BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
|
|
- Utami Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. LATAR BELAKANG Prarancangan Pabrik Polivinil Alkohol BAB I PENGANTAR Industri polivinil alkohol merupakan salah satu industri yang berkembang cukup baik dewasa ini dengan angka pertumbuhan permintaan pasar rata-rata sebesar 14% pertahun di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2013). Polivinil alkohol adalah salah satu dari sedikit polimer yang bersifat dapat larut dalam air. Sifat kimia dan fisika dari polivinil alkohol membuat polimer ini memiliki andil penting dalam dunia perindustrian sehingga diproduksi secara luas di dunia. Polivinil alkohol pertama kali ditemukan oleh Haehnel dan Herrman melalui reaksi adisi alkali pada larutan bening alkohol polivinil asetat yang kemudian menghasilkan larutan berwarna cokelat muda yang kemudian diketahui merupakan polivinil alkohol. Polivinil alkohol kemudian diperkenalkan pertama kali secara komersial pada tahun 1927 (Kirk-Othmer, 1979). Berbagai bentuk polivinil alkohol (PVA) digunakan sebagai bahan aditif dalam proses-proses sintesis produk kimia. Kegunaan utama dari PVA adalah sebagai bahan adesif (perekat), sebagai protective colloid bagi proses emulsi polimerisasi serat, bahan pembuat polivinil butiral, serta sebagai pelapis kertas. Water-soluble PVA films bersifat mudah terdegradasi oleh air sehingga digunakan sebagai bahan baku pembuatan beton dan semen serta pelapis kantung laundry, pestisida, herbisida, serta pupuk. Polivinil alkohol dalam jumlah yang kecil dimanfaatkan sebagai emulsifier untuk kosmetik, lapisan film pelindung, perekat tanah untuk menghindari erosi. Polivinil alkohol juga dapat digunakan sebagai polarizer dan banyak digunakan di daerah Asia sebagai bahan pembuatan panel liquid-crystal display (LCD), dimana pada daerah ini terdapat beberapa produsen besar alat-alat elektronik yang menggunakan LCD seperti televisi, telepon selular, komputer, dan tablet. Polimer ini merupakan perekat yang baik serta memiliki ketahanan terhadap minyak dan pelumas. Film PVA memiliki daya tegang atau tensile strength yang tinggi serta tahan terhadap abrasi. Selain itu tegangan 1
2 permukaan polimer ini juga rendah sehingga dapat memfasilitasi emulsifikasi yang baik dan memiliki sifat sebagai protective colloid. Kegunaan PVA lainnya adalah sebagai bahan pengemulsi dan stabilizing agent pada industri petrokimia, bahan aditif pada semen yang berfungsi menambah sifat kohesi dan fluiditasnya, serta bahan pengatur ukuran benang pada industri tekstil. Berbagai kegunaan tersebut menjadikan PVA sebagai salah satu komoditas yang penting dan banyak dibutuhkan dalam industri rekayasa produk kimia. Total produksi PVA secara global pada tahun 2007 mencapai ton dengan pertumbuhan sebesar 4,9% pertahun. Diestimasikan kebutuhan PVA di dunia mencapai ton pada tahun Cina sebagai produsen utama PVA menghasikan 50% dari total produksi tersebut, namun masih membutuhkan impor sebesar ton pertahun untuk memenuhi kebutuhan industrinya (The Market Publishers, Ltd., 2013). Dapat disimpulkan bahwa walaupun tingkat produksi sudah cukup tinggi, kebutuhan dunia akan PVA masih belum seluruhnya terpenuhi. Pada skala nasional, kebutuhan PVA di Indonesia digambarkan oleh tabel 1. Tabel 1.1. Kebutuhan Impor Produk Polivinil Alkohol di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2013) Tahun Kebutuhan impor PVA, ton/tahun , , , , ,66 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan PVA pada skala nasional masih belum dapat dipenuhi oleh pasar lokal. Dengan demikian pembangunan pabrik polivinil alkohol patut dipertimbangakan mengingat potensinya pada skala nasional maupun global. Untuk itu, perlu dilakukan prarancangan pabrik PVA guna menganalisa kelayakan pembangunan pabrik polivinil alkohol di Indonesia. 2
3 3.000, , , , ,00 500, y = 219,1x Impor PVA, ton/tahun Tren Import PVA Gambar 1.1. Tren Kebutuhan Impor PVA di Indonesia Pabrik direncanakan untuk didirikan pada tahun 2014 dengan masa pembangunan dua tahun dan umur pabrik 10 tahun. Berdasarkan tren pada gambar 1.1, diambil pendekatan linier untuk estimasi kebutuhan impor PVA. Sehingga pada tahun 2025 yaitu pada masa akhir umur pabrik, kebutuhan impor PVA di Indonesia diperkirakan mencapai angka 4.901,5 ton/tahun. Dari data-data di atas, dipilih kapasitas pabrik sebesar ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan PVA dalam negeri serta memenuhi kebutuhan pasar regional maupun internasional. 3
4 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Polivinil Alkohol Prarancangan Pabrik Polivinil Alkohol Berbeda dari senyawa polimer pada umumnya yang diproduksi melalui reaksi polimerisasi, poli(vinil alkohol) diproduksi secara komersial melalui hidrolisis poli(vinil asetat) dengan alkohol karena monomer dari vinil alkohol tidak dapat dipolimerisasi secara alami menjadi PVA (Kirk-Othmer, 1982). Produk PVA dijumpai sebagai kopolimer dari vinil asetat dan vinil alkohol. Rumus struktur polivinil alkohol dengan kopolimer vinil asetat dijabarkan pada gambar 1.2. Gambar 1.2. Rumus Struktur Poli(vinil Alkohol) Sifat fisis dari PVA ditentukan oleh kondisi polimerisasi dari poli(vinil asetat), kondisi pada saat hidrolisis, proses pengeringan, dan proses penggilingan. Polivinil alkohol dalam kondisi ruangan berbentuk bubuk putih dengan titik lebur berkisar antara C C. Polivinil alkohol larut pada pelarut yang bersifat polar seperti air, dimethyl sulfoxide, acetamide serta dimethylformamide. Kelarutan poli(vinil alkohol) adalah fungsi dari derajat polimerisasi serta derajat hidrolisis, yang diilustrasikan pada gambar 1.3. Keterangan: A = Derajat hidrolisis PVA 78-81% B = Derajat hidrolisis PVA 87-89% C = Derajat hidrolisis PVA 90-98% D = Derajat hidrolisis PVA 98-99% Gambar 1.3. Pengaruh Derajat Polimerisasi terhadap Kelarutan Polivinil Alkohol 4
5 Kurva A hingga D mewakili polimer dengan derajat hidrolisis paling rendah (A) hingga paling tinggi (D). Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi derajat hidrolisis PVA, maka semakin tinggi pula suhu yang dibutuhkan untuk melarutkannya. Polivinil alkohol dapat diproduksi dari hidrolisis berbagai macam polivinil ester misalnya polivinil asetat, polivinil format, polivinil benzoat, dan dari polivinil benzoat serta hidrolisis dari polivinil eter. Namun, secara umum, polivinil alkohol yang beredar di pasaran diproduksi dengan cara hidrolisis polivinil asetat. Proses produksi polivinil alkohol dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu polimerisasi vinil asetat monomer dengan inisiator azobisisobutironitril kemudian bagian kedua adalah hidrolisis dari polivinil asetat menjadi polivinil alkohol. 2. Vinil Asetat Monomer Vinil asetat monomer merupakan produk antara yang umum digunakan untuk memproduksi polivinil asetat serta kopolimer vinil asetat. Polivinil asetat biasanya ditemukan pada kehidupan sehari-hari sebagai komponen dalam pelapis, cat, perekat, binder, dan bahkan makanan seperti permen karet maupun pelapis tablet. Vinil asetat mempunyai tingkat kelarutan yang signifikan di dalam air yang mempengaruhi karakteristik dari polimerisasi vinil asetat itu sendiri. Vinil asetat berada dalam fase larutan bening pada kondisi lingkungan normal dan bersifat mudah terbakar. Kekuatan termoplastis dari resin polivinil asetat akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah berat molekul polivinil asetat. Polivinil asetat resin biasa diproduksi secara komersial dalam bentuk bubuk, maupun granula kering. Reaksi kimia yang paling penting dari vinil asetat adalah free radical polymerization, yang dapat dijelaskan melalui gambar
6 Gambar 1.4. Proses free radical polymerization pada vinil asetat 3. Inisiator Reaksi polimerisasi adisi membutuhkan senyawa inisiator untuk memicu terbentuk radikal monomer. Terdapat tiga proses umum untuk mengahasilkan energi yang dibutuhkan oleh suatu inisiator untuk menjadi radikal bebas yaitu proses termal, proses microwave atau radiasi UV, dan proses transfer elektron (redoks). Proses termal adalah tipe yang paling banyak digunakan pada skala industri, dimana jumlah energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan pada senyawa inisiator dipengaruhi oleh tiga parameter mengikuti persamaan 1. k d = A e (-Ea/RT) (1) Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan Arrhenius order satu dimana k d adalah konstanta laju reaksi dekomposisi, A adalah faktor frekuensi senyawa inisiator, E a adalah energi aktivasi yang menyatakan nilai energi minimum yang dibutuhkan untuk dekomposisi, R adalah konstanta gas, dan T adalah suhu reaksi. Ketiga parameter tersebut (k d, A, E a ) disebut sebagai parameter aktivasi dan digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pemilihan senyawa inisiator, dimana semakin besar nilai parameter aktivasinya maka reaksi dekomposisi berjalan lebih cepat. Faktor lain yang mmepengaruhi pemilihan inisiator adalah waktu paruh, yaitu waktu atau suhu yang dibutuhkan untuk mendekomposisi 50% senyawa inisiator dalam kondisi tertentu. Karena inisiator pada umumnya bersifat tidak stabil secara termal maka digunakan pendekatan suhu, dimana menyatakan suhu yang dibutuhkan untuk mendekomposisi senyawa masing-masing dalam waktu satu jam dan sepuluh jam. Semakin rendah suhu waktu paruh 6
7 suatu inisiator maka semakin sedikit energi termal yang dibutuhkan untuk proses dekomposisi. a. Senyawa Peroksida Inisiator jenis peroksida paling banyak digunakan pada berbagai reaksi polimerisasi karena sifatnya yang tidak stabil secara termal sehingga mudah untuk terdekomposisi pada suhu tertentu. Laju dekomposisi senyawa peroksida tergantung pada struktur dan jenisnya, serta dapat ditingkatkan dengan penambahan aktivator yang berfungsi menurunkan energi pemecahan ikatan oksigenoksigen. Polaritas pelarut juga mempengaruhi laju dekomposisi senyawa peroksida, dimana sebagian besar peroksida terdekomposisi lebih cepat pada pelarut yang semakin polar. Reaksi dekomposisi senyawa peroksida adalah sebagai berikut. ROOR RO + OR (2) Senyawa peroksida yang paling umum digunakan sebagai inisiator adalah benzoil peroksida (Stevens, 1998). Benzoil peroksida biasanya dikombinasi dengan aktivator dimetilanilin dan digunakan secara luas sebagai inisiator untuk reaksi pengerasan (curing) resin poliester tak jenuh, namun kombinasi ini tidak efektif untuk inisiasi reaksi polimerisasi monomer vinil. b. Senyawa Azo Struktur senyawa azo yang tersedia secara komersial umumnya adalah tipe azonitril simetris seperti pada gambar 1.5. Gambar 1.5. Rumus Strutur Senyawa Azo Azonitril simetris adalah padatan dengan kelarutan terbatas dalam pelarut yang umum. Inisiator tipe azo terdekomposisi secara termal dengan pemutusan kedua ikatan C N menjadi dua radikal alkil dan satu molekul nitrogen menurut persamaan berikut. R N = N R R + N 2 + R (3) 7
8 Pada inisiator tipe azonitril simetris, radikal yang terbentuk adalah tipe ters-alkil yang bersifat lebih stabil daripada radikal yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa peroksida. Saat azonitril digunakan sebagai inisiator pada polimerisasi monomer vinil, radikal inisiator tidak mengambil gugus hidrogen seperti yang dapat terjadi bila digunakan inisiator tipe peroksida. Oleh karena itu pembentukan cabang dapat dihindari dan diperoleh rantai polimer vinil yang linier dengan struktur teratur (Kirk-Othmer, 1982). Laju dekomposisi senyawa azo tidak dipengaruhi oleh jenis pelarut dan komponen-komponen lain yang terdapat dalam larutan, sehingga nilai lajunya relatif lebih mudah diprediksi dibandingkan dengan laju dekomposisi senyawa peorksida. Namun penggunaan senyawa azo harus dijalankan dengan teliti karena sifatnya yang senitif terhadap suhu dan dapat terdekomposisi secara tidak terkendali saat mengalami overheat. Selain itu, senyawa azo dapat membentuk tetra-alkil suksinonitril yang bersifat racun bila mengalami reaksi dengan sesamanya. Kondisi ini dapat terjadi pada penggunaan larutan azonitril murni atau konsentrasi tinggi. Senyawa azo yang biasa digunakan sebagai inisiator dalam proses produksi polivinil asetat adalah azobis-iso-butironitril (AIBN) dengan rumus kimia [(CH 3 ) 2 C(CN)] 2 N 2. Senyawa ini bersifat larut dalam alkohol dan pelarut organik namun tidak larut dalam air. Struktur kimia dan reaksi dekomposisi AIBN diilustrasikan pada gambar 1.6 dan 1.7. Gambar 1.6. Rumus struktur AIBN Gambar 1.7. Reaksi Dekomposisi AIBN 8
9 4. Polimerisasi Prarancangan Pabrik Polivinil Alkohol Polimerisasi adalah peristiwa bergabungnya unit-unit sejenis (monomer) membentuk sebuah rantai senyawa sejenis yang disebut sebagai polimer (Kirk-Othmer, 1982). Polimer memiliki sifat-sifat istimewa yang tidak dimiliki oleh unit konstituennya sehingga polimerisasi dilakukan secara komersil pada skala indutri untuk meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomi senyawa monomer. Secara umum polimerisasi terbagi atas dua jenis, yaitu: a. Chain-growth polymerization Polimerisasi tipe chain-growth ditandai oleh terjadinya reaksi berantai yang sangat cepat saat reaksi mulai diinisiasi. Reaksi polimerisasi dimulai dengan penambahan suatu bahan inisiator yang menyebabkan sebuah monomer aktif sehingga berikatan dengan monomer lainnya. Chain-growth polymerization terbagi atas beberapa jenis berdasarkan inisiator yang digunakan. Polimerisasi vinil asetat pada pabrik ini umumnya diinisiasi dengan penambahan bahan yang bersifat radikal bebas, sehingga disebut dengan free-radical addition (Kirk-Othmer, 1982). Pada proses ini senyawa inisiator dirubah menjadi radikal bebas yang menginduksi sebuah monomer menjadi radikal monomer dan menyerang monomer lainnya untuk berikatan dan membentuk rantai polimer. Tahap polimerisasi yang terjadi dijabarkan pada reaksi-reaksi berikut. Inisiasi I I (4) I + M I M (5) Propagasi I M + nm I M n M (6) Terminasi 2 I M n M I M n M M n I (7) inisiator, I 2 I M n M I M n M' + I M n M'' (8) (Kirk-Othmer, 1982) Pada persamaan-persamaan di atas I melambangkan adalah inisiator yang telah terdekomposisi menjadi radikal bebas, M adalah monomer gugus vinil, I M adalah 9
10 radikal monomer gugus vinil, I M n M adalah radikal polimer, serta M' dan M'' adalah ujung rantai polimer yang dihasilkan oleh tahap terminasi karena disproporsionasi. Tahap propagasi terjadi dengan sangat cepat, sehingga umumnya diambil asumsi bahwa tahap inisiasi adalah rekasi yang mengendalikan. Pada reaksi adisi radikal bebas waktu reaksi yang dibutuhkan dari tahap inisiasi hingga terminasi biasanya kurang dari satu detik. Namun rantai polimer yang telah mengalami terminasi tidak akan mengalami pertumbuhan meski reaksi terus berjalan. Oleh karena itu, polimer dengan berat molekul tinggi dapat diperoleh sejak awal reaksi namun konversi monomer relatif rendah. Untuk meningkatkan konversi, monomer ditambahkan secara bertahap selama reaksi berlangsung. b. Step-growth polymerization. Polimerisasi tipe step-growth atau dikenal juga sebagai polimerisasi kondensasi ditandai oleh rantai polimer yang memiliki nilai reaktivitas terminal tertentu dan terus bertambah panjang selama berjalannya reaksi. Reaksi polimerisasi berjalan lambat dimana sebuah reaktan monomer dapat bereaksi dengan monomer lainnya atau dengan polimer membentuk rantai polimer yang lebih panjang. Untuk memperoleh polimer dengan berat molekul tinggi dibutuhkan konversi yang tinggi dan kondisi yang mendekati kesetimbangan stoikiometri, sehingga polimer yang terbentuk biasanya dipisahkan dengan cara kondensasi (Kirk-Othmer, 1982). Polimerisasi vinil asetat dapat dijalankan dengan metode bulk, suspensi, larutan, maupun emulsi. i. Polimerisasi Emulsi Sekitar 90% sintesis polivinil asetat dijalankan dengan menggunakan metode polimerisasi emulsi. Proses polimerisasi emulsi melibatkan monomer, air, surfaktan, inisiator, dan buffer. Benzoyl peroxide biasanya digunakan sebagai inisiator dalam 10
11 ii. iii. polimerisasi emulsi karena mudah larut dalam air. Larutan buffer seringkali ditambahkan ke dalam reaksi polimerisasi emulsi untuk menstabilkan ph karena hidrolisis vinil asetat bersifat sensitif terhadap ph, selain itu inisiator juga terdekomposisi pada ph tertentu. Chain transfer agent juga ditambahkan untuk mengontrol berat molekul dari polivinil asetat yang dihasilkan. Proses polimerisasi emulsi dapat dilakukan dengan cara memasukkan semua bahan yang dibutuhkan ke reaktor, kemudian memanaskan sistem, dan mengaduk campuran sampai reaksi selesai terjadi. Pada saat reaksi berlangsung, temperatur reaksi dikontrol dengan menggunakan sistem pendingin. Penambahan monomer dilakukan secara kontinyu ke dalam reaktor untuk menghasilkan polivinil asetat dalam partikel yang lebih kecil dan dispersi yang lebih stabil. Polimerisasi Bulk Polimerisasi Bulk adalah polimerisasi yang paling mudah untuk dilakukan, namun juga merupakan reaksi polimerisasi yang sangat sulit untuk dikontrol, apalagi jika reaksi yang terjadi bersifat eksotermis. Transfer panas antara monomer dan polimer juga menyebabkan peningkatan kekentalan sehingga penggunaan metode bulk pada industri mulai dibatasi. Polimerisasi bulk dimanfaatkan untuk memproduksi polivinil asetat dengan berat molekul rendah. Polimerisasi Suspensi Polimerisasi suspensi melibatkan monomer yang didispersikan ke dalam cairan yang bersifat tidak melarutkan, misalnya air. Monomer di dalam suspensi diaduk secara kontinyu dan ditambahkan stabilizer misalnya seperti polivinil alkohol dan methyl cellulose. Polimerisasi suspensi dilakukan dengan inisiator yang dapat larut dalam monomer serta stabilizer dalam jumlah yang sedikit. Jika proses dikontrol dengan baik, polimer yang 11
12 dihasilkan dapat benrbentuk butiran-butiran kecil sehingga mudah untuk dipisahkan melalui filtrasi atau dengan metode spray drying. Kelebihan utama dari metode polimerisasi suspensi ini adalah transfer panas terjadi dengan sangat efisien sehingga reaksi dapat dikontrol dengan mudah. Polimerisasi suspensi tidak dapat dilakukan untuk polimer yang bersifat lengket misalnya elastomer, karena berpotensi untuk menyebabkan terjadinya agglomerasi pada partikel. Dari sisi kecepatan reaksi dan mekanisme, polimerisasi suspensi bersifat mirip dengan polimerisasi bulk. Polimerisasi suspensi biasa digunakan pada sintesis polimer untuk perekat dan aplikasi coating. iv. Polimerisasi Larutan Seperti halnya polimerisasi suspensi, polimerisasi larutan juga menyebabkan terjadinya transfer panas yang efisien, namun pelarut yang digunakan harus dipilih secara hati-hati karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi chain transfer yang pada akhirnya akan menghasilkan polimer dengan berat molekul rendah. Salah satu kendala dalam metode ini adalah sulitnya memisahkan pelarut dari polimer yang dihasilkan. Ide yang sedang dikembangkan adalah dengan menggunakan karbon dioksida superkritis sebagai solven dalam proses polimerisasi, karena karbon dioksida superkritis bersifat tidak beracun, murah, dan mudah dipisahkan dari polimer yang dihasilkan. Polimerisasi larutan biasanya dipilih untuk menghasilkan produk polivinil asetat intermediet guna diproses lebih lanjut untuk menjadi polivinil alkohol. Pelarut yang digunakan adalah metanol. 12
13 Perbandingan masing-masing metode polimerisasi untuk memproduksi polivinil asetat disajikan pada tabel 1.2. Tabel 1.2. Perbandingan Metode Polimerisasi untuk Sintesis Polivinil Asetat Metode Polimerisasi Bulk Suspensi Larutan Kelebihan Mudah dilakukan. Tidak ada kontaminan yang ditambahkan. Panas mudah untuk terdispersi. Viskositas rendah. Polimer yang dihasilkan dalam bentuk butiran dan dapat langsung digunakan. Panas mudah untuk terdispersi. Viskositas rendah. Polimer yang dihasilkan dalam bentuk butiran dan dapat langsung digunakan. Panas mudah untuk terdispersi. Viskositas rendah. Kekurangan Reaksi sulit untuk dikontrol apabila sangat eksotermis. Kekentalan tinggi. Diperlukan proses pencucian dan pengeringan. Agglomerasi dapat terjadi. Stabilizer dapat mengkontaminasi. Terdapat tambahan biaya untuk pelarut. Pelarut sulit untuk dipisahkan. Dapat menyebabkan polusi lingkungan. Kontaminan berasal dari emulsifier dan bahan-bahan lainnya. Emulsi Polimer yang dihasilkan memiliki berat molekul yang besar. Dapat digunakan secara langsung sebagai emulsi. Metode yang baik digunakan jika polimer bersifat lengket. Diperlukan proses pencucian dan pengeringan. 13
14 Dari uraian metode polimerisasi diatas disimpulkan bahwa metode polimerisasi yang cocok digunakan untuk sintesis polivinil asetat adalah metode polimerisasi larutan, karena polivinil asetat yang dihasilkan dalam bentuk cairan. Polivinil asetat dalam bentuk larutan lebih diinginkan karena reaksi selanjutnya yang terjadi adalah reaksi cair-cair antara polivinil asetat dengan metanol sehingga akan lebih mudah untuk dikonversi lebih lanjut menjadi polivinil alkohol. Sintesis polivinil asetat sebagai produk akhir pada skala industri umumnya menggunakan metode polimerisasi emulsi. Inisiator yang umum digunakan adalah senyawa peroksida seperti butil peroksipivalat, di(2-etilheksil) peroksidikarbonat, butil peroksineodekanoat, benzoil peroksida, lauril peroksida, atau senyawa azo seperti 2,2 -azobis-iso-butironitril (AIBN) (Kirk- Othmer, 1982). Tahap terminasi pada polimerisasi polivinil asetat umumnya mengikuti mekanisme disproporsionasi sehingga menghasilkan dua molekul polimer dimana salah satu molekul memiliki ikatan rangkap pada ujung rantainya. Kondisi operasi pada raksi polimerisasi vinil asetat dirancang berdasarkan karakteristik produk akhir yaitu polivinil alkohol yang diinginkan. Pada polimerisasi vinil asetat dapat terjadi fenomena transfer rantai (chain transfer) secara intermolekuler. Fenomena transfer rantai adalah peristiwa pindahnya gugus aktif dari sebuah rantai polimer aktif ke molekul lain, dimana molekul baru ini disebut agen transfer rantai. Terjadinya transfer rantai antara radikal monomer yang sedang tumbuh dengan larutan metanol adalah reaksi samping yang tidak diinginkan karena menyebabkan terbentuknya polimer dengan berat molekul rendah. Fenomena transfer rantai dapat dihindari dengan menjaga kondisi reaksi pada suhu rendah serta dengan penambahan asam (2 50 ppm) seperti asam fosfat, asam oksalat, asam sitrat, dan asam tartarat. 14
15 5. Transesterifikasi Polivinil Alkohol Polivinil alkohol tidak dapat disintesis dari polimerisasi vinil alkohol karena sifat monomernya yang tidak stabil dan cenderung membentuk asetaldehid menurut reaksi keto-enol tautomerisasi. Reaksi tautomerisasi adalah reaksi kesetimbangan kimia antara senyawa keto (keton atau aldehid) dengan senyawa enol (alkohol), dimana terjadi pertukaran atom hidrogen dan pergeseran ikatan rangkap pada rantai utama senyawa. Senyawa keto dan enol tersebut adalah tautomer bagi satu sama lain, yaitu isomer senyawa organik pada reaksi tautomerisasi. Pada kasus reaksi tautomerisasi vinil alkohol seperti dijabarkan pada gambar 1.8, bentuk senyawa keto (aldehid) lebih stabil daripada senyawa enol (vinil alkohol) (Morrison-Boyd, 2002). Gambar 1.8. Reaksi Keto-enol Tautomerisasi Vinil Alkohol Pembentukan poli(vinil alkohol) dari poli(vinil asetat) dapat dijalankan dengan metode aminolisis, hidrolisis, maupun transesterifikasi. 15
16 a. Hidrolisis Prarancangan Pabrik Polivinil Alkohol Karakteristik reaksi hidrolisis adalah menggunakan air sebagai reaktannya dengan mengikuti persamaan reaksi seperti pada gambar 1.9. Gambar 1.9. Reaksi Hidrolisis Poli(vinil asetat) menjadi Poli(vinil alkohol) Pada skala industri, metode esterifikasi lebih disukai daripada metode hidrolisis karena distribusi gugus fungsional alkohol pada rantai produk PVA lebih teratur sehingga molekul polimer lebih stabil. Selain itu, reaksi hidrolisis jarang digunakan untuk memproduksi PVA karena laju reaksinya lebih lambat dibandingkan dengan proses transesterifikasi. b. Aminolisis Reaksi aminolisis tidak lagi digunakan di industri utuk sintesis PVA karena reaksi ini sangat sensitif terhadap ph (Satterthwait, 1974). Reaksi aminolisis berjalan berdasarkan reaksi pada gambar Gambar Reaksi Aminolisis Polivinil asetat menjadi Polivinil alkohol 16
17 c. Transesterifikasi Prarancangan Pabrik Polivinil Alkohol Proses transesterfikasi adalah proses dimana sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan sebagai katalis untuk mengubah ester. Reaksi transesterifikasi antara poli(vinil asetat) dengan basa alkohol menghasilkan poli(vinil alkohol) dan aldehid terjadi menurut persamaan pada gambar Gambar Reaksi Transesterifikasi Polivinil Asetat dengan Alkohol Katalis yang umum digunakan pada reaksi di atas adalah NaOH maupun KOH. Derajat hidrolisis dapat diatur dengan penyesuaian waktu reaksi, konsentrasi katalis, dan suhu reaksi. Umumnya produk PVA adalah kopolimer dari poli(vinil alkohol) dan poli(vinil asetat) dengan kandungan poli(vinil asetat) berkisar antara 0-30%. Produk PVA biasanya dikelompokkan berdasarkan derajat hidrolisisnya, yaitu perbandingan antara gugus alkohol (OH) terhadap jumlah gugus fungsional secara keseluruhan. PVA yang terhidrolisis sempurna artinya tidak lagi memiliki gugus asetat (OCOCH 3 ) pada rantainya. Derajat hidrolisis produk PVA secara komersil dikelompokkan berdasarkan tabel 1.3. Tabel 1.3. Klasifikasi Produk PVA berdasarkan Derajat Hidrolisisnya (Kirk-Othmer, 1982) 17
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentaeritritol adalah alkohol yang mempunyai empat gugus OH dan berbentuk kristal berwarna putih yang tidak berbau. Pentaeritritol merupakan produk intermediet, diproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metilen klorida adalah salah satu senyawa klorometana dengan gugus molekul CH 2 Cl 2. Senyawa klorometana ini diproduksi dari reaksi klorinasi antara metil klorida (CH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, sistem perhubungan merupakan salah satu nadi penggerak dalam menjalani satu kehidupan yang sistematik. Salah satu sistem perhubungan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pembangunan sektor industri di Indonesia sedang mengalami peningkatan, salah satunya pada sub sektor industri kimia. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat bahwa ketergantungan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
Kapasitas 50.000 ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia terus mengalami peningkatan. Meskipun sempat dilanda krisis ekonomi sampai saat
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang
Lebih terperinciTugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciA. Sifat Fisik Kimia Produk
Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.
Prarancangan Pabrik Sodium Karboksimetil Selulosa Kapasitas 8.000 ton/tahun DAFTAR ISI Halaman judul Lembar pengesahan Lembar pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Intisari i iii iv BAB I. Pengantar 1 I.
Lebih terperincikimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran
K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kebutuhan dunia akan bahan-bahan kimia semakin meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya adalah formamid. Formamid atau juga dikenal sebagai karbamaldehid ataupun metanamid
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada beberapa dekade terakhir ini, konsumsi bahan bakar fosil seperti minyak bumi terus mengalami kenaikan. Hal itu dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vinyl Acetate Monomer (VAM) adalah cairan bening yang tidak dapat larut (immiscible), namun dapat larut secara perlahan dalam air, selain itu VAM merupakan cairan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,
Kapasitas 10.000 ton / tahu BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Metil benzoat merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan dalam industri. Kegunaanya antara lain sebagai pelarut cat, zat aditif untuk pestisida,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I- 1. I.1 Latar Belakang
I- 1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong berbagai macam industri besar dunia untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam hal ini, industri carbon fiber semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK METIL METAKRILAT DARI ASETON SIANOHIDRIN 1 DAN METANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN
PRARANCANGAN PABRIK METIL METAKRILAT DARI ASETON SIANOHIDRIN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan teknologi dan industri menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Akrilat dari Asam Akrilat dan Butanol Kapasitas Ton per Tahun. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan dunia industri menjadi bagian pembangunan ekonomi jangka panjang yang diarahkan untuk membentuk struktur ekonomi yang lebih kokoh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era pasar bebas sekarang ini, Indonesia dituntut untuk menjadi negara yang dapat bersaing dengan negara asing dalam sektor perdagangan, industri maupun aspek
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ
Lebih terperinci4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat
Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,
Lebih terperinciMateri Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA
ALKENA Nama lain alkena adalah olefin atau senyawa vinil. Alkena termasuk senyawa organik tak jenuh. Alkena merupakan senyawa yang relatif stabil, akan tetapi lebih reaktif dari alkana karena terdapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Salah satu industri petrokimia yang berkembang pesat dewasa ini adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester akrilat ini ikut
Lebih terperinciAnalisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi
Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah
Lebih terperinciberupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).
HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi sekarang ini, industri kimia mengalami perkembangan yang sangat pesat, jumlah dan jenis industri kimia dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperincicontoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi
MATA DIKLAT : KIMIA TUJUAN : 1. Mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan, alam dan sekitarnya. 2. Siswa memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan
Lebih terperinciPENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA
Lebih terperinciKIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN HIDROKARBON (BAGIAN II) Gugus fungsional adalah sekelompok atom dalam suatu molekul yang memiliki karakteristik khusus. Gugus fungsional adalah bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan
Lebih terperinciBAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI
BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI A. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon o Terletak pada golongan IVA dengan Z = 6 dan mempunyai 4 elektron valensi. o Untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN
LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 20.150 TON/TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Memasuki era globalisasi sektor industri mengalami perkembangan pesat, termasuk didalamnya perkembangan sub sektor industri kimia. Sejalan dengan
Lebih terperinciWardaya College. Latihan Soal Olimpiade KIMIA SMA. Spring Camp Persiapan OSN Departemen KIMIA - Wardaya College
Latihan Soal Olimpiade KIMIA SMA Spring Camp Persiapan OSN 2018 Departemen KIMIA - 1. Vitamin C atau yang disebut asam askorbat banyak memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Manfaat vitamin C berperan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit
5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit molekul sederhana yang tersusun secara berulang. Polimer ditemukan pada sekitar tahun 1920-an.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Pemakaian polimer semakin meningkat seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polimer merupakan salah satu bahan yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Pemakaian polimer semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciStruktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.
Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan industri kimia di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Salah satu bahan yang banyak digunakan dalam industri
Lebih terperinciButadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas
Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Formaldehida Dengan Proses Katalis Perak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangannya untuk menjadi Negara maju, Indonesia banyak melakukan pembangunan di segala bidang. Hal ini diharapkan agar dapat bersaing dengan Negara maju
Lebih terperinci1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri di dunia serta khususnya di Indonesia, semakin banyak diversifikasi usaha yang telah dilakukan. Indonesia sebagai salah satu
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kimia senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan teknologi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia. Industri bulk chemical merupakan salah satu sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Di era global seperti sekarang ini, pembangunan disekitar industri mengalami perkembangan yang sangat cepat termasuk didalamnya pembangunan di sub
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah
Lebih terperinciPendahuluan BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia sebagai bagian negara-negara di dunia harus siap untuk menghadapi era perdagangan bebas yang sudah dimulai. Indonesia bisa dikatakan masih
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan yang diambil, pemerintah
Lebih terperinciPrarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun
Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas 50.000 ton / tahun Oleh : Dhani Priyambodo NIM. I 0502019 Dwi Hantoro NIM. I 0502021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia
Lebih terperinci1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat
1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia banyak melakukan pengembangan di segala bidang, salah satunya adalah pembangunan di bidang industri,
Lebih terperincidapat mendorong berdirinya pabrik kimia lainnya, sehingga dapat mengurangi
IAgung Surya Jaelani ( 02 521 039 ) Azhar (02 521222) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak dari krisis multidimensi di Indonesia sangat berpengaruh pada bidang industri kimia. Pabrik Butil Etanoat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,
Lebih terperinciSenyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si
Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme
Lebih terperinciStruktur atom, dan Tabel periodik unsur,
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Tritolyl Phosphate dari Cresol dan POCl3 Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus melakukan pembangunan di berbagai sektor untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain. Menurut Prosiding Simposium Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah beruapaya meningkatkan pertumbuhan industri
Lebih terperinciAlkena dan Alkuna. Pertemuan 4
Alkena dan Alkuna Pertemuan 4 Alkena/Olefin hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C) Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap: alkadiena tiga ikatan rangkap: alkatriena,
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL USBN
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 4 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.
A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan BAB I PENGANTAR Dalam era globalisasi, penting bagi indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
1 Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang sedang
Lebih terperinciPerancangan Pabrik Metil klorida Dengan Proses Hidroklorinasi Metanol Kapasitas Ton/tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan dan pertumbuhan industri di Indonesia semakin meningkat, tidak terkecuali industri kimia. Dewasa ini, kebutuhan akan produk-produk berbahan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik 2-Etil Heksanol dari Propilen dan Gas Sintetis Kapasitas Ton/Tahun
BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang akan melaksanakan pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri. Dalam pembagunannya, sektor
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Etilena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 2 H 4. Senyawa ini memiliki nama IUPAC ethene, dan dikenal juga dengan nama elayl, acetene, bicarburetted hydrogen, olefiant
Lebih terperinciTugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan industri sebagai bagian dari usaha pengembangan jangka panjang diarahkan untuk mencapai struktur ekonomi yang lebih kuat, yaitu struktur ekonomi dengan titik
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produksi gula indonesia dari tahun 2010 2012 terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kebutuhan nasional akan gula, seperti tergambar dalam tabel di bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan perkembangan
Lebih terperinciTEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 TEKNOLOGI POLIMER Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi ASEAN khususnya di Indonesia mulai ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional. Pembangungan nasional di berbagai sektor
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun
Lebih terperinciMETANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR
Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hexamine Hexamine merupakan produk dari reaksi antara amonia dan formalin dengan menghasilkan air sebagai produk samping. 6CH 2 O (l) + 4NH 3(l) (CH 2 ) 6 N 4 + 6H 2 O Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menipisnya cadangan minyak bumi, masalah lingkungan yang terus memburuk (global warming), dan ketidakstabilan energi menyebabkan manusia harus mencari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Polistirena bekas merupakan bahan polimer sintetis yang banyak digunakan terutama yang dalam bentuk stereoform, polistirena sendiri tidak dapat dengan mudah direcycle
Lebih terperinciWardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Kimia - Wardaya College
Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018-1. Sebuah unsur X memiliki no massa 52 dan jumlah neutron sebesar 28. Kongurasi elektron dari ion X + adalah...
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri sebagai bagian dari usaha pengembangan jangka panjang diarahkan untuk mencapai struktur ekonomi yang lebih kuat, yaitu struktur ekonomi dengan titik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi
Lebih terperinci