BAGIAN III BAB 6 PENGERINGAN DI DALAM TANUR PENGERING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAGIAN III BAB 6 PENGERINGAN DI DALAM TANUR PENGERING"

Transkripsi

1 BAGIAN III BAB 6 PENGERINGAN DI DALAM TANUR PENGERING 6.1.Variabilitas Metode Pengeringan Secara Rekayasa atau Buatan Di samping ada pengeringan secara alami, ada pula beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengeringkan kayu secara rekayasa atau buatan. Setiap metode pengeringan tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan yang unik. Secara keseluruhan, terdapat sembilan metode pengeringan kayu secara buatan, yaitu (1). Pengeringan dengan metode kimiawi. (2). Pengeringan dengan metode pemanasan dielektrik berfrekuensi tinggi. (3). Pengeringan dengan metode radiasi sinar infra merah. (4). Pengeringan dengan metode larutan. (5). Pengeringan dengan metode hampa. (6). Pengeringan dengan metode penguapan. (7). Pengeringan dengan metode sentrifugal. (8). Pengeringan dengan metode kontak (9). Pengeringan dengan proses pemanasan bermediakan udara (Desch dan Dinwoodie, 1981; Yudodibroto, 1984). Pengeringan dengan metode kimiawi merupakan suatu proses pengeringan yang menggunakan bahan kimia, baik dalam bentuk tepung atau cairan, yang bersifat higroskopis sebagai media yang melingkupi kayu. Sebagai contoh, bahan kimia yang dipergunakan adalah NaCI atau urea. Pengeringan dengan proses pemanasan dielektrik berfrekuensi tinggi merupakan proses pengeringan yang dilakukan dengan menempatkan kayu pada medan listrik yang terletak di antara pelat kapasitor listrik arus bolak-balik berfrekuensi tinggi. Pengeringan dengan metode radiasi sinar infra merah merupakan suatu proses pengeringan yang dilakukan dengan meletakkan kayu di dekat lampu-lampu sinar infra merah. Pengeringan dengan metode larutan merupakan suatu pengeringan kayu di dalam wadah terbuka yang berisi cairan bersifat minyak bersuhu lebih dari 100 C sebagai media pengering. Pengeringan dengan proses hampa merupakan suatu proses pengeringan dengan melakukan pemanasan terhadap kayu yang diberlangsungkan dalam ruang hampa. Pengeringan dengan metode penguapan merupakan suatu proses pengeringan yang dilakukan dengan menguapi kayu dengan gas yang dihasilkan dari pendidihan bahan kimia organis. Pengeringan dengan metode sentrifugal adalah suatu pengeringan yang dilakukan dengan memutar kayu dengan putaran yang mengitari satu pusat (poros) putaran, sehingga gaya sentrifugal akan memindahkan air dari pusat menuju ke permukaan kayu. Pengeringan dengan metode kontak adalah suatu pengeringan yang dilakukan dengan menempelkan atau Universitas Gadjah Mada 1

2 menyentuhkan kayu secara langsung pada permukaan lembaran-lembaran logam yang panas dengan suhu antara 120 C sampai dengan 160 C. Pengeringan dengan metode pemanasan dengan media udara adalah pengeringan kayu yang dilakukan dengan menghembuskan udara panas melewati kayu. Di antara ke sembilan metode pengeringan kayu tersebut, pengeringan dengan metode terakhir merupakan pengeringan yang paling banyak diterapkan dalam industri dalam berbagai sekalanya. Oleh karena itu, frekuensi tertinggi penggunaan pengeringan dalam aktifitas kongkrit pada industri perkayuan dimiliki oleh metode pengeringan yang memanfaatkan udara sebagai media pengering. Posisi kedua ditempati oleh pengeringan dengan metode kontak dan hal itu diterapkan pada industri kayu lapis (Yudodibroto, 1984). Dengan demikian, pengeringan dengan metode udara sebagai mediator pengering dalam prakteknya dapat dibedakan lebih lanjut menjadi dua golongan, yaitu pengeringan alami dan pengeringan dengan tanur pengering. Pengeringan alami adalah suatu sistem pengeringan yang di dalamnya unsur-unsur pengering berupa suhu udara, sirkulasi udara, dan kelembaban udara yang terlibat dalam pengeringan ini diperoleh secara alami dari atmosfer atau lingkungan tempat kayu tersebut dikeringkan. Pengeringan alami dilakukan dengan menumpuk kayu pada lapangan terbuka dan mengatapi kayu tersebut agar terbebas dari terpaan langsung sinar matahari dan hujan. Sementara itu pengeringan dengan metode tanur pengering adalah suatu sistem pengeringan yang di dalamnya tiga unsur utama pemegang peranan terbesar dalam proses pengeringan tersebut diperoleh secara artifisial hasil budidaya atau rekayasa. Pengeringan demikian dilakukan di dalam suatu peralatan atau bangunan yang terdiri dari satu atau lebih kamar (ruang), yang ke dalamnya dapat dialirkan udara yang kondisi suhu dan kelembabannya telah diatur pada tingkat tertentu, untuk dilewatkan di sekeliling kayu yang sedang dikeringkan. Peralatan tersebut disebut sebagai tanur pengering (Desch dan Dinwoodie, 1981). Untuk meningkatkan efektifitas dan kualitasnya, pengeringan secara alami telah modifikasi dalam beberapa hal. Modifikasi ini menghasilkan alat pengering yang disebut sebagai pengeringan dengan metoda radiasi matahari. Pada pengeringan yang disebut terakhir ini, telah ditambahkan beberapa alat tambahan berupa kipas angin dan dinding pembatas ruang pengering yangg mampu menangkap, mengurung, dan mengusahakan agar udara yang bersuhu lebih tinggi dapat melingkupi kayu dengan jangka waktu yang lebih lama (Yudodibroto, 1984). Universitas Gadjah Mada 2

3 6.2.Pengertian Tanur Pengering dan Pengeringan Dengan Tanur Pengeringan dalam tanur dan tanur pengering merupakan dua konsep yang tidak terpisahkan satu terhadap yang lain. Secara definitive, tanur pengering adalah suatu peralatan atau bangunan yang terdiri dari satu atau lebih ruangan (kamar), yang kedalamnya dapat dialirkan udara yang telah diatur kondisi suhu dan kelembabannya pada tingkat tertentu, untuk dilewatkan di sekeliling kayu yang sedang dikeringkan dalan ruang tersebut. Sementara itu, pengeringan dengan tanur dimengerti sebagai suatu metode pengeringan yang unsur-unsur utama pemegang peranan terbesar dalam proses pengeringan ini, yakni suhu udara (panas), kelembaban udara dan sirkulasi udara, merupakan hasil budidaya dan rekayasa manusia. Dalam pengeringan ini, panas yang digunakan untuk meningkatkan suhu udara tersebut dapat berasal dari api, tenaga listrik, uap panas maupun air panas atau minyak panas yang dididihkan dalam tangki. Sirkulasi udara diusahakan dengan penggunaaan kipas angin (fan atau blower) bertenaga listrik, sedangkan kelembaban (relatif) udara diatur dengan mengurangi atau menambahkan uap air kepada udara. Dengan demikian, pengeringan kayu gergajian yang dilakukan di dalam tanur pengering tersebut dilaksanakan dalam sebuah ruang yang tertutup, dengan mengusahakan adanya pengaturan secara maksimum atas temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara yang ada di dalamnya Keunggulan dan Kelemahan Pengeringan Dalam Tanur Sebagai konsekuensi dari proses pengeringan yang diberlangsungkan dalam ruang tertutup itu, maka kondisi pengeringan dapat dikendalikan (diatur sedemikian rupa) sehingga bersesuaian dengan sifat kayu yang dikeringkan. Kondisi demikian akan menghadirkan beberapa keunggulan yang melekat pada metoda pengeringan ini, bila dibandingkan dengan pengeringan kayu gergajian dengan metoda alami. Menurut Yudodibroto (1982), keunggulankeunggulan tersebut dapat dikelompokkan atau ditilik dari sekurang-kurangnya tiga sudut pandang, yaitu dari (1) kayu sebagai hasil proses pengeringan, (2) pemilik kilang penggergajian dan (3) pengerjaan kayu lebih lanjut pada industri pengolahan dan pengerjaan akhir pada permukaan (finishing) kayu. Dilihat dari sudut pandang kayu sebagai hasil proses pengeringan, keunggulankeunggulan itu meliputi lima hal. Pertama, adanya pengurangan berat yang lebih besar dan lebih merata pada kayu-kayu yang dikeringkan. Apabila proses pengeringan dioperasikan secara benar, maka variasi dan deviasi yang relatif rendah di antara kayu-kayu yang Universitas Gadjah Mada 3

4 dikeringkan dalam hal kelembaban atau kadar airnya. Kedua, adanya kemungkinan untuk mengeringkan kayu sampai pada sembarang tingkat kandungan air (terutama pada tingkat yang relatif rendah, yakni kurang dari 15%, yang sudah tentu tidak dapat dicapai oleh pengeringan secara alami), dalam kerangka mengikuti sangat bervariasinya persyaratan tentang kadar air yang ditetapkan bagi kayu pada berbagai jenis penggunaan akhir dari produk kayu tersebut. Pengeringan ini merupakan satu-satunya cara mempersiapkan kayu untuk dimanfaatkan pada ruang dalam (interior) yang mempersyaratkan KAS yang rendah. Ketiga, pengeringan dapat diberlangsungkan dengan pengaturan laju kecepatan pengeringan, sehingga pengeringan dapat diadaptasikan secara baik terhadap tuntutan ketersediaan kayu kering dan pengeringan dapat dilaksanakan dengan presisi yang tinggi. Lebih tingginya kecepatan proses pengeringan mengakibatkan durasi (jangka waktu) proses pengeringan juga lebih pendek. Keempat, dapat- membunuh setiap agen perusak kayu (antara lain: cendawan penoda kayu, cendawan pembusuk kayu, serangga perusak kayu) yang telah menyerang kayu sebelum kayu itu dikeringkan. Di camping itu, pengeringan ini dapat juga menghindarkan serangan agen tersebut selama kayu itu dikeringkan. Kelima, penyusutan dapat berlangsung secara hati-hati, dan diorientasikan pada terwujudnya tingkat degradasi kualita kayu yang minimal, sehingga jumlah limbah kayu akibat degradasi kualitas kayu tersebut dapat diturunkan sampai pada tingkat yang sangat rendah. Hal ini dapat dilakukan melalui penetapan dan menerapan secara ketat skedul pengeringan (Kollman, 1968). Sementara itu, dilihat dari titik pandang pemilik kilang (industri) penggergajian, pengeringan kayu gergajian dengan tanur pengering juga menyajikan lima butir keunggulan sebagai berikut. Pertama, tersedianya panas dan tenaga yang sangat murah karena keduanya merupakan limbah dari mesin-mesin uap atau mesin diesel yang digunakan untuk menggerakkan mesih gergaji. Kedua, menghemat energi dan biaya yang diperlukan untuk menangani dan mengangkut kayu yang akan dikeringkan. Ketiga, adanya perputaran yang lebih cepat atas modal, sehingga totalitas modal yang diperlukan dalam usaha penggergajian ini juga lebih rendah dan adaptasinya terhadap kondisi pasar juga dapat disesuaikan dengan lebih cepat dan lebih lentur (fleksibel) pula. Keempat, kayu sebagai barang atau obyek yang diperdagangkan oleh pemilik penggerjajian, akan dapat disediakan dan disajikan dalam kondisi yang lebih cerah warnanya dan relatif bebas dari berbagai cacat. Kelima, memungkinkan bagi pemilik penggergajian untuk selalu menyajikan kayu gergajian yang kering setiap saat di sepanjang tahun, baik pada musim penghujan atau musim kering, demi memenuhi pennintaan konsumen. Universitas Gadjah Mada 4

5 Bagi industri pengolahan kayu dan pemolesan permukaan (finishing) kayu, pengeringan tanur ini menyajikan keuntungan dalam tiga hal. Pertama, mempermudah proses pengerjaan kayu dalam membuat berbagai barang dari kayu atau produk akhir kayu (daun pintu, papan sambung, furniture, kerajinan d11) terutama saat mengerjakan dengan menggunakan gergaji potong dan mesin serut yang berkecepatan tinggi. Kedua, meningkatkan daya rekat dan kualitas perekatan kayu. Ketiga, menciptakan kondisi-kondisi yang baik pada permukaan kayu untuk pengeijaan pengecatan, pemernisan dan pemelaminan, baik yang dilakukan secara pelaburan maupun penyemprotan. Di samping berbagai keunggulan tersebut di atas, pengeringan dengan tanur membawa pula segenap kelemahan. Kelemahan itu dapat disebutkan ada tiga hal. Pertama, pengeringan ini memerlukan investasi yang besar untuk membeli tanur pengering dan menyediakan peralatan perlengkapannya serta mengadakan bangunan pendukungnya, sehingga sangat sulit untuk dipenuhi oleh pengusaha ekonomi menengah dan lemah. Kedua, prinsip dan operasi tanur pengering wajib mengikuti prosedur yang relatif rumit dan memerlukan penanganan yang teliti dan cerdas. Ketidak-taatan untuk mengikuti prinsip dan operasi tanur dalam rangka mengatur kondisi udara pada setiap tingkat temperatur dan kelembaban udara yang ditetapkan pada setiap langkah pengeringan, akan mengakibatkan degradasi yang sangat serius terhadap kayu. Ketiga, pengeringan ini memerlukan beaya operasional yang relatif besar untuk mengoperasikan peralatan pengatur suhu, kelembaban dan kecepatan sirkulasi udara yang dialirkan ke dalam tanur pengering Pengendalian Kadar Air Seimbang (KAS) Kondisi udara yang disirkulasikan di dalam tanur, terutama dalam hal suhu dan kelembaban (relatif)-nya, sangatlah penting untuk selalu dipantau dan dikendalikan pada setiap tahap selama berlangsungnya proses pengeringan. Pemantauan terhadap suhu dan kelembaban itu dilakukan dengan bantuan dua jenis termometer, yaitu termometer suhu bola basah dan termometer bola kering Mat pemantau ini disebut juga higrometer. Dengan demikian, maka pengendalian KAS dilakukan melalui pengaturan suhu udara dan pengaturan kelambaban udara pada termometer suhu bola kering dan termometer suhu bola basah. Termometer suhu bola basah (TSBB) atau Wet Bulb Thermometer (WBT) adalah sebuah termometer yang pada bagian bola penampung air raksa dibalut oleh ujung sebuah kain katun (yang sangat higroskopis sifatnya), kemudian ujung yang lain dari kain katun tersebut dicelupkan dalam air suling (aquadestilata) yang telah disediakan di dalam sebuah kemasan plastik atau gelas kaca yang terletak sedikit di bawah bola penampung air raksa tersebut. Dengan demikian, termometer SBB ini selalu mencatat dan memperlihatkan suhu udara dalam kondisi jenuh air, atau udara yang kelembaban relatifnya 100%. Udara yang Universitas Gadjah Mada 5

6 berkelembaban relatifnya 100% ini sudah tentu hanyalah sebuah lapisan tipis udara yang berada di sekitar dan menyelimuti termometer SBB. Sementara itu, termometer suhu bola kering (TSBK) atau Dry Bulb Thermometer (DBT) adalah suatu termometer yang selalu mencatat dan memperlihatkan suhu udara yang berkondisi tidak jenuh dengan uap air (kelembaban) atau udara yang kelembaban relatifnya kurang dari 100%. Dengan demikian, termometer ini mencatat suhu udara yang sesuai dengan realitasnya di dalam tanur, yang sudah tentu merupakan udara yang relatif kering. Karena sebagian terbesar udara di dalam tanur pengering itu tidak jenuh (berkelembaban relatif kurang dari 100%), sementara udara di sekitar termometer SBB ini merupakan udara yang jenuh (berkelembaban relatif 100%), maka air yang dikandung oleh udara yang jenuh (karena dibalut oleh kain katun) ini segera divapkan. Uap itu terlepas dan membaur ke dalam udara yang relatif kering. Menguapnya air tersebut memerlukan energi panas dan panas ini diambil dari udara yang berada di sekitar termometer SBB. Dengan demikian, suhu udara di sekitar termometer SBB akan menurun. Semakin kering udara yang ada di dalam tanur, akan mengakibatkan semakin cepat air yang divapkan dari kain katun, sehingga semakin besar energi papas yang diambil dari kain katun dan berakibat semakin besar pula turunnya suhu yang ditunjukkan oleh termometer SBB. Penurunan suhu yang diperlihatkan oleh termometer SBB ini disebut sebagai depresi suhu bola basah (DSBB) atau Wet Bulb Depresion (WBD). Dengan demikian, depresi suhu bola basah merupakan selisih antara suhu (yang dicatat oleh) termometer bola kering dan suhu (yang diperlihatkan oleh) termometer bola basah. Dengan pernyataan yang lain, maka : DSBB = SBK SBB. Dad penjelasan diatas, dapat dimengerti bahwa semakin tinggi depresi suhu bola basah, dapat dipastikan bahwa kelembaban relatif udara dalam tanur pengering itu semakin rendah dan hal itu juga berarti bahwa udara tersebut semakin kering. Apabila perunutan sebab dan akibat itu dilakukan secara terbalik, maka logika akan terderet sebagai berikut. Udara yang semakin kering, berarti semakin sedikit uap air yang dikandungnya, akan berarti juga semakin rendah kelembaban relatifnya, sehingga akan semakin haus akan uap air (semakin mudah untuk menerima uap air). Kondisi udara demikian akan mengakibatkan semakin menurunkan suhu pada termometer bola basah, serta akan semakin besar tingkat depresi suhu bola basah atau jugs akan semakin memberikan efek dingin pada benda yang menjadi sumber pelepas kelembaban. Dengan logika yang sama, tahulah kita betapa orang akan merasa dingin scat berada di dalam ruang yang ber AC (air conditioned) karena udaranya kering. Semakin kering udara yang diatur di dalam ruang ber AC, semakin rendah suhu Universitas Gadjah Mada 6

7 udara tersebut, sehingga semakin dingin pula dirasakan oleh orang yang berada di dalam ruang tersebut. Dan uraian di atas, menjadi jelaslah bagi kita akan adanya hubungan yang saling terkait antara nilai (dalam satuan derajat) yang ditunjukkan oleh suhu bola kering dan suhu bola basah terhadap depresi suhu bola basah dan kelembaban relatif udara. Oleh karena hal itu, maka suhu udara dan kelembaban relatif udara (yang secara bersama-sama disebut sebagai kondisi udara) dapat dipantau berdasarkan ekspresi suhu yang ditunjukkan oleh termometer SBK (suhu bola kering) dan termometer SBB. Kondisi udara yang demikian itu akan berpengaruh terhadap Kadar Air Seimbang (KAS), sehingga besarnya KAS dapat ditentukan menyertai (secara bersama-sama dengan) nilai kelembaban relatif udara. Penentuan KAS dilakukan dengan mendasarkan diri pada suhu bola kering dan depresi suhu bola basah yang diperlihatkan oleh termometer SBB. Untuk menentukan kelembaban ralatif udara yang berada di dalam tanur (RH) dan KAS kayu yang sedang dikeringkan di dalam tanur tersebut, telah disediakan sebuah tabel yang didasarkan atas depresi suhu bola basah dan temperature suhu bola kering seperti berikut: Tabel 1. Nilai kelembaban relatif dan KAS menurut TSBK dan DSBB Prinsip Dasar Pelaksanaan Pengeringan dengan Tanur Pengering Ada tiga prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses pengeringan dengan tanur pengering. Tiga prinsip dasar itu antara lain sebagai berikut. Universitas Gadjah Mada 7

8 Pertama pengeringan dengan tanur perlu diatur menurut kondisi yang bersesuaian suhu dan kelembaban udara dengan karakter dan dimensi kayu yang dikeringkan. Dengan prinsip demikian, maka spesies kayu gergajian yang berbeda dan dimensi sortimen kayu yang berbeda memerlukan pengeringan kayu dengan kecepatan yang berbeda pula. Pada umumnya, kayu daun jarum dapat menahan kondisi pengeringan yang lebih drastis (lebih kering) dibandingkan kayu daun lebar. Prinsip itu juga berlaku pula bagi kayu yang tipis dibandingkan dengan kayu yang tebal, serta kayu yang telah mengering sebagian dibandingkan dengan kayu segar. Dengan kata lain, kayu dimensi kecil atau kayu tipis dapat dikeringkan dalam kondisi yang lebih keras (lebih drastis) dibandingkan kayu berdimensi besar atau kayu tebal, dan kayu yang berkadar air lebih rendah dapat dikeringkan dengan kondisi pengeringan yang lebih keras dibandingkan dengan kayu yang berkadar air lebih tinggi. Oleh karena kayu tebal memerlukan kondisi pengeringan yang lebih lunak, maka diperlukan pula adanya pembatasan terhadap dimensi kayu untuk dapat dikeringkan dengan tanur pengering agar proses pengeringan berlangsung secara ekonomis. Durasi waktu yang diperlukan selama berlangsungnya proses pengeringan akan meningkat secara drastis seiring dengan peningkatan ketebalan kayu yang dikeringkan. Durasi waktu yang lebih panjang ini sudah tentu juga mengakibatkan peningkatan biaya yang diperlukan. Oleh karena itu, didasarkan pada dua sudut pandang, yaitu peningkatan yang cukup berarti biaya pengeringan ini, dan sudut pandang kepraktisan, maka disarankan bahwa untuk mengeringkan kayu yang tebal, yakni dengan ukuran ketebalan lebih dari 75 mm, sangatlah diharapkan untuk dikeringkan dengan pengeringan alami, meskipun kayu setebal tersebut sangat mungkin untuk dikeringkan dengan pengeringan tanur. Atas alasan ekonomis itulah, maka sangatlah umum dilakukan praktek untuk mengeringkan kayu dengan pengeringan secara alami pada tahap pertama sampai kadar airnya mencapai kondisi titik jenuh serat atau sedikit lebih rendah darinya. Sesudah pengeringan alami ini, kemudian barn dilanjutkan dengan pengeringan di dalam tanur pengering, sampai mencapai kadar air relatif rendah sebagaimana kadar air yang direncanakan. Pada masa yang lalu, skedul pengeringan yang satu dan sama telah diberlakukan sebagai standar dalam pengeringan kayu, tanpa memperhatikan jenis kayu, dimensi kayu, kondisi kayu yang akan dikeringkan. Di samping itu, sering kali tanur yang digunakan untuk mengeringkan hanyalah sekedar oven yang dilengkapi dengan alat pengatur panas saja, tanpa difasilitasi dengan alat pengatur kelembaban. Kondisi pengeringan seperti itu sudah hams ditinggalkan, mengingat pengeringan yang demikian itu akan menghasilkan produk yang san gat tidak memuaskan, bahkan sering kali mengakibatkan adanya kerusakan yang serius terhadap kayu gergajian yang dikeringkan. Universitas Gadjah Mada 8

9 6.6. Konstruksi Skematis Tanur Pengering Sebagaimana telah disebutkan, bahwa dapur pengering atau tanur pengering merupakan suatu piranti (peralatan) yang terdiri atas suatu bangunan yang bentuknya lebih kurang menyerupai ruang atau bangsal tertutup yang dapat mengurung udara, dan padanya dilengkapi dengan pencatu (penyedia) air (atau penyemprot uap) panas yang dapat digunakan untuk mengatur suhu dan kondisi udara dan perlengkapan lain yang dapat memacu sirkulasi udara secara artifisial. Salah satu problematika terbesar dalam mengonstruksi tanur pengering adalah tats cara untuk mereduksi (mengurangi) kehilangan panas sampai pada tingkat yang minimal. Untuk mencapai tujuan ini, tanur biasanya menggunakan dinding berongga yang terbuat dan batu merah atau keramik dan permukaan interiornya (permukaan bagian dalam) dilapisi cat dengan menggunakan beberapa jenis substansi yang kedap terhadap air. Daun pintu terbuat dari kayu atau besi dengan beberapa desain yang ditujukan untuk mengusahakan penutupan secara rapat-rapat. Untuk mempermudah pemahaman kita terhadap konstruksi tanur pengering, maka disajikan berikut ini beberapa gambar skematik tanur pengering. Gambar 13. Beberapa konstruksi tanur pengering Sumber Rasmussen (1961). Universitas Gadjah Mada 9

10 6.7. Metode Penyediaan Panas, Pengaturan Kelembaban dan Sirkulasi Udara Metode penyediaan panas yang lazim digunakan pada tanur adalah dengan sistem kumparan pipa berdiameter kecil yang didalamnya dialirkan uap panas dan kepada bagian luar kumparan itu dilewatkan udara segar. Setelah melewati kumparan pipa, Udara segar ini menjadi bersuhu lebih tinggi, kemudian disirkulasikan lebih lanjut melalui unit-unit tumpukan kayu. Metode pemanasan demikian disebut sebagai metode kumparan yang dipanasi dengan uap. Metoda pemanasan yang lain (misalnya kumparan listrik, kumparan blander) dapat saja digunakan, tetapi uap panas merupakan Benda yang paling sesuai, terutama karena tingkat kemudahannya untuk diatur. Di samping itu, pemilihan uap panas disebabkan oleh tersedianya uap panas ini pada kilang-kilang penggergajian, yang dihasilkan oleh proses pembakaran kayu limbah untuk memanaskan air dalam ketel untuk diubah menjadi uap panas. Untuk memperjelas pemahaman terhadap penyediaan panas maka disajikan beberapa gambar berikut: Universitas Gadjah Mada 10

11 Gambar 14. Permukaan elemen penyedia panas. Sumber Rasmussen (1961). Kelembaban udara dapat dikontrol melalui melalui beberapa cara, yaitu dengan pengaturan temperatur, atau dengan menyemprotkan air atau uap air. Pengubahan kelembabam udara dapat pula dilakukan dengan mengubahan komposisi udara, yakni melalui pengeluaran sebagian udara jenuh dari dalam tanur dan menggantinya dengan udara segar yang kering yang berasal dari luar tanur. Dalam praktek, pemanipulasian melulu terhadap temperatur sangat jarang dilakukan, karena hal ini tidak mencukupi untuk keperluan pengaturan kelembaban udara itu. Sistem penyemprot air atau uap air dan juga mengintalasikan pintu masuk bagi udara segar yang kering dan pintu keluar bagi udara yang panas dan jenuh agar terjadi pergantian udara, merupakan dua cara yang dominan untuk mengatur kelembaban udara dalam tanur pengering (Ramussen, 1961). Sirkulasi udara di dalam tanur pengering diupayakan perwujudannya dengan mendasarkan diri pada kejenuhan alami udara atau dengan penggunaan pemaksaan Universitas Gadjah Mada 11

12 secara mekanis. Metode yang pertama, yakni berdasarkan kejenuhan udara, sangat ditentukan dan bergantung pada perbedaan temperatur pada tingkatan-tingkatan yang berbeda di dalam tanur. Perbedaan temperatur ini akan menyebabkan aliran udara dapat berlangsung. Sirkulasi udara dengan pemaksaan berarti sirkulasi itu dilaksanakan dengan penggunaan kipas-kipas angin atau blower. Sebagian terbesar tanur pengering yang ada pada saat ini merupakan tipe tanur pengering dengan sirkulasi udara secara pemaksaan seperti ini. Secara teori, udara sebagai media pengeringan di dalam tanur pengering dapat digunakan tanpa bats akhir, apabila disertai dengan perlakuan dehumidifikasi terhadap udara setelah udara tersebut dialirkan melalui tumpukan kayu gergajian. Dalam praktek dehumidifikasi, proses penurunan kelembaban udara dilakukan dengan mengambil sebagian terbesar kelembaban dari udara yang telah jenuh itu dengan cara mengkondensasikannya di dalam alat yang disebut dehumidifier. Pengaturan kelembaban udara di dalam tanur pengering pada umumnya dilakukan dengan mengukur volume udara yang dikeluarkan dari tanur pengering atau mengeluarkan sejumlah tertentu volume udara yang telah jenuh kelembaban, kemudian menggantinya dengan memasukkan udara segar dan kering yang jumlahnya ekuivalen yang berasal dari bagian luar tanur. Berlangsungnya pelepasan udara lembab yang telah digunakan dan pemasukan udara segar yang relatif kering biasanya didesain melalui penyediaan jalur pengeluaran khusus dan jalur pemasukan yang khusus pula. Meskipun demikian, pertukaran udara sejumlah tertentu tetap saja terjadi sebagai akibat dari adanya kebocoran secara alami yang dialami oleh tanur pengering. Kecepatan pengeringan akan bervariasi pada setiap bagian yang berbeda di dalam tanur pengering, karena suhu udara dan kelembabannya bervariasi pula pada tingkat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, susunan kayu harus dibuat sedemikian rupa untuk sedapat mungkin mengatasi variabilitas kondisi udara tersebut. Satu metoda dirumuskan untuk meningkatkan kecepatan sirkulasi udara, sehingga tiada lagi kesempatan bagi udara untuk menjadi jenuh sebelum udara itu melewati tumpukan kayu. Disamping itu, arah sirkulasi mungkin diarahkan secara ulang-alik setiap periode waktu oleh adanya perubahan rotasi udara yang disediakan oleh perubahan arah rotasi kipas angin Jenis Tanur Pengering Ada dua tipe utama tanur pengering untuk mengeringkan kayu gergajian, yaitu tanur pengering progresif dan tanur pengering kompartemen. Tanur pengering progresif dioperasikan dengan aliran udara yang berlangsung secara alami maupun dengan tenaga paksaan oleh kipas angin. Sementara itu, tanur pengering kompartemen praktis selalu dioperasikan dengan sirkulasi udara secara paksa dengan menggunakan kipas angin. Universitas Gadjah Mada 12

13 Tanur progresif Sebagaimana telah disebutkan, bahwa tanur pengering adalah suatu peralatan atau bangunan yang terdiri dari satu atau lebih ruang, yang kedalamnya dapat dialirkan udara yang kondisi suhu dan kelembabannya telah diatur pada tingkat tertentu, untuk dilewatkan pada sekeliling kayu yang sedang dikeringkan. Tanur pengering yang tergolong dalam tipe progresif memiliki karakter dan penampilan tertentu. Tanur progresif mempunyai dua pintu yang terletak pada posisi yang berbeda, biasanya pada posisi yang berlawanan. Pintu yang pertama terletak pada ujung yang satu, sedang pintu kedua terletak pada ujung yang lain pada tanur yang sama. Kayu gergajian yang masih segar dimasukkan ke dalam tanur melalui pintu yang pertama, dan kayu tersebut bergerak di sepanjang tanur menuju ke pintu yang kedua dan kayu tersebut dikeluarkan dari tanur pengering melalui pintu yang kedua tersebut. Selama pergerakan itulah, muatan kayu tersebut mengalami proses pengeringan. Oleh karena itulah, maka pintu pertama disebut sebagai pintu pintu pemuatan, dan pintu kedua disebut sebagai pintu pembongkaran muatan. Di setiap bagian di dalam tanur yang terbentang dari pintu pemuatan sampai dengan pintu pembongkaran, kondisi suhu dan kelembaban udara berbeda-beda. Oleh karena itu pada setiap bagian di sepanjang tanur itu, kayu mengalami tahap pengeringan yang berbeda-beda pula. Udara dengan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi terdapat pada pintu pemuatan. Sebaliknya, pada pintu pembongkaran, udara tersebut mempunyai suhu yang tinggi dan kering atau kelembaban yang rendah. Untuk mencapai hal itu, kumparan pemanas lebih banyak ditempatkan pada bagian pintu pembongkaran. Sirkulasi udara bergerak dari pintu pembongkaran menuju ke pintu pemuatan. Dengan demikian, udara bergerak dengan arah yang berlawanan terhadap pergerakan muatan kayu, dan muatan kayu yang paling lama berada di dalam tanur akan menerima udara yang paling panas dan paling kering. Dalam sirkulasinya melewati tumpukan kayu yang dikeringkan, udara menyerap kelembaban yang berasal dari kayu. Udara tersebut akan meningkatkan kelembaban relatifnya dan mengakibatkan penurunan suhunya. Karena itulah, pada ujung pemuatan, kayu gergajian bersinggungan dengan udara yang udara yang relatif dingin dan lembab. Kondisi pengeringan yang paling keras terdapat pada pintu pembongkaran, dan pada posisi inilah kayu yang dikeringkan itu telah mempunyai kemampuan tertinggi untuk mengakomodasikan kondisi demikian. Sementara itu, kondisi pengeringan yang paling ringan terdapat pada pintu pemuatan, dan kayu dalam kondisi yang paling lemah untuk mampu dikeringkan dengan kecepatan pengeringan yang tinggi. Universitas Gadjah Mada 13

14 Setelah mengalami sirkulasi di sepanjang tanur, sebagian dari udara itu dilepaskan menuju ke atmosfir, dan sebagian lagi sisanya dikembalikan ke ujung pembongkaran melalui bagian bawah lantai tanur pengering. Udara segar dimasukkan ke dalam tanur melalui celah yang sesuai untuk mengganti udara yang dikeluarkan dari tanur. Udara segar ini dicampur dengan udara yang dikembalikan dari ujung pemuatan tadi, dan campuran ini dipanaskan lagi oleh unit pemanas untuk disirkulasikan kembali melalui tumpukan kayu yang sedang dikeringkan. Tanur pengering tipe prograsif memiliki kelemahan dan keunggulan. Kelemahan tanur progresif ini terletak pada tingkat penggunaannya yang sangat terbatas, karena keberhasilan operasinya bergantung pada cadangan kayu gergajian yang sama dalam hal spesies dan dimensinya. Ada beberapa alasan lain yang dapat diajukan untuk mendukung penilaian bahwa ada kelembahan pada tanur progresif. Pertama, kondisi pengeringan tidak dapat dimodifikasi setiap saat dan setiap kali ada penambahan muatan baru. Hal ini disebabkan karena tanur pengering masih berisi muatan kayu yang baru sebagian raja yang sudah dikeringkan. Di samping itu, keterbatasan pemanfaatan tanur ini juga disebabkan oleh rendahnya fleksibilitas pemakaiannya, dan kondisi pengeringannya tidak dapat diatur secara presisi, dan hanya sesuai bagi industri pengeringan yang besar produksinya. Di samping beberapa kelemahan, tanur ini juga mengandung tiga keunggulan. Pertama, biaya untuk konstruksi tanur dan peralatan pendukungnya relatif murah. Kedua, penanganannya dapat dilakukan secara mudah, apalagi bila kondisi operasi yang efisien sudah ditemukan. Ketiga, pengering bertipe ini menghasilkan luaran (output) kayu kering relatif tetap volumenya dan kontinyu pula ketersediaannya Tanur kompartemen Sebagaimana tanur progresif, tanur kompartemen terdiri atas sebuah atau beberapa ruangan yang tertutup. Meskipun demikian, keduanya berbeda dalam hal operasinya. Pada tanur kompartemen, muatan kayu akan berada pada posisi yang tetap dan permanen di dalam tanur, sehingga muatan itu tidak berpindah dari satu bagian ke bagian lain di dalam tanur pengering. Muatan tersebut akan tetap diam selama proses pengeringan berlangsung, sejak awal hingga akhir proses pengeringan. Temperatur dan kelembaban udara yang disirkulasikan di dalam tanur akan diubah secara terus menerus sepanjang berlangsungnya proses pengeringan. Udara mungkin dioperasikan dengan metoda aliran udara secara alami atau dengan metoda aliran udara dengan pemaksaan. Udara mungkin disirkulasikan melintang tegak lurus dari bagian atas ke bagian bawah tanur, atau sebaliknya dari bagian bawah tanur ke bagian atas tanur. Di samping itu, udara dapat pula Universitas Gadjah Mada 14

15 disirkulasikan dari ujung yang satu ke ujung yang lain dari tanur tersebut. Arah sirkulasi udara tersebut berlangsung secara bolak-balik. Kayu mungkin ditumpuk dengan edge piled (ditumpuk secara miring), ketika sirkulasi udara yang utama mengalir ke atas melalui tumpukan kayu dan udara itu menurun kembali melewati samping tanur. Kayu akan ditumpuk sebagai suatu tumpukan mendatar (flat-piled) apabila sirkulasi udara bergerak ke atas melalui salah satu sisi, menerobos melintang muatan kayu dan bergerak menurun lagi pada sisi yang lain. Penumpukan secara flat (mendatar) merupakan metoda yang lebih sering diterapkan. Di dalam menumpuk secara mendatar ini sering kali dilakukan dengan menyertakan adanya "cerobong" aliran udara di tengah tumpukan, sehingga udara mengalir ke atas melewati cerobong dan bersirkulasi ke bagian samping. Kondisi pada permulaan proses pengeringan sangatlah ringan, yakni kelembaban dalam udara yang disirkulasikan itu relatif tinggi, sedangkan temperaturnya relatif rendah. Sepanjang perjalanan proses pengeringan, temperatur ditingkatkan dan kelembaban udara diturunkan secara berangsur-angsur. Sebagai akibatnya, kondisi pengeringan menjadi semakin lebih keras. Meskipun demikian, pengubahan kekerasan kondisi pengeringan itu dilakukan dengan tetap memelihara, menjaga dan melindungi kayu terhadap penurunan kualitasnya. Keunggulan tanur kompartemen pertama-tana terletak pada fleksibilitas dalam pengoperasiannya. Di samping juga adanya kenyataan bahwa tanur ini dapat dirancang untuk dioperasikan dan dikendalikan secara presisi (cermat) merupakan keunggulan yang kedua. Fleksibilitas ini diperlukan manakala diinginkan dicapainya produk kayu kering selalu berubah, baik dalam hal spesies maupun dimensinya. Di samping itu, pengendalian maksimum terhadap kondisi pengeringan merupakan hal yang paling penting pada scat mengeringkan kayu yang secara alami berkarakter sebagai kayu yang sulit dikeringkan. Mendasarkan diri pada semua keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tanur pengering, maka tanur kompartemen pada akhimya lebih disukai dibandingkan dengan tanur progresif. Dari semua aspek, banyak industri pengolahan kayu yang yang mengoperasikan tanur pengering kompartemen. Perkecualian berlaku bagi perkayuan yang berusaha untuk menghasilkan secara kontinyu suatu cadangan kayu yang terdiri atas jenis kayu tertentu saja dengan sebuah ketebalan tertentu pula. Bagi industri yang khusus menginginkan cadangan dengan spesifikasi demikian, maka pengoperasian tanur pengering bertipe progresif merupakan pilihan utama. Pada masa-masa yang lalu skedul pengeringan yang satu dan sama telah diberlakukan sebagai standar dalam pengeringan kayu tanpa memperhatikan jenis kayu, dimensi kayu, kondisi kayu yang akan dikeringkan, dan sering kali tanur yang Universitas Gadjah Mada 15

16 digunakan hanyalan sekedar oven yang dilengkapi dengan pengatur papas saja. Hal seperti itu sudah harus ditinggalkan, mengingat pengeringan yang demikian itu akan menghasilkan produk yang sangat tidak memuaskan, bahkan sering kali mengakibatkan adanya kerusakan yang serius terhadap kayu gergajian yang dikeringkan Prosedur Pelaksanaan Pengeringan Proses pengeringan dengan tanur pengering dilaksanakan dengan prosedur yang terdiri atas lima langkah sebagai berikut : 1. mempersiapkan bahan kayu yang dikeringkan. 2. menghidupkan tanur. 3. melaksanakan proses pengeringan 4. melakukan perlakuan paripurna. 5. mendinginkan muatan kayu. Penjelasan secara rinci terhadap setiap langkah tersebut akan dijabarkan di dalam bab yang bersesuian dengan masing masing langkah itu. Daftar Pertanyaan 1. Gambar skematis dan jelaskan konstruksi tanur pengering 2. Sebutkan dan uraikan berbagai metode pengeringan secara rekayasa 3. Jelaskan pengertian anda mengenai tanur pengering 4. Jelaskan pengertian anda pengeringan di dalam tanur 5. Sebutkan keunggulan dan kelemahan pengeringan dalam tanur 6. Bagaimana cara pengendalian kadar air seimbang selama proses pengeringan tanur? 7. Sebutkan prinsip dasar pelaksanaan pengeringan dengan tanur pengering 8. Uraiakan berbagai cam penyediaan panas, pengaturan kelembaban 9. Jelaskan mengapa kecepatan sirkulasi udara berpengaruh terhadap proses pengeringan 10. Sebutkan berbagai jenis tanur pengering 11. Jelaskan perbedaan antara tanur pengering kompartemen dan progresif 12. Bagaimana prosedur pelaksanaan pengeringan dalam tanur pengering? Universitas Gadjah Mada 16

BAB 10 PERLAKUAN PARIPURNA, TEGANGAN PENGERINGAN DAN CASE HARDENING

BAB 10 PERLAKUAN PARIPURNA, TEGANGAN PENGERINGAN DAN CASE HARDENING BAB 10 PERLAKUAN PARIPURNA, TEGANGAN PENGERINGAN DAN CASE HARDENING Perlakuan paripurna adalah perlakuan yang dilaksanakan di dalam tanur pengering pada akhir proses pengeringan. Perlakuan ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 7 SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN

BAB 7 SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN BAB 7 SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN 7.1. Arti dan Tujuan Skedul suhu dan kelembaban merupakan istilah baru sebagai penyempurnaan terhadap istilah skedul pengeringan. Mengapa demikian Istilah skedul pengeringan

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU

BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU 2.1. Perspektif Hubungan Kayu dan Air Hubungan antara air dan kayu dapat dilihat dari dua perspektif atau dua sudut pandang. Sudut pandang pertama dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu merupakan bahan alami yang bersifat higroskopis. Hal ini berarti kayu mempunyai kemampuan untuk menarik atau mengeluarkan air dari udara atau dari dalam tergantung pada

Lebih terperinci

BAB 8 CONTOH UJI MUATAN KAYU YANG DIKERINGKAN

BAB 8 CONTOH UJI MUATAN KAYU YANG DIKERINGKAN BAB 8 CONTOH UJI MUATAN KAYU YANG DIKERINGKAN 8.1. Fungsi Contoh Uji Bagan suhu dan kelembapan udara yang diterapkan di dalam tanur pengering berpengaruh terhadap tegangan pengeringan yang dialami oleh

Lebih terperinci

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri 1 DIKTAT PENGERINGAN KAYU Oleh: Efrida Basri I. Konsep Dasar Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL

PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL Yustinus Suranto Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008 KARYA TULIS PENGERINGAN KAYU Oleh : ARIF NURYAWAN, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 839 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008 Arif Nuryawan : Pengeringan Kayu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada 1

Universitas Gadjah Mada 1 I. Nama Mata Kuliah : Pengeringan Kayu II. Kode/SKS : KTT 350/ 2,1 III. Prasyarat : Anatomi dan Identifikasi Kayu KTT 210 Fisika Kayu KTT 220 Mekanika Kayu KTT 221 Kimia Kayu KTT 230 IV. Status Matakuliah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU 3.1.Keterkaitan Antara Kondisi Kebasahan/Kekeringan Kayu dan Kandungan Air serta Kadar Air Dan uraian pada kuliah kedua minggu yang lalu, dipahami tentang

Lebih terperinci

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan PROSES PENGAWETAN KAYU 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan Tujuan dari persiapan kayu sebelum proses pengawetan adalah agar 1 ebih banyak atau lebih mudah bahan pengawet atau larutannya meresap ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil [11], menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi A. Deskripsi Ruang lingkup materi ini meliputi : pengenalan prinsip dan prosedur peralatan Klimatologi, untuk menunjang keterampilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Ikan Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

MESIN PENGERING KAYU SEDERHANA UNTUK HOME INDUSTRI. Murni *)

MESIN PENGERING KAYU SEDERHANA UNTUK HOME INDUSTRI. Murni *) MESIN PENGERING KAYU SEDERHANA UNTUK HOME INDUSTRI Murni *) Abstract Dryer machine of wood is made to fulfill need of wood in order to produce raw of drying wood is not depended weather. Making of dryer

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu lapis untuk kapal dan perahu Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat mengelompokkan mesin pengeringan dan memilih mesin pengering berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5 KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT NAMA NIM : : KEGIATAN PRAKTIKUM A. PERCOBAAN TITIK LEBUR ES 1. Suhu es sebelum dipanaskan

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN LEMARI PENDINGIN MINUMAN Untuk Kegunaan Komersial SC-178E SC-218E Harap baca Petunjuk Pengoperasian ini sebelum menggunakan. No. Pendaftaran : NAMA-NAMA BAGIAN 18 17 16 1. Lampu

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera) merupakan satu jenis tumbuhan dari suku arenarenan atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

Cooling Tower (Menara Pendingin)

Cooling Tower (Menara Pendingin) Cooling Tower (Menara Pendingin) A. Pengertian Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan

Lebih terperinci

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal Bab 14 Kenyamanan Termal Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 172 Kenyaman termal Kenyaman termal adalah suatu kondisi yang dinikmati oleh manusia. Faktor-faktor kenyamanan termal

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari Kayu Definisi Suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu. Menurut Kementriaan Kehutanan (2014), data

Lebih terperinci

III. DASAR PERENCANAAN

III. DASAR PERENCANAAN III. DASAR PERENCANAAN Persamaan kekuatan secara umum dapat dituliskan seperti pada Persamaan 3.1, dimana F u adalah gaya maksimum yang diakibatkan oleh serangkaian sistem pembebanan dan disebut pula sebagai

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT. js1 1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP SNI 06-2433-1991 METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan and pegangan dalam pelaksanaan pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN APAKAH ELPIJI ITU ELPIJI adalah merek dagang dari produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas,

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pengeringan (drying) adalah pemisahan sejumlah air dari suatu benda atau objek yang didalamnya terdapat kandungan air, sehingga benda atau objek tersebut kandungan

Lebih terperinci

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara

Lebih terperinci