Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Dehidrasi Dehidrasi adalah penghilangan air dari suatu zat. Dehidrasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh zat dengan kemurnian yang lebih tinggi. Cara-cara dehidrasi dilakukan dengan prinsip pemisahan seperti destilasi, pervaporasi, ekstraksi, adsorpsi, dan pengeringan. Destilasi merupakan salah satu teknik pemisahan komponen zat cair yang didasarkan pada perbedaan titik didih. Pada destilasi, suatu campuran zat cair yang mampu campur dan mudah menguap, dipisahkan dengan jalan penguapan berdasarkan perbedaan titik didih sehingga menjadi komponen-komponennya. (Mc.Cabe,1985) Pervaporasi adalah proses pemisahan dimana campuran zat cair dikontakkan dengan suatu membran nonporous permselective. Salah satu komponen dipisahkan dari komponen lainnya dengan menggunakan membran tersebut. Salah satu komponen tersebut dievaporasikan (diuapkan) pada sisi downstream dari membran, dan hasilnya berupa uap. (Perry,1997) Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang digunakan untuk mengeluarkan satu komponen campuran dari zat padat atau zat cair dengan bantuan zat cair pelarut. Ekstraksi dapat digolongkan dalam 2 kategori. Kategori pertama yaitu ekstraksi padat, yang digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tak dapat larut. Kategori kedua ialah ekstraksi zat cair, yang digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan menggunakan suatu pelarut yang melarutkan salah satu zat dalam campuran itu lebih banyak dari yang satu lagi. Ekstraksi zat cair dapat digunakan bila pemisahan dengan destilasi tidak efektif lagi atau sangat sulit. (Mc.Cabe,1985) 5

2 Adsorpsi adalah proses pemisahan dimana komponen tertentu dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Secara umum proses yang terjadi yaitu partikel-partikel kecil zat penyerap (adsorben) ditempatkan di dalam suatu adsorber (kolom adsorpsi),kemudian fluida dialirkan melalui kolom adsorpsi tersebut sampai adsorben tersebut mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat berlangsung lagi. (Mc.Cabe,1985) Pengeringan berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu. Pemisahan air atau zat cair lain dari zat padat dapat dilakukan dengan memeras zat cair itu secara mekanik hingga keluar, atau dengan pemisah sentrifugal, atau dengan penguapan secara termal. (Mc.Cabe,1985) II.2 Standar Emisi Standar emisi diperlukan untuk membatasi jumlah polutan yang dibuang ke lingkungan. Secara umum, standar emisi difokuskan pada polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Standar emisi yang digunakan di Indonesia adalah Euro II. Standar Euro II membatasi emisi sampai 4,0 g CO/kWh, 1.1 g Hidrokarbon/kWh, 7.0 g NOx /kwh, 0.15 g partikel/kwh. ( II.3 Angka Oktan Angka oktan adalah angka yang menyatakan kandungan molekul iso oktan yang bercampur dengan n-heptan yang terdapat pada bahan bakar bensin. Iso oktan mampu mencegah preignition (pelentikan api) yang mengakibatkan ketukan, sedangkan n-heptan mempunyai karakteristik yang sebaliknya, yaitu mudah terbakar dengan sendirinya sebelum api busi melentik. (Daryanto,2003) Indeks anti-ketukan (anti-knocking index) bensin ditunjukkan dengan Research Octane Number (RON) dan Motor Octane Number (MON). RON diukur dengan cara menguji mesin saat berkecepatan rendah atau biasanya pada saat berkendaraan di dalam kota. Sedangkan MON diukur pada saat kendaraan berada 6

3 pada kecepatan tinggi yang mensimulasikan berkendaraan di jalan bebas hambatan. Pada sebagian besar komponen bahan bakar, nilai RON lebih besar daripada nilai MON. Perbedaan antara RON dan MON ditunjukkan pada tabel II.1 Tabel II.1 Perbandingan RON dan MON (Hamilton,1996) No Parameter RON MON 1 Kondisi Uji Mesin Research Octane Motor Octane 2 Metode Uji ASTM D [105] ASTM D [104] 3 Mesin Cooperative Fuels Cooperative Fuels Research ( CFR ) Research ( CFR ) 4 RPM Mesin 600 RPM 900 RPM 5 Temperatur Udara Masuk Bervariasi tergantung tekanan barometrik (misal 88kPa = 19.4 o C, 101.6kPa = 52.2 o C) 38 o C 6 Kelembaban Udara Masuk g H 2 O / kg g H2O / kg udara kering udara kering 7 Temperatur Campuran Masuk Tidak terspesifikasi 149 o C 8 Temperatur Pendingin 100 o C 100 o C 9 Temperatur Pelumas 57 o C 57 o C Semakin tinggi angka RON dan MON suatu bahan bakar berarti semakin baik pula kualitasnya. Angka RON dan MON ini dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan zat aditif ke dalam suatu bahan bakar bensin. Berikut ini adalah tabel perbandingan nilai RON dan MON untuk beberapa senyawa. Tabel II.2 Perbandingan nilai RON dan MON untuk beberapa senyawa (Hamilton,1996) No Senyawa RON MON Titik Didih Normal ( o C) 1 Metanol Etanol IPA MTBE ETBE

4 Terdapat beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan pengungkit angka oktan. Bahan-bahan Pengungkit angka oktan tersebut antara lain Tetra Etil Lead (TEL), Tetra Metil Lead (TML), Metil Tertiari Butil Eter (MTBE), etanol, metanol, Iso Propil Alkohol (IPA). Tetra Etil Lead ((C 2 H 5 ) 4 Pb) merupakan zat organolead yang dibuat melalui reaksi campuran natrium-timbal dengan etil iodida. TEL dan TML ini kemudian menjadi salah satu bahan kimia yang penting karena berguna sebagai bahan antiknock pada kendaraan-kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. (Kirk-Othmer,1966-c) Zat-zat organolead bersifat relatif kurang stabil dan mudah terdekomposisi. TEL terdekomposisi pada temperatur 100 C dan TML terdekomposisi pada temperatur 265 C. Zat-zat organolead ini bersifat racun, oleh karena itu penggunaannya dilarang dikemudian hari, karena cukup berbahaya bagi kesehatan. Kandungankandungan zat yang dikeluarkan oleh TEL dan TML ini mencemari udara, dan akibatnya berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini merupakan sifat-sifat fisik dari TEL dan TML. (Kirk-Othmer,1966-c) Tabel II.3 Sifat-sifat fisik Tetra Etil Lead dan Tetra Metil Lead (Kirk-Othmer,1966-b) Sifat-sifat fisik Tetra Etil Lead Tetra Metil Lead Titik Leleh (K) Titik Didih ( C) Densitas (g/ml) Viskositas (cp) Tegangan permukaan ΔH pembentukan Kapasitas panas (cp) 135,6-142,9 78 1,6528 0,864 28,48 dyn/cm 12,8 kcal/mol 33,65-62,6 cal/mol. C 242, ,9952 0,572 23,5 kcal/mol 24,2-36,4 cal/mol. C Setelah diketahui bahwa kandungan-kandungan zat yang dihasilkan oleh TEL dan TML mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan, kemudian dikembangkan bahan pengungkit angka oktan lain yaitu MTBE. MTBE merupakan liquid jernih dengan rumus molekul (CH 3 ) 3 COCH 3, yang memiliki sifat yang mudah menguap, dengan viskositas yang rendah pada temperatur ruangan, dan beraroma eter. Zat 8

5 ini larut dalam air, eter, alkohol dan beberapa larutan organik. MTBE terbuat dari reaksi isobutilen dengan metanol, yang juga melibatkan katalis resin ion-exchange asam seperti sulfonat stirena-divinil benzen pada temperatur 100 C. MTBE ini diproduksi dalam skala besar sebagai bahan antiknock untuk menggantikan TEL dan TML. Penggunaan MTBE ini mengurangi emisi yang menyebabkan pencemaran udara. Namun kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan ini, dan ternyata bahan ini bersifat karsinogenik, dan akan berbahaya jika larut dalam air tanah dan terminum oleh manusia. ( Bahan pengungkit angka oktan lainnya yang dikenal lebih ramah lingkungan yaitu etanol dan metanol. Etanol merupakan senyawa alkohol dengan rumus molekul C 2 H 5 OH, yang berupa liquid tidak berwarna, larut dalam air, eter, kloroform dan aseton. Dibuat dengan cara fermentasi, dan juga proses pengoksidasian etanal. Metanol adalah senyawa alkohol dengan rumus molekul CH 3 OH, dengan berat molekul 32,4, berupa liquid tidak berwarna, larut dalam air, alkohol lainnya, eter. Sifat-sifat fisik dari senyawa MTBE, etanol, dan metanol dapat dilihat dalam tabel II.3. (Perry,1997) Tabel II.4 Sifat-sifat fisik MTBE, etanol,dan metanol (Perry,1997) Sifat-sifat fisik MTBE Etanol Metanol Titik didih ( C) Titik Leleh ( C) Spesifik gravity Kelarutan dalam air (g/l) Flash point ( C) 55, ,74 4,5-5, pada 25 C , ,789 tak terhingga 64, ,792 tak terhingga Zat lain yang juga dapat digunakan sebagai bahan pengungkit angka oktan yaitu isopropanol. Isopropanol atau iso propil alkohol (CH 3 CHOHCH 3 ) merupakan bentuk yang paling sederhana dari alkohol sekunder. Isopropil alkohol merupakan zat tidak berwarna, dengan titik didih rendah, dan beraroma alkohol. Sifat-sifat fisik iso propil alkohol dapat dilihat dalam tabel II.5. (Kirk-Othmer,1966-c) 9

6 Tabel II.5 Sifat-sifat fisik iso propil alkohol (Kirk-Othmer,1966-c) Sifat-sifat fisik Titik beku ( C) Titik didih ( C) Densitas (g/ml) Viskositas (cp) Tegangan permukaan (dyn/cm) Temperatur kritis ( C) Tekanan kritis (atm) Panas spesifik (cal/g. C) -89,5 82,4 pada 760 mmhg 0,7864 pada 20 C 0,7809 pada 25 C 2,431 pada 20 C 21,7 pada 20 C 234,9 53 0,608 pada 20 C Sejauh ini isopropil alkohol ini antara lain digunakan untuk produksi aseton, selain itu digunakan juga sebagai salah satu komponen dalam industri karet, juga digunakan sebagai pelarut dan bahan kimia intermediate dalam pembuatan gliserol, amina, ester asetat, dsb., Sebagai pelarut, khususnya dalam proses ekstraksi dan atau pemurnian dalam pembuatan vitamin, resin, lilin,dsb.,penyingkir air dalam bahan bakar cair, Anti-freeze agent, dan saat ini akan dikembangkan sebagai salah satu zat aditif peningkat angka oktan. (Kirk-Othmer,1966-c) Terdapat 3 tingkatan dari iso propil alkohol terutama dalam hal kandungan air, yaitu : 91 volume %, 95 volume %, dan anhidrat. Tabel II.6 Spesifikasi tipe-tipe iso propil alkohol (Kirk-Othmer,1966-c) Kandungan Kemurnian, %vol, min. Specific gravity, 20/20 C, min Max Keasaman,% berat asam asetat, max Nonvolatile matter, mg/100 ml, max Warna, Pt-Co, max Kandungan air, %berat, max Grade 91% 95% Anhidrat 91,0 95,0 99,8 0,8175 0,8035 0,8185 0,8055 0,7866 0,002 0,002 0, ,1 10

7 Iso propil alkohol merupakan zat yang berpotensial untuk digunakan sebagai bahan bakar karena memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan pertama yaitu bahwa propana yang merupakan salah satu produk samping dari kilang minyak bumi tersedia dalam jumlah yang cukup besar, dapat dibuat menjadi IPA, sehingga penggunaannya cukup tepat sebagai bahan aditif pada daerah penghasil migas, sebagai contoh, jumlah produksi propana pada kilang PT Badak adalah sekitar m 3 /hari atau sekitar ton/hari. Keunggulan kedua yaitu IPA kering (anhidrat) merupakan komponen pencampur beroktan cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja kendaraan bermotor karena merupakan (nilai RON 118 dan nilai MON 98). Keunggulan ketiga yaitu IPA bersifat tidak korosif pada mesin kendaraan berbahan bakar bensin sehingga memiliki keunggulan bila dibandingkan metanol. Metanol memiliki sifat korosif pada mesin bensin sehingga apabila digunakan sebagai zat aditif, mesin kendaraan harus diganti dengan mesin baru yang tahan korosi terhadap metanol. Penggantian mesin tersebut membutuhkan biaya mahal, sehingga metanol tidak dapat dipakai sebagai aditif bensin. Jadi, walaupun metanol memiliki angka RON dan MON yang lebih besar daripada IPA tetapi metanol tidak dapat digunakan karena sifatnya yang korosif tersebut. Keunggulan keempat yaitu bahwa penyalahgunaan terhadap IPA jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan etanol. Harga jual etanol apabila dibuat menjadi minuman keras lebih tinggi dibandingkan harga jual etanol bila dibuat menjadi aditif bahan bakar, sehingga pembuatan etanol menjadi aditif memungkinkan untuk disalahgunakan menjadi bahan minuman keras. II.4 Adsorpsi Adsorpsi adalah proses pemisahan dimana komponen tertentu dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Secara umum proses yang terjadi yaitu partikel-partikel kecil zat penyerap (adsorben) ditempatkan di dalam suatu adsorber (kolom adsorpsi), kemudian fluida dialirkan melalui kolom adsorpsi tersebut sampai adsorben tersebut mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat berlangsung lagi. Dengan cara ini, komponen-komponen dari larutan gas atau cairan bisa dipisahkan satu sama lain. (Mc.Cabe,1985) 11

8 Proses pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan adsorben lebih erat daripada molekul-molekul lainnya. Dalam kebanyakan hal, komponen yang diadsorpsi atau adsorbat melekat sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu secara menyeluruh dari fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap komponen lain. (Mc.Cabe,1985) Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben adalah bahan-bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu di dalam partikel itu. Oleh karena pori-pori itu biasanya sangat kecil, luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar dari permukaan luar. Adsorben yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat digunakan kembali untuk proses adsorpsi. (Mc.Cabe,1985) Adsorben dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya terhadap air, berdasarkan ukran pori, dan berdasarkan bahannya. Klasifikasi adsorben berdasarkan sifatnya terhadap air adalah sebagai berikut Tabel II.7 Klasifikasi adsorben berdasarkan sifatnya terhadap air (Perry,1997) Wujud Struktur Hidrofobik Polimer-polimer karbon aktif Carbon molecular sieve,silikat Hidrofilik Silika gel Alumina aktif Zeolit Molecular sieve Zeolit-zeolit: 3A(KA), 4A(NaA), 5A(CaA), 13X(NaX), Mordenite, Chabazite. Berdasarkan ukuran pori, adsorben dapat diklasifikasikan sebagai berikut Tabel II.8 Klasifikasi adsorben berdasarkan ukuran pori (Perry,1997) Tipe Ukuran pori (ω) Mikropori ω < 2nm Mesopori 2 nm < ω < 50 nm Makropori ω > 50 nm 12

9 Sedangkan klasifikasi adsorben berdasarkan bahannya terdiri dari adsorben organik dan adsorben anorganik. Adsorben organik adalah adsorben yang berasal dari bahan-bahan yang mengandung pati. Adsorben ini sudah mulai digunakan sejak tahun 1979 untuk mengeringkan berbagai macam senyawa. Beberapa tumbuhan yang biasa digunakan untuk adsorben diantaranya adalah singkong, jagung, dan gandum. Kelemahan dari adsorben ini adalah sangat bergantung pada kualitas tumbuhan yang akan dijadikan adsorben. Oleh karena itu, adsorben ini tidak dipilih dalam penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan adsorben anorganik merupakan adsorben yang bukan berasal dari bahan-bahan organik. Adsorben ini mulai dipakai pada awal abad ke-20. Dalam perkembangannya, pemakaian dan jenis dari adsorben ini semakin beragam dan banyak dipakai orang. Penggunaan adsorben ini dipilih karena berasal dari bahan-bahan non pangan, sehingga tidak terpengaruh oleh ketersediaan pangan dan kualitasnya cenderung sama. (Perry,1999) Dalam proses dehidrasi, molecular sieve merupakan jenis adsorben yang paling banyak digunakan. Molecular sieve merupakan sintesis berpori dari kristal zeolit dan metal aluminosilicates. Adsorben ini bisa menyerap semua air yang ada karena luas permukaannya cukup luas. Sangkar kristal adsorben ini dapat menjebak adsorbat sehingga dapat teradsorpsi. Ukuran diameter dipengaruhi oleh komposisi kristal yang kemudian menentukan ukuran molekul yang dapat terserap. Terdapat 9 ukuran yang tersedia dari 3 A hingga 10 A, dalam wujud butir ataupun serbuk. (Treybal,1968) Gambar II.1 Molecular sieve ukuran 4 A 13

10 Regenerasi atau pengeringan adsorben merupakan proses penting dari keseluruhan proses adsorpsi. Pengeringan merupakan pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair dari bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair. Pada dasarnya ada 4 metode regenerasi adsorben yaitu regenerasi dengan menggunakan temperatur, regenerasi ini terdiri dari 2 cara yaitu dengan pemanasan atapun pendinginan. Metode kedua adalah regenerasi dengan menggunakan tekanan. Metode ketiga yaitu regenerasi dengan menggunakan fluida inert tanpa impurities, dan metode keempat yaitu displacement purge. (Perry,1999) Tipe-tipe Adsorpsi ada 2 yaitu adsorpsi fisik dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang terjadi akibat gaya interaksi tarik-menarik antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Adsorpsi ini dikenal juga dengan adsorpsi Van der Waals. Dalam adsorpsi ini tidak terjadi interaksi kimia antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Sedangkan adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi akibat interaksi kimia antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Proses adsorpsi ini biasanya tidak reversible. (Hougen dan Watson, 1948) Dalam industri, proses adsorpsi dapat diaplikasikan dalam 2 fasa yaitu fasa liquid dan fasa gas. Contoh aplikasi fasa liquid antara lain penghilangan warna (decolorizing), pemekatan dari fraksi minyak bumi (pelarut, bahan bakar, pelumas, lilin(wax)), menghilangkan warna, rasa, dan bau pada air (untuk menghasilkan air bersih), penjernihan pada pembuatan minyak goreng, penjernihan pada pembuatan gula sirup, klarifikasi pada industri makanan dan farmasi, proses recovery pada pembuatan vitamin dan produk-produk fermentasi lainnya, proses pengolahan air limbah, penghilangan garam-garam dari aliran proses, pemisahan fasa liquid dari senyawa aromatik dari hidrokarbon. Untuk fasa gas, aplikasinya antara lain dehidrasi dari gas-gas, penghilangan bau dan penghilangan gas beracun pada sistem ventilasi atau dari vent gas untuk mengontrol polusi udara, pemisahan gas-gas pada temperatur rendah, pemisahan fasa gas pada gas-gas hidrokarbon. (Kirk-Othmer,1966-a) 14

11 Kolom yang digunakan untuk proses desorpsi ada beberapa jenis yaitu adsorber unggun tetap (fixed bed adsorber), adsorber tangki aduk, dan adsorber kontinu. Proses adsorpsi dalam fixed bed adsorber sebagai berikut, fluida dialirkan ke dalam unggun yang sudah diisi dengan partikel-partikel adsorben, sesuai dengan laju alir yang sudah ditentukan, dan penurunan tekanan yang diijinkan, proses dihentikan sampai waktu tertentu dengan konsentrasi zat terlarut sudah mencapai nilai tertentu. Kemudian adsorben yang telah jenuh diregenerasi. Contoh penting mengenai adsorpsi dalam fixed bed untuk fasa cair ialah penggunaan karbon aktif untuk membersihkan zat pencemar dalam limbah cair. (Mc.Cabe,1985) Jenis kolom adsorpsi yang lain yaitu adsorber tangki aduk. Proses yang terjadi dalam adsorber tangki aduk adalah sebagai berikut partikel-partikel adsorben dimasukkan ke dalam tangki berisi umpan cair yang ingin dipisahkan, dengan bantuan pengaduk, terjadi proses adsorpsi dari zat cair tersebut. Pemisahan adsorben bekas pakai dilakukan dengan cara sedimentasi dan filtrasi. Proses ini dapat dilakukan dengan sistem batch ataupun sistem kontinu. Contoh penerapan adsorber tangki aduk, yaitu dalam pengolahan air limbah. (Mc.Cabe,1985) Jenis kolom yang lainnya adalah adsorber kontinu. Dalam adsorber kontinu, proses adsorpsi gas atau zat cair dilaksanakan dengan cara yang benar-benar kontinu dengan membuat zat padat itu bergerak di dalam unggun secara lawan arah terhadap aliran fluida. Partikel-partikel zat padat dibiarkan mengalir ke bawah dengan gravitasi melalui bagian adsorpsi dan bagian regenerasi dan kemudian dikembalikan dengan angkat udara (air-lift) atau dengan konveyor mekanik ke puncak kolom. Contoh adsorber kontinu adalah hipersorber. (Mc.Cabe,1985) 15

12 Pada adsorpsi di dalam unggun tetap (fixed bed), konsentrasi fase fluida dan fase zat padat berubah menurut waktu dan menurut posisinya pada unggun. Laju adsorpsi pada unggun tetap dapat dijelaskan dengan konsep Zona Perpindahan Massa atau Mass Transfer Zone (MTZ) seperti gambar II.2. Gambar II.2. Mass Transfer Zone (MTZ), Length of Unused Bed (LUB), Stoichiometric front (Walas,1988) Mass Transfer Zone (MTZ) adalah daerah dimana sebagian besar perubahan konsentrasi berlangsung atau proses penyerapan adsorbat ke adsorben berlangsung. Jika adsorben yang berada di daerah influent sudah jenuh, maka MTZ akan bergerak kearah effluent. Terdapat juga daerah stoichiometric front, daerah ini merupakan daerah dimana kandungan adsorbat sama dengan nilai jenuh dari adsorben. Daerah antara stoichiometric front dengan keluaran (effluent) dari unggun disebut Length of Unused Bed (LUB) atau merupakan daerah yang adsorbennya belum terpakai. (Walas,1988) Gambar II.3. Kurva Breakthrough (Walas,1988) 16

13 Gambar II.3 merupakan gambar kurva breakthrough. Kurva breakthrough merupakan kurva yang menyatakan hubungan antara konsentrasi adsorbat pada effluent dengan waktu atau volume. Titik breakthrough adalah titik saat konsentrasi bahan yang diserap pada adsorbat mencapai titik batas maksimum penyerapan adsorbat terhadap efluent tersebut. Kapasitas adsorpsi dipengaruhi oleh laju alir, temperatur dan tingkat keasaman. Adsorpsi sudah tidak terjadi ketika konsentrasi effluent pada adsorbat mencapai % dari konsentrasi influent.(walas,1988) Dalam proses adsorpsi, hubungan keseimbangan antara konsentrasi dalam fasa fluida dan konsentrasi di dalam partikel adsorben pada suhu tertentu disebut sebagai isotherm adsorpsi. Beberapa contoh bentuk isotherm ditunjukkan dalam gambar II.4 berikut Gambar II.4 Macam-macam isotherm adsorpsi (Geankoplis,1993) Isoterm adsorpsi menyatakan hubungan keseimbangan antara konsentrasi dalam fasa fluida (c) dan konsentrasi zat di dalam partikel adsorben (q) pada suhu tertentu. Jenis isotherm yang pertama adalah isoterm linear. Isoterm linear mengikuti garis lurus melalui sumbu koordinat, isotherm ini menunjukkan bahwa kuantitas zat yang diadsorpsi sebanding dengan konsentrasi di dalam fasa fluida. Isoterm ini mengikuti persaman hukum henry seperti berikut: q = Kc (II.1) dimana K merupakan konstanta yang ditentukan dari hasil eksperimen. (Geankoplis,1993) 17

14 Jenis isotherm lainnya adalah isoterm Freundlich. Isoterm Freundlich mengasumsikan bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Isoterm ini memiliki bentuk yang cembung ke atas (cenderung), hal ini menunjukkan bahwa pemuatan zat di dalam padatan relatif tinggi sedangkan konsentrasi zat di fasa fluida relatif rendah. Isotherm Freundlich memiliki persamaan sebagai berikut : q = Kc n (II.2) dimana K dan n merupakan konstanta yang ditentukan dari eksperimen (Geankoplis,1993) Jenis isotherm lainnya yaitu isoterm Langmuir. Isoterm ini mengasumsikan bahwa adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya, tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap, semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama, hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum. Isotherm Langmuir memiliki persamaan sebagai berikut : q q = o c (II.3) K + c dimana K dan q o merupakan konstanta empiris yang diperoleh dari eksperimen (Geankoplis,1993) Isoterm Langmuir ini merupakan jenis yang cenderung. Bila Kc>1, bentuk isotherm menjadi sangat cenderung, sedangkan bila Kc<1, isotherm itu mendekati linear. Namun sayang sekali, isotherm Langmuir yang dasar teoritisnya sederhana tidak menunjukkan kecocokan dengan kebanyakan sistem adsorpsi fisika. (Mc.Cabe,1985) 18

Bab III Rancangan Penelitian

Bab III Rancangan Penelitian Bab III Rancangan Penelitian III.1 Metodologi Secara Umum Dehidrasi iso propil alkohol dengan metode adsorpsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh senyawa IPA dengan kadar minimal 99,8%-vol, yang

Lebih terperinci

DEHIDRASI ISO PROPIL ALKOHOL TESIS LELYANA OKTAVIANINGSIH ABADI NIM : Program Studi Teknik Kimia

DEHIDRASI ISO PROPIL ALKOHOL TESIS LELYANA OKTAVIANINGSIH ABADI NIM : Program Studi Teknik Kimia DEHIDRASI ISO PROPIL ALKOHOL TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: LELYANA OKTAVIANINGSIH ABADI NIM :23005002 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Hasil Konstruksi Kolom Adsorpsi Berdasarkan rancangan dari kolom adsorpsi pada gambar III.1., maka berikut ini adalah gambar hasil konstruksi kolom adsorpsi : Tinggi =1,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten) Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan SINTESIS BUTANOL Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat adalah industri n-butanol. n-butanol yang memiliki rumus kimia C 4 H 9 OH, merupakan produk hasil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 Adsorpsi 2.1.1 Pengertian Adsorpsi Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK

BAB II PERANCANGAN PRODUK BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Tabel Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Sifat Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Acrylonitrile Produk Air Bahan Baku Ethylene

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 83 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA FISIK DAN KIMIA BBM PERTAMINA Data Fisik dan Kimia tiga jenis BBM Pertamina diperolah langsung dari PT. Pertamina (Persero), dengan hasil uji terakhir pada tahun

Lebih terperinci

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK Draf Jurnal Ilmiah : ADIWIDIA UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK Benyamin Tangaran 1, Rosalia Sira Sarungallo 2,

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Stearat Monoetanolamida Asam stearat monoetanolamida mempunyai rumus molekul HOCH 2 CH 2 NHCOC 17 H 35 dan struktur molekulnya Gambar 2.1 Struktur molekul Asam stearat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Adsorpsi Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekulmolekul tadi mengembun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biomassa Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi. Biomassa mengacu pada material yang berasal dari makhluk hidup, tidak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini energi sangat diperlukan dalam menjalankan berbagai aktivitas khususnya di Indonesia, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk aktivitas produksi berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun.

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: Sifat fisik dan kimia bahan 1. NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS 36.000 TON/TAHUN Oleh : SISKAWATI DYAH SULISTYA UTAMI Dosen Pembimbing : Dr. Ir. H. Ahmad M. Fuadi, M.T. Hamid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II NJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetat Anhidrat Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tebu merupakan tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Indonesia memiliki hasil perkebunan yang melimpah, menurut

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pendinginan Proses pendinginan merupakan proses pengambilan kalor/panas dari suatu ruang atau benda untuk menurunkan suhunya dengan jalan memindahkan kalor yang terkandung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan hidrogen sebagai energi alternatif pengganti energi dari fosil sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan karena hidrogen termasuk energi yang dapat diperbarui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alkena Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C. Suku alkena yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Jumlah atom H pada gugus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Di dalam mesin kendaraan bermotor, idealnya campuran udara dan bahan bakar (bensin) dalam bentuk gas yang masuk, ditekan oleh piston sampai volume yang sangat kecil, kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLUTAN LOGAM BERAT Pencemaran lingkungan dengan zat beracun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan industri [8]. Aktivitas berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Arang Aktif Arang adalah bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon. Sebagian besar dari pori-porinya masih tertutup dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat di Indonesia menyebabkan pula tingginya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). Sebagian besar kendaraan bermotor

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

MAKALAH PRAKTIKUM HYSYS LPG RECOVERY PLANT

MAKALAH PRAKTIKUM HYSYS LPG RECOVERY PLANT MAKALAH PRAKTIKUM HYSYS LPG RECOVERY PLANT Disusun oleh: Aprilianti Melinda 3335132582 Nurul Eka Ramadhini 3335131696 Tuti Andriyani 3335130672 Yunita Parviana 3335131676 JURUSAN TEKNIK KIMIA - FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi bahan bakar alternatif (biofuel) saat ini mendapat perhatian lebih dari beberapa pemerintahan di seluruh dunia. Beberapa pemerintahan telah mengumumkan komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menipisnya cadangan minyak bumi, masalah lingkungan yang terus memburuk (global warming), dan ketidakstabilan energi menyebabkan manusia harus mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MINYAK KELAPA SAWIT Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia [11]. Produksi CPO Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya energi baik energi yang bersifat terbarukan maupun energi yang bersifat tidak terbarukan. Namun demkian, eksplorasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaksi esterifikasi antara asam karboksilat dengan alkohol bersifat reversible, sehingga untuk membuat kesetimbangan reaksi berjalan ke arah pembentukan ester dapat

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan bahan kimia dalam negeri masih banyak didatangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan pabrik metil tert butil eter dari metanol dan isobutene Kapasitas ton per tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan pabrik metil tert butil eter dari metanol dan isobutene Kapasitas ton per tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan dan perubahan zaman, industri kendaraan bermotor ikut mengalami perkembangan. Perkembangan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu penyiapan aditif dan analisa sifat-sifat fisik biodiesel tanpa dan dengan penambahan aditif. IV.1 Penyiapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet, Kapasitas 10.000 ton / tahu BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Metil benzoat merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan dalam industri. Kegunaanya antara lain sebagai pelarut cat, zat aditif untuk pestisida,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Butanol dari Molasses Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Butanol dari Molasses Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini mengarah kepada usaha untuk mengurangi efek global warming atau pemanasan global. Salah satu cara mereduksi gas rumah kaca adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci