SINTESIS STYRENE MENJADI POLYSTYRENE DENGAN METODE POLIMERISASI SUSPENSI
|
|
- Veronika Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SINTESIS STYRENE MENJADI POLYSTYRENE DENGAN METODE POLIMERISASI SUSPENSI Natalia Suseno, Niken Ariestanti, Widya Devi P., Imelda Santoso Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya Abstract : Such polymer products as plastic, fiber, and elastomer, can be found in daily life of human being in terms of various needs. Realizing the importance of synthetic polymer roles especially plastics, there are many studies have been conducted to study how to make the polymer. The study is aimed to do a sintesa styrene using polymerization suspension and is expected to gain polystyrene that can be used as main material of producing plastics or can be made into Styrofoam. The study results in two optimum conditions based on the measures using surface response method. First is constrained by crystal size ( 2 mm). Optimum condition is gained on monomer concentration of N and on polymerization time of 4 hours. While the second optimum condition is not limited by the crystal size and gained on 4 hours polymerization time. Keywords : styrene, polystyrene, yield PENDAHULUAN TINJAUAN TEORI Dewasa ini perkembangan industri polimer semakin pesat. Ditinjau dari segi manfaat, polimer banyak dijumpai dalam kehidupan sehari hari, seperti plastik, karet, lem dan serat. Menyadari pentingnya peranan polimer sintetik khususnya untuk bahan plastik, maka banyak penelitian yang dilakukan berhubungan dengan pembuatan bahan tersebut. Proses polimerisasi adalah proses pembentukan polimer (makromolekul) dari pengulangan satuan-satuan sederhana monomernya. Proses polimerisasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain temperatur reaksi, jenis dan konsentrasi dari inisiator, monomer pelarut, suspending agent, waktu polimerisai, serta kecepatan pengadukan. Permasalahan yang sering timbul dalam proses polimerisasi khususnya polimerisasi secara suspensi ini adalah dalam penentuan kondisi operasi optimum yang dapat menghasilkan produk polimer dengan ukuran kristal tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesa styrene dengan cara polimerisasi suspensi dan diharapkan mendapatkan hasil (yield) yang optimum dengan ukuran kristal tertentu. Selain itu dipelajari pengaruh konsentrai monomer, suhu, dan waktu terhadap yield dan ukuran kristal yang terbentuk. Untuk menentukan kondisi operasi yang optimum digunakan metode statistik. Polimerisasi Suspensi Polimerisasi heterogen dipelopori dengan penemuan polimerisasi emulsi. Selanjutnya berkembang menjadi polimerisasi suspensi. Polimerisasi suspensi dikembangkan di USA selama perang dunia kedua pada pabrik karet sintetik. Setelah perang dunia kedua, Harkin mempelopori penelitian tentang mekanisme polimerisasi emulsi dan pengukuran dilakukan oleh Smith-Ewart, Polimerisasi suspensi adalah salah satu dari sejumlah proses dimana berbagai zat organik tak jenuh dapat dipolimerisasi. Polimerisasi suspensi membutuhkan empat bahan dasar yaitu monomer, medium disperse, suspending agent dan inisiator. Jika zat-zat tersebut dicampur dalam suatu tempat pada range suhu tertentu maka akan terbentuk suspensi dari butiran monomer dalam medium disperse yang kontinyu. (KirkOthmer, 1983) Pada dasarnya proses polimerisasi suspensi sama dengan proses polimerisasi emulsi dan polimerisasi dispersi. Perbedaan penting antara polimerisasi suspensi, emulsi dan dispersi yaitu pada pembentukan partikel polimer dan ukuran polimer. Pada suspensi pembentukan partikel terjadi dalam fasa monomer dan menghasilkan ukuran partikel dengan diameter µ m. Pada emulsi pembentukan polimer terjadi pada fasa air (medium), kelarutan inisiator dalam air lebih besar daripada 8
2 Sintesis Styrene, Suseno, Ariestanti, Devi P., Santoso dalam monomer, menghasilkan partikel dengan ukuran diameter 0,05-5 µm dan produk akhir berupa lateks. Pada polimerisasi dispersi pembentukan polimer sama dengan pada proses polimerisasi emulsi, bedanya partikel polimer akan segera terpisahkan bila diencerkan dengan air dan ukuran partikel yang dihasilkan lebih besar dari emulsi yaitu 0,5-10 µm. (Rodriguez, 1989) Inisiator Radikal Bebas dan Suspending Agent Beberapa jenis monomer mengalami polimerisasi oleh pemanasan tanpa hadirnya suatu inisiator radikal bebas tambahan, tetapi sebagian besar monomer memerlukan beberapa jenis inisiator. Inisiator inisiator ini dapat dikelompokkan menjadi empat tipe utama yaitu peroksida dan hiperoksida; senyawa azo; redoks; fotoinisiator. (Odian, 1970) Menurut Smith Ewart, jumlah inisiator tidak berpengaruh pada laju polimerisasi. Bila menggunakan inisiator redoks akan didapat laju polimerisasi yang tinggi dibanding dengan menggunakan inisiator yang lain. (KirkOthmer, 1983) Inisiator akan membentuk radikal aktif pada sistem dispersing agent air monomer. Inisiator akan bereaksi dengan molekul monomer yang tidak larut dalam air membentuk radikal monomer aktif. Inisiator dapat masuk ke dalam micelle dan bereaksi dengan molekul monomer membentuk radikal monomer aktif, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini : Insiator masuk ke dalam micelle kemudian kumpulan dari emulsifier akan membentuk micelle dimana monomer terperangkap di dalamnya. Emulsifier umumnya berupa sodium, atau garam potassium sulfat atau sulfat. Sedangkan suspending agent umumnya digunakan polimer alam, misalnya karbohidrat (kanji, agar agar, pectin dan gum tanaman), bahan protein (glue, gelatin), polimer sintesis (garam garam dari asam poli akrilat, poli vinil alkohol). Proses Polimerisasi Suspensi (Odian, 1970) Gambar 1. Tahapan yang terjadi selama proses polimerisasi suspensi Pada tahap pertama konsentrasi partikel naik dengan naiknya waktu dan selanjutnya konstan pada tahap kedua dan ketiga. Inti partikel terjadi pada tahap pertama dengan laju polimerisasi naik terhadap waktu dan konsentrasi partikel bertambah. Tahap pertama merupakan tahap yang terpendek diantara kedua tahap lainnya yaitu hanya 2-15% konversi. Tahap pertama dapat lebih panjang untuk laju inisiasi rendah dan perlu waktu lebih lama agar konsentrasi partikel konstan. Pada tahap kedua laju polimerisasi dapat konstan atau sedikit naik terhadap waktu. Pada tahap ini partikel polimer bertambah besar dan butiran monomer turun. Pada titik transisi dari tahap kedua ke ketiga terjadi pada konversi yang rendah pada saat itu kelarutan air dalam monomer naik dan partikel polimer yang terbentuk semakin besar. Konsentrasi partikel sama pada tahap ketiga dengan tahap kedua tetapi pada tahap ketiga terjadi penurunan konsentrasi monomer terhadap waktu. Konversi akhir didapat 100%, dimana akan terbentuk partikel polimer berbentuk bola dengan diameter nm. Pengaruh Variabel variabel proses polimerisasi Pengaruh variabel variabel proses polimerisasi seperti suhu, konsentrasi monomer dan waktu terhadap laju dan konversi reaksi dapat diketahui melalui mekanisme dan penurunan kinetika reaksi radikal bebas Reaksi untuk tiap tahap polimerisasi radikal dapat dinyatakan sebagai berikut : Tahap inisiasi kd (lambat) I 2R * (cepat) R * M RM * 9
3 Tahap propagasi RM * M RMM * RMM * M RMMM * kp M k.t ln M o RM i * M RM i 1 * Tahap terminasi Coupling/kombinasi Disproporsionasi M ln ktd RM m * RM n * RM m RM n Penentuan laju reaksi overall diperoleh pada laju yang mengendalikan reaksi paling lambat yaitu pada tahap propagasi. o. 1 x m M o k.t ln 1 x m k.t (4) dimana : E k A. exp R.T Tahap propagasi dimana : untuk polimerisasi heterogen radikal monomer dinyatakan sebagai berikut : M * (3) Dari reaksi di atas maka persamaan (3) dapat diganti menjadi berikut : ktc RM m * RM n * RM m n v p k p. M *.M dm k.dt M mol radikal N 2. A Liter massa reaksi radikal A = bilangan Avogadro = 6, mol radikal (1) Dari persamaan (2) menunjukkan bahwa laju propagasi dipengaruhi oleh konsentrasi monomer, sedangkan dari persamaan (4) menunjukkan bahwa konversi atau yield untuk orde satu dipengaruhi oleh waktu dan suhu polimerisasi. Pada polimerisasi addisi banyaknya monomer yang terkonversi menjadi polimer dapat dinyatakan dengan yield, dimana hubungan antara keduanya ditunjukkan sebagai berikut : Konversi reaksi, dimana : mol monomer Liter partikel.s kp mol monomer Liter partikel. mol radikal Liter partikel mol radikal N 2. A Liter massa reaksi M vp mol monomer Liter partikel 10 1 C C n n 1 a..x mol n Mo (5) a A : M. 1 x mol o Untuk orde satu : 1 dm. k. M v dt a R : M.x mol o dm N k p.. M dt 2. A dm N k p.. M dt 2. A C C a gram a M: mol Mo mol monomer Liter massa reaksi vp mol monomer yang bereaksi x m mol monomer awal 1 a..x mol n Mo (2) Persamaan (5) bila diubah ke dalam gram adalah sebagai berikut : untuk gram monomer yang bereaksi :
4 Sintesis Styrene, Suseno, Ariestanti, Devi P., Santoso a.x.m o a.x Mo METODE PENELITIAN (6) untuk gram polimer yang beraksi : 1 a..x.m n a.x n Mo dimana, n yield (7) Mn Mo gram po lim er yang terbentuk a.. x x gram monomer awal a. (8) Dari persamaan (6) dan (7) dapat diketahui bahwa gram monomer yang bereaksi sama dengan gram polimer yang terbentuk sehingga persamaan (8) menunjukkan bahwa yield sama dengan konversi. Prosedur Percobaan Dilarutkan styrene dengan air, dilarutkan polivinil alkohol dalam air dan dipanaskan pada suhu 80 oc, dicampurkan larutan styrene dan polivinil alcohol dengan ditambahkan sedikit benzoil peroksida, dilakukan polimerisasi pada suhu tertentu (90 oc). Penetapan suhu polimerisasi dilakukan pada percobaan pendahuluan, dipisahkan polimer yang terbentuk, pada selang waktu tertentu setelah proses polimerisasi dihentikan, dilakukan penimbangan massa polimer yang terbentuk, diukur diameter kristal yang terbentuk dengan mikrometer, diulangi langkah nomer 1-7 dengan memvariasikan waktu polimerisasi (4-6 jam) dan konsentrasi monomer awalnya (0,788 1,388 M), dilakukam perhitungan untuk mencari kondisi optimum dengan metode response surface, dikarakterisasi gugus fungsi polystyrene pada kondisi optimum dengan FTIR, dilakukan pengukuran berat molekul pada berbagai hasil polimerisasi secara random. Gambar Alat Percobaan : Menentukan setting untuk setiap faktor (2) Membuat rancangan percobaan Melakukan percobaan berdasarkan rancangan percobaan Melakukan pemodelan regresi dengan minitab Melakukan pengujian terhadap model regresi Menghitung kondisi optimum percobaan Gambar 2. Susunan Alat Percobaan Gambar 3. Prosedur Perhitungan Kondisi Optimum dengan Metode Response Surface 11
5 Pengujian Serentak Pengujian Individu Pengujian Lack of Fit Pengujian Asumsi pada Error Pengujian Identik Pengujian Independen Gambar 4. Prosedur Pengujian terhadap Model Regresi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi percobaan : Suhu Polimerisasi : 90 oc Ketinggian Pengaduk : 1/3 dari ketinggian larutan Kecepatan Putaran Pengaduk selama Pemanasan : 500 rpm Kecepatan Putaran Pengaduk selama Pendinginan : 500 rpm Volume Total Larutan : 330 ml Massa Benzoil Peroksida : 0.5 gram Massa Polivinil Alkohol : 0.5 gram Kondisi Pendinginan : mendadak, Tpendingin = 3-5 oc, t = 30 menit 12 Pengujian Distribusi Normal
6 Sintesis Styrene, Suseno, Ariestanti, Devi P., Santoso 13
7 14
8 Sintesis Styrene, Suseno, Ariestanti, Devi P., Santoso Model regresi yang didapat adalah : Y1 = 92,2876 1,0737 B + 1,532B2 Y2 = 3, ,0064 A + 0,232 A2 dimana : Y1 : yield, Y2 : diameter kristal polimer A : konsentrasi monomer B : waktu polimerisasi t (jam) Yield (%) Diameter (mm) 4 99,895 3, ,279 3, ,394 3,563 Tabel 3. Pengaruh Waktu Polimerisasi (jam) terhadap Yield dan Diameter Kristal pada Konsentrasi Monomer 1,088 M [S] (M) Yield (%) Diameter (mm) 0,788 90,707 2,276 1,088 92,279 3,446 1,388 95,481 5,488 Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Monomer (M) terhadap Yield dan Diameter Kristal pada Waktu Polimerisasi 5 jam 15
9 6 5 Dia me 4 ter (m m) ,5 0,7 0,9 1,1 1,3 1,5 Konsentrasi Monomer (M) Gambar 5. Hubungan Diameter Kristal Terhadap Konsentrasi Monomer 0.3 y = x R = viskositas y = x R = konsentrasi (%) Gambar 6. Hubungan viskositas intrinsik terhadap konsentrasi pada massa 41,1863 gram polystyrene Berat molekul dihitung sebagai berikut : Viskositas intrinsic, k.m v dimana : k = 9, dl/g; a = 0,65 Berat molekul polystyrene pada massa 41,1863 gram Dari gambar 4. diperoleh viskositas intrinsik [ ] = 0,1394 maka berat molekul polistyren : 0,1504 = 9, M v0,65 Mv = ,92 a PEMBAHASAN Dari percobaan pendahuluan diperoleh bahwa polimerisasi suspensi styrene menjadi polystyrene terjadi pada suhu 90 oc. Pada suhu di bawah 90 oc menghasilkan polystyrene dengan bentuk dan ukuran kristal yang tidak seragam, dan membutuhkan waktu polimerisasi yang lebih lama dibandingkan polimerisasi pada suhu 90 oc. Pada 16 suhu di atas 100 oc diperoleh polystyrene dengan bentuk dan ukuran kristal yang tidak seragam serta berwarna kuning keruh. Hal ini disebabkan karena pelarut (air) mendidih pada suhu 100 oc sehingga menyebabkan polystyrene yang dihasilkan mempunyai rongga. Dari penurunan model kinetika orde satu menunjukkan bahwa konsentrasi monomer awal tidak berpengaruh terhadap yield. Kecenderungan ini sesuai dengan data hasil penelitian dan juga didukung oleh hasil pengolahan data statistik. Dari tabel 3 ditunjukkan bahwa waktu polimerisasi seolah-olah berpengaruh terhadap bentuk dan ukuran kristal maupun terhadap yield, sedangkan dalam perhitungan dengan statistika menunjukkan bahwa waktu polimerisasi hanya berpengaruh pada yield saja sedangkan terhadap ukuran dan diameter kristal tidak ada pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena pada tabel 3, konsentrasi monomer dianggap
10 Sintesis Styrene, Suseno, Ariestanti, Devi P., Santoso tetap sedangkan antara konsentrasi monomer dan waktu polimerisasi saling berpengaruh sehingga tidak bisa salah satunya dianggap tetap. Dari tabel 4, menunjukkan pada waktu polimerisasi yang sama, semakin besar konsentrasi maka yield dan bentuk kristal cenderung makin besar. Hal ini bertentangan dengan hasil perhitungan dengan statistika. Sedangkan pada perhitungan dengan statistika menunjukkan bahwa konsentrasi monomer hanya berpengaruh pada ukuran dan diameter kristal saja sedangkan untuk yield tidak ada pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena pada tabel 4 waktu polimerisasi dianggap tetap sedangkan antara konsentrasi monomer dan waktu polimerisasi saling berpengaruh sehingga tidak bisa salah satunya dianggap tetap. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi monomer juga menyebabkan ukuran kristal semakin besar karena dengan bertambahnya konsentrasi monomer maka larutan akan semakin pekat sehingga membutuhkan kecepatan pengadukan yang semakin besar. Tetapi dalam penelitian ini kecepatan pengadukan ditetapkan sebesar 500 rpm sehingga ukuran kristal juga semakin besar. Dari hasil FTIR dapat diketahui bahwa produk yang dihasilkan dari penelitian adalah polystyrene karena pada panjang gelombang cm-1 dan panjang gelombang cm-1 menunjukkan karakteristik dari polystyrene (bentuk beads) Dalam penelitian ini diperoleh dua kondisi optimum berdasarkan perhitungan stastistik dengan metode response surface, yang pertama adalah kondisi optimum yang dibatasi oleh ukuran kristal ( 2 mm). Kondisi optimum ini diperoleh di sekitar konsentrasi monomer 1,034 M dan pada waktu polimerisasi 4 jam. Hal ini dikarenakan pada kondisi optimum tersebut, bentuk dan ukuran kristal seragam dan sesuai dengan polystyrene yang diproduksi di industri. Sedangkan kondisi optimum yang kedua adalah kondisi optimum yang tidak dibatasi oleh ukuran kristal. Kondisi optimum ini diperoleh pada konsentrasi monomer terbesar dalam penelitian ini, yaitu pada waktu polimerisasi tersingkat, 4 jam. Hal ini dikarenakan pada waktu polimerisasi 4 jam mempunyai yield yang terbesar 99,89%, dengan bentuk dan ukuran juga seragam tetapi ukurannya tidak sesuai dengan ukuran polystyrene yang diproduksi di industri. Kesesuaian antara pengaruh variabel proses (konsentrasi monomer dan waktu polimerisasi ) terhadap yield dibandingkan terhadap tinjauan secara teoritis melalui pendekatan kinetika adalah sebagai berikut; jika ditinjau dari pengaruh konsentrasi monomer, model ini sesuai dengan permodelan kinetika orde satu tetapi jika ditinjau dari pengaruh waktu polimerisasi model ini bertentangan. Hal ini disebabkan kemungkinan penggunaan metode untuk mendapatkan yield kurang tepat jika digunakan metode gravimetri. Pada metode gravimetri digunakan cara penimbangan massa polimer untuk mendapatkan besarnya yield, sedangkan massa polimer yang terbentuk dari hasil polimerisasi secara keseluruhan. tidak dapat diperoleh mengingat adanya sebagian polystyrene yang menempel pada pengaduk dan reaktor. Polystyrene yang terbentuk pada kondisi optimum mempunyai berat molekul pada range antara seperti ditunjukkan pada perhitungan viskositas intrinsik dari gambar 6. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini suhu polimerisasi ditentukan pada 90oC, karena pada suhu selain 90 oc bentuk dan ukuran kristal tidak seragam. 2. Waktu polimerisasi pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap bentukkristal. 3. Konsentrasi monomer awal tidak berpengaruh pada yield tetapi berpengaruh terhadap bentuk dan ukuran kristal.. 4. Dari hasil FTIR dapat diketahui bahwa produk yang dihasilkan dari penelitian adalah polystyrene karena pada panjang gelombang cm1 merupakan karakteristik polystyrene dengan gugus fungsi aromatic C-H. 5. Polimerisasi styrene juga dipengaruhi oleh kecepatan pengadukan untuk menghasilkan ukuran dan bentuk kristal yang seragam. 6. Hasil pengolahan data statistik menunjukkan bahwa : - Untuk ukuran kristal tertentu ( 2 mm) : Kondisi optimum ini diperoleh di sekitar konsentrasi monomer 1,034 N dan pada waktu polimerisasi 4 jam. - Jika tidak dilakukan pembatasan terhadap ukuran kristal kondisi optimum ini diperoleh pada waktu polimerisasi 4 jam. 7. Berat molekul dari polimer yang terbentuk adalah
11 DAFTAR NOTASI [S] = konsentrasi styrene, M.P. Stevens Kimia Polimer, Cetakan pertama. Jakarta : Pradnya Paramita. mol L A = bilangan Avogadro = 6, radikal mol radikal [ ] = viskositas intrinsik (deciliter/gram) A = konsentrasi monomer, (M) Ad = faktor tumbukan Ap = faktor tumbukan B = waktu polimerisasi, (jam) e1 = error untuk yield e2 = error untuk diameter kristal Ed = energi aktivasi reaksi individual Ep = energi aktivasi reaksi individual f = efisiensi inisiator Hpengaduk = ketinggian pengaduk, cm kd = konstanta laju inisiator dissosiasi Kec putar = kecepatan putar pengaduk, rpm kp = konstanta laju propagasi Mn : berat molekul polimer Mo : berat molekul monomer Np = jumlah partikel per unit volume fasa cair R = konstanta untuk gas T = suhu polimerisasi, oc t = waktu polimerisasi, jam Tpendingin = suhu pendinginan, oc vi = kecepatan inisiasi vp = kecepatan propagasi VTot larutan = volume total larutan, ml DAFTAR PUSTAKA B J Mc Grattan, R A Spragg and H M Wilson Perkin Elmer NEWS & REVIEW, Practical considerations for FT-IR measurements in solid phase synthesis. Beaconsfield, HP9 1QA, England, Perkin-Elmer; volume4/edition1/section1.htm Hunter, W.G Statistics for Experimenters. New York : John Willey & Sons. Kirk Othmer Encyclopedia of Chemical Technology, 3 th ed, John Willey & Sons. Mc Ketta, John J.1976.Encyclopedia of Chemical Processing and Design, vol. 18, Executive Editor, Marcel Dekker Inc. 18 Myers, R.H Response Surface Methodology, Library of Congress Catalog Card, , United States of America. Odian, G Principles of Polymerization, 2 nd ed. New York : John Willey & Sons. Rodriguez, Ferdinand Principles of Polymer System, 2 nd edition, International Student Edition. Mc Graw-Hill International Book Company. Rosen, S.L Fundamental Principles of Polymeric Materials, 2 nd edition. New York : John Willey & Sons Inc. Shi-Yow in, Chong-Shyan Chern, Tien Jung Hsu, I.Capek Emulsion Polymerization of Styrene:double emulsion effect, Journal Polymer, 42, Young, R.J., Lovel, P.A Introduction to Polymers, 2 nd edition, Chapman & Hall.
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan
Lebih terperinciPENGARUH RASIO ASAM SULFAT TERHADAP ASAM NITRAT PADA SINTESIS NITROBENZENA DALAM CSTR
PENGRUH RSIO SM SULFT TERHDP SM NITRT PD SINTESIS NITROBENZEN DLM CSTR Rudy gustriyanto 1), Lanny Sapei ), Reny Setiawan 3), Gabriella Rosaline 4) 1),),3),4) Teknik Kimia, Universitas Surabaya Jl. Raya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana
34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam
Lebih terperincikimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor
Lebih terperinciPENELITIAN PEMBUATAN POLIMETIL METAKRILAT (PMMA)
PENELITIAN PEMBUATAN POLIMETIL METAKRILAT (PMMA) Dwi Wahyuni, Sri Rukmini Dew: Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan ABSTRACT The poly methyl methacrylate (PMMA) research has been excecuted.. Methyl
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pembangunan sektor industri di Indonesia sedang mengalami peningkatan, salah satunya pada sub sektor industri kimia. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat bahwa ketergantungan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinciPEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI
PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI Endang Mastuti W. Jurusan Teknik Kimia-FakultasTeknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract: Rice husk is one of the agricultural waste containing cellulose.
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciOPTIMASI PARAMETER PENGHILANGAN SCALE PADA BAJA LEMBARAN PANAS
OPTIMASI PARAMETER PENGHILANGAN SCALE PADA BAJA LEMBARAN PANAS I. Diponegoro, Iwan, H. Ahmad, Y. Bindar Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.10,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, sistem perhubungan merupakan salah satu nadi penggerak dalam menjalani satu kehidupan yang sistematik. Salah satu sistem perhubungan
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID
PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID I. PENDAHULUAN Resin urea-formaldehid merupakan produk yang sangat penting saat ini di bidang plastik, pelapisan dan perekat. Hasil reaksi antara urea dan formaldehida
Lebih terperinciPENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu / 9 Maret 011 Kimia Polimer Waktu : 10.00-13.00 WIB Asisten : Prestiana PJP : Andriawan Subekti, S.Si, M. Si PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER MIRANTI
Lebih terperinciKINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT
Pramitha Ariestyowati: Kinetika reaksi pembentukan kalium sulfat dari ekstrak abu jerami padi dengan asam sulfat KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT
Lebih terperinciPOLIMERISASI AKRILAMID DENGAN METODE MIXED- SOLVENT PRECIPITATION DALAM PELARUT ETANOL-AIR
PLIMERISASI AKRILAMID DENGAN METDE MIXED- SLVENT PREIPITATIN DALAM PELARUT ETANL-AIR Prima Astuti andayani Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Polimerisasi akrilamid dengan mekanisme radikal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit
5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit molekul sederhana yang tersusun secara berulang. Polimer ditemukan pada sekitar tahun 1920-an.
Lebih terperinciTEKNIK POLIMERISASI (POL)
MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TEKNIK POLIMERISASI (POL) Disusun oleh: Hilman Prasetya Edi Dr. IGBN Makertihartha Dr. Melia Laniwati Gunawan Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG Prarancangan Pabrik Polivinil Alkohol BAB I PENGANTAR Industri polivinil alkohol merupakan salah satu industri yang berkembang cukup baik dewasa ini dengan angka pertumbuhan permintaan
Lebih terperinciII. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES
10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Polistirena bekas merupakan bahan polimer sintetis yang banyak digunakan terutama yang dalam bentuk stereoform, polistirena sendiri tidak dapat dengan mudah direcycle
Lebih terperinciPEMBUATAN RESIN PHENOL FORMALDEHYDE SEBAGAI PREKURSOR UNTUK PREPARASI KARBON BERPORI
JURNAL TEKNOLOGI & INDUSTRI Vol. 3 No. 1; Juni 2014 ISSN 2087-6920 PEMBUATAN RESIN PHENOL FORMALDEHYDE SEBAGAI PREKURSOR UNTUK PREPARASI KARBON BERPORI Pengaruh Jenis Phenol dalam Pembuatan Resin Terhadap
Lebih terperinciPEMBUATAN PUPUK KALIUM DARI EKSTRAK ABU PELEPAH BATANG PISANG, BELERANG DAN UDARA
PEMBUATAN PUPUK KALIUM DARI EKSTRAK ABU PELEPAH BATANG PISANG, BELERANG DAN UDARA WIDI ASTUTI UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI Jl. Ir. Sutami Km. 15 Tanjung Bintang INTISARI Pupuk kalium merupakan
Lebih terperinciKISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SMK SE-KABUPATEN CIAMIS TP. 2013/2014
Mata Pelajaran : KIMIA KISI KISI UJIAN SEKOLAH SMK SE-KABUPATEN CIAMIS TP. 2013/2014 TINGKAT 1 Memahami konsep materi dan perubahannya Pengertian perubahan Kimia dan Fisika dijelaskan melalui contoh-contoh
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350
PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 Aditya Sanjaya Putra aditya.2012ts001@civitas.ukrida.ac.id
Lebih terperinciAnalisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi
Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah
Lebih terperinciSINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI
SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil
Lebih terperinciPabrik Asam Oksalat dari Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Asam Nitrat X - 1. BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN
X - 1 BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN Asam oksalat merupakan salah satu anggota dari golongan asam karboksilat yang mempunyai rumus molekul C 2 H 2 O 4.Nama lain asam oksalat adalah asam etanedioic.
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH KATALISATOR, WAKTU REAKSI, DAN WAKTU ALIR GAS BITADIEN TERHADAP PEMBENTUKAN HYDROXYL TERMINATED POLYBUTADIENE (HTPB)
Pengaruh Jumlah Katalisator, Waktu Reaksi, dan... (Geni Rosita) PENGARUH JUMLAH KATALISATOR, WAKTU REAKSI, DAN WAKTU ALIR GAS BITADIEN TERHADAP PEMBENTUKAN HYDROXYL TERMINATED POLYBUTADIENE (HTPB) Geni
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR
SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI
Lebih terperincicontoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi
MATA DIKLAT : KIMIA TUJUAN : 1. Mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan, alam dan sekitarnya. 2. Siswa memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menunjang
Lebih terperinci15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5.
DAFTAR PUSTAKA 1. Malcolm. P. S, (2001), Kimia Polimer, Alih bahasa : Lis Sofyan, Pradyana Paramita, Jakarta, 6 2. Munakshi, P, (2001), Mechanical and Microstructure Studies on the Modification of CA Film
Lebih terperinciHIDROLISIS KOLAGEN PEMBUATAN LEM DARI KULIT SPLIT DENGAN KATALISATOR H 2 SO 4
HIDROLISIS KOLAGEN PEMBUATAN LEM DARI KULIT SPLIT DENGAN KATALISATOR H 2 SO 4 Bambang Kusmartono, Meyti Agustin Noya Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Lebih terperinciBAB IV BAHAN PO LIMER
BAB IV BAHAN PO LIMER Polimer (polymer) berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu dari suku kata poly (banyak) dan meros (bagian). Polimer digunakan untuk nama suatu bahan yang tersusun dari satuan (unit)
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Bentuk : cair.
BAB II DESKRIPSI PROSES. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk.. Spesifikasi Bahan Baku a. Stirena monomer (C 8 H 8 ) Bentuk : cair Warna : jernih Kemurnian : 99,6% (minimal) Impuritas (EB) : 0,4% (maksimal).2.
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)
PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) Dian Paramita 1 dan Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI OLEH : KELOMPOK III Nama : Rifqi Munip (061330401022) Riska (061330401023) Sarah Swasti Putri (061330401024) Siti Nurjanah (061330401025)
Lebih terperinciSINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 SINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL Sari Meiwika Sulistyoningsih dan Lukman Atmaja Kimia,
Lebih terperinciKINETIKA REAKSI HIDROLISIS ENCENG GONDOK MENJADI FURFURAL DENGAN KATALISATOR HCL
KINETIKA REAKSI HIDROLISIS ENCENG GONDOK MENJADI FURFURAL DENGAN KATALISATOR HCL Sintha Soraya Santi, M. Yunus dan Yudy Setyadi. Jurusan Teknik Kimia, FTI UPN Veteran Jatim Jl. Raya Rungkut Madya Surabaya
Lebih terperinciDifusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Contoh difusi : a. Difusi gas b. Difusi air Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx Ket : D Q dc/dx = Koofisien
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciNgatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN
181 PENGARUH WAKTU KNTAK DAN PERBANDINGAN FASA RGANIK DENGAN FASA AIR PADA EKSTRAKSI URANIUM DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN EKSTRAKTAN DI-2-ETIL HEKSIL PHSPHAT Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M.
Lebih terperinciPERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK
Perpindahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa (Luluk Edahwati) 1 PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur
Lebih terperinciReaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3
Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN
PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN Oleh Netty Kamal Interpenetrating Polymer Network (IPN) adalah polimer campuran yang unik, dimana jaringan yang terbentuk dari
Lebih terperinciA. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
3 LAJU REAKSI A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI Materi dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang
Lebih terperinciMENYARING DAN MENDEKANTASI
MENYARING DAN MENDEKANTASI MENYARING - Menyaring adalah suatu proses dimana partikelpartikel dipisahkan dari cairan dengan melewatkan cairan melalui bahan permeabel (kertas saring,dll). - Endapan : suatu
Lebih terperinciSTUDI AWAL MENGENAI PEMBUATAN SURFAKTAN DARI AMPAS TEBU
1 STUDI AWAL MENGENAI PEMBUATAN SURFAKTAN DARI AMPAS TEBU Hepi Ari P (L2C004225), Heru Enggar T (L2C004228), dan Lilik Iskandar (L2C004241) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciKINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK
KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK Indra B.K. 1), Retno D. 2) Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciPERCOBAAN 3 PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA Nama : Any Kurniawati Kelompok : 6 NIM : 4301410009 Prodi/Jurusan : Pend. Kimia/Kimia Dosen : Ir. Sri Wahyuni, M.Si Tanggal Praktikum : 19 September 2012 Teman kerja : Fitriya
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel
Lebih terperinciKINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.
KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA Suprihatin, Ambarita R. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya
Lebih terperinciBefore UTS. Kode Mata Kuliah :
Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentaeritritol adalah alkohol yang mempunyai empat gugus OH dan berbentuk kristal berwarna putih yang tidak berbau. Pentaeritritol merupakan produk intermediet, diproduksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciBABIX DISKUSI DAN KESIMPULAN
Bab IX. Diskusi dan Kesimpulan IX-I BABIX DISKUSI DAN KESIMPULAN Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dari prarencana pabrik insulin adalah sebagai berikut : I. Aspek lingkungan hidup dan ketenagaketjaan
Lebih terperinciTermodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?
Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?
Lebih terperinciKinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim
Kinetika Kimia bdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Laju Reaksi Hukum Laju dan Orde Reaksi Hukum Laju Terintegrasi untuk Reaksi Orde Pertama Setengah Reaksi Orde Pertama Reaksi Orde Kedua Laju
Lebih terperinciEmisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik
Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMODELAN KINETIKA REAKSI PROSES SULFONASI LIGNIN MENJADI NATRIUM LIGNOSULFONAT
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT 213 ISSN 2339-28X PEMODELN KINETIK REKSI PROSES SULFONSI LIGNIN MENJDI NTRIUM LIGNOSULFONT Ismiyati Jurusan Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Jakarta e-mail:
Lebih terperinciBAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA
BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH
Lebih terperinciWaktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu
3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Etilena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 2 H 4. Senyawa ini memiliki nama IUPAC ethene, dan dikenal juga dengan nama elayl, acetene, bicarburetted hydrogen, olefiant
Lebih terperinciJURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan
Vol. 01, No. 02, Nov 2017 e-issn: 2579-7603 JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan Situs Jurnal: www. jurnal.stikna.ac.id PEMBUATAN LATEKS POLISTIRENA MENGGUNAKAN PENGEMULSI AMONIUM
Lebih terperinciIII. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN
III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas
Lebih terperinciSTUDI REAKSI POLIMERISASI UREA-FORMALDEHIDA
STUDI REAKSI POLIMERISASI UREA-FORMALDEHIDA ABSTRAK TESIS Dengan semakin luasnya penggunaan resin urea-formaldehida dalam industri perekat dan barang cetak dewasa ini maka merupakan suatu masalah yang
Lebih terperinciPEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *)
PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *) Kindriari Nurma Wahyusi Jurusan Teknik Kimia FTIUPN Veteran Jawa Timur Abstrak Pisang merupakan tanaman budidaya dengan prospek yang baik karena
Lebih terperinciOPTIMASI KUALITAS WARNA MINYAK GORENG DENGAN METODE RESPONSE SURFACE
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL., NO., DESEEMBER 999: 8-29 OPTIMASI KUALITAS WARNA MINYAK GORENG DENGAN METODE RESPONSE SURFACE Didik Wahjudi Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen
Lebih terperinciPengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel Rismawati Rasyid Jurusan Teknik Kimia, Universitas Muslim Indonesia, Makassar Abstrak
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.
Lebih terperinciDestabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu
Destabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu Bambang Kurniawan* dan Dr. A Koesdarminta Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141,
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL UjianTeori Waktu: 100 menit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Lebih terperinciLaju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida
Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Diah Riski Gusti, S.Si, M.Si, jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Abstrak Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam
Lebih terperinciKELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciSINTESIS METIL AMINA FASA CAIR DARI AMONIAK DAN METANOL
SINTESIS METIL AMINA FASA CAIR DARI AMONIAK DAN METANOL M Nasikin dan Irwan M *) Abstrak Secara umum terdapat tiga jenis amina, yaitu monometil amina (MMA), dimetil amina (DMA) dan trimetil amina (TMA).
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI
Lebih terperinciUJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI
UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,
Lebih terperinciEsterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas
Valensi Vol. 2 No. 2, Mei 2011 (384 388) ISSN : 1978 8193 Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas Isalmi Aziz, Siti Nurbayti, Badrul Ulum Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciUji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi
Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,
Lebih terperinciSAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian
Lebih terperinciPurwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi
Purwanti Widhy H, M.Pd Laju Reaksi SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar & Indikator
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C
PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C Syaifudin Yuri, Sofyan Djamil dan M. Sobrom Yamin Lubis Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail:
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN
LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN I. Tujuan Praktikum 1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhibrida 2. Menjelaskan prinsip asetilasi II. Landasan Teoritis Reaksi asam salisilat (asam
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI
85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi
Lebih terperinci