DESAIN KEMASAN PRODUK UMKM MAKANAN RINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI BOGOR RONI ABDUL DERAJAT SIREGAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN KEMASAN PRODUK UMKM MAKANAN RINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI BOGOR RONI ABDUL DERAJAT SIREGAR"

Transkripsi

1 DESAIN KEMASAN PRODUK UMKM MAKANAN RINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI BOGOR RONI ABDUL DERAJAT SIREGAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul DESAIN KEMASAN PRODUK UMKM MAKANAN RINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI BOGOR adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017 Roni Abdul Derajat Siregar NIM I

4

5 ABSTRAK RONI ABDUL DERAJAT SIREGAR. Desain Kemasan Produk UMKM Makanan Ringan dan Pengaruhnya terhadap Minat Beli Konsumen di Bogor. Di bawah bimbingan ANNA FATCHIYA. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu pelaku usaha di Indonesia memiliki kendala dalam hal desain kemasan pada produkproduknya khususnya produk makanan ringan. Desain kemasan merupakan salah satu aspek yang dapat menarik minat beli konsumen. Kondisi persaingan pasar yang semakin ketat, menuntut para pelaku UMKM makanan ringan untuk meningkatkan desain kemasan agar dapat bersaing dengan produk makanan ringan lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efektivitas desain kemasan produk UMKM makanan ringan dan menganalisis pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan ringan terhadap minat beli konsumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data kualitatif sebagai pendukung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemasan produk UMKM makanan ringan memiliki desain kemasan yang efektif dan kurang efektif. Uji F menunjukkan bahwa desain kemasan produk UMKM makanan ringan secara signifikan mempengaruhi minat beli konsumen. Kata kunci: desain kemasan, minat beli, UMKM makanan ringan ABSTRACT RONI ABDUL DERAJAT SIREGAR. Packaging Design of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSME) Snacks Product and Its Effect towards Consumer Buying Interest in Bogor. Supervised by ANNA FATCHIYA. Micro, Small, and Medium Enterprises (MSME) as one of businesses sectors in Indonesia have constraints on packaging design of their products, especially on snacks product. Packaging design is aspect that attracts on consumer buying interest. The tightly market competition requires Small and Medium Enterprises to improve their packaging design products in order to compete with other products. This research aims to analyze the effectivity of packaging design of MSME snacks product and to analyze the effect of packaging design of MSME snacks product on consumer buying interest. This research is using quantitative approach and supported by qualitative data.the results showed that packaging design of MSME snacks product have packaging design effective and less effective. F test showed that packaging design of MSME snacks product significantly affects on buying interest. Keywords: buying interest, packaging design, mikro, small and medium enterprises

6

7 DESAIN KEMASAN PRODUK UMKM MAKANAN RINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI BOGOR RONI ABDUL DERAJAT SIREGAR I Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017

8

9 Judul Skripsi : Desain Kemasan Produk UMKM Makanan Ringan dan Pengaruhnya terhadap Minat Beli Konsumen di Bogor Nama : Roni Abdul Derajat Siregar NIM : I Disetujui oleh Dr Ir Anna Fatchiya, MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal lulus :

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul Desain Kemasan Produk UMKM Makanan Ringan dan Pengaruhnya terhadap Minat Beli Konsumen di Bogor ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat menjadi sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Dr Ir Anna Fatchiya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mendukung, dan memberikan inspirasi serta saran masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi. Ayahanda Drs Rusman Fenndi Siregar dan Ibunda Nurmani Barasa serta Hendri Siregar, Dedi Rachmat Siregar, Yudi Syahputra Siregar, Saova Desiana Siregar sebagai saudara kakak kandung yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan SKPM 50 yang telah memotivasi dan mendukung penulis dalam kelancaran penulisan skripsi, teman satu bimbingan Anindita Lintangdesi Afriani yang selalu memberikan semangat dan menjadi teman diskusi dalam penulisan skripsi, Reddi Rahmadilaga, Abdul Wafa, Rahmat Darmawan, Fauzi Perdana, Rizky, Charity Naysa, Dian Permata Sari, Fevi Rahma, Cindy Pricilla, Xezly Fegis yang telah memberikan dukungan moril dalam proses penyelesaian skripsi ini, serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2017 Roni Abdul Derajat Siregar I

12

13 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Masalah Penelitian 2 Tujuan Penelitian 3 Kegunaan Penelitian 3 PENDEKATAN TEORITIS 4 Tinjauan Pustaka 4 Komunikasi Pemasaran 4 Konsep Kemasan 5 Desain Kemasan 6 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 9 Produk Makanan Ringan UMKM 10 Karakteristik Konsumen 12 Minat Beli 12 Hasil Penelitian Sebelumnya 14 Kerangka Pemikiran 16 Hipotesis Penelitian 17 METODE PENELITIAN 18 Metode Penelitian 18 Lokasi dan Waktu Penelitian 18 Teknik Penentuan Responden dan Informan 19 Teknik Pengumpulan Data 20 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 20 Definisi Operasional 21 GAMBARAN UMUM 26 Profil Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 26 Karakteristik Responden 31 DESAIN KEMASAN 32 Daya Tarik Visual Desain Kemasan 32 Daya Tarik Fungsional Desain Kemasan 48 MINAT BELI DAN PENGARUH DESAIN KEMASAN PRODUK UMKM TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN 53 Minat Beli 53 Pengaruh Desain Kemasan Produk UMKM terhadap Minat Beli Konsumen 55 SIMPULAN DAN SARAN 58 Simpulan 58 Saran 58 DAFTAR PUSTAKA 59 LAMPIRAN 63

14

15 DAFTAR TABEL 1 Aspek penilaian pada kondisi kemasan produk makanan ringan 10 usaha rumah tangga kecil (UKM) di Kabupaten Kediri 2 Segmentasi variabel pasar konsumen 12 3 Definisi operasional variabel karakteristik responden 21 4 Definisi operasional variabel daya tarik visual 22 5 Definisi operasional variabel daya tarik fungsional dan minat beli 24 6 Sebaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, 31 tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan 7 Penilaian responden terhadap daya tarik visual desain kemasan 32 kripik ubi, opak ubi jalar, dan crispy nila 8 Perbandingan sebaran responden tentang daya tarik visual desain 34 kemasan kripik ubi, opak ubi jalar, dan crispy nila berdasarkan kategori dan jumlah persentase 9 Penilaian responden terhadap efektivitas daya tarik fungsional 49 desain kemasan kripik ubi, opak ubi jalar, dan crispy nila 10 Jumlah dan persentase responden terhadap minat beli Persentase responden berdasarkan minat beli Hasil dugaan pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan 56 ringan terhadap minat beli konsumen DAFTAR GAMBAR 1 Model komunikasi pemasaran (Tjiptono 2008) 4 2 Proses pengambilan keputusan pembelian (Setiadi 2003) 12 3 Kerangka pemikiran pengaruh desain kemasan produk UMKM 17 makanan ringan terhadap minat beli konsumen 4 Kemasan kripik ubi 27 5 Kemasan produk opak ubi jalar 29 6 Kemasan produk crispy nila 30 7 Perbandingan kondisi warna dan bentuk kemasan produk keripik 34 ubi, opak ubi jalar, dan crispy nila 8 Perbandingan logo kemasan produk keripik ubi, opak ubi jalar, dan 39 crispy nila 9 Perbandingan huruf produk keripik ubi, opak ubi jalar, dan crispy 44 nila 10 Perbandingan tata letak keripik ubi, opak ubi jalar,dan crispy nila 46

16

17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi penelitian 64 2 Jadwal penelitian 67 3 Daftar responden 68 4 Hasil uji statistik deskripsi dan inferensial 70 5 Dokumentasi penelitian 80 6 Riwayat hidup 81

18

19

20

21 PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku usaha di Indonesia dengan tujuan yang telah ditetapkan pada UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah pada Bab II Pasal 3 bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Jumlah UMKM di Indonesia terbilang cukup banyak dan mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat telah terjadi peningkatan jumlah UMKM sebesar 2.3 persen yaitu sejumlah unit UMKM pada tahun 2011 dan unit UMKM pada tahun Melihat jumlah yang mengalami peningkatan pada tiap tahunnya, UMKM memiliki potensi dalam mendukung dan berkontribusi pada peningkatan perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu sektor yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia, UMKM harus memiliki inovasi agar dapat meningkatkan produknya dalam dunia bisnis khususnya dalam menarik minat pembeli pada produk yang akan dipasarkan. Tidak hanya itu, mengingat persaingan antar pelaku usaha yang terus meningkat, pelaku UMKM juga harus meningkatkan kinerja usahanya untuk membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen atau calon konsumen lainnya agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa. Namun demikian, salah satu kendala yang dihadapi UMKM dalam melakukan kegiatan usaha adalah proses pemasaran. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arinda (2013), bahwa kendala yang umumnya dialami oleh pelaku UMKM diantaranya adalah pengetahuan pemasaran yang minim, keterbatasan pengetahuan teknologi, dan pengetahuan bisnis yang lemah. Komunikasi pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi produsen untuk mengenalkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen. Menurut Kusumastuti (2009) komunikasi pemasaran merupakan aplikasi komunikasi yang memiliki fungsi sebagai faktor pendorong atau pembantu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Komunikasi pemasaran memiliki beberapa langkah agar kegiatan tersebut menjadi efektif diantaranya adalah mengidentifikasi audiens yang dituju, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih saluran komunikasi, menentukan anggaran promosi, serta membuat keputusan atas bauran promosi (marketing mix) (Kusumastuti 2009). Salah satu cara yang dapat dilakukan UMKM dalam meningkatkan kualitas produknya yaitu dengan memaksimalkan fungsi kemasan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cenadi (2000) yang menyatakan bahwa kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya dan berfungsi sebagai media komunikasi. Kemasan (packaging) diartikan sebagai kegiatan merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk (Dewi dan Hidayat 2015). Kemasan dianggap sebagai bagian yang tak terlepaskan dalam kegiatan pemasaran. Saat ini, kemasan telah diakui sebagai salah satu unsur penting yang dapat meningkatkan pemasaran antara produsen dengan konsumen. Sesuai dengan pendapat Cenadi (2000) yang mengatakan bahwa kemasan (packaging) dianggap sebagai P kelima

22 2 dalam elemen penting strategi pemasaran, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi). Menurut Rahayu (2014) kemasan produk yang menarik akan mendorong seorang konsumen untuk memberikan kemudahan bagi konsumen dalam penggunaan maupun penyimpanan sehingga konsumen merasa puas. Desain yang unik, ukuran yang bermacam-macam, warna, bentuk dan informasi yang diberikan pada kemasan akan semakin mempengaruhi konsumen dalam menentukan pilihan produk. Hal tersebut menunjukkan bahwa desain kemasan memiliki pengaruh yang besar terhadap minat beli konsumen pada produk-produk yang ditawarkan. Namun demikian, kemasan menjadi salah satu masalah yang saat ini sedang dihadapi oleh pelaku UMKM. Sesuai dengan pendapat Suhendra (2009) bahwa saat ini pelaku UMKM di Indonesia sering kali mengalami kendala dalam hal kemasan. Pelaku usaha UMKM terjebak dengan pemikiran bahwa produk UMKM tidak harus memiliki kemasan bagus sedangkan kemasan bagus hanya menjadi milik industri besar Produk makanan ringan Keripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila merupakan beberapa produk UMKM makanan ringan yang sedang berkembang di pasar. Seiring dengan tingginya persaingan antar pelaku usaha dalam memasarkan produk, UMKM harus memperhatikan desain kemasan pada produk yang akan dipasarkan untuk menarik minat beli konsumen. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2014) bahwa kemasan secara signifikan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian yang bermaksud untuk menganalisis Desain Kemasan Produk UMKM Makanan Ringan dan Pengaruhnya terhadap Minat Beli Konsumen di Bogor. Masalah Penelitian Desain kemasan memiliki peran penting sebagai media komunikasi antara produsen dengan konsumen. Namun pada kenyataannya, kondisi kemasan produk UMKM berada pada kondisi yang sangat rendah atau dengan kata lain tidak menjadi prioritas utama bagi pelaku UMKM tersebut. Dilihat dari desain kemasan, kemasan yang baik adalah kemasan yang memiliki warna yang menarik, bentuk yang sesuai dengan produknya, logo yang mencerminkan produk, ilustrasi yang mudah dimengerti, dan huruf yang mudah dibaca serta tata letak yang seimbang. Ditinjau dari fungsi kemasan, sebuah kemasan (packaging) yang baik minimal memiliki keempat fungsi dasar kemasan yaitu sebagai alat pelindung terhadap produk atau komoditi yang dikemas, sebagai alat untuk memudahkan pada saat proses distribusi, media promosi atau display terhadap produk yang dikemas serta sebagai media informasi produk terhadap konsumen yang membeli atau memakainya. Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu; bagaimana tingkat efektivitas desain kemasan produk UMKM makanan ringan? Kemasan telah menjadi salah satu faktor penting dalam proses pemasaran. Sesuai dengan pendapat Cenadi (2000), bahwa daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya dan menjadikan kemasan sebagai pemicu karena kemasanlah yang langsung berhadapan dengan konsumen. Hal tersebut mengharuskan kemasan agar mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon yang baik dan positif pada produk. Dalam hal ini kemasan

23 3 mampu mempengaruhi konsumen untuk membeli produk, karena sesuai dengan tujuan akhir dari sebuah pengemasan adalah untuk menciptakan penjualan dan meraih keuntungan. Berdasarkan fakta tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu; bagaimana pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan ringan terhadap minat beli konsumen? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis tingkat efektivitas desain kemasan produk UMKM makanan ringan dalam menarik perhatian konsumen. 2. Menganalisis pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan ringan terhadap minat beli konsumen. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan atau studi literature khususnya di bidang komunikasi pemasaran. 2. Bagi Pemerintah Kota Bogor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan kepada para pelaku UMKM dalam hal packaging (kemasan). 3. Bagi pelaku UMKM, penelitian ini diharapkan mampu menjadi indikator untuk menghasilkan produk yang lebih baik khususnya pada aspek kemasan.

24 PENDEKATAN TEORITIS Komunikasi Pemasaran Tinjauan Pustaka Asosiasi Pemasaran Amerika atau AMA (The American Marketing Association) mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu serta tujuan organisasi. Definisi tersebut meletakkan konsep pertukaran atau ex-change sebagai konsep sentral dalam pemasaran (Morissan 2010). Kotler dan Armstrong (2001) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Menurut Tjiptono (2008) pada dasarnya komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Proses komunikasi pemasaran dapat dijelaskan seperti Gambar 1. Gagasan Pemahaman Media Encode Pesan Decode Pengirim Decode Feed- Back Encode Penerima Pemahaman Pemahaman Gangguan Gangguan fisik Masalah semantik Perbedaan budaya Gambar 1 Model Komunikasi Pemasaran (Tjiptono 2008)

25 5 Konsep Kemasan Cenadi (2000) mendefinisikan kemasan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu: 1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan, yaitu kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca. 2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran, yaitu melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya. 3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan, yaitu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin. Dengan kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik perhatian konsumen. Selain itu, kemasan juga dapat mangurangi kemungkinan kerusakan barang dan kemudahan dalam pengiriman yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan keputusan kepada masing-masing anggota sosial itu sendiri. Ada empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2008) : 1. Swalayan (self service), jumlah produk yang semakin bertambah di jual secara swalayan di pasaran dan toko yang memberikan potongan harga. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk. 2. Kemakmuran konsumen (consumer offluence), meningkatkan jumlah konsumen-konsumen akan berarti bahwa konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik. 3. Citra perusahaan dan merek (company and brand image), perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk. 4. Peluang inovasi (inovational opportunity), cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen. Klimchuck dan Krasovec (2006) meyatakan bahwa terdapat elemen-elemen umum yang diperlukan pada kemasan yaitu; (1)Tanda merek; (2) Nama merek; (3) Nama produk; (4) Keterangan komposisi (ingridients); (5) Berat bersih; (6) Informasi nilai gizi; (7) Tanggal kadaluarsa, peringatan bahaya, arahan penggunaan, dosis, instruksi; (8) Ragam; (9) Barcode

26 6 Desain Kemasan Menurut Klimchuck dan Krasovec (2006) desain kemasan adalah alat komunikasi yang mengaitkan bentuk, struktur, metarial, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen, desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Menurut Klimchuck dan Krasovec (2006), desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan pekerjaan yang berbeda, karena itu, pengetahuan mengenai antropologi, sosiologi, psikologi, etnografi, dapat memberi manfaat dalam proses desain dan pilihan desain yang tepat. Cenadi (2000) juga menuturkan bahwa kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respons emosional positif yang secara tidak langsung berkata, Belilah saya. Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional dan rasional. Sebuah desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. Menurut Cenadi (2000), terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam desain kemasan antara lain sebagai berikut: 1. Faktor pengamanan, yaitu kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama. 2. Faktor ekonomi, yaitu perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang, produk-produk susu atau makanan bayi dalam karton, dan lain-lain. 3. Faktor pendistribusian, yaitu kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan. 4. Faktor komunikasi, yaitu sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat diberdirikan, harus diletakkan pada posisi tidur sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik, maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah gagal. 5. Faktor ergonomi, yaitu pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya, bentuk botol minyak goreng Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan

27 tekstur agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya terkena minyak. 6. Faktor estetika, yaitu keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot.tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal. 7. Faktor identitas, yaitu, secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk yang lain. 8. Faktor promosi, yaitu kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi. Dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat efektif untuk menarik perhatian konsumenkonsumen baru. 9. Faktor lingkungan, yaitu kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990 organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah lingkungan (environmentally friendly ), dapat didaur ulang (recyclable ) atau dapat dipakai ulang (reusable). Cenadi (2000) juga berpendapat bahwa, agar suatu produk berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional). 1. Daya Tarik Visual Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup unsurunsur grafis yaitu : a. Warna Menurut Klimchuck dan Krasovec (2006), warna merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dari desain kemasan. Konsumen lebih mengidentifikasi warna kemasan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna membedakan kepribadian, menarik perhatian ke atribut-atribut lainnya, dan memungkinkan untuk membuat perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai. Warna juga dianggap sebagai segi penting suatu kepribadian produk atau citra merek. Jika warna mempunyai karakter yang unik atau memiliki arti sekunder, warna bisa menjadi merek dagang dan menjadi bagian dari keseluruhan pembungkus dagang suatu kemasan. Pemakaian satu warna yang konsisten dalam satu desain kemasan atau dalam suatu lini produk dapat menetapkan warna sebagai alat pengidentifikasi merek. Konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk atau rupa. Dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat penjualan. Warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari 7

28 8 jarak jauh dan direkomendasikan sebagian besar kemasan, karena memilik daya tarik dan dampak yang lebih besar (Natadjaja et al. 2009). b. Bentuk Bentuk kemasan merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Namun tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kemasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produk, pertimbangan mekanis, kondisi marketing, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan kemasan tersebut (Natadjaja et al. 2009). c. Logo dan Merek Klimchuck dan Krasovec (2006) menjelaskan bahwa merek adalah nama dagang yang diberikan pada sebuah produk atau jasa. Dari perspektif desain kemasan, merek adalah sebuah nama, sebuah tanda khas kepemilikan dan representasi produk, jasa, orang, dan tempat. Merek sebagai Identitas suatu produk sangat diperlukan sekali. Hal ini untuk membedakan kemasan yang kita buat dengan kemasan yang lain Tujuan lain dengan adanya merek atau logo adalah mengenalkan produk kita kepada masyarakat dalam bentuk non-produk. Misalnya dalam pamflet spanduk dan alat komunikasi yang lain. Dengan adanya simbolsimbol dalam merek atau logo, maka masyarakat akan cepat mengenali produk yang akan dipasarkan (Natadjaja et al. 2009). d. Ilustrasi Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah kemasan karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata. Ilustrasi, dalam hal ini termasuk fotografi, dapat mengungkapkan suatu yang lebih cepat dan lebih efektif daripada teks. Pembubuhan ilustrasi dalam suatu produk media harus didasarkan pada fungsinya yang khas. Suatu kemasan dipandang akan lebih berdaya tarik bila dibubuhi ilustrasi, kecuali untuk kondisi tertentu mungkin tidak diperlukan ilustrasi (Natadjaja et al. 2009). e. Huruf Klimchuck dan Krasovec (2006) menjelaskan bahwa huruf atau tipografi adalah medium utama untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen luas. Pada akhirnya tipografi pada desain kemasan menjadi salah satu elemen paling penting dari ekspresi visual produk. Huruf atau teks pada produk media juga dianggap sebagai pesan kata-kata dan digunakan untuk menjelaskan produk yang ditawarkan dan mengarahkan sedemikian rupa agar konsumen bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Tipe huruf disesuaikan dengan tema dan tujuan dari produk tersebut (Natadjaja et al. 2009). Klimchuck dan Krasovec (2006) juga menjelaskan bahwa tipografi dalam sebuah desain kemasan haruslah : 1. Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa kaki jauhnya. 2. Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga dimensi. 3. Dapat dimengerti oleh sejumlah pengamat yang berbeda latar belakangnya.

29 9 4. Dapat dipercaya dan informatif dalam mengkomunikasikan produk. f. Tata Letak Menata letak berarti meramu seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu (Natadjaja et al. 2009). Semua unsur grafis tersebut dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons positif tanpa disadarinya. Sering terjadi konsumen membeli suatu produk yang tidak lebih baik dari produk lainnya walaupun harganya lebih mahal. Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang mempengaruhi konsumen secara psikologis tanpa disadarinya. Misalnya produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang tidak jauh berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan kelembutan yang divisualkan dengan baik pada desain kemasannya, diantaranya menggunakan warna-warna lembut (pastel) dan merek dengan font script atau italic (miring) dan memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak dipilih oleh konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun mandi tersebut. 2. Daya Tarik Fungsional Cenadi (2000) mendefinisikan daya tarik praktis atau fungsional merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor, misalnya untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain (1)_Dapat melindungi produk; (2) Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan (3) Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman; (4) Dapat digunakan kembali (reusable); (5) Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang; (6) Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil, orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebih digolongkan sebagai usaha besar. UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) menurut undang-undang no. 20 tahun 2008, adalah: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:

30 10 a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp (tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima puluh milyar rupiah). Produk Makanan Ringan UMKM Kemasan UMKM di Indonesia berada pada tingkat yang rendah dan buruk. Kondisi kemasan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Natadjaja et al. (2009) mengenai kondisi kemasan makanan dan minumam UMKM atau industri skala rumah tangga di Kabupaten Kediri. Tabel 1 Aspek penilaian pada kondisi kemasan produk makanan ringan usaha rumah tangga kecil (UKM) di Kabupaten Kediri Bahan Kemasan Faktor Desain Kemasan Aspek Penilaian Keamanan Ekonomi Distribusi Kondisi Kemasan 1. Plastik tipis 2. Cara penutup yang tidak benar Belum dapat melindungi dari kerusakan Harga bahan tidak melebihi produk yang dikemas (Rp. 100 s/d Rp. 200) Kemasan dan isinya tidak dalam keadaan baik ketika sampai di konsumen.

31 11 Tabel 1 Aspek penilaian pada kondisi kemasan produk makanan ringan usaha rumah tangga kecil (UKM) di Kabupaten Kediri (Lanjutan) Aspek Penilaian Komunikasi Identitas Lingkungan Kondisi Kemasan Desain kemasan banyak yang belum mencerminkan citra merek Desain kemasan tidak mudah dikenali dan tidak mudah dibedakan dari produk daerah lain Ramah lingkungan, tersedia di lingkungan Elemen Desain Kemasan Warna Bentuk Logo Ilustrasi Huruf 1. Tidak menarik 2. Warna tidak kontras 1. Belum beragam 2. Belum menyesuaikan dengan sifat produk Tidak mencerminkan produknya 1. Ilusrasi yang ada belum menarik 2. Tidak mudah dimengerti 1. Mudah dibaca 2. Bentuk tidak sesuai dengan produk 3. Huruf tidak dipilih dengan jeli dan pertimbangan yang matang Tata Letak 1. desain tidak terlihat seimbang antara warna bentuk, merek, illustrasi dan huruf 2. desain kemasan belum proporsional dan belum menunjukkan kesatuan. Sumber : Natadjaja et al. (2009) Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada aspek penilaian penelitian desain kemasan industri kecil rumah tangga (UMKM) yang dilakukan oleh Natadjaja et al. (2009) faktor desain kemasan yang meliputi faktor-faktor keamanan, ekonomi, komunikasi, dan identitas memiliki hasil yang sangat rendah atau masih kurang diperhatikan oleh pelaku usaha kecil menengah. Pada faktor keamanan, seharusnya para pelaku usaha membuat sebuah kemasan yang dapat melindungi produk yang dijual dari proses pemasaran hingga produk berada ditangan konsumen. Pada faktor ekonomi, sudah saatnya pelaku usaha kecil untuk meningkatkan harga yang lebih tinggi pada kemasan yang akan berdampak pada peningkatan kualitas produk yang dipasarkan. Hal tersebut sesuai dengan fungsi kemasan yang tidak hanya dianggap sebagai pembungkus produk saja, tetapi dapat menjual produk yang dikemasnya (Cenadi 2000). Pada faktor komunikasi, para pelaku UMKM seharusnya menjadikan kemasan sebagai sarana komunikasi yang dapat menghubungkan antara penjual dengan konsumen. Pada faktor identitas, para pelaku usaha kecil seharusnya mulai membuat suatu perbedaan yang khusus dan sesuai dengan produk yang ditawarkan sehingga dapat mudah diingat dan memiliki identitas yang jelas, sedangkan pada faktor lingkungan

32 12 sudah sangat diperhatikan oleh pelaku usaha kecil dimana para pelaku usaha tersebut memperhatikan lingkungan sekitar dan menggunakan bahan kemasan yang ramah lingkungan seperti besek atau bambu, daun pisang, dan kertas. Karakteristik Konsumen Penentuan target pasar UMKM makanan ringan dapat ditinjau dari pembagian segmentasi variabel demografis, meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan (Kotler dan Armstrong 2008). Keterangan segmentasi variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Segmentasi variabel pasar konsumen Segmentasi Indikator Usia Di bawah 6, 6-11, 12-19, 20-34, 35-49, 50-64, 65+ Pendidikan Pekerjaan Sekolah dasar, sekolah menengah; lulusan sekolah menengah; perguruan tinggi; lulusan perguruan tinggi Profesional dan teknis; manajer, pejabat, dan pemilik lahan; tenaga administrasi; wiraniaga; pengrajin; supervisor, operatif; petani; pensiunan; pelajar; ibu rumah tangga; pengangguran Pendapatan Di bawah $10.000; $ $20.000; $ $30.000; $ $50.000; $ $ ; $ ke atas Minat Beli Menurut Setiadi (2003) seorang pembeli melewati beberapa proses dalam mengambil keputusan pembelian seperti yang dijelaskan pada Gambar 2. Mengenali Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Membeli Gambar 2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian (Setiadi 2003) Perilaku Pasca Pembelian Setiadi (2003) menyatakan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Penjelasan mengenai tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Mengenali Kebutuhan Setiadi (2003) menjelaskan bahwa proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang atau

33 kebutuhan dapat timbul karena disebabkan rangsangan eksternal seseorang.. 2. Pencarian Informasi Pada tahap ini, seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Kita dapat membedakan dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencairan informasi yang sedang-sedang saja disebut sebagai perhatian yang meningkat. Proses mencari informasi secara aktif dimana ia mencari bahan-bahan bacaan, dan lainnya. Umumnya jumlah aktivitas pencairan kosnumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi pemecahan masalah yang ekstensif. 3. Evaluasi Alternatif Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir? Ternyata tidak ada proses evaluasi yang sederhana dan tunggal yang digunakan oleh konsumen atau bahkan oleh satu konsumen pada seluruh situasi membeli. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional (Setiadi 2003) 4. Keputusan Pembeli Pada tahap evaluasi, Setiadi (2003) menjelaskan bahwa konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. Walaupun demikian, dua faktor dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama sikap orang lain, sejauh sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal: (1) Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen, dan; (2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin tinggi intensitas sikap negatif orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen maka semakin besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya. 5. Prilaku Sesudah Pembelian Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakantindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar. Berdasarkan kelima tahap tersebut, dapat dikatakan bahwa minat beli adalah proses pada tahap ke tiga yaitu pada tahap evaluasi alternatif. Dari kelima tahap tersebut juga dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang sudah sampai pada tahap evaluasi alternatif, maka akan memiliki pengenalan kebutuhan dan pencarian informasi yang tinggi pada suatu produk. Minat beli juga diartikan sebagai kemungkinan seseorang untuk membeli suatu produk yang diinginkannya. Ferdinand (2002) mengidentifikasi minat beli melalui indikator-indikator sebagai berikut: 13

34 14 a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. Hasil Penelitian Sebelumnya Sub bab ini akan mendeskripsikan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kemasan dan minat beli. Berikut merupakan beberapa penelitian yang terkait: 1. Penelitian Sihombing dan Helmi (2014) mengenai pengaruh harga, kemasan, dan iklan terhadap keputusan pembelian Minute Maid Pulpy Orange pada siswa SMA Negeri 1 Medan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masyarakat perkotaan yang memiliki aktivitas yang padat sehingga menyebabkan perubahan pola konsumsi minuman yang praktis dan simpel menjadi suatu keharusan bagi pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga, kemasan, iklan, terhadap keputusan pembelian minuman Minute Maid Pulpy Orannge pada siswa SMA Negeri 1 Medan. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan uji F menunjukkan bahwa harga, kemasan, dan iklan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Minute Maid Pulpy Orange di SMA Negeri 1 Medan. Variabel kemasan dan variabel iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian 2. Penelitian Zulkarnaen dan Ulfah (2013) mengenai pengaruh kemasan, kualitas, merek dan harga terhadap keputusan pembelian sampo Pantene pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persaingan dalam memperebutkan konsumen yang semakin lama menjadi semakin tinggi. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya alternatif produk yang dapat dipilih oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemasan, kualitas, merek dan harga terhadap keputusan pembelian sampo Pantene pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (Uji- F) menunjukkan bahwa pengaruh variabel kemasan, kualitas, merek dan harga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian Sampo Pantene pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Variabel kemasan dan variabel harga berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. 3. Penelitian Nuryanti dan Rahman (2008) mengenai pengaruh variasi dan kemasan produk terhadap keputusan pembelian Teh Kotak Ultrajaya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persaingan yang terjadi pada berbagai sektor baik industri jasa dan non jasa seperti industri minuman, yang

35 memiliki tingkat persaingan dalam bisnis yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi variasi produk yang meliputi ukuran, harga, dan rasa, deskripsi kemasan yang terdiri atas bentuk, bahan, warna, gambar, dan label. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kemasan Teh Kotak Ultrajaya terdiri dari bentuk, bahan, warna, gambar, dan label. Dimana skor tertinggi diperoleh indikator bahan kemasan sedangkan skor terkecil diperoleh indikator warna dalam mempengaruhi keputusan pembelian produk. 4. Penelitian Budi et al. (2010) mengenai analisis kepuasan konsumen terhadap brand switching behavior minuman teh dalam kemasan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh loyalitas konsumen yang diisukan sebagai hal yang sangat penting dan menarik bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang pemasaran produk ataupun jasa. Penelitian ini menggunakan variabel eksogen produk atau kualitas produk yang didalam pengukurannya menggunakan desain kemasan pada produk minuman teh dalam kemasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemasaran yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen adalah kualitas produk meliputi rasa, aroma, dan kemasan serta reputasi merek. 5. Penelitian Ujiyanto dan Abdurachman (2004) mengenai analisis faktorfaktor yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen sarung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi dan paling mempengaruhi minat beli konsumen dalam memilih produk sarung. Penelitian ini telah dilakukan di Gresik dan Pasuruan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan data dikumpulkan melalui kuesioner kepada 120 responden. Penelitian ini menghasilkan bahwa faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli sarung adalah kualitas, referensi, merk dan warna serta kemasan, harga, diskon dan hadiah. Dari keseluruhan faktor tersebut kualitas dan referensi merupakan faktor yang paling dominan, sedangkan faktor kemasan adalah faktor yang kurang dipertimbangkan konsumen dalam memilih produk sarung. 6. Dewi dan Hidayat (2015) mengenai pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan bingka nayad batam. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan globalisasi yang menyebabkan pelanggan semakin menjad lebih selektif dalam menentukan kualitas produk yang diberikan demi mencapai kepuasan bagi pelanggan. Kualitas produk biasanya dapat diukur dengan merek dan kemasan. Hasil penelitian ini adalah variabel merek dan kemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Variabel merek dan kemasan secara simultan memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan yang dilakukan dengan pengujian uji f. 7. Penelitian Christy dan Ellyawati (2015) mengenai pengaruh desain kemasan (packaging) pada impulsive buying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh desain kemasan (packaging) pada impulsive buying. Hasil penelitian ini adalah desain kemasan (desain grafis, struktur desain, informasi produk) secara simultan mampu memprediksi perubahan impulsive buying dan secara parsial memiliki pengaruh yang positif maupun signifikan pada impulsive buying. 15

36 16 8. Penelitian Rosalina et al. (2015) mengenai desain kemasan untuk meningkatkan nilai tambah madu bunga kopi sebagai produk unggulan daerah. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah permasalahan yang sangat sering dihadapi oleh petani Indonesia yaitu serapan teknologi dan pemasaran produk yang sangat rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui desain kemasan yang menarik bagi madu yang dihasilkan oleh para petani. Penelitian ini menghasilkan beberapa fakta mengenai kemasan madu murni buah kopi diantaranya adalah kemasan botol sudah lebih tepat dibandingkan kemasan sachet/plastik, suatu kemasan harus terdapat khasiat/manfaat dari produk, dan warna yang tepat untuk digunakan dalam kemasan adalah warna yang lebih menarik Kerangka Pemikiran Kualitas desain kemasan yang meliputi unsur grafis dan faktor fungsional dari sebuah desain kemasan dapat meningkatkan minat beli konsumen. Sesuai dengan penelitian beberapa ahli bahwa dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80 persen adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasat mata (visual). Karena itulah, unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain: (1), warna (2), bentuk (3), merek (4), ilustrasi (5), huruf dan (6), tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasatmata (visual communication) (Cenadi 2000). Warna merupakan salah satu unsur grafis yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Konsumen akan memilih untuk membeli suatu produk yang memiliki warna yang kontras. Unsur bentuk juga dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Bentuk yang sesuai dengan sifat produk, mempertimbangkan penjualan, pemajangan, dan cara penggunaaannya merupakan beberapa bentuk yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Merek adalah suatu ciri khas yang ada pada suatu produk. Konsumen akan membeli produk yang memiliki merek mudah dikenali, simpel, memiliki ciri khas, dan memiliki perbedaan dengan produk lain. Ilustrasi atau gambar yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen adalah ilustrasi yang menarik dan mudah dimengerti tanpa membaca teks. Huruf yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen adalah huruf yang mudah dibaca dan sesuai dengan produk. Tata letak juga merupakan unsur grafis yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Konsumen akan membeli suatu produk yang memiliki tata letak yang terlihat seimbang antara warna, bentuk, merek, illustrasi dan huruf serta memiliki urutan arah baca yang jelas. Selain unsur grafis, daya tarik praktis (fungsional) juga dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor seperti, untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain (1) dapat melindungi produk, (2) mudah untuk disimpan, (3) dapat digunakan kembali (reusable), (4) mudah dibawa, (5) memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill) (Cenadi 2000). Desain kemasan meliputi unsur grafis atau desain visual dan faktor fungsional dapat mempengaruhi minat beli kensumen. Dalam hal ini, minat beli

37 17 konsumen diartikan sebagai perilaku konsumen yang memiliki keinginan dalam hal membeli suatu produk dengan alasan daya tarik visual dan daya tarik fungsional dari suatu desain kemasan produk. Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benarbenar dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan pembelian pada kesempatan mendatang (Suradi et al. 2012). Desain Kemasan X1 Daya Tarik Visual : X1.1 Warna X1.2 Bentuk X1.3 Logo X1.4 Ilustrasi X1.5 Huruf X1.6 Tata Letak Y Minat Beli Konsumen X2 Daya Tarik Fungsional 1. Melindungi produk 2. Mudah disimpan 3. Dapat digunakan kembali (reusable) 4. Mudah dibawa 5. Dapat diisi ulang (refill) Keterangan : mempengaruhi Gambar 3 Kerangka Pemikiran Pengaruh Desain Kemasan Produk UMKM Makanan Ringan terhadap Minat Beli Konsumen Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat pada Gambar 2, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga daya tarik visual desain kemasan mempengaruhi minat beli konsumen 2. Diduga daya tarik fungsional desain kemasan mempengaruhi minat beli

38 METODE PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang dilakukan dengan melihat hubungan antar variabel. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survei melalui instrumen kuesioner yang diberikan kepada responden. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai efektivitas desain kemasan produk kemasan UMKM dan pengaruh desain kemasan UMKM terhadap minat beli konsumen. Penelitian ini juga bersifat explanatory yaitu metode penelitian yang menjelaskan pengaruh antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi 1989). Sementara data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan maupun catatan harian lapang yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendukung dan menginterpretasikan data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai efektivitas desain kemasan produk UMKM dan pengaruh desain kemasan produk UMKM terhadap minat beli konsumen. Sebelum ke lokasi penelitian, 10 kuesioner akan dilakukan uji coba terlebih dahulu sehingga peneliti dapat melihat sejauhmana validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah dibuat (Lampiran 4). Uji validitas dilakukan untuk menunjukan sejauh mana alat pengukur yang dilakukan sesuai dengan mengukur apa yang ingin di ukur, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan apabila digunakan lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten (Singarimbun dan Effendi 1989). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah perumahan Bogor, Jawa Barat dengan memperhatikan tingkat penghasilan masyarakat, yakni pemukiman di Ciomas, Bantarjati, dan kawasan pemukiman di Bogor bagian timur yaitu perumahan Bogor Nirwana Residence (BNR). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan meliputi: 1. Perumahan di kawasan Ciomas ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan menengah ke bawah (Lampiran 1). Pemilihan lokasi perumahan didasarkan karena dekatnya dengan stasiun Bogor dan kemudahan angkutan kota untuk mencapai stasiun. Sebagian besar penduduk di kawasan ini bekerja di Jakarta dan menggunakan KRL sebagai moda transportasinya (Tohjira et al. 2010) 2. Komplek Indrapasta I dan II, Bantarjati dan sekitarnya. Perumahan ini ditujukan bagi masyarakat berpengasilan menengah. Penduduk perumahan ini 60 persen bekerja di dalam kota Bogor dan sisanya bekerja di Jakarta (Lampiran 1). Penduduk yang bekerja di Jakarta banyak menggunakan akses jalan kabupaten Bogor maupun terminal Baranangsiang (Tohjira et al. 2010).

39 19 3. Perumahan Bogor Nirwana Residence (BNR). Pihak pengembang merencanakan perumahan ini untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke atas (Lampiran 1). Penduduk perumahan ini sebagian besar bekerja di Jakarta dan menggunakan kendaraan pribadi melalui akses jalan tol Jagorawi (Tohjira et al. 2010). Penyusunan skripsi ini dilaksanakan pada jangka waktu dari bulan Juni 2016 sampai dengan Januari 2017 (Lampiran 2). Penelitian yang dilakukan dimulai dengan penyusunan proposal, kolokium, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan revisi. Teknik Penentuan Responden dan Informan Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Unit analisis pada penelitian ini adalah individu. Pemilihan responden ini dilakukan dengan non-probability sampling menggunakan metode purposive dengan mendatangi beberapa alamat di masing-masing lokasi penelitian. Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini berjumlah 60 orang dengan masingmasing 20 orang dari setiap kelas sosial pada wilayah perumahan yang telah ditentukan. Alasan memilih 60 responden adalah jumlah minimal responden pada uji statistik adalah 35 responden, sehingga 60 responden sudah dapat mewakili jawaban populasi. Responden pada penelitian ini adalah masyarakat yang menetap di kawasan pemukiman Ciomas dengan tingkat pendapatan rendah, Komplek Indrapasta I dan II Bantarjati sebagai masyarakat dengan tingkat pendapatan menengah, perumahan BNR Bogor sebagai masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi. Responden pada penelitian ini adalah responden yang tidak pernah membeli produk UMKM makanan ringan yang akan diteliti. Hal tersebut dilakukan agar jawaban responden terhadap efektivitas desain kemasan dan pengaruh desain kemasan UMKM terhadap minat beli tidak bias oleh faktor lain (harga, rasa, kebutuhan dan lain-lain) dan jawaban responden mutlak berasal dari desain kemasan pada masing-masing produk. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah masyarakat yang sudah dikategorikan dewasa atau memiliki umur 20 hingga 65 tahun. Alasan pemilihan responden tersebut dikarenakan masyarakat dengan kategori umur dewasa sudah dapat mengambil keputusan atau minat beli pada suatu produk. Selain itu, responden dapat membaca dan tidak buta warna agar dapat melihat dan mengukur kondisi desain kemasan pada produk yang akan diteliti. Responden akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat karena jawabannya dianggap dapat mewakili minat beli konsumen pada daerah tersebut. Produk yang diteliti pada penelitian ini adalah produk Keripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila. Pemilihan produk tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dan dapat mewakili produk UMKM makanan ringan. Informan adalah individu yang mampu memberikan keterangan mengenai dirinya sendiri, pihak perusahaan, pihak lain atau lingkungannya. Orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah pemilik produk UMKM makanan ringan Keripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila serta stafnya. Informan-informan tersebut dipilih secara purposive karena dianggap mengetahui dengan jelas mengenai kondisi desain kemasan pada produk UMKM tersebut (Lampiran 5).

40 20 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara survei, observasi dan wawancara mendalam dengan menggunakan instrumen kuesioner kepada responden maupun panduan pertanyaan wawancara kepada informan. Data primer juga didapatkan melalui catatan harian hasil wawancara mendalam kepada informan dengan mengunakan panduan pertanyaan. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor UMKM. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini, yaitu buku, artikel, jurnal, dan sebagainya. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2010 dan SPSS version 21 for windows. Data akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi untuk melihat data awal responden pada masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excell Kemudian SPSS version 21 for windows digunakan untuk uji statitistik yang menggunakan Uji Regresi Analisis statistik inferensial, dengan menggunakan uji regresi dengan memenuhi uji asumsi klasik berupa normalitas, homoskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas (Lampiran 4). Model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linear sederhana yang digunakan untuk untuk mengetahui pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan ringan (daya tarik visual dan daya tarik fungsional) terhadap minat beli konsumen dengan persamaan: Keterangan: Y = pengaruh desain kemasan UMKM a = konstanta x 1 = daya tarik visual x 2 = daya tarik fungsional Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data dilakukan dengan menyusun informasi dan data yang diperoleh ke dalam sebuah laporan berupa narasi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Keseluruhan hasil penelitian akan dituliskan dalam laporan skripsi.

41 21 Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Rumusan definisi operasional adalah sebagai berikut: Karakteristik Responden Karakteristik merupakan ciri dan sifat yang melekat pada seseorang atau terdapat dalam individu. Karakteristik responden dapat diukur melalui usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan. Tabel 3 Definisi operasional variabel karakteristik responden Variabel Karakteristik Responden Definisi Operasional Kategori Skala Pengukuran Usia Umur seseorang yang dihitung hingga penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam tahun tahun tahun tahun Rasio Jenis Kelamin Status sex yang dimiliki oleh responden. 1. Laki-laki 2. Perempuan Nominal Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh responden hingga berlangsungnya penelitian ini dilakukan. Tingkat pendidikan diukur berdasarkan tingkatan pendidikan formal yang telah diikuti atau ijazah terakhir. Tingkat pendapatan adalah jumlah penghasilan responden dalam jangka waktu sebulan. Tingkat pendapatan diukur berdasarkan tingkatan jumlah pendapatan responden pada bulan terakhir yang diukur dengan standar deviasi. 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat Perguruan Tinggi 1.Rendah <Rp Sedang Rp Rp Tinggi >Rp Ordinal Ordinal

42 22 Daya Tarik Visual Daya tarik visual atau unsur grafis merupakan segala aspek yang mengacu pada penampilan kemasan secara visual. Unsur-unsur grafis visual tersebut meliputi warna, bentuk, logo, ilustrasi, huruf, dan tata letak. Variabel daya tarik visual Warna Bentuk Tabel 4 Definisi operasional variabel daya tarik visual Definisi Operasional Persepsi responden pada desain kemasan yang diukur melalui kecerahan warna, kontras, kombinasi warna. Bentuk kemasan adalah persepsi responden terhadap desain kemasan diukur melalui sifat, keunikan, ukuran. Indikator 1.Warna pada kemasan terlihat menarik. 2.Kecerahan warna pada kemasan memiliki kecerahan yang tepat. 3.Warna pada huruf kontras dengan 4.Kesesuan warna dengan produk 5.Kombinasi warna grafis (warna latar, logo, ilustrasi dan tulisan) terlihat menarik. 1.Kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk 2.Keunikan bentuk kemasan 3.Kesesuaian kemasan dengan isi Parameter dan Skala Pengukuran Jawaban responden atas 5 pernyataan pada masing-masing kemasan dengan skala pengukuran skor 1-10 pada tiap pernyataan dengan Kategori: Rendah = 5-19 Sedang = Tinggi = Skala Pengukuran Interval Jawaban responden atas 3 pernyataan pada masing-masing kemasan dengan skala pengukuran skor 1-10 pada tiap pernyataan dengan kategori: Rendah = 3-11 Sedang = Tinggi= Skala Pengukuran Interval

43 23 Tabel 4 Definisi operasional variabel daya tarik visual (Lanjutan) Variabel daya tarik visual Logo Definisi Operasional Logo kemasan adalah persepsi responden terhadap desain kemasan diukur melalui lambang yang sesuai dengan produk. Indikator 1.Kesesuaian logo dengan produk 2. Kekhasan logo 3. Kemudahan logo diingat Parameter dan Skala Pengukuran Jawaban responden atas 3 pernyataan pada masing-masing kemasan dengan skala pengukuran skor 1-10 pada tiap pernyataan dengan kategori : Rendah = 3-11 Sedang = Tinggi= Skala Pengukuran Interval Ilustrasi Ilustrasi /Gambar kemasan adalah persepsi responden terhadap desain kemasan diukur melalui gambargambar yang terdapat pada kemasan. 1.Tingkat kemenarikan gambar 2.Kesesuaian gambar dengan produk 3.Kemudahan gambar untuk diingat 4.Keunikan gambar Jawaban responden atas 4 pernyataan pada masing-masing kemasan dengan skala pengukuran skor 1-10 pada tiap pernyataan dengan kategori: Rendah = 4-15 Sedang = Tinggi= Skala Pengukuran Interval Huruf Huruf adalah persepsi responden terhadap desain kemasan diukur melalui tulisantulisan yang ada di kemasan. 1.Kejelasan huruf untuk dibaca 2.Kejelasan warna huruf 3.Keunikan jenis huruf Jawaban responden atas 3 pernyataan pada masing-masing kemasan dengan skala pengukuran skor 1-10 pada tiap pernyataan dengan kategori: Rendah = 3-11 Sedang = Tinggi= Skala Pengukuran Interval

44 24 Tabel 4 Definisi operasional variabel daya tarik visual (Lanjutan) Variabel daya tarik visual Tata Letak Definisi Operasional Tata letak adalah persepsi responden terhadap desain kemasan yang diukur melalui komposisi unsurunsur grafis yang ada pada kemasan. Indikator 1.Tata letak grafis (warna, bentuk, logo, ilustrasi, dan huruf) terlihat seimbang (proporsional) 2. Tata letak grafis terlihat menarik Parameter dan Skala Pengukuran Jawaban responden atas 2 pernyataan pada masing-masing kemasan dengan skala pengukuran skor 1-10 pada tiap pernyataan dengan kategori: Rendah = 2-7 Sedang = 8-13 Tinggi= Skala Pengukuran Interval Daya Tarik Fungsional dan Minat Beli Tabel 5 Definisi operasional variabel daya tarik fungsional dan minat beli Variabel Daya Tarik Fungsional Definisi Operasional Segala aspek yang mencakup efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen atau pembeli. Kemampuan kemasan produk dalam melindungi produk dengan baik. Indikator 1.Kemampuan kemasan untuk dapat melindungi produk 2.Kemampuan kemasan untuk mudah disimpan, mudah dibuka dan ditutup kembali 3. Kemampuan kemasan untuk dapat digunakan berulang kali. 4. Kemudahan kemasan untuk dapat dibawa, dijinjing, atau dipegang 5. Kemampuan kemasan untuk dapat diisi ulang (refill) Skor : 1-4 Parameter dan Skala Pengukuran Jawaban responden atas 5 pernyataan pada masing-masing kemasan dengan skor sangat tidak setuju (1) tidak setuju (2) setuju (3) sangat setuju (4) nilai minimal adalah 5 dan nilai maksimal adalah 20 pada tiap pernyataan dengan kategori : Rendah = 5-9 Sedang = Tinggi= Skala Pengukuran Interval

45 25 Tabel 5 Definisi operasional variabel daya tarik fungsional dan minat beli (Lanjutan) Variabel Minat Beli Definisi Operasional Kemungkinan bila responden bermaksud untuk membeli atau memutuskan keinginan membeli suatu produk. Minat beli juga dapat diartikan keinginan konsumen untuk memilih membeli suatu produk. Indikator Indikator dengan melihat aspek warna, bentuk, logo, ilustrasi, Huruf, dan tata letak. Selain itu minat beli juga memiliki indikator daya tarik fungsional seperti melindungi produk, mudah disimpan, reusable,mudah dibawa, refill. Parameter dan Skala Pengukuran Jawaban responden atas 20 indikator pernyataan, dengan skor: sangat tidak setuju (1) tidak setuju (2) setuju (3) sangat setuju (4) dengan kategori : Rendah= Sedang= Tinggi= Skala Pengukuran Interval

46 26 GAMBARAN UMUM Profil Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Produk Kripik Ubi (Kemasan 1) Berawal dari adanya pelatihan wirausaha yang akhirnya terbentuk menjadi Posdaya yang diberikan oleh intitusi IPB, produk kripik ubi mang Ade ini merupakan produk UMKM yang saat ini sedang berkembang di pasar. Program Posdaya tersebut berdiri pada tahun 2009 dengan nama Posdaya Sejahtera di Desa Petir. Namun seiring berjalannya waktu, ketidakcocokan antar anggota membuat Posdaya Bersama ini menjadi tidak berjalan dengan baik dan berujung pada pembubaran posdaya tersebut. Melihat potensi yang tinggi terhadap sumberdaya ubi di Desa Petir, Elli sebagai pemilik produk Kripik Ubi ini pun tidak tinggal diam. Elli bersama suami yaitu Ade mulai membangun usaha sendiri yaitu membuat produk Kripik Ubi olahan. Pada tahun 2011, Elli dan Ade mulai merintis usaha kecil dan menengah tersebut dengan produk Kripik Ubi. Dengan modal yang seadanya, sedikit demi sedikit usaha kecil dan menengah yang dijalani oleh Elli dan Ade semakin berkembang. Rumah pribadi yang beralamat di kampung Desa Petir RT 01 RW 06 dijadikan sebagai rumah produksi Kripik Ubi hingga sekarang. Saat ini karyawan yang bekerja untuk membuat produk Kripik Ubi adalah sebanyak 5 orang. Karyawan tersebut dipekerjakan dengan spesialisasi kerja yaitu pada proses pengupasan kulit hingga penggilingan Ubi, prose pencetakan ubi, proses penggorengan, dan proses packaging kemasan. Karyawan yang dipekerjakan adalah karyawan yang merupakan orang-orang terdekat di kampung tersebut. Dalam hal ini Elli sebagai pemilik memberdayakan masyarakat di Desa Petir. Mengenai varian rasa, Kripik Ubi ini memiliki beberapa rasa yang dapat dipilih oleh pembeli yaitu rasa barbeque, jagung, balado, keju, dan original. Penjualan produk Kripik Ubi ini mengalami kenaikan permintaan yang sangat tinggi pada bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Agustus hingga Oktober tiap tahunnya. Selain itu, bulan Ramadhan dan juga bulan-bulan kebesaran agama juga turut meningkatkan permintaan akan produk Kripik Ubi ini. Hasil penjualan yang dihasilkan dapat menjacapi mencapai Rp dengan total hingga 1000 kemasan dalam satu bulan. Pada bulan dengan permintaan yang rendah, penjualan yang dihasilkan hanya berkisar Rp hingga Rp dengan total 300 kemasan Kripik Ubi yang terjual. Pemasaran merupakan salah satu kendala yang selama ini dihadapi oleh UMKM keripik ubi ini. Elli mengaku bahwa seringkali pemasaran produknya sulit untuk tembus pasar apalagi untuk memasuki outlet kelas atas di kota Bogor. Saat ini, Kripik Ubi dipasarkan secara konvensional kepada para pelanggan dan juga beberapa instansi yang sudah bekerja sama. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, kondisi desain kemasan Kripik Ubi ini termasuk kedalam desain kemasan yang kurang efektif. Produk ini menggunakan desain kemasan yang berbahan kertas HVS dengan hasil photo-copy warna. Pemilik Kripik Ubi ini menuturkan bahwa kemasan yang digunakan memang sangat sederhana yaitu hanya sebatas kertas dengan hasil photo-copy warna. Hal tersebut dilakukan agar mengurangi biaya produksi mengingat kendala keuangan dan modal yang kurang baik pada usaha kecil dan menengah ini. Keinginan untuk melakukan perubahan

47 27 terhadap desain kemasan pada produk Kripik Ubi ini sudah sangat dipertimbangkan oleh pemilikinya. Pemilik mengatakan bahwa desain kemasan yang baik akan memberi nilai jual yang lebih tinggi terhadap produk yang dijual. Produk Opak Ubi Jalar (Kemasan 2) Gambar 4 Kemasan Kripik Ubi Opak Ubi Jalar merupakan salah satu produk yang diproduksi oleh Amuraki Agro Mandiri. Amuraki Agro mandiri memproduksi makanan berupa makanan ringan khas dari setiap daerah. Beberapa produk makanan yang dihasilkan adalah maccaroz, brownis kering original, jagung manis (Vaccum Fraying), chips nanas, chips mangga, chips apel, chips nangka, chips dan stik talas, chips ubi madu, dan chips ubi ungu ayamurasaki. Untuk harga jual, produkproduk makanan ringan amuraki ini dijual dengan kisaran harga Rp hingga Rp Untuk opak ubi jalar, harga yang dijual dipasar adalah sebesar Rp di outlet-outlet yang bekerjasama dengan Amuraki Agro Mandiri. Pemilik mengakui bahwa untuk produk Opak Ubi Jalar ini dapat menghasilkan omset hingga Rp perbulan atau sekitar pak Opak Ubi Jalar yang dipasarkan. Pemilik juga menuturkan bahwa masa dimana permintaan Opak Ubi Jalar ini meningkat yaitu pada bulan Desember akhir tahun dan hari libur besar nasional lainnya. Hingga saat ini, produk Opak Ubi Jalar ini sudah dipasarkan di lebih dari 20 outlet makanan di daerah Bogor. Bagi pemilik, kemasan merupakan hal yang sangat penting karena hal tersebut merupakan salah satu penentu keberhasilan dari sebuah produk. Bermula dari Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengembangan masyarakat, Basran bersama ketiga temannya memulai untuk mendirikan Amuraki Agro Mandiri. Awalnya dibentuk pada tahun 2011 dengan orientasi pengembangan masyarakat dan socio entrepeneur dengan komoditas ubi jalar ungu yang ada di Desa Situ Udik. Amuraki Agro Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi, produksi dan suplai produk-produk pangan khas Indonesia. Amuraki adalah perusahan investasi dalam pengembangan makanan dan minuman sehat, baik segar maupun olahan yang berasal dari komunitas masyarakat dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Amuraki

48 28 memilih produk terbaik dan bekerjasama dengan pihak pemasar yang biasa memasarkan langsung produk kepada pihak end user. Amuraki membuka peluang bagi siapapun untuk dapat berkolaborasi menjadi mitra pemasaran produk dengan sistem konsinyasi ataupun pembelian secara langsung. Perusahaan yang beralamat di Wisma Alma Rt.02/Rw.05 Babakan Lebak Balumbang Jaya Darmaga Kota Bogor memiliki misi yang dijalankan yaitu : 1. Melakukan aktivitas pemasaran dan distribusi produk-produk pangan khas Indonesia. 2. Melakukan investasi pengembangan produk pangan lokal potensial 3. Melakukan penerapan pola produksi berbasis sosial 4. Melakukan penerapan "Good Agricultural Practices" dalam upaya pengembangan produk hulu (bahan baku produksi) 5. Melakukan penerapan pelatihan produk pangan sehat 6. Melakukan penerapan "Good Packaging Product" guna meningkatkan kualitas produk. Amuraki Agro Mandiri telah menerima banyak penghargaan, diantaranya adalah : 1. Peserta Aceh Development International Conference (ADIC) University of Malaya, Kuala Lumpur Malaysia, Maret Judul karya tulis: The Effect of Pruning Flowers Technique to The Yield of Purple Sweet Potatoes (Ipomoea batatas (L.) Lam) Cultivar Ayamurasaki. 2. Top 3 Finalist in Greenpreneurship Challenge Competition, Youth Desk- Indonesian National Commision for UNESCO, Jakarta, September First Runner-Up for Excellent Written and Oral Thesis Presentation on Securing Human Life at Global Partnership Competition. Judul Karya Tulis: The Role of Women Farmers in Germplasm Conservation and Diversification of Local Food. Duksung Women s University, Seoul Korea 13 Agustus RCDC Award kepada Amuraki Agro Mandiri sebagai Inspiring Student Social Movement kategori pengembangan ekonomi Agribisnis, Bandung tahun To The Global Community of GIST TRANSFORMERS, Global Innovation through Science and Technology Start Up Boot Camp, GIST, Gedung BPPT Ristek Jakarta April Penyaji pada The Third Annual Indonesian Scholar Conference Maret 2012, Chung Hua University, Hsinchu Taiwan. Judul Karya Tulis: The Effect of Cutting Vines Generation to Growth and Production of Sweet Potato (Ipomoea batatas (L) Lam). Prosiding lssn: Peraih pilot project Pengembangan Usaha Kecil Menengah Berbasis Produk Ubijalar Sebagai Potensi Sumber Daya Lokal di Desa Situ Udik Cibungbulang Bogor, Pemberdayaan Masyarakat berbasis Teknologi Program Kreativitas Pemuda Kementerian Negara Riset dan Teknologi 2010

49 29 Produk Crispy Nila (Kemasan 3) Gambar 5 Kemasan Produk Opak Ubi Jalar Poduk Crispy Nila adalah produk UMKM andalan yang diprodusi oleh Posdaya Bina Sejahtera. UMKM yang berada di Desa Situ Udik ini memiliki lambang 1727 Fish yang memiliki arti bahwa produk tersebut didirikan pada tanggal 17 dan 27 dimana pada tanggal tersebut merupakan pendirian kelompok dari Posdaya Bina Sejahtera. Bahan ikan Nila yang diproduksi oleh UMKM ini berasal dari tambak kolam yang bekerja sama dengan Posdaya dengan kualitas ikan yang baik. Selain Crispy Nila, terdapat beberapa produk yang dijual yaitu Dendeng Nila, Crispy Kulit, Coklat ikan nila, dan berbagai olahan basah yang berasal dari ikan Nila. Produksi Crispy Nila bisa mencapai pack tiap Bulannya. Pada bulan-bulan tertentu seperti bulan rhamadan, libur nasional, dan menjelang tahun baru biasanya Crispy Nila mengalami kenaikan permintaan hingga mencapai 3000 pack perbulannya. Jumlah pendapatan total yang dapat dihasilkan dari produk Crispy Nila ini dapat mencaai 40 hingga 50 juta pada tiap bulannya. Produk Crispy Nila ini juga sudah dipasarkan ke gerai-gerai pusat oleh-oleh Kota Bogor seperti Rumah Talas dan dipasarkan secara konvensional kepada reseller. Posdaya merupakan singkatan dari Pos Pemberdayaan keluarga yang didalamnya bisa menjadi forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi untuk mengembangan masyarakat melalui keluarga. Posdaya dalam halhal tertentu juga dapat dijadikan sebagai pelayan keluarga terpadu diberbagai bidang seperti agama, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan serta pengembangan usaha keluarga secara berkelanjutan seperti berwirausaha. Tujuannya tidak lain adalah agar keluarga bisa tumbuh mandiri di desanya. Posdaya juga berfungsi sebagai penguat dan pendorong fungsi-fungsi keluarga itu sendiri, karena program yang ditawarkan berupa program penyegaran gotong royong dalam keluarga serta mampu memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh keluarga agar keluarga mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga mandiri, dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan. Posdaya Bina Sejahtera merupakan pusat pelatihan pemberdayaan masyarakat yang dilatarbelakangi oleh dominannya usaha budidaya ikan air tawar di desa Situ Udik pada tahun Posdaya Bina Sejahtera dimulai terbentuk dan

50 30 diresmikan pada tahun 2010 diketuai oleh bapak Surya. Posdaya Bina Sejahtera merupakan salah satu posdaya percontohan yang diikutsertakan dalam lomba posdaya berprestasi mewakili kabupaten Bogor di tingkat Nasional. Saat ini posdaya Bina Sejahtera memiliki sumberdaya berupa lahan seluas 2 Hektar, rumah produksi produk olahan ikan air tawar, dan memiliki lebih dari 20 Kolam. Posdaya Bina Sejahtera menyelenggarakan pelatihan P2MP5 yaitu pelatihan usaha bagi purna bakti dan pensiunan yang tinggal di daerah Situ Udik. Pada tahun 2012 Posdaya Bina Sejahtera berhasil memperoleh pinjaman dana dari Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 850 juta rupiah. Saat ini Posdaya Bina Sejahtera memiliki anggota tetap sejumlah 40 Orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Posdaya Bina Sejahtera saat ini dibimbing oleh penyuluh swadaya yang berpengalaman dalam bidang budidaya ikan tawar dan pengolahan produk ikan tawar. Posdaya memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaan kegiatankegiatannya, prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. Dibentuk atas dasar inisiatif lokal atau disepakati sebagai sarana memenuhi kepentingan bersama 2. Pencapaian tujuan dan sasaran diwujudkan melalui kegiatan bersama secara bergotong-royong 3. Dilaksanakan secara berlanjut dengan melihat perkembangan keadaan sasaran, pemerataan tingkat partisipasi, dan hasil yg diperoleh, dan 4. Digali sumber daya untuk melaksanakan kegiatan secara mandiri. Posdaya memiliki beberapa tujuan utama dalam pelaksanaan kegiatankegiatannya, sebagai brikut : 1. Terpeliharanya modal sosial masyarakat, gotong royong 2. Terbentuknya wadah partisipasi masyarakat 3. Dukungan pada dan antar keluarga dalam suasana rukun 4. Menanamkan sikap mandiri tujuan pengembangan posdaya dalam konteks Pembangunan. Gambar 6 KemasanProduk Crispy Nila

51 31 Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan dengan jumlah 60 responden pada tiga lokasi area pemukiman yaitu Ciomas, Komplek Indrapasta Bantarjati, dan BNR. Responden memiliki karakteristik-karakteristik seperti jenis kelamin, usia, pendidikan formal, dan tingkat pendapatan. Jumlah dan persentase karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan Sebaran Karakteristik Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Usia Total Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD 0 0 Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Total Tingkat Pendapatan Rendah<Rp Sedang Rp Rp Tinggi >Rp Total Berdasarkan 60 responden, jumlah perempuan lebih besar yaitu 45 orang atau sekitar 75 persen. Selain itu, Tabel 6 juga menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki rentan umur 20 hingga 34 tahun yaitu sebesar 35 orang atau sekitar 58 persen. Dilihat dari tingkat pendidikan, setengah dari 60 responden yaitu 30 orang atau 50 persen responden memiliki tingkat pendidikan dengan kategori tamat perguruan tinggi. Mayoritas sebanyak 25 orang atau sekitar 41 persen responden memiliki tingkat pendapatan yang tinggi yaitu diatas Rp Sedangkan 19 orang atau sekitar 31 persen responden termasuk kedalam tingkat pendapatan dengan kategori rendah yaitu kurang dari Rp Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi yang berbeda dimana setiap lokasi mewakili tingkat kelas sosial atas (Perumahan BNR), menengah (Komplek Indrapasta 1 dan 2), bawah (Babakan, Desa Sukaraja Ciomas).

52 32 DESAIN KEMASAN Daya Tarik Visual Desain Kemasan Pengukuran tingkat efektivitas desain kemasan penting bagi suatu produk untuk menggambarkan sejauh mana efektivitas desain kemasan yang dapat dijadikan sebagai strategi pemasaran. Pengukuran ini digunakan untuk melihat berbagai elemen desain kemasan yang masih kurang efektif dalam mengkomunikasikan pesan kepada pembeli sehingga dapat mempengaruhi minat beli seseorang terhadap produk tersebut. Tingkat efektivitas desain kemasan diukur melalui pengukuran daya tarik visual desain kemasan yang meliputi warna, bentuk, logo, gambar, tulisan, dan tata letak/layout. Tabel 7 Penilaian responden terhadap daya tarik visual desain kemasan kripik ubi, opak ubi jalar, dan crispy nila Kategori Daya TarikVisual (Skor) Jumlah (orang) Persentase (%) Daya Tarik Visual Kemasan Kripik Ubi Rendah_(20-79) Sedang_(80-139) Tinggi ( ) Total Daya Tarik Visual Kemasan Opak Ubi Jalar Rendah_(20-79) 0 0 Sedang_(80-139) Tinggi ( ) Total Daya Tarik Visual Kemasan Crispy Nila Rendah_(20-79) 0 0 Sedang_(80-139) Tinggi ( ) Total Tabel 7 menunjukkan bahwa produk Crispy Nila memiliki tingkat efektivitas yang paling tinggi yang diukur melalui daya tarik visual desain kemasan dibandingkan dengan kemasan Opak Ubi Jalar dan Kripik Ubi. Pengukuran tingkat efektivitas desain kemasan menggunakan tabel frekuensi didapat melalui hasil pertambahan jumlah keenam indikator pada variabel daya tarik visual kemasan (warna, bentuk, logo, gambar, tulisan, dan tata letak/layout). Pada kemasan Kripik Ubi, efektivitas desain kemasan yang diukur melalui keenam indikator pada variabel daya tarik visual terlihat masih kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan lebih dari setengah responden memberikan penilaian desain kemasan yang berada pada kategori sedang yaitu sebesar 66,7 persen dan diikuti

53 33 masing-masing hanya 10 persen responden yang memberikan penilaian pada kategori rendah dan tinggi. Sedangkan kemasan Opak Ubi Jalar memiliki tingkat efektivitas desain kemasan yang cenderung efektif. Hal tersebut dikarenakan mayoritas responden memberikan penilaian desain kemasan yang berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 75 persen dan hanya 25 persen responden yang memberikan penilaian pada kategori sedang. Begitu pula dengan kemasan Crispy Nila, efektivitas desain kemasan yang diukur melalui keenam indikator pada variabel daya tarik visual dinilai efektif. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh responden memberikan penilaian desain kemasan yang termasuk pada kategori tinggi yaitu sebesar 90 persen dan hanya 10 persen responden yang memberikan penilaian dengan kategori rendah pada desain kemasan Crispy Nila. Berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden, tanggapan responden terhadap keenam indikator daya tarik visual desain kemasan (warna, bentuk, logo, gambar, tulisan, dan tata letak/layout) Kripik Ubi memiliki tingkat efektivitas sedang dan cenderung tinggi. Tanggapan responden yang sedang terdapat pada keenam indikator yaitu warna sebesar 58,3 persen, bentuk 55 persen, logo 63,3 persen, gambar 56,7 persen. Tanggapan responden terhadap tingkat efektivitas yang sedang dan ada kecenderungan tinggi yaitu pada indikator huruf dan tata letak/layout dengan masing-masing nilai sebesar 46,7 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa responden yang memberikan penilaian terhadap desain kemasan Kripik Ubi, mayoritas atau lebih dari 50 persen responden memberikan penilaian bahwa warna, bentuk, logo, dan gambar masih terlihat kurang menarik dan kurang dari setengah atau sekitar 46 persen responden memberikan penilaian bahwa huruf dan tata letak/layout masih kurang menarik. Pada kemasan Opak Ubi Jalar, tanggapan responden terhadap keenam indikator daya tarik visual desain kemasan (warna, bentuk, logo, gambar, tulisan, dan tata letak/layout), Opak Ubi Jalar memiliki tingkat efektivitas tinggi. Tanggapan responden yang tinggi tersebut terdapat pada seluruh enam indikator yaitu warna sebesar 85 persen, bentuk 77 persen, logo 62 persen, gambar 77 persen, huruf 77 persen dan tata letak/layout 84 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas responden memberikan penilaian bahwa warna, bentuk, logo, gambar, huruf, dan tata letak/layout terlihat menarik dan memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Kemasan Crispy Nila, memiliki tanggapan responden pada keenam indikator daya tarik visual desain kemasan (warna, bentuk, logo, gambar, tulisan, dan tata letak/layout) dengan tingkat efektivitas yang sangat tinggi. Tanggapan responden yang tinggi ini terdapat pada seluruh indikator daya tarik visual yaitu warna sebesar 91,7 persen, bentuk 91,7 persen, logo 88,3 persen, gambar 90 persen, huruf 86,7 persen, dan tata letak/layout sebesar 93,3 persen. Dengan begitu penilaian pada desain kemasan Crispy Nila menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memberikan penilaian daya tarik visual yang terlihat sangat menarik dan unik serta efektif dalam hal daya tarik visual sebuah kemasan. Penilaian responden mengenai elemen daya tarik visual (warna, bentuk, logo, gambar, tulisan, dan tata letak/layout) pada ketiga kemasan yaitu kemasan Kripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila dapat dilihat secara rinci pada tabel 8.

54 34 Tabel 8 Perbandingan sebaran responden tentang daya tarik visual desain kemasan kripik ubi, opak ubi jalar, dan crispy nila berdasarkan kategori dan jumlah persentase Daya Tarik Visual Kemasan 1 (Kripik Ubi) Kemasan 2 (Opak Ubi Jalar) Kemasan 3 (Crispy Nila) Kategori % Kategori % Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Warna Bentuk Logo Ilustrasi Huruf Tataletak Warna (1) (2) (3) Gambar 7 Perbandingan kondisi warna dan bentuk kemasan Produk Keripik Ubi (1), Opak Ubi Jalar (2), dan Crispy Nila (3) Warna merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dari desain kemasan. Konsumen lebih mengidentifikasi warna kemasan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna membedakan kepribadian, menarik perhatian ke atribut-atribut lainnya, dan memungkinkan untuk membuat perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai. Selain itu, warna juga dianggap sebagai segi penting suatu kepribadian produk atau citra merek. Jika warna mempunyai karakter yang unik atau memiliki arti sekunder, warna bisa menjadi

55 35 merek dagang dan menjadi bagian dari keseluruhan pembungkus dagang suatu kemasan. Pemakaian satu warna yang konsisten dalam satu desain kemasan atau dalam suatu lini produk dapat menetapkan warna sebagai alat pengidentifikasi merek (Klimchuck dan Krasovec 2006). Pengukuran warna pada kemasan menggunakan beberapa pernyataan yaitu warna terlihat menarik, kecerahan warna, kekontrasan warna huruf dengan warna kemasan, kesesuaian warna dengan produk, dan Kombinasi warna grafis (warna latar, merek, logo, dan tulisan) terlihat menarik. Perbandingan warna pada desain kemasan Keripik Ubi, Opak Ubi Jalar, Crispy nila dapat dilihat pada Gambar 7. Pada kemasan Kripik Ubi, penggunaan warna pada kemasan tersebut masih kurang menarik karena sebagian besar responden yaitu sebesar 45 persen menyatakan persetujuan pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Warna yang digunakan pada kemasan Kripik Ubi ini adalah warna putih dimana warna putih ini adalah warna yang netral dan jarang dipakai sebagai warna kemasan makanan ringan khususnya kripik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Klimchuk dan Krasovec (2006) bahwa sampai saat ini warna putih menjadi warna dominan dalam kategori desain kemasan medis dan farmasi serta berhubungan dengan kemurnian. Kecerahan warna yang dimiliki pada kemasan ini terlihat kurang cerah dimana lebih dari 47 persen responden meyetujui hal tersebut (Lampiran 4). Hal tersebut dikarenakan desain kemasan yang hanya sebatas photo copy warna dengan menggunakan bahan kertas hvs. Sama halnya dengan kecerahan, kekontrasan warna pada huruf dengan warna dasar kemasan masih terlihat kurang kontras. Padahal Warna yang kontras akan lebih mudah dipandang dan dapat menarik perhatian pembeli. Kekontrasan warna huruf memiliki makna bahwa terdapat kesesuaian antara warna huruf dengan warna dasar kemasan agar mudah dibaca dan dipandang. Penggunaan warna putih pada latar desain kemasan tidak menunjukkan kesesuaian warna dengan produk Kripik Ubi Jalar. Sebaiknya warna yang digunakan adalah warna-warna yang memiliki kesamaan dengan produk tersebut. Kombinasi warna grafis (warna latar, merek, logo, dan tulisan) dinilai oleh mayoritas responden sangat tidak menarik. Kombinasi warna dengan menggunakan warna hitam dan putih menjadikan desain kombinasi warna yang kurang menarik minat responden. Daya tarik visual dari warna kemasan produk Kripik Ubi termasuk kurang efektif karena lebih dari 50 persen responden memiliki penilaian yang sedang, 26,7 persen responden memiliki penilaian tinggi, dan 15 persen responden memiliki penilaian yang rendah (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ini warnanya biasa aja mas (IW, perempuan, 45 tahun) Ini seperti kurang cerah gitu warnanya (DAN, perempuan, 32 tahun) Warnanya kurang menarik sekali, jadi curiga kalau mau beli (R, perempuan, 35 tahun) Pada kemasan Opak Ubi Jalar, penggunaan warna pada kemasan tersebut terlihat menarik dimana 85 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada kemenarikan warna kemasan Opak Ubi Jalar (Lampiran 4). Warna yang digunakan pada kemasan ini adalah warna ungu dimana warna ini adalah warna yang mencolok sehingga dapat menarik minat perhatian responden terhadap produk. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Natadjaja et al.

56 36 (2009), bahwa warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari jarak jauh dan direkomendasikan sebagian besar kemasan, karena memilik daya tarik dan dampak yang lebih besar. Warna ungu melambangkan perasaan segar, eksotik, fun, dan berani (Klimchuk dan Krasovec 2006). Kecerahan warna yang dimiliki pada kemasan ini terlihat cerah dimana mayoritas responden memberikan nilai yang tinggi pada kecerahan warna desain kemasan. Hal tersebut dapat dilihat juga dengan warna ungu yang digunakan pada kemasan yang memiliki kecerahan yang baik dengan kualitas bahan kemasan yang baik pula. Sama halnya dengan kecerahan, kekontrasan warna huruf dengan warna dasar kemasan terlihat kontras. Sebanyak 89 persen responden yang memberikan nilai tinggi pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Warna dasar ungu dengan warna huruf kuning menjadikan tampilan tulisan mudah dibaca dan dipandang. Kekontrasan warna huruf memiliki makna bahwa terdapat kesesuaian antara warna huruf dengan warna dasar kemasan agar mudah dibaca dan dipandang. Penggunaan warna ungu pada latar desain kemasan menunjukkan kesesuaian yang sangat tinggi dengan warna produk asli Opak Ubi Jalar. Ubi jalar yang dikemas memiliki warna ungu pekat sehingga sangat sesuai dengan kemasan yang memiliki warna ungu. Kombinasi warna grafis (warna latar, merek, logo, dan tulisan) dinilai oleh mayoritas responden sangat menarik. Kombinasi dua warna yaitu ungu pada dasar kemasan dan kuning pada tulisan, merek, dan logo membuat produk ini lebih menonjol dari produk lain sehingga dapat menarik perhatian responden. Daya tarik visual warna menghasilkan bahwa kemasan produk Opak Ubi Jalar dinilai efektif karena sebanyak 85 persen responden memiliki penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual warna kemasan Opak Ubi Jalar (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Nah kalo ini warnanya mencolok sekali (IW, perempuan, 45 tahun) warna ungu cocok untuk narik orang buat beli, yaa walaupun diakhir tidak jadi beli (DAN, perempuan, 32 tahun) Pada kemasan Crispy Nila, penggunaan warna pada kemasan tersebut terlihat menarik dimana hampir seluruh responden yaitu sebesar 95 persen memberikan nilai yang sangat tinggi pada tingkat kemenarikan warna kemasan Opak Ubi Jalar (Lampiran 4). Warna yang digunakan pada kemasan ini adalah perpaduan warna coklat dan orange cerah dimana warna tersebut adalah warna yang dapat menarik perhatian responden. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Klimchuk dan Krasovec (2006) bahwa warna oranye dapat mengkomunikasikan merek yang kuat dan energik dalam satu kategori dan mengkomunikasikan rasa segara dan pedas. Kemasan ini memiliki kecerahan warna yang terlihat cerah dimana mayoritas responden memberikan nilai yang tinggi pada kecerahan warna desain kemasan. Sama halnya dengan kecerahan, kekontrasan warna pada huruf dengan warna dasar kemasan terlihat sangat kontras. Terdapat sejumlah 87 persen responden yang memberikan nilai tinggi pada kekontrasan warna huruf dengan latar kemasan (Lampiran 4). Warna dasar coklat dengan warna tulisan kuning serta dengan menambahkan shadow pada tulisan produk menjadikan tampilan tulisan mudah dibaca dan indah untuk dilihat. Penggunaan warna coklat pada latar desain kemasan menunjukkan kesesuaian yang sangat tinggi dengan warna produk asli yaitu ikan nila yang memiliki warna hitam kecoklat-coklatan.

57 37 Kombinasi warna grafis (warna latar, merek, logo, dan tulisan) dinilai oleh mayoritas responden sangat menarik. Kombinasi warna latar dengan menggunakan warna coklat cerah, dengan warna tulisan dan logo yaitu warna kuning serta warna gambar yang sesuai dengan produkaslinya membuat produk ini lebih terlihat memiliki kualitas warna yang lebih baik sehingga dengan mudah dapat menarik perhatian responden. Daya tarik visual warna kemasan produk Crispy Nila dinilai sangat efektif karena sebanyak 92 persen responden memiliki penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual warna kemasan Crispy Nila (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ini baru warnanya niat! Jadinya kan orang bakal tertarik buat melihat (IW, perempuan, 45 tahun) warna latar, gambar, tulisannya sangat pas, dan jelas, warnanya juga lebih lembut jadi kelihatan lebih mahal (DAN, perempuan, 32 tahun) Bentuk Bentuk kemasan merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Namun tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kemasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produk, pertimbangan mekanis, kondisi marketing, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan kemasan tersebut (Natadjaja et al. 2009). Pengukuran bentuk pada kemasan menggunakan beberapa pernyataan yaitu kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk, keunikan bentuk kemasan, kesesuaian kemasan dengan isi. Perbandingan bentuk kemasan produk Kripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila dapat dilihat pada Gambar 7. Kripik Ubi memiliki bentuk kemasan yang tidak sesuai dengan sifat produk. Hal tersebut terlihat dari jawaban mayoritas yaitu sebesar 48 persen responden yang memberikan nilai sedang pada tingkat kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk (Lampiran 4). Produk Kripik Ubi ini memiliki sifat yang rentan terhadap bantingan dan memiliki tekstur yang rapuh. Bentuk kemasan yang seharusnya digunakan adalah bentuk kemasan yang dapat melindungi produk dari berbagai ancaman yang dapat merusak isi produk. Ditinjau dari segi keunikan, bentuk kemasan Kripik Ubi ini memiliki tingkat keunikan yang cenderung sedang atau tidak unik karena mayoritas responden memberikan nilai yang rendah pada tingkat keunikan bentuk kemasan tersebut. Responden menilai bahwa bentuk kemasan Kripik Ubi tersebut adalah bentuk yang sama dengan produk-porduk kripik lainnya. Sama halnya dengan keunikan, kesesuaian isi dengan bentuk produk juga memiliki nilai yang sedang atau tidak sesuai antara isi dengan bentuk kemasan produk. Kesesuaian isi dengan bentuk produk ini memiliki makna bahwa porsi yang seharusnya dimasukkan ke dalam kemasan merupakan porsi yang sesuai dan pas dengan bentuk produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa daya tarik visual dari bentuk kemasan produk Keripik Ubi ini dinilai kurang efektif karena sebanyak 55 persen responden memiliki penilaian yang sedang dan 15 persen responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual bentuk kemasan Kripik Ubi (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden :

58 38 Bentuknya biasa aja tuh, sama seperti kripik-kripik yang dijual dipasaran (M, perempuan, 35 tahun) wah ini isinya kurang pas dengan bentuk nya... kurang banyak ini (AKF, perempuan, 24 tahun) ini jadi cepet rusak kalau pembungkusnya hanya plastik tipis, coba pake yang lebih kuat kan bisa tahan lama (DD, perempuan, 24 tahun) Opak Ubi Jalar memiliki bentuk kemasan yang sesuai dengan sifat produk. Hal tersebut terlihat dari jawaban mayoritas yaitu sebesar 57 persen responden yang memberikan nilai tinggi pada tingkat kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk (Lampiran 4). Produk Opak Ubi Jalar ini memiliki sifat yang rentan terhadap bantingan dan memiliki tekstur yang rapuh. Kemasan ini menggunakan bahan plastik tebal dan dinilai sudah dapat melindungi produk dari berbagai ancaman yang dapat merusak isi produk. Ditinjau dari segi keunikan, bentuk kemasan Opak Ubi Jalar ini memiliki tingkat keunikan yang tinggi atau sangat unik karena mayoritas responden yaitu sebesar 63 persen memberikan nilai yang tinggi pada tingkat keunikan bentuk kemasan tersebut (Lampiran 4). Responden menilai bahwa bentuk kemasan Opak Ubi Jalar tersebut sangat jarang ditemui. Adanya tali pegangan semakin membuat bentuk kemasan Opak Ubi Jalar ini semakin unik. Sama halnya dengan keunikan, kesesuaian isi dengan bentuk produk juga memiliki nilai yang tinggi atau sesuai antara isi dengan bentuk kemasan produk dengan jumlah sebanyak 65 persen responden yang memilih pada kategori tersebut (Lampiran 4). Kesesuaian isi dengan bentuk produk ini memiliki makna bahwa porsi yang terdapat dalam kemasan merupakan porsi yang sesuai dan pas dengan bentuk kemasan produk. Dapat disimpulkan bahwa daya tarik visual dari bentuk kemasan produk Opak Ubi Jalar ini dinilai efektif karena sebanyak 77 persen responden memiliki penilaian yang tinggi dan hanya 2 persen responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual bentuk kemasan Opak Ubi Jalar (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Bentuknya unik sekali, pasti ibu-ibu arisan suka deh sama bentuk yang begini (M, perempuan, 35 tahun) nah ini yang buat beda ada tali pegangannya mas, jadinya beda dari yang lain (AKF, perempuan, 24 tahun) Isinya pas pas ajasih kalo menurut saya, tapi kurang banyak sedikit... saja (DD, perempuan, 24 tahun) Kemasan Crispy Nila memiliki bentuk kemasan yang sesuai dengan sifat produk. Hal tersebut terlihat dari jawaban mayoritas yaitu sebesar 77 persen responden yang memberikan nilai tinggi pada tingkat kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk (Lampiran 4). Produk Crispy Nila ini memiliki sifat yang rentan terhadap bantingan dan memiliki tekstur yang rapuh. Bentuk kemasan yang digunakan dinilai sangat dapat melindungi produk dari berbagai ancaman yang dapat merusak isi produk. Hal ini terlihat juga dengan pemakaian bahan kemasan yang sangat aman yaitu menggunakan kardus kotak pada kemasan dan lapisan plastik pada produk ikan nilai yang ada di dalam kemasan tersebut. Ditinjau dari segi keunikan, bentuk kemasan Crispy Nila ini memiliki tingkat keunikan yang tinggi atau sangat unik karena mayoritas responden yaitu sebesar 71 persen

59 39 memberikan nilai yang tinggi pada tingkat keunikan bentuk kemasan tersebut (Lampiran 4). Responden menilai bahwa bentuk kemasan Crispy Nila tersebut sangat unik dimana bentuknya menyerupai kotak panjang dengan sudut segitiga pada bagian atas kemasannya. Sama halnya dengan keunikan, kesesuaian isi dengan bentuk produk juga memiliki nilai yang tinggi atau sesuai antara isi dengan bentuk kemasan produk dengan jumlah sebanyak 66 persen responden yang memilih pada kategori tersebut (Lampiran 4). Kesesuaian isi dengan bentuk produk ini memiliki makna bahwa porsi yang terdapat dalam kemasan merupakan porsi yang sesuai dan pas dengan bentuk produk. Dapat disimpulkan bahwa daya tarik visual dari bentuk kemasan produk Crispy Nila ini dinilai sangat efektif karena sebanyak 92 persen responden memiliki penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual bentuk kemasan Crispy Nila (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ini bentuknya aja udah beda sekali, terlihat sangat niat dan keliatan produk kelas atas (M, perempuan, 35 tahun) Bentuknya bagus sekali, isinya juga pas dengan bentuknya (AKF, perempuan, 24 tahun) Bentuk kemasan seperti bentuk kemasan produk retail yang ada di supermarket, dari bentuknya aja udah keliatan unik, ini bisa menarik perhatian orang yang mau beli pas pertama ngeliat (DD, perempuan, 24 tahun) Logo Logo adalah Identitas suatu produk. Logo sangat diperlukan sekali karena digunakan untuk membedakan kemasan yang satu dengan kemasan yang lain. Logo dapat berupa sebuah nama, sebuah tanda khas kepemilikan dan representasi produk, jasa, orang, dan tempat.tujuan lain dengan adanya merek atau logo adalah mengenalkan produk kita kepada masyarakat dalam bentuk non-produk. Dengan adanya simbol-simbol dalam merek atau logo, maka masyarakat akan cepat mengenali produk yang akan dipasarkan. Pengukuran logo pada kemasan menggunakan beberapa pernyataan yaitu kesesuaian logo dengan produk, kekhasan logo, kemudahan logo diingat. Perbandingan logo kemasan pada produk Kripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila dapat dilihat pada Gambar 8. _(1) (2) (3) Gambar 8 Logo kemasan produk Keripik Ubi (1), Opak Ubi Jalar (2), dan Crispy Nila (3)

60 40 Kripik Ubi memiliki logo yang cenderung tidak sesuai dengan produknya. Hal tersebut terlihat sebesar 79 persen responden memberikan nilai yang sedang pada tingkat kesesuaian logo dengan produk (Lampiran 4). Logo merupakan identitas produk yang sesuai dengan produk, khas, berbeda dengan logo lainnya, dan mudah diingat oleh pembeli. Logo yang berlambangakan KPM pada kemasan Kripik Ubi ini adalah logo dari suatu lembaga dan tidak memiliki kesesuaian yang tepat sebagai logo produk kripik tersebut. Ditinjau dari kekhasan logo, produk Kripik Ubi ini memiliki logo yang tidak khas karena sebesar 76 persen responden memberikan jawaban yang sedang pada tingkat kekhasan logo (Lampiran 4). Sama halnya dengan kekhasan logo, kemudahan logo untuk diingat juga memiliki skor yang sedang yaitu sebanyak 62 persen responden yang memilih nilai sedang atau dengan kata lain logo KripikUbi ini sulit untuk diingat (Lampiran 4). Daya tarik visual logo kemasan produk Kripik Ubi ini dinilai kurang efektif karena sebanyak 63 persen responden memiliki penilaian yang sedang dan sebanyak 12 persen responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual logo kemasan Kripik Ubi (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ini logonya tidak jelas dan sulit buat diinget. Terlalu ribet juga keliatannya (C, perempuan, 48 tahun) Logonya itu gak menggambarkan produk kripik, jadinya kurang tepat (RR, laki-laki, 21 tahun) Seharusnya kalo mau ada logo instansi, harus ada juga logo si produk itu, jadikan orang ga bingung ya (L, perempuan, 32 tahun) Logo kemasan pada produk Opak Ubi Jalar memiliki logo yang cenderung tidak sesuai dengan produknya. Hal tersebut terlihat sebesar 51 persen responden memberikan nilai yang sedang pada tingkat kesesuaian logo dengan produk (Lampiran 4). Logo merupakan identitas produk yang sesuai dengan produk, khas, berbeda dengan logo lainnya, dan mudah diingat oleh pembeli. Logo yang berlambangakan tugu kujang bogor pada kemasan Opak Ubi Jalar ini dinilai tidak memiliki kesesuaian dengan produk ubi jalar. Tugu kujang merupakan simbol Kota Bogor dan seharunsya logo yang lebih tepat adalah logo yang menggambarkan dan berkaitan dengan produk ubi tersebut. Ditinjau dari kekhasan logo, produk Opak Ubi Jalar ini memiliki logo yang khas karena sebesar 51 persen responden memberikan jawaban yang tinggi pada tingkat kekhasan logo (Lampiran 4). Hal tersebut dikarenakan tugu kujang yang dipakai sebagai logo pada produk ini merupakan logo yang khas dari suatu daerah. Sama halnya dengan kekhasan logo, kemudahan logo untuk diingat juga memiliki skor yang tinggi yaitu sebanyak 54 persen responden yang memilih nilai tinggi atau dengan kata lain logo Opak Ubi Jalar ini sangat mudah untuk diingat (Lampiran 4). Hal tersebut sangat memungkinkan karena logo yang dipakai pada kemasan ini adalah suatu simbol yang khas pada suatu daerah. Daya tarik visual dari logo kemasan produk Opak Ubi Jalar ini dinilai efektif karena sebanyak 61 persen responden memiliki penilaian yang tinggi dan hanya sebanyak 2 persen responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual logo kemasan Opak Ubi Jalar (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden :

61 41 kalau tugu kujang mah gampanag sekali buat diinget, semua orang bogor pasti tau (C, perempuan, 48 tahun) logonya khas sih, tapi tidak nyambung ya dengan produk ubi jalar ini (RR, laki-laki, 21 tahun) Crispy Nila memiliki logo yang sesuai dengan produknya. Hal tersebut terlihat sebesar 76 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada tingkat kesesuaian logo dengan produk (Lampiran 4). Logo merupakan identitas produk yang sesuai dengan produk, khas, berbeda dengan logo lainnya, dan mudah diingat oleh pembeli. Logo yang berlambangakan dua ikan sedang berenang merupakan logo yang sesuai dengan produk ikan nila tersebut. Ditinjau dari kekhasan logo, produk Crispy Nila ini memiliki logo yang khas karena sebesar 65 persen responden memberikan jawaban yang tinggi pada tingkat kekhasan logo (Lampiran 4). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Natadjaja et al. (2009) bahwa membuat sebuah logo hendaknya yang simple, yang menggambarkan ciri khas, mudah untuk dijelas-kan, menggugah, mengandung keaslian dan tidak mirip dengan logo-logo produk lain. Sama halnya dengan kekhasan logo, kemudahan logo untuk diingat juga memiliki skor yang tinggi yaitu sebanyak 63 persen responden yang memilih nilai tinggi atau dengan kata lain logo Crispy Nila ini mudah untuk diingat (Lampiran 4). Hal tersebut sangat memungkinkan karena logo yang dipakai pada kemasan ini adalah logo yang simpel, unik, dan mudah untuk dimengerti. Supriyono (2010) menjelaskan bahwa logo yang efektif adalah logo yang mudah diingat dan mampu mengekspresikan spirit perusahaan atau organisasi. Daya tarik visual logo kemasan produk Crispy Nila ini dinilai sangat efektif karena sebanyak 88 persen responden memiliki penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual logo kemasan Crispy Nila (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ilustrasi Ini gambar 2 ikan sudah jelas sebagai logonya nih, dan cocok juga dengan produknya sebagai produk olahan perikanan (C, perempuan, 48 tahun) logonya didesain rapi dan mudah untuk dimengerti (RR, laki-laki, 21 tahun) Gambar/Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah kemasan karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata. Ilustrasi, dalam hal ini termasuk fotografi, dapat mengungkapkan suatu yang lebih cepat dan lebih efektif daripada teks. Pembubuhan ilustrasi dalam suatu produk media harus didasarkan pada fungsinya yang khas. Suatu kemasan dipandang akan lebih berdaya tarik bila dibubuhi ilustrasi, kecuali untuk kondisi tertentu mungkin tidak diperlukan ilustrasi (Natadjaja et al. 2009). Pengukuran gambar pada kemasan menggunakan beberapa pernyataan yaitu tingkat kemenarikan gambar, kesesuaian gambar dengan produk, kemudahan gambar untuk diingat, keunikan gambar.

62 42 Perbandingan Gambar/Ilustrasi kemasan produk Kripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila dapat dilihat pada Gambar 9. (1) (2) (3) Gambar 9 Perbandingan Gambar/Ilustrasi kemasan produk Keripik Ubi (1), Opak Ubi Jalar (2), dan Crispy Nila (3) Gambar/ilustrasi yang terdapat pada kemasan Kripik Ubi memiliki gambar yang kurang menarik. Hal tersebut sesuai dengan sejumlah 65 persen responden yang memberikan nilai kategori sedang atau tidak menarik pada pernyataan kemenarikan gambar (Lampiran 4). Gambar yang digunakan pada produk Kripik Ubi adalah gambar potongan singkong dengan ukuran yang sangat kecil. Gambar juga terlihat tidak nyata sehingga gambar terlihat tidak menarik. Dilihat dari kesesuaian gambar dengan produk, kemasan Kripik Ubi ini juga memiliki gambar yang kurang sesuai dengan produk karena sejumlah 63 persen responden memberikan nilai yang sedang atau rendah pada pernyataan kesesuaian gambar dengan produk (Lampiran 4). Ditinjau dari kemudahan gambar untuk diingat, kemasan Kripik Ubi ini memiliki gambar yang cenderung sulit untuk diingat karena sejumlah 66 persen responden memberikan nilai yang sedang pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Kemasan Kripik Ubi memiliki gambar yang kurang unik karena sejumlah 62 persen responden memberikan nilai dengan kategori sedang pada pernyataan keunikan gambar (Lampiran 4). Gambar potongan singkong yang terdapat pada desain kemasan dinilai tidak memiliki keunikan yang tinggi. Daya tarik visual gambar/ilustrasi kemasan produk Kripik Ubi ini dinilai kurang efektif namun ada kecenderungan efektif karena sebanyak 57 persen responden memiliki penilaian yang sedang dan sebanyak 27 persen responden yang memberikan penilaian tinggi pada daya tarik visual gambar/ilustrasi kemasan Kripik Ubi (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Gambarnya terlalu kecil, gimana orang bisa liat? Inimah cuman pelengkap doang (IW, perempuan, 45 tahun) Gambarnya biasa saja, tidak menarik dan terlihat membosankan kayak terlalu kaku gitu (DAN, perempuan, 32 tahun) Mudah diingat sih, tapi terlalu standar dan biasa saja gambarnya (R, perempuan, 35 tahun) Kemasan Opak Ubi Jalar memiliki gambar yang menarik. Hal tersebut sesuai dengan sejumlah 84 persen responden yang memberikan nilai dengan

63 43 kategori tinggi yang memiliki arti gambar pada desain ini menarik perhatian responden (Lampiran 4). Gambar yang digunakan pada produk Opak Ubi Jalar adalah gambar asli dari produk Opak Ubi Jalar dan sangat serupa dengan isi yang ada didalam kemasan. Keaslian gambar dan hasil gambar dengan kualitas yang tinggi dapat memberikan pengaruh pada responden menjadi tertarik terhadap produk. Sesuai dengan pendapat Klimchuk dan Krasovec (2006) bahwa foto yang cantik atau ilustrasi makanan yang lezat secara efektif membuat produk tampak menonjol dibandingkan dengan produk lainnya.dilihat dari kesesuaian gambar dengan produk, kemasan Opak Ubi Jalar ini juga memiliki gambar yang sangat sesuai dengan produk karena sejumlah 84 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada pernyataan kesesuaian gambar dengan produk (Lampiran 4). Ditinjau dari kemudahan gambar untuk diingat, kemasan Opak Ubi Jalar ini memiliki gambar yang mudah diingat karena sejumlah 79 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Gambar pada kemasan mudah diingat dapat disebabkan karena gambar yang serupa dengan isi yang ada di dalam kemasan tersebut. Kemasan Opak Ubi Jalar memiliki gambar yang unik karena sejumlah 77 persen responden memberikan nilai dengan kategori tinggi pada pernyataan keunikan gambar (Lampiran 4). Gambar susunan opak yang disajikan pada desain kemasan dinilai memiliki keunikan yang tinggi dan dianggap memiliki suatu kekuatan untuk menarik perhatian responden. Hal tersebut dapat disebabkan oleh warna gambar yang cerah dan kontras serta pemilihan gambar yang berbeda dengan kemasan lain. Daya tarik visual gambar/ilustrasi kemasan produk Opak Ubi Jalar ini dinilai efektif karena sebanyak 57 persen responden memberikan penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual gambar/ilustrasi kemasan Opak Ubi Jalar (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Gambarnya pas dengan isinya ya, jadi orang tidak bakal ragu kalau mau beli ini produk (IW, perempuan, 45 tahun) gambarnya memiliki warna yang persis hampir serupa dengan isinya (DAN, perempuan, 32 tahun) Karena gambarnya sama dengan yang di dalam, jadi mudah diingat (R, perempuan, 35 tahun) Crispy Nila memiliki gambar yang sangat menarik. Hal tersebut sesuai dengan sejumlah 90 persen responden yang memberikan nilai dengan kategori tinggi yang memiliki arti gambar pada desain ini menarik perhatian responden (Lampiran 4). Gambar yang digunakan pada produk Crispy Nila adalah gambar asli dari produk Crispy Nila tersebut dan gambar asli ikan nila. Penyajian dua gambar tersebut dinilai sangat menarik karena keduanya terlihat menggiurkan dan sesuai dengan aslinya. Perpaduan antara dua gambar tersebut dirasa pas dan bagus sehingga dapat menarik perhatian responden. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Klimchuk dan Krasovec (2006) bahwa ilustrasi maupun gambar yang efektif memiliki fungsi sebagai penggugah selera makan pembeli. Dilihat dari kesesuaian gambar dengan produk, kemasan Crispy Nila ini juga memiliki gambar yang sangat sesuai dengan produk karena sejumlah 93 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada pernyataan kesesuaian gambar dengan produk (Lampiran 4). Ditinjau dari kemudahan gambar untuk diingat, kemasan Crispy Nila ini

64 44 memiliki gambar yang mudah diingat karena sejumlah 87 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Gambar pada kemasan mudah diingat dapat disebabkan karena gambar yang serupa dengan isi yang ada di dalam kemasan tersebut serta kombinasi dua gambar yang sangat menarik. Kemasan Crispy Nila memiliki gambar yang unik karena sejumlah 85 persen responden memberikan nilai dengan kategori tinggi pada pernyataan keunikan gambar (Lampiran 4). Penyajian gambar dinilai sangat untik yaitu dengan menggabungkan dua unsur gambar yaitu gambar ikan nila dan produk olahan ikan nila dalam satu kesatuan. Daya tarik visual gambar/ilustrasi kemasan produk Crispy Nila ini dinilai sangat efektif karena sebanyak 90 persen responden memberikan penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual gambar/ilustrasi kemasan Crispy Nila (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ini gambarnya sangat jelas dan benar-benar mencerminkan produk nya. (IW, perempuan, 45 tahun) lebih lengkap nih gambarnya, jadi orang orang bisa tau awalnya terbuat dari apa ini produk (DAN, perempuan, 32 tahun) gambarnya sudah efektif untuk menarik pembelian, tapi isinya terlalu sedikit bagi saya (R, perempuan, 35 tahun) Huruf Huruf atau tipografi adalah medium utama untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen luas. Pada akhirnya tipografi pada desain kemasan menjadi salah satu elemen paling penting dari ekspresi visual produk. Huruf atau teks pada produk media juga dianggap sebagai pesan katakata, digunakan untuk menjelaskan produk yang ditawarkan, dan mengarahkan sedemikian rupa agar konsumen bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen (Klimchuck dan Krasovec 2006). Pengukuran huruf pada kemasan menggunakan beberapa pernyataan yaitu kejelasan huruf untuk dibaca, kejelasan warna huruf, keunikan jenis huruf. Perbandingan huruf kemasan produk Kripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila dapat dilihat pada Gambar 9. (1) (2) (3) Gambar 9 Perbandingan huruf produk Keripik Ubi (1), Opak Ubi Jalar (2), dan Crispy Nila (3) Kemasan Kripik Ubi memiliki huruf yang jelas untuk dibaca karena sejumlah 52 persen responden memberikan jawaban dengan nilai yang tinggi pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Warna pada huruf kemasan Kripik Ubi juga dinilai memiliki warna huruf yang jelas karena sejumlah 46 persen responden

65 45 memberikan nilai yang tinggi pada pernyataan kejelasan warna huruf. Warna yang digunakan pada huruf adalah warna hitam dengan latar berwarna putih. Pemilihan warna yang tepat pada huruf menjadikan huruf mudah dibaca dan warna huruf terlihat jelas. Ditinjau dari jenis huruf, kemasan Kripik Ubi memiliki jenis huruf yang tidak unik karena mayoritas yaitu sebesar 44 persen responden memberikan penilaian dengan kategori sedang (Lampiran 4). Jenis font pada kemasan ini adalah jenis Brush Script MT. Jenis font tersebut termasuk kedalam jenis font huruf tulis (Script) dimana jenis huruf ini berasal dari tulisan tangan (handwriting), sangat sulit dibaca dan melelahkan jika teks panjang (Supriyono 2010). Daya tarik visual huruf kemasan produk Kripik Ubi ini dinilai sedang dan ada kecenderungan tinggi dimana sebanyak 46 persen responden memberikan penilaian yang sedang dan sebanyak 41 persen responden yang memberikan penilaian tinggi pada daya tarik visual huruf kemasan Kripik Ubi (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ini hurufnya mudah-mudah aja kok buat dibaca-baca. (AY, laki-laki, 50 tahun) hurufnya sih mudah dibaca tapi ini terlalu mainstream jadi biasa aja gitu ga ada yang buat beda dengan kemasan lainnya (TS, perempuan 22) warna di tulisannya jelas, tapi ini warnanya nyari aman sekali (AK,perempuan, 24 tahun) Opak Ubi Jalar memiliki huruf yang jelas untuk dibaca karena sejumlah 82 persen responden memberikan jawaban dengan nilai yang tinggi pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Supriyono (2010) menjelaskan bahwa dalam memilih huruf untuk teks, nilai keterbacaan atau kejelasan huruf jauh lebih penting daripada keindahan. Warna pada huruf kemasan Opak Ubi Jalar juga dinilai memiliki warna huruf yang sangat jelas karena sejumlah 87 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada pernyataan kejelasan warna huruf (Lampiran 4). Warna yang digunakan pada huruf adalah warna kuning cerah dengan latar berwarna ungu. Pemilihan warna yang tepat pada huruf menjadikan huruf mudah dibaca dan warna huruf terlihat jelas. Ditinjau dari jenis huruf, kemasan Opak Ubi Jalar memiliki jenis huruf yang unik karena mayoritas yaitu sebesar 81 persen responden memberikan penilaian dengan kategori tinggi (Lampiran 4). Jenis font yang digunakan adalah tipe Bauhaus 93. Daya tarik visual huruf kemasan produk Opak Ubi Jalar ini dinilai efektif karena sebanyak 77 persen responden memberikan penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual huruf kemasan Opak Ubi Jalar (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : huruf kuning memang kontras banget dengan latar ungu, bagus nih pemilihan warnanya (AY, laki-laki, 50 tahun) Jenis hurufnya juga lucu, ada kombinasi dari beberapa jenis huruf (TS, perempuan 22) Crispy Nila memiliki huruf yang sangat jelas untuk dibaca karena hampir seluruh yaitu 94 persen responden memberikan jawaban dengan nilai yang tinggi pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Warna pada huruf kemasan Crispy Nila

66 46 juga dinilai memiliki warna huruf yang sangat jelas karena sejumlah 88 persen responden memberikan nilai yang tinggi pada pernyataan kejelasan warna huruf (Lampiran 4). Warna yang digunakan pada huruf ini adalah warna kuning cerah dengan latar berwarna coklat. Selain itu tulisan yang terdapat pada desain kemasan semakin diperjelas dengan adanya shadow dari tulisan tersebut. Pemilihan warna yang tepat dan mengombinasikannya dengan beberapa warna pada huruf yaitu putih dan kuning menjadikan huruf mudah dibaca dan warna huruf terlihat jelas. Ditinjau dari jenis huruf, kemasan Crispy Nila memiliki jenis huruf yang unik karena mayoritas yaitu sebesar 84 persen responden memberikan penilaian dengan kategori tinggi (Lampiran 4). Tipe huruf disesuaikan dengan tema dan tujuan dari produk tersebut (Natadjaja et al. 2009). Daya tarik visual huruf kemasan produk Crispy Nila ini dinilai sangat efektif karena sebanyak 77 persen responden memberikan penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian rendah pada daya tarik visual huruf kemasan Crispy Nila (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : huruf nya sangat mudah dibaca karena jenis fontnya yang tegas (AY, laki-laki, 50 tahun) keunikannya itu terlihat dari kombinasi warna yang seimbang antar tulisan yaitu tulisan merek berwarna kuning dengan shadow dan begitu juga dengan tulisan lainnya yaitu berwarna putih (TS, perempuan, 22 tahun) Tata-letak/Layout (1) (2) (3) Gambar 10 Perbandingan tata letak Keripik Ubi (1), Opak Ubi Jalar (2), dan Crispy Nila (3) Menata letak berarti meramu seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu. Tata letak yang baik

67 47 adalah seluruh desain grafis yang terlihat proporsional dan seimbang (Natadjaja et al. 2009). Selain itu kemasan yang baik adalah kemasan yang memiliki sembilan elemen yang meliputi; (1)Tanda merek; (2) Nama merek; (3) Nama produk; (4) Keterangan komposisi (ingridients); (5) Berat bersih; (6) Informasi nilai gizi; (7) Tanggal kadaluarsa, peringatan bahaya, arahan penggunaan, dosis, instruksi; (8) Ragam; (9) Barcode (Klimchuck dan Krasovec 2006). Perbandingan tata letak/layout kemasan produk Kripik Ubi, Opak Ubi Jalar, dan Crispy Nila dapat dilihat pada Gambar 10. Kripik Ubi memiliki Tata letak grafis (warna, bentuk logo, ilustrasi, dan huruf) dengan nilai sedang dan tinggi yaitu sebesar 45 persen masing-masing responden memilih nilai sedang dan tinggi (Lampiran 4). Hal tersebut berarti tataletak terlihat seimbang (proporsional). Ditinjau dari kemenarikan tata letak grafis, desain kemasan Kripik Ubi memiliki tata letak grafis yang menarik karena sebanyak 42 persen mayoritas responden memberikan penilaian tinggi terhadap ketertarikan tata letak desain Kripik Ubi (Lampiran 4). Dilihat dari sembilan elemen penting yang umumnya terdapat pada desain kemasan, kemasan Kripik Ubi tidak memiliki keterangan komposisi (ingridients), berat bersih, informasi nilai gizi, tanggal kadaluarsa, dan barcode. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan pembeli dalam membeli suatu produk. Daya tarik visual tata letak/layout kemasan produk Kripik Ubi ini dinilai kurang efektif dimana sebanyak 47 persen responden memberikan penilaian yang sedang dan memiliki kecenderungan efektif karena sebanyak 36 persen responden yang memberikan penilaian tinggi pada daya tarik visual tata letak/layout kemasan Kripik Ubi (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Sebenernya ini keseluruhan desainya bagus bagus aja, tetapi kurang lebih kreatif lagi agar lebih bagus (E, perempuan, 49 tahun) keseluruhan desain grafisnya kalau dilihat dari dekat sih cukup simpel, tapi kalo dari jauh justru jadi gak tau apa yang ada dalam desain kemasan itu (M, perempuan, 35 tahun) Opak Ubi Jalar memiliki Tata letak grafis (warna, bentuk logo, ilustrasi, dan huruf) yang seimbang (proporsional) karena mayoritas yaitu sebesar 87 persen responden memberikan penilaian dengan nilai yang tinggi (Lampiran 4). Ditinjau dari kemenarikan tata letak grafis, desain kemasan Opak Ubi Jalar memiliki tata letak grafis yang sangat menarik karena mayoritas yaitu sebesar 87 persen responden memberikan penilaian tinggi terhadap ketertarikan tataletak desain Opak Ubi Jalar (Lampiran 4). Ditinjau dari sembilan elemen penting yang umumnya terdapat pada desain kemasan, Opak Ubi Jalar tidak memiliki informasi nilai gizi, dan barcode pada kemasannya. Kemasan ini sudah melengkapi tujuh elemen umum pada kemasan yaitu tanda merek, nama merek, nama produk, keterangan komposisi (ingridients), berat bersih, tanggal kadaluarsa dan ragam. Selain itu kemasan ini juga telah memiliki standar LPPOM dan nomor PIR-T. Daya tarik visual tata letak/layout kemasan produk Opak Ubi Jalar ini dinilai sangat efektif dimana sebanyak 83 persen responden memberikan penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian yang rendah pada daya tarik visual tata letak / layout kemasan Opak Ubi Jalar (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden :

68 48 Keseluruhan desain grafisnya simpel dan keinget terus jadi menarik perhatian orang. Kemasan ini juga sudah ada label LPPOM dan PIRT (E, perempuan, 49 tahun) walaupun desainnya kecil, tidak menutupi semua kemasan, kemasan ini terbilang efektif kalau dilhat dari segala aspeknya (M, perempuan, 35 tahun) Kemasan Crispy Nila memiliki Tata letak grafis (warna, bentuk logo, ilustrasi, dan huruf) yang sangat seimbang (proporsional) karena hampir seluruh responden yaitu sebesar 93 persen responden memberikan penilaian dengan nilai yang tinggi (Lampiran 4). Begitupula dengan kemenarikan tata letak grafis, desain kemasan Crispy Nila memiliki tata letak grafis yang sangat menarik karena mayoritas yaitu sebesar 91 persen responden memberikan penilaian tinggi terhadap ketertarikan tata letak desain Opak Ubi Jalar (Lampiran 4). Dilihat dari sembilan elemen penting yang umumnya terdapat pada desain kemasan, Crispy Nila hanya belum menampilkan barcode pada kemasannya. Sedangkan elemen lain seperti tanda merek, nama merek, nama produk, keterangan komposisi (ingridients), berat bersih, kandungan gizi, tanggal kadaluarsa dan ragam telah tercantum pada kemasan. Kemasan ini juga sudah mencantumkan nomor PIR-T produk UMKM pada kemasannya. Daya tarik visual tata letak/layout kemasan produk Crispy Nila ini dinilai sangat efektif dimana sebanyak 93 persen responden memberikan penilaian yang tinggi dan tidak ada responden yang memberikan penilaian yang rendah pada daya tarik visual tata letak/layout kemasan Crispy Nila (Tabel 8). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Gambarnya, tulisannya, warnanya, logo juga semuanya keliatan satu kesatuan dan enak aja gitu ngeliatnya. Sepertinya Ini sudah di desain dengan matang oleh pemiliknya. Keseluruhan terlihat seperti produk mahal yang ada di supermarket (E, perempuan, 49 tahun) keseluruhan grafisnya terlihat bagus dimata, kelihatan seperti produk kelas atas dan mahal, semua informasi ada di kemasannya, pokoknya ini niat sekali. Ditambah lagi dengan adanya label halal, PIRT jadi orangorang tidak akan ragu untuk membeli produk ini (M, perempuan, 35 tahun) Daya Tarik Fungsional Desain Kemasan Efektivitas desain kemasan juga dapat dilihat dari daya tarik fungsional kemasan tersebut. Daya tarik praktis atau fungsional merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor, misalnya untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah kemasan dapat melindungi produk, mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan, dapat digunakan kembali (reusable), mudah dibawa, dijinjing atau dipegang, dapat diisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill). Penilaian responden mengenai efektivitas daya tarik fungsional kemasan dapat dilihat pada Tabel 9.

69 49 Tabel 9 Penilaian responden terhadap efektivitas daya tarik fungsional desain kemasan kripik ubi, opak ubi jalar, dan crispy nila Kategori Daya Tarik Fungsional (skor) Jumlah (orang) Persentase (%) Daya Tarik Fungsional Kemasan Kripik Ubi Rendah_(5-9) Sedang_(10-14) Tinggi (15-20) Total Daya Tarik Fungsional Kemasan Opak Ubi Jalar Rendah_(5-9) Sedang_(10-14) Tinggi (15-20) Total Daya Tarik Fungsional Desain Kemasan Crispy Nila Rendah_(5-9) Sedang_(10-14) Tinggi (15-20) Total Pengukuran tingkat efektivitas desain kemasan menggunakan tabel frekuensi didapat melalui penjumlahan indikator pada varaibel daya tarik fungsional kemasan (kemasan dapat melindungi produk, mudah dibawa kemana saja, dapat digunakan berulang kali/reusable, dapat disimpan dengan mudah, dan kemasan dapat diisi ulang/refill). Kemasan dengan tingkat efektivitas paling tinggi yang diukur melalui daya tarik fungsional adalah kemasan Crispy Nila. Kemasan Kripik Ubi memilik tingkat efektivitas yang masih rendah. Hal tersebut dikarenakan lebih dari setengah responden yaitu sebesar 78 persen memberikan penilaian dengan kategori sedang dan hanya 15 persen responden yang memberikan penilaian dengan kategori tinggi. Begitu pula dengan kemasan Opak Ubi Jalar yang masih memiliki tingkat efektivitas desain kemasan kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan lebih dari setengah responden yaitu sebesar 75 persen memberikan penilaian dengan kategori sedang dan hanya 18,3 persen responden yang memberikan penilaian pada kategori tinggi. Kemasan Crispy Nila merupakan kemasan dengan tingkat efektivitas yang lebih baik dari dua kemasan sebelumnya. Kemasan ini dinilai efektif karena setengah responden yaitu sebesar 50 persen memberikan nilai dengan kategori tinggi dan 48 persen memberikan nilai pada kategori sedang. Kemasan Kripik Ubi memiliki kemasan yang dapat melindungi produk karena mayoritas yaitu sebesar 69 persen responden menyetujui akan pernyataan tersebut. Bahan plastik yang digunakan pada kemasan Kripik Ubi dinilai sudah cukup melindungi produk yang ada didalamnya (Lampiran 4). Sebanyak 80 persen responden menyetujui bahwa kemasan Kripik Ubi mudah dibawa kemana saja. Bentuknya yang kecil, persegi empat, dan tidak berat dapat menjadi alasan pendukung produk ini mudah dibawa kemana saja. Berbeda dengan kemudahan kemasan untuk dibawa kemana saja, kemasan Kripik Ubi tidak dapat digunakan

70 50 berulang kali (reusable). Hal tersebut terlihat bahwa 60 persen responden yang tidak menyetujui pernyataan dan bahkan terdapat sebanyak 20 persen responden yang menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Ditinjau dari kemudahan kemasan untuk dibuka maupun ditutup untuk disimpan dengan mudah, kemasan Kripik Ubi memiliki kemasan yang mudah dibuka maupun ditutup untuk disimpan dengan mudah. Hal tersebut terlihat bahwa lebih dari 63 persen responden yang menyetujui pernyataan tersebut (Lampiran 4). Kemasan plastik yang ditutup dengan menggunakan mesin pemanas manual dianggap mudah dibuka dan ditutup kembali untuk disimpan dan pemakaian berikutnya. Dari segi kemampuan kemasan untuk dapat diisi ulang (refill), kemasan Kripik Ubi ini memiliki kemasan yang tidak dapat diisi ulang (refill) dengan barang ataupun makanan yang lainnya. Hal tersebut terlihat dari sebanyak 61 persen responden yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pernyataan dan bahkan terdapat 21 persen responden yang menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut (Lampiran 4). Kemasan plastik yang digunakan pada kemasan Kripik Ubi ini adalah kemasan sekali pakai yang tidak memungkinkan penggunanya untuk dapat mengisi ulang kembali kemasan dengan makanan lain. Tabel 9 menunjukkan bahwa daya tarik fungsional kemasan produk Kripik Ubi ini dinilai kurang efektif dimana sebanyak 78 persen responden memberikan penilaian yang sedang dan terdapat 6 persen responden yang memberikan penilaian yang rendah pada daya tarik fungsional kemasan Kripik Ubi. Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Kemasannya dapat melindungi produk, tapi tidak lama-lama, soalnya ini hany sekedar bungkusan plastik biasa (IW, perempuan, 45 tahun) kalo ini mah tidak mungkin bisa diisi ulang, sekali pake buang aja ini tipenya (C, perempuan, 48 tahun) ini kemasannya mudah disimpan, soalnya bentuknya kecil, jadi bisa disimpan dimana aja (RR, laki-laki, 21 tahun) Opak Ubi Jalar memiliki kemasan yang dapat melindungi produknya karena mayoritas yaitu sebesar 75 persen responden menyetujui akan pernyataan tersebut (Lampiran 4). Kemasan Opak Ubi Jalar menggunakan bahan plastik tebal dalam pembungkusan produk dan dianggap dapat melingungi produk yang ada di dalamnya. Sebanyak lebih dari 83 persen responden menyetujui bahwa kemasan Opak Ubi Jalar mudah dibawa kemana saja (Lampiran 4). Bentuknya yang simpel, unik, dan memiliki tali untuk pegangan tangan pada bagian atas kemasan menjadikan kemasan ini mudah dibawa, dijinjing, atau dipegang. Berbeda dengan kemudahan kemasan untuk dibawa kemana saja, kemasan Opak Ubi Jalar tidak dapat digunakan berulang kali (reusable). Hal tersebut terlihat bahwa 60 persen responden yang tidak menyetujui pernyataan dan hanya 23 persen yang menyatakan setuju pada pernyataan tersebut (Lampiran 4). Sama halnya dengan kemasan Kripik Ubi, kemasan ini berbahan plastik yang memiliki sifat sekali pemakaian saja dan tidak baik bagi kesehatan dalam penggunaan berulang kali sehingga tidak memungkinkan penggunanya menggunakan kemasan berulang kali. Dilihat dari kemudahan kemasan untuk dibuka maupun ditutup untuk disimpan dengan mudah, kemasan Opak Ubi Jalar memiliki kemasan yang mudah dibuka maupun ditutup untuk disimpan dengan mudah. Hal tersebut terlihat bahwa lebih dari 75 persen responden yang menyetujui pernyataan tersebut

71 51 (Lampiran 4). Kemasan plastik yang ditutup dengan menggunakan mesin pemanas manual dianggap mudah dibuka dan ditutup kembali untuk disimpan pada berikutnya. Dari segi kemampuan kemasan untuk dapat diisi ulang (refill), kemasan Opak Ubi Jalar ini memiliki kemasan yang tidak dapat diisi ulang (refill) dengan barang ataupun makanan lainnya. Hal tersebut terlihat dari sebanyak 61 persen responden yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pernyataan dan bahkan terdapat 18 persen responden yang menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut (Lampiran 4). Kemasan plastik yang digunakan pada kemasan Opak Ubi Jalar ini adalah kemasan sekali pakai yang tidak memungkinkan penggunanya untuk dapat mengisi ulang kembali kemasan dengan makanan lain. Daya tarik fungsional kemasan produk Opak Ubi Jalar ini dinilai kurang efektif dimana sebanyak 75 persen responden memberikan penilaian yang sedang dan terdapat 6 persen responden yang memberikan penilaian yang rendah pada daya tarik fungsional kemasan Opak Ubi Jalar (Tabel 9). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Ini bahan kemasannya plastik, jadi ya sama saja tidak dapat tahan lama produknya (IW, perempuan, 45 tahun) yang buat beda itu karena ada pegangannya mas, jadi mudah dibawa kemana saja, lucu lagi kalau diliat (C, perempuan, 48 tahun) yaa karena bahannya plastik ya tidak mungkin kan dipake berulang kali, tidak bagus juga sih setau saya (RR, laki-laki, 21 tahun) Crispy Nila memiliki kemasan yang dapat melindungi produknya karena mayoritas yaitu sebesar 70 persen responden menyetujui pernyataan dan bahkan terdapat 23 persen responden sangat menyetujui pernyatan tersebut (Lampiran 4). Kemasan Crispy Nila menggunakan bahan kardus sebagai pelindung luarnya. Kotak kardus/kertas berbentuk persegi panjang keatas dengan bentuk lancip atau segitiga di bagian atas kemasan. Selain menggunakan kotak kardus, kemasan ini juga menggunakan plastik sebagai pembungkus kedua produk yang dimasukkan di dalam kemasan. Hal tersebut menjadikan kemasan ini sangat aman dalam melindungi isi produk. Sebanyak lebih dari 76 persen responden menyetujui dan terdapat 18 persen responden yang sangat menyetujui bahwa kemasan Crispy Nila mudah dibawa kemana saja (Lampiran 4). Bentuknya yang kecil dan simpel menjadikan kemasan ini mudah dibawa, dijinjing, atau dipegang para responden. Hal yang serupa dengan kemudahan kemasan untuk dibawa kemana saja, kemasan Crispy Nila adalah kemasan yang dapat digunakan berulang kali (reusable). Hal tersebut terlihat bahwa 46 persen responden yang menyetujui pernyataan tersebut (Lampiran 4). Bahan kardus/kertas yang digunakan kemasan ini dinilai oleh sebagian responden dapat digunakan berulang kali. Hal tersebut juga didukung dengan sifat kardus/kertas yang memiliki daya tahan lama untuk digunakan sebagai kemasan. Dilihat dari kemudahan kemasan untuk dibuka maupun ditutup untuk disimpan dengan mudah, kemasan Crispy Nila memiliki kemasan yang sangat mudah dibuka maupun ditutup untuk disimpan dengan mudah. Hal tersebut terlihat bahwa lebih dari 83 persen responden yang menyetujui pernyataan tersebut (Lampiran 4). Kemasan ini menggunakan kardus/kertas yang dapat dibuka tutup dengan mudah pada bagian atas kemasan. Hal tersebut memudahkan responden untuk membuka maupun menutup kemasan

72 52 agar dapat disimpan kembali. Dari segi kemampuan kemasan untuk dapat diisi ulang (refill), kemasan Crispy Nila ini memiliki kemasan yang tidak dapat diisi ulang (refill) dengan barang ataupun makanan yang lainnya. Hal tersebut terlihat dari sebanyak 46 persen responden yang menyetujui pernyataan tersebut (Lampiran 4). Kemasan dengan berbahan kardus/kertas memiliki daya tahan yang lama sehingga memungkinkan penggunanya untuk dapat mengisi ulang kembali kemasan dengan makanan lain. Daya tarik fungsional kemasan produk Crispy Nila ini dinilai efektif dimana sebanyak 50 persen responden memberikan penilaian yang tinggi dan terdapat hanya 2 persen responden yang memberikan penilaian yang rendah pada daya tarik fungsional kemasan Crispy Nila (Tabel 9). Beberapa pendapat yang dituturkan oleh responden : Karena ini dikotakin otomatis sangat aman mas untuk produknya (IW, perempuan, 45 tahun) saya yakin ini kemasan akan lebih banyak yang mau beli, soalnya keliatan bagus dan aman (C, perempuan, 48 tahun) Kemasan ini memang dari pertama udah mencuri perhatian, jadinya saya tertarik. Isi produknya akan sangat terlindungi dengan kotak ini, mudah dibawa juga kok keliatanyya (RR, laki-laki, 21 tahun)

73 53 MINAT BELI DAN PENGARUH DESAIN KEMASAN PRODUK UMKM TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN Minat Beli Minat beli merupakan kecenderungan konsumen dalam hal ini yaitu responden untuk membeli suatu produk atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur melalui kemungkinan responden untuk melakukan pembelian. Minat beli juga diartikan sebagai pernyataan mental yang mencerminkan rencana pembelian sejumlah produk-produk tertentu. Analisis ini sangat diperlukan untuk perusahaan yaitu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk mengetahui sejauh mana minat beli konsumen terhadap produk-produk yang mereka pasarkan serta dapat memprediksi apa-apa saja yang akan ditingkatkan untuk pemasaran di masa yang akan datang. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden terhadap minat beli Kategori Minat Beli Responden (skor) Jumlah (orang) Presentase (%) Rendah_(20-39) Sedang_(40-59) Tinggi (60-80) Total Tabel 10 menunjukkan bahwa minat beli responden terhadap produk UMKM makanan ringan adalah sedang dan ada kecenderungan tinggi. Sebanyak 39 orang atau sekitar 65 persen responden yang memiliki minat beli pada kategori sedang dan terdapat 20 orang atau sekitar 33 persen responden yang memiliki minat beli tinggi terhadap produk tersebut. Minat beli ini merupakan keinginan responden untuk mau membeli produk UMKM makanan ringan di masa yang akan datang dan diukur dengan beberapa indikator pada daya tarik visual desain kemasan dan daya tarik fungsional kemasan. Pada penelitian ini, masing-masing responden terlebih dahulu diperlihatkan produk-produk UMKM makanan ringan (Kripik Ubi, Opak Ubi Jalar, Crispy Nila) dan kemudian memberikan pernyataan akan ketertarikan untuk mau membeli produk yang ditampilkan dengan pilihan jawab sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Secara rinci jumlah dan persentase responden terhadap minat beli dapat dilihat pada Tabel 11. Minat beli responden diukur melalui desain kemasan yang meliputi daya tarik visual (warna, bentuk, logo, ilustrasi/gambar, huruf, dan tata-letak/layout) dan daya tarik fungsional kemasan (kemasan dapat melindungi produk, mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan, dapat digunakan kembali (reusable), mudah dibawa, dijinjing atau dipegang, dapat diisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill)) serta beberapa pernyataan mengenai minat beli transaksional, minat beli eksploratif, dan minat beli preferensi. Pengukuran ini dilakukan dengan 20 pertanyaan yang dapat mewakili indikator minat beli.

74 54 No Tabel 11 Persentase responden berdasarkan minat beli Pernyataan Persentase STS TS S SS Daya Tarik Visual 1 Saya jadi ingin membeli produk karena warna kemasannya menarik perhatian, Saya jadi ingin membeli produk karena bentuk kemasannya yang unik Saya jadi ingin membeli produk karena bentuk kemasannya yang pas sesuai dengan sifat produk 4 Saya jadi ingin membeli produk karena desain kemasan logonya unik Saya jadi ingin membeli produk karena desain kemasan logonya menarik perhatian Saya jadi ingin membeli produk karena desain kemasan logonya mudah diingat Saya jadi ingin membeli produk karena gambar yang terdapat pada kemasan menarik perhatian Saya jadi ingin membeli produk karena gambar yang terdapat pada kemasan sesuai dengan produk yang dijual Saya jadi ingin membeli produk karena huruf yang ada pada desain kemasan mudah dibaca Saya jadi ingin membeli produk karena tulisan yang ada pada desain kemasan memberikan informasi yang jelas 11 Saya ingin membeli produk karena tata letak keseluruhan desain grafis tertata rapi Saya jadi ingin membeli produk karena tata letak keseluruhan desain grafis seimbang (proporsional) Daya Tarik Fungsional Saya jadi ingin membeli produk karena kemasan dapat dipegang dengan mudah Saya jadi ingin membeli produk karena kemasan dapat dibawa kemana saja Sayajadi ingin membeli produk karena kemasannya dapat melindungi produk tersebut Saya jadi ingin membeli produk karena kemasan dapat digunakan berulang kali (reusable) 17 Saya jadi ingin membeli produk karena kemasan dapat disimpan dengan mudah

75 55 Tabel 11 Persentase responden berdasarkan minat beli (Lanjutan) No Pernyataan 18 Saya jadi ingin membeli produk karena kemasan dapat diisi ulang (refill) Pernyataan Minat Beli Ekploratif dan Referensial Persentase STS TS S SS Saya ingin mencari informasi lebih banyak tentang produk UMKM tersebut Saya ingin memberitahu kepada kerabat terdekat (keluarga/teman) tentang produk UMKM tersebut STS : Sangat tidak setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju Minat transaksional adalah minat responden untuk lebih cenderung akan membeli produk yang ditawarkan. Minat transaksional yang termasuk dalam indikator diatas yaitu pernyataan-pernyataan keinginan membeli yang berasal dari daya tarik visual desain kemasan dan daya tarik fungsional kemasan yang meliputi pernyataan 1 hingga 18 seperti ingin membeli produk karena warna kemasannya menarik perhatian, bentuk kemasannya yang unik, desain kemasan logonya unik, gambar yang terdapat pada kemasan menarik perhatian, huruf yang ada pada desain kemasan mudah dibaca, tata letak keseluruhan desain grafis seimbang (proporsional), kemasan dapat dipegang dengan mudah, kemasan dapat dibawa kemana saja, kemasannya dapat melindungi produk, kemasan dapat digunakan berulang kali (reusable), kemasan dapat disimpan dengan mudah, kemasan dapat diisi ulang (refill). Minat eksploratif adalah minat yang menggambarkan responden akan mencari pengetahuan yang lebih banyak megenai produk-produk yang ditawarkan karena merasa tertarik untuk mencari informasi lebih banyak akan produk tersebut. Minat eksploratif yang termasuk dalam indikator diatas yaitu pernyataan pada nomor 19 dimana responden akan mencari informasi lebih banyak tentang produk UMKM tersebut. Dari 60 responden, sebesar 56.6 persen responden yang setuju akan mencari informasi lebih banyak mengenai produk UMKM. Minat referensial adalah minat responden akan mereferensikan atau memberitahukan produk kepada orang lain. Minat referensial yang termasuk dalam indikator diatas yaitu pernyataan pada nomor 20 dimana responden akan memberitahukan kepada kerabat terdekat (keluarga/teman) tentang produk-produk UMKM tersebut. Dari 60 responden terdapat 68.3 persen responden setuju akan memberi kepada kerabat terdekat (keluarga/teman) tentang produk UMKM tersebut Pengaruh Desain Kemasan Produk UMKM terhadap Minat Beli Konsumen Pengukuran pengaruh desain kemasan produk UMKM terhadap minat beli konsumen dilakukan dengan cara menganalisis pengaruh variabel daya tarik visual yaitu warna, bentuk, logo, gambar/ilustrasi, huruf, tata-letak dan variabel daya tarik fungsional yaitu kemasan dapat melindungi produk, mudah disimpan, dapat digunakan kembali (reusable), mudah dibawa, dapat diisi ulang (refill) terhadap minat beli yang mewakili responden.

76 56 Hasil dugaan persamaan pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan ringan terhadap minat beli konsumen dan semua tanda parameter dugaan disajikan pada tabel 12 berikut. Koefisien determinasi (R-Square) menunjukkan nilai sebesar 0,297 yang berarti minat beli konsumen sebesar 30 persen dapat dipengaruhi oleh bentuk kemasan pada kemasan 1 (Kripik Ubi), gambar pada kemasan 1(Kripik Ubi), huruf pada kemasan 1 (Kripik Ubi) dan bentuk pada kemasan 3(Crispy Nila). Sedangkan sisanya 70 persen dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Hasil dugaan pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan ringan terhadap minat beli konsumen disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil dugaan pengaruh desain kemasan produk UMKM makanan ringan terhadap minat beli konsumen Variabel Koefisien t-hitung P C (Constanta) Bentuk Kemasan Gambar Kemasan Huruf Kemasan Bentuk Kemasan R-Squared Adj R-Squared F Significant 0.00 Uji-F menunjukkan bahwa bentuk kemasan 1 (Kripik Ubi), gambar kemasan 2 (Opak Ubi Jalar), huruf kemasan 1 (Kripik Ubi), dan bentuk kemasan 3 (Crispy Nila) secara bersama-sama dapat mempengaruhi minat beli konsumen dan secara statistik nyata pada taraf Persamaan regresi menggunakan persamaan regresi linear dan memenuhi uji asumsi klasik berupa normalitas, homoskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Berikut merupakan persamaan regresi linear yang digunakan pada penelitian ini. Y = X X X X4 Keterangan : Y = Minat beli X1 = Bentuk Kemasan pada kemasan 1 X2 = Gambar Kemasan pada kemasan 1 X3 = Huruf Kemasan pada kemasan 1 X4 = Bentuk Kemasan pada kemasan 3 Bentuk kemasan 1 (Kripik Ubi) berpengaruh negatif secara nyata terhadap nilai minat beli. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan persentase bentuk kemasan 1 (Kripik Ubi) akan menurunkan nilai minat beli konsumen. Nilai parameter dugaan yang diperoleh adalah yang berarti jika persentase bentuk kemasan 1 (Kripik Ubi) meningkat 1 persen maka nilai minat beli konsumen akan menurun persen apabila variabel lain bernilai konstan.

77 57 Bentuk kemasan 1 (Kripik Ubi) adalah bentuk kemasan yang sangat sederhana dan hanya menggunakan plastik tipis dan tidak tahan lama sebagai kemasannya. Dilihat dari efektivitas kemasannya, kemasan 1 (Kripik Ubi) dinilai kurang efektif dimana terdapat 33 orang atau sekitar 55 persen responden memberikan penilaian yang kurang efektif terhadap bentuk kemasan 1 (Kripik Ubi). Hal tersebut jelas akan mengurangi nilai minat beli konsumen terhadap produk tersebut. Gambar kemasan 1 (Kripik Ubi) berpengaruh positif secara nyata terhadap minat beli konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan persentase gambar kemasan 1 (Kripik Ubi) akan meningkatkan nilai minat beli konsumen. Nilai parameter dugaan yang diperoleh adalah yang berarti jika persentase gambar kemasan 1 (Kripik Ubi) meningkat 1 persen maka nilai minat beli konsumen akan meningkat persen apabila variabel lain bernilai konstan. Huruf kemasan 1 (Kripik Ubi) berpengaruh negatif secara nyata terhadap nilai minat beli. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan persentase huruf kemasan 1 (Kripik Ubi) akan menurunkan nilai minat beli konsumen. Nilai parameter dugaan yang diperoleh adalah yang berarti jika persentase huruf kemasan 1 (Kripik Ubi) meningkat 1 persen maka nilai minat beli konsumen akan menurun persen apabila variabel lain bernilai konstan. Huruf kemasan 1 (Kripik Ubi) adalah huruf dengan jenis font yang biasa dengan warna hitam pada seluruh huruf yang ada di desain kemasan. Mayoritas responden menyatakan bahwa jenis huruf yang ada pada desain kemasan 1 (Kripik Ubi) terlihat kurang unik. Dilihat dari efektivitas daya tarik visual huruf kemasannya, huruf kemasan 1 (Kripik Ubi) dinilai kurang efektif dimana terdapat 28 orang atau sekitar 46,7 persen responden memberikan penilaian yang kurang efektif terhadap huruf kemasan 1 (Kripik Ubi). Hal tersebut jelas akan mengurangi nilai minat beli konsumen terhadap produk tersebut. Bentuk kemasan 3 (Crispy Nila) berpengaruh positif secara nyata terhadap minat beli konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan persentase bentuk kemasan 3 (Crispy Nila) akan meningkatkan nilai minat beli konsumen. Nilai parameter dugaan yang diperoleh adalah yang berarti jika persentase bentuk kemasan 3 (Crispy Nila) meningkat 1 persen maka nilai minat beli konsumen akan meningkat persen apabila variabel lain bernilai konstan. Bentuk kemasan 3 (Crispy Nila) adalah bentuk kemasan yang paling efektif dari kedua kemasan yang diteliti. Kemasan dengan bahan kotak kardus/kertas berbentuk kotak persegi panjang keatas dengan bentuk lancip atau segitiga di bagian atas kemasan menjadikan bentuk kemasan 3 (Crispy Nila) sangat unik dibandingkan dengan kedua kemasan yang lainnya. Dilihat dari efektivitas daya tarik visual bentuk kemasannya, bentuk kemasan 3 (Crispy Nila) dinilai sangat efektif dimana terdapat 55 orang atau sekitar 91.7 persen persen responden memberikan penilaian yang tinggi atau sangat efektif terhadap bentuk kemasan 3 (Crispy Nila). Hal tersebut jelas akan meningkatkan nilai minat beli konsumen terhadap produk tersebut.

78 58 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Desain kemasan produk UMKM makanan ringan memiliki efektivitas pada tingkat sedang hingga tinggi dalam menarik perhatian konsumen. Efektivitas tersebut dilihat dari desain kemasan daya tarik visual berupa warna, bentuk, logo, ilustrasi, huruf, tata-letak dan daya tarik fungsional berupa kemasan dapat melindungi produk, mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan, dapat digunakan kembali, mudah dibawa, dan dapat diisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang. 2. Aspek daya tarik visual desain kemasan Produk UMKM makanan ringan berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli konsumen yaitu : a. Bentuk kemasan yang sesuai dengan sifat produk, isi produk yang pas dan bentuk kemasan yang unik. b. Huruf kemasan yang mudah dibaca, warna huruf yang jelas, dan jenis huruf/font dengan tipe sans sherif (Jenis-jenis huruf yang tegas dan mudah dibaca) c. Gambar yang menarik, unik dan sesuai dengan produk. Sedangkan daya tarik fungsional desain kemasan Produk UMKM makanan ringan tidak memiliki pengaruh terhadap minat beli konsumen. yaitu : Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran perbaikan bagi pelaku UMKM 1. Desain kemasan produk Kripik Ubi (kemasan 1) sebaiknya memperbaiki kualitas desain kemasan dengan memilih warna yang lebih mencolok, cerah, dan kontras, membuat bentuk kemasan yang unik, menyesuaikan logo dengan kemasan, menampilkan gambar yang lebih besar, nyata, dan unik, serta menata keseluruhan desain grafis menjadi lebih seimbang (proporsional) dan menarik perhatian. 2. Desain kemasan produk Opak Ubi Jalar (kemasan 2) sebaiknya memperbaiki kualitas kemasan dengan membuat kemasan yang dapat melindungi produk dari bahaya eksternal dengan menggunakan kemasan plastik yang lebih tebal dan memilih pembungkus yang mudah dibuka maupun ditutup yaitu kemasan yang menggunakan zipper plastik. 3. Desain kemasan produk Crispy Nila (kemasan 3) sebaiknya tetap mempertahakan kualitas desain kemasan baik dari segi daya tarik visual dan daya tarik fungsional. Hal yang harus diperbaiki adalah membuat sebuah space kecil yang transparan, agar pembeli dapat melihat isi dari kemasan tersebut secara langsung tanpa harus membuka kemasan.

79 59 DAFTAR PUSTAKA Arinda AD Peluang Pengembangan Pembiayaan Umkm Studi Kasus pada Sentra Anyaman Tenun dan Handycraft Gamplong, Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun Jurnal Ekonomi [Internet]. [diunduh pada 2016 April 15]. Tersedia pada: [BPS] Badan Pusat Statistik (ID) Jumlah UMKM tahun 2011 dan 2012 [Internet]._[diunduh_2016_April_15]._Tersedia_pada:_https:// o.id/linktabelstatis/view/id/1322 Budi Susila, Ujang Sumarwan, Kirbrandoko Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Brand Switching Behavior Minuman Teh Dalam Kemasan. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen [Internet]. [diunduh 2016 Maret 18]; Vol._7_No._3:_193_201._Tersedia_pada:_http://jurnal.ipb.ac.id/index.php /jikk/article/viewfile/10012/7830 Cenadi CS Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran. Jurnal Komunikasi Visual Nirmana [Internet]. [diunduh pada 2016 April 1]; Vol. 2 No.1: Tersedia pada: Chirsty P, Ellyawati J Pengaruh Desain Kemasan (Packaging) Pada Impulsive Buying. Jurnal Ekonomi dan Manajemen [Internet]. [diunduh pada 2016 Maret 18]. Tersedia pada: Dewi RN, Hidayat R Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan Pelanggan Bingka Nayad Batam. Jurnal Akuntansi [Internet]. [diunduh 2016_Maret_18];_Vol.3_No._1._Tersedia_pada:_http://p2m.polibatam.ac. id/wp-content/uploads/2016/02/4.-rindu-rahmat.pdf Ferdinand A Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang[ID]: UNDIP Kotler P, Armstrong G Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 2. Edisi 12. (Alih Bahasa dari Bahasa Inggris Bob Sabran). Jakarta (ID):Erlangga. [Judul asli: Principles of Marketing, Twelfth Edition] Klimchuck MR, Krasovec SA Desain Kemasan.(Alih Bahasa dari Bahasa Inggris Bob Sabran). Jakarta (ID): Erlangga. [Judul asli: Packaging Design] Kusumastuti YI Komunikasi Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. 198 hal. Morissan Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta (ID): Prenada Media Group. 376 hal.

80 60 Natadjaja L, Yohanes B, Cristine Desain Kemasan Produk Makanan Ringan dan Minuman Isntant pada Industri Kecil. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana [Internet]. [diunduh pada 2016 April 15]; Vol._11_No._2:_93_105._Tersedia_pada:_http://nirmana.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/18132/0 Nuryanti BL, Rahman AY Pengaruh Variasi dan Kemasan Produk terhadap Keputusan Pembelian Teh Kotak Ultrajaya. Jurnal Pendidikan Manajemen Bisnis [Internet]. [diunduh 2016 Maret 18]; Vol. 7 No. 14. Tersedia pada: Rahayu CLT Pengaruh Kemasan, Kualitas, Merek dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Sampo pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. [internet]. [diunduh pada 2016 Maret 18]. Tersedia pada Republik Indonesia Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Lembaran Negara RI Tahun 2008, No. 20. Sekretariat Negara. Jakarta. [Internet]. [diunduh pada 2016 April 15]. Tersedia_pada:_http:// ahun2008umkm.pdf Rosalania Y, Alnopri, Prasetya Disain Kemasan untuk Meningkatkan Nilai Tambah Madu Bunga Kopi sebagai Produk Unggulan Daerah. Jurnal Agro Industri ISSN [Internet]. [diunduh pada 2016 April 1]; Vol.2 No. 1: Tersedia pada: Supriyono R Buku Desain Komunikasi Visual (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta[ID]: ANDI Setiadi NJ Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Jakarta[ID]: Prena Media Singarimbun M, Effendi S Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES Sihombing S, Helmi S Pengaruh Harga, Kemasan, dan Iklan terhadap Keputusan Pembelian Minute Maid Pulpy Orange pada Siswa SMA Negeri 1 Medan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis [Internet]. [diunduh 2016 Maret_18];_Vol._2_No.3._Tersedia_pada:_https://shelmi.files.wordpress.c om/2014/08/jurnal.pdf Suhendra Mengemas Laba Bisnis Kemasan. Detik Finance, 10 November 2009 [Internet]. [diunduh pada 2016 April 18]. Tersedia pada: -laba-bisnis-kemasan Suradi, Mujiono, Asra Y Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen terhadap Produk Tepung Sagu. Jurnal Administrasi Niaga [Internet]. Bengkalis (ID): Politeknik Negeri Bengkalis. [Internet].

81 [diunduh pada 2016 April 1]. Tersedia pada: ISWA/ADM/jurnal%20adm%20suradi.pdf Tjiptono F Strategi Pemasaran. Yogyakarta (ID) : CV Andi offset Tohjira AD et al Kota Bogor dalam Tarik Menarik Kekuatan Lokal dan Regional. [Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1]._[Diunduh_pada_12_Juni_2016]._Tersedia_pada:_http://repository.gun adarma.ac.id/576/1/kota%20bogor%20dalam%20tarik%20menarik%20 Kekuatan%20Lokal%20dan%20Regional_UG.pdf Ujianto, Abdurrahman Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan [Internet]. [diunduh pada 2016 April 1]; Vol. 6 No. 1: _Tersedia_pada:_http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/arti cle/view/15648 Zulkarnain WY, Ulfah Pengaruh Kemasan, Kualitas, Merek dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Sampo Pantene pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Jurnal Media Informasi Manajemen [Internet]. [diunduh pada 2016 Maret 18]; Vol. 1 No. 4. Tersedia pada: 61

82 62

83 LAMPIRAN

84 64 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 1. Lokasi Ciomas

85 2. Kawasan Indrapasta Bantarjati

86 66 3. Kawasan Bogor Nirwana Residence (BNR) Sumber : Google maps

87 Lampiran 2. Jadwal penelitian Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari Penyusunan Proposal Skripsi Perbaikan Proposal Skripsi Kolokium Uji Coba Kuisioner Upload Proposal Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi

88 68 Lampiran 3. Daftar responden No. Nama Umur Alamat 1. AY 51 Harmoni 2/BNR RT 01 RW IW 45 harmoni 2/BNR RT01 RW05 3. HA 24 Cendana 3/BNR 4. NP 20 Cendana 3/BNR 5. T 47 Cendana 3/BNR 6. TS 22 Cendana 3/BNR 7. M 46 Harmoni 2/BNR No22 8. DA 32 Harmoni 2/BNR Blok 2 No DA 42 Harmoni 2/BNR Blok 2 No A 34 Harmoni D 30 Harmony 2/BNR Blok 1 No R 35 Harmony 2/BNR Blok D 32 Haromny 2/BNR No HS 39 Harmony 2/BNR No ER 49 Harmony 2/BNR Blok 1 No M 35 Harmony 2/BNR No L 33 Harmony2/BNR Blok L 32 Harmony 2/BNR Blok6 No N 48 Cendana 3/BNR 20. D 52 Cendana 3/BNR 21. HI 21 Komplek Indrapasta/Anggada RR 21 Komplek Indrapasta/Anggada AC 20 komplek indrapasta/anggada S 20 Komplek Indrapasta/Anggada R 20 Komplek Indrapasta/Anggada SR 27 Komplek Indrapasta 1 / anggada 4 no FG 30 Komplek Indrapasta 1 / anggada 4 no E 55 Komplek Indrapasta/Supraba No N 52 Komplek Indrapasta/Srikandi Raya no C 48 komplek indrapasta 31. NZ 21 komplek indrapasta/srikandi II No AS 55 komplek Indrapasta/Supraba No AK 24 komplek indrapasta 1 /Supraba No.3

89 Daftar nama responden (Lanjutan) No. Nama Umur Alamat 34. D 55 komplek Indrapasta / Supraba 35. DD 24 komplek indrapasta I/Dewi Amba No DA 22 komplek indrapasta I/Dewi Amba 37. DM 22 komplek Indrapasta I/Supraba 38. G 21 komplek indrapasta/gatot kaca III 39. MD 45 komplek indrapasta I/Gatot kaca no BF 55 komplek indrapasta I/gatot kaca I 36 Babakan, 42. W 28 Kamung Baru, Ciomas 43. S 28 kampung baru, ciomas 44. U 30 Babakan,Ciomas 45. M 33 Babakan, Sukaraja, Ciomas 46. T 44 Bakakan, Sukaraja, Ciomas 47. K 24 Babakan, Sukaraja, Ciomas 48. I 27 Babakan, Sukaraja, Ciomas 49. H 39 Babakan, Sukaraja, Ciomas 50. E 42 Babakan, Sukaraja, Ciomas 51. D 29 Babakan, Sukaraja, Ciomas 52. E 25 Babakan, Sukaraja, Ciomas 53. L 28 Babakan, Sukaraja, Ciomas 54. W 36 Babakan, Sukaraja, Ciomas 55. L 25 Babakan, Sukaraja, Ciomas 56. N 39 Babakan, Sukaraja, Ciomas 57. N 32 Babakan, Sukaraja, Ciomas 58. E 34 Babakan, Sukaraja, Ciomas 59. BF 33 Babakan, Sukaraja, Ciomas 60. U 50 Babakan, Sukaraja, Ciomas

90 70 Lampiran 4. Hasil uji statistik deskripsi dan inferensial 1. Contoh hasil olahan data frekuensi desain kemasan 1, 2 dan 3 tingkat warna desain kemasan 1 (Kripk Ubi) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid rendah sedang tinggi Total tingkat huruf desain kemasan 1 (Kripk Ubi) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid rendah sedang tinggi Total tingkat minat beli Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid rendah sedang tinggi Total tingkat warna desain kemasan 2 (Opak Ubi Jalar) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid sedang tinggi Total

91 tingkat logo desain kemasan 2 (Opak Ubi Jalar) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid rendah sedang tinggi Total tingkat gambar desain kemasan 3 (Crispy Nila) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid sedang tinggi Total tingkat fungsional desain kemasan 3 (Crispy Nila) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid rendah sedang tinggi Total

92 72 2. Olahan data Regresi Linear (homoskedastisitas dan multikolinearitas) Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 16 (Constant) Bentuk Gambar huruf BentukK GambarK LayoutK a. Dependent Variable: Minatbeli Model Summary q Change Statistics Adjusted R Std. Error of the R Square Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change p p. Predictors: (Constant), huruf1, Bentuk1, LayoutK3, Gambar1, BentukK3, GambarK3 q. Dependent Variable: Minatbeli ANOVA q Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 16 Regression p Residual Total p. Predictors: (Constant), huruf1, Bentuk1, LayoutK3, Gambar1, BentukK3, GambarK3 q. Dependent Variable: Minatbeli

93 3. Uji validitas dan realibilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted Warna Warna Warna Warna Warna Bentuk BEntuk Bentuk Logo Logo Logo Gambar Gambar Gambar Gambar Huruf Huruf Huruf Layout Layout Fungsional fungsional fungsional fungsional fungsional MB

94 74 4. Uji Normalitas (Shapiro Wilk) dan Durbin Watson (Autokorelasi) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Warna Bentuk Logo Gambar huruf layout fungsional Log_Minatbeli Model Summary q Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson p

95 5. Persentase hasil jawaban responden atas pertanyaan. Persentase responden atas jawaban pertanyaan warna kemasan 1(kripik ubi) No Persentase (%) Pernyataan Warna terlihat menarik 1,6 5 11, , Kecerahan warna ,6 8,3 23,3 16, ,3 1,6 0 3 Warna padahuruf kontras dengan kemasan 0 3,3 11,6 8,3 21,6 18, ,3 3, Kesesuaian warna dengan produk Kombinasi warna grafis (warna latar, merek, logo, dan tulisan) terlihat menarik 1,6 1,6 3,3 3,3 16,6 23,3 23,3 15 8,3 3,33 1,6 33,3 11,6 3, ,6 13,3 11,6 3,3 5 Persentase responden atas jawaban pertanyaan warna kemasan 2 (opak ubi jalar) No Persentase (%) Pernyataan Warna terlihat menarik , ,6 28,3 11, Kecerahan warna ,6 1,6 6, ,6 13, Warna padahuruf kontras dengan kemasan ,6 1,6 6,6 18,3 43,3 13, Kesesuaian warna dengan produk Kombinasi warna grafis (warna latar, merek, logo, dan tulisan) terlihat menarik ,6 3,3 26,6 33,3 8,3 26, ,6 3,3 18, ,6 Persentase responden batas jawaban pertanyaan warna kemasan 3 (crispy nila) No Persentase (%) Pernyataan Warna terlihat menarik ,6 3,3 8,3 51,6 11,6 23,3 2 Kecerahan warna , ,6 13,3 6,6 3 Warna padahuruf kontras dengan kemasan ,3 8, ,3 16,6 8,3 4 5 Kesesuaian warna dengan produk Kombinasi warna grafis (warna latar, merek, logo, dan tulisan) terlihat menarik ,6 16,6 38,3 16,6 16, , ,3 33,3 16,6

96 76 Persentase responden atas jawaban pertanyaan bentuk kemasan kripik ubi No Pernyataan Kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk Keunikan bentuk kemasan Kesesuaian kemasan dengan isi Persentase (%) ,6 5 3,3 5 18, ,3 15 6,6 1,6 3,3 6,6 13,3 5 26, ,3 6,6 0 1,6 1,6 5 3, , ,6 5 3,3 Persentase responden atas jawaban pertanyaan bentuk kemasan 2 (opak ubi jalar) No Pernyataan Kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk Keunikan bentuk kemasan Kesesuaian kemasan dengan isi Persentase (%) ,3 3,3 8,3 23, , ,3 1,6 6,6 6,6 18,3 31,6 8,3 23, ,3 0 13,3 21, ,6 Persentase responden atas jawaban pertanyaan bentuk kemasan 3 (crispy nila) No Pernyataan Kesesuaian bentuk kemasan dengan sifat produk Keunikan bentuk kemasan Kesesuaian kemasan dengan isi Persentase (%) ,3 6,6 11,6 36, , , ,6 28, , ,3 6,6 23,3 33, ,3 Persentase responden berdasarkan pertanyaan desain logo kemasan 1 (kripik ubi) No 1 Pernyataan Kesesuaian logo dengan produk Persentase (%) ,6 11, ,3 15 8, Kekhasan Logo 0 5 6, ,6 23,3 11, ,6 3 Kemudahan logo diingat 3,3 1, , ,6 11,6 3,3 6,6 Persentase responden berdasarkan pertanyaan logo kemasan 2 (opak ubi jalar) No 1 Pernyataan Kesesuaian logo dengan produk Persentase (%) ,6 0 13,3 18, ,3 13, Kekhasan Logo 0 0 1,6 5 8,3 18, , ,3 3 Kemudahan logo diingat 0 3,3 1,6 3,3 8,3 13, ,6 13,3

97 Persentase responden atas jawaban pertanyaan logo kemasan 3 (crispy nila) No 1 Pernyataan Kesesuaian logo dengan produk Persentase (%) ,6 21,6 36, Penciri Logo (Khas) ,6 6, ,6 23,3 16,6 3 Kemudahan logo diingat ,6 3,3 13,3 18, ,3 15 Persentase responden jawaban pertanyaan desain gambar kemasan 1(kripik ubi) No Pernyataan Tingkat kemenarikan gambar Kesesuaian gambar dengan produk Kemudahan gambar untukdiingat Persentase (%) ,6 10 8,3 31,6 16, ,6 1,6 3,3 3,3 1,6 8,3 6, ,6 21, ,6 1,6 1,6 6,6 8, ,3 16,6 1,6 5 4 Keunikan gambar 3,3 1,6 13,3 6, ,6 11,6 1,6 5 Persentase responden atas pertanyaan desain gambar kemasan 2 (opak ubi jalar) No Pernyataan Tingkat kemenarikan gambar Kesesuaian gambar dengan produk Kemudahan gambar untukdiingat Persentase (%) ,6 3, ,3 13,3 23, , , ,3 3,3 13,3 18,3 28, ,3 4 Keunikan gambar ,6 6,6 13,3 23,3 21,6 13,3 20 Persentase responden atas pertanyaan desain gambar kemasan 3 (crispy nila) No Pernyataan Tingkat kemenarikan gambar Kesesuaian gambar dengan produk Kemudahan gambar untukdiingat Persentase (%) ,3 5 16, ,6 23, ,6 36,6 21, ,6 13,3 38,3 16, Keunikan gambar ,6 6,6 5 21,6 23,3 21,6 20 Persentase responden atas jawaban pertanyaan huruf kemasan 1(kripik ubi) No Pernyataan Kejelasan huruf untuk dibaca Kejelasan warna huruf Keunikan jenis huruf Persentase (%) ,3 1,6 1,6 8,3 18,3 13,3 18,3 25 1,6 8, ,6 6,6 18, ,6 23,3 1,6 6,6 3,3 1,6 10 8, ,6 11, ,3

98 78 Persentase responden berdasarkan pertanyaan huruf kemasan 2 (opak ubi jalar) No Persentase (%) Pernyataan Kejelasan huruf untuk dibaca ,3 5 8,3 23,3 36,6 13, Kejelasan warna huruf , ,3 36,6 18, Keunikan jenis huruf 0 0 1,6 1,6 6,6 8, ,3 13,3 Persentase responden atas jawaban pertanyaan huruf kemasan 3 (crispy nila) No Persentase (%) Pernyataan Kejelasan huruf untuk dibaca ,6 3, ,3 21,6 2 Kejelasan warna huruf ,3 6,6 16,6 31, ,6 3 Keunikan jenis huruf 0 0 1,6 1,6 5 6, ,3 21,6 Persentase responden atas pertanyaan tata letak/layout kemasan 1(kripik ubi) No 1 2 Pernyataan Tata letak grafis (warna, bentuk logo, ilustrasi, dan huruf) terlihat seimbang (proporsional) Tata letak grafis terlihat menarik Persentase (%) , 6 1, 6 5 3, ,6 18, ,3 1,6 5 11,6 5 3,3 18,3 16,6 23,3 13,3 1,6 5 persentase responden atas pertanyaan tata letak/layout kemasan 2(opak ubi jalar) No 1 2 Pernyataan Tata letak grafis (warna, bentuk logo, ilustrasi, dan huruf) terlihat seimbang (proporsional) Tata letak grafis terlihat menarik Persentase (%) ,3 8,3 26, ,6 0 1,6 0 1,6 1,6 6, ,6 11,6 20 Persentase responden atas pertanyaan tata letak/layout kemasan 3(crispy nila) No 1 2 Pernyataan Tata letak grafis (warna, bentuk logo, ilustrasi, dan huruf) terlihat seimbang (proporsional) Tata letak grafis terlihat menarik Persentase (%) ,6 26,6 26, , ,6

99 Persentase responden pertanyaan daya tarik fungsional kemasan 1 (kripik ubi) No Pernyataan Persentase (%) STS TS S SS 1 Kemasan dapat melindungi produk yang dijual ,3 1,6 2 Kemasan mudah dibawa kemana saja 0 13,3 80 6,6 3 Kemasan dapat digunakan berulang kali (reusable) Kemasan dapat dibuka untuk disimpan dengan mudah 3,3 28,3 63,3 5 5 Kemasan dapat diisi ulang (refill) 21,6 61,6 16,6 0 Persentase responden atas pertanyaan daya tarik fungsional kemasan 2 (opak ubi jalar) No Pernyataan Persentase (%) STS TS S SS 1 Kemasan dapat melindungi produk yang dijual 3,3 21, Kemasan mudah dibawa kemana saja 1,6 1,6 83,3 13,3 3 Kemasan dapat digunakan berulang kali (reusable) ,3 1,6 Kemasan dapat disimpan dengan mudah 4 3,3 18,3 75 3,3 5 Kemasan dapat diisi ulang (refill) 18,3 61, Persentase responden pertanyaan daya tarik fungsional kemasan 3 (crispy nila) No Pernyataan Persentase (%) STS TS S SS 1 Kemasan dapat melindungi produk yang dijual 1, ,3 2 Kemasan mudah dibawa kemana saja 1,6 3,3 76,6 18,3 3 Kemasan dapat digunakan berulang kali (reusable) 3,3 43,3 46,6 6,6 Kemasan dapat disimpan dengan mudah 4 1,6 1,6 83,3 13,3 5 Kemasan dapat diisi ulang (refill) 10 43,3 41,6 5

100 80 Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian (1) (2) (3)_ Foto 1 kegiatan wawancara kepada pemilik UMKM Crispy Nila (1), Opak Ubi Jalar (2), Kripik Ubi (3) (1) (2) (3)_ Foto 2 kegiatan wawancara dengan responden di sukaraja ciomas (1), komplek indrapasta 1 dan 2 (2), dan Bogor Nirwana Residence/BNR (3)

BAB II LANDASAN TEORI. Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam memasarkan bermacam-macam produk dan merupakan kunci penting dalam mengkomunikasikan keunggulan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian selalu berusaha dipahami oleh pemasar demi mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STRATEGI MARKETING DENGAN SETTING LAY-OUT

KARYA ILMIAH STRATEGI MARKETING DENGAN SETTING LAY-OUT KARYA ILMIAH STRATEGI MARKETING DENGAN SETTING LAY-OUT Dosen pengampu: M. Suyanto, Prof. Dr, M.M. Disusun Oleh: Nama : Suya darma Nim : 09.11.2705 Kelas : 09-S1TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 STRATEGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pada umumnya, setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. melalui riset pustaka dari beberapa judul skripsi terdahulu, jurnal-jurnal

BAB II URAIAN TEORITIS. melalui riset pustaka dari beberapa judul skripsi terdahulu, jurnal-jurnal BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai referensi yang terkait dengan judul penelitian yang juga membahas aspek sejenis yang berhubungan dengan desain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler (2007:6), definisi manajemen pemasaran adalah Manajemen Pemasaran

Lebih terperinci

Persiapan Grafika SMK Negeri 3 Balikpapan.

Persiapan Grafika SMK Negeri 3 Balikpapan. Persiapan Grafika SMK Negeri 3 Balikpapan www.bambangherlandi.web.id Alat untuk menyimpan suatu barang/produk Melindungi dan membungkus produk Untuk membedakan barang/produk yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan pola pikir manusia mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami banyaknya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dampaknya bagi perusahaan adalah semakin beragam pilihan jenis media

BAB I PENDAHULUAN. dan dampaknya bagi perusahaan adalah semakin beragam pilihan jenis media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran berbagai media saat ini, baik cetak maupun elektronik semakin memperlihatkan persaingan yang ketat di Indonesia. Arah media semakin bersaing dan dampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan

Lebih terperinci

Desain Kemasan Produk Oleh : I Wayan Mudra, Puslit Seni Kreasi Baru LP2M ISI Denpasar. Disampaikan pada Pelatihan Pembuatan Kemasan pada Kegiatan

Desain Kemasan Produk Oleh : I Wayan Mudra, Puslit Seni Kreasi Baru LP2M ISI Denpasar. Disampaikan pada Pelatihan Pembuatan Kemasan pada Kegiatan 1 Desain Kemasan Produk Oleh : I Wayan Mudra, Puslit Seni Kreasi Baru LP2M ISI Denpasar. Disampaikan pada Pelatihan Pembuatan Kemasan pada Kegiatan Pembinaan Kemampuan Teknologi Industri di Kota Denpasar.

Lebih terperinci

Bagian Kedua DESAIN KEMASAN. Kewirausahaan 3. Julius Nursyamsi

Bagian Kedua DESAIN KEMASAN. Kewirausahaan 3. Julius Nursyamsi Bagian Kedua DESAIN KEMASAN Kewirausahaan 3 Julius Nursyamsi Desain Kemasan Perencanaan suatu desain kemasan harus meliputi ukuran yang ideal, kelengkapan labeling, dan sistem paletizing yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala bidang usaha semakin ketat, hal ini ditandai dengan berdirinya banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang meliputi pencarian bahan baku produk hingga produk tersebut sampai ke konsumen. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Perkembangan zaman yang sangat pesat secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. dengan membentuk identitas produk yang kuat melalui persaingan merek,

I.PENDAHULUAN. dengan membentuk identitas produk yang kuat melalui persaingan merek, I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kondisi persaingan yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk melakukan berbagai upaya guna meraih pangsa pasar terbesar dan mendapatkan loyalitas pelanggan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian peluang pasar menurut Kotler (2008) adalah suatu bidang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian peluang pasar menurut Kotler (2008) adalah suatu bidang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peluang Pasar Pengertian peluang pasar menurut Kotler (2008) adalah suatu bidang kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2005 : 18) adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun seiring perkembangan zaman dan perubahan trend yang meliputi perubahan budaya, selera, maupun peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan pemasaran yaitu membuat agar penjualan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan konsep yang mendasari perumusan masalah. Kerangka pemikiran dan hipotesis. Melihat kerangka konsep

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Minat Beli Ulang Hal yang penting bagi perusahaan adalah mempengaruhi pelanggan agar mereka mengambil keputusan untuk membeli produk atau jasa yang disediakan. Pembelian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran dan Orientasi Pada Konsumen Perusahaan yang sudah mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses utamanya, akan mengetahui adanya cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. persaingan bisnis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih

BAB II LANDASAN TEORI. persaingan bisnis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih BAB II LANDASAN TEORI Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk (barang dan jasa) termasuk proses yang mendahului

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembeli. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau

BAB II LANDASAN TEORI. pembeli. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Merek Menurut American Marketing Association merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek merupakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran 2.1.1 Arti Pemasaran Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Siska Aprilia (2006) judul skripsi : Pengaruh Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Fanta Pada Siswa SMU ST. Thomas 1 Medan. Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga, 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu faktor penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasar harus dapat menafsirkan, mengidentifikasi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan salah satu dari hal terpenting bagi perusahaan untuk membantu organisasi mencapai tujuan utamanya adalah mendapatkan laba atau

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan zaman telah mempengaruhi banyak hal, salah satunya gaya hidup dan kebutuhan yang semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2002) memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis yang ada, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadarinya. Demi tercapainya tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah peran bauran pemasaran terhadap perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah peran bauran pemasaran terhadap perilaku 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian adalah peran bauran pemasaran terhadap perilaku pembelian konsumen Kopi Luwak Malabar. Penelitian ini dilakukan di PT. NuGa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perilaku berpindah merek telah dilakukan oleh Purwanto Waluyo dan Pamungkas dan Agus Pamungkas (2003) dengan judul Analisis Perilaku Brand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia saat ini berjalan dengan pesat, yang menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia saat ini berjalan dengan pesat, yang menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini berjalan dengan pesat, yang menciptakan suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini yang menuntut produsen untuk lebih peka, kritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Semakin beragamnya keinginan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf (2005) dengan judul Pengaruh Kemasan terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Extra

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Baros (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh atribut produk terhadap terbentuknya citra merek (Brand Image) di PT. Radio Kidung Indah Selaras

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bauran Pemasaran Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia banyak yang tertarik untuk terjun dalam dunia bisnis. Perkembangan zaman yang semakin modern ini membuat para pengusaha muncul dengan ide-ide

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek Didalam suatu produk yang dijual ke pasar oleh produsen terdapat nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PEMILIHAN MINUMAN BERENERGI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PEMILIHAN MINUMAN BERENERGI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PEMILIHAN MINUMAN BERENERGI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi pesaing dan mampu menghasilkan keuntungan yang ditargetkan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi pesaing dan mampu menghasilkan keuntungan yang ditargetkan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang makanan mendorong lahirnya persaingan di dunia produksi dan pemasaran produk perusahaan tersebut agar mampu bertahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok suatu perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terika BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Riana (2008)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minuman siap minum atau dikenal dengan istilah non-alcoholic ready to drink

BAB I PENDAHULUAN. minuman siap minum atau dikenal dengan istilah non-alcoholic ready to drink BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi telah menggeser kebutuhan konsumen terhadap minuman siap minum atau dikenal dengan istilah non-alcoholic ready to drink (RTD) meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gaya Hidup Gaya hidup menurut Kotler (2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran saat ini di anggap menjadi bagian terpenting dalam kegiatan yang di lakukan oleh sebuah perusahaan, hal ini di karenakan pemasaran merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar dan konsumen. Perusahaan harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan. lain guna memperebutkan pasar.

BAB I PENDAHULUAN. pasar dan konsumen. Perusahaan harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan. lain guna memperebutkan pasar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dimana pemerintah sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang perekonomian khususnya perdagangan, pemasaran merupakan falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemasaran merupakan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemasaran merupakan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan).

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tingkatan Strategi Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian integral dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis saat ini berkembang dengan begitu pesat. Setiap perusahaan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis saat ini berkembang dengan begitu pesat. Setiap perusahaan bersaing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia bisnis saat ini berkembang dengan begitu pesat. Setiap perusahaan bersaing untuk menciptakan berbagai produk guna memenuhi kebutuhan konsumen. Berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh manusia lain dalam berinteraksi sehari-hari. Terutama dalam memenuhi kebutuhannya, karena setiap manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan 8 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku konsumen Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen, (2002) mengatakan: Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran pemasaran. Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai seperangkat alat pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan menjadi warisan budaya Indonesia. Batik di Indonesia merupakan produk kebanggaan dari sisi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini, perkembangan dunia usaha telah membawa para pelaku bisnis kedalam persaingan yang sangat ketat. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dipasarkan. Dalam era teknologi informasi, keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dipasarkan. Dalam era teknologi informasi, keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi, perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi dan kreativitas terhadap produk yang akan dipasarkan.

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Perusahaan merupakan hal yang penting dalam upaya untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. Dalam setiap perusahaan, aktivitas dibidang pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan jasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini berkembang dengan pesat. Setiap perusahaan dituntut untuk siap menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Untuk memenangkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk mempertahankan daya saing. Dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. NIlai, Biaya dan Kepuasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. NIlai, Biaya dan Kepuasan 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan adanya kegiatan pemasaran akan menimbulkan penawaran produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan jaman saat ini perusahaan dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan jaman saat ini perusahaan dituntut untuk selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan jaman saat ini perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan berinovasi dengan produknya. Persaingan yang kompetitif tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008:5) pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertia Pemasaran Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dalam usahanya untuk tetap mempertahankan kelangsungan perusahaan, untuk berkembang dan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun sedang mengalami berbagai masalah dalam perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun sedang mengalami berbagai masalah dalam perekonomian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun sedang mengalami berbagai masalah dalam perekonomian, Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan pemulihan khususnya dalam bidang pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi persaingan usaha saat ini semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kegiatan di bidang pemasaran harus dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kegiatan di bidang pemasaran harus dilaksanakan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat baik melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat baik melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era industri ini, masyarakat dimanjakan dengan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. Di era industri ini, masyarakat dimanjakan dengan kemudahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era industri ini, masyarakat dimanjakan dengan kemudahan mendapatkan barang dan jasa yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Dengan merebaknya berbagai industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Gaya Hidup 1. Pengertian Gaya Hidup Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:210) mengatakan: Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai pola hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis saat ini, membuat persaingan bisnis ritel menjadi semakin ketat. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau

Lebih terperinci

TEORI KEMASAN.

TEORI KEMASAN. TEORI KEMASAN cindyawandidi@ymail.com TEORI KEMASAN Menurut Oxford Dictionary, kemasan (packaging) adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membungkus atau melindungi suatu barang. Menurut Wikipedia (ensiklopedia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa. Menurut

Lebih terperinci