Bab III Pelaksanaan Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III Pelaksanaan Penelitian"

Transkripsi

1 24 Bab III Pelaksanaan Penelitian Secara garis besar, bab ini akan menjelaskan uraian pelaksanaan penelitian. Tahap kegiatan pada pelaksanaan penelitian ini meliputi empat tahap utama antara lain persiapan, pengumpulan data, pengolahan data dan pemodelan. Diagram alir pelaksanaan penelitian seperti pada gambar III.1 sebagai berikut : -Studi Literatur - Penentuan Wilayah Kajian - Pembatasan Masalah Persiapan Pengumpulan Data Jumlah Penduduk Peta Penggunaan Lahan Digital T1 Peta Penggunaan Lahan Digital T2 Produksi Padi Peta Kepadatan Penduduk Overlay Peta Alih Fungsi Lahan Sawah Kurun Waktu T1 dan T2 Peta Produksi Padi Pengolahan Data Jumlah Penduduk, Produksi Padi, Luas Sawah dan Luas Alih Fungsi Lahan Sawah Kurun Waktu T1 &T2 Model Prediksi Pencadangan Kebutuhan Beras Pemodelan Analisis Penelitian Analisis Kesimpulan Kesimpulan Gambar III.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

2 25 III.1 Persiapan Tahap ini meliputi studi literatur dan penentuan lokasi penelitian. Studi literatur dilakukan terhadap buku-buku referensi yang berkaitan dengan topik penelitian serta terhadap penelitian-penelitian sejenis sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, hal ini untuk memperdalam dan memperluas wawasan serta menambah informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup topik penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah wilayah Pantai Utara Jawa Barat yang terdiri dari Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Pemilihan lokasi ini didasarkan bahwa wilayah Pantai Utara Jawa Barat merupakan sentra produksi beras dimana penggunaan lahan sawah menjadi sangat penting. Sebagian dari wilayah Pantai Utara Jawa Barat saat ini menjadi daerah penyangga bagi Ibu Kota Jakarta. Hal ini menimbulkan perekonomian di daerah tersebut berkembang sehingga kegiatan pembangunan sangat tinggi serta penggunaan lahan sawah cenderung terus mengalami alih fungsi. III.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antara lain : peta penggunaan lahan dijital dari Kantor Wilayah BPN Propinsi Jawa Barat dan Direktorat Penatagunaan Tanah BPN RI, luas areal sawah yang dihitung dari peta penggunaan lahan dijital, perkembangan produksi padi dari Dinas Pertanian Kabupaten dan jumlah penduduk dari BPS. III.2.1 Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu : a. peta administrasi dan peta penggunaan lahan dijital tahun 1998 yang diperoleh dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat dan peta penggunaan lahan dijital tahun 2006 yang diperoleh dari Direktorat Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. b. jumlah penduduk dan konsumsi beras perkapita diperoleh dari Biro Pusat Statistik Kabupaten. c. luas panen, produksi per hektar dan jumlah produksi padi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten.

3 26 III.2.2 Alat Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. seperangkat notebook Acer Aspire 4715Z dengan spesifikasi: - prosesor Intel Dual Core T2310 1,46 GHz, RAM 1024 MB, dan Harddisk berkapasitas 80 GB. - printer Canon Pixma ip1700. b. perangkat lunak (software) sebagai berikut: - ArcView GIS Microsoft Office SPSS 11.5 for Windows III.3 Pengolahan Data Berdasarkan data yang diperoleh, penyebab alih fungsi lahan sawah dibatasi yaitu jumlah penduduk dan dampak terjadinya alih fungsi lahan sawah juga dibatasi yaitu produk pangan dalam hal ini jumlah produksi padi. Gambar III.2 Diagram Alir Pengolahan Data Pada tahap ini terdapat tiga langkah pengolahan data, yaitu : pembuatan peta alih fungsi lahan sawah selama kurun waktu , pembuatan peta kepadatan penduduk tahun 1998 dan 2006, pembuatan peta produksi padi tahun 1998 dan Data yang didapat selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi.

4 27 III.3.1. Pembuatan peta alih fungsi lahan sawah Data peta administrasi dan peta penggunaan lahan dijital yang didapat berupa data spasial dan data atribut dimana kedua data tersebut telah dihubungkan. Data atribut peta adminitrasi dalam bentuk tabular yang berisi nama kecamatan dan luas wilayahnya, data spasialnya berupa peta wilayah kabupaten dengan deliniasi batas masing-masing kecamatan. Data atribut peta penggunaan lahan dalam bentuk tabular yang berisi jenis penggunaan lahan dan luas masing-masing penggunaannnya, data spasialnya berupa peta wilayah kabupaten dengan deliniasi batas masing-masing jenis penggunaan lahan. Untuk mendapatkan luas masingmasing penggunaan lahan di tiap kecamatan maka dilakukan tumpang susun (overlay) antara peta administrasi dengan peta penggunaan lahan dengan bantuan software ArcView GIS 3.3, sehingga menjadi peta penggunaan lahan yang mempunyai batas administrasi kecamatan dan data atributnya berisi nama kecamatan, jenis penggunaan lahan dan luas, seperti pada lampiran A sampai dengan lampiran J, langkah ini dilakukan untuk data tahun 1998 dan tahun Setelah didapat peta penggunaan lahan yang mempunyai batas administrasi baik untuk tahun 1998 dan 2006, kemudian dilakukan tumpang susun (overlay) antara peta penggunaan lahan tahun 1998 dengan tahun 2006 untuk masing-masing kabupaten di wilayah penelitian. Dari hasil tumpang susun (overlay) tersebut didapat peta alih fungsi lahan tahun selanjutnya dibuat turunan petanya yaitu peta alih fungsi lahan sawah tahun untuk mendapatkan alih fungsi lahan sawah dengan metode reklasisfikasi, seperti pada gambar III.3 sampai dengan III.7 sebagai berikut :

5 28 Gambar III.3 Peta Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Bekasi Untuk wilayah Kabupaten Bekasi selama kurun waktu tahun terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan lainnya. Luas wilayah Kabupaten Bekasi seluas ,77 Ha, luas sawah tahun 1998 seluas ,81 Ha atau 64,33% dari luas wilayah keseluruhan dan luas sawah tahun 2006 seluas ,83 Ha atau 57,05% dari luas wilayah keseluruhan. Perbedaan luas sawah antara tahun seluas 9.303,98 atau 11,31% dari luas sawah sebelumnya. Jenis alih fungsi lahan sawah seperti pada pada tabel III.1 sebagai berikut : 1998 Kabupaten Bekasi Tabel III.1 Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Bekasi Hutan Industri Kebun Lahan terbuka Padang 2006 Perairan Darat Permukiman/ Perkampungan Sawah Sungai Tegalan/ Ladang Jumlah Hutan 2.595, ,89 23,54 3,85-2,37 22, ,45 Industri - 371, ,53 Kawasan Industri - 363,38 482,15 0, ,43 42, , ,10 0,04 736, ,16 Kebun - 11, ,28 0,11 390,21 18, ,00 4,47 1,81 849, ,48 Lahan Terbuka - 26,61 19,59 438,84 328,07 10,08 428,52 0,82 0,27 182, ,99 Padang - - 1,33-6,41-2, ,85 Perairan Darat , ,64 161,80 0,69 36,04 254, ,19 Permukiman , ,98 Sawah - 45, ,18 0, ,01 587, , , , ,81 Sungai , ,38 Tegalan/Ladang - 1,00 138,53-91,03 7,86 424,64 0,75 4, , ,95 Jumlah 2.595,53 819, ,06 439, , , , , , , ,77

6 29 Gambar III.4 Peta Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Karawang Untuk wilayah Kabupaten Karawang selama kurun waktu tahun terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan lainnya. Luas wilayah Kabupaten Karawang seluas ,19 Ha, luas sawah tahun 1998 seluas ,20 Ha atau 59,61% dari luas wilayah keseluruhan dan luas sawah tahun 2006 seluas ,86 Ha atau 56,33% dari luas wilayah keseluruhan. Perbedaan luas sawah antara tahun seluas 6.293,34 atau 5,50% dari luas sawah sebelumnya. Jenis alih fungsi lahan sawah seperti pada tabel III.2 sebagai berikut : 1998 Kabupaten Karawang Hutan Tabel III.2 Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Karawang Industri Kebun Lahan terbuka Padang Perairan darat 2006 Perkebunan Permukiman/ Perkampungan Pertambangan Sawah Hutan 8.045,16-17, ,13 52,43-6,77-131,38-790, ,91 Industri , ,55 Kebun - 2, ,24-714,11 17,89-733,78-42,19 1, , ,49 Lahan Terbuka - 0,02 157,59 168,08 566,46 63,99-47,10-1,86 0, , ,90 Padang , ,11 0,43-33,36-51,79 0, , ,52 Perairan Darat 41,02 0,01 53,78-170, ,51-143,83-447,74 0,46 189, ,93 Perkebunan , ,04 Permukiman , ,44 Pertambangan ,95-0,04-2,99 Sawah - 1,96 898,59-922, , , ,11-993, ,20 Sungai , ,85 Tegalan/ Ladang 685,23-145, ,07 6,07-121,04-2,79 0, , ,38 Jumlah 8.771, , ,82 168, , ,07 729, ,75 2, , , , ,19 Sungai Tegalan/ Ladang Jumlah

7 30 Gambar III.5 Peta Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Subang Untuk wilayah Kabupaten Subang selama kurun waktu tahun terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan lainnya. Luas wilayah Kabupaten Subang seluas 217,314,80 Ha, luas sawah tahun 1998 seluas ,34 Ha atau 44,12% dari luas wilayah keseluruhan dan luas sawah tahun 2006 seluas ,72 Ha atau 38,02% dari luas wilayah keseluruhan. Perbedaan luas sawah antara tahun seluas ,62 atau 13,83% dari luas sawah sebelumnya. Jenis alih fungsi lahan sawah seperti pada tabel III.3 sebagai berikut : 1998 Kabupaten Subang Tabel III.3 Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Subang Hutan Industri Kebun Lahan terbuka Padang 2006 Permukiman/ Perairan Perkebunan Perkampungan Darat Sawah Sungai Tegalan/ Ladang Hutan 9.604, ,37 42, ,79 328,89-113,14 882,71 0,46 841, ,85 Industri - 795, ,35 Kebun ,61-526,85 25, ,69 8, , ,27 Padang ,31-978, ,79 402,89-441, ,05 Perairan Darat 441,75-14,09-12, ,93-59,46 222,61-34, ,74 Perkebunan ,26 404,34 0,08-0, ,79 Permukiman , ,91 Sawah - 2, , ,45 363, , , , ,34 Sungai , ,45 Tegalan/ Ladang - 0, , ,60 59, ,47 7, , ,05 Jumlah ,68 798, ,45 42, , , , , , , , ,80 Jumlah

8 31 Gambar III.6 Peta Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Indramayu Untuk wilayah Kabupaten Indramayu selama kurun waktu tahun terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan lainnya. Luas wilayah Kabupaten Indramayu seluas ,35 Ha, luas sawah tahun 1998 seluas ,54 Ha atau 66,57% dari luas wilayah keseluruhan dan luas sawah tahun 2006 seluas ,20 Ha atau 57,87% dari luas wilayah keseluruhan. Perbedaan luas sawah antara tahun seluas ,34 atau 13,07% dari luas sawah sebelumnya. Jenis alih fungsi lahan sawah seperti pada tabel III.4 sebagai berikut : 1998 Kabupaten Indramayu Tabel III.4 Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Indramayu Hutan Industri Kebun Lahan terbuka Padang 2006 Permukiman/ Perairan Perkebunan Perkampungan Darat Sawah Sungai Tegalan/ Ladang Hutan , ,06-722,28 221,84-149,02 226, , ,58 Industri - 340, ,44 Kebun ,07-52,92 26,88-239,65 0,05-256, ,71 Padang ,49-91,81 188,73-15,09 0,02-194,08 500,23 Perairan Darat 122,01 2,89 129,31 0,66 116, ,66-227,27 14,00 0,19 673, ,27 Perkebunan , ,02 Permukiman ,81-0, ,05 Sawah - 0, ,98-916, , , , , ,54 Sungai , ,42 Tegalan/ Ladang ,77-122,98 59,40-69, , ,08 Jumlah ,38 343, ,68 0, , , , , , , , ,35 Jumlah

9 32 Gambar III.7 Peta Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Cirebon Untuk wilayah Kabupaten Cirebon selama kurun waktu tahun terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan lainnya. Luas wilayah Kabupaten Indramayu seluas ,00 Ha, luas sawah tahun 1998 seluas ,35 Ha atau 65,18% dari luas wilayah keseluruhan dan luas sawah tahun 2006 seluas ,91 Ha atau 46,42% dari luas wilayah keseluruhan. Perbedaan luas sawah antara tahun seluas ,44 atau 28,78% dari luas sawah sebelumnya. Jenis alih fungsi lahan sawah seperti pada tabel III.5 sebagai berikut : 1998 Kabupaten Cirebon Tabel III.5 Alih Fungsi Lahan Sawah Kabupaten Cirebon Hutan Industri Kebun Lahan terbuka Padang 2006 Perairan Darat Permukiman/ Perkampungan Sawah Sungai Tegalan/ Ladang Jumlah Hutan 274, , ,17 2,74 107,54 244,95 10, , ,54 Industri - 512, ,64 Kebun 1, ,30-372,10 13, , ,71-493, ,01 Lahan terbuka - - 0,88 50,52 131,48 0,88-1,53-53,51 238,80 Padang ,69 19,17 523,00 15,11 40,84 104,68-39,89 959,37 Perairan Darat ,93-158, ,12 68, ,06-31, ,61 Permukiman - 7, , ,75 Sawah - 24, ,92 15, ,00 632, , , , ,35 Sungai , ,33 Tegalan/ Ladang ,59-294,29 18,25 316, ,49-748, ,59 Jumlah 275,10 544, ,73 85, , , , , , , ,00

10 33 III.3.2 Pembuatan peta kepadatan penduduk Peta administrasi yang data atributnya berisi nama kecamatan dan luas wilayah ditambahkan dua kolom baru yaitu jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang diisikan secara manual. Hasilnya berupa peta jumlah penduduk seperti pada gambar III.8 sampai dengan III.17 sebagai berikut : Gambar III.8 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 1998 Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi untuk tahun 1998 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Tambun sebanyak jiwa atau sebesar 15,41% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak jiwa/km 2 dan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Muaragembong sebanyak jiwa atau 1,88% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak 228 jiwa/km 2.

11 34 Gambar III.9 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 2006 Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi untuk tahun 2006 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Tambun Selatan sebanyak jiwa atau sebesar 16,83% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak jiwa/km 2 dan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Bojongmangu sebanyak jiwa atau 1,20% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak 274 jiwa/km 2.

12 35 Gambar III.10 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 1998 Jumlah penduduk Kabupaten Karawang untuk tahun 1998 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Rengasdengklok sebanyak jiwa atau sebesar 12,12% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak jiwa/km 2 dan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Pakisjaya sebanyak jiwa atau 1,92% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak 372 jiwa/km 2.

13 36 Gambar III.11 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2006 Jumlah penduduk Kabupaten Karawang untuk tahun 2006 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Karawang Barat sebanyak jiwa atau sebesar 7,36% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak 3775 jiwa/km 2 dan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Ciampel sebanyak jiwa atau 1,71% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak 296 jiwa/km 2.

14 37 Gambar III.12 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Subang Tahun 1998 Jumlah penduduk Kabupaten Subang untuk tahun 1998 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Subang sebanyak jiwa atau sebesar 8,73% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak jiwa/km 2 dan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Cibogo sebanyak jiwa atau 1,89% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak 338 jiwa/km 2.

15 38 Gambar III.13 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Subang Tahun 2006 Jumlah penduduk Kabupaten Subang untuk tahun 2006 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Subang sebanyak jiwa atau sebesar 8,63% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak jiwa/km 2 dan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Legon Kulon sebanyak jiwa atau 1,97% dari jumlah keseluruhan dengan kepadatan penduduk sebanyak 249 jiwa/km 2.

16 39 Gambar III.14 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 1998 Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu untuk tahun 1998 sebanyak jiwa dengan penduduk terpadat di Kecamatan Karangampel yaitu sebanyak jiwa/km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa atau sebesar 6,46% dari jumlah keseluruhan dan penduduk yang tidak padat terdapat di Kecamatan Cikedung yaitu sebanyak 277 jiwa/km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa atau 5,57% dari jumlah keseluruhan.

17 40 Gambar III.15 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 2006 Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu untuk tahun 2006 sebanyak jiwa dengan penduduk terpadat di Kecamatan Indramayu yaitu sebanyak jiwa/km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa atau sebesar 5,95% dari jumlah keseluruhan dan penduduk yang tidak padat terdapat di Kecamatan Cikedung yaitu sebanyak 149 jiwa/km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa atau 2,28% dari jumlah keseluruhan.

18 41 Gambar III.16 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Cirebon Tahun 1998 Jumlah penduduk Kabupaten Cirebon untuk tahun 1998 sebanyak jiwa dengan penduduk terpadat terdapat di Kecamatan Weru yaitu sebanyak jiwa/km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa atau sebesar 6,46% dari jumlah keseluruhan dan penduduk yang tidak terlalu padat terdapat di Kecamatan Kapetakan yaitu sebanyak 903 jiwa/km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa atau 5,10% dari jumlah keseluruhan.

19 42 Gambar III.17 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Cirebon Tahun 2006 Jumlah penduduk Kabupaten Cirebon untuk tahun 2006 sebanyak jiwa dengan penduduk terpadat terdapat di Kecamatan Weru yaitu sebanyak jiwa/km 2 dengan jumlah sebanyak jiwa atau sebesar 2,84% dari jumlah keseluruhan dan penduduk yang tidak terlalu padat terdapat di Kecamatan Pasaleman yaitu sebanyak 524 jiwa/km 2 dengan jumlah sebanyak jiwa atau 1,27% dari jumlah keseluruhan. III.3.3 Pembuatan peta produksi padi Dari peta administrasi yang data atributnya berisi nama kecamatan dan luas wilayah ditambahkan satu kolom baru yaitu produksi padi yang diisikan secara manual. Hasilnya berupa peta produksi padi seperti pada gambar III.18 sampai dengan III.27 sebagai berikut :

20 43 Gambar III.18 Peta Produksi Padi Kabupaten Bekasi Tahun 1998 Jumlah produksi padi Kabupaten Bekasi untuk tahun 1998 sebanyak ton, dengan jumlah produksi padi terbanyak di Kecamatan Tambelang sebanyak ton atau 14,57% dari jumlah produksi padi keseluruhan, dan jumlah produksi padi terkecil di Kecamatan Muaragembong sebanyak ton atau 2,31% dari jumlah produksi padi keseluruhan.

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun 58 Bab IV Analisis Hasil Penelitian Secara umum, bab ini akan mengkaji mengenai alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan non sawah di wilayah Pantai Utara jawa Barat. Kemudian hubungan antara jumlah

Lebih terperinci

Gambar III.19 Peta Produksi Padi Kabupaten Bekasi Tahun 2006

Gambar III.19 Peta Produksi Padi Kabupaten Bekasi Tahun 2006 44 Gambar III.19 Peta Produksi Padi Kabupaten Bekasi Tahun 2006 Jumlah produksi padi Kabupaten Bekasi untuk tahun 2006 sebanyak 551.479 ton, dengan jumlah produksi padi terbanyak di Kecamatan Pebayuran

Lebih terperinci

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi 1 Robbinov Dwi Ardi, 2 Ina Helena Agustina 1,2 Prodi Perencanaan

Lebih terperinci

NUR MARTIA

NUR MARTIA SIDANG TUGAS AKHIR Studi Sistem Informasi Geografis Kawasan Longsor Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat NUR MARTIA 3507100431 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Provinsi Sumatera Barat berada di antara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kab. Siak seluas 4.675 Ha (lahan sawah produktif) dan Cadangan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 Prenita Septa Rianelly 1, Teguh Hariyanto 1, Inggit Lolita Sari 2 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Setiap obyek yang terdapat dalam citra memiliki kenampakan karakteristik yang khas sehingga obyek-obyek tersebut dapat diinterpretasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pencaharian penduduk Propinsi D. I. Yogyakarta sebagian besar terletak pada sektor agraris. Contoh sektor agraris adalah pertanian, perikanan ataupun perkebunan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III.

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III. Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III.1 berikut ini : Gambar III.1. Diagram alir penelitian III.1. Gambaran

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang penjualan alat elektronik seperti Computer, Notebook, Tablet, Camera, Projector, Printer dan Accesories Computer.

BAB I PENDAHULUAN. dibidang penjualan alat elektronik seperti Computer, Notebook, Tablet, Camera, Projector, Printer dan Accesories Computer. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istana Disc Computer merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penjualan alat elektronik seperti Computer, Notebook, Tablet, Camera, Projector, Printer dan Accesories

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses Alur Penelitian Proses metodologi penelitian ini adalah merupakan langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari proses pengumpulan data hingga pembuatan

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menonjol sekaligus menjadi simbol provinsi Gorontalo adalah. program tanaman pangan jagung yang telah menjangkau pasar

BAB I PENDAHULUAN. menonjol sekaligus menjadi simbol provinsi Gorontalo adalah. program tanaman pangan jagung yang telah menjangkau pasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program agropolitan merupakan program unggulan provinsi Gorontalo yang telah mendapatkan sambutan serta apresiasi dari berbagai pihak. Salah satu program pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS ASPEK PENGENDALIAN

BAB V ANALISIS ASPEK PENGENDALIAN 5-1 BAB V ANALISIS ASPEK PENGENDALIAN Dalam RTRW Propinsi Jawa Barat salah satu substansi pokok dalam rencana pola pemanfaatan ruang adalah mempertahankan keberadaan sawah teknis. Seperti yang telah diketahui

Lebih terperinci

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem BAB 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem Pada tahap ini, metode penelitian yang digunakan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap penyusunan data awal, tahap desain dan arsitektural

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii BAB 1 BAB 2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Perumusan Masalah... 1-3 1.2.1 Permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN Oleh : Ir. Iwan Isa, M.Sc Direktur Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional PENGANTAR Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan bangsa

Lebih terperinci

BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA

BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA 6-1 BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA Kecenderungan dan pola spasial alih fungsi lahan sawah yang telah terjadi

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip April 2016 ANALISIS PENGUASAAN PEMILIKAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) BERBASIS BIDANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus : Kelurahan ) Benning Hafidah Kadina; Sawitri Subiyanto; Abdi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi V. GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi Secara geografis letak Kabupaten Bekasi berada pada posisi 6 10 53-6 30 6 Lintang Selatan dan 160 48 28-107 27 29 Bujur Timur.Wilayah Kabupaten Bekasi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK EVALUASI KEPADATAN LALU LINTAS JALAN ARTERI PRIMER DAN ARTERI SEKUNDER DI KOTA SURABAYA

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK EVALUASI KEPADATAN LALU LINTAS JALAN ARTERI PRIMER DAN ARTERI SEKUNDER DI KOTA SURABAYA APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK EVALUASI KEPADATAN LALU LINTAS JALAN ARTERI PRIMER DAN ARTERI SEKUNDER DI KOTA SURABAYA ARHIYAH RUBIYANTI 3506 100 026 TUGAS AKHIR RG 091536 Arhiyah Rubiyanti

Lebih terperinci

Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998

Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998 105 Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998 No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Sawah (Ha) 1998 Jumlah Produksi Padi (Ton) KAB. BEKASI 1 Babelan 98.136 4.751,57

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM. 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun )

III. GAMBARAN UMUM. 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun ) III. GAMBARAN UMUM 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi 2011-2031 (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2011-2031) Berdasarkan Perpres No 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang terdiri dari 16 desa diantaranya Lembang, Jayagiri, Kayuambon, Wangunsari, Gudangkahuripan,

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan 35 BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Tahapan Pelaksanaan Secara khusus tahapan pelaksanaan pembuatan Peta Lahan Investasi ini dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini : Persiapan Administrasi Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2015 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata logistik yang berasal dari bahasa Yunani logos atau Bahasa Perancis

BAB I PENDAHULUAN. Kata logistik yang berasal dari bahasa Yunani logos atau Bahasa Perancis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata logistik yang berasal dari bahasa Yunani logos atau Bahasa Perancis loger memiliki makna manajemen aliran benda dari titik asal ke titik konsumsi dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Wilayah Penelitian Wilayah penelitian ini berada di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Kecamatan Tembalang terbagi dalam 12 kelurahan, yakni Kelurahan Tembalang, Kramas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan dan pengembangan suatu kota berjalan sangat cepat, sehingga apabila proses ini tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan hidup dikhawatirkan akan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

APLIKASI PERPUSTAKAAN PADA SMA NEGERI 3 BREBES. Abstrak

APLIKASI PERPUSTAKAAN PADA SMA NEGERI 3 BREBES. Abstrak APLIKASI PERPUSTAKAAN PADA SMA NEGERI 3 BREBES Denny Fauzi 1, Rais 2, Eko Budihartono 2, Mc Chambali 3 DIII Teknik Komputer Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 9 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 Abstrak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI DI KABUPATEN BEKASI TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN DAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI DI KABUPATEN BEKASI TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN DAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI DI KABUPATEN BEKASI TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN DAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK Oleh : Djakaria M.Nur *) Abstrak Wilayah kabupaten Bekasi yang letaknya berbatasan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi sangat dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan individu, kelompok maupun instansi dalam menyelesaikan masalah. Begitu juga pada Kantor Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DIKAITKAN DENGAN KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS WILAYAH PANTAI UTARA JAWA BARAT) TESIS YOGA MUNAWAR NIM :

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DIKAITKAN DENGAN KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS WILAYAH PANTAI UTARA JAWA BARAT) TESIS YOGA MUNAWAR NIM : ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DIKAITKAN DENGAN KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS WILAYAH PANTAI UTARA JAWA BARAT) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Bekasi Secara administratif Kabupaten Bekasi termasuk salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini mendorong pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional secara langsung

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan. Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Bab V Kesimpulan. Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 79 Bab V Kesimpulan Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Selama kurun waktu tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 di wilayah kajian alih fungsi lahan sawah yang terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kelangsungan hidup manusia adalah tanah atau lahan. Pengertian tanah menurut Sumaryo

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA OLEH : DR. M LUTHFUL HAKIM PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Kondisi Kritis Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.

Lebih terperinci

IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2005. Pengambilan data sekunder dilakukan pada instansi-instansi yang terkait, yaitu : Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya Marantika, Sawitri Subiyanto, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah dengan lokasi penelitian mencakup Provinsi Jawa Barat. Provinsi ini terletak pada koordinat 104 48 00 BT

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Sugianto 1, Arif Basofi 2, Nana Ramadijanti 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III). KATA PENGANTAR Kegiatan SL-PTT merupakan fokus utama program yang dilaksanakan dalam upaya mendorong terjadinya peningkatan produktivitas padi. Kegiatan ini dilaksanakan secara serempak secara nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA ).

DAFTAR PUSTAKA ). 81 DAFTAR PUSTAKA Akbar, Arif R.M. (2002), Model Simulasi Penyediaan Kebutuhan Beras Nasional, http://www.tumotou.net (down load tanggal l7-01-2008). Barlowe, Raleigh (1986), Land Resource Economics, 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan pertanian di Indonesia memiliki tujuan yang penting

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; 28 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; III.1.1 Bahan penelitian 1. Citra Ikonos tipe Geo pansharpened wilayah perkebunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian dalam arti luas meliputi pembangunan di sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan

Lebih terperinci