PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA"

Transkripsi

1 PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA NANDA KRISALOISA SITEPU MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Peran Palabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 Nanda Krisaloisa Sitepu

3 ABSTRAK NANDA KRISALOSIA SITEPU, C Peran Pelabuhan Perikanan Samudara (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta. Dibimbing oleh DINARWAN Perencanaan produksi perikanan laut DKI Jakarta dengan memperhatikan hasil analisis tabel input-output DKI Jakarta merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar produksi perikanan DKI Jakarta tidak merugikan pihak-pihak yang terkait dalam operasi penangkapan. Penelitian ditujukan untuk merencanakan kebutuhan produksi perikanan laut DKI Jakarta dalam upaya mengantisipasi perkembangan jumlah penduduknya dan menganalisis peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta. Analisis data menggunakan analisis tabel input-output DKI Jakarta dan analisis deskriptif untuk menganalisis Peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta. Perubahan produksi perikanan laut DKI Jakarta yang harus dicapai akibat peningkatan jumlah penduduk dari tahun adalah sebesar ,04 kg atau 4.468,9 ton, dimana dinas perikanan DKI Jakarta harus meningkatkan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta dari ,2 ton ditahun 2006 menjadi ,1 ton pada tahun 2010 dan peran Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan tangkap wilayah DKI Jakarta adalah sebagai tempat penampungan hasil produksi perikanan dari wilayah-wilayah lain di luar wilayah DKI Jakarta. Produk hasil penampungan tersebut merupakan produk hasil perikanan yang akan diekspor. Kata kunci : perencanaan, produksi, perikanan laut, DKI Jakarta.

4 Hak cipta IPB, Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA NANDA KRISALOISA SITEPU Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi : Peran Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta. Nama : Nanda Krisaloisa Sitepu NRP : C Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui : Pembimbing Ir. Dinarwan, MS NIP: Diketahui : Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP:

7 KATA PENGANTAR Skripsi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departeman Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Februari 2010 sampai dengan April 2010 adalah Peran Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta. Penelitian Lapangan dilakukan di PPS Nizam Zacman Jakarta yang bertujuan untuk hasil melihat prediksi dan perencanaan kebutuhan permintaan produk perikanan laut DKI Jakarta akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk serta menganalisis kapasitas daya tampung Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam upaya mengantipasi adanya perencanaan produksi perikanan laut tersebut. Hasil perencanaan produksi perikanan laut yang bersumber pada analisis data dari tabel input-output DKI Jakarta tahun 2006 dikombinasikan dengan data produksi perikanan laut yang direalisasikan pencapaiannya oleh Dinas perikanan DKI Jakarta. Kesesuaian pencapaian data perencanaan produksi perikanan laut dengan kondisi rillnya akan berdampak pada penyesuaian target-target nilai ekonominya. Penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukannya. Bogor, Oktober 2010 Nanda Krisaloisa Sitepu

8 UCAPAN TERIMAKASIH Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ir. Dinarwan, Ms selaku dosen pembimbing karena bimbingan dan arahanyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Rosa Yusfiandayani, S.Pi selaku dosen penguji dan Dr.Ir. Moh. Imron, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran dalam perbaikan skripsi. 3. Kedua orangtuaku Bapak dan alm. Bunda tercinta terimakasih buat doa-doa dan semangatnya terkhusus buat alm. Bunda terimakasih pengorbanannya serta adik-adikku Dea Chrisalemisa Sitepu dan Monalisa Sitepu terimakasih buat dukungan dan kasih sayangnya. 4. Mutiara Sitepu yang senantiasa mendoakanku dan menjadi pengobat keluh kesahku, terimakash buat pengertian, dukungan semangat yang diberikan serta terimakasih sudah menjadi teladan yang baik buat penulis. 5. Sahabat-sahabat penulis Ira Angelia Sinaga, Kak Sherly Valentina, Mba Lala dan Mato Cona terimaksih telah mendengarkan keluh kesah penulis dan semangat yang diberikan buat penulis. 6. Gank baby Indah, Shinta dan Cumi terimaksih buat kebersamaannya di PSP 43, penulis banyak belajar dari kalian. 7. Teman seperjuang PSP angkatan 43, terimakasih atas keceriaan dan kebersamaan kalian selama ini Ga ada Lo ga Rame!!! Penulis tidak dapat membalas kebaikan yang telah diberikan, kiranya Tuhan yang memberkati dan memberikan balasan atas bantuan yang telah diberikan. Amin.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabanjahe-Sumatra Utara pada tanggal 7 Desember 1987 dari Bapak Mburak Sitepu dan Alm Ibu Mariana br Ginting. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai di SD Sint Yoseph Kabanjahe selama 6 tahun dan lulus tahun Penulis melanjutkan di SLTP Negeri 1 Kabanjahe selama 3 tahun dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi ke SMA Negeri 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB. Penulis di terima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 setelah satu tahun melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan seperti menjadi anggota dari Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) dan menjadi bendahara II dalam organisasi kerohanian Kristen (Youth of Nation Ministry) tahun Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Peran Pelabuhan Perikanan Samudara (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Fungsi dan Peranan Pelabuhan Aktivitas Kepelabuhanan Pelabuhan Perikanan Tabel Input-Output Keterkaitan antar Sektor Input-Output METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Analisis Data KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Wilayah DKI Jakarta Kependudukan DKI Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta Lokasi Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta Sejarah dan perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta Unit pengelolaan PPS Nizam Zachman Jakarta Unit pelaksana teknis PPS Nizan Zachman Jakarta Perum pelaksana PPS Nizam Zachman cabang Jakarta Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPSNZJ Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta Unit penangkapan ikan Produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zacman Jakarta Aktivitas Pemasaran/Pendistribusian Hasil Tangkapan xii xiii xiv x

11 4.6 Produksi ikan DKI Jakarta HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Tabel Input-Output Wilayah DKI Jakarta Tabel Input-Output (satuan produksi) Matriks koefisien input/teknologi (a) Matriks kebalikan (Inverse Matrix (I-A) -1 ) Sektor (departemen) teknis yang harus memiliki target kerja positif Proyeksi perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta hingga tahun Peran PPS Nizam Zachman terhadap hasil proyeksi perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta yang didapatkan dari database Tabel Input-Output Produksi Perikanan Laut Pencapaian Dinas Perikanan DKI Jakarta KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Ilustrasi tabel input-output (3 3) sektor Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta tahun Fasilitas di PPS Nizam Zachman Jakarta Jumlah kapal masuk berdasarkan ukuran kapal (GT) ke PPS Nizam Zachman Jakarta Periode Jumlah alat tangkap yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Jumlah tenaga kerja di PPSNZ tahun Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap di PPSNZJ tahun Jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPZNZJ tahun Distribusi hasil pemasaran di PPS Nizam Zachman tahun Jumlah produksi perikanan tangkap DKI Jakarta tahun Perubahan target produksi wilayah DKI Jakarta tahun xii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka umum tabel input-output Peta lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta Struktur organisasi unit pelaksana teknis PPSNZ Komposisi spesies dominan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Grafik produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta Grafik produksi ikan DKI Jakarta tahun xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Foto udara PPSNZJ Lay out PPSNZJ Volume Produksi Perikanan Tangkap DKI Jakarta Menurut Jenis Ikan tahun Tabel Input-Output (Leontief invers) Kode sektor-sektor produksi dalam tabel input-output DKI Jakarta xiv

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Perikanan merupakan sektor yang dapat diandalkan dan bertahan dalam krisis ekonomi saat ini jika dikelola dengan baik. Sub sektor perikanan tangkap pada khususnya mampu mencukupi kebutuhan ikan daerah lokal maupun menjadi produk ekspor dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Untuk itu sektor perikanan membutuhkan pelabuhan perikanan sebagai prasarana dan sarana untuk memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan khusus yang penggunaannya sebagai pangkalan untuk kegiatan penangkapan ikan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2006). Oleh karena itu prasarana dan sarana yang menunjang aktivitas penangkapan dan penanganan ikan sangat perlu dikelola oleh pelabuhan perikanan. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengelola sumberdaya alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM), dan sumberdaya buatan (SDB) yang berada di wilayahnya masing-masing dan bertanggung jawab dalam pemeliharaan kelestarian daerah tersebut. Aset sumberdaya alam yang berharga tersebut termasuk perikanan, karena laut Indonesia masih menyimpan potensi sumberdaya perikanan laut baik dari segi kuantitas maupun diversitas sehingga perikanan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan wilayah setempat. Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan provinsi yang memiliki potensi perikanan tangkap karena wilayahnya yang dekat ataupun berbatasan dengan Laut Jawa, DKI Jakarta juga memiliki pelabuhan yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman adalah sebuah pelabuhan perikanan yang terletak di Jakarta bagian Utara. Pelabuhan tersebut berhadapan langsung dengan Laut Jawa yang kaya akan sumberdaya alamnya sehingga tingkat aktivitas penangkapan sangat tinggi terjadi di daerah ini. Salah satu fungsi pelabuhan perikanan adalah menampung hasil produksi perikanan laut di wilayahnya. DKI Jakarta yang memiliki potensi sumberdaya laut 1

16 yang dapat dimanfaatkan tentunya memiliki perencanaan produksi untuk perikanan lautnya, terlebih wilayah tersebut didukung dengan adanya Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman yang merupakan pelabuhan perikanan terbaik di Indonesia karena selain memiliki fasilitas yang lengkap, letak PPS Nizam Zachman sangat strategis untuk penangkapan. Salah satu perangkat dalam perencanaan pembangunan wilayah yang terkait dengan aspek produksi (barang dan jasa) adalah adanya Tabel Input-Output yang diproduksi oleh lembaga yang berkompeten dalam perencanaan pembangunan daerah yaitu BAPEDA (BAPENAS di level nasional) DKI Jakarta tentunya telah memiliki Tabel Input-Output yang dikeluarkan oleh BAPEDA DKI Jakarta atau dari BAPENAS. Berdasarkan Tabel Input- Output tersebut perlu kiranya dibuat perencanaan produksi pada sektor perikanan laut dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dan pemanfaatan prasarana dan sarana pelabuhan perikanannya akibat terjadinya perubahan permintaan akan produk-produk perikanan laut. Perubahan permintaan produk-produk perikanan laut tersebut sebagai akibat adanya perubahan jumlah penduduk yang semakin meningkat relatif setiap tahunnya. Dalam upaya mengantisipasi perkembangan jumlah penduduk DKI Jakarta maka digunakanlah data Tabel Input-Output wilayah DKI Jakarta agar dapat diambil keputusan terhadap perencanaan produksi dalam mengantisipasi kenaikkan jumlah penduduk DKI Jakarta. Sehubungan dengan kepentingan tersebut dilakukanlah penelitian ini. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Merencanakan kebutuhan produksi perikanan laut DKI Jakarta dalam upaya mengantisipasi perkembangan jumlah penduduknya; 2. Menganalisis peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta. 2

17 1.3 Manfaat Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi pemerintah daerah dan instansi setempat yang terkait dalam penentuan kebijakan pembangunan perikanan dan memberikan informasi perkembangan kontribusi perikanan tangkap terhadap pertumbuhan produksi wilayah DKI Jakarta. 3

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan tangkap adalah kegiatan yang mencakup penangkapan/ pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut/perairan umum secara bebas. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya atau disebut dengan sistem agribisnis perikanan tangkap. Elemen yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya disebut dengan komponen perikanan tangkap (Monintja,2001 vide Milasari,2008). Perikanan merupakan harapan masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonsia melalui pemanfaatan sumberdaya dengan optimal. Oleh karena itu pembangunan perikanan tangkap sangat penting karena perikanan merupakan salah satu sektor pembangunan kelautan yang berperan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan, perbaikan gizi, meningkatkan kesempatan usaha dan meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor dan penurunan impor (Dahuri,1998 vide Milasari,2008). Kualitas dan kuantitas sumberdaya perikanan sebagai sasaran dari kegiatan perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan sebagai tempat hidupnya. Ketersedian atau stok ikan secara alami di perairan merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produktivitas usaha kegiatan penangkapan, sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% dari potensi lestari (Dahuri,2002b vide Milasari,2008). Pembangunan perikanan tangkap bersifat kompleks sehingga dalam pengelolaannya membutuhkan perhatian khusus karena memiliki karekteristik tersendiri (Simatupang,2001 vide Milasari,2008) yaitu : 1) Sumberdaya perikanan merupakan milik bersama (common resources) dan akses eksploitasi sebagai akibat dari entry nelayan yang terlalu banyak. 2) Sumberdaya perikanan dan kelautan umumnya dapat pulih sampai tingkat maksimum eksploitasi tertentu (maximum harvest). Intensitas panen yang terlalu tinggi dapat mengancam keberlanjutan stok sumberdaya perikanan. 3) Usaha dibidang kelautan dan 4

19 perikanan mengandung ekternalitas kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan perikanan dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan lainnya atau kualitas lingkungan alam sekitarnya. Telah dilihat pula bahwa praktek yang demikian itu mengakibatkan rusaknya sumberdaya hayati laut, seperti gejala overfishing, rusaknya terumbu karang akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan bertangggunng jawab. Melalui UU No 22/1999 tentang otonomi daerah pemerintah daerah kini memiliki otoritas yang lebih besar dalam pengelolaan sumberdaya laut dan perikanan seperti diketahui bahwa selama rezim pengelolaan bersifat terbuka (open acces). Pembangunan usaha perikanan tangkap dapat diwujudkan melalu kebijakan dan program yang berdasarkan pada pendekatan sistem usaha perikanan tangkap. Pendekatan tersebut menerangkan bahwa ada lima kebijakan yang dapat ditempuh untuk merealisasikan tujuan industri perikanan tangkap (Dahuri,2002b vide Milasari 2008), yaitu : 1) Optimalisasi tingkat penangkapan ikan sesuai potensi lestari pada setiap wilayah perikanan; 2) Penanganan dan pengolahan hasil perikanan; 3) Transportasi dan pemasaran hasil perikanan; 4) Pengembangan prasarana dan sarana; 5) Sistem kemitraan usaha perikanan secara terpadu dan saling menguntungkan. Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, terutama di daerah psisir. Oleh karena itu, kelestarian sumberdaya harus dipertahankan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing graund, spawning graund, maupun nursery graund ikan. Selain itu, tidak merusak hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan. Selain itu, aspek kelestarian juga berkaitan dengan kegiatan monitoring, controlling, dan surveillance terhadap ketersediaan sumberdaya ikan termasuk kondisi lingkungan perairan laut dan pencemaran (Satria et al, 2002 vide Milasari,2008). Oleh karena itu, solusi jangka pendek yang diperlukan saat ini adalah disusunnya suatu kerangka umum atau perencanaan yang dapat dijadikan 5

20 pegangan dan petunjuk bagi pemerintah dalam meregulasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap. Perencanaan perikanan yang harus diwujudkan adalah sebuah sistem agribisnis perikanan yang tangguh, yaitu dapat mensejahterakan para pelakunya (terutama nelayan). Berkontribusi secara signifikan bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan mampu memelihara kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Dengan demikian akan terwujud sebuah sektor perikanan yang terpadu. 2.2 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan peikanan merupakan pusat perpaduan antara aktivitas pendaratan, perdagangan dan pendistribusian ke daerah konsumen sehingga pelabuhan perikanan selain harus menjamin kebutuhan kapal-kapal yang berlabuh dan mendarat juga harus menjamin hasil tangkapan yang didaratkan agar tetap dalam kualitas yang baik. Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/MEN/2004, pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi : pelabuhan perikanan samudera (tipe A), pelabuhan perikanan nusantara (tipe B), pelabuhan perikanan pantai (tipe C) dan pangkalan pandaratan ikan (tipe D). Adapun kriteria pelabuhan perikanan samudera yaitu : 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan perikanan di laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas; 2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; 3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus; 5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor, terdapat industri perikanan. Kriteria Pelabuhan Perikanan Nusantara (tipe B) adalah : 1) Melayani kapal perikanan berukuran GT; 2) Dapat menampung 75 buah kapal atau GT sekaligus; 6

21 3) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan ZEEI dan perairan nasional; 4) Jumlah ikan yang didaratkan ± ton atau ton/tahun. Kriteria Pelabuhan Perikanan Pantai (tipe C) adalah : 1) Melayani kapal perikanan berukuran 5-15 GT; 2) Dapat menampung 50 buah kapal atau 500 GT sekaligus; 3) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai dan lepas pantai; 4) Jumlah ikan yang didaratkan ± ton/hari atau 4000 ton/ tahun. Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (tipe D) adalah : 1) Melayani kapal berukuran kecil sampai 10 GT; 2) Jumlah ikan yang didaratkan ± 10 ton/hari atau 2000 ton/tahun; 3) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan pantai. Pengklasifikasian pelabuhan perikanan dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengelolaan dan pengembangan pelabuhan. Selain itu untuk memperkirakan besarnya kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan pengembangannya, baik itu kebutuhan prasarana dan sarana maupun industri perikanan yang berada di sekitar wilayah pelabuhan guna mendukung aktivitas perikanan di pelabuhan tersebut. 2.3 Fungsi dan Peranan Pelabuhan Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan menurut Ditjen. Perikanan, (1982) adalah sebagai berikut : 1) Sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan ekonomi perikanan, pengembangan agribisnis dan agroindustri; 2) Pusat pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan; 3) Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dan hasil pembudidayaan; 4) Tempat pelayanan kegiatan operasional kapal-kapal perikanan; 5) Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; 6) Pusat pemasaran hasil perikanan; 7) Tempat pengembangan usaha industri perikanan dan pelayanan ekspor; 8) Tempat pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. 7

22 Sedangkan Ditjen. Perikanan (1982), mengelompokkan peranan pelabuhan perikanan menjadi tiga, yaitu : 1) Sebagai pusat untuk aktivitas Industri, yaitu : (1) Tempat mendaratkan ikan hasil tangkapan dan (2) Tempat untuk mempersiapkan operasi penangkapan ikan (mempersiapkan alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan kapal dan istirahat bagi anak buah kapal). 2) Sebagai pusat distribusi, yaitu : (1) Tempat transaksi jual beli ikan, (2) Terminal untuk mendistribusikan ikan, dan (3) Pusat pengelolaan hasil laut. 3) Sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan, yaitu : (1) Pusat kehidupan masyarakat nelayan, (2) Pusat pembangunan ekonomi masyarakat nelayan, dan (3) Pusat lalu lintas dan jaringan informasi antar nelayan maupun dengan masyarakat luar. 2.4 Aktivitas Kepelabuhanan Pelabuhan Perikanan Aktivitas di suatu pelabuhan perikanan berdasarkan fungsinya, menurut Ditjen. Perikanan (1985) adalah : 1) Aktivitas yang berkaitan dengan produksi, yaitu : (1) Tambat labuh kapal-kapal perikanan; (2) Bongkar muat hasil tangkapan; (3) Penyaluran perbekalan kapal dan awak kapal; (4) Pemeliharaan kapal dan awak kapal; (5) Pemeliharaan alat perikanan. 2) Aktivitas yang berkaitan dengan pengawetan, pengolahan, dan pemasaran yaitu : (1) Penanganan hasil (handling); (2) Pelelangan ikan; (3) Pengepakan; (4) Terminal pengangkutan/distribusi ikan; 8

23 (5) Pengolahan; (6) Pengawetan/pembekuan; (7) Tempat transaksi jual beli ikan. 3) Aktivitas pembinaan dan pengembangan masyarakat perikanan, yaitu : (1) Penyuluhan; (2) Pengaturan (perijinan, keamanan, dan pengawasan); (3) Pengumpulan data statistik perikanan; (4) Pembinaan perkoperasian dan profesi nelayan; (5) Pusat lalu lintas dan jaringan informasi antar nelayan maupun dengan masyarakat luar. 2.5 Tabel Input-Output Model I-O diperkenalkan pertama kali oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang kemudian mendapat hadiah Nobel tahun1973. Melalui model I-O dapat ditunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Input produksi dari sektor A misalkan, merupakan output sektor B, dan sebaliknya input dari sektor B merupakan output dari sektor A yang pada akhirnya keterkaitan antar sektor akan menyebabkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam perekonomian. Dari hubungan ekonomi yang sederhana ini jelaslah kelihatan pengaruh yang bersifat timbal balik antara dua sektor tersebut. Hubungan inilah yang dikatakan hubungan input-output. Analisis I-O merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Dalam model I-O pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu : (1) Pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, dan (3) Pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan sedangkan pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukkan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan oleh sektor yang bersangkutan dan pengaruh total (total effect) adalah pengaruh secara 9

24 keseluruhan dalam perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada (Daryanto & Hafizrianda, 2010). Tabel Input-Output adalah suatu tabel dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta menunjukkan keterkaitan setiap sektor dalam perekonomian pada saat tertentu. Mengingat pentingnya Tabel Input-Output dalam rangka menunjang kebijaksanaan daerah maka pada skala regional perlu melakukan Penyusunan Tabel Input-Output (Anonim 2008). Besarnya ketergantungan suatu sektor tertentu terhadap sektor yang lain ditentukan oleh input yang digunakan dalam proses produksi maupun besarnya output yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Dengan demikian pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai apabila tidak didukung oleh sektor lain. Adapun kegunaan (Anonim 2008) dari tabel Input-Output adalah sebagai berikut : 1) Memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya terhadapa berbagai Output sektor produksi, nilai tambah, impor, permintaan pajak, kebutuhan tenaga kerja dan sebagainya; 2) Memproyeksikan variabel-variabel ekonomi makro pada butir (a) diatas; 3) Mengamati komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan subsitusinya; 4) Menganalisis perubahan harga, di mana perubahan biaya input mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung keadaan perubahan harga output; 5) Menilai tingkat keserasian data statistik serta kelemahan-kelemahannya, sehingga landasan perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan sistem statistik lebih lanjut; 6) Memberikan petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah. Sedangkan menurut Tarigan (2007) manfaat/kegunaan Tabel Input-Output adalah : 10

25 1) Menggambarkan kaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor melainkan satu sistem yang berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung saling mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap; 2) Dapat meramalkan pertumbuhan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dari setiap sektor sehingga memudahkan dalam menetapkan sektor yang dapat dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan wilayah; 3) Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran jika permintaan akhir dari suatu sektor diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran); 4) Sebagai salah satu alat analisis dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena dapat melihat permasalahan secara komprehensif; 5) Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, jikalau input-nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja modal. Dengan demikian Tabel Input-Output memiliki keunggulan analisis sebagai perangkat analisis perencanaan pembangunan, sebab perencanaan sektoral dengan menggunakan Tabel Input-Output dapat dilakukan secara sendiri-sendiri dan sangat menonjolkan korelasi (hubungan) dan keterkaitan antara sektor dalam perekonomian. (Anonim 2008). Dalam Tabel Input-Output terdapat beberapa variabel yaitu output, input antar, input primer (nilai tambah), permintaan akhir dan impor). Output adalah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor ekonomi dan biasanya dinotasikan dengan X (X i atau X j ). Ada tiga jenis produksi yang dicakup dalam penyusunan Output setiap sektor (Anonim 2008), yaitu : 1) Produk utama adalah produk yang memiliki nilai atau kuantitas paling dominan diantara produk-produk yang dihasilkan; 11

26 2) Produk ikutan adalah produk yang secara otomatis terbentuk pada saat menghasilkan produk utama. Teknologi yang digunakan untuk mendapatkan produk utama dan produk ikutan merupakan teknologi tunggal; 3) Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan sejalan dengan produk utama tetapi menggunakan teknologi yang berbeda. Input antara adalah penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi sektorsektor lain dan juga produksi sendiri. Barang-barang yang digunakan sebagai input antara biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, dan sejenisnya. Dalam Tabel Input-Output penggunaan input antara yang berasal dari produksi sektor i yang digunakan oleh sektor j dalam rangka menghasilkan output X i. Jumlah X i disebut sebagai total input antara sektor J. Input antara dinilai dengan dua jenis harga. Input antara atas dasar harga pembeli yang menggunakan harga beli konsumen sebagai dasarnya dan input antara atas dasar harga produsen pengguna yang menggunakan harga pabrik sebagai dasarnya (Anonim 2008). Input primer atau nilai tambah merupakan balas jasa yang diciptakan/diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung. Permintaan akan barang dan jasa dibedakan antara permintaan oleh sektorsektor produksi yang disebut permintaan antara dan permintaan oleh konsumen yang disebut permintaan akhir. Dalam Tabel Input-Output, permintaan akhir mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor. Adapun asumsi-asumsi keterbatasan dalam Model Input-Output adalah : 1) Keseragaman (Homogenity) Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada subsitusi otomatis terhadap input atau output sektor yang berbeda. 12

27 2) Penjumlahan (Additivity) Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara terpisah. 3) Kesebandingan (Proportionality) Suatu prinsip dimana hubungan output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya suatu sektor akan berubah sebanding dengan berubahnya total output sektor tersebut. Selain asumsi-asumsi tersebut diatas, Tabel I-O sebagai metode analisis kuantitatif memiliki beberapa kelemahan, yaitu : 1) Koefisien input atau koefisien teknis dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output; 2) Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel input-output dengan menggunakan metode non survey; 3) Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya Keterkaitan Antar Sektor dalam Input-Output Model Input Output dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan dalam merencanakan pembangunan sektoral. Dari hasil analisis Input-Output bisa diputuskan sektor-sektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sector atau sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi. Dengan memfokuskan pembangunan pada sektor-sektor yang menjadi pemimpin maka target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat dicapai dengan lebih baik. Suatu sektor yang terindikasi sebagai pemimpin dianggap memiliki kemampuan daya sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat ganda. Disatu sisi sektor tersebut dapat mendorong permintaan agregat (agregate demand) yang lebih tinggi, dan disisi lain bisa 13

28 meningkatkan penawaran (aggregate supply) untuk pemenuhan kebutuhan domestic (Daryanto & Hafizrianda, 2010). Adanya penggunaan input antara yang berasal dari output sektor produksi lain dan penggunaan input primer seperti tenaga kerja dan modal, membuat suatu sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Untuk melihat jelas bagaimana integrasi perekonomian itu terjadi kita bisa menggunakan model Input-Output yang dapat merefleksikan hubungan atau keterkaitan antarsektor (intersectoral). Hubungan ini merupakan hubungan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya, dimana Output dari suatu sektor produksi merupakan input bagi sektor produksi lainnya, begitu pula sebaliknya. Karena itu perubahan output suatu sektor produksi akan mempengaruhi pula output dari suatu sektor produksi yang lain. Keterkaitan antar sektor dapat dibagi menjadi (Daryanto & Hafizrianda, 2010), (1) keterkaitan langsung kebelakang, (2) keterkaitan langsung ke depan, (3) Daya sebar ke depan dan (4) daya sebar ke belakang. Atas dasar keteranganketerangan ini, pejabat perencana dapat menentukan pengaruh suatu perubahan dalam suatu sektor terhadap semua sektor lain dalam perokonomian, dengan demikian mereka dapat menyusun rencana yang sesuai dengan itu. Keterkaitan antar sektor merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh growth pole dalam perkembangan ekonomi. Growth pole tersebut harusnya lebih mengacu pada suatu sektor yang bisa menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi, Sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor semacam ini umumnya memiliki ciri-ciri (Daryanto & Hafizrianda, 2010) : 1) Perkembangannya relatif cepat; 2) Industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung; 3) Memiliki keterkaitan tinggi antar industry; dan 4) Inovatif. Suatu sektor yang memiliki cirri-ciri semacam diatas bisa dijadikan sebagai sektor pemimpin (leading sector) atau sektor kunci (key sector) dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena ia paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan 14

29 (sustainability). Dengan demikian, tampak sudah menjadi tugas yang penting bagi perencana pembangunan untuk menentukan sektor mana yang bisa menjadi sektor pemimpin tersebut (Daryanto & Hafizrianda, 2010). Metode Input-Output dapat digunakan untuk melihat sektor-sektor apa saja yang bisa menjadi sektor pemimpin dalam pembangunan daerah. Sektor-sektor tersebut dapat dideteksi dengan empat cara, yaitu : 1) Suatu sektor dianggap sebagai suatu kunci apabila mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (fordward linkage) yang relatif tinggi; 2) Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula; 3) Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi; dan 4) Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi. 15

30 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan alat yang digunakan adalah komputer, kamera dan alat tulis. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Kasus dalam penelitian ini adalah kasus perencanaan pembangunan wilayah DKI Jakarta yang difokuskan pada perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta. Data mentah perencanaan produksi perikanan diperoleh dari Tabel Input- Output DKI Jakarta tahun 2006 dan dari data produksi ikan hasil tangkapan selama lima tahun terakhir (tahun ) yang diproduksi oleh Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta dan Dinas Perikanan DKI Jakarta 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penulisan ini sebagian besar berasal dari tabel I-O DKI Jakarta yang diperoleh dari BAPENAS Jakarta. Data sekunder yang diperoleh digunakan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah produksi ikan di PPS Nizam Zachman dan wilayah DKI Jakarta. Data tersebut diambil dari pihak Dinas Perikanan PPS Nizam Zachman dan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Adapun data sekunder yang diperlukan meliputi data jumlah armada penangkapan dan data jumlah alat tangkap, serta data jumlah nelayan yang masing-masing data tersebut berada dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun ). 16

31 3.5 Analisis Data Proses Analisis merupakan pemahaman seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan. Dari data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk meramalkan jumlah permintaan/kebutuhan ikan selama lima tahun kedepan dan apakah PPS Nizam Zacman mampu untuk memenuhinya. Pada penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan alat analisis sebagai berikut : 1. Analisis data untuk perencanaan produksi perikanan laut di wilayah DKI Jakarta digunakan alat analisis Tabel Input-Output. Kerangka Umum Tabel Input-Output dapat dilihat pada Gambar 1 I II ( n n ) ( n m ) Transaksi antar sektor/kegiatan Permintaan akhir dan impor III IV ( p n ) ( p n ) Input primer Gambar 1 Kerangka Umum Tabel Input-Output Kerangka umum Tabel Input-Output terdiri atas empat kuadran yaitu : Kuadran I : Menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi. Transaksi yang terjadi pada kuadran I lebih dikenal sebagai transaksi antara (intermediate transaction); Kuadran II : Menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Permintaan akhir terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor; Kuadran III : Menunjukkan input primer sektor-sektor produksi berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto; 17

32 Kuadran IV : Memperhatikan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi ini digunakan dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Dalam penyusunan Tabel Input-Output kuadran ini tidak disajikan. Tiap kuadran tersebut di atas dinyatakan dalam bentuk matriks. Kuadran I yang berukuran matriks n n menunjukkan banyaknya sektor yang dihitung menurut klasifikasi sektor dengan memperhatikan kegiatan ekonomi yang dianggap potensial di wilayah/daerah, Untuk memberikan gambaran tentang Tabel Input-Output dengan menyederhanakan suatu sistem ekonomi menjadi tiga sektor produksi, atau disebut juga Tabel Input-Output (3 3) sektor, adapun tabel ilustrasi input-output dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Ilustrasi Tabel Input-Output (3 3) sektor Alokasi Output Susunan Input Sektor 1 Produksi 2 Permintaan Antara Sektor Produksi 3 Jumlah Input Primer V 1 V 2 V 3 Jumlah Input X 1 X 2 X 3 Permintaan Akhir Jumlah Output X 11 X 12 X 13 F 1 X 1 X 21 X 22 X 23 F 2 X 2 X 31 X 31 X 33 F 3 X 3 Pada garis horizontal atau baris, isian-isian angka memperhatikan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Permintaan antara adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan untuk proses lebih lanjut pada sektor produksi. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom, menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan produksi. Setiap angka satu sel dalam sistem,matriks tersebut mempunyai pengertian ganda. Misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi antara (permintaan antara dan input antara). Dilihat secara horizontal angka tersebut merupakan alokasi output suatu sektor 18

33 lainnya. Pada waktu yang bersamaan dilihat secara vertikal merupakan input dari suatu sektor yang diperoleh dari sektor lainnya. Gambaran di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang terkait (interdependent) di antara beberapa sektor i, outputnya berjumlah X 1, dialokasikan secara baris sebanyak X 11, X 12, X 13 berturut-turut kepada sektor 1, 2, dan 3 sebagai permintaan antara, serta sebanyak F 1 untuk memenuhi permintaan akhir. Output X 2 dan X 3 masing-masing dari sektor 2 dan 3, alokasinya dapat diperiksa dengan cara yang sama. Alokasi output itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut : X 11 + X 12 + X 13 + F 1 = X 1 X 21 + X 22 + X 23 + F 2 = X 2 (1) X 31 + X 32 + X 33 + F 3 = X 3 Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali : 3 X ij + F i =X i. (2) j=i Untuk i = 1, 2, 3 Dimana X ij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j, dan F i adalah permintaan akhir terhadap sektor i. Isian secara vertical atau kolom terutama di sektor produksi, menunjukkan struktur input suatu sektor. Dengan persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut : X 12 + X 12 + X 13 + V 1 = X 1 X 21 + X 22 + X 23 + V 2 = X 2 (3) X 31 + X 32 + X 33 + V 3 = X 3 Dan dapat dirumuskan kembali menjadi : 3 X ij + V j =X i. (4) j=i Untuk j = 1, 2, 3 Dimana V j adalah input primer (nilai tambah) dari sektor j. Dalam analisis input-output sistem persamaan tersebut memegang peranan penting sebagai dasar analisis ekonomi yang akan dibuat. Apabila a ij = X ij /X j (a ij = koefisien input) atau X ij = a ij X j, maka persamaan (1) dapat disubsitusi menjadi : 19

34 a 11 X 11 + a 12 X 12 + a 13 X 13 + F 1 = X 1 a 21 X 21 + a 22 X 22 + a 23 X 23 + F 2 = X 2 (5) a 31 X 31 + a 32 X 32 + a 33 X 33 + F 3 = X 3 Dalam bentuk persamaan matriks, persamaan (5) akan menjadi : a 11 a 12 a 13 X 1 F 1 X 1 a 21 a 22 a 23 X 2 F 2 X 2 a 31 a 32 a 33 X 2 F 3 X 3 A X + F = X AX + F = X F = X AX F = X [I A] F I X atau X = (I - A) -1 F (6) Dari persamaan (6) ini terlihat bahwa output mempunyai hubungan fungsional akhir dengan (I A) -1 sebagai koefisien arahnya yang selanjutnya disebut sebagai matriks pengganda output dan menjadi dasar pengembangan Tabel Input-Output. Salah satu pengembangan Tabel Input-Output melalui (I A) -1 adalah analisis produksi. Dengan menggunakan matriks penggandaan dapat menilai efek sistem produksi akhir waktu tertentu. Dengan matriks penggandaan ini kiranya bermanfaat untuk memecahkan permintaan akhir serta input primer agar memperlihatkan bagaimana dampak permintaan dari berbagai sektor terhadap sistem produksi, akan tetapi perlu diingatkan bahwa peran dasar dari matriks penggandaan (I A) -1 adalah untuk menyajikan perkiraan-perkiraan mengenai tingkat output di setiap sektor produksi yang diperlukan untuk mensuplai suatu tertentu dari permintaan akhir baik untuk keperluan langsung maupun tidak langsung, sehingga memungkinkan untuk menilai dampak yang terjadi kepada setiap sektor produksi sebagai dalil dalam perubahan komponen akhirnya, seperti kenaikkan dalam pengeluaran pemerintah atau suatu perubahan dalam permintaan 20

35 konsumen, yang mengikuti variasi tingkat perpajakan atau pembatasanpembatasan kredit. 2. Analisis Peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta dilakukan secara deskriptif. 21

36 4 KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Wilayah DKI Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dulunya pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta ( ), Batavia, Betawi, atau Jacatra ( ), dan Djakarta ( ). Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut dan secara geografis DKI Jakarta terletak antara " BT " BT dan " LS s " LS. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km 2, terdiri dari daratan seluas 662,33 km 2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km 2. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif, yakni: Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km 2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km 2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km 2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km 2, dan Kotamadya Jakarta Timur dengan luas 187,73 km 2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km 2. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor dan Bekasi, sebelah barat dengan Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa. Wilayah Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7 C-34, C pada siang hari dan suhu udara minimum berkisar 23,8 C-25,4 C pada malam hari. Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode curah hujan terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0-78,0 persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik-2,5 m/detik. 22

37 4.2 Kependudukan DKI Jakarta Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan bukan saja karena tingkat kelahiran namun juga karena perpindahan penduduk. Perpindahan penduduk ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pendorong dan faktor penarik. Infastruktur dan pembangunan yang ada di Jakarta merupakan faktor penarik sedangkan kondisi sosial dan ekonomi yang rendah merupakan faktor pendorong bagi kaum migran untuk bermigrasi ke Jakarta, Oleh karena itu perpindahan penduduk merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pertambahan penduduk di DKI Jakarta. Adapun tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta tahun Tahun Jumlah penduduk Laju pertumbuhan penduduk (%) , , , , ,90 Sumber : Jakarta dalam angka 2009 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta dari tahun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan laju pertumbuhan penduduk yang fluktuatif. Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2008 sebanyak 9,14 juta jiwa dengan luas wilayah km 2 berarti kepadatan penduduknya mencapai 13,8 ribu/km 2, sehingga menjadikan Provinsi ini sebagai wilayah terpadat penduduknya di Indonesia. Tahun 2006 merupakan laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di DKI Jakarta yaitu sebesar 1,55 % sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun mengalami penurunan dari 0,94% menjadi 0,90% hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh ditingkatkannya program KB di DKI Jakarta. 23

38 4.3 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan, Jakarta utara. Barada pada LS dan BT. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi ke dalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas perum dan UPT PPSNZJ 20 ha dan kolam pelabuhan 40 ha. Letak pelabuhan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa (Teluk Jakarta) di sebelah utara, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah timur, Penjaringan di sebelah selatan dan Pantai Seruni kawasan Waduk Pluit di sebelah barat. Dilihat dari lokasinya posisi PPS Nizam Zachman Jakarta sangat strategis karena berada di ibukata Republik Indonesia dan merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbaik di Indonesia. Peta lokasi PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Gambar 2. Keterangan : LS BT Gambar 2 Peta Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta. 24

39 4.3.2 Sejarah dan perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertangggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984, semula PPSJ berbentuk Project Management Unit (PMU) seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa khususnya dibidang perikanan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas fasilitas pelabuhan perikanan yang bersifat komersial. Adapun tahap-tahap pembangunan PPSNZJ adalah : 1) Pembangunan Tahap I (5 Maret Desember 1982) Pekerjaan pembangunan ini meliputi pembangunan fasilitas dasar yaitu pengerukan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang (Breakwater), lampu navigasi, turap reklamasi tanah. 2) Pembangunan Tahap II (22 Maret Maret 1984) Pembangunan Tahap ini meliputi pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga tempat bongkar muat ikan, mesin-mesin pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana-sarana pelengkap lainnya. 3) Pembangunan Tahap III ( ) Pembangunan sistem rantai dingin sebagai fasilitas penunjang. Fasilitas yang dibangun adalah pos polisi, jalan kompleks PPS Nizam Zachman, perkantoran, hotel, mesjid, pertokoan dan tempat proses ikan. Pada tahun dibangun perpanjangan dermaga (150 m), perluasan cold storage, kantor cabang Perum PPS Nizam Zachman Jakarta, gedung pemasaran ikan, tempat penginapan, dua transit sheeds, MCK, dan industri pengolahan ikan. 4) Pembangunan Tahap IV ( ) Pembangunan tahap IV lebih ditujukan pada peningkatan kebersihan dan hygienitas di kawasan pelabuhan guna meningkatkan mutu produksi hasil perikanan, pengantisipasian jumlah kapal yang semakin meningkat, dan 25

40 pemberian pelayanan jasa yang lebih baik pada konsumen. Pekerjaan pada tahap ini meliputi : 1) Fasilitas pelabuhan, seperti : pembersih air kolam, perbaikan reventment, reklamasi, pembuatan dermaga dengan kedalaman 7,5m pengerukan kolam pelabuhan, perbaikan tanah kawasan pelabuhan, dan pengadaan slipways. 2) Bangunan dan Sarana lainnya, antara lain : rehabilitasi gedung TPI, pembangunan kantor UPT, menara kontrol, kamar mandi dan WC, perbaikan bangunan yang ada, jalan, tempat parkir, penghijauan, drainase, penanganan limbah, instansi air laut, penampungan sampah, instalasi listrik dan penerangan jalan, suplai air dari penampungan, dan tempat perbaikan jaring dan penjenuran. 3) Perlengkapan sarana seperti box sampah, battery forklit, dissel forklift, crane, truck, dan komputer. Adapun pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta bertujuan untuk : 1) Menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat; 2) Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat waktu sesuai keinginan pengguna jasa; 3) Memberikan kesempatan yang sama kepada pengguna jasa pelabuhan didalam memperoleh fasilitas pelayanan; dan 4) Melakukan pengaturan terhadap kapal-kapal perikanan serta pemakai jasa lainnya didalam kawasan pelabuhan sesuai dengan lahan peruntukkanya. Visi Pelabuhan Perikanan Samudera, merupakan bagian integral dari Visi Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staf, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun Visi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah : Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan terpadu. Sedangkan misi PPS Nizam Zachman adalah : 1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif; 2) Pemberdayaan masyarakat perikanan; 3) Meningkatkan mutu, keamanan pangan dan nilai tambah; 26

41 4) Menyediakan data dan informasi perikanan; dan 5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dalam operasional PPS Nizam Zachman merupakan penjabaran dan penjelasan dari tugas pokok dan fungsi serta misi yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman adalah : 1) Mengembangkan skala usaha industri perikanan dengan lingkungan yang mendukung; 2) Meningkatkan peran serta masyarakat perikanan yang berkaitan dengan lingkungan dan diversifikasi usaha perikanan; 3) Mengembangkan sistem pengolahan hasil perikanan; 4) Mengembangkan sistem perolehan data dan informasi perikanan; 5) Mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan; 6) Pemberdayaan SDM; 7) Mengembangkan sarana/fasilitas pelabuhan; 8) Mengembangkan sistem administrasi keuangan Unit Pengelolaan PPS Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan merupakan satu lingkungan kerja sehingga dalam pengelolaanya PPS Nizam Zachman Jakarta juga melibatkan instansi-instansi dan kelembagaan yaitu : Dinas Peternakan, Dinas Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, Dinas Bea dan Cukai, Dinas Imigrasi, Satuan Pengaman Angkatan Laut dan perusahaan-perusahaan swasta nasional. PPS Nizam Zachman Jakarta dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan. Kepala Pelabuhan membawahi bagian tata usaha, bidang Pengembangan, bidang Tata Operasional dan Kelompok Jabatan Fungsional. Unit Pengawasan Sumberdaya Ikan (WASDI) merupakan kelompok Jabatan Fungsional di PPS Nizam Zachman Jakarta sejak tahun 1995 yang bertugas memantau sumberdaya ikan, kapal perikanan yang masuk dan keluar dermaga PPS Nizam Zachman Jakarta, namun kelompok Jabatan fungsional lainnya belum dibentuk. 27

42 Semakin berkembangnya kebutuhan pemakai jasa pelabuhan maka April 1992 PMU PPS Nizam Zachman Jakarta diubah status dan fungsinya menjadi dua badan terpisah yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta dan Perum Pelabuhan Perikanan Samudera (Perum PPS) Unit Pelaksana Teknis PPS Nizam Zachman Jakarta Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta dipimpin oleh seorang kepala UPT. Fungsi yang dijalankan oleh UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut (UPT PPSNZJ) : 1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan; 2) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan; 3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikan; 4) Pengembangan dan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan; 5) Pelaksanaan fasilitas dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi dan pemesanan hasil perikanan; 6) Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan, pemasaran dan mutu hasil perikanan; 7) Pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan dan penyajian data statistik perikanan; 8) Pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi hasil riset; 9) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari; dan 10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3. 28

43 Kepala Pelabuhan Bagian Tata Usaha Bidang Pengembangan Sub Bagian Umum Bidang Tata Operasional Sub Bagian Keuangan Seksi Sarana Seksi tata Pelayanan Seksi Kesyahbandaran Seksi Pemasaran dan Informasi Kelompok Jabatan Fungsional Gambar 3 Struktur organisasi unit pelaksana teknis PPSNZJ Perum Prasarana PPS Nizam Zacman Cabang Jakarta Perum Prasarana PPS Nizam Zachman memiliki kantor pusat di PPS Nizam Zachman Jakarta Muara baru. Perum ini membawahi Sembilan cabang lainnya seperti PPS Jakarta, PPN Pekalongan, PPS Belawan, PPN Berondong, PPP Pemangkat, PPP Tarakan, PPP Prigi dan PPP Banjarmasin. Perum ini merupakan suatu usaha yang bersifat menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum sekaligus mencari keuntungan. Adapun tujuan Perum Prasarana ini adalah : 1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan; 2) Mengembangkan wiraswata perikanan serta untuk mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan; 3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan dan sistem rantai dingin dalam bidang perikanan; dan 4) Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan. Perum PPS cabang Jakarta ini bertanggung jawab untuk mengelola beberapa fasilitas komersil di kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta. Beberapa fasilitas 29

44 tersebut yaitu cold storage, tanah indusri, fasilitas tambat labuh, telepon umum, listrik, fasilitas penyediaan air, bengkel kapal dan dock. 4.4 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Sarana atau fasilitas yang disediakan PPS Nizam Zachman Jakarta terdiri dari fasilitas pokok, dimana fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal, fasilitas fungsional untuk menunjang aktivitas di pelabuhan dan fasilitas penunjang yang berfungsi memberikan kenyamanan dalam melakukan aktivitas di pelabuhan. Sarana atau fasilitas yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Fasilitas di PPS Nizam Zachman Jakarta No. Nama Fasilitas Volume a. Fasilitas Pokok Breakwater Revetment Dermaga dan Jetty Kolam Pelabuhan a. Luas kolam pelabuhan b. Lebar mulut kolam c. Kedalaman Alur Pelayaran a. Panjang alur pelayaran b. Lebar alur pelayaran c. Kedalaman Jalan a. Panjang Jalan b. Lebar Jalan Drainase/ Saluran - Terbuka a. Panjang b. lebar -Tertutup a. Panjang b. Lebar Pagar keliling a. Panjang b. Lebar b. Fasilitas Fungsional Pemasaran Hasil Tangkapan a. TPI b. PPI m m m 2 40 ha m 2 184,6 m 6 m 530 m 60 m -7,5 m m 0.8 m m 0.8 m 409 m 0,6 m m 2 m m m 2 30

45 2 3 Navigasi Pelayaran dan Komunikasi a. Rambu-rambu pelayaran b. Lampu Suar c. Mercuar d. Line telepon e. Radio SSB f. Internet g. Menara pengawas Layanan Air Bersih a. Penampung air b. Instalasi Jaringan air laut 2 unit 2 unit 3 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit Layanan Es a. Pabrik Es Layanan Listrik a. Mesin genset (2 unit) b. PLN c. Rumah genset Layanan Bahan Bakar a. SPBU b. SPBB Pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan a. Dock/Slipway b. Bengkel c. Gudang Peralatan Perkantoran a. Kantor Instansi (UPT) b. Kantor Industri c. Kantor bersama d. Kantor pengurus kapal Fasilitas transportasi 1 a. Kendaraan dinas roda empat b. Kendaraan dinas roda dua c. Alat berat d. Kapal Tunda Fasilitas Transportasi II a. Garansi alat berat + workshop b. Halte bis Pengolahan Limbah a. Instalansi pengolahan limbah b. Tempat pembuangan sampah Fasilitas penanganan dan pengujian hasil mutu perikanan a. Gedung pengepakan b. Tempat pengolahan ikan c. Tempat penyimpanan ikan segar d. Cold storage e.tempat pendaratan tuna (TLC) 1 unit 2 unit 100 kva; 200 kva 197 kva 40 m2 1 unit 4 unit 2 unit 1 unit 2 unit 1.131,4 m 2 79 unit 349,5 m 2 96 m 2 5 unit 16 unit 12 unit 1 unit 270 m 2 27 m m m m 2 16 unit 22 unit 14 unit 28 unit 31

46 c. Fasilitas Penunjang Balai pertemuan nalayan Pengolahan pelabuhan a. Mess karyawan (2 unit) b. Pos Jaga c. Pos pelayanan terpadu d. Mess loligo e. Mess operator 1 dan gudang f. Mess operator II Sosial dan umum a. Kios nelayan, toko/toserda b. Klinik kesehatan c. MCK (12 unit) d. Mushola (2 unit) e. Mesjid (1 unit) 243,75 m2 121 m2; 121 m2 8 unit 601,55 m2 249 m2 252,2 m2 250 m ,75 m2 101 m2 439 m2 150,53 m2 441 m2 Sumber : Profile PPSNZJ Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan teknis yang mendukung dalam operasi penangkapan ikan. Unit tersebut terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap, dan nelayan. 1. Kapal Pada Umumnya jenis armada penangkapan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman adalah kapal motor yang terdiri dari kapal yang berukuran < 10 GT sampai dengan > 200 GT, dengan alat tangkap dikelompokkan menjadi dua, yakni tuna dan non tuna. Kelompok tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap Longline dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin, big eye, albacore dan cakalang, selain itu juga jenis black marlin, meka, layaran dan cucut. Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gill net, payang, purse seine, jaring tangsi (jaring rampus), muroami, dan fish net dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tongkol, tenggiri dan cumicumi. Bahan kapal terbagi menjadi tiga jenis yaitu kayu, fiber dan besi. Kapal kayu umumnya terdiri dari kapal-kapal tradisional sedangkan kapal fiber dan besi digunakan oleh kapal tuna (long line) meskipun ada juga yang mengunakan kapal kayu. 32

47 Armada penangkapan dengan ukuran < 30 GT merupakan kapal-kapal tradisional dengan daerah penangkapan berada di Laut Jawa meliputi perairan Utara Jawa sampai perairan Selatan Kalimantan, dan hasil tangkapannya dipasarkan untuk tujuan lokal. Sedangkan armada penangkapan dengan ukuran > 30 GT merupkan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki daerah penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia meliputi perairan Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan ekspor. Jumlah kapal di PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah kapal masuk berdasarkan ukuran kapal (GT) ke PPS Nizam Zachman Jakarta Periode Tahun Gross Tonnase (GT) < > 200 Total Sumber : Laporan statistik 2008 PPSNZJ Berdasarkan tabel diatas, komposisi jumlah kapal yang masuk ke PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan ukuran kapal (GT) pada tahun didominasi oleh kapal yang berukuran GT sebanyak unit kemudian kapal yang berukuran GT merupakan kapal terbanyak ke-dua yang masuk ke PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu sebesar unit. Kecenderungan penurunan kapal yang masuk ke PPS Nizam Zachman dikarenakan naiknya harga BBM, meningkatnya kebutuhan perbekalan untuk melaut dan daerah penangkapan ikan yang semakin jauh sehingga membutuhkan biaya yang besar untuk melaut oleh karena itu hanya nelayan tertentu yang dapat melaut, 2. Alat Tangkap Alat tangkap yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu gillnet, bubu, purse seine, long line, life nets, dan pengangkut. Jenis alat tangkap yang terbanyak jumlahnya adalah longline dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tuna. Adapun jumlah alat tangkap yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5. 33

48 Tabel 5 Jumlah alat tangkap yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Jenis alat tangkap Tahun Bubu Jaring Jaring Purse Long Lainnya Pengangkut Total angkat insang seine line Sumber : Laporan statistik 2008 PPSNZJ Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah perkembangan alat tangkap di PPS Nizam Zachman dari tahun selama periode tersebut alat tangkap yang mendominasi adalah long line dan gillnet. Secara umum perkembangan alat tangkap tersebut mengalami penurunan. 3. Tenaga Kerja dan Nelayan Pelabuhan merupakan salah satu sentra lapangan pekerjaan melalui kegiatan industri perikanan dan industri penangkapannya. Perindustrian di PPS Nizam Zachman berpengaruh positif dalam membuka lapangan pekerjaan di Pelabuhan. Perkembangan kedua industri ini mendorong masyarakat untuk saling terlibat. Jumlah tenaga kerja di PPS Nizam Zachman dapat dilihapat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah tenaga kerja di PPSNZJ tahun 2005 Uraian A. Instansi Pemerintah/ BUMN 1. UPT PPSNZJ 2. Perum PPS 3. Proyak PPSNZJ/Konsultan 4. Instansi Terkait B. Sektor Usaha (Formal) C Sektor Informal Jumlah (Orang) Jumlah (Orang) Sumber : Darmawan 2006 Tabel di atas menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja terbanyak barasal dari sektor usaha (formal) yaitu sebesar orang. Sektor usaha tersebut membuka lapangan kerja di bidang industri penangkapan ikan, koperasi, 34

49 perkantoran dan perbankan. Sektor informal merupakan sektor kedua terbanyak setelah sektor usaha dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar orang. Sektor informal menyerap tenaga kerja sebagai pengemudi angkutan ikan, tenaga kerja pusat pelelangan ikan, pedagang kaki lima, jasa angkutan umum dan pemasaran/perdagangan. Nelayan dalam sistem perikanan tangkap merupakan elemen penting dalam sebuah unit penangkapan ikan disamping kapal penangkapan ikan dan alat tangkap. Jumlah nelayan pada setiap jenis alat tangkap jumlahnya sesuai dengan alat tangkap dan ukuran kapal. Alat tangkap long line > 30 GT membutuhkan sekitar 15 orang nelayan dalam pengoperasiannya, alat tangkap gillnet > 30 GT membutuhkan nelayan sebanyak 10 orang, sedangkan alat tangkap purse seine membutuhkan sekitar 30 nelayan dalam pengoperasiannya. Adapun jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap di PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap di PPSNZJ tahun Jenis Alat Tangkap Tahun Gillnet Bubu Purse seine Long line Moro ami Jaring tangsi Fish net Lain-lain Pengangkut Total Sumber : Darmawan 2006 Berdasarkan tabel diatas, nelayan yang paling dominan adalah nelayan dengan alat tangkap Long line pada tahun 2004 yaitu sebesar yang berjumlah orang dengan hasil tangkapan utama adalah tuna. Sedangkan untuk jumlah nelayan terbanyak ke-dua berdasarkan alat tangkap adalah nelayan gillnet dengan jumlah nelayan mencapai orang. Peningkatan jumlah nelayan yang tinggi akan mengakibatkan upah nelayan menurun bila tidak diimbangi dengan 35

50 peningkatan jumlah armada penangkapan sehingga kesejahteraan nelayan akan menurun Produksi Ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta Produksi ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta berasal dari dua sumber yaitu melalui jalur darat dan hasil tangkapan dari laut. Ikan yang didaratkan dari laut merupakan ikan hasil tangkapan oleh kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pembongkaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Kapal-kapal tersebut ada yang berukuran tonage besar dan beroperasi di perairan Samudera Hindia dan sekitar wilayah perairan territorial Indonesia serta kapal-kapal tradisional. Ikan yang berasal dari laut dikatagorikan menjadi dua kelompok yaitu : (1) kelompok ikan tuna yang terdiri dari ikan tuna, marlin, meka, cakalang, cucut dan lainnya. (2) kelompok ikan tradisional yaitu kelompok ikan dari jenis non tuna dengan tujuan pemasarannya untuk ekspor dan lokal, terdiri dari ikan tenggiri, bawal dan cumi-cumi, kakap merah dan lainnya. Sedangkan produksi yang berasal dari darat/daerah lain adalah ikan yang dibawa dengan kendaraan seperti mobil dan truk dari luar pelabuhan seperti Muara Angke, Cilincing dan wilayah Jawa Barat. Produksi ikan yang masuk ke PPS Nizam Zachman melalui darat, merupakan ikan yang didatangkan dari daerah yang sebagian besar terletak di daerah pesisir utara dan selatan Pulau Jawa seperti : Batang, Kendal, Pekalongan, Binuangan, Cilacap, Indramayu, Tuban, dan Gresik serta dari daerah luar Jawa. Ikan tersebut diangkat dari luar daerah ke Jakarta menggunakan truk pengangkut yang dikemas menggunakan kotak kayu/ drum plastik. Jenis ikan yang didaratkan antara lain bandeng, kembung, kakap, mujair, tembang, mas, tawes, dan lain-lain. Jenis ikan dominan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta adalah ikan tuna dengan persentase 44 %, tongkol abu-abu 27 %, tenggiri 10 %, madidihang 7 %, tuna mata besar 6 % dan ikan campuran 6 %. Produksi ikan tersebut sangat bervariatif dari segi spesies ikan maupun dari daerah asal seperti yang terlihat pada Gambar 4. 36

51 10% 7% 6% 6% 44% Cakalang Tongkol abu abu Tenggiri Madidihang 27% Tuna mata besar Ikan campuran Gambar 4 Komposisi spesies dominan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 Jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPZNZJ tahun Tahun Produksi Darat (ton) Laut (ton) 7170, , , , , , , , , ,13 Total 40725, , , , ,344 Sumber : Laporan statistik 2008 PPSNZJ Tabel diatas menunjukkann bahwa pada tahun 2004 total produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman sebesar 40725,79 ton dan mengalami penurunann sebesar 849,89 ton menjadi 39876,9 ton pada tahun 2005, pada tahun selanjutnya yaitu 2006 mengalami kenaikan sebesar 51249,46 ton menjadi 91126,36 ton. Pada tahun 2007 produksi ikan yang didaratkan juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 7983,95 ton. Sedangkan pada tahun 2008 produksi total ikan yang didaratkan menurun sebesar 14681,97 ton sehingga menjadi ,7 ton. 37

52 Darat Laut Gambar 5 Grafik produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Gambar 5 menunjukkan bahwa produksi ikan yang didaratkan melalui darat di PPS Nizam Zachman Jakarta mengalami kenaikan sampai tahun 2007 dan menurun pada tahun 2008, sedangkan produksi ikan yang didaratkan melalui laut cenderung berfluktuasi. Dari gambar diatas juga dapat dilihat bahwa pada tahun produksi ikan yang didaratkandi PPS Nizam Zachman berasal melalui jalur laut lebih banyak dari pada produksi ikan yang didaratkan melalui jalur darat sebaliknya tahun 2006 produksi ikan yang berasal dari darat lebih banyak dari pada produksi ikan yang berasal melalui jalur laut, hal ini disebabkan karena harga solar yang melonjak tinggi, sehingga hanya sedikit nelayan dan pengusaha penangkapan perikanan yang mampu memenuhi kebutuhan perbekalan melautnya dan berdampak pada produksi hasil tangkapan. Gambar 5 juga menunjukkan bahwa produksi ikan yang paling dominan di PPS Nizam Zachman berasal dari darat. 4.5 Aktivitas pemasaran/pendistribusian hasil tangkapan Aktivitas pemasaran ikan yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta diawali dengan masukknya ikan ke PPS. Ikan yang masuk berasal dari laut berupak kelompok ikan tuna sebagian lagi ke industry pengolahan ikan dan ekspor langsung ke Negara Jepang, Singapur, Belanda, Ingris dan Amerika Serikat sedangkan sebagian lagi dibawa ke pelelangan untuk dilelang. Ikan-ikan non tuna setelah didaratkan dari kapal, kemudian masuk ke TPI untuk dilelang. 38

53 Tabel 9 Distribusi Hasil Pemasaran di PPS Nizam Zachman Tahun Tahun Lokal (ton) Regional (ton) Ekspor (ton) , , , , , ,47 Total , , ,15 Sumber : Widiastuti, 2010 Berdasarkan tebel diatas menunjukkan distribusi pemasaran di PPS Nizam Zachman Jakarta selama dua tahun terakhir. Baik local, regional, maupun ekspor. Pada tahun 2008 distribusi hasil pemasaran untuk local sebesar ,62 ton, jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 2.615,51 ton dari tahun sebelumnya, total distribusi pemasawan untuk regional sebesar 2.772,86 ton dari tahun sebelimnya, dan total distribusi pemasaran untuk ekspor ,47 ton mengalami peningkatan sebesar 26.oo8,79 ton dari tahun sebelumnya. Penurunan yang terjadi untuk pasar lokal dan regional disebabkan karena berkurangnya permintaan akan ikan sedangkan, meningkatnya ekspor disebabkan karena meningkatnya ikan beku yang berarti industri pengolahan ikan harus meningkat aktivitasnya untuk memenuhi permintaan produk ikan beku tersebut. 4.6 Produksi ikan DKI Jakarta Produksi ikan DKI Jakarta merupakan penjumlahan data produksi ikan dari TPI-TPI yang ada di DKI Jakarta. Adapun TPI tersebut adalah TPI yang berada di Muara Angke, Muara Baru, Pasar Ikan, Kamal Muara, Kalibaru dan Cilincing. Adapu produksi perikanan tangkap DKI Jakarta menurut jenisnya dapat dilihat pada Lampiran 3 sedangkan jumlah produksi ikan di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap DKI Jakarta tahun Tahun Produksi (Ton) Nilai (Rp) , , , , , Sumber : Dinas kelautan dan pertanian DKI Jakarta

54 Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa produksi perikanan DKI Jakarta tahun 2004 sebesar ,40 dan meningkat sebesar 4.687,6 ton di tahun 2005 sehingga produksi ikan di tahun 2005 menjadi , tahun 2006 produksi ikan DKI Jakarta meningkat sebesar 773,2 ton sehingga menjadi ,2 peningkatan tersebut lebih kecil di banding peningkatan dari tahun sedangkan tahun 2007 produksi ikan DKI meningkat drastis yaitu sebesar ,7 ton sehingga produksi ikan DKI Jakarta tahun 2007 menjadi ,9 ton dan pada tahun 2008 produksi perikanan DKI Jakarta mengalami penurunan sebesar ,6 ton sehingga produksi ikan DKI Jakarta pada tahun 2008 menjadi ,3 ton Produksi Perikanan DKI Jakarta Gambar 6 Grafik produksi ikan DKI Jakarta tahun Gambar 6 menunjukkan bahwa produksi ikan DKI Jakarta mengalami kenaikan setiap tahunnya, kenaikkan produk ikan tertinggi terjadi pada tahun sampai tahun 2007 dan mengalami menurun pada tahun

55 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Tabel Input-Output Wilayah DKI Jakarta Tabel Input-Output (Satuan Produksi) Data tabel input output DKI Jakarta tahun 2006 terdiri dari 87 sektor produksi. Dari ke-87 sektor produksi tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan matriks koefisien teknologi. Setelah diperoleh matriks koefisien teknologi, maka dilakukan penghitungan terhadap matrix (I A) dan kemudian dihitung I-A guna memperoleh matrix Leontief Invers (I-A) -1. Pada saat dilakukan penghitungan ternyata tidak dapat menghasilkan determinan matriks yang dimaksud karena terdapat matriks (I A) bersifat singular. Oleh karenanya dilakukan pengurangan sektor produksi yang terdapat pada Tabel Input Output yang ada hingga mencapai 55 sektor produksi. Pengurangan beberapa sektor produksi yang dilakukan hingga 34 sektor produksi dilakukan karena sektor produksi tersebut tidak memiliki data (0), oleh karena itulah ke-34 sektor produksi tersebut menyebabkan terjadinya sifat singular. Hal penting yang perlu dikemukakan dari penganalisisan tabel input-output Jakarta tahun 2006 adalah perkiraan perubahan besarnya permintaan akhir di semua sektor pembangunan yang diduga berubah sebesar 25% dalam masa 2006 hingga Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa permintaan akhir terhadap barang dan jasa untuk wilayah DKI Jakarta pada tahun 2010 meningkat sebesar 25% dari tahun Matriks koefisien input/teknologi (a) Koefisien input dihitung dari tabel transaksi (tabel dasar) dengan cara sebagai berikut: a ij = Dimana : X ij : Banyaknya output sektor i yang akan digunakan sebagai input oleh sektor j untuk menghasilkan X i. X ij X j 41

56 X j : Output domestik sektor j a ij : Koefisien input antara yang berasal dari sektor i terhadap output sektor Matriks kebalikan (inverse matriks (I-A) -1 ) Matriks kebalikan tabel I-O merupakan kerangka dasar untuk berbagai analisis ekonomi. Pada prinsipnya matriks ini merupakan suatu fungsi yang menghubungkan permintaan akhir dengan tingkat produksi. Oleh karena itu, matriks kebalikan ini dapat dipakai untuk menghitung pengaruh perubahan permintaan akhir terhadap berbagai sektor. Misalnya jika ditentukan atau ditargetkan jumlah konsumsi atau ekspor suatu sektor maka dengan menggunakan matriks ini dapat dihitung jumlah output semua sektor lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atau ekspor tersebut. Hasil perhitungan matriks invers (I-A) -1 yang merupakan Leontief invers dapat dilihat pada Lampiran Sektor (departemen) teknis yang harus memiliki target kerja positif Didasarkan pada analisis tabel input-output DKI Jakarta tahun 2006 yang diasumsikan permintaan akhirnya meningkat 25%, maka diperoleh bahwa sektorsektor produksi (departemen teknis) yang harus bekerja keras agar target produksinya dapat meningkat pula sesuai dengan besarnya kenaikan permintaan akhir adalah sektor-sektor (disusun berdasarkan urutan perubahan total output terbesar yang harus disediakannya) sebagai berikut : 1. Sektor industri penggergajian kayu, bahan bangunan kayu, kayu lapis dan sejenisnya. 2. Sektor industri barang barang rajutan 3. Sektor industri makanan dan minuman terbuat dari susu 4. Sektor tanaman hias 5. Sektor ternak dan hasil hasilnya, kecuali susu segar 6. Sektor susu segar 7. Sektor industri pakan ternak 8. Sektor industri kulit samakan serta alas kaki dan barang dari kulit 9. Sektor unggas dan hasil hasilnya 10.Sektor industri perabot rumah tangga dari kayu, bambu dan rotan 42

57 11.Sektor industri makanan lainnya 12.Sektor industri roti, biskuit, mie dan sejenisnya 13.Sektor perikanan Semua sektor di atas merupakan sektor-sektor yang memiliki nilai perubahan total output positif, dimana kesemua sektor tersebut haruslah bekerja keras dalam upaya meningkatkan produksi totalnya guna dapat memenuhi permintaan akhir yang terjadi di tahun Berdasarkan hasil analisis tabel input-output DKI Jakarta tahun 2006 ternyata bahwa sektor-sektor produksi lainnya tidak perlu meningkatkan target produksinya, bahkan sektor-sektor produksi lainnya tersebut justru disarankan agar dapat melakukan penurunan target produksi. Terjadinya penurunan target produksi yang dialami oleh sektorsektor produksi lainnya tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah DKI Jakarta pada wilayah-wilayah lainnya (baik dalam negeri maupun luar negeri) sangat terlihat dengan jelas. Hal menarik yang perlu diperhatikan dari ke 13 sektor yang memiliki nilai target produksi positif tersebut di atas adalah masuknya perikanan dalam upaya peningkatan produksi yang harus ditingkatkan Proyeksi perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta hingga tahun 2010 Setelah mengetahui dengan jelas dan pasti sektor-sektor mana saja yang harus ditingkatkan produksinya, maka ditetapkan perubahan target produksi yang harus dicapai di tahun 2010 ini. Berikut adalah besaran perubahan target produksi yang harus dapat dicapai oleh masing-masing sektor produksi tersebut pada tahun Perubahan target produksi wilayah DKI Jakarta tahun 2010 dapat dilihat pada Tebel 11. Tabel 11 Perubahan Target Produksi Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010 No. Sektor Produksi Produksi Produksi 2010 (%) Sektor industri penggergajian , ,9 kayu,bahan bangunan kayu, kayu lapis dan sejenis nya. 2 Sektor industri barang-barang ,02 639,23 rajutan 3 Sektor industri makanan dan ,85 521,39 minuman terbuat dari susu 4 Sektor tanaman hias 254, ,24 373,70 43

58 5 Sektor ternak dan hasilhasilnya, kecuali susu segar 864, ,43 370,30 6 Sektor susu segar ,23 273,75 7 Sektor industri pakan ternak ,86 259,74 8 Sektor industri kulit samakan serta alas kaki dan barang dari kulit ,26 184,74 9 Sektor unggas dan hasilhasilnya ,80 55,76 10 Sektor industri perabot rumah tangga dari kayu, bambu dan rotan ,09 38,17 11 Sektor industri makanan ,92 29,35 lainnya 12 Sektor industri roti, biscuit, ,48 27,87 mie dan sejenisnya 13 Sektor perikanan ,04 1,96 Sumber : Hasil analisis tabel input-output DKI Jakarta Peran PPS Nizam Zachman terhadap hasil proyeksi perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta yang didapatkan dari database tabel input-output Bila diperhatikan tabel di atas, maka terlihat bahwa sektor perikanan DKI Jakarta pada tahun 2010 harus dapat meningkatkan produksi perikanannya hingga mencapai ,04 kg atau 4.468,9 ton. Bila dibandingkan dengan data produksi perikanan laut yang didaratkan di PPS Nizam Zachman pada tahun 2008 yang telah mencapai ,13 ton, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pencapaian target produksi perikanan DKI Jakarta sebesar 4.468,9 ton dapat dikatakan masih kecil karena justru PPS Nizam Zachman dapat lebih banyak menampung produksi perikanan hingga ,13 ton. Hal tersebut menggambarkan bahwa peranan PPS Nizam Zachman dalam penanganan produksi perikanan di wilayah DKI Jakarta adalah sebagai tempat menampung produksi hasil perikanan dari wilayah- wilayah lain di luar DKI Jakarta. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan total output agar tidak terjadi multitafsir adalah sektor perikanan. Bila upaya peningkatan total output tersebut harus terjadi di sektor perikanan tangkap, maka karena keterbatasan potensi perikanan laut tidak memungkinkan total output tersebut dapat disesiakan oleh wilayah DKI Jakarta sendiri. Oleh karenanya wilayah DKI Jakarta harus membuka diri terhadap suplay output yang datang dari wilayah lain. Sehubungan dengan kondisi yang demikian, maka pekerjaan besar yang dihadapi oleh sektor 44

59 perikanan (khususnya perikanan laut) adalah upaya memperbaiki kondisi Pusat- Pusat Pendaratan Ikan (PPI), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Pelabuhan Periakanan Samudera (PPS) agar nelayan-nelayan yang datang dari luar wilayah DKI Jakarta dapat merasakan kenyamanan dari pelayanannya. Mengingat kondisi Pusat Pendaratan Ikan (PPI), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) yang berada di wilayah DKI Jakarta, maka hanya Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman sajalah yang paling memungkinkan dapat menerima hasil produksi perikanan laut dari wilayah lainnya di luar DKI Jakarta, karena PPS Nizam Zachman pelabuhan tipe A yang merupakan pelabuhan terbaik di Indonesia karena memiliki fasilitas yang lengkap dan letak yang strategis untuk menampung, melakukan pembongkaran hasil tangkapan dan pengolahan hasil tangkapan. Kondisi tersebut sesuai dengan data-data aktual yang masuk ke PPS Nizam Zachman. 5.2 Produksi Perikanan Laut Pencapaian Dinas Perikanan DKI Jakarta Dari Tabel 10 (Jumlah produksi perikanan tangkap DKI Jakarta tahun ) dapat dilihat bahwa produksi perikanan DKI Jakarta tahun 2006 adalah sebesar ,2 ton, sedangkan dari Tabel 11 (Perubahan target produksi wilayah DKI Jakarta tahun 2010) dapat dilihat bahwa perubahan produksi perikanan tahun 2010 yang harus dicapai adalah sebesar 4.468,9 ton sehingga produksi perikanan DKI Jakarta tahun 2010 adalah sebesar ,1 ton akan tetapi pada tahun 2007 saja produksi perikanan tersebut sudah jauh melebihi dari yang ditargetkan maka terjadi kelebihan penawaran produksi perikanan. Akibat dari kelebihan penawaran tersebut (exces supplay) maka terjadilah penurunan harga. Dari terjadinya kelebihan tingkat produksi ikan tersebut terlihat jelas dari Tabel 8 bahwa nilai produksi ikan turun drastis dari Rp menjadi Rp Hal ini jelas merugikan banyak pihak terkait terutama nelayan di wilayah DKI Jakarta. 45

60 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis tabel input-output wilayah DKI Jakarta tahun 2006 ditunjang dengan data produksi perikanan laut yang didaratkan di PPS Nizam Zachman, maka diperoleh kesimpulan yakni : 1) Kebutuhan Produksi perikanan laut DKI Jakarta dalam upaya mengantisipasi perubahan permintaan akhir akibat perkembangan jumlah penduduk haruslah ditingkatkan, perubahan produksi perikanan tersebut harus mencapai ,04 kg atau 4.468,9 ton. 2) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan tangkap wilayah DKI Jakarta ternyata memposisikan sebagai tempat penampungan hasil produksi perikanan dari wilayah-wilayah lain di luar wilayah DKI Jakarta. Produk hasil penampungan tersebut merupakan produk hasil perikanan yang akan diekspor. 3) Target produksi tahun 2010 adalah sebesar ,1 ton akan tetapi pada tahun 2007 DKI sudah dapat memproduksi jauh melebihi yang ditargetkan. Seharusnya perubahan target perikanan laut DKI Jakarta memperhatikan datadata dari tabel input-output DKI Jakarta. 6.2 Saran 1.) PPS Nizam Zachman sebagai tempat penampungan hasil produksi perikanan tangkap perlu kiranya meningkatkan prasarana dan sarana yang ada agar sesuai dengan pelabuhan-pelabuhan perikanan di internasional untuk memudahkan operasi penangkapan dan penanganan hasil tangkapan (produksi perikanan). 2) Dinas perikanan DKI Jakarta sebagai salah satu institusi pemerintah yang mempunyai wewenang dalam pengaturan wilayah dan organisasi pelabuhan, kiranya dapat mempertimbangkan produksi perikanan di wilayahnya dengan memperhatikan hasil analisis tabel input-output DKI Jakarta. 46

61 DAFTAR PUSTAKA Anonim Kerangka Dasar Analisis Tabel Input-Output. [14 Februari 2010] [Bapenas]. Badan Pembangunan Nasional. Tabel Input-Output DKI Jakarta Jakarta : Bapenas. BPS Tabel Input-Output. Jakarta: P.D Mutiara Karang. 180 hal. BPS Jakarta dalam Angka Jakarta : BPS Provinsi DKI Jakarta. 599 hal. Darmawan, Ade Distribusi Hasil Tangkapan di PPS Nizam Zachman Jakarta. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Daryanto, Arief & Hafizrianda, Yundi Analisis I-O & Social Accounting Matriks. Bogor: PT Penerbit IPB Press. 249 hal. Departemen Kelautan dan Perikanan Nasional Keputusan Menteri Perikanan Nasional Republik Indonesia. Nomor Kep/Men/2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Nasional. Dinas Kelautan dan Pertanian Data Perikanan DKI Jakarta Tahun Jakarta : Dinas Kelautan dan Pertanian. Direktorat Jenderal Perikanan, Sub Direktorat Bina Prasarana Manajemen Pelabuhan Perikanan. Jakarta : Ditjen. Perikanan-Deptan. Direktorat Jenderal Perikanan Petunjuk teknis Pengelolaan PPI. Jakarta : Ditjen. Perikanan-Deptan. Direktorat Jenderal Perikanan Pendayagunaan Pelabuhan Perikanan atau Pangkalan Pendaratab Ikan. Jakarta : Ditjen-Perikanan. Fathanah, Yusuf Studi Fasilitas dan Aktivitas serta Peranan pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi Terhadap Pendapatan Pelabuhan dan Pemerintah Kabupaten Trenggalek. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Semberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Isainarmati, Tri Dampak kenaikan Harga BBM terhadap Kinerja Sektoral (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005). [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. 47

62 Lubis, E Pengantar Pelabuhan Perikanan. Buku I. Bogor: Laboratorium Pelabuhan Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Milasari, Devi Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Perikanan Tangkap di Kecamatan Tanjung Mutiara. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Perserikatan Bangsa-Bangsa Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Soeheba Kramadibrata & Sri Edi Swasono Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). [PPSNZJ] Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Jakarta: Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. [PPSNZJ] Profil PPS Nizam Zachman Jakarta Jakarta : Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. Tarigan, Robinson Ekonomi regional, teori dan aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 187 hal. Widiastutui, Ari Kinerja Operasional PPS Nizam Zachman Jakarta. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Semberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Yustiarani, Anisa Kajian Pendapatan Nelayan dari Usaha Penangkapan Ikan dan Bagan retribusi Pelelangan Ikan di Pangkalan Pendapatan Ikan Muara Angke.[Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 48

63 49

64 Lampiran 1 Foto udara PPS Nizam Zachman Jakarta Keterangan : Sumber : 50

65 Lampiran 2 Lay Out PPS Nizam Zachman Jakarta Keterangan : Posisi : LS dan BT Sumber : Profil PPSNZJ 51

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan dan perikanan adalah salah satu sumber daya alam yang merupakan aset negara dan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H14102010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN CITRA MULIANTY

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penulis memilih

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) disusun oleh : MOHAMMAD WAHYU HIDAYAT L2D 099 437 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS SYARIF IWAN TARUNA ALKADRIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

Master Plan Pengendalian Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala. yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana. Pemanfaatan sumber

Master Plan Pengendalian Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala. yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana. Pemanfaatan sumber BAB I Pendahuluan Master Plan I.1. LATAR BELAKANG Keberadaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di Kabupaten Donggala merupakan salah satu dari modal pembangunan yang harus dikelola dengan baik dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah. II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI WINWORK SINAGA H34066130 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten. Sesuai amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Pembangunan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan subsektor perikanan tangkap semakin penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor perikanan dalam PDB kelompok pertanian tahun

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR Oleh : HENNI SEPTA L2D 001 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN TITUK

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut dan sumberdaya alam yang dikandungnya dipahami secara luas sebagai suatu sistem yang memberikan nilai guna bagi kehidupan manusia. Sebagai sumber kehidupan, potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah daratan 1,9 juta km 2 dan wilayah laut 5,8 juta km 2 dan panjang garis pantai 81.290 km, Indonesia memiliki potensi sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H14053044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN LAMPIRAN XXIX PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kelautan 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya ikan sebagai bagian kekayaan bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan

Lebih terperinci