PERILAKU KETIDAKPATUHAN DEVIA AGUSTRIANA MANDIRI TARJO NURUL HERAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERILAKU KETIDAKPATUHAN DEVIA AGUSTRIANA MANDIRI TARJO NURUL HERAWATI"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI BANGKALAN DEVIA AGUSTRIANA MANDIRI TARJO NURUL HERAWATI ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bangkalan. Unit analisis penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di wilayah Bangkalan. Untuk menguji hipotesis, digunakan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan alat bantu program AMOS versi 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: () sikap tentang ketidakpatuhan pajak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh; (2) norma subyektif berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh; (3) kewajiban moral berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh; (4) kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh; (5) kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak, dan (6) niat berperilaku tidak patuh berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Kata kunci: Sikap tentang Ketidakpatuhan Pajak, Norma Subyektif, Kewajiban Moral, Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan, Niat Berperilaku tidak Patuh, Ketidakpatuhan Pajak.

2 . Pendahuluan Peranan penerimaan pajak dalam mendukung pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun senantiasa meningkat. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa peranan pajak akan semakin menentukan bagi jalannya roda pemerintahan saat ini dan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, sangat tepat jika pemerintah mengandalkan penerimaan pajak sebagai penerimaan utama negara seperti halnya di negara-negara maju. Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 983, dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem self assessment. Penelitian Damayanti (2004) meyebutkan bahwa penerapan self assessment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk. Kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat kepatuhan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari belum optimalnya penerimaan pajak yang tercermin dari tax gap dan tax ratio. Direktur Jenderal Pajak, Darmin Nasution, di sela sosialisasi kebijakan sunset policy (penghapusan sanksi pajak) kepada pengusaha di Jakarta, mengatakan bahwa tax ratio Indonesia dinilai masih terlalu kecil. Tax ratio Indonesia hanya berkisar 6,5 persen sedangkan negara-negara lain yang sepadan dengan Indonesia mampu menghasilkan tax ratio sekitar 20 persen. Rendahnya tax ratio Indonesia terkait erat dengan belum baiknya pengelolaan potensi pajak. Darmin juga menjelaskan bahwa kesenjangan antara potensi penerimaan pajak dengan realisasi pajak (tax gap) saat ini berkisar persen. Artinya, sekitar persen potensi penerimaan pajak belum masuk ke kas negara (Koran Jakarta, 3 November 2008). Adanya pengaruh kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak pernah diteliti sebelumnya. Simanjuntak (2008) membuktikan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang rendah akan mengakibatkan penerimaan pajak yang rendah pula. Hasil 2 2

3 studi tersebut sesuai dengan temuan Suryadi (2003), yang menyimpulkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh besar terhadap kinerja penerimaan pajak. Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan konsep tentang kepatuhan pajak. Penelitan ini mengangkat isu tentang perilaku ketidakpatuhan khususnya pada Wajib Pajak Orang Pribadi wilayah Bangkalan. Beberapa peneliti menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak. Penelitian Mustikasari (2007) menggunakan teori perilaku individu dan perilaku organisasi untuk menjelaskan kepatuhan Wajib Pajak Badan dengan responden tax professional. Sedangkan Bobek (2003) menggunakan model TPB untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang signifikan bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) Wajib Pajak sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mustikasari (2007) terletak pada objek yang diteliti. Oleh karena itu, indikator yang mempengaruhi variabel laten juga berbeda karena disesuaikan dengan Wajib Pajak yang diteliti, yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Bobek (2003) terletak pada lokasi penelitian. Penelitian tersebut menganalisa perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak di Negara Bagian Florida. Perilaku kepatuhan pajak akan berbeda di setiap negara karena setiap negara memiliki kulturnya masing-masing. Alasan peneliti memilih Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai objek penelitian ini dikarenakan sampai saat ini yang menjadi perhatian aparat pajak adalah Wajib Pajak Orang Pribadi. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak pribadi masih sangat lemah. Hal tersebut terlihat dari kontribusi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) yang berasal dari Orang Pribadi jauh lebih kecil dibandingkan penerimaan PPh Badan. Fenomena ini justru terbalik dengan kondisi di 3 3

4 luar negeri di mana PPh Orang Pribadi lebih besar dari PPh Badan (Sinar Harapan, 2008). Hal ini menunujukkan bahwa tingkat ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi masih tinggi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bangkalan? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bangkalan. 2. Landasan Teori dan Perumusan Hipotesis Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban pajak. Variabel perilaku yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kerangka Theory of Planned Behavior (TPB). Pada bagian ini, dibahas hubungan antar variabel yang diteliti dan perumusan hipotesis berdasarkan landasan teori maupun penelitian sebelumnya. 2. Pengaruh Sikap tentang Ketidakpatuhan Pajak terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Menurut Ajzen (99), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Sikap mempunyai peran yang penting dalam menjalankan perilaku seseorang dalam lingkungannya, walaupun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku, seperti stimulus, latar belakang individu, motivasi, dan status kepribadian. Secara timbal balik, faktor lingkungan juga mempengaruhi sikap dan perilaku. Sikap dihasilkan dari keyakinan atas manfaat perilaku dan penilaian atas manfaat perilaku. Keyakinan atas manfaat perilaku berisi aspek pengetahuan tentang perilaku tertentu. Keyakinan seseorang menjadi dasar terbentuknya sikap terhadap suatu objek sikap, di mana keyakinan tersebut dapat muncul dari dua sumber, yaitu keyakinan yang muncul karena adanya interaksi antara individu dengan obyek dan keyakinan yang 4 4

5 muncul dari adanya informasi tentang obyek yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Keyakinan juga berarti pengetahuan seseorang terhadap berbagai aspek dari suatu objek. Sedangkan penilaian atas manfaat perilaku berkaitan dengan penilaian yang diberikan seseorang terhadap tiap-tiap akibat yang diperoleh, di mana evaluasi tersebut dapat bersifat baik atau tidak baik, positif atau negatif, setuju atau tidak setuju, dan suka atau tidak suka. Sikap yang terbentuk dalam komponen ini adalah sikap positif atau negatif yang tergantung pada segi positif atau negatif dari komponen keyakinan dan evaluasi. Semakin banyak segi positif dari komponen pengetahuan dan keyakian, maka semakin positif sikap seseorang terhadap perilaku tertentu. Demikian pula, semakin positif atau negatif evaluasi seseorang atas manfaat perilaku, maka semakin positif atau negatif sikap seseorang terhadap perilaku tersebut. Dalam kaitannya dengan perilaku ketidakpatuhan pajak, dapat dikatakan bahwa sikap ketidakpatuhan pajak akan terbentuk apabila Wajib Pajak mempunyai keyakinan dan evaluasi yang positif terhadap ketidakpatuhan pajak. Penelitian tentang perilaku ketidakpatuhan pajak terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara sikap ketidakpatuhan pajak terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Temuan Mustikasari (2007), dan Bobek dan Hatfield (2003) adalah sikap terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Maka, hipotesis penelitian yang diajukan adalah: H : Sikap tentang ketidakpatuhan pajak berpengaruh terhadap niat berperilaku tidak patuh. 2.2 Pengaruh Norma Subyektif terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Menurut Ajzen (99), norma subyektif adalah persepsi individu tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku tertentu. Norma subyektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu di mana satu atau lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui perilaku tertentu dan 5 5

6 memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka (Ajzen, 99). Dapat dikatakan bahwa norma subyektif adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Jika individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain di sekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya. Penelitian tentang kepatuhan Wajib Pajak sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang di sekitar Wajib Pajak mempunyai pengaruh penting untuk memprediksi perilaku Wajib Pajak. Indikator norma subyektif yang digunakan oleh Mustikasari (2007) adalah: teman, konsultan pajak, dan petugas pajak. Sedangkan Bobek dan Hatfield (2003) menggunakan indikator anggota keluarga, pimpinan perusahaan, teman, dan pasangan. Mustikasari (2007) dan Bobek dan Hatfield (2003) telah membuktikan secara empiris bahwa norma subyektif secara positif signifikan mempengaruhi niat ketidakpatuhan Wajib Pajak. Maka, hipotesis yang diajukan adalah: H 2 : Norma Subyektif berpengaruh terhadap niat berperilaku tidak patuh. 2.3 Pengaruh Kewajiban Moral terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh seseorang, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain. Norma individu ini tidak secara eksplisit termasuk dalam model TPB. Ajzen (99) mengatakan bahwa model TPB masih memungkinkan untuk ditambahkan variabel prediktor lain selain ketiga variabel pembentuk niat yang telah dijelaskan. Dalam melakukan suatu tindakan, biasanya individu memperhatikan nilai-nilai yang diyakini dalam dirinya. Dalam kaitannya dengan perilaku Wajib Pajak dalam pelaporan pajak, dapat dikatakan bahwa kewajiban moral pajak merupakan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa dia membayar pajak. Menurut Rakhmad (2007), individu yang mengutamakan orientasinya pada 6 6

7 nilai-nilai universal seperti kejujuran dan keadilan tentunya akan cenderung lebih patuh daripada individu yang kurang memperhatikan kejujuran dan kedailan. Penilaian Wajib Pajak bahwa ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar etika dan prinsip hidup akan mempengaruhi Wajib Pajak untuk berniat melakukan ketidakpatuhan pajak. Begitu juga dengan perasaan tidak bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak. Jika Wajib Pajak tidak merasa bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak, maka akan memunculkan niat Wajib Pajak untuk berperilaku tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Penelitian Mustikasari (2007) membuktikan bahwa tax professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya. Maka, hipotesis yang diajukan adalah: H3 : Kewajiban moral berpengaruh terhadap niat berperilaku tidak patuh. 2.4 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Niat dan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif seseorang. Akan tetapi, juga dijelaskan oleh mudah atau tidaknya seseorang berperilaku. Dengan kata lain, jika seseorang yakin bahwa dia tidak mampu melakukan perilaku tertentu, maka orang tersebut kecil kemungkinannya mempunyai niat untuk melaksanakan perilaku tersebut walaupun dia mempunyai sikap positif terhadap perilaku tersebut. Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dapat mempengaruhi langsung perilaku atau dapat juga mempengaruhi perilaku melalui niat (Ajzen, 99). Ajzen (2006) mengatakan bahwa kontrol keperilakuan mempengaruhi niat didasarkan atas asumsi bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan oleh individu akan memberikan impliksi motivasi pada orang tersebut. Dalam arti, bahwa niat akan terbentuk apabila individu merasa mampu untuk menampilkan perilaku. Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dalam konteks perpajakan adalah seberapa kuat tingkat kendali yang dimiliki seorang Wajib Pajak dalam menampilkan 7 7

8 perilaku tertentu, seperti melaporkan penghasilannya lebih rendah, mengurangkan beban yang seharusnya tidak boleh dikurangkan ke penghasilan, dan perilaku ketidakpatuhan pajak lainnya (Bobek dan Hatfield, 2003). Penelitian Mustikasari (2007) membuktikan bahwa semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax professional berniat tidak patuh. Sedangkan Bobek dan Hatfield (2003) dalam penelitiannya tidak bisa membuktikan bahwa pengaruh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan cukup signifikan. Maka, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H4 : Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh terhadap niat berperilaku tidak patuh. 2.5 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan terhadap Ketidakpatuhan Pajak Selain berpengaruh terhadap niat berperilaku, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan juga berpengaruh secara langsung terhadap perilaku. Pengaruh langsung dapat terjadi jika terdapat actual control di luar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. Persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs) dapat menentukan dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku. Semakin positif sikap terhadap perilaku dan norma subyektif, semakin besar kontrol yang dipersepsikan seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu. Akhirnya, sesuai dengan kondisi pengendalian yang nyata di lapangan (actual behavioral control), niat tersebut akan diwujudkan jika kesempatan itu muncul. Namun sebaliknya, perilaku yang dimunculkan bisa jadi bertentangan dengan niat individu tersebut. Hal tersebut terjadi karena kondisi di lapangan tidak memungkinkan untuk memunculkan perilaku yang telah diniatkan sehingga dengan cepat akan mempengaruhi kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (perceived behavioral control) individu tersebut. Perceived behavioral control yang telah berubah akan 8 8

9 mempengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan. Penelitian Mustikasari (2007) membuktikan bahwa semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya. H5 : Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh secara langsung terhadap ketidakpatuhan pajak. 2.6 Pengaruh Niat Berperilaku Tidak Patuh terhadap Ketidakpatuhan Pajak Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk perilaku (Ajzen, 99). Hal ini berarti pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana jika dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Variabel laten niat dalam penelitian ini diukur dengan dua indikator sebagaimana yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti kepatuhan Wajib Pajak sebelumnya, yaitu kecenderungan dan keputusan (Bobek, 2003; Mustikasari 2007). Kecenderungan adalah kecondongan atau tendensi pribadi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk patuh atau tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Keputusan adalah keputusan pribadi yang dipilih Wajib Pajak Orang Pribadi untuk mematuhi atau tidak mematuhi peraturan perpajakan. Mustikasari (2007) dan Bobek (2003) membuktikan secara empiris bahwa niat berpengaruh secara positif signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Maka, hipotesis yang diajukan adalah: H6 : Niat berperilaku tidak patuh berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pajak. 9 9

10 3. Metodologi Penelitian 3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di wilayah Bangkalan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bangkalan dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pamekasan, diketahui bahwa setoran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Kabupaten Bangkalan tergolong rendah bila dilihat dari jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Bangkalan. Tabel 3. Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Tahun 2008 Kabupaten Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Tahun 2008 Pamekasan Rp Bangkalan Rp Sumenep 9.63 Rp Sampang 3.99 Rp Sumber: KPP Pratama Pamekasan dan KPP Pratama Bangkalan 3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan asumsi SEM yang menghendaki pengambilan sampel secara acak (Sugiyono, 2007). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 200 Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di wilayah Bangkalan. Jumlah sampel tersebut didasarkan pada ukuran sampel yang sesuai dengan asumsi SEM yang menyarankan 00

11 bahwa jumlah sampel yang digunakan lebih dari 00 atau minimal 5 kali jumlah observasi (Sugiyono, 2007). 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.3. Sikap tentang Ketidakpatuhan Pajak Sikap tentang ketidakpatuhan pajak dalam penelitian ini dimaksukan sebagai aspek perasaan yang dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang ditentukan secara langsung oleh keyakinan yang dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi tentang perilaku ketidakpatuhan pajak. Pengkuran variabel ini mereplikasi penelitian Mustikasari (2007), yaitu: keinginan membayar pajak lebih kecil dari yang seharusnya, perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan, perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan, dan biaya suap kepada petugas pajak lebih kecil dibandingkan dengan pajak yang bisa dihemat. Pengukuran variabel sikap terhadap ketidakpatuhan pajak, menggunakan kerangka penilaian-harapan (valuation-expectancy framework). Pernyataan pertama berfungsi untuk mengukur belief strength, yaitu responden ditanya tentang seberapa tinggi mereka memberi nilai (value) setiap keyakinan (belief) yang dituangkan dalam pernyataan atau seberapa penting peran indikator tersebut dalam pengambilan keputusan ketidakpatuhan pajak. Pernyataan kedua berkaitan dengan outcome evaluation, yaitu responden diminta untuk menentukan tingkat harapan (rate of expectancy) masing-masing indikator mulai dari sangat dipertimbangkan sampai dengan sangat tidak dipertimbangkan dalam perilaku mereka (periksa pernyataan nomor dan 2 dalam lampiran: kuesioner penelitian). Jawaban pernyataan pertama dikalikan dengan jawaban pernyataan kedua. Secara matematis, Ajzen (2006) memberikan formula sikap dalam persamaan berikut: A B á Ó b i e i di mana:

12 AB = attitude toward the behavior b e = belief strength = outcome evaluation Norma Subyektif Norma subyektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah norma subyektif terhadap ketidakpatuhan pajak, yaitu kekuatan pengaruh pandangan orang-orang di sekitar Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Seseorang dapat terpengaruh atau tidak terpengaruh, sangat tergantung dari kekuatan kepribadian orang yang bersangkutan dalam menghadapi orang lain. Indikator norma subyektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah teman, anggota keluarga, pasangan, dan petugas pajak. Pernyataan pertama berkaitan dengan normative beliefs, dan yang kedua berkaitan dengan motivation to comply (periksa pernyataan nomor 3 dan 4 dalam lampiran: kuesioner penelitian), kemudian kedua jawaban ini dikalikan. Ajzen (2006) memberikan formula norma subyektif dalam persamaan berikut: SN á Ó n i m i di mana: SN = subyektif norm n = normative beliefs m = motivation to comply Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah kontrol yang diyakini Wajib Pajak Orang Pribadi yang akan menghambat mereka dalam menampilkan perilaku ketidakpatuhan pajak. Pengukuran kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang digunakan dalam penelitian ini mereplikasi penelitian Mustikasari (2007), yaitu: kemungkinan diperiksa petugas pajak, 22

13 kemungkinan dikenai sanksi, dan kemungkinan pelaporan pihak ketiga. Hasil jawaban pernyataan pertama yang mengukur control beliefs strength, dan yang kedua berkaitan dengan control beliefs power dikalikan. Ajzen (2006) memberikan formula norma subyektif dalam persamaan berikut: PBC α Σ cipi di mana: PBC = perceived behavioral control c = control beliefs strength p = control beliefs power Kewajiban Moral Kewajiban moral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah norma individu yang dipunyai oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang satu, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang lain. Pengukuran kewajiban moral yang digunakan dalam penelitian ini mereplikasi penelitian Mustikasari (2007), yaitu: melanggar etika, perasaan bersalah, dan prinsip hidup Niat Berperilaku Tidak Patuh Niat berperilaku tidak patuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan atau keputusan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk melakukan perilaku ketidakpatuhan pajak. Dalam mengukur variabel laten niat untuk berperilaku tidak patuh, responden akan dimintai pendapatnya tentang 2 pernyataan yang mewakili 2 variabel niat, yaitu: () kecenderungan dan (2) keputusan untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan (periksa pernyataan nomor 0 dan dalam lampiran: kuesioner penelitian). 33

14 3.3.6 Ketidakpatuhan Pajak Ketidakpatuhan pajak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Pengukuran variabel ini memodifikasi instrumen yang digunakan oleh Brown dan Mazur (2003) yang terdiri dari kepatuhan penyerahan SPT, kepatuhan pembayaran, dan kepatuhan pelaporan, yang kemudian dirinci menjadi 5 indikator, yang meliputi () menerima STP atas denda keterlambatan penyerahan SPT Masa, (2) menerima STP atas denda keterlambatan penyerahan SPT Tahunan, (3) menerima STP atas bunga keterlambatan pembayaran pajak terhutang, (4) menerima STP atas denda dan bunga kekurangan pajak yang disetorkan, (5) menerima koreksi dari pemeriksaan pajak atas tambahan Pajak Penghasilan. 3.4 Model Analisis Model yang dibangun dalam penelitian ini melibatkan 6 variabel laten yang diidentifikasi mempengaruhi perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi, yaitu: () sikap tentang ketidakpatuhan pajak (SKP), (2) norma subyektif (NRM), (3) kewajiban moral (MRL), (4) kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (KTR), (5) niat berperilaku tidak patuh (NIA), dan (6) ketidakpatuhan pajak (KPT). Adapun model analisis dari penelitian ini dapat di lihat pada gambar Gambar 3. (Lampiran). 3.5 Teknik Analisis Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan alat bantu program AMOS versi Analisis Hasil Penelitian 4.2 Statisitik Deskriptif Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 240 kuesioner. Dari 240 kuesioner tersebut, tingkat pengembalian hanya mencapai 27 kuesioner saja dan total sebanyak 200 kuesioner yang terisi lengkap yang dapat dianalisis lebih lanjut. Sebanyak 7 44

15 kuesioner tidak dapat diolah karena tidak terisi lengkap, baik pada bagian identitas responden maupun pada bagian item pertanyaan kuesioner penelitian. Dalam tabel 4.2 dapat dilihat jumlah kuesioner yang didistribusikan, kembali, dan diolah. Tabel 4.2 Jumlah Kuesioner yang Didistribusikan, Kembali, dan Diolah Keterangan Jumlah Persentase Didistribusikan % Tidak kembali Kembali ( 23) 27 90,4% Tidak lengkap ( 7) Diolah ,33% Sumber: Data Primer, Analisis Model dan Pembuktian Hipotesis Hasil pengujian koefisien jalur secara terperinci disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Ringkasan Estimasi Parameter Model Persamaan Struktural Penelitian Variabel Koefisien C.R. Prob. Keterangan 55

16 SKP (X) NIA (Y) 0,035 2,695 0,007 signifikan NRM (X2) NIA (Y) 0,035 2,073 0,038 signifikan MRL (X3) NIA (Y) -0,292-2,846 0,004 signifikan KTR (X4) NIA (Y) -0,04 -,0 0,32 tidak signifikan KTR (X5) KTP (Y2) -0,004-0,583 0,560 tidak signifikan NIA (Y) KTP (Y2) 0,486 5,420 0,000 signifikan Sumber: Lampiran 4.3. Hasil Pengujian Hipotesis : Sikap tentang Ketidakpatuhan Pajak Berpengaruh terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Sikap tentang ketidakpatuhan pajak yang diukur dengan keinginan membayar pajak lebih kecil dari yang seharusnya, perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan, perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan, dan biaya suap kepada petugas pajak lebih kecil dibandingkan dengan pajak yang bisa dihemat berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur (regresi terstandar) sebesar 0,035 dengan nilai CR sebesar 2,695 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,007. Arah hubungan yang ditunjukkan adalah positif. Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, maka niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa H diterima. Hal ini sesuai dengan temuan Mustikasari (2007), dan Bobek dan Hatfield (2003), yaitu sikap terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Sikap tentang Ketidakpatuhan Pajak merupakan sikap mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada perilaku ketidakpatuhan pajak. Sikap ketidakpatuhan pajak akan terbentuk apabila Wajib Pajak mempunyai keyakinan dan evaluasi yang positif terhadap ketidakpatuhan pajak. Semakin banyak segi positif dari komponen keyakinan tentang ketidakpatuhan pajak, maka semakin positif sikap seseorang 66

17 terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak. Demikian pula, semakin positif atau negatif evaluasi seseorang atas manfaat perilaku ketidakpatuhan pajak bagi dirinya, maka semakin positif atau negatif sikap seseorang terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak. Dengan demikian, seseorang yang memiliki sikap positif atau mendukung terhadap ketidakpatuhan pajak, maka akan menimbulkan niat untuk melakukan ketidakpatuhan pajak.. Berdasarkan model penelitian, Sikap tentang Ketidakpatuhan Pajak dibentuk oleh 4 indikator. Indikator ini jika diurutkan berdasarkan kuatnya loading factor tergambar sebagai berikut: perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan (X3-,064), perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan (X2-,022), biaya suap kepada petugas pajak lebih kecil dibandingkan dengan pajak yang bisa dihemat (X4-,000), dan keinginan membayar pajak lebih kecil dari yang seharusnya (X-0,94). Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup mampu membentuk konstruk Sikap tentang Ketidakpatuhan Pajak. Kontribusi terbesar dari dimensi ini adalah perasaan Wajib Pajak bahwa sistem perpajakan merugikan mereka. Sebagian besar responden menerima pernyataan ini yang berarti bahwa Wajib Pajak belum memahami sistem perpajakan yang berlaku sehingga merasa dirugikan. Dengan demikian, hal tersebut cenderung mendorong mereka untuk tidak mengikuti sistem perpajakan. Kontribusi kedua dari dimensi ini adalah perasaan Wajib Pajak bahwa pemanfaatan pajak tidak transparan. Sebagian besar responden menerima pernyataan ini yang berarti bahwa Wajib Pajak tidak menyadari bahwa kontribusi pembayaran pajak yang dihimpun oleh pemerintah adalah untuk kepentingan bersama melalui kepentingan umum, seperti membiayai pendidikan, memperbaiki fasilitas kesehatan, fasilitas keamanan, dan banyak lagi hal lainnya yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut akan mendorong Wajib Pajak untuk berniat tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Demikian pula dengan indikator biaya suap kepada petugas pajak lebih kecil dibandingkan dengan pajak yang bisa dihemat (X4-,000), dan keinginan membayar 77

18 pajak lebih kecil dari yang seharusnya (X-0,94) menunjukkan hal yang sama. Penerimaan terhadap pernyataan-pernyataan tersebut bermakna bahwa Wajib Pajak mempunyai pandangan positif terhadap sikap tentang ketidakpatuhan pajak. Dengan demikian, berarti hal tersebut akan mendorong mereka untuk berniat tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya Hasil Pengujian Hipotesis 2: Norma Subyektif Berpengaruh terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Norma Subyektif yang diukur dengan teman, anggota keluarga, dan petugas pajak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur (regresi terstandar) sebesar 0,035 dengan nilai CR sebesar 2,073 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,038. Arah hubungan yang ditunjukkan adalah positif. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa H2 diterima. Hal ini sesuai dengan temuan Mustikasari (2007) dan Bobek dan Hatfield (2003) yang telah membuktikan secara empiris bahwa norma subyektif secara positif signifikan mempengaruhi niat ketidakpatuhan Wajib Pajak. Norma Subyektif merupakan komponen yang berisi keputusan yang dibuat Wajib Pajak setelah mempertimbangkan pandangan orang-orang yang mempengaruhi norma-norma subyektif tentang ketidakpatuhan pajak. Wajib Pajak yang memiliki keyakinan bahwa orang lain (teman, anggota keluarga, dan petugas pajak) berpendapat sebaiknya dia melakukan ketidakpatuhan pajak, akan menyebabkan dirinya berniat untuk berperilaku tidak patuh. Dan begitu juga sebaliknya, jika Wajib Pajak tidak memiliki keyakinan bahwa orang lain berpendapat sebaiknya dia melakukan ketidakpatuhan pajak, maka kecil kemungkinannya muncul niat berperilaku tidak patuh pada Wajib Pajak tersebut. Berdasarkan model penelitian, Norma Subyektif dibentuk oleh 3 indiktor. Jika diurutkan berdasarkan kuatnya loading factor, indikator ini tergambar sebagai berikut: teman (X5-,64), anggota keluarga (X6-,097), pasangan (X7-,000), dan petugas 88

19 pajak (X8-0,969). Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup mampu membentuk konstruk Norma Subyektif. Kontribusi terbesar dari dimensi ini diberikan oleh dorongan teman untuk tidak mematuhi ketentuan perpajakan. Sebagian besar responden menerima pernyataan ini yang berarti bahwa dorongan teman untuk tidak mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku akan menyebabkan seseorang untuk berniat melakukan ketidakapatuhan pajak. Kontribusi indikator yang lain terhadap dimensi ini menunjukkan hal yang sama, di mana responden akan mengikuti hal-hal yang disetujui oleh anggota keluarga, pasangan, dan petugas pajak dalam usahanya memenuhi kewajiban perpajakan. Jika anggota keluarga, pasangan atau petugas pajak mendorong Wajib Pajak untuk melakukan ketidakpatuhan pajak, maka akan memunculkan niat Wajib Pajak untuk berperilaku tidak patuh Hasil Pengujian Hipotesis 3: Kewajiban Moral Berpengaruh terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Berdasarkan hasil analisis data yang ada, dapat dijelaskan bahwa kewajiban moral berpengaruh secara negatif terhadap niat berperilaku tidak patuh dengan dengan koefisien jalur -0,292 dengan nilai CR sebesar -2,846 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,004. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa H 3 diterima. Hal ini sesuai dengan temuan Mustikasari (2007) dan Bobek dan Hatfield (2003) yang telah membuktikan secara empiris bahwa kewajiban moral secara negatif signifikan berpengaruh terhadap niat berperilaku tidak patuh. Kewajiban Moral pajak merupakan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa dia membayar pajak. Jika Wajib Pajak menilai bahwa ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar etika dan prinsip hidupnya, maka akan memunculkan niat untuk melakukan ketidakpatuhan pajak. Begitu juga dengan perasaan tidak bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak. Jika Wajib Pajak tidak merasa bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak, maka akan memunculkan niat Wajib 99

20 Pajak untuk berperilaku tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan model penelitian, Kewajiban Moral dibentuk oleh 3 indikator. Indikator ini jika diurutkan berdasarkan kuatnya loading factor tergambar sebagai berikut: perasaan bersalah (X3-,227), prinsip hidup (X4-,000), dan melanggar etika (X2-0,783). Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup mampu membentuk konstruk Kewajiban Moral. Kontribusi terbesar dimensi ini adalah perasaan tidak bersalah Wajib Pajak jika melakukan ketidaptuhan pajak. Sebagian besar responden menerima pernyataan ini yang berarti bahwa Wajib Pajak belum mengerti pentingnya pajak. Mereka tidak menyadari bahwa pajak merupakan bentuk tanggung jawab masyarakat sebagai warga negara dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dapat dikatakan, Wajib Pajak yang seperti ini memiliki kewajiban moral yang rendah. Semakin rendah kewajiban moral yang dimiliki Wajib Pajak, maka semakin tinggi niat Wajib Pajak untuk berperilaku tidak patuh. Kontribusi indikator lain pada dimensi ini menunjukkan hal yang sama di mana responden menganggap bahwa melakukan ketidakpatuhan pajak merupakan hal yang tidak melanggar prinsip hidup dan etika sehingga akan memunculkan niat untuk berperilaku tidak patuh Hasil Pengujian Hipotesis 4: Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan Berpengaruh terhadap Niat Berperilaku Tidak Patuh Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang diukur dengan kemungkinan diperiksa petugas pajak, kemungkinan dikenai sanksi, dan kemungkinan pelaporan pihak ketiga tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh yang ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur (regresi terstandar) sebesar -0,04 dengan nilai CR -,0 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,32. Angka tersebut menunjukkan bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh dengan kemungkinan terjadi kesalahan sebesar 0,32. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa H 4 ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan 2020

21 terhadap niat berperilaku tidak patuh. Walaupun demikian, arah hubungan yang ditunjukkan adalah negatif, yaitu jika seseorang memiliki persepsi yang kecil atas kontrol yang dimilikinya, maka semakin besar niatnya untuk tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki kontrol yang besar, maka niat ketidakpatuhan pajaknya rendah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Bobek dan Hatfield (2003) yang menemukan bahwa kontrol keperilakuan yang dipesepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Mustikasari (2007) yang mengungkapkan bahwa semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax professional berniat tidak patuh. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan merupakan sejumlah kontrol yang dimiliki Wajib Pajak apakah dia mampu untuk memunculkan niat untuk berperilaku tidak patuh atau tidak. Semakin besar kekhawatiran Wajib Pajak akan diperiksa oleh petugas pajak, dikenai sanksi, atau dilaporkan pihak ketiga jika melakukan ketidakpatuhan pajak, maka akan semakin kecil niat ketidakpatuhan Wajib Pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan model penelitian, Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan dibentuk oleh 3 indikator. Jika diurutkan berdasarkan kuatnya loading factor, indikator ini tergambar sebagai berikut: kemungkinan dikenai sanksi (X0-,03), kemungkinan diperiksa petugas pajak (X9-,002), dan kemungkinan pelaporan pihak ketiga (X-,000). Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup mampu membentuk konstruk Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan. Kontribusi terbesar dimensi ini adalah Wajib Pajak takut dikenai sanksi jika melakukan ketidakpatuhan pajak. Sebagian besar Wajib Pajak berpikir daripada dikenai sanksi lebih baik dia mematuhi ketentuan parpajakan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kontrol yang dimiliki oleh Wajib Pajak, maka semakin kecil niat Wajib Pajak untuk berperilaku tidak patuh. 22

22 4.3.5 Hasil Pengujian Hipotesis 5: Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan Berpengaruh terhadap Ketidakpatuhan Pajak Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak yang ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur (regresi terstandar) sebesar -0,004 dengan nilai CR -0,583 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,560. Angka tersebut menunjukkan bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh dengan kemungkinan terjadi kesalahan sebesar 0,560. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa H5 ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Walaupun demikian, penelitian ini membuktikan bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak mempunyai hubungan yang negatif. Semakin besar kontrol yang dimiliki sesorang, maka semakin kecil perilaku ketidakpatuhan pajaknya. Sebaliknya, semakin kecil kontrol yang dimiliki seseorang, maka semakin besar kemungkinan orang tersebut melakukan ketidakpatuhan pajak. Hal ini sesuai dengan penelitian Bobek dan Hatfield (2003) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Mustikasari (2007) yang membuktikan bahwa semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya. Berdasarkan model penelitian, Ketidakpatuhan Pajak dibentuk oleh 5 indikator. Jika diurutkan berdasarkan kuatnya loading factor, indikator ini tergambar sebagai berikut: menerima STP atas denda keterlambatan penyerahan SPT Tahunan (Y4-,398), menerima STP atas denda keterlambatan penyerahan SPT Masa (Y3-,364), menerima STP atas bunga keterlambatan pembayaran pajak terhutang (Y5-,06), menerima koreksi dari pemeriksaan pajak atas tambahan Pajak 2222

23 Penghasilan (Y7-,047), menerima STP atas denda dan bunga kekurangan pajak yang disetorkan (Y6-,000). Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup mampu membentuk konstruk Niat Berperilaku Tidak Patuh Hasil Pengujian Hipotesis 6: Niat Berperilaku Tidak Patuh Berpengaruh terhadap Ketidakpatuhan Pajak Niat berperilaku tidak patuh yang diukur dengan kecenderungan dan keputusan untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur (regresi terstandar) sebesar 0,245 dengan nilai CR sebesar 4,003 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000. Arah hubungan yang ditunjukkan adalah positif. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa H6 diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Mustikasari (2007) dan Bobek (2003) yang membuktikan secara empiris bahwa niat berpengaruh secara positif signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Hal tersebut menunjukkan bahwa niat yang dimiliki oleh tax professional maupun Wajib Pajak Orang Pribadi akan berpengaruh terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak. Semakin besar niat berperilaku tidak patuh yang dimiliki Wajib Pajak, maka semakin besar pula perilaku ketidakptuhan pajaknya. Berdasarkan model penelitian, Niat Berperilaku Tidak Patuh dibentuk oleh 2 indikator. Kedua indikator, yaitu kecenderungan dan keputusan Wajib Pajak untuk melakukan ketidakpatuhan pajak, mempunyai nilai loading factor yang sama yaitu,000. Penerimaan terhadap kedua pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Wajib Pajak mempunyai kecenderungan dan keputusan untuk melakukan ketidakpatuhan pajak pada tahun pajak terakhir. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup mampu membentuk konstruk Niat Berperilaku Tidak Patuh. Namun demikian, tidak selamanya niat tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku nyata, yaitu ketidakpatuhan pajak. Hal ini dapat dilihat dari 2323

24 sedikitnya responden yang menyatakan pernah menerima STP atas denda keterlambatan penyerahan SPT Masa, menerima STP atas denda keterlambatan penyerahan SPT Tahunan, menerima STP atas bunga keterlambatan pembayaran pajak terhutang, menerima STP atas denda dan bunga kekurangan pajak yang disetorkan, dan menerima koreksi dari pemeriksaan pajak atas tambahan Pajak Penghasilan. 5. Penutup 5. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka simpulan yang bisa ditarik adalah:. Sikap tentang ketidakpatuhan pajak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Hal ini sesuai dengan temuan Mustikasari (2007), dan Bobek dan Hatfield (2003), yaitu sikap terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. 2. Norma Subyektif berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Arah hubungan yang ditunjukkan adalah positif. Hal ini sesuai dengan temuan Mustikasari (2007) dan Bobek dan Hatfield (2003) yang telah membuktikan secara empiris bahwa norma subyektif secara positif signifikan mempengaruhi niat ketidakpatuhan Wajib Pajak. 3. Kewajiban moral berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, maka niat berperilaku tidak patuhnya rendah atau sebaliknya. 4. Berdasarkan penelitian ini, ternyata kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Hal ini sesuai dengan penelitian Bobek dan Hatfield (2003) yang menunjukkan bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat ketidakpatuhan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Mustikasari (2007) yang mengungkapkan bahwa semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax professional berniat tidak patuh. 2424

25 Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi kurang memiliki kontrol yang dapat menghambat maupun mendorongnya untuk berniat tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 5. Berdasarkan penelitian ini, ternyata kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Hal ini sesuai dengan penelitian Bobek dan Hatfield (2003) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Mustikasari (2007) yang membuktikan bahwa semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi kurang memiliki kontrol yang dapat mengahambat maupun mendorongnya untuk melakukan ketidakpatuhan pajak. 6. Niat berperilaku tidak patuh berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pajak. Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki niat berperilaku tidak patuh rendah, keteidakpatuhan pajaknnya rendah atau sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Mustikasari (2007) dan Bobek (2003) membuktikan secara empiris bahwa niat berpengaruh secara positif signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan penelitian yang telah dilakukan, maka berikut ini disampaikan saran-saran yang bersifat operasional dan spesifik untuk berbagai pihak yang memerlukan, yaitu sebagai berikut:. Bagi aparat pajak Aparat pajak perlu melakukan tindakan persuasif dengan melakukan penyuluhan kapada Wajib Pajak dengan cara-cara yang lebih simpatik, meningkatkan peran Complaint Center, dan memberikan penghargaan bagi Wajib Pajak patuh. 2525

26 Selanjtnya Direktorat Jenderal Pajak hendaknya mengkaji beberapa karakteristik Wajib Pajak yang mempengaruhi perilaku masyarakat Wajib Pajak, tidak hanya dengan melihat faktor sosial, budaya, dan ekonomi tetapi juga mempertimbangkan faktor kepribadian dan psikologis Wajib Pajak, karena hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perepajakannya. 2. Bagi peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan instrumen penelitian dengan lebih banyak item-item pertanyaan dan mendiskusikan dengan berbagai pihak yang ahli dan memahami konsep dari variabel-variabel yang relevan sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan validitas alat ukur yang digunakan. 2626

27 DAFTAR PUSTAKA Ajzen, Icek Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations (Revised January,2006), (Online), ( diakses 27 April 2009)., 99. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and HumanDecisionProcesses, (Online), Vol. 50, No. 2: 79-2, ( diakses 3 Juni 2009). Bobek, D., Richard C. Hatfield An Investigation of Theory of Planned Behavior and the Role of Moral Obligation in tax Compliance. Behavioral ResearchainaAccounting,a(Online),aVol.5,a( m/coms2/summary_ _itm, diakses 27 April 2009). Brown, Robert E. and Mark J. Mazur IRS s Comprehensive Approach to Compliance Measurement. National Tax Journal, Vol. 56. Damayanti, Theresia Woro Pelaksanaan Self Assessment System Menurut Persepsi Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi), Vol. X No. : Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Ghozali, Imam Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos Ver Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kepatuhan Pajak, Koran Jakarta, (Online), 3 November 2008, ( &hlm=4, diakses 3 April 2009). Mustikasari, Elia Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Putanto, Novan Dwi Kepatuhan Bayar Pajak Pribadi Masih Lemah. Sinar Harapan,a(Online),a( ml, diakses 3 April 2009). Rakhmad, Basuki Menakar Risiko Ketidakpatuhan. Majalah Berita Pajak, 5 Oktober 2007: 28. Simanjuntak, Timbul Hamonangan Analisis Kepatuhan Pajak dan Dampaknya pada Dana Perimbangan Keuangan dan Pengeluaran Pemerintah Daerah serta Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur. Disertasi tak diterbitkan, Universitas Airlangga Surabaya. Suryadi Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4. No. : Tarjo dan Indra Kusumawati Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan Self Assessment System Suatu Studi di Bangkalan. JAAI, 2727

28 Vol. 0. No. : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2828

29 Lampiran : Structural Equation Modelling Assessment of normality (Group number ) Variable min max skew c.r. kurtosis c.r. X X X X X X X X X X Y Y Y Y Y Y Y X X X X Multivariate Notes for Model (Default model) Computation of degrees of freedom (Default model) Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = Degrees of freedom = 77 Probability level =.062 Regression Weights: (Group number - Default model) Number of distinct sample moments: 23 Number of distinct parameters to be estimated: 54 Degrees of freedom (23-54): 77 Estimate S.E. C.R. P Label NIAT <--- SIKAP par_9 NIAT <--- NORMA par_0 NIAT <--- MORAL par_8 NIAT <--- KONTROL par_25 KETIDAKPATUHAN <--- NIAT *** par_ KETIDAKPATUHAN <--- KONTROL par_24 X <--- SIKAP

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Ahmad Farras Adibuddin

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa 2. 1. Rerangka Teori 2.1.1 Pengertian Pajak dan Wajib Pajak Menurut UU KUP No. 16 Tahun 2009, pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior (TPB) Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Upaya untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KETIDAKPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2 Kabupaten Sukoharjo)

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KETIDAKPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2 Kabupaten Sukoharjo) FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KETIDAKPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2 Kabupaten Sukoharjo) Endang Sri Winarsih* Abstract : The purpose of this reseach is

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang gencar-gencarnya melakukan pembangunan disegala sektor, dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat. Salah satu faktor pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun WP Terdaftar WP yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun WP Terdaftar WP yang BAB I: PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih relatif rendah, berdasarkan survey tentang kepatuhan yang pernah diadakan Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sektor pajak merupakan sektor yang sangat diandalkan oleh pendapatan Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan tumpuan sumber penerimaan negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menunjukkan bahwa sektor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA. (Survei pada PKP yang Terdaftar di KPP Pratama Purwokerto)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA. (Survei pada PKP yang Terdaftar di KPP Pratama Purwokerto) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada PKP yang Terdaftar di KPP Pratama Purwokerto) FERDYANT PANGESTU OMAN RUSMANA Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Sejauh ini Negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner dan disebarkan secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara adalah pajak. Pajak merupakan iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) ABSTRAK Oleh: Wening Estiningsih SE, M.Akt Indra Setiawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Tugas Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) adalah senatiasa. untuk melakukan peningkatan jumlah penerimaan pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Tugas Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) adalah senatiasa. untuk melakukan peningkatan jumlah penerimaan pajak. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan pendapatan terbesar negara ini untuk membiayai segala pengeluaran yang dikeluarkan oleh negara ataupun pemerintahan. Sektor perpajakan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling dominan baik untuk belanja rutin maupun belanja modal. Meskipun penerimaan pajak dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI: APLIKASI TPB (Studi Empiris WPOP di Kabupaten Pati)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI: APLIKASI TPB (Studi Empiris WPOP di Kabupaten Pati) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI: APLIKASI TPB (Studi Empiris WPOP di Kabupaten Pati) Dwi Agustiantono Andri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt. Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai pengujian model Theory Planned Behavior dalam menentukan pengaruh sikap siswa, norma subjektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak

BAB I PENDAHULUAN. pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) Wening Estiningsih Program Studi Pendidikan Ekonomi FIPPS Universitas Indraprasta PGRI Abstrak : Salah satu pendapatan suatu negara

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL PERILAKU YANG DIPERSEPSIKAN STAFF PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PAJAK WAJIB PAJAK BADAN Aloysius Alvin

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL PERILAKU YANG DIPERSEPSIKAN STAFF PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PAJAK WAJIB PAJAK BADAN Aloysius Alvin PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL PERILAKU YANG DIPERSEPSIKAN STAFF PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PAJAK WAJIB PAJAK BADAN Aloysius Alvin ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Data diambil menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada konsumen Indomaret Point Pandanaran di kota Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki Pembangunan Jangka Panjang pemerintah Indonesia berusaha menggalakkan sumber penerimaan negara khususnya sumber utamanya yaitu dari sektor pajak. Langkah

Lebih terperinci

(Studi Kasus di KPP Pratama Surakarta)

(Studi Kasus di KPP Pratama Surakarta) ANALISIS PENGARUH KEWAJIBAN MORAL, TINGKAT PENGHASILAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus di KPP Pratama Surakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dan dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden Pada bab IV ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum objek penelitian dan data deskriptif serta menyajikan hasil komputasi

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, KONTROL PERILAKU YANG DIPERSEPSIKAN, DAN SUNSET POLICY

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, KONTROL PERILAKU YANG DIPERSEPSIKAN, DAN SUNSET POLICY PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, KONTROL PERILAKU YANG DIPERSEPSIKAN, DAN SUNSET POLICY TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING This research analyzes the influence of variables

Lebih terperinci

Ines Dwiana B

Ines Dwiana B PENGARUH KOMPLEKSITAS PANJANG FORMULIR SPT DAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris Pada KPP Pratama Klaten) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku Usaha Pada KPP Pratama Salatiga

Analisis Faktor-Faktor Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku Usaha Pada KPP Pratama Salatiga 125 Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016): 125-144 Analisis Faktor-Faktor Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku Usaha Pada KPP Pratama Salatiga Devira Nourma Anjani, MI Mitha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG Bab ini akan memaparkan analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang pada pemilik usaha tenun dengan menggunakan Theory Planned

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi ialah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha dan/atau pekerjaan bebas di wilayah KP2KP Masohi- Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Dampak Pelaksanaan Program Kebijakan Sunset Policy terhadap Jumlah Penyampaian SPT Tahunan pada KPP Pratama Tangerang Timur Program Kebijakan Sunset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior Theory of planned behavior menjelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku.

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang Jati Purbo Laksono H. Moch. Didik Ardiyanto, SE., MSi., Akt. ABSTRACT This research

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Bab 4. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Bab 4. Hasil Penelitian dan Analisis Data Bab 4 Hasil Penelitian dan Analisis Data 4.1. Profil Objek Penelitian dan Data Diskriptif SMP Negeri 3 Banyubiru merupakan unit sekolah baru (USB) yang didirikan pada tahun 2007. Sekolah ini mulai beroperasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBYEK/SUBYEK PENELITIAN 1. Obyek dan Subyek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu Centro yang ada di Mall Ambarrukmo Plaza Jl. Laksda Adisucipto

Lebih terperinci

Diminta : Copyright Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.

Diminta :  Copyright Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved. 1. Teori Planned Behavior (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan tentang prilaku kepatuhan pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan control perilaku yang dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Pajak (DJP) terus bertambah dari tahun ketahun. Penambahan wajib

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Pajak (DJP) terus bertambah dari tahun ketahun. Penambahan wajib BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wajib Pajak (WP) yang terdaftar di bawah administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus bertambah dari tahun ketahun. Penambahan wajib pajak pada tahun 2006

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan pendapatan yang berguna bagi negara dalam membiayai pembangunan nasional. Oleh karena itu banyak pakar memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan negara merupakan sumber utama belanja negara disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Negara (APBN) yang meliputi penerapan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan untuk memiliki NPWP tidak berpengaruh terhadap kepatuhan menjadi

Lebih terperinci

Deden Tarmidi dan Waluyo Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 dan Universitas Mercu Buana dan

Deden Tarmidi dan Waluyo Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 dan Universitas Mercu Buana   dan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK, DENGAN PENDEKATAN PERILAKU DAN ETIKA (Studi Empiris Pada Perusahaan PMA Yang Terdaftar Di Kanwil DJP Jakarta Khusus) Deden Tarmidi dan Waluyo Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa berjalan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TAX COMPLIANCE WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN TRAVEL AGENT DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TAX COMPLIANCE WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN TRAVEL AGENT DI SURABAYA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TAX COMPLIANCE WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN TRAVEL AGENT DI SURABAYA Moh Turmudi (1) Drs. Saruwi, MBA., Ak. (2) & Afifuddin, SE., M.SA., Ak (3) Program

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Sudaryati 1), Gerlan Hehanusa 1) UPN Veteran Yogyakarta ABSTRACT

Oleh: Dwi Sudaryati 1), Gerlan Hehanusa 1)   UPN Veteran Yogyakarta ABSTRACT PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM DAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Oleh: Dwi Sudaryati 1), Gerlan Hehanusa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi, 2006). Masih menurut Suryadi, bagi Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di 30 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah mahasiswa program studi akuntansi Universitas Islam Indonesia. Kuesioner

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang dan akan terus melaksanakan pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Theory of Planned Behavior Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul

Lebih terperinci

Jurnal InFestasi Vol. 10 No. 1 Juni 2014 Hal

Jurnal InFestasi Vol. 10 No. 1 Juni 2014 Hal Jurnal InFestasi Vol. 10 No. 1 Juni 2014 Hal. 22-35 KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI SEMARANG DALAM PERSPEKTIF TAX PROFESSIONAL Aldila Oktavi Aini Judi Budiman Provita Wijayanti Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian 1. Sejarah Smartphone Xiaomi Salah satu perusahaan yang memproduksi smartphone adalah Xiaomi. Xiaomi sendiri mulai menjual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - Teori 1. Theory of Planned Behavior Dalam Theory of Planned Behavior dijelaskan bahwa prilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. Ini dapat terlihat dari peningkatan besarnya porsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang dianggap paling potensial, oleh karena itu pajak digunakan sebagai sumber pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1) mengatakan bahwa sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan program pemerataan pembangunan nasional. Pembangunan nasional ini bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) merupakan teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) merupakan teori yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Atribusi Teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KETIDAKPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK. (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2 Kabupaten Sukoharjo)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KETIDAKPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK. (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2 Kabupaten Sukoharjo) digilib.uns.ac.id 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KETIDAKPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2 Kabupaten Sukoharjo) TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Sumber penerimaan negara yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan ekonomi dan perkembangan sosial suatu bangsa dapat diwujudkan adanya sumber pendanaan yang tetap. Hingga saat ini sumber utama pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned Behavior, Teori Atribusi (Artibution Theory), dan Social Learning Theory (Teori Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian yang bertujuan untuk meneliti adanya pengaruh persepsi biaya, persepsi kenyamanan, dan persepsi resiko terhadap minat beli situs tokobagus.com. Karena itulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini negara Indonesia akan terus melakukan pembangunan nasional di berbagai bidang yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (Punarbhawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang memerlukan anggaran yang cukup besar tiap tahunnya untuk melakukan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-8

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-8 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-8 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS ( STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA KARANGANYAR ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Dominan dimaksud karena sebagian besar

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI 5.1 Deskripsi Umum Sampel Penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden maka hasil kuesioner yang layak dan secara penuh mengisi kuesioner berjumlah 134

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang masih memerlukan pembangunan pada berbagai aspek. Sumber pendanaan aktivitas pembangunan negara diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, semuanya dapat terwujud jika adanya bantuan dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, semuanya dapat terwujud jika adanya bantuan dari sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan pembangunan pada suatu negara demi mensejahterakan dan mempunyai manfaat bagi rakyatnya adalah cita-cita terbesar yang diinginkan oleh suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak,

BAB I PENDAHULUAN. membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sebagai bentuk iuran kepada negara yang disahkan oleh undang-undang dan bersifat memaksa, pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi reguler dan fungsi budgetair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam pelaksanaan pembiayaan pelayanan publik dan pengeluaran pemerintah lainnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN v vii ix 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN. Dyah Purnamasari, SE. M.Si. Ak

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN. Dyah Purnamasari, SE. M.Si. Ak PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN Dyah Purnamasari, SE. M.Si. Ak Abstrak Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan negara. Upaya pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Teori Atribusi (Atribution Theory) Teori Atribusi adalah teori kepatuhan Wajib Pajak terkait dengan sikap Wajib Pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup kemungkinan dapat menunjang pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kemauan Ikut Tax Amnesty Nama : Ni Luh Elya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan SUOT-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan SUOT- BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan SUOT- RD sebagai salah satu media evaluasi pembelajaran. Melalui penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV berisi tentang deskripsi responden, pengujian instrumen penelitian, pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan terhadap data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) di KPP Pratama Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WP OP yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Literatur Dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini harus sesuai dengan Metode penelitian, langkah awal yaitu melakukan studi literatur dan jurnal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya pasar bebas yang sedang terjadi telah menghilangkan batas ruang dan waktu setiap individu di dunia. Pasar bebas terjadi dalam berbagai sektor termasuk perekonomian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci