STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR)"

Transkripsi

1 STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR) Wanda Heryudiasari dan Sjahril A. Rahim Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia wanda.heryudiasari@hotmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk membandingkan keefektifan perilaku jembatan i girder dengan u girder akibat pembebanan yang terjadi pada struktur atas jembatan. Jembatan girder dengan panjang 36,6 meter dibebani oleh beberapa pembebanan yaitu berat sendiri, beban mati tambahan, beban lajur D, beban angin, beban rem, temperatur, dan beban gempa. Jembatan menggunakan beton prategang yang mempunyai kabel prategang pada setiap girdernya. Variasi analisis jembatan pada setiap kondisi awal, kondisi kosong, kondisi akhir 1, dan kondisi akhir 2 menghasilkan nilai lendutan, tegangan, gaya dalam, kehilangan prategang, dan volume pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan jembatan u girder mempunyai tingkat keefektifan yang lebih tinggi daripada jembatan i girder pada hasil perbandingan lendutan, tegangan, dan gaya dalam. Tetapi, volume pekerjaan pada jembatan u girder lebih besar daripada jembatan i girder dengan perbandingan volume adalah 9,86%. Kata kunci : Jembatan ; Jembatan ; pembebanan jembatan; beton prategang; kehilangan prategang; lendutan; gaya dalam; tegangan; volume pekerjaan ABSTRACT The objective of this study was to compare the effectiveness of behavior of i girder bridge with u girder due to loading that occurs on top of the bridge structure. Girder bridge with a length of 36.6 meters which is burdened by a dead load, superimposed dead load, lane D load, wind load, load brakes, temperature, and seismic loads. Prestressed concrete bridge using prestressed cable having at each girder. Variation analysis of the bridge at the beginning of each condition, empty condition, final condition 1 and condition 2 yields the value displacement, stress, internal force, loss of prestressed, and volume of works. The results showed u girder bridges have a higher level of effectiveness than i girder bridge of the results of the comparison displacement, stress, and internal force. However, the cost of construction on the u girder bridge is greater than the i girder bridge with comparison volume is 9,86%. Key words : Bridge; Bridge; bridge loading; prestressed concrete; loss of prestressed; displacement; internal force; stress; volume of works

2 PENDAHULUAN Transportasi adalah kegiatan memindahkan atau mengangkut orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan atau alat lain. Dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah, maka dibutuhkan sarana transportasi. Permasalahan dalam bidang transportasi sangat berkaitan erat dengan perekonomian. Karena dengan adanya sarana transportasi, maka arus perputaran ekonomi akan berjalan dengan lancar. Banyak alternatif penyelesaian dalam permasalahan transportasi, salah satunya adalah pembangunan jembatan yang menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Jembatan merupakan bagian penting dari jalan yang sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi darat. Tipe struktur prestressed concrete adalah beton yang diberi penekanan terlebih dahulu melalui proses stressing sebelum dibebani. Kelebihan dari prestressed concrete adalah dapat digunakan pada bentang panjang sehingga mengurangi efek lendutan akibat beban yang berada diatasnya. Selain itu, dapat mengurangi volume beton pada girder sehingga berat profil menjadi lebih ringan dan beban struktur atas yang dipukulkan ke pondasi menjadi lebih kecil. Flyover dianalisis pada bentang diatas kereta api yaitu bentang terpanjang 36,6 meter. Setelah itu, dilakukan modifikasi perencanaan Flyover Peterongan pada elemen struktur girder yang semula menggunakan jembatan box girder diganti dengan tipe jembatan i girder dan u girder. Kedua tipe tersebut didesain ulang sampai mendapatkan jumlah tendon yang berada pada satu girder. Permodelan dilakukan 1 bentang jembatan yang terdiri dari slab lantai jembatan, deck section, girder, diafragma, pier dan pier head. Peninjauan terletak pada kedua tipe girder tersebut dengan melihat perubahan pada lendutan, reaksi perletakan, gaya dalam, tegangan dan loss of prestressed. Selain itu juga dibandingkan volume pekerjaan pada kedua tipe girder tersebut. TINJAUAN TEORITIS Beton Prategang Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik: kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 persen dari kuat tekannya. Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka letak lentur terjadi pada taraf pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris dan eksentris diberikan dalam arah longitudinal elemen struktural. Beton prategang ini telah berhasil diciptakan sebagai suatu jenis struktur baru sebagai tandingan dari struktur beton

3 bertulang yang mana pada beton prategang penampang beton tidak pernah tertarik maka seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan sistem ini dimungkinkan perancangan struktur-struktur yang langsung dengan bentang-bentang yang panjang. Perbedaan utama antara beton prategang dengan beton bertulang adalah penulangan baja pada beton prategang aktif sedangkan pada beton bertulang penulangannya pasif. Komponen struktur prategang mempunyai tinggi lebih kecil dibandingkan beton bertulang untuk kondisi bentang dan beban yang sama. Pada umunya, tinggi komponen struktur beton prategang berkisar antara 65 sampai 8 persen tinggi komponen struktur beton bertulang. Dengan demikian, komponen struktur prategang membutuhkan lebih sedikit beton dan sekitar 2 sampai 25 persen banyaknya tulangan, penghematan pada berat material ini harus dibayar dengan tingginya harga material bermutu tinggi yang dibutuhkan dalam pemberian prategang, juga bagimanapun sistem yang digunakan, operasi pemberian prategang itu sendiri memberikan tambahan harga. Cetakan untuk beton beton prategang menjadi lebih kompleks. Karena geometris penampang prategangan biasanya terdiri dari penampang bersayap dengan beberapa badan yang tipis. Tegangan Akibat Sistem Prategang Gambar 1: Tegangan Pada Penampang Akibat Gaya Prategang Dimana: Cgc : center gravity of cencrete (titik berat penampang beton) Cgs : center gravity of steel (titik berat penampang baja) Jika cgc berimpit dengan cgs, maka: Akibat gaya prategang F, seluruh bagian penampang akan menerima tegangan tekan:!" =!! Akibat gaya P serat atas penampang akan tertekan dan serat bawah akan tertarik:!" =!!

4 Diagram tegangan akhir akibat F dan P: Gambar 2: Diagram Distribusi Tegangan Akibat Beban dan Gaya Perategang Bila gaya prategang F bekerja pada penampang beton dengan eksentrisitas sebesar e, maka dimungkinkan untuk memecah gaya prategang menjadi dua komponen yaitu beban yang konsentris F yang melalui titik berat dan momen Fe. Dengan teori elasstik tegangan serat pada setiap titik akibat momen Fe diberikan persamaan:! =!"! =!"#! Resultan tegangan serat akibat gaya prategang eksentrisitas dihitung dengan persamaan:! =!! ±!"#! Kehilangan Prategang (Loss Of Prestressed) 1. Rangkak (Creep)!" =!"#!"!"#$!"#$!" dimana: Kcr fcir fcds Es Ec = 1.6 untuk member pascatarik = Tegangan pada beton pada titik beratnya = Tegangan pada beton pada titik beratnya = Modulus elastisitas tendon prategang = Modulus elastisitas beton pada umur 28 hari (fc ) 2. Susut (Shrinkage)!" = 8.2! 1!!!"h!" 1.6!! 1!" dimana: Ksh = 1. untuk member pratarik Ksh untuk member pascatarik disesuaikan dengan tabel berikut: V/S = Rasio perbandingan luas dengan keliling penampang beton RH = Relative humidity (dalam %)

5 3. Elastic Shortening of Concrete dimana:!" =!"#!"!"#$!"! Kes =.5 untuk member pascatarik fcir = Tegangan pada beton pada titik beratnya Es = Modulus elastisitas tendon prategang Ec = Modulus elastisitas beton pada umur 28 hari (fc ) 4. Steel Relaxation!" =!"#!!" +!" +!"! dimana: Kre dan J disesuaikan dengan tabel berikut: SH = Loss akibat Shrinkage CR = Loss akibat Creep ES = Loss akibat Elastic Shortening METODE PENELITIAN Struktur Jembatan Girder Jembatan girder mempunyai tipe pretressed concrete dengan panjang bentang tiap jembatan adalah 36,6 meter. Studi perilaku jembatan ini dibagi menjadi jembatan i girder dan u girder dengan penampang seperti gambar di bawah ini. Elemen struktur pada jembatan ini adalah sandaran, plat lantai jembatan, deck slab, diafragma, girder, pier dan pier head. Gambar 3: Penampang Gambar 4: Penampang

6 Spesifikasi Jembatan Girder pada tabel 1: Material utama yang digunakan adalah beton dan tendon prategang seperti dijelaskan Tabel 1: Spesifikasi Material Jembatan Girder Elemen Struktur Tipe Spesifikasi Mutu Beton (Mpa) Poisson Ratio dan U Tinggi = 12 mm Sandaran 25,2 Girder Jarak = 5 mm Plat Lantai Jembatan Deck Slab Diafragma Pier dan Pier Head Tebal = 2 mm 35,2 Tebal = 2 mm 35,2 Tebal = 6 cm Panjang = 1 cm 35,2 Lebar = 1 cm Tebal = 17 cm Panjang = 1 cm 35,2 Lebar = 1 cm Tebal = 2 cm Tinggi = 21 cm 35,2 Panjang = 21 cm Tebal = 2 cm Tinggi = 175 cm 35,2 Panjang = 22 cm Tinggi = 9 m 41,2 Tinggi = 9 m 41,2 Sumber : Olahan Penulis (213) Girder Perencanaan tipe girder kedua jembatan digunakan girder precast concrete dari perusahaan WIKA Beton yang mempunyai mutu beton adalah 45 MPa dan poisson ratio,2. Spesifikasi penampang girder dapat terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 5: Penampang I-Girder Gambar 6: Penampang U-Girder

7 Pembebanan 1. Beban Sendiri (DL) : berat struktur atas jembatan girder 2. Beban Mati Tambahan (SIDL) : beban tambahan struktur seperti aspal, hujan, instalasi 3. Beban Prategang (PRE) : beban kontribusi dari tendon prategang pada girder 4. Beban Lajur D (VL) : beban ini terbentuk akibat beban kendaraan pada struktur atas. Beban lajur ditinjau pada dua kondisi yaitu kondisi maksimum pada tengah bentang dan kondisi maksimum pada pinggir bentang yang digunakan sebagai variasi pembebanan. 5. Beban Rem (LL) : beban rem terjadi searah sumbu x pada permodelan dan terletak 1,8 m diatas plat lantai jembatan. 6. Beban Angin (W) : Beban angin yang terjadi pada sekitar Wilayah Peterongan dengan kecepatan angin 3 km/jam. Beban angin terletak pada masing-masing pier. 7. Beban Gempa (E) : Respon spektrum di Wilayah Peterongan Pembebanan Tabel 2: Pembebanan Layan 1 DL + 1 PRE ( Awal) 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL ( ) 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL + 1 LL + 1 VL1 ( ) 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL + 1 LL + 1 VL2 ( ) 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL + 1 W + 1 LL 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL + 1 W + 1 VL1 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL + 1 W + 1 VL2 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL + 1 W + 1 LL +,7 VL1 1 DL + 1 PRE + 1 SIDL + 1 W + 1 LL +,7 VL Sumber : Olahan Penulis (213) Ultimate 1,3 DL + 1 PRE ( Awal) 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL ( ) 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 2 VL1 + 2 LL ( ) 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 2 VL2 + 2 LL ( ) 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 2 VL1 + 2 LL + 1 W 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 2 VL3 + 2 LL + 1 W 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 2 VL1 + 1 E 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 2 VL3 + 1 E 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 1 W + 2 LL 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 1 W + 2 VL1 1,3 DL + 1 PRE + 2 SIDL + 1 W + 2 VL3

8 Tendon Prategang Tendon prategang terletak pada masing-masing girder tiap jembatan. Pada jembatan i girder terdapat 2 buah pada masing-masing girder dan jembatan u girder terdapat 4 buah pada masing-masing girder. Spesifikasi data prategang dan permodelan tendon prategang adalah Tabel 3: Data Prategang Data Strand Hasil Jenis tujuh kawat (seven-wire strands) Tegangan leleh (!!" ) 158 MPa Kuat tarik (!!" ) 186 Mpa Diameter nominal 12,7 mm Luas satu nominal (Ast) 56, 45 mm 2 Beban putus minimal (!!" ) 187,32 kn Jumlah Kawat 12 (kawat untaian tiap tendon) Diameter selubung ideal 84 mm Beban putus satu tendon(!!! ) 2247,84 kn Modulus elastisitas (!! ) 193 Mpa Gambar 7: Prestressed Tendon I girder dan Permodelan Struktur Sumber: SAP 2 (213) Gambar 8: Permodelan 1 Bentang Gambar 9: Permodelan 1 Bentang Sumber: SAP 2 (213) Sumber: SAP 2 (213)

9 HASIL PENELITIAN Reaksi Perletakan Reaksi Perletakan Arah Z Awal Gambar 1: Reaksi Perletakan Z!! (*) Sumber : Olahan Penulis (213) Reaksi Perletakan Arah X Awal Gambar 11: Reaksi Perletakan X!! (*) Reaksi Perletakan Arah Y - 1 Awal Gambar 12: Reaksi Perletakan Y!! (*) (*) = ditinjau hanya reaksi satu bentang pada reaksi perletakan pier

10 Gaya Dalam Balok Girder Perbandingan Gaya Dalam Momen 3 1.E+14 m 5.E+13.E+ - 5.E+13 Awal m 18,3 m Bagian 1 18,3 m Bagian 1 18,3 m Bagian 2-1.E+14 18,3 m Bagian 2 Gambar 13: Perbandingan Gaya Dalam Momen 3 Ultimate (*) = Gaya Dalam ditinjau pada balok girder nomer 1 Lendutan Tengah Bentang Perbandingan Lendutan Tengah Bentang Jembatan Arah Z Awal - 6 Gambar 14: Perbandingan Lendutan Jembatan Arah Z Lendutan Pinggir Bentang Perbandingan Lendutan Pinggir Bentang Jembatan Arah Z - 5 Awal Gambar 15: Perbandingan Lendutan Jembatan Arah Z

11 Tegangan Perbandingan Tegangan Tarik Jembatan (Top and BoGom) Layan Awal Center Center LeP LeP Right Gambar 16: Perbandingan Tegangan Tarik Jembatan Layan Perbandingan Tegangan Tekan Jembatan (Top and BoGom) Layan - 5 Awal Center Center - 1 LeP - 15 LeP - 2 Right Gambar 17: Perbandingan Tegangan Tekan Jembatan Layan Loss Of Prestressed Jembatan I girder SH = 28166,51 kn/m! = 28,16651 N/mm! CR = 7747,16 kn/m! = 77,4716 N/mm! ES = 28682,65 kn/m 2 = 28,68265 N/mm 2!"= 22233,11 kn/m 2 = 22,23311 N/mm 2!"#$% = SH + CR + ES +!" = 28, , , ,23311 = 156,129 N/mm! Jembatan SH = 27989,3 kn/m! = 27,9893 N/mm! CR = 1359,5 kn/m! = 13,595 N/mm!

12 ES = 42928,84 kn/m 2 = 42,92884 N/mm 2!" = 227,18 kn/m 2 = 2,2718 N/mm 2!"#$% = SH + CR + ES +!" = 27, , , ,2718 = 221,634 N/mm! Volume Pekerjaan Volume total pekerjaan pada jembatan i girder adalah 741,184 m 3 dan volume total jembatan u girder adalah 814, ,184 m 3. Volume pekerjaan ditinjau 1 bentang jembatan. Perbandingan Volume Pekerjaan Girder Deck Slab Diafragma Prestress Tendon Gambar 18: Perbandingan Volume Pekerjaan PEMBAHASAN Reaksi Perletakan Pada grafik reaksi perletakan Z diatas dapat terlihat kenaikan beban yang signifikan terjadi antara kondisi awal sampai dengan kondisi akhir. Reaksi pada kondisi akhir digunakan untuk perancangan pondasi yaitu terdiri dari berat sendiri, beban prategang, beban mati tambahan, dan beban hidup. Reaksi pada jembatan u girder lebih besar dibandingkan dengan jembatan i girder. Perbedaan ini diakibatkan luas penampang dan berat jenis dari u girder lebih besar dari i girder. Berat sendiri elemen struktur lain seperti diafragma mempunyai nilai yang lebih besar pada u girder dibandingkan dengan i girder. akhir 1 dan kondisi akhir 2 menunjukkan nilai yang sama dikarenakan jumlah beban yang ditransfer ke reaksi perletakan adalah sama. Pengaruh perbedaan antar kedua kondisi dapat terlihat pada lendutan tengah bentang. Pada kondisi awal dan kondisi kosong reaksi perletakan x sangat kecil dikarenakan berat sendiri hanya terjadi reaksi pada arah z sedangkan untuk beban prategang terjadi pada reaksi z dan sedikit pada reaksi x. Untuk beban mati tambahan didefinisikan sebagai surface

13 pressure hanya terjadi pada arah reaksi z. akhir terjadi reaksi yang sangat tinggi dikarenakan terdapat beban hidup yang searah dengan sumbu y yaitu beban angin dan beban rem. Perbedaan nilai reaksi jembatan i girder dan u girder terdapat pada beban prategang. Perbedaan ini dikarenakan jumlah tendon dari kedua beban berbeda satu sama lain sehingga, gaya prategang yang terjadi pada struktur akan berbeda. Tingkat keefisienan struktur jembatan girder apabila ditinjau dari nilai reaksi perletakan dapat ditunjukkan pada jembatan i girder dikarenakan mempunyai berat sendiri yang lebih kecil daripada jembatan u girder. Reaksi perletakan arah y menunjukkan pada kondisi awal nilai dari reaksi y sangat kecil sekali dikarenakan tidak terdapat beban dalam arah y. Pada kondisi kosong dan kondisi akhir menunjukkan nilai yang sama karena pada kondisi ini terdapat beban yang bekerja. Gaya Dalam Gaya dalam pada grafik ditinjau pada gaya dalam momen. Gaya dalam momen diatas menunjukkan pada jembatan i girder menghasilkan gaya dalam momen lebih besar daripada jembatan u girder. Hal ini menunjukkan pada semua kondisi keefektifan jembatan u girder lebih besar pada segi gaya dalam momen 3. Gaya dalam berhubungan dengan beban yang terjadi pada struktur dan pengaruh struktur tersebut dalam menahannya pada arah beban z. Dari tiap kondisi awal sampai dengan akhir menunjukkan peningkatan yang signifikan pada beberapa keadaan yaitu pada betang 36,6 meter. Grafik kebawah menunjukkan gaya dalam momen negatif dan grafik keatas menunjukkan gaya dalam momen positif. Lendutan Tengah Bentang Beban yang terjadi pada jembatan girder lebih banyak terkonsentrasi pada arah z. Sehingga lendutan arah z akan lebih besar daripada lendutan arah x dan arah y. Pada kondisi awal telah terjadi lendutan yang cukup tinggi sekitar 1 mm pada jembatan i girder dan 2 mm pada jembatan u girder. Beban sendiri dan beban prategang lebih banyak terkonsentrasi pada arah z. kosong menunjukkan kenaikan lendutan yang signifikan dibandingkan dari kondisi awal. Setelah ditambahkan beban hidup pada jembatan lendutan menjadi bertambah sekitar 3 4 mm pada kedua jembatan. Lendutan terbesar terjadi pada kondisi akhir 1 yaitu berat sendiri, beban mati tambahan, beban prategang, dan beban lajur D. Hal ini dikarenakan pada beban lajur D beban maksimum terpusat pada tengah bentang sedangkan pada kondisi akhir 2 beban lajur D mempunyai beban maksimum pada pinggir bentang. Beban lajur D meupakan beban yang bergerak sepanjang jembatan yang mempengaruhi besarnya lendutan.

14 Lendutan Pinggir Bentang Grafik diatas menunjukkan nilai lendutan yang lebih besar pada jembatan i girder dibandingkan dengan jembatan u girder. Lendutan maksimum terjadi pada kondisi akhir 2 dikarenakan beban lajur D pada kondisi ini mempunyai beban maksimum pada pinggir bentang. Sedangkan pada kondisi akhir 1 beban maksimum terletak pada tengah bentang. Keempat grafik diatas pada keempat kondisi dapat terlihat kenaikan beban yang signifikan. Tegangan Pada grafik diatas menyatakan perbandingan tegangan tarik dan tekan pada kedua jembatan menunjukkan tegangan jembatan i girder lebih besar daripada tegangan u girder. Hal ini dikarenakan jembatan u girder mempunyai penampang yang lebih besar sehingga dapat menahan beban yang terjadi diatasnya. Keefektifan jembatan u girder lebih besar daripada jembatan i girder. Terkecuali tegangan tarik kondisi awal mempunyai nilai tegangan jembatan u girder lebih besar daripada tegangan i girder dikarenakan kondisi awal belum terjadi pembebanan pada struktur. Selain itu, berat sendiri dan beban prategang pada jembatan u girder lebih besar daripada jembatan i girder. Loss Of Prestressed Berdasakan hasil loss of prestressed jembatan i girder dan u girder dapat disimpulkan kehilangan prategang lebih banyak terdapat pada jembatan u girder. Hal ini disebabkan oleh jumlah prategang pada u girder lebih banyak dikarenakan loss of prestressed berkaitan dengan gaya prategang awal. Gaya prategang ini berkaitan dengan tahapan pembebanan dari tahap trasfer gaya prategang ke beton, sampai ke berbagai tahap prategang yang terjadi pada kondisi beban kerja, hingga mencapai batas ultimit. Momen yang bekerja pada awal prategang juga mempengaruhi besarnya nilai loss of prestressed. Volume Pekerjaan Hasil yang didapatkan dari perbandingan volume pekerjaan diatas adalah volume pekerjaan pada jembatan u girder lebih besar dari jembatan i girder. Terdapat beberapa jumlah volume masing-masing elemen struktur yang mempengaruhi perbedaan total volume pekerjaan tersebut adalah girder, deck slab, diafragma, prestressed tendon.perbandingan selisih volume pekerjaan adalah 9,86%.

15 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari 6 hasil yang telah dibandingkan pada penelitian ini adalah jembatan u girder apabila ditinjau dari lendutan, tegangan, dan gaya dalam mempunyai tingkat keefektifan yang tinggi pada struktur atas. Hasil lendutan, tegangan, dan gaya dalam berhubungan dengan kekakuan struktur jembatan. Kekakuan struktur berhubungan dengan massa yang besar dari jembatan sehingga berpengaruh pada reaksi dan volume pekerjaan yang besar. Tetapi, untuk tahapan konstruksi lebih lanjut jembatan u girder mempunyai volume pekerjaan yang lebih besar dibandingkan dengan jembatan i girder dengan perbandingan selisih volume pekerjaan kedua jembatan adalah 9,86%. SARAN Saran yang dapat diambil dari penelitian ini untuk menunjang keberlanjutan penelitian berikutnya adalah: a). Pengecekan terhadap kapasitas lentur dari kedua jembatan girder dengan perbandingan menggunakan kondisi ultimate. b). Pengecekan terhadap momen nominal dari kedua jembatan girder menggunakan kondisi ultimate c). Pengecekan terhadap kapasitas geser pada kedua jembatan girder untuk melihat pengaruh beban lateral yang terjadi pada struktur atas jembatan. d). Penelitian lebih lanjut dengan analisis push over yang dibandingkan dengan analisis respon spectrum. e). Variasi kombinasi pembebanan dapat ditambahkan pada variasi suhu dan temperatur yang berubah-ubah pada setiap kondisi yang terjadi. Selain itu, dapat dilakukan variasi terhadap arah angin pada muka pier. KEPUSTAKAAN 1. Brochure WIKA Beton. Bridge Concrete Products. PT. Wika Beton 2. Lin, T.Y. (1981). Design of Prestressed Concrete Structures. United States of America: John Wiley & Sons, Inc 3. Nawy,Edward, Suryoatmono,Bambang (21). Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga 4. Nilson, Arthur H. (1987). Design of Prestressed Concrete. New York: John Wiley & Sons, Inc 5. Rancangan Standar Nasional Indonesia. 25. Pembebanan Untuk Jembatan (RSNI T- 2-25), Badan Standardisasi Nasional. 6. Rancangan Standar Nasional Indonesia. 24. Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan (RSNI T-12-24), Badan Standardisasi Nasional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan yang merupakan jembatan beton prategang tipe post tension. 3.2. Lokasi

Lebih terperinci

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer 4) Layout Pier Jembatan Fly Over Rawabuaya Sisi Barat (Pier P5, P6, P7, P8), 5) Layout Pot Bearing (Perletakan) Pada Pier Box Girder Jembatan Fly Over Rawabuaya Sisi Barat, 6) Layout Kabel Tendon (Koordinat)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diasumsikan dalam penelitian ini adalah geometri struktur, jenis material, dan properti penampang I girder dan T girder. Berikut

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat urutan langkah-langkah penelitian secara sistematis sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik. Adapun

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: ULIL RAKHMAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA LAMPIRAN 1 DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA LAMPIRAN 2 PERINCIAN PERHITUNGAN PEMBEBANAN PADA JEMBATAN 4.2 Menghitung Pembebanan pada Balok Prategang 4.2.1 Penentuan Lebar Efektif

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS A. DATA SLAB LANTAI JEMBATAN Tebal slab lantai jembatan t s = 0.35 m Tebal trotoar t t = 0.25 m Tebal lapisan aspal + overlay

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER Oleh : Fajar Titiono 3105.100.047 PENDAHULUAN PERATURAN STRUKTUR KRITERIA DESAIN

Lebih terperinci

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71 DAFTAR LAMPIRAN L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71 62 LAMPIRAN I PENGUMPULAN DATA STRUKTUR BANGUNAN L1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial Ahmad Basshofi Habieb dan I Gusti Putu Raka Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC A. DATA VOIDED SLAB PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B 1 = 7.00 m Lebar trotoar B 2 = 0.75 m Lebar total

Lebih terperinci

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14 ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14 Dwi Harmono, Rully Irawan, Widarto Sutrisno Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S1 Teknik Sipil diajukan oleh : ARIF CANDRA SEPTIAWAN

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014 REDESAIN PRESTRESS (POST-TENSION) BETON PRACETAK I GIRDER ANTARA PIER 4 DAN PIER 5, RAMP 3 JUNCTION KUALANAMU Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Jalan Toll Medan-Kualanamu TUGAS AKHIR Adriansyah Pami Rahman

Lebih terperinci

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT WORKSHOP/PELATIHAN - 2015 Sebuah jembatan komposit dengan perletakan sederhana, mutu beton, K-300, panjang bentang, L = 12 meter. Tebal lantai beton hc = 20 cm, jarak antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang.

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah konstruksi. Segala sesuatunya harus dipertimbangkan dari segi ekonomis, efisien, dan daya tahan dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode numerik dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAP 2000. Metode numerik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) OLEH : ABDUL AZIZ SYAIFUDDIN 3107 100 525 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I GUSTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN

DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN STUDI KASUS JEMBATAN LAYANG TENDEAN BLOK M CILEDUK Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjan Teknik Strata

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN GESER HUBUNGAN PELAT DAN KOLOM (SLAB- COLUMN JOINT) PADA BANGUNAN TINGGI AKIBAT BEBAN SEISMIK

STUDI KEKUATAN GESER HUBUNGAN PELAT DAN KOLOM (SLAB- COLUMN JOINT) PADA BANGUNAN TINGGI AKIBAT BEBAN SEISMIK STUDI KEKUATAN GESER HUBUNGAN PELAT DAN KOLOM (SLAB- COLUMN JOINT) PADA BANGUNAN TINGGI AKIBAT BEBAN SEISMIK Rama Alpha Yuri Margareta dan Sjahril A. Rahim 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS Ramot David Siallagan 1 dan Johannes Tarigan 2 DepartemenTeknik Sipil, Universitas Sumatera Utara,Jl. Perpustakaan No.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER Frisky Ridwan Aldila Melania Care 1, Aswandy

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA)

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA) MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA) Hafizhuddin Satriyo W, Faimun Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MATERIAL BETON PRATEGANG

MATERIAL BETON PRATEGANG MATERIAL BETON PRATEGANG oleh : Dr. IGL Bagus Eratodi Learning Outcomes Mahasiswa akan dapat menjelaskan prinsip dasar struktur beton prategang serta perbedaannya dengan struktur beton bertulang konvensional

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN. ii LEMBAR PERSEMBAHAN.. iii KATA PENGANTAR. iv ABSTRAKSI vi DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR TABEL xv DAFTAR NOTASI.. xx DAFTAR LAMPIRAN xxiv BAB I

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan pada semester VIII,

KATA PENGANTAR. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan pada semester VIII, KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penganalisaan ini adalah Analisis

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Kali Jangkok Dengan Menggunakan Precast Segmental Box Girder Upper structure design of kali Jangkok Bridge using segmental box girder Sus Mardiana 1, I Nyoman Merdana

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN END BLOCK BALOK BETON PRATEGANG DENGAN MODEL PENUNJANG DAN PENGIKAT (STRUT AND TIE MODEL) ABSTRAK

ANALISIS DAN DESAIN END BLOCK BALOK BETON PRATEGANG DENGAN MODEL PENUNJANG DAN PENGIKAT (STRUT AND TIE MODEL) ABSTRAK ANALISIS DAN DESAIN END BLOCK BALOK BETON PRATEGANG DENGAN MODEL PENUNJANG DAN PENGIKAT (STRUT AND TIE MODEL) Irfiani Fauzia NRP : 1021050 Pembimbing: Winarni Hadipratomo, Ir. ABSTRAK Strut and tie model

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS DI MOJOKERTO MENGGUNAKAN METODE BETON PRATEGANG SEGMENTAL STATIS TAK TENTU R. Zulqa Nur Rahmat Arif dan IGP Raka,Prof.,Dr.,Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL

PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL Dini Fitria Annur1 dan Johannes Tarigan 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN LAYANG JOMBOR DENGAN TIPE PRESTRESS CONCRETE I GIRDER BENTANG SEDERHANA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN LAYANG JOMBOR DENGAN TIPE PRESTRESS CONCRETE I GIRDER BENTANG SEDERHANA TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN LAYANG JOMBOR DENGAN TIPE PRESTRESS CONCRETE I GIRDER BENTANG SEDERHANA Disusun Oleh : MUHAMMAD ROMADONI 20090110085 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Gambar III.1 Pemodelan pier dan pierhead jembatan

Gambar III.1 Pemodelan pier dan pierhead jembatan BAB III PEMODELAN JEMBATAN III.1 Pemodelan Jembatan Pemodelan jembatan Cawang-Priok ini menggunakan program SAP-2000 untuk mendapatkan gaya-gaya dalamnya, performance point untuk analisa push over, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik... 33 Tabel 3.2 Nilai K sh untuk komponen struktur pasca-tarik... 37 Tabel 3.3 Nilai-nilai K re dan J... 38 Tabel 3.4 Nilai C...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Umum Metodologi adalah suatu proses, prinsip dan prosedur yang akan digunakan untuk mendeteksi masalah dalam mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah pendekatan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS Panjang bentang jembatan L = 15.00 m Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B1 = 7.00 m Lebar trotoar B2 = 1.00 m Lebar total jembatan B1 + 2 * B2 =

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG* PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG* Reynold Andika Pratama Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830, reynold_andikapratama@yahoo.com

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Disusun Oleh : Fander Wilson Simanjuntak Dosen Pembimbing : Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan NIP

Tugas Akhir. Disusun Oleh : Fander Wilson Simanjuntak Dosen Pembimbing : Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan NIP ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PERPENDEKAN ELASTIS BETON, SUSUT, RANGKAK DAN RELAKSASI BAJA TERHADAP LENDUTAN BALOK KOMPOSIT BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN PRE-TENSIONING DAN POST-TENSIONING

Lebih terperinci

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb. TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb. : 1. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERMODELAN

BAB III ANALISA PERMODELAN BAB III ANALISA PERMODELAN III.1 Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, akan direncanakan suatu rangka bidang portal statis tak tentu yang disimulasikan sebagai salah satu rangka dari struktur bangunan

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Insitut Teknologi Sepuluh Nopember 2014

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Insitut Teknologi Sepuluh Nopember 2014 TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN GRINDULU KABUPATEN PACITAN DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEFER Senin, 30 Juni 2014 Oleh : Dimas Eka Budi Prasetio (3110 100 087) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STRUKTUR BAJA II MODUL 6 S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 10. Penghubung Geser (Shear Connector). Contoh Soal. Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mengetahui, memahami

Lebih terperinci

MODUL 6. S e s i 4 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 4 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STRUKTUR BAJA II MODUL 6 S e s i 4 Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 8. Kekuatan Lentur Gelagar Komposit Keadaan Ultimit. 8.1. Daerah Momen Positip. 8.. Daerah Momen Negatip.

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN JEMBATAN

ANALISIS BEBAN JEMBATAN DATA JEMBATAN ANALISIS BEBAN JEMBATAN JEMBATAN SARJITO II YOGYAKARTA A. SISTEM STRUKTUR PARAMETER KETERANGAN Klasifikasi Jembatan Klas I Bina Marga Tipe Jembatan Rangka beton portal lengkung Jumlah bentang

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KELAYAKAN PADA GELAGAR JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PRECAST U DAN I

ANALISA PERBANDINGAN KELAYAKAN PADA GELAGAR JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PRECAST U DAN I ANALSA PERBANDNGAN KELAYAKAN PADA GELAGAR JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PRECAST U DAN Firmansyah Parlindungan Lubis 1 dan Rahmi Karolina 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Jl. Perpustakaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP

PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP TUGAS AKHIR PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP (Kasus Jembatan Tanah Ayu, Kec. Abiansemal, Kab. Badung) Oleh : I Putu Agung Swastika 0819151024 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia dalam melakukan berbagai interaksi antar manusia sebagaimana halnya mahkluk sosial. Interaksi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN JEMBATAN SRANDAKAN KULON PROGO D.I. YOGYAKARTA [C]2008:MNI-EC A. DATA SLAB LANTAI JEMBATAN b2 b1 b3 b1 b2 trotoar (tebal = tt) aspal (tebal = ta) slab (tebal = ts) ts ta

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN JEMBATAN GELAGAR I PADA JEMBATAN JALAN RAYA DAN JEMBATAN KERETA API

ANALISIS PERHITUNGAN JEMBATAN GELAGAR I PADA JEMBATAN JALAN RAYA DAN JEMBATAN KERETA API ANALISIS PERHITUNGAN JEMBATAN GELAGAR I PADA JEMBATAN JALAN RAYA DAN JEMBATAN KERETA API Irpan Hidayat Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang YUNO YULIANTONO, ASWANDY

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN STRUKTUR GUIDEWAY

BAB IV DESAIN STRUKTUR GUIDEWAY BAB IV DESAIN STRUKTUR GUIDEWAY 4.1 UMUM Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, tujuan tugas akhir ini adalah membandingkan dua buah sistem dari beberapa sistem struktur guideway yang dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL Edison Leo 1, Nur Agung M.H. 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara edisonleo41@gmail.com 2 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Umum Perencanaan struktur suatu gedung bertingkat secara rinci membutuhkan suatu rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA.

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA. JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 275 282 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 275 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

KAJIAN GAYA PRATEGANG PRECAST DOUBLE TEE PADA KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 40 M. George Lumbantobing 1 dan Johannes Tarigan 2 ABSTRAK

KAJIAN GAYA PRATEGANG PRECAST DOUBLE TEE PADA KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 40 M. George Lumbantobing 1 dan Johannes Tarigan 2 ABSTRAK KAJIAN GAYA PRATEGANG PRECAST DOUBLE TEE PADA KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 40 M George Lumbantobing 1 dan Johannes Tarigan 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Jl. Perpustakaan No.1

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan tinggi tetapi kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1)

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1) ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN Suyadi 1) Abstract At standards, the maximum slope of the bridge is 5%. Longitudinal slope of the bridge will determine the length of the bridge,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fly Over atau Overpass Jembatan yaitu suatu konstruksi yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau melintang tidak

Lebih terperinci

diijinkan. Indikator tegangan dan lendutan belum tentu menghasilkan desain jembatan yang efisien, sehingga diperlukan metode efisiensi dimensi balok y

diijinkan. Indikator tegangan dan lendutan belum tentu menghasilkan desain jembatan yang efisien, sehingga diperlukan metode efisiensi dimensi balok y EFISIENSI PROPERTI BALOK UNTUK PERENCANAAN JEMBATAN BETON PRATEGANG 1 Hasan Basri Maulana 2 Ir. Relly Andayani. MM., MT. 1 Email: hasanmaulana@ymail.com 2 Email: rellyand@staff.gunadarma.ac.id Jurusan

Lebih terperinci

MODUL 6. S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STRUKTUR BAJA II MODUL 6 S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Konstruksi Komposit. 2. Aksi Komposit. 3. Manfaat dan Keuntungan Struktur Komposit. 4.

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan...

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAKSI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xix DAFTAR NOTASI...

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER ABSTRAK

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER ABSTRAK PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER Try Mei Fitra Solichin NRP : 0721055 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. ABSTRAK Jembatan merupakan suatu struktur untuk penghubung

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T-03-2005 Retnosasi Sistya Yunisa NRP: 0621016 Pembimbing: Ir. Ginardy Husada, MT. ABSTRAK Jembatan rangka baja merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS PADA JEMBATAN PAMEUNTASAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG

PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS PADA JEMBATAN PAMEUNTASAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS PADA JEMBATAN PAMEUNTASAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG UPPER STRUCTURE CALCULATION OF PAMEUNTASAN BRIDGE AT SOREANG BANDUNG DISTRICT Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Jembatan merupakan suatu struktur yang memungkinkan transportasi yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus melintasi sungai, danau, kali jalan raya, jalan kereta api dan lain lain. Jembatan

Lebih terperinci

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STRUKTUR BAJA II MODUL 6 S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 10. Penghubung Geser (Shear Connector). Contoh Soal. Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mengetahui, memahami

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD

PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan tarik putus (ultimate stress ), f u = 370 MPa Tegangan sisa (residual stress

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG Elfania Bastian Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat ABSTRAK Struktur merupakan bagian

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN TIPE KANAL TEGAK TERHADAP PEMBEBANAN STATIS

KAJIAN PERILAKU JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN TIPE KANAL TEGAK TERHADAP PEMBEBANAN STATIS KAJIAN PERILAKU JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN TIPE KANAL TEGAK TERHADAP PEMBEBANAN STATIS Gilang Bhisma Pratama 1,* dan Heru Purnomo 1 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat atau laut, jalan raya dan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ANALISIS PELAT KONVENSIONAL DAN PELAT PRACETAK ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN ANALISIS PELAT KONVENSIONAL DAN PELAT PRACETAK ABSTRAK STUDI PERBANDINGAN ANALISIS PELAT KONVENSIONAL DAN PELAT PRACETAK Rd. Roro Galuh S. G. NRP : 0821012 Pembimbing: Winarni Hadipratomo, Ir. ABSTRAK Pelat merupakan komponen dalam bangunan yang dibuat untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm B. Perhitungan Sifat Penampang Balok T Interior Menentukan lebar efektif balok T B ef = ¼. bentang balok = ¼ x 19,81 = 4,95 m B ef = 1.tebal pelat + b w = 1 x 200 + 400 = 00 mm =, m B ef = bentang bersih

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM: PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh GRACE HELGA MONALISA BAKARA

Lebih terperinci

JEMBATAN. Februari Bahan Bahan Jembatan

JEMBATAN. Februari Bahan Bahan Jembatan JEMBATAN afebry@teknikunlam.ac.id Februari 2013 Bahan Bahan Jembatan Dasar Konsep Jembatan Dimulai dari ide manusia untuk melintasi sungai dengan cara yang mudah dan aman. Sehingga secara konsep yang diperlukan

Lebih terperinci

Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu Lintas Ringan

Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu Lintas Ringan Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Pracetak Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak) sudah mulai banyak dimanfaatkan karena produk yang dihasilkan melalui produk masal dan sifatnya berulang. Selain itu

Lebih terperinci

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Ganter Bridge, 1980, Swiss Perencanaan Struktur Beton Bertulang Beton dan Beton Bertulang Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah, semen, dan air. Bahan lain (admixtures)( ) dapat ditambahkan

Lebih terperinci