat nilai centroid_x (absis) dan centroid_y (ordinat). Selanjutnya diisikan kolom centroid_x melalui update column dengan nilai centroidx dan kolom centroid_y dengan nilai centroidy. - Data tabel (data non spasial) bidang tanah dari format MapInfo dibuka dan disimpan dalam format Microsoft Excell. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data tabel yang telah berisi nilai centroidx dan centroidy yang terpisah atau belum memiliki data spasial. - Data tabel bidang tanah dalam format Microsoft Excell dibuka dan disimpan dalam format MapInfo, sehingga hanya didapatkan data tabel tanpa ada data spasial. - Dengan menggunakan fasilitas menu Create Points, dari data tabel diperoleh data spasial berupa peta centroid bidang. Sebagai hasil proses merubah data poligon (bidang tanah) menjadi data titik (centroid bidang tanah) dapat dilihat contoh hasil proses pada Lampiran C. 3. Peta penggunaan lahan Peta penggunaan lahan diperoleh dari penurunan peta bidang tanah dan data tabel penggunaan bangunan (data atributik bangunan). Data penggunaan bangunan dalam program Sistem Informasi Objek Pajak (SISMIOP) sesuai dengan data jenis bangunan sebagaimana pada Tabel III.1. Dengan menggunakan proses join antara data tabel bidang tanah dengan tabel jenis bangunan, maka akan diperoleh peta bidang tanah dengan informasi jenis bangunan.
10 43 Tabel III.1 Jenis Bangunan Kode Jenis Bangunan 01 Perumahan 02 Perkantoran swasta 03 Pabrik 04 Toko/Apotik/Ruko 05 Rumah Sakit/Klinik 06 Olah raga/rekreasi 07 Hotel/Wisma 08 Bengkel/Gudang 09 Gedung pemerintah 10 Lain-lain 11 Bangunan tdk kena pajak 12 Bangunan parkir 13 Apartemen 14 Pompa bensin 15 Tangki minyak 16 Gedung sekolah Untuk bidang tidak ada bangunan, dalam basis data SISMIOP hanya disebutkan jenis penggunaan tanah sebagai kavling siap bangun dan tanah kosong. Kavling siap bangun dilakukan identifikasi berdasarkan letak objek dan lingkungan sekitarnya. Misalnya kavling atau tanah kosong dalam lingkungan sekitar bangunan yang ada digunakan untuk perumahan, maka digolongkan dalam penggunaan lahan untuk perumahan. Tanah kosong dilakukan identifikasi dari data spasial SIG PBB dan penggunaan citra dari Google Earth dalam format jpg yang memiliki ketelitian rendah-sedang akan diperoleh informasi penggunaan lahan: - Sawah, kebun (penanaman teratur dan tidak teratur/tegalan), tanah pengembalaan: digolongkan dalam penggunaan lahan sawah/kebun. - Tambak
11 44 - Pinggiran sungai, kuburan umum (identifikasi dari peta SIG PBB): digolongkan dalam penggunaan lahan lain-lain. Peta penggunaan lahan yang telah terbentuk selanjutnya digeneralisasi sehingga diperoleh enam jenis penggunaan lahan, yaitu perdagangan/perkantoran, industri/pabrik, perumahan, sawah/kebun, tambak dan penggunaan lain-lain. Peta penggunaan lahan ditunjukkan dalam contoh sebagaimana Lampiran D. 4. Peta jaringan jalan Peta jaringan jalan menggunakan data spasial SIG PBB yang disajikan dalam bentuk poros jalan pada layer jalan. Peta jaringan jalan dalam data spasial SIG PBB terdiri dari jaringan jalan yang mempresentasikan bentuk jalan sebenarnya dan poros jalan. Penggunaan peta jaringan jalan dalam bentuk poros jalan akan difungsikan untuk proses network analysis. Peta jaringan jalan ditunjukkan dalam contoh sebagaimana Lampiran E. Untuk menghubungkan centroid bidang tanah dengan jaringan jalan terdekat dilakukan digitasi. 5. Penentuan lokasi pusat kota Sebagai pusat kota ditentukan centroid dari bidang tanah Pendopo Kabupaten Sidoarjo. Pemilihan lokasi pusat kota ini didasarkan pada kondisi wilayah Kabupaten Sidoarjo yang memiliki pusat pelayanan pemerintahan dan perdagangan relatif mengelompok. Pusat pelayanan pemerintahan yang berdekatan dengan Pendopo Kabupaten, misalnya: Kantor Pembantu Bupati, Gedung DPRD, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Kantor Departemen Agama, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Statistik Daerah, BKKBN, Kantor Telkom, dan lain-lain. Pelayanan perdagangan dan perbankan yang berdekatan dengan Pendopo Kabupaten, misalnya: Ramayana, BPD, BCA, BII, BRI, dan lain-lain.
12 45 6. Peta area terdampak (peta wilayah bencana lumpur panas) Peta Area Terdampak berasal dari lampiran dalam Peraturan Presiden RI Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, dan peta tersebut telah ditandatangani Ketua Tim Pelaksana Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo, tanggal 27 Maret 2007 sebagai acuan dalam penentuan wilayah yang akan menerima ganti rugi oleh pihak PT.Lapindo Brantas Inc. kepada masyarakat. Salinan peta area terdampak sebagaimana pada Lampiran F. Peta Area Terdampak dalam penelitian ini digunakan untuk mengenali batasbatas wilayah yang terkena dampak banjir lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo. 7. Peta relokasi infrastruktur Peta relokasi infrastruktur dalam format AutoCad diperoleh dari Tim ITB yang memantau perkembangan penurunan dan pergerakan tanah di sekitar pusat semburan lumpur panas di Porong, Kabupaten Sidoarjo. Data spasial tersebut sebelum digunakan di export ke format MapInfo dan selanjutnya dilakukan pemisahan informasi ke dalam bentuk layer-layer. Peta relokasi infrastruktur dalam format MapInfo sebagaimana pada Lampiran G. III.5.3 Pengadaan Data Non Spasial Data non spasial yang digunakan dalam penelitian ini berupa data transaksi jual beli yang diperoleh dari laporan Notaris/PPAT kepada Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo. Data yang dikumpulkan merupakan data transaksi dalam kurun waktu dari Januari 2006 sampai dengan Juli Data transaksi dilakukan proses perhitungan sesuai prosedur standar pada Direktorat Jenderal Pajak, dengan memberikan penyesuaian waktu dan jenis data agar sesuai dengan transaksi pada saat penilaian, yaitu per 1 Januari Penyesuaian waktu dan jenis data berpedoman pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-55/PJ.6/1999 tanggal 31 Agustus 1999 tentang Petunjuk Teknis Analisa Penentuan Nilai Indikasi Rata-rata (terlampir dalam Lampiran H). Perhitungan harga data transaksi sehingga menjadi data yang siap digunakan dalam analisis dilampirkan pada Lampiran I.
13 46 III.5.4 Penerapan AHP Penerapan penggunaan AHP pada penelitian ini adalah untuk penyusunan hierarki dalam rangka penentuan tingkat kualitas bidang tanah dan penentuan bobot kriteria dengan perbandingan berpasangan, serta untuk menghitung skor tiap bidang tanah pada kriteria penggunaan lahan. Hierarki penentuan tingkat kualitas bidang tanah seperti pada Gambar III.4 berikut. Tujuan Aktor Menentukan tingkat kualitas bidang tanah Pegawai KPPBB Sidoarjo dan Mahasiswa angkatan IV MAP Kriteria CBD Jalan lokasi bencana relokasi infrastruktur Jenis penggunaan lahan Sub Kriteria Jl.Arteri Jl.Kab Jl.Desa Alternatif Semua bidang tanah Gambar III.4 Hierarki Perhitungan Tingkat Kualitas Bidang Tanah Tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan AHP dalam penelitian ini adalah menentukan tingkat kualitas bidang tanah. Sebagai aktor atau responden terpilih yang dilibatkan pada penelitian ini sebanyak 20 orang responden berasal dari pegawai Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dan Mahasiswa angkatan IV Program Magister Teknik Geodesi dan Geomatika, Bidang Pengutamaan Administrasi Pertanahan. Pembatasan responden berdasarkan pengalaman dan pengetahuan di bidang penilaian, yaitu pengalaman dalam pekerjaan penilaian pada Seksi Pendataan dan Penilaian, serta pernah mengikuti pendidikan, pelatihan dan kursus-kursus bidang penilaian. Responden dengan kualifikasi tersebut menurut asumsi peneliti memenuhi syarat untuk
14 47 dijadikan responden. Pendapat responden dari 20 orang responden yang digunakan untuk menghitung dan menentukan bobot kriteria dan skor jenis penggunaan lahan berjumlah 12 responden, karena responden tersebut memberikan pendapatnya secara konsisten. Hasil pengolahan kuesioner dari para responden yang konsisten secara hierarki ditunjukkan pada Gambar III.5, penyajian dalam bentuk tabel ditunjukkan pada Tabel III.2. tiap jenis penggunaan lahan hasil pengolahan kuesioner seperti pada Tabel III.3. Proses perhitungan bobot kriteria dan perhitungan skor jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Lampiran J dan K. Kriteria penentu nilai tanah dalam penelitian ini terdiri dari jarak bidang ke CBD, jarak bidang ke jalan, jarak bidang ke lokasi bencana, jarak bidang ke relokasi infrastruktur dan jenis penggunaan lahan. Kriteria jarak bidang ke jalan dibagi dalam sub-sub kriteria jarak bidang ke jalan arteri, jarak ke jalan kabupaten dan jarak ke jalan desa. Obyek yang akan dinilai (ditentukan tingkat kualitasnya) dalam penelitian ini disebut sebagai alternatif. Alternatif meliputi seluruh bidang tanah dalam wilayah Kecamatan Porong, Tanggulangin dan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Kriteria CBD (0,24%) Jalan (0,14%) lokasi bencana (0,51%) relokasi infrastruktur (0,04%) Jenis penggunaan lahan (0,07%) Jl.Arteri (0,56%) Jl.Kab (0,30%) Jl.Desa (0,15%) 0,24% 0,08% 0,04% 0,02% 0,51% 0,04% 0,07% Bobot Global Gambar III.5. Hierarki Bobot Kriteria Global
15 48 Tabel III.2 Bobot Kriteria Global Kriteria Bobot Lokal Bobot Global Jarak dari lokasi bencana 0,5069 0,5069 Jarak dari CBD 0,2444 0,2444 Jarak dari jalan Jarak dari jalan arteri 0,5584 0,0763 Jarak dari jalan kabupaten 0,1367 0,2952 0,0404 Jarak dari jalan desa 0,1463 0,0200 Penggunaan lahan 0,0748 0,0748 Jarak dari relokasi infrastruktur 0,0372 0,0372 1,0000 1,0000 Tabel III.3 Jenis Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan Perdagangan/- perkantoran 0,4055 Industri/Pabrik 0,2547 Perumahan 0,1724 Sawah/Kebun 0,0886 Tambak 0,0540 Lain-lain 0,0247 III.5.5 Penerapan Pendekatan Analisis Spasial Jarak-jarak dari centroid bidang tanah ke pusat kota (CBD), jalan utama dan lokasi bencana diturunkan sebagai skor bidang tanah pada kriteria jarak ke CBD, jarak ke jalan utama dan jarak ke lokasi bencana. Untuk menghitung jarak dari bidang ke CBD dan jarak ke jalan utama menggunakan operasi spasial network analysis dengan memanfaatkan peta centroid bidang tanah, centroid pusat kota (CBD) dan jaringan jalan. Penggunaan network analysis dalam penelitian ini mengabaikan arah jalan untuk menghasilkan jarak terpendek. Untuk menghitung jarak bidang ke lokasi bencana menggunakan jarak langsung yang dihitung berdasarkan jarak centroid bidang tanah ke batas tepi area terdampak banjir lumpur. Sebelumnya batas area terdampak telah ditentukan (sesuai Lampiran F Peta Area Terdampak pada lampiran Peraturan Presiden RI Nomor 14 Tahun 2007). Perhitungan jarak bidang ke batas tepi lokasi bencana menggunakan operasi nearest. Perhitungan jarak bidang ke relokasi infrastruktur menggunakan buffering. Jumlah buffer, jarak buffer dan skor berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah
16 49 dilakukan peneliti lain. Menurut Bagio, 2001 dalam tesisnya Pengaruh Pola Konsentrasi Geografis Lokasi Industri terhadap Nilai Tanah Industrial (Studi Kasus Kawasan Industri di Kabupaten Sidoarjo), bahwa jalan utama memiliki daya tarik dan menimbulkan pola konsentrasi objek-objek khusus (industri) dalam jarak 755 meter terhadap jalan utama dan selanjutnya sampai dengan jarak meter terdapat pola menyebar dengan perbedaan nilai tanah 12,6%. Dalam penelitian ini dilakukan buffering dan pemberian skor sesuai Tabel III.4 berikut. Tabel III.4 Jarak dan Buffer Jarak dari Relokasi Infrastruktur Jarak Kenaikan Nilai terstandardisasi 0 m 137,8 % 137,8% / 137,8% = 1, >0 s.d 755 m 125,2 % 125,2% / 137,8% = 0, s.d 1918 m 112,6 % 112,6% / 137,8% = 0, > 1918 m 100 % 100,0% / 137,8% = 0, Nilai bobot masing-masing kriteria penentu nilai tanah disintesiskan/dipadukan dengan nilai skor tiap bidang tanah akan dihasilkan nilai tingkat kualitas bidang tanah/lahan pada masing-masing kriteria per bidang tanah. Contoh perhitungan penentuan nilai tingkat kualitas lahan sebagaimana dilampirkan pada Lampiran L. III.5.6 Pemodelan Regresi Berganda dan Pengujian Model Nilai tingkat kualitas bidang tanah/lahan yang telah dihasilkan dalam proses di atas berfungsi sebagai variabel independen. Sedangkan data harga transaksi jual beli tanah setelah dilakukan penyesuaian terhadap waktu dan jenis data sebagai variabel dependen. Berdasarkan relasi data tabel, maka dapat dicari bidang tanah yang sekaligus memuat informasi tingkat kualitas bidang tanah dan informasi harga transaksi. Selanjutnya bidang-bidang tanah yang terdapat informasi tingkat kualitas bidang tanah dan informasi harga transaksi dilakukan pemodelan dengan regresi berganda dengan menerapkan empat bentuk model fungsional regresi, yaitu model linier (lin-lin), semilog (lin-log), semilog (log-lin) dan logaritma (loglog).
17 50 Untuk memilih model terbaik dari empat alternatif model yang akan digunakan dalam mengestimasi nilai tanah di wilayah penelitian dilakukan analisis regresi dengan menggunakan beberapa pengujian, yaitu uji kriteria ekonomi, uji kriteria statistik dan uji kriteria asumsi klasik (uji kriteria ekonometrik), sehingga diperoleh model yang terbaik. Setelah dianalisis diperoleh model terbaik yaitu model logaritma (log-log) dengan bentuk persamaan model: Ln Y = 15, ,6925LnX 1 + 0,2516LnX 2 + 0,0887LnX 3 + 0,1171LnX 4 + 1,4569LnX 5 Ln Y : logaritma natural prediksi nilai bidang tanah Ln X : logaritma natural tingkat kualitas bidang tanah Dengan berdasar bentuk persamaan model yang telah dihasilkan, maka prediksi nilai tanah tiap bidang tanah untuk semua bidang tanah dapat dihitung. Hasil akhir Peta Nilai Tanah hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.6. Sebagai bahan perbandingan disajikan Peta Nilai Tanah hasil analisis petugas penilai Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dapat dilihat pada Lampiran M.
terdapat gabungan antara ilmu pengetahuan dan unsur seni (art) dalam mengestimasi nilai dari suatu properti.
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dengan semakin pentingnya penentuan nilai tanah secara massal untuk berbagai tujuan menyebabkan peran penilaian properti diperlukan. Dalam hubungannya dengan lokasi
Lebih terperinciIV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria IV.2 Analisis Regresi
52 Bab IV Analisis IV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai Chi Kuadrat hitung sebesar 128,5865 (lihat Lampiran N), sedangkan Chi Kuadrat tabel dengan α =
Lebih terperinciBAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo
BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB III APLIKASI METODE GWR
BAB III APLIKASI METODE GWR Dalam penelitian ini dilakukan penilaian tanah pada studi kasus yaitu wilayah Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. Posisi Kecamatan Lengkong di Kota Bandung dapat dilihat pada
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang :
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar
Lebih terperinciBAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester
Lebih terperinciBAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING
BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan
Lebih terperinciPENENTUAN NILAI TANAH DENGAN ANALISIS SPASIAL, AHP DAN REGRESI DI SEKITAR WILAYAH BENCANA BANJIR LUMPUR KABUPATEN SIDOARJO TESIS
PENENTUAN NILAI TANAH DENGAN ANALISIS SPASIAL, AHP DAN REGRESI DI SEKITAR WILAYAH BENCANA BANJIR LUMPUR KABUPATEN SIDOARJO TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan
Lebih terperinciPERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011
PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011 OLEH: AULIA MUSTIKA AKBARI 3507 100 016 DOSEN PEMBIMBING: DR.ING. IR. TEGUH HARIYANTO, MSC. TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.
16 BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Kota Saumlaki, terletak di Propinsi Maluku, Indonesia. Saumlaki dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupeten Maluku Tenggara, yang kemudian melalui pemekaran
Lebih terperinciBAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan
35 BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Tahapan Pelaksanaan Secara khusus tahapan pelaksanaan pembuatan Peta Lahan Investasi ini dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini : Persiapan Administrasi Situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah penting karena peristiwa keluarnya gas dan lumpur panas dari dalam tanah dengan suhu 100 C yang
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus: Daerah Industri di Surabaya)
A744 Analisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus: Daerah Industri di Surabaya) Heri Yuli Safitri, Yanto Budisusanto, Udiana Wahyu, Andy Dediyono
Lebih terperinciPRAKTIKUM-2 PENGENALAN ARCVIEW
PRAKTIKUM-2 PENGENALAN ARCVIEW Tujuan: - Mahasiswa dapat mengenal software Arcview beserta menu-menu yang terdapat di dalamnya - Mahasiswa dapat mengoperasikan software Arcview Pendahuluan Software ArcView
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Lokasi Kota Probolinggo (Sumber : )
BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Probolinggo merupakan salah satu kota yang terletak di Propinsi Jawa Timur, dimana posisinya berada pada 7º 43 41-7º 49 04 Lintang Selatan dan 113º
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
2012 2013 2014 2012 2013 2014 I Program Penanggulangan 1.263,3 1.433,5 1.493,3 1.714,3 Bencana Lumpur Sidoarjo 1 Perencanaan operasi luapan Meningkatnya kualitas penyusunan Survey Geologi 1 laporan 1 laporan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Spesifikasi sistem Informasi Geografis (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah Di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus : Daerah Industri di Surabaya)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 Analisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah Di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus : Daerah Industri
Lebih terperinciPENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email
Lebih terperinciVisualisasi Perubahan Volume Dan Elevasi Permukaan Lumpur Dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi Temporal Untuk Monitoring Lumpur Sidoarjo
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-266 Visualisasi Perubahan Volume Dan Elevasi Permukaan Lumpur Dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi Temporal Untuk Monitoring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D
SEMINAR TUGAS AKHIR Oleh: Aninda Nurry M.F (3510100010) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D PENDAHULUAN Contoh: Bagian Tengah :Danau, Waduk Contoh: Sub DAS Brantas Landsat 7 diperlukan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB
SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB Hani Nurhayati Teknik Informatika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Abstrak - Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) adalah suatu sistem informasi
Lebih terperinciPercepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Sosial Ekonomi Lumpur Lapindo
XX Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Sosial Ekonomi Lumpur Lapindo Persoalan utama dampak semburan lumpur Lapindo, Sidoarjo, adalah ganti rugi tanah dan bangunan milik ribuan warga yang terendam
Lebih terperinciSIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto
SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan
Lebih terperinciOleh: Faisal Achsan Asyari Dosen pembimbing: 1. Ir. Yuwono MT 2. Dr. Ir. M. Taufik
PENGEMBANGAN PROGRAM PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) SISTEM INFORMASI PERTANAHAN (SIP) (STUDI KASUS :DESA MOJOMULYO DAN DESA GEMPOLSARI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH) Oleh:
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN (STUDI KASUS JALAN KABUPATEN DI KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG) KETUT CHANDRA
Lebih terperinciAnalisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting
Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN HARTA BENDA WAKAF
BAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN HARTA BENDA WAKAF A. Sekilas Desa Renokenongo 1. Keadaan Geografi Desa Renokenongo termasuk dalam wilayah Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo, terletak di bagian Timur Kecamatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan
Lebih terperinciPEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG
PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG Ryan Hernawan 1),Tri Joko Wahyu Adi 2) dan Teguh Hariyanto 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari
Lebih terperinciPEMBUATAN MODEL SISTEM INFORMASI PROSEDUR DAN BIAYA PENDAFTARAN SERTIFIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SIDOARJO
PEMBUATAN MODEL SISTEM INFORMASI PROSEDUR DAN BIAYA PENDAFTARAN SERTIFIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus : Desa Krembung Kecamatan Krembung) Surya Kurniawan, Chatarina Nurdjati
Lebih terperinciAninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,
KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHA N KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciStandar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial
Lebih terperinciPerubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA)
Lampiran 1. Ringkasan ilmiah Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA) Januar Jody Ferdiansyah
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian
24 Bab III Pelaksanaan Penelitian Secara garis besar, bab ini akan menjelaskan uraian pelaksanaan penelitian. Tahap kegiatan pada pelaksanaan penelitian ini meliputi empat tahap utama antara lain persiapan,
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BENCANA LUMPUR LAPINDO SIDOARJO MENGGUNAKAN J2ME
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BENCANA LUMPUR LAPINDO SIDOARJO MENGGUNAKAN J2ME Pramadhi Dharma 1, Arna Fariza,S.Kom,M.Kom 2,Rizki Yuniar Haqqun,S.Kom 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1, Dosen
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Lebih terperinci1 of 11 7/26/17, 12:19 AM
1 of 11 7/26/17, 12:19 AM KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENILAIAN UNTUK PENENTUAN NILAI JUAL
Lebih terperinciNUR MARTIA
SIDANG TUGAS AKHIR Studi Sistem Informasi Geografis Kawasan Longsor Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat NUR MARTIA 3507100431 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Provinsi Sumatera Barat berada di antara
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi
Lebih terperinci( studi tentang penanganan Ganti Rugi Warga Desa Renokenongo )
DAMPAK SOSIAL BENCANA LUMPUR LAPINDO DAN PENANGANANNYA DI DESA RENOKENONGO ( studi tentang penanganan Ganti Rugi Warga Desa Renokenongo ) SKRIPSI Oleh : CISILIA ANDRIANI 0641010010 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor
Lebih terperinciC. Prosedur Pelaksanaan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan
10 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelititan Kegiatan penelitian ini dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Pengolahan citra digital dan analisis data statistik dilakukan di Bagian Perencanaan
Lebih terperinciProgram Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING AREA SAWAH DENGAN DATA MULTITEMPORAL (Studi Kasus : Area Sawah Kabupaten Sidoarjo) Oleh : Muharram Arifin Noer 1, Hepi Hapsari
Lebih terperinciLatar Belakang. Perikanan merupakan salah satu Sector unggulan di Sidoarjo.
Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu Sector unggulan di Sidoarjo. Terdapat penurunan produktivitas di hampir 4 kecamatan, kecamatan porong dengan penurunan jumlah produksi tertinggi yaitu sebesar
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI TAHUN :...
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PBB... Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-25/PJ.6/1999 Tanggal : 23 April 1999 SURAT PEMBERITAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banjir lumpur panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir lumpur panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:
13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIDOARJO (Sebelum dan Sesudah Terjadi Semburan Lumpur Lapindo) SKRIPSI
ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIDOARJO (Sebelum dan Sesudah Terjadi Semburan Lumpur Lapindo) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kawasan agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisis data dilakukan
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian
20 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Gambaran umum wilayah penelitian Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak di antara 107 0 32 38.91 Bujur Timur dan 6 0 55
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;
28 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; III.1.1 Bahan penelitian 1. Citra Ikonos tipe Geo pansharpened wilayah perkebunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana ekologis nasional lumpur panas yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur dimulai pada tanggal 28 Mei 2006, saat gas beracun dan lumpur
Lebih terperinciKata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah.
Analisis Perubahan Zona Nilai Tanah Akibat Perubahan Penggunaan Lahan Di Kota Denpasar Tahun 2007 Dan 2011. Antonius G Simamora 1) Ir. Sawitri, M.Si 2) Ir. Hani ah 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas
Lebih terperinciBab I Pengenalan ArcGIS Desktop
Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab ini akan membahas tentang: - Pengenalan ArcGIS Desktop - Pembuatan project pada ArcMap - Penambahan layer pada ArcMap 1.1 Sekilas tentang ArcGIS Desktop ArcGIS Desktop
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. I.1 Latar belakang
1 Bab I. Pendahuluan I.1 Latar belakang Model penilaian atas bangunan bertingkat yang digunakan dalam menentukan Nilai Jual Objek Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) masih menggunakan metode biaya.
Lebih terperinciSistem Basis data Spasial dengan Software GIS Nafizah PRAKTIKUM
PRAKTIKUM PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN Sistem Basis data Spasial dengan Software GIS Studi Kasus Pada pembuatan basis data spasial terdapat beberapa kondisi yang telah ditentukan dan dibuat
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Sugianto 1, Arif Basofi 2, Nana Ramadijanti 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan pembangunan sebagai wujud dari pertumbuhan dan
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan sebagai wujud dari pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah selalu berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan lahan. Kebutuhan akan lahan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. a. Spesifikasi perangkat keras minimum: 3. Harddisk dengan kapasitas 4, 3 GB
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi 4.1.1. Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang dibutuhkan untuk mengoperasikan program SIG ini adalah: a. Spesifikasi perangkat keras minimum:
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia
Lebih terperinciINFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN
INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut
Lebih terperinciSistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang
Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi
Lebih terperinciGambar 2. Peta Batas DAS Cimadur
11 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian DAS, Banten merupakan wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian (Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh
Lebih terperinciDI SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PENYUSUNAN BASIS DATA INFRASTRUKTUR PENANGGULANGAN BANJIR DI SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ADITYA ROMADHONA, TEGUH HARYANTO Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Ada beberapa pengertian dari sistem informasi geografis, diantaranya yaitu: a) Purwadhi (1994) dalam
Lebih terperinciTujuan. Data dan SIG. Arna fariza. Mengerti data dan informasi Mengerti tentang sistem informasi geografis 3/8/2016
Data dan SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti data dan informasi Mengerti tentang sistem informasi geografis 1 Materi Data dan Informasi Sistem Informasi Geografis Data
Lebih terperinciKEBERLANJUTAN LIVELIHOOD ASSET PADA KAWASAN TERDAMPAK BENCANA LUMPUR SIDOARJO ABSTRAK
KEBERLANJUTAN LIVELIHOOD ASSET PADA KAWASAN TERDAMPAK BENCANA LUMPUR SIDOARJO Dian Dinanti, Wawargita Permata, Ar Rahman Taufiq Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN
16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR INVENTARISASI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SEMINAR TUGAS AKHIR INVENTARISASI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Galih Suma Telada 3505 100 027 1. Latar Belakang PENDAHULUAN Jawa Timur merupakan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pendataan dengan menggunakan Sistem Manajemen dan Informasi Objek Pajak dilaksanakan mulai tahun 1993 sampai dengan saat ini. Dengan sistem ini pendataan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bahwa bumi dan air
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW Created by : Adeline Narwastu, Eri Prasetyo Sistem Informasi / Universitas Gunadarma Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Basis data memegang peranan yang sangat penting bagi suatu institusi baik institusi pemerintah maupun swasta. Pemrosesan basis data menjadi perangkat andalan yang kehadirannya
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2014
Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya Marantika, Sawitri Subiyanto, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu
i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 2 Latar Belakang... 2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan... 4 1.4 Rumusan Masalah... 4 1.5 Keluaran... 4 TENTANG WebSIGIT... 5 Fungsi dan Manfaat... 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme"
BAB I PENDAHULUAN I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme" I.2 Esensi Judul I.2.1 Permukiman Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian
20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011
Lebih terperinciBAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Kerentanan 3.1.1 Kerentanan wilayah Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dilakukan berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 Peta
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN SISTEM
BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Perancangan Sistem Perancangan aplikasi ini dibangun bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam mendapatkan informasi mengenai komplek perumahan baru, serta mempermudah pengembang
Lebih terperinciZONASI SEBARAN PENCEMARAN AIR BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT DI KAWASAN BENCANA LUMPUR KABUPATEN SIDOARJO. Abstrak
Moch. Shofwan dan Farida Nur Aini: Zonasi Sebaran Pencemaran Air Berbasis Persepsi Masyarakat di ZONASI SEBARAN PENCEMARAN AIR BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT DI KAWASAN BENCANA LUMPUR KABUPATEN SIDOARJO
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Adapun tahapan penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian tugas akhir ini dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data, analisa, perancangan,
Lebih terperinciMODUL 4 MENGHUBUNGKAN DATABASE DENGAN PETA
MODUL 4 MENGHUBUNGKAN DATABASE DENGAN PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan dapat memahami cara menggunakan database untuk memasukkan data atribut peta. - Praktikan mampu melakukan pengolahan data menggunakan
Lebih terperinci