KAJIAN PERILAKU JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN TIPE KANAL TEGAK TERHADAP PEMBEBANAN STATIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PERILAKU JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN TIPE KANAL TEGAK TERHADAP PEMBEBANAN STATIS"

Transkripsi

1 KAJIAN PERILAKU JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN TIPE KANAL TEGAK TERHADAP PEMBEBANAN STATIS Gilang Bhisma Pratama 1,* dan Heru Purnomo 1 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia bhismagilang@gmail.com ABSTRAK Jembatan beton pratekan tipe kanal tegak adalah salah satu konsep inovasi jembatan yang berkembang dalam 10 tahun terakhir ini. Bentuk gelagar yang menyerupai huruf U dan diperkuat dengan tendon prategang menjadikan jembatan ini sebagai salah satu alternatif desain untuk jembatan kereta api dan jalan raya. Untuk menerapkannya di Indonesia perlu adanya kajian perilaku jembatan tersebut. Dalam kajian ini dilakukan peninjauan respon jembatan terhadap pembebanan statis yang meliputi lendutan, gaya normal, momen lentur dan tegangan. Model jembatan sesuai dengan jembatan kereta api eksisting yaitu Jembatan Villupuram di daerah Tamil Nadu, India. Hasil kajian ini dibandingkan dengan pemodelan oleh Vurugonda Raju maupun hasil percobaan lapangan oleh Devdas Menon dari Indian Institute of Technology Madras di Chennai-India serta membandingkannya dengan peraturan yang ada di Indonesia. Dengan bantuan perangkat lunak komputer berbasis Metode Elemen Hingga, dikaji respon jembatan dengan menggunakan simulasi parametrik berupa variasi mutu beton, umur jembatan dan kelembapan relatif lingkungan. Pada titik tinjau di tengah bentang, lendutan akan semakin berkurang diikuti dengan tegangan serat atas beton yang semakin bertambah dan tegangan serat bawah beton yang semakin berkurang apabila mutu beton yang digunakan dan kelembapan relatif lingkungan semakin tinggi. Di sisi lain semakin bertambah umur jembatan, lendutan akan semakin bertambah diikuti dengan berkurangnya tegangan serat atas beton dan bertambahnya tegangan serat bawah beton. Kata kunci : Beban statis; gelagar U; jembatan beton; percobaan lapangan; prategang ABSTRACT U-girder prestressed concrete bridge is a new concept of bridge innovation developed in the last 10 years. U- shaped girder strengthened with prestressed tendons makes this type of bridge as one of the alternatives in railway and highway bridges design. In order to apply it in Indonesia, more study of the bridge behaviours are needed. In this study, the bridge responses due to static loading such as deflection, normal force, bending moment and stress are studied. The bridge model is based on the real model of Villupuram Bridge in Tamil Nadu,India. The results are then compared with those obtained from the model of Vurugonda Raju and the field experiment result from Devdas Menon, both are from Indian Institute of Technology Madras in Chennai-India; and later with the Indonesian codes. Using a software which is based on Finite Element Method, the bridge responses upon parametric simulations such as variation of concrete quality, concrete age and relative humidity are studied. At bridge middle span, if the grade of concrete and relative humidity of environment are high, deflection is smaller followed with increasing upper fiber stress and decreasing lower fiber stress. On the other side, as the age of structure increases, the deflection is higher followed with decreasing upper fiber stress and increasing lower fiber stress. Key words : Static loading; U-girder; concrete bridge; field experiment; post-tensioned

2 PENDAHULUAN Jembatan adalah salah satu bentuk konstruksi tertua yang pernah ada di dunia dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia melakukan perpindahan dari satu tempat menuju tempat lain baik di darat maupun antar daratan yang melalui rintangan alam berupa jurang, laut dan sebagainya. Jembatan melalui tahapan evolusi dari bentuk sederhana yaitu balok kayu yang tumbang sebagai alat untuk menyeberang sungai, hingga jembatan rangka dari baja maupun jembatan gantung di era dewasa ini. Seiring dengan perkembangan jaman, peran jembatan juga berevolusi. Tidak hanya menjadi sarana penghubung antar wilayah saja, namun juga memegang peran penting dalam sistem transportasi di dalam suatu wilayah. Jembatan adalah elemen kunci dalam sistem transportasi untuk tiga alasan: dapat mengendalikan kapasitas sistem transportasi, memiliki biaya tinggi per mil dari sistem, dan jika jembatan runtuh, sistem transportasi akan runtuh [5]. Jembatan memiliki dua bagian utama, yaitu bagian dek jembatan dengan beraneka jenis gelagar dan bagian pier atau penyangga dek jembatan. Para ahli jembatan umunya merancang jenis gelagar jembatan yang sesuai baik dari segi kekokohan maupun segi kesesuaian dengan fungsi yang diharapkan. Ada banyak jenis gelagar untuk sistem transportasi, salah satunya adalah gelagar tipe kanal atau U-shaped. Jembatan tipe gelagar kanal adalah jembatan dengan jenis gelagar box atau kotak yang salah satu dari bagian sayapnya dihilangkan [1]. Jembatan ini merupakan salah satu konsep inovasi jembatan dalam sistem transportasi. Profilnya menyerupai huruf U dengan dek nya sebagai jalan raya atau rel kereta sedangkan kedua sayap kiri dan kanannya sebagai jalur pejalan kaki. Jembatan ini telah digunakan di beberapa negara yaitu India, Australia dan Perancis. Untuk menerapkannya di Indonesia, diperlukan kajian yang lebih mendalam terhadap perilaku struktur jembatan berupa: lendutan, gaya normal dan momen lentur ditinjau dari pendekatan 3D Finite Element Method dengan melakukan perbandingan antara hasil pemodelan wizard dengan pemodelan Raju dan percobaan lapangan Menon serta pengaruh lendutan dan tegangan yang terjadi terhadap berbagai simulasi parameterik yang digunakan.

3 TINJAUAN TEORITIS Dek Jembatan Tipe Gelagar Kanal (U-Shaped) Jembatan dengan dek tipe kanal atau U adalah jembatan dengan profil box girder yang salah satu dari bagian sayap atasnya dihilangkan [1]. Kekakuan longitudinal dan kekuatannya bersumber dari sayap kiri dan kanan sedangkan slab dek diantara kedua sayap kiri dan kanan nya bersifat sebagai slab satu arah (one-way slab). Gambar 1. Perubahan Gelagar Box Girder Menjadi Gelagar Kanal/ U Tegangan Lentur Prategang Sumber : Devdas Menon dan Vurugonda Raju (2010) [12] Selama balok tidak mengalami keretakan dan baja serta beton tertekan pada daerah elastisnya, maka tegangan pada beton dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan mekanika biasa pada perilaku linear elastis [15]. Tegangan yang terjadi pada serat atas dan bawah beton akibat pengaruh gaya prategang efektif, berat sendiri, beban mati dan beban hidup pada daya layan dapat dirumuskan sebagai:!1 =!"!" 1!!1!!!"!1!2 =!"!" 1 +!!2!! +!"!2 Dimana Pe adalah gaya prategang efektif; Ac adalah luas penampang beton, e adalah eksentristas tendon prategang; c adalah jarak dari pusat massa penampang beton ke ujung penampang beton; r adalah jari-jari girasi dan Mt adalah momen total akibat berat sendiri, beban mati dan beban hidup. Secara lebih jelasnya dapat diilustrasikan pada diagram tegangan berikut:

4 Gambar 2. Tegangan Lentur Akibat Gaya Prategang Efektif dan Beban Layan Sumber : Nilson (1987) [15] Defleksi Pada Balok Sederhana dengan Tendon Prategang Parabolik Gambar 3. Defleksi pada Balok (a) Profil Tendon, (b) Berat Elastis M/Ec Ic, (c) Defleksi Berdasarkan gambar 3. (b), besar R e: Sumber : Nawy (2009) [14]!!! = 1!"!! 2!"!"! 2 3 =!"!! 3!"!" Momen elastis yang terjadi akibat berat We pada tengah bentang (C) adalah:!" =!" =!!! 1 2!"!!!"!"! 2 6!" =!!"!" Kehilangan Tegangan Prategang!"!!!!!!"!!!!" = 3 8!! 2!!"!!!!"!!!" Friksi [11]:!" =!1 (1!!!"!!" ) dimana: f1 adalah tegangan tendon pada titik 1, µ adalah koefisien curvature, K adalah koefisien wooble (per foot/per meter tendon), L adalah panjang tendon keseluruhan dan x adalah panjang tendon antara titik 1 dan 2. Pengangkuran (Anchorage) [14]:!!" =!!!"

5 dimana: a adalah slip pada angkur yang direncanakan (umumnya 6 milimeter), L adalah panjang tendon dan Es adalah modulus elastisitas tendon. Rangkak (Creep) [2]:!" =!"!"!"!"#$!"#$ dimana: Ct adalah Time-dependent creep coefficien 2, fcir adalah tegangan pada beton pada titik beratnya karena gaya prategang yang telah mempertimbangkan pengaruh slip, fcds adalah tegangan pada beton pada titik beratnya karena semua beban mati yang bekerja pada balok setelah diberi pengaruh prategang, Es adalah modulus elastisitas tendon prategang dan Ec adalah modulus elastisitas beton pada umur 28 hari. Susut (Shrinkage) [2]:!" =!"h.!" dimana: εsh adalah Time-dependent shrinkage coefficient dan Es adalah modulus elastisitas tendon prategang. Elastic Shortening of Concrete [11]:!" =!"#!"!"#$ dimana: Kes adalah 0.5 untuk member pascatarik, fcir adalah tegangan pada beton pada titik beratnya karena gaya prategang yang telah mempertimbangkan pengaruh slip, Es adalah modulus elastisitas tendon prategang dan Ec adalah modulus elastisitas beton pada umur 28 hari. Steel Relaxation [11]:!" =!"#!!" +!" +!"! dimana: Kre, J adalah koefisien relaksasi baja berdasarkan jenis tendon yang digunakan, SH adalah loss akibat shrinkage, CR adalah loss akibat creep, ES adalah loss akibat elastic shortening dan C adalah koefisien relaksasi baja berdasarkan jenis tendon yang digunakan dan perbandingan fpi dan fpu. Total Kehilangan Tegangan Prategang [11]:!"## =!" +!"# +!" +!" +!" +!" dimana: FR adalah loss akibat friksi, ANC adalah loss akibat pengangkuran, Es adalah loss akibat elastic shortening, CR adalah loss akibat creep, SH adalah loss akibat shrinkage dan RE adalah loss akibat relaksasi baja. Tegangan Prategang Efektif [11]:!" =!"!"## dimana: fi adalah tegangan prategang inisial dan Loss adalah total kehilangan tegangan prategang.!" METODE PENELITIAN

6 Struktur Jembatan Gelagar Tipe Kanal Jembatan gelagar tipe kanal yang digunakan dimodelisasi dari struktur jembatan Villupuram yang sebenarnya di Tamil Nadu, India. Jembatan ini merupakan jembatan kereta api 1 lajur dengan menggunakan material beton dan tendon prategang. Dalam kajiannya, diambil satu bagian bentang jembatan saja dengan panjang bentang meter. Penampang yang digunakan menyerupai huruf U dengan dimensi sebagai berikut: Gambar 4. Detail Dimensi Penampang U Sumber : Devdas Menon dan Vurugonda Raju (2013) [13] Trase tendon yang digunakan adalah parabolik dengan pengaturan sebagai berikut:

7 Gambar 5. Detail Trase Tendon Pada Berbagai Lokasi Tinjau di Jembatan Sumber : Devdas Menon dan Vurugonda Raju (2013) [13] Spesifikasi Material pada tabel 1: Material utama yang digunakan adalah beton dan tendon prategang seperti dijelaskan Tabel 1. Spesifikasi Material Beton Tendon Prategang Nomor 8 Selain Nomor 8 Mutu/Jenis M45 Low Relaxation Strand Kelas II Modulus Elastisitas (kn/m 2 ) Poisson's Ratio Berat Jenis (kn/m 3 ) Luas Penampang (m 2 ) Gaya Tarik (kn) Sumber : Devdas Menon dan Vurugonda Raju (2013) [13] Pembebanan Beban Mati (D) : adalah berat dari struktur jembatan itu sendiri. Beban Mati Tambahan (SI) : adalah beban mati yang ditambahkan, yaitu ballast [3] setebal 400 mm dan bantalan [18] dengan berat total 8.47 kn/m 2. Beban Prategang (P) : adalah beban dari kontribusi tendon-tendon prategang Beban Hidup (L) : adalah beban pengujian lapangan (berdasarkan Indian Railway Standard pasal ) berupa karung-karung berisi pasir dengan berat keseluruhan 4808 kn ( kn/m 2 ). Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan yang digunakan pada tahap perbandingan hasil (lendutan, gaya normal dan momen lentur) dengan pemodelan Raju dan hasil percobaan lapangan Menon hanya beban hidup (L) saja sedangkan kombinasi yang digunakan pada saat simulasi parametrik adalah kombinasi pada daya layan (1 D + 1 SI + 1 P + 1 L) [3]. Pemodelan dan Metode yang Digunakan

8 Untuk melakukan kajian perilaku jembatan, dilakukan percobaan lapangan oleh Menon berupa pemberian beban karung-karung pasir yang mengacu pada Indian Railway Standard pasal Gambar 6. Percobaan Lapangan dengan Pembebanan Karung-Karung Pasir Sumber : Devdas Menon dan Vurugonda Raju (2010) [12] Dari percobaan ini diperoleh data lendutan khususnya pada tengah bentang. Untuk memperoleh data berupa gaya normal dan momen lentur dan membandingkannya dengan pemodelan Raju, perlu dilakukan pemodelan dengan alat bantu perangkat lunak komputer berbasis Metode Elemen Hingga salah satunya SAP2000. Pemodelan yang digunakan mengacu pada pemodelan Raju yaitu memodelkan struktur jembatan sebagai elemen cangkang (shell) kuadrilateral bernodal empat dengan tendon prategang dimodelkan sebagai beban, mengikuti fitur yang terdapat pada bridge wizard serta perletakan yang dimodelkan sebagai pegas elastomer. Setelah hasil pemodelan mendekati hasil pemodelan Raju, dilakukan simulasi parametrik untuk menganalisis lendutan dan tegangan yang dihasilkan seiring dengan berbagai variasi yang digunakan. Gambar 7. Model Cangkang Kuadrilateral Bernodal Empat dari Jembatan Gelagar Kanal Simulasi Parametrik

9 Dilakukan peninjauan lendutan dan tegangan di tengah bentang untuk berbagai variasi: Variasi mutu beton : setiap mutu beton f c 30, f c 35, f c 40, f c 45, f c 50 MPa Variasi umur jembatan : setiap umur 2 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun Variasi kelembapan relatif lingkungan : pada tingkat kelembapan 55%, 65%, 75% HASIL PENELITIAN Lendutan Struktur di Tengah Bentang Beban (kn) Tabel 2. Perbandingan Lendutan Pemodelan Penulis vs Raju vs Menon Numerik Penulis, Sendi (mm) Numerik Penulis, Pegas (mm) Numerik Raju [13] (mm) Eksperimen Menon [10] (mm) { 1 } - { 3 } (%) { 1 } - { 4 } (%) { 2 } - { 3 } (%) { 2 } - { 4 } (%) { 1 } { 2 } { 3 } { 4 } { 5 } { 6 } { 7 } { 8 } Perbandingan Lendutan di Tengah Bentang vs Pembebanan Pembebanan (kn) Lendutan (mm) Eksperimental Menon [10] Hasil Numerik Raju [13] Hasil Numerik Penulis, Pegas Hasil Numerik Penulis, Sendi Gambar 8. Grafik Perbandingan Lendutan di Tengah Bentang vs Pembebanan Gaya Normal Pada Penampang di Tengah Bentang

10 Tabel 3. Perbandingan Gaya Normal Pemodelan Penulis vs Raju Numerik Penulis Dengan Mesh 50x50 cm 2 (kn/m) Numerik Penulis Dengan Mesh 20x20 cm 2 (kn/m) Numerik Raju [13] (kn/m) { 1 } - { 3 } (%) { 2 } - { 3 } (%) Titik Bagian { 1 } { 2 } { 3 } { 4 } { 5 } Sayap Badan Dek Badan Sayap Gambar 9. Perbandingan Gaya Normal Pemodelan Penulis vs Raju Momen Pada Penampang di Tengah Bentang Tabel 3. Perbandingan Momen Pemodelan Penulis vs Raju Numerik Penulis Dengan Mesh 50x50 cm 2 (kn/m) Numerik Penulis Dengan Mesh 20x20 cm 2 (kn/m) Numerik Raju [13] (kn/m) { 1 } - { 3 } (%) { 2 } - { 3 } (%) Titik Bagian { 1 } { 2 } { 3 } { 4 } { 5 } Sayap Badan Dek Badan

11 Sayap Simulasi Parametrik Variasi mutu beton : Gambar 10. Perbandingan Momen Pemodelan Penulis vs Raju Lendutan vs Mutu Beton, Umur 2 Tahun Lendutan (mm) kn 2404 kn 3606 kn 4808 kn f'c f'c f'c f'c f'c Gambar 11. Grafik Hubungan Lendutan dan Mutu Beton

12 Tegangan Serat Atas Beton (Tekan) Tegangan (kn/m2) F'c 30 Mpa F'c 35 Mpa F'c 40 Mpa F'c 45 Mpa F'c 50 Mpa 2 Bulan Bulan Tahun Tahun Tegangan Serat Bawah Beton (Tarik) Tegangan (kn/m2) F'c 30 Mpa F'c 35 Mpa F'c 40 Mpa F'c 45 Mpa F'c 50 Mpa 2 Bulan Bulan Tahun Tahun Gambar 12. Grafik Hubungan Tegangan dan Mutu Beton Variasi umur jembatan :

13 Lendutan (mm) Lendutan vs Umur Jembatan, Mutu Beton F'c 50 MPa kn 2404 kn 3606 kn 4808 kn 2 Bulan Bulan Tahun Tahun Gambar 13. Grafik Hubungan Lendutan dan Umur Jembatan Tegangan Serat Atas Beton (Tekan) Tegangan (kn/m2) Bulan 6 Bulan 1 Tahun 2 Tahun F'c 30 Mpa F'c 35 Mpa F'c 40 Mpa F'c 45 Mpa F'c 50 Mpa

14 Tegangan Serat Bawah Beton (Tarik) Tegangan (kn/m2) Bulan 6 Bulan 1 Tahun 2 Tahun F'c 30 Mpa F'c 35 Mpa F'c 40 Mpa F'c 45 Mpa F'c 50 Mpa Gambar 14. Grafik Hubungan Tegangan dan Umur Jembatan Variasi kelembapan relatif lingkungan : Lendutan vs Pembebanan, Umur 2 Tahun Lendutan (mm) kn 2404 kn 3606 kn 4808 kn 55% % % Gambar 15. Grafik Hubungan Lendutan dan Kelembapan Relatif Lingkungan

15 Tegangan Serat Atas Beton (Tekan) Tegangan (kn/m2) Bulan 6 Bulan 1 Tahun 2 Tahun 55% % % Tegangan Serat Bawah Beton (Tarik) Tegangan (kn/m2) Bulan 6 Bulan 1 Tahun 2 Tahun 55% % % Gambar 16. Grafik Hubungan Tegangan dan Kelembapan Relatif Lingkungan PEMBAHASAN Lendutan Struktur di Tengah Bentang Berdasarkan tabel dan grafik, ternyata ada kemiripan hasil yang diperoleh antara analisis numerik penulis dengan analisis numerik Raju dan hasil eksperimental Menon. Semakin bertambah pembebanannya, lendutan yang terjadi juga semakin bertambah. Terjadi selisih yang cukup besar antara hasil analisis numerik dengan hasil eksperimental pada tahap awal pembebanan. Hal ini terjadi dimungkinkan karena pada pengaplikasian beban 1202 kn yang pertama, diletakkan secara serempak dan merata. Pada kenyataannya di lapangan, beban sangat sulit untuk diletakkan secara serempak dan merata secara langsung sehingga lendutan

16 yang terjadi pada eksperimen di lapangan lebih kecil. Selain itu perbedaan penggunaan perletakan pada analisis numerik maupun pada eksperimen lapangan mempengaruhi besarnya lendutan yang terjadi. Pada umumnya, penggunaan perletakan pegas akan menghasilkan lendutan yang lebih besar. Juga karena adanya pengaruh suhu pada saat pembebanan di lapangan (hasil eksperimental) yang tidak diperhitungkan dalam pemodelan analisis numerik. Gaya Normal dan Momen Pada Penampang di Tengah Bentang Berdasarkan tabel perbandingan gaya dan momen secara keseluruhan hasil analisis numerik penulis memiliki kemiripan dengan hasil analisis numerik Raju. Meskipun demikian ada selisih yang cukup kecil baik pada gaya maupun momen yang terjadi pada bagian badan dan dek. Selisih ini terjadi kemungkinan karena beberapa faktor penyebab diantaranya perbedaan metode yang digunakan oleh penulis dalam memodelkan struktur. Penulis menggunakan bantuan Bridge Wizard, sedangkan Raju melakukan pemodelan satu demi satu secara manual. Pada Bridge Wizard ada beberapa langkah yang secara otomatis dilakukan oleh wizard dan tidak dilakukan penulis secara manual sehingga ada kemungkinan perbedaan hasil. Selain itu dengan menggunakan Bridge Wizard, meshing pada pemodelan dibentuk secara otomatis. Sedangkan Raju membagi meshing secara manual satu persatu. Perbedaan ukuran mesh yang dibentuk, sangat mempengaruhi perbedaan hasil yang diperoleh. Dapat terlihat bahwa semakin kecil ukuran mesh, hasil yang diperoleh akan semakin presisi dan mendekati dengan hasil pemodelan Raju. Simulasi Parametrik Variasi Mutu Beton : Pada kajian ini, penulis meninjau hubungan lendutan serta tegangan terhadap mutu beton yang ditinjau pada setiap umur jembatan (2 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan 2 tahun). Namun, penulis hanya menampilkan contoh grafik pada umur 2 tahun saja. Dari grafik hubungan lendutan dan mutu beton dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi mutu beton yang digunakan pada struktur jembatan, lendutan yang ditimbulkan akibat pembebanan akan semakin kecil dan sebaliknya, semakin rendah mutu beton yang digunakan maka lendutan yang ditimbulkan akibat pembebanan akan semakin besar. Besar kecil nya lendutan yang terjadi ini dipengaruhi oleh modulus elastisitas beton yang berbeda-beda berdasarkan mutu nya. Semakin tinggi mutu beton yang digunakan, modulus elastisitas juga semakin tinggi, struktur akan semakin kuat sehingga lendutan akan semakin kecil.

17 Dari grafik hubungan tegangan dan mutu beton, semakin tinggi mutu beton yang digunakan, tegangan tarik yang terjadi semakin kecil sedangkan tegangan tekan semakin membesar. Mutu beton semakin tinggi maka besar modulus elastisitas akan semakin tinggi juga. Struktur akan semakin kuat sehingga lendutan yang dihasilkan akan semakin kecil. Lendutan yang semakin kecil akan mengurangi tegangan tarik yang terjadi terutama di serat bawah beton. Selain itu mutu beton yang semakin tinggi dapat mengurangi kehilangan tegangan prategang sehingga tegangan tekan yang terjadi di serat atas beton semakin meningkat. Variasi Umur Jembatan : Pada kajian ini, penulis meninjau hubungan lendutan serta tegangan terhadap umur jembatan yang ditinjau pada setiap mutu beton (f c 30, f c 35, f c 40, f c 45 dan f c 50 MPa). Namun, penulis hanya menampilkan contoh grafik pada mutu beton f c 50 MPa saja. Dari grafik hubungan lendutan dan umur jembatan dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah umur struktur jembatan, lendutan yang ditimbulkan akibat pembebanan akan semakin besar. Besar kecil nya lendutan yang terjadi ini dipengaruhi oleh kehilangan tegangan prategang jangka panjang. Kehilangan yang bersifat jangka panjang adalah kehilangan akibat rangkak (creep), susut (shrinkage) dan relaksasi (relaxation) yang terjadi akibat akumulasi rangkak dan susut. Semakin bertambah umur struktur jembatan, kehilangan akibat rangkak dan susut akan semakin besar, sedangkan kehilangan akibat relaksasi baja akan semakin kecil. Dengan berkurangnya tegangan prategang akibat pengaruh kehilangan tersebut, maka camber akibat prategang akan berkurang, sehingga lendutan akan menjadi besar. Dari grafik hubungan tegangan dan umur jembatan semakin tua umur jembatan, tegangan tarik yang terjadi semakin besar sedangkan tegangan tekan semakin kecil. Umur jembatan semakin tua maka kehilangan tegangan prategang akan semakin besar sehingga tegangan tekan yang terjadi di serat atas beton semakin menurun. Di lain pihak, akibat dari membesarnya kehilangan tegangan prategang mengakibatkan lendutan akan semakin besar. Lendutan yang semakin besar akan mengakibatkan tegangan tarik di serat bawah beton semakin bertambah. Variasi Kelembapan Relatif Lingkungan : Pada kajian ini, penulis meninjau hubungan lendutan serta tegangan terhadap kelembapan relatif lingkungan yang ditinjau pada setiap umur jembatan (2 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan 2 tahun). Namun, penulis hanya menampilkan contoh grafik pada umur 2 tahun

18 saja. Dari grafik hubungan lendutan dan kelembapan, semakin besar kelembapan relatifnya lendutan yang terjadi akan semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil kelembapan relatifnya lendutan yang terjadi akan semakin besar. Kehilangan prategang yang dipengaruhi oleh kelembapan relatif ada dua, yaitu rangkak dan susut. Creep (rangkak) akan berkurang jika humidity (kelembapan relatif) dari ambient conditions meningkat [17]. Hal ini diperkuat juga oleh pernyataan Bamforth, Chisholm, Gibbs dan Harrison yang mengatakan bahwa creep akan lebih banyak terjadi pada kondisi lingkungan yang lebih kering [4]. Selain itu, Nawy juga menyatakan bahwa pertumbuhan shrinkage (susut) akan semakin rendah pada kondisi lingkungan dengan kelembapan relatif yang tinggi [14]. Dapat disimpulkan bahwa kelembapan relatif sangat mempengaruhi kehilangan tegangan prategang khususnya rangkak dan susut. Rangkak dan susut yang semakin kecil akan menyebabkan lendutan yang dihasilkan akibat pembebanan akan semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil kelembapan relatifnya kehilangan tegangan prategang akibat rangkak dan susut akan semakin besar sehingga lendutan yang dihasilkan akibat pembebanan akan semakin besar. Dari grafik hubungan tegangan dan kelembapan, semakin besar kelembapan relatif tegangan tekan pada serat atas beton akan semakin meningkat sedangkan tegangan tarik serat bawah beton akan semakin berkurang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semakin lembab kondisi lingkungan akan cenderung mengurangi kehilangan tegangan prategang terutama akibat rangkak dan susut. Apabila kehilangan tegangan prategang semakin kecil, maka tegangan yang bersifat tekan pada serat atas beton akan semakin besar sedangkan tegangan yang bersifat tarik pada serat bawah beton akan semakin kecil, seiring juga dengan semakin kuatnya struktur jembatan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan: 1. Perbandingan lendutan struktur, gaya normal dan momen lentur antara analisis numerik penulis dengan analisis numerik Raju dan hasil eksperimen lapangan Menon memiliki kemiripan hasil. 2. Semakin tinggi mutu beton yang digunakan, pada titik tinjau di tengah bentang: lendutan semakin kecil, tegangan serat atas beton (tekan) semakin besar dan tegangan serat bawah beton (tarik) semakin kecil.

19 3. Semakin bertambah umur jembatan, pada titik tinjau di tengah bentang: lendutan semakin besar, tegangan serat atas beton (tekan) semakin kecil dan tegangan serat bawah beton (tarik) semakin besar. 4. Semakin tinggi kelembapan relatif suatu lingkungan, pada titik tinjau di tengah bentang: lendutan semakin kecil, tegangan serat atas beton (tekan) semakin besar dan tegangan serat bawah beton (tarik) semakin kecil. SARAN Berikut adalah saran dan masukan apabila penelitian ini akan dilanjutkan atau digunakan sebagai acuan pada penelitian selanjutnya: 1. Pemilihan metode software yang akan digunakan dalam pemodelan struktur jembatan (dengan wizard/manual) hendaknya disesuaikan dengan seberapa kompleks struktur tersebut dan seberapa presisi hasil yang diharapkan. 2. Pemilihan elemen yang akan digunakan dalam memodelkan struktur jembatan (shellthin/shell-thick/solid) hendaknya disesuaikan dengan karakteristik ketebalan struktur dan arah pembebanannya. 3. Penggunaan sumber peraturan sebagai acuan diantaranya Indian Code (IRS) / Indonesian Code (SNI) / American Code (ACI) hendaknya disesuaikan dengan lokasi di mana pemodelan jembatan akan diterapkan. KEPUSTAKAAN 1. B. Gibbens, P. Selby Smith, and G. Joynson. (2004, May). Design-Construction of Sorell Causeway Channel Bridge, Hobart, Tasmania. PCI Journal. vol. 49, pp Badan Standarisasi Nasional. (2004). Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. RSNI-T Badan Standarisasi Nasional. (2005). Standar Pembebanan untuk Jembatan. RSNI-T Bamforth, Chisholm, Gibbs, and Harrison. (2007). Properties of Concrete for Use in Eurocode 2. The Concrete Centre. 5. Barker, Richard M. and Jay A. Puckett. (2007). Design of Highway Bridges. New Jersey: John Wiley & Sons

20 6. Bridgestone Corporation. (2010). High Damping Rubber Bearing (HDR) for Bridges. Accesed on April 17, 2013 from RB2010_11.pdf 7. CSI. (2007). CSI Analysis Reference Manual for SAP2000, ETABS, and SAFE. California: Computer and Structures, Inc University Avenue. 8. Government of India. (2003). Indian Railway Standards Code of Practice for Plain, Reinforced and Prestressed Concrete for General Bridge Construction. Indian Railway Standards. 9. Government of India. (2008). Rules Specifying the Loads for Design of Super-Structure and Sub-Structure of Bridges and For Assessment of the Strength of Existing Bridges. Indian Railway Standards. 10. Katili, Irwan. (2008). Metode Elemen Hingga untuk Analisis Tegangan. Depok: UI 11. Lin, T.Y. (1981). Design of Prestressed Concrete Structures. USA: John Wiley & Sons. 12. Menon, Devdas and V Raju. (2010). Analysis of Behaviour of U-Girder Bridge Decks. Proc of Int Conf on Advances in Civil Engineering. pp Menon, Devdas and V Raju. (2013). Personal Communication via Nawy, E.G. (2009). Prestressed Concrete A Fundamental Approach Fifth Edition. USA: Prentice Hall. 15. Nilson, Arthur H. (1987). Design of Prestressed Concrete. USA: John Wiley & Sons. 16. Parker, Sybil P. (2004). McGraw-Hill Concise Encyclopedia of Science and Technology Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Book Co. 17. Tumilar, Steffie. (1996). Advanced Reinforced Concrete (Bidang Studi: Teknik Struktur). Depok: UI 18. WIKA Beton. Railway Concrete Products. Accesed on April 17, 2013 from d,7/id,1/view,category/

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR)

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR) STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR) Wanda Heryudiasari dan Sjahril A. Rahim Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG* PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG* Reynold Andika Pratama Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830, reynold_andikapratama@yahoo.com

Lebih terperinci

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial Ahmad Basshofi Habieb dan I Gusti Putu Raka Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: ULIL RAKHMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan

Lebih terperinci

ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER

ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER Santi JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Fax. 5300244santilim2601@gmail.com

Lebih terperinci

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang YUNO YULIANTONO, ASWANDY

Lebih terperinci

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer 4) Layout Pier Jembatan Fly Over Rawabuaya Sisi Barat (Pier P5, P6, P7, P8), 5) Layout Pot Bearing (Perletakan) Pada Pier Box Girder Jembatan Fly Over Rawabuaya Sisi Barat, 6) Layout Kabel Tendon (Koordinat)

Lebih terperinci

SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU

SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU Deta Raisa 1,* dan Heru Purnomo 1 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL Edison Leo 1, Nur Agung M.H. 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara edisonleo41@gmail.com 2 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diasumsikan dalam penelitian ini adalah geometri struktur, jenis material, dan properti penampang I girder dan T girder. Berikut

Lebih terperinci

BAB III FORMULASI PERENCANAAN

BAB III FORMULASI PERENCANAAN III - 1 BAB III FORMULASI PERENCANAAN 3.1. Dasar Perencanaan Beton Prategang Pada penelitian lanjutan ini, dasar formulasi perencanaan yang akan digunakan dalam penulisan listing pemrograman juga mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang.

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah konstruksi. Segala sesuatunya harus dipertimbangkan dari segi ekonomis, efisien, dan daya tahan dari

Lebih terperinci

Kemungkinan Terjadinya Retak pada Balok Pratekan Full Prestressing ABSTRAK

Kemungkinan Terjadinya Retak pada Balok Pratekan Full Prestressing ABSTRAK Kemungkinan Terjadinya Retak pada Balok Pratekan Full Prestressing M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: msdarmawan@ce.its.ac.id ABSTRAK Pada

Lebih terperinci

MATERIAL BETON PRATEGANG

MATERIAL BETON PRATEGANG MATERIAL BETON PRATEGANG oleh : Dr. IGL Bagus Eratodi Learning Outcomes Mahasiswa akan dapat menjelaskan prinsip dasar struktur beton prategang serta perbedaannya dengan struktur beton bertulang konvensional

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA)

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA) MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA) Hafizhuddin Satriyo W, Faimun Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS Ramot David Siallagan 1 dan Johannes Tarigan 2 DepartemenTeknik Sipil, Universitas Sumatera Utara,Jl. Perpustakaan No.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN SEGMENTAL DENGAN KONSTRUKSI BERTAHAP METODE BALANCE CANTILEVER TUGAS AKHIR

ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN SEGMENTAL DENGAN KONSTRUKSI BERTAHAP METODE BALANCE CANTILEVER TUGAS AKHIR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN SEGMENTAL DENGAN KONSTRUKSI BERTAHAP METODE BALANCE CANTILEVER TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014 REDESAIN PRESTRESS (POST-TENSION) BETON PRACETAK I GIRDER ANTARA PIER 4 DAN PIER 5, RAMP 3 JUNCTION KUALANAMU Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Jalan Toll Medan-Kualanamu TUGAS AKHIR Adriansyah Pami Rahman

Lebih terperinci

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14 ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14 Dwi Harmono, Rully Irawan, Widarto Sutrisno Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Ivan Julianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia,

Ivan Julianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia, ANALISA STRUKTUR BANGUNAN TINGKAT TINGGI BINUS SQUARE DENGAN METODE PEMBEBANAN LANGSUNG DAN PEMBEBANAN BERTAHAP DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENAMPANG RETAK BETON DAN PENGARUH RANGKAK Ivan Julianto Binus University,

Lebih terperinci

Volume 13 No.2 September 2012 ISSN :

Volume 13 No.2 September 2012 ISSN : Analisis Non Linier Tegangan Dan Deformasi Struktur Jembatan Beton Prategang Pada Tahap Konstruksi Dengan Metode Balanced Cantilever Non-linier Analisis Of Stress And Prestressed Concrete Bridge Structure

Lebih terperinci

KAJIAN GAYA PRATEGANG PRECAST DOUBLE TEE PADA KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 40 M. George Lumbantobing 1 dan Johannes Tarigan 2 ABSTRAK

KAJIAN GAYA PRATEGANG PRECAST DOUBLE TEE PADA KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 40 M. George Lumbantobing 1 dan Johannes Tarigan 2 ABSTRAK KAJIAN GAYA PRATEGANG PRECAST DOUBLE TEE PADA KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 40 M George Lumbantobing 1 dan Johannes Tarigan 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Jl. Perpustakaan No.1

Lebih terperinci

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (RENCANA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR)

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (RENCANA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR) GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAJAR (RENCA KEGIAT BELAJAR MENGAJAR) MATA KULIAH : STRUKTUR BETON III KODE MATA KULIAH : TSS 162 BEB STUDI : 2 SKS SEMESTER : VI DISKRIPSI MATA KULIAH : Mata Kuliah ini memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc. ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH Trinov Aryanto NRP : 0621009 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK RETAK AWAL PADA STRUKTUR GELEGAR BOKS DENGAN PRATEGANG TRANSVERSAL AKIBAT BEBAN KENDARAAN STATIS

ANALISA NUMERIK RETAK AWAL PADA STRUKTUR GELEGAR BOKS DENGAN PRATEGANG TRANSVERSAL AKIBAT BEBAN KENDARAAN STATIS ANALISA NUMERIK RETAK AWAL PADA STRUKTUR GELEGAR BOKS DENGAN PRATEGANG TRANSVERSAL AKIBAT BEBAN KENDARAAN STATIS Aryasa Pradeni, Heru Purnomo Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING Muttaqin Hasan 1, Mochammad Afifuddin 2 dan Cut Erni Sayahtri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Darussalam,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik... 33 Tabel 3.2 Nilai K sh untuk komponen struktur pasca-tarik... 37 Tabel 3.3 Nilai-nilai K re dan J... 38 Tabel 3.4 Nilai C...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat atau laut, jalan raya dan

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Disusun Oleh : Fander Wilson Simanjuntak Dosen Pembimbing : Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan NIP

Tugas Akhir. Disusun Oleh : Fander Wilson Simanjuntak Dosen Pembimbing : Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan NIP ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PERPENDEKAN ELASTIS BETON, SUSUT, RANGKAK DAN RELAKSASI BAJA TERHADAP LENDUTAN BALOK KOMPOSIT BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN PRE-TENSIONING DAN POST-TENSIONING

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LAWAN LENDUT (CAMBER) PADA PEMODELAN JEMBATAN BALANCED CANTILEVER BOX GIRDER ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH LAWAN LENDUT (CAMBER) PADA PEMODELAN JEMBATAN BALANCED CANTILEVER BOX GIRDER ABSTRAK ANALISIS PENGARUH LAWAN LENDUT (CAMBER) PADA PEMODELAN JEMBATAN BALANCED CANTILEVER BOX GIRDER Sugilar Suryanugraha NRP: 1221902 Pembimbing: Dr. Anang Kristianto, ST., MT, ABSTRAK Pada era modern ini pemodelan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERMODELAN

BAB III ANALISA PERMODELAN BAB III ANALISA PERMODELAN III.1 Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, akan direncanakan suatu rangka bidang portal statis tak tentu yang disimulasikan sebagai salah satu rangka dari struktur bangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan yang merupakan jembatan beton prategang tipe post tension. 3.2. Lokasi

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN

DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN STUDI KASUS JEMBATAN LAYANG TENDEAN BLOK M CILEDUK Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjan Teknik Strata

Lebih terperinci

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN GESER HUBUNGAN PELAT DAN KOLOM (SLAB- COLUMN JOINT) PADA BANGUNAN TINGGI AKIBAT BEBAN SEISMIK

STUDI KEKUATAN GESER HUBUNGAN PELAT DAN KOLOM (SLAB- COLUMN JOINT) PADA BANGUNAN TINGGI AKIBAT BEBAN SEISMIK STUDI KEKUATAN GESER HUBUNGAN PELAT DAN KOLOM (SLAB- COLUMN JOINT) PADA BANGUNAN TINGGI AKIBAT BEBAN SEISMIK Rama Alpha Yuri Margareta dan Sjahril A. Rahim 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002 Tania Windariana Gunarto 1 dan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71 DAFTAR LAMPIRAN L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71 62 LAMPIRAN I PENGUMPULAN DATA STRUKTUR BANGUNAN L1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI PADA JEMBATAN CABLE-STAYED

ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI PADA JEMBATAN CABLE-STAYED ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI PADA JEMBATAN CABLE-STAYED ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS DI MOJOKERTO MENGGUNAKAN METODE BETON PRATEGANG SEGMENTAL STATIS TAK TENTU R. Zulqa Nur Rahmat Arif dan IGP Raka,Prof.,Dr.,Ir.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan tinggi tetapi kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Binus Square merupakan sebuah apartemen yang berlokasi di Jl. Budi Raya, Kemanggisan, Jakarta Barat. Jumlah lantai apartemen Binus Square

Lebih terperinci

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG 9 Vol. Thn. XV April 8 ISSN: 854-847 STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG Ruddy Kurniawan, Pebrianti Laboratorium Material dan Struktur Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN JEMBATAN GELAGAR I PADA JEMBATAN JALAN RAYA DAN JEMBATAN KERETA API

ANALISIS PERHITUNGAN JEMBATAN GELAGAR I PADA JEMBATAN JALAN RAYA DAN JEMBATAN KERETA API ANALISIS PERHITUNGAN JEMBATAN GELAGAR I PADA JEMBATAN JALAN RAYA DAN JEMBATAN KERETA API Irpan Hidayat Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Insitut Teknologi Sepuluh Nopember 2014

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Insitut Teknologi Sepuluh Nopember 2014 TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN GRINDULU KABUPATEN PACITAN DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEFER Senin, 30 Juni 2014 Oleh : Dimas Eka Budi Prasetio (3110 100 087) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode numerik dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAP 2000. Metode numerik

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA LAMPIRAN 1 DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA LAMPIRAN 2 PERINCIAN PERHITUNGAN PEMBEBANAN PADA JEMBATAN 4.2 Menghitung Pembebanan pada Balok Prategang 4.2.1 Penentuan Lebar Efektif

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER Oleh : Fajar Titiono 3105.100.047 PENDAHULUAN PERATURAN STRUKTUR KRITERIA DESAIN

Lebih terperinci

KINERJA JEMBATAN RANGKA BAJA YANG DIPERKUAT DENGAN GFRP (GLASS FIBER-REIFORCED POLYMER) Suyadi 1) Eddy Purwanto 1) Ferry Taurus 2)

KINERJA JEMBATAN RANGKA BAJA YANG DIPERKUAT DENGAN GFRP (GLASS FIBER-REIFORCED POLYMER) Suyadi 1) Eddy Purwanto 1) Ferry Taurus 2) KINERJA JEMBATAN RANGKA BAJA YANG DIPERKUAT DENGAN GFRP (GLASS FIBER-REIFORCED POLYMER) Suyadi 1) Eddy Purwanto 1) Ferry Taurus 2) Abstract Analysis of the data in this study is focused on a comparison

Lebih terperinci

Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan

Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan LIA

Lebih terperinci

STUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN

STUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN J. Widjajakusuma 1 dan Marlon 2 1

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PERENCANAAN LENTUR JEMBATAN LALU LINTAS RINGAN MENGGUNAKAN GELAGAR FERRO FOAM CONCRETE

KAJIAN AWAL PERENCANAAN LENTUR JEMBATAN LALU LINTAS RINGAN MENGGUNAKAN GELAGAR FERRO FOAM CONCRETE KAJIAN AWAL PERENCANAAN LENTUR JEMBATAN LALU LINTAS RINGAN MENGGUNAKAN GELAGAR FERRO FOAM CONCRETE Syarifah Asria Nanda Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh syarifah_nanda@yahoo.com Abstrak Umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia. Penggunaan struktur beton prategang ini dinilai mempunyai banyak keuntungan, antara lain (Triwiyono,2003)

Lebih terperinci

: Beton Komposit; Gelagar U; Analisa Linear; Redistribusi Tegangan dan Regangan; Prategang Penuh; Pasca Tarik

: Beton Komposit; Gelagar U; Analisa Linear; Redistribusi Tegangan dan Regangan; Prategang Penuh; Pasca Tarik ANALISA REDISTRIBUSI TEGANGAN DAN REGANGAN PADA GELAGAR BETON KOMPOSIT DENGAN VARIASI MUTU SLAB BETON Teuku Mohammad Akbar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak Jembatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN»> KATA PENGANTAR DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN»> KATA PENGANTAR DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN l n LEMBAR PERSEMBAHAN»> KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN iv vi xi xiv xvi xvii ABSTRAKSI

Lebih terperinci

E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering

E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering Vol. 1, No. 1 (2014) ISSN: 2355-4282 ANALISIS METODE ELEMEN HINGGAPENGARUH PENGAKU MIRING TERHADAP PENINGKATAN MOMEN KRITIS TEKUK TORSI LATERAL Victor

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA Engelbertha Noviani Bria Seran NRP: 0321011 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT. ABSTRAK Salah satu bagian

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA

ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & ANALISA DATA LAUNCHING STAGE. 4.1 Data Fisik, Data Bahan & Perencanaan Dimensi

BAB IV HASIL & ANALISA DATA LAUNCHING STAGE. 4.1 Data Fisik, Data Bahan & Perencanaan Dimensi BAB IV HASIL & ANALISA DATA LAUNCHING STAGE 4.1 Data Fisik, Data Bahan & Perencanaan Dimensi Desain dan spesifikasi jembatan adalah sebagai berikut : Gambar IV-1 Sketsa Segmental Bridge A. Data fisik jembatan

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR

KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR Disusun oleh : RUDI ANTORO 0853010069 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK JURNAL TUGAS AKHIR UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK Oleh : MUHAMMAD ASRUL ANSAR D 0 258 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 6 UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA.

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA. JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 275 282 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 275 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN KALI BAREK, KAB. MALANG DENGAN SISTEM BALOK BETON PRATEKAN MENERUS

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN KALI BAREK, KAB. MALANG DENGAN SISTEM BALOK BETON PRATEKAN MENERUS TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN KALI BAREK, KAB. MALANG DENGAN SISTEM BALOK BETON PRATEKAN MENERUS Oleh : KHOIRUL ALIM R. 3110 040 505 DOSEN PEMBIMBING : Ir. DJOKO IRAWAN, MS. JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA (STUDI PARAMETRIK)

BAB IV ANALISIS DATA (STUDI PARAMETRIK) BAB IV ANALISIS DATA (STUDI PARAMETRIK) 4-1. Pengenalan Awal Dan Notasi Pada bagian akan dikaji lebih dalam pengaruh parameter parameter terkait yang telah ditentukan (suhu, kelembapan dan umur beton pada

Lebih terperinci

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED Agus Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb. TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb. : 1. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban

Lebih terperinci

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S1 Teknik Sipil diajukan oleh : ARIF CANDRA SEPTIAWAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang hampir 70 persen wilayahnya merupakan lautan dan lebih dari 17.504 pulau yang terpisahan oleh laut. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN

ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN Moh. Reshki Maulana 1 dan Made Suangga 2 1 Universitas Bina

Lebih terperinci

JEMBATAN. Februari Bahan Bahan Jembatan

JEMBATAN. Februari Bahan Bahan Jembatan JEMBATAN afebry@teknikunlam.ac.id Februari 2013 Bahan Bahan Jembatan Dasar Konsep Jembatan Dimulai dari ide manusia untuk melintasi sungai dengan cara yang mudah dan aman. Sehingga secara konsep yang diperlukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER ABSTRAK

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER ABSTRAK PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER Try Mei Fitra Solichin NRP : 0721055 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. ABSTRAK Jembatan merupakan suatu struktur untuk penghubung

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M

STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M Isyana Anggraeni Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional, Jln PHH. Mustofa 23 Bandung 40124. Telp:

Lebih terperinci

MODUL 6. S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STRUKTUR BAJA II MODUL 6 S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Konstruksi Komposit. 2. Aksi Komposit. 3. Manfaat dan Keuntungan Struktur Komposit. 4.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Rekayasa Jembatan Kode Mata Kuliah : MPB 1415 SKS : 2(2-0) Waktu Pertemuan : 100 Menit SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran umum mata kuliah Setelah

Lebih terperinci

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM. STUDI ANALISIS MODIFIKASI BATANG TEGAK LURUS DAN SAMBUNGAN BUHUL TERHADAP LENDUTAN, TEGANGAN PELAT BUHUL DAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA JEMBATAN RANGKA BAJA AUSTRALIA KELAS A JURNAL Disusun Oleh: MUHAMMAD

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1)

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1) ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN Suyadi 1) Abstract At standards, the maximum slope of the bridge is 5%. Longitudinal slope of the bridge will determine the length of the bridge,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG DESA TOKO LIMA CALCULATION OF REINFORCED CONCRETE STRUCTURES BRIDGE VILLAGE TOKO LIMA ABSTRACT

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG DESA TOKO LIMA CALCULATION OF REINFORCED CONCRETE STRUCTURES BRIDGE VILLAGE TOKO LIMA ABSTRACT PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG DESA TOKO LIMA CALCULATION OF REINFORCED CONCRETE STRUCTURES BRIDGE VILLAGE TOKO LIMA Program Studi Teknik Sipil Program Studi Strata 1 (Satu) Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STANDAR DESAIN JEMBATAN PRATEKAN UNTUK JALAN RAYA

PERBANDINGAN STANDAR DESAIN JEMBATAN PRATEKAN UNTUK JALAN RAYA PERBANDINGAN STANDAR DESAIN JEMBATAN PRATEKAN UNTUK JALAN RAYA Marcela Merelin Setiadi 1, Irpan Hidayat 2 Student Civil Engineering (Candidate),marcela.setiadi@yahoo.com.sg 1 Lecture Civil Engineering

Lebih terperinci

Materi Pembelajaran : 7. Pelaksanaan Konstruksi Komposit dengan Perancah dan Tanpa Perancah. 8. Contoh Soal.

Materi Pembelajaran : 7. Pelaksanaan Konstruksi Komposit dengan Perancah dan Tanpa Perancah. 8. Contoh Soal. STRUKTUR BAJA II MODUL S e s i Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 7. Pelaksanaan Konstruksi Komposit dengan Perancah dan Tanpa Perancah. 8. Contoh Soal. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

diijinkan. Indikator tegangan dan lendutan belum tentu menghasilkan desain jembatan yang efisien, sehingga diperlukan metode efisiensi dimensi balok y

diijinkan. Indikator tegangan dan lendutan belum tentu menghasilkan desain jembatan yang efisien, sehingga diperlukan metode efisiensi dimensi balok y EFISIENSI PROPERTI BALOK UNTUK PERENCANAAN JEMBATAN BETON PRATEGANG 1 Hasan Basri Maulana 2 Ir. Relly Andayani. MM., MT. 1 Email: hasanmaulana@ymail.com 2 Email: rellyand@staff.gunadarma.ac.id Jurusan

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota Semarang dalam rangka meningkatkan aktivitas

Lebih terperinci

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STRUKTUR BAJA II MODUL 6 S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 10. Penghubung Geser (Shear Connector). Contoh Soal. Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mengetahui, memahami

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat urutan langkah-langkah penelitian secara sistematis sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik. Adapun

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL

PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL Dini Fitria Annur1 dan Johannes Tarigan 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

Lebih terperinci

2.2 Desain Pendahuluan Penampang Beton Prategang 5

2.2 Desain Pendahuluan Penampang Beton Prategang 5 DAFTAR ISF Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI MOTTO DAFTAR ISI j iii iv v DAFTAR GAMBAR,x DAFTAR ISTILAH DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN x X1 xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM I PRATEKAN

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM I PRATEKAN STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM I PRATEKAN Anita Wijaya 1 1 Mahasiswa Program Magister, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN STRUKTUR GUIDEWAY

BAB IV DESAIN STRUKTUR GUIDEWAY BAB IV DESAIN STRUKTUR GUIDEWAY 4.1 UMUM Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, tujuan tugas akhir ini adalah membandingkan dua buah sistem dari beberapa sistem struktur guideway yang dapat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) OLEH : ABDUL AZIZ SYAIFUDDIN 3107 100 525 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I GUSTI

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN KOLOM DAN PERHITUNGAN

BAB III PEMODELAN KOLOM DAN PERHITUNGAN BAB III PEMODELAN KOLOM DAN PERHITUNGAN 3.1. Asumsi Dasar Pada analisis model matematik yang akan dikembangkan, perlu ditetapkan beberapa asumsi dasar agar rumusan yang diturunkan dan teori bisa berlaku.

Lebih terperinci