PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99mTc- PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99mTc- PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG"

Transkripsi

1 J/6 ISSN Widyastut, dkk. PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99mTc- PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG Widyastuti, Sri Aguswarini, Cecep Taufik, Anna Roseliana, Agus Ariyanto, Abdul Mutalib Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka - BATAN ABSTRAK PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99mTc_PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG. Telah dilakukan penelitian terhadap 2 jenis senyawa HYNIC sebagai ligand penghubung pada penandaan 2 macam senyawa peptida yaitu BPTl dan TOC dengan 99mTc.Penandaan peptida tersebut dengan 99mTcdilakukan dengan menggunakan 2 macam metoda konjugasi, dimana untuk BPTI digunakan NHS-HYNIC sedangkan untuk TOC digunakan BOC HYNIC, kemudian akan dibandingkan ejisiensi penandaan kedua hasil konjugasi ini serta stabilitas peptida bertandanya. Hasil konjugasi diidentifikasi dengan HPLC fasa balik dan kemurnian radiokimia dianalisa dengan HPLC dan kromatograji lapis tipis/ kromatograji kertas. Vji biodistribusi dilakukan pada tikus normal untuk melihat sifat farmakokinetika peptida bertanda tersebut. Dilakukan juga uji stabilitas in vitro menggunakan cystein challenge sebagai simulasi stabilitas di dalam tubuh. Hasil pengujian dengan HPLC menunjukkan polaritas yang mirip antara kedua peptida yang belum dan yang sudah ditandai dengan 99mTc. Kemurnian radiokimia 99mTc_HYNIC_BPTI dan 99mTc-HYNIC-TOC yang dianalisis dengan kromatograji kertas/lapis tipis berturut-turut adalah % dan %. Hasil uji biodistribusi menunjukkan akumulasi tertinggi pada ginjal dan kandung kemih, dan cacahan pada organ dan jaringan lainnya relatifrendah. Ilasil uji stabilitas dalam cystein (cystein challenge) setelah satl/jam inkl/hasi I/ntuk kedua sediaan tersebut tidak menunjl/kkan penl/runan kemurnian radiokimia yang herarti. Ilasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan NHS-HYNIC maupun BOC-HYNIC demikian juga perbedaan metoda konjugasi tidak memberikan perbedaan yang berarti pada ejisiensi penandaan 99mTc_peptida, tetapi metoda konjugasi menggunakan BOC-HYN IC memerlukan waktu pengerjaan yang lama serta jenis reagen yang lebih banyak. Kedua sediaan peptida tersebut mempunyai sifat farmakokinetika yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai perunut. Kata kunci : Peptida, 99mTc, ligan, penandaan ABSTRACT COMPARISON OF 99mTc_PEPTIDE LABELING METHOD USING TWO KINDS OF HYNIC LIGAND AS LINKER. Experiment using 2 kinds of HYN IC in 99mTclabeling on 2 kinds of peptides.i.e BPTI and TOC has been carried out. Labeling of these peptides with 99mTc were carried out using different conjugation methods and different kinds of HYNIC, for this purpose NHS-HYNIC was used for BPTl while BOC-HYNIC was used for TOC, and then their labelling efficiency and stability were compared. Labeling efficiency was analysed using RP-HPLC and paper chromatography and thin layer chromatography (TLC), and biodistribution study to examine their pharmacokinetic behavior was done I hour after injection on normal mice. HPLC results showed that all radiolabeled peptides have similar polarity as their unlabeled conjugates, and chromatography result (from both paper and TLC) showed that the labeling efficiency of99m Tc - HYNIC-BPTI and 99mTc-HYNIC_TOC were 87.33% and 85.88% respectively. The cystein challenge test for 99mTc_HYNIC_BPTI and 99mTc_HYNIC_TOC after I hour did not give significant difference. Biodistribution study showed that all labeled peptides were accumulated mainly in kidney and bladder. Both NHS-HYNIC and BOC-HYNIC, as well as the different conjugation methods do not give significant difference in labeling efficiency of99mtc-peptides, but conjugation method using BOC-HYNIC is more time consuming and need more various reagents. It can be concluded that these peptide based radio pharmaceuticals have a good prospects to be used as imaging agents. Keywords: Peptide, 99mTc, ligand, labeling PENDAHULUAN Peptida 99m atau berukuran radioisotop keeil pemanear yang dilabel y lainnya dengantelah Tediketahui mempunyai potensi sebagai perunut tumor dan beberapa penyakit lainnya dalam kedokteran nuklir. Peptida merupakan salah satu senyawa yang diandalkan dalam penelitian radiofarmaka dewasa ini, disebabkan oleh beberapa

2 Widyastut, dkk. ISSN Il7 faktor antara lain mudah diperoleh dari hasil sintesa, afinitas yang tinggi terhadap reseptor pada jaringan sasaran dan ukuran molekulnya kecil sehingga mudah diekskresi dari sistim peredaran darah (2,3). Ketersediaan Tc-99m di rumah-sakit rumahsakit dalam bentuk generator Tc-99m membuat para ilmuwan tertarik untuk dapat menandai peptida dengan Tc-99m, tetapi hasil yang diperoleh masih belum memuaskan. Hal ini disebabkan oleh tingginya aktivitas farmakologi dari beberapa jenis peptida yang digunakan. Oleh karena itu jumlah peptida yang digunakan harus sekecil mungkin, sehingga diperlukan efisiensi yang tinggi pada proses penandaan dan stabilitas kompleks yang tinggi pula. Untuk itu diperlukan suatu senyawa pengkhelat yang dapat mengikat Tc-99m sekaligus mengikat peptida yang disebut "bifunctional chelator" (BFC), dan salah satu senyawa BFC yang memenuhi syarat untuk itu ialah Hydrazino Nicotinamid (HYNIC) (I). Penandaan peptida dengan Tc-99m menggunakan HYNIC sebagai BFC berbeda dengan pengkhelat lainnya, karena disini Tc-99m berikatan dengan gugus hydrazino membentuk ikatan Tc-N yang kurang stabil, sehingga diperlukan suatu co-ligand untuk menstabilkan molekul tersebut, dimana salah satunya adalah trisin. Dalam penelitian ini akan dikaji hasil penandaan 2 macam peptida dengan Tc-99m menggunakan HYNIC sebagai BFC dan trisin sebagai co-ligand melalui serangkaian pengujian antara lain kemurnian radiokimia, stabilitas in vitro dan biodistribusi (untuk melihat sifat farmakokinetikanya). Peptida yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah Tyr3 -octreotide (TOC) dan BPTI. TOC merupakan analog somatostatin yang telah diketahui mempunyai afinitas yang tinggi pada tumor, sedangkan BPTI merupakan peptida yang mirip (ukuran maupun sifat farmakokinetika) dengan HNE-2, dimana HNE-2 telah dibuktikan pada beberapa publikasi internasional mempunyai sifat dapat terlokalisasi secara spesifik pada jaringan yang mengalami intlamasi/infeksi. Pada penelitian ini BPTI digunakan sebagai model pengganti HNE-2, karena BPTI tersedia di pasaran. BAHAN DAN TAT A KERJA Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan ialah NHS-HYNIC (Polatom, Poland), BPTI (Aprotinin, Sigma A 1153), Tricine (Sigma), buffer NH4-asetat 0.25 M ph 5.2, buffer fosfat-salin (PBS) 0.5 M ph 7.2, N,N-Dimetil formamida anhidrat (DMF, Aldrich), SnC12.2H20 (Merck), Generator Tc-99m (BATEK), BOC-HYNIC (P2RR), BOC-TOC, 0 (7-azabenzotriazolil)-I, I,3,3-tetrametiluronium heksatlorofosfat (HA TU, Aldrich), N,N Diisopropiletilamin (Aldrich), Tioanisol (Aldrich), asetonitril (Merck), Asam tritluoroasetat (Merck), air demin, air bidestilata steril (IPHA), larutan HCI 0.0 I N, larutan NaOH I N, gas nitrogen, dan lain lain. Alat alat yang digunakan ialah peralatan gelas, misalnya vial 2 cc, 5 cc dan 10 cc, tabung mikro, tabung reaksi, dan lain lain, pipet eppendorf berbagai ukuran, syringe berbagai ukuran, kolom Sephadex G-25 (PD-IO, Pharmacia), kolom Seppak C-18 (Waters), timbangan, ph-meter, kertas indikator ph, spektrofotometer UV dengan mikro kuvet, HPLC (Shimadzu) dengan kolom C 18, peralatan kromatografi kertas/lapis tipis, alat pencacah gamma (GiC & mini assay), dan lain lain. Tata Kerja a. Konjugasi HYNIC-BPTI mg larutan BPTI dicampurkan dengan larutan NHS-HYNIC (dalam DMF bebas air), jumlah molar NHS-HYNIC 3 atau 5 kali molar BPTl, dan volume DMF tidak lebih dari 10 % volume total campuran reaksi. Campuran reaksi diinkubasi pad a suhu ruangan selama men it, kemudian dimurnikan melalui kolom Sephadex G-25 (PD- I0) dengan eluen buffer NH4-asetat 0.25 M ph 5.2. Kadar konjugat ditentukan dengan spektrofotometer UV pada 280 nm, dan konjugat dapat disimpan pada 20DC bila tidak akan langsung digunakan. HYNIC-TOC 1.3 mg BOC-HYNIC, 2 mg HATU dan 5 mg diisopropiletiamin (DEA) dalam 300 J.llDMF kering direaksikan selama 30 menit pada suhu ruangan. 60 J.l1dari larutan ini direaksikan dengan I mg BOC- TOC (yang telah dilarutkan dalam 20 J.l1DMF + 5 J.l1air) dan diinkubasi selama I jam. Perbandingan molar BOC-HYNIC dan HATU terhadap BOC-TOC kurang lebih 1.5 : I. Larutan reaksi ditambah 5 ml air untuk menghentikan reaksi, kemudian dilewatkan ke dalam kolom SEPP AK C 18 yang telah dikondisikan, dibilas dengan 5 ml Prosiding PPI PDlPTN 2006

3 /18 ISSN Widyastut, dkk. air dan dielusi dengan I ml asetonitril. Larutan reaksi diuapkan dalam vakum hingga volume 100 Ill, kemudian ditambahkan 10 III tioanisol dan 300 III TFA dan diinkubasi selama 5 menit untuk menghilangkan gugus BOC (deproteksi) kemudian diuapkan hingga kering, dan dilarutkan dalam 100 Ill.etanol 50 %. Konjugat HYNIC-TOC dianalisa dengan HPLC fasa balik dengan eluen 0.1 % TF A/air dan asetonitril secara gradien. Konjugat disimpan pada -20 C bila tidak akan langsung ditandai. b. Penandaan Tc99m-HYNIC-peptida Ilg konjugat direaksikan dengan larutan trisin (100 mglml dalam air), 1-5 mci Tc99m dan 5-25 'Ill larutan SnC12.2H20 (I mgllml dalam HCI O.OIN bebas oksigen), dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. c. Analisa Konjugat bertanda diidentifikasi dengan HPLC (dengan metoda yang sarna dengan identifikasi konjugat tidak bertanda) dan tiap menit eluat ditampung dalam tabung reaksi dan diukur radioaktifitasnya. Kemurnian radiokimia diuji dengan kromatografi kertas dengan eluen aseton untuk menentukan % Tc99m bebas dan kromatografi lapis tip is dengan eluen campuran ammonium asetatmetanol (I: I) untuk menentukan % Tc99m koloid. d. Uji stabilitas dalam cystein 100 III larutan peptida bertanda direaksikan dengan larutan 0.1 M cystein (dalam PBS ph 7.2), perbandingan molar peptida terhadap cystein dibuat I : 1000, diinkubasi pada suhu 37 C selama 0 jam, I jam dan 24 jam, kemudian dianalisa dengan kromatografi lapis tipis (KL T) dengan eluen metil etil keton (MEK) untuk menentukan % Tc bebas (Rf=I), dan eluen PBS ph 7.2 untuk menentukan % Tc-peptida (Rf=O). Sebagai kontrol dilakukan pengerjaan yang sarna tetapi tanpa menambahkan cystein. e. Uji biodistribusi Uji biodistribusi dilakukan dengan menyuntikkan 0.2 ml ( IlCi) peptida bertanda pada mencil. Setelah I jam hewan dikorbankan dan organ organ tennasuk sampel darah dan tulang dicacah radioaktifitasnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian dengan HPLC untuk kedua peptida memberikan waktu retensi yang sarna yaitu men it, sedangkan masing masing konjugatnya memberikan waktu retensi pad a 17 men it, baik untuk konjugat bertanda maupun tidak bertanda. Hasil pengujian dengan KLT/ kromatografi kertas untuk Tc99m-HYNIC-TOC dan Tc99m HYNIC-BPTI berturut-turut ialah % dan %. Hasil pengujian dengan cystein (cystein challenge) setelah I jam untuk kedua jenis peptida bertanda tidak menunjukkan penurunan % yang berarti, hal ini menunjukkan kedua senyawa ini akan stabil di dalam tubuh setelah I jam. Pengamatan lebih dari I jam belum sempat dilakukan. Hasil uji biodistribusi untuk kedua pcptida bertanda menunjukkan radioaktifitas yang tinggi pada ginjal dan kandung kemih, dan relatif rendah pada organ organ lain, sedangkan adanya radioaktifitas pad a lambung menunjukkan % Tc99m bebas yang masih cukup tinggi. Tingginya perbandingan % radioaktifitas pad a sistim ekskresi (ginjal dan kandung kemih) terhadap organ organ lain menunjukkan sifat fannakokinetika yang diharapkan dari sediaan penatah tumor atau infeksi, sehingga apabila terdapat tumor atau infeksi di dalam tubuh diharapkan akan diperoleh gambaran gamma kamera yang cukup jelas. DATA HASIL PENGAMATAN Tabel1.Data kemurnian radiokimia MEK, Rf=1 % Tc koloid perhitungan % Tc-Hynic-peptida Rf=O% bebas NH4Ac/MeOH

4 Widyastut, dkk. ISSN JJ9 Waktu 0 pengamatan Tabel 2. Uji Stabilitas dalam cystein % Tc-HYNIC-BPTI % Tc-HYNIC-TOC c " 70 ~ 60 E 50 ~ ::' 40 "Q, c" 30.c ~ 20 " 10 orgen Gambar /. Uji biodistribusi 99mTc_HYNIC_BPTI dan 99mTc_HYNIC_TOC (IJ ~ =- ~ :1.S! 'C ~ # o ọ.- M <D )..- menit Gambar 2. Kromatogram HPLC 99mTc-H YNIC-BPTI CD N E Q, ~ i" '6 ~ 3QOO) :J<.! " :: o no. frek". Gambar 3. Kromatogram HPLC Tc99m-HYNIC-TOC Prosiding PPI - PDlPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN Yogyakarta. 10 Juli 2006

5 /20!!!!!!!!!! ISSN Widyastut, dkk. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap kedua jenis HYNIC-peptida baik yang menggunakan NHS-HYNIC maupun BOC-HYNIC memberikan hasil yang tidak jauh berbeda tetapi metoda yang menggunakan BOC-HYNIC memerlukan waktu pengerjaan yang lebih lama dan rumit serta memerlukan lebih banyak jenis reagen. Sejauh ini stabilitas in vitro untuk kedua sediaan peptida bertanda tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, tetapi masih perlu dilakukan pengamatan pada interval waktu yang lebih panjang untuk memperkuat kesimpulan ini. Dan untuk membuktikan lebih jauh keunggulan metoda yang satu terhadap metoda yang lainnya perlu dilakukan juga uji stabilitas masing masing konjugat terhadap waktu penyimpanan. Uji biodistribusi pada hewan normal yang telah dilakukan hanya untuk mengetahui farmakokinetika dari kedua sediaan peptida bertanda, dan dapat disimpulkan bahwa kedua jenis sediaan ini dapat digunakan untuk penatah kelainan organ (kecuali kelainan ginjal dan kandung kemih). Untuk membuktikan bahwa sediaan ini dapat digunakan untuk menatah tumor perlu dibuktikan lebih lanjut melalui uji biodistribusi pad a hewan yang menderita tumor. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa HYNIC dapat digunakan sebagai ligand penghubung ('linker') antara Tc99m dan peptida, dan dapat dipilih peptida lain yang sesuai dengan tujuan pemakaian, misalnya HNE2 untuk penatah inflamasi atau ubiquicidin (UBI I) untuk penatah infeksi. DAFTAR PUSTAKA I. I. VIRGOLlNI, T. TRAUB, C. NOVOTNY, et ai, "New trends in peptide' receptor radioligands", QJ.Nucl.Med 2001; 45: T.M. BEHR, M. GOTTHARDT, A. BARTH, et ai, "Imaging tumors with peptide-based radioligands", QJ Nucl Med 200 I ;45: CLEMENS DECRISTOFORO and STEPHEN J. MATHER, "Preparation, 99mTc-Labeling, and in vitro Characterization of HYNIC and N3S Modified RC-160 and [Tyr3]Octreotide", Bioconjugate Chern., Vol. 10, No.3, ERNEST KJ. PAUWELS, V. RALPH MCCREADY, JAN H.M.B. STOaT, et ai, "The mechanism of accumulation of tumourlocalising radiopharmaceuticals", Eur J Nucl Med (1998) 25: CLEMENS DECRISTOFORO, STEPHEN J. MATHER, "Technetium-99m somatostatin analogues: effect of _abelling methods and peptide sequence", Eur J Nucl Med (1999) 26: MARY RUSCKOWSKI, TONG QU, JAMES PULLMAN, et ai, "Inflammation and Infection Imaging with a 99mTc-Neutrophil Elastase Inhibitor in Monkeys", J Nucl Med, Vol. 41, No.2, Feb. 2000, CHARLES B. SAMPSON, Textbook of Radiopharmacv: Theorv and Practice, Third Edition, Gordon and Breach Science Publishers. TANYAJAWAB TumpaI Pandiangan o Bagaimana cara membandingkannya dan mana yang terbaik untuk diimplementasikan? Widyastuti o Kedua metode dibandingkan efisiensi pelabelannya, stabilitas in-vitro (dalam serum dan fosfat buffer salin) dan efektivitasnya sebagai pencitra tumor, serta kepraktisan dalam proses pengerjaan. Yang terbaik adalah metoda menggunakan NHS-Hynic karena lebih praktis dan efisien, sedangkan parameter lainnya yang dibandingkan tidak memberikan perbedaan yang berarti. Gina Mondrida o Kenapa uji biodistribusi dilakukan pad a tikus yang sehat, bukan pada tikus yang menderita tumor? o Uji stabilitas in-vivo kenapa tidak dilakukan? Widyastuti Vii biodistribusi pada tikus sehat dimak.sudkan untuk melihat sifat farmakokinetik sediaan Tc99mpeptida. yang mana apabila sebagian besar terakumulasi pada saluran kemih dan ginial dan hanya sebagian kecil yang terakumulasi pada organ lain. hal ini menunjuk.kan sifat farmakokinetik yang baik/sesuai dengan kegunaan sebagai penatah tumor. Vii biodistribusi pada tikus yang sakit (menderita tumor) seharusnya dilakukan tetapi fasilitas laboratorium untuk menginduksi tumor be/um tersedia.karena liii stabililas in-vitro yang dilakukan dalam serum manusia segar dan dapar fosfat-salin sudah mewakili kondisi in-vivo. Yogyakarta, 10 Jull 2006

PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99m Tc PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG

PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99m Tc PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG 116 ISSN 0216-3128 Widyastut, dkk. PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99m Tc PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG Widyastuti, Sri Aguswarini, Cecep Taufik, Anna Roseliana, Agus

Lebih terperinci

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR Widyastuti, dkk. ISSN 0216-3128 35 PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR Widyastuti, Laksmi A., Anna Roseliana, Yunilda, Cecep Taufik, Evi Sovilawati P2RR - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR

PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR Widyastuti, dkk. ISSN 0216-3128 89 PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR Widyastuti, Anna Roseliana, Cecep Taufik, Sri Aguswarini Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Jakarta.

Lebih terperinci

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI Widyastuti, Gina Mondrida, Anna Roseliana, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Maskur Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka

Lebih terperinci

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL Stabilitas dan Uji Praklinis Tc-EC untuk Radiofarmaka Penatah Fungsi Ginjal (Laksmi A, dkk) STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS Tc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL Laksmi A, Sriaguswarini, Karyadi,

Lebih terperinci

PENANDAAN TEKNESIUM 99mTc-UBIQUICIDINE UNTUK PREPARAT PENATAH INFEKSI

PENANDAAN TEKNESIUM 99mTc-UBIQUICIDINE UNTUK PREPARAT PENATAH INFEKSI 336 ISSN 0216-3128 Widyastuti, dkk. PENANDAAN TEKNESIUM 99mTc-UBIQUICIDINE UNTUK PREPARAT PENATAH INFEKSI Widyastuti, Fitri Yunita, Yunilda, Agus Ariyanto, Gina Mondrida, Sri Bagiawati, Evi Sovilawati,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penandaan falerin dengan 131 I adalah jenis penandaan tak seisotop. Falerin ditandai dengan menggunakan 131 I yang tidak terdapat dalam struktur falerin. Proses yang

Lebih terperinci

RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI

RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI Widyastuti Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI. Antibodi adalah senyawa biologis yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN KIT MIBI SEBAGAI PENATAH JANTUNG

PEMBUATAN KIT MIBI SEBAGAI PENATAH JANTUNG PEMBUATAN KIT MIBI SEBAGAI PENATAH JANTUNG A Roselliana, Sudarsih, E Lestari, dan S Aguswarini Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,Tangerang E-mail : aroselliana@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN 99m Tc-TEREDUKSI RADIOFARMAKA 99m Tc-SIPROFLOKSASIN Eva Maria Widyasari, Nurlaila Zainuddin, Epy Isabela dan Witri Nuraeni Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA Sri Setiyowati, Maskur, Martalena Ramli dan M.Subur Pusat Radioisotop dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES 12 ISSN 0216-3128, dkk. PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani W., Trianto Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi, tabung maserasi, rotary vaccum evaporator Sibata Olibath B-485, termometer,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

OPTIMASI PENANDAAN CA 15.3 DENGAN NA 125 I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 15.3 ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

OPTIMASI PENANDAAN CA 15.3 DENGAN NA 125 I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 15.3 ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN 94 ISSN 026-328 Gina Mondrida, dkk. OPTIMASI PENANDAAN CA 5.3 DENGAN NA I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 5.3 Gina Mondrida, Puji Widayati, Siti Darwati, Sutari, Agus Ariyanto, V. Yulianti, W.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

V ALIDASI METODE PEMBUATAN DAN KENDALl MUTU KIT UBIQUICIDINE UNTUK DETEKSI INFEKSI

V ALIDASI METODE PEMBUATAN DAN KENDALl MUTU KIT UBIQUICIDINE UNTUK DETEKSI INFEKSI V0112, Oktoher 2009 V ALIDASI METODE PEMBUATAN DAN KENDALl MUTU KIT UBIQUICIDINE UNTUK DETEKSI INFEKSI Widyastuti, Anna Roseliana, Enny Lestari, Yayan Tahyan, Sri Setiyowati,Titis S.H, Hussein S. Kartamihardja*

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RADIONUKLIDA 99mTc UNTUK PENGEMBANGAN RADIOFARMAKA PENATAH INFEKSI/INFLAMASI DI PTRR, BATAN, SERPONG

PEMANFAATAN RADIONUKLIDA 99mTc UNTUK PENGEMBANGAN RADIOFARMAKA PENATAH INFEKSI/INFLAMASI DI PTRR, BATAN, SERPONG Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. XI, No. 1, April 2014: 11-24 PEMANFAATAN RADIONUKLIDA 99mTc UNTUK PENGEMBANGAN RADIOFARMAKA PENATAH INFEKSI/INFLAMASI DI PTRR, BATAN, SERPONG ABSTRAK Laksmi Andri

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus champeden Spreng yang diperoleh dari Kp.Sawah, Depok, Jawa Barat,

Lebih terperinci

FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG. Widyastuti, Hanafiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y.

FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG. Widyastuti, Hanafiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y. Formulasi Kit MIBI Sebagai Preparat Penatah Jantung Widyastuti, Hanajiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y. FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG Widyastuti, Hanafiah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA V. Yulianti Susilo, G. Mondrida, S. Setiyowati, Sutari dan W. Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR),

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AMLODIPIN PADA POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-MIBI SEBAGAI SEDIAAN SIDIK PERFUSI JANTUNG (UJI NON KLINIS PADA HEWAN PERCOBAAN)

PENGARUH PEMBERIAN AMLODIPIN PADA POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-MIBI SEBAGAI SEDIAAN SIDIK PERFUSI JANTUNG (UJI NON KLINIS PADA HEWAN PERCOBAAN) PENGARUH PEMBERIAN AMLODIPIN PADA POLA BIODISTRIBUSI SEBAGAI SEDIAAN SIDIK PERFUSI JANTUNG (UJI NON KLINIS PADA HEWAN PERCOBAAN) Arum Yunita Eswinawati*, Deby Tristiyanti*, A.Hanafiah.,Ws.** *Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

STABILITAS DAN un PRAKLINIS 99MTc-EC UNTUK RADIOF ARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

STABILITAS DAN un PRAKLINIS 99MTc-EC UNTUK RADIOF ARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL ~ PROSIDING SEMINAR STABILITAS DAN un PRAKLINIS 99MTc-EC UNTUK RADIOF ARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL Laksmi A, Sriaguswarini, Karyadi, Sri Setyowati, Yunilda, Widyastuti W. Pusat Radioisotop Dan Radiofarmaka

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL [B.57] Peningkatan Kapasitas dan Pemantapan Prosedur Produksi 177 Lu- DTA-nimotuzumab Radiofarmaka Diagnosis dan Radioimmunoterapi Kanker Martalena Ramli, Agus Ariyanto, Puji Widayati, Sulaiman, Cahya

Lebih terperinci

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m Misyetti, Isti Daruwati, Maula Eka Sriyani, Teguh Hafiz A.W Pusat Teknologi

Lebih terperinci

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA 29 6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA Abstract The aims of this study were to fractionate and to isolation antimicrobial activity of Sumba mare s milk protein against causative agent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang ditunjang studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan

Lebih terperinci

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN Cahya N.A, dkk. ISSN 0216-3128 89 OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI Cahya N.A, Adang H.G, Purwoko, Woro A BATAN - Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

PREPARASI RADIOFARMAKA 99mTc-DTPA-INH UNTUK DIAGNOSIS TUBERKULOSIS

PREPARASI RADIOFARMAKA 99mTc-DTPA-INH UNTUK DIAGNOSIS TUBERKULOSIS Preparasi Radiofarmaka 99mTc-DTPA-INH llntllk Diagnosis Tllberklllosis (Laksmi A. Astllti, dkk.) ISSN 14 J 0-8542 PREPARASI RADIOFARMAKA 99mTc-DTPA-INH UNTUK DIAGNOSIS TUBERKULOSIS Laksmi Andri Astuti,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman AGF yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK FRAKSI n-heksana DAN FRAKSI ETIL ASETAT Phyllanthus niruri L HERBA TERHADAP PERSENTASE EOSINOFIL PADA APUS DARAH MENCIT DENGAN DERMATITIS ALERGIKA DAN UJI KUALITATIF SENYAWA AKTIF

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Persiapan sampel Sampel kulit kayu Intsia bijuga Kuntze diperoleh dari desa Maribu, Irian Jaya. Sampel kulit kayu tersedia dalam bentuk potongan-potongan kasar. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung, analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup disiplin ilmu Kardiologi dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99mTc(V)_DMSA

BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99mTc(V)_DMSA Biodistribusi Radiofarmaka 99mTcM-DMSA Nurlaila Z., Mimin Ratna Suminar, Iswahyudi BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99mTc(V)_DMSA Nurlaila Z., Mimin Ratna Suminar", dan Iswahyudi ABSTRAK BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

SINTESIS O-(4-NITROBENZOIL)PIROKSIKAM DAN UJI AKTIVITAS ANALGESIK TERHADAP MENCIT (MUS MUSCULUS)

SINTESIS O-(4-NITROBENZOIL)PIROKSIKAM DAN UJI AKTIVITAS ANALGESIK TERHADAP MENCIT (MUS MUSCULUS) SINTESIS O-(4-NITROBENZOIL)PIROKSIKAM DAN UJI AKTIVITAS ANALGESIK TERHADAP MENCIT (MUS MUSCULUS) NURDIANSYAH KASIM 2443006126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM leh : Nur Mei Rohmawati 1406 100 007 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNLGI SEPULUH NPEMBER SURABAYA 2010 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.). Determinasi tumbuhan ini dilakukan di Laboratorium Struktur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

3 Percobaan dan Hasil

3 Percobaan dan Hasil 3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON p ISSN 0852 4777; e ISSN 2528-0473 PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON Adang H. G., Yono S, Widyastuti

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

: Kimia Farmasetika Umum. Status Matakuliah

: Kimia Farmasetika Umum. Status Matakuliah Nama Matakuliah Kode / sks Prasyarat Status Matakuliah : Radio Farmasi : FAK 3531 / 2 SIES : Kimia Farmasetika Umum : Wajib Dieskripsi Singkat Matakuliah. Matakuliah Radio Farmasi terutama mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis pada homeostasis glukosa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu, meningkatnya kadar gula darah, kelainan kerja insulin,

Lebih terperinci

PRE PARAS I 99mTc-HUMAN IMMUNOGLOBULIN G YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI PREP ARA T PENA TAH INFEKSI/INFLAMASI

PRE PARAS I 99mTc-HUMAN IMMUNOGLOBULIN G YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI PREP ARA T PENA TAH INFEKSI/INFLAMASI -PJ'iWdlIv portonwan dan Prosontasl DmIah FWlDslnnal TBknls Non PWJBJIU,19 DosombBr 2008 ISSN :1410 6381 PRE PARAS I 99mTc-HUMAN IMMUNOGLOBULIN G YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI PREP ARA T PENA TAH INFEKSI/INFLAMASI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA dan Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian BAB III Metodologi Penelitian III. Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian Obyek penelitian ini adalah teripang hitam (holothuria edulis). Sampel berupa daging teripang hitam (Holothuri edulis)

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

SINTESIS Gd-DTPA-FOLAT UNTUK MAGNETIC RESONANCE IMAGING CONTRAST AGENT DAN KARAKTERISASINYA MENGGUNAKAN PERUNUT RADIOAKTIF 153 Gd-DTPA-FOLAT

SINTESIS Gd-DTPA-FOLAT UNTUK MAGNETIC RESONANCE IMAGING CONTRAST AGENT DAN KARAKTERISASINYA MENGGUNAKAN PERUNUT RADIOAKTIF 153 Gd-DTPA-FOLAT Sintesis Gd-DTPA-Folat untuk MRI Contrast Agent dan Karakterisasinya Menggunakan Perunut Radioaktif Gd-DTPA-Folat (Adang H.G.) Akreditasi LIPI Nomor : 395/D/2012 Tanggal 24 April 2012 SINTESIS Gd-DTPA-FOLAT

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP Kadarisman, dkk. ISSN 0216-3128 69 EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA Kadarisman, Sri Hastini, Yayan Tahyan, Abidin, Dadang Hafid dan Enny Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG Perbandingan Pola Distribusi 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP Pada Hewan Uji Sebagai Radiofarmaka Penyidik Tulang (Rizky Juwita Sugiharti,) ISSN 1411 3481 PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No. BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Medan. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari 2016. 3.2.Alat dan

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

Tc-DIETIL KARBAMAZIN SEBAGAI SEDIAAN DIAGNOSTIK LIMFATIK FILARIASIS: EVALUASI NON-KLINIS

Tc-DIETIL KARBAMAZIN SEBAGAI SEDIAAN DIAGNOSTIK LIMFATIK FILARIASIS: EVALUASI NON-KLINIS INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012 KODE JUDUL: B12 99m Tc-DIETIL KARBAMAZIN SEBAGAI SEDIAAN DIAGNOSTIK LIMFATIK FILARIASIS: EVALUASI NON-KLINIS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) Pada uji fitokimia terhadap kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) memberikan hasil positif terhadap alkaloid,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian

Lebih terperinci

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan 3 Percobaan Garis Besar Pengerjaan Rangkaian proses isolasi pertama-tama dimulai dengan proses pengumpulan sampel. Karena area sampling adalah area yang hanya ditemukan pada musim hujan, sampel alga baru

Lebih terperinci

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Valensi Vol. 3 No. 1, Mei 2013 (65-70) ISSN : 1978-8193 Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Maiyesni, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci