perkembangan kesuburan dalam rahim (Irianto, 2014).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "perkembangan kesuburan dalam rahim (Irianto, 2014)."

Transkripsi

1 7 yang berbentuk huruf T. IUD mengandung progestin yang menekan perkembangan kesuburan dalam rahim (Irianto, 2014). IUD merupakan suatu alat atau benda yang dimasukan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang dan dapat dipakai oleh semua perempuan usia produktif (Handayani, 2011). b. Penggolongan IUD Intra Uterine Devices (IUD) digolongkan dalam beberapa jenis, sebagai berikut: 1) IUD non hormonal a) Menurut bentuknya : Bentuk terbuka (Open Device), contohnya: Lippes Loop, CU-T, CU-7, Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Bentuk tertutup (Closed Device), contohnya: Ota-ring, Antigon, Graten Berg ring. b) Menurut jenisnya : Un-Medicated IUD, contohnya: Lippes Loop, Margulies, Saf-T Coil, Antigon. Medicated IUD, contohnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun). c) IUD yang mengandung hormonal : progestasert-t = Alza T dan LNG-20. (Handayani, 2011).

2 8 c. Mekanisme Kerja IUD, adalah : 1) IUD yang mengeluarkan hormone yang akan mengentalkan lender serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk melewati cavum uteri 2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri 3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan sehingga mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi 4) Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakaian IUD yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus 5) Produksi local prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian IUD yang dapat menghalangi nidasi 6) Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual terjadi) IUD mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (yang dipasang setelah hubungan seksual terjadi) IUD mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim. (Handayani, 2011).

3 9 d. Keuntungan Penggunaan IUD, adalah : 1) Alat kontrasepsi dengan tingkat efektivitas tinggi. 2) Akan segera efektif setelah terpasang di rahim anda. 3) Metode kontrasepsi jangka panjang tidak perlu ganti-ganti. 4) Tidak perlu selalu mengingat-ingat. 5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil. 7) Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi hormonal. 8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. 9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus apabila tidak terjadi infeksi. 10) Dapat digunakan hingga masa menopause atau 1 tahun atau lebih setelah masa haid terakhir. (Affandi, 2014). e. Kerugian Penggunaan IUD, adalah : 1) Terdapat perdarahan atau spotting antar menstruasi 2) Keputihan atau Leukorhea 3) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggung hubungan seksual 4) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

4 10 5) Haid lebih lama dan banyak 6) Perdarahan (spotting) antar menstruasi. 7) Saat haid lebih sakit. 8) Tidak mencegah IMS termasuk HIV atau AIDS. 9) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. (Handayani,2011) Kegugian penggunaan IUD menurut Manuaba, 2010 diantaranya: 1) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD. Seringkali perempuan takut selama pemasangan. 2) Sedikit nyeri dan perdarahan atau spotting terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari. 3) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melakukannya. 4) Mungkin IUD keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang sesudah melahirkan). 5) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD untuk mencegah kehamilan normal. 6) Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu, (Manuaba, 2010). f. Indikasi Penggunaan IUD, adalah : 1) Usia reproduktif.

5 11 2) Keadaan Nulipara. 3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya. 6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. 7) Resiko rendah dari IMS (Inveksi Menular seksual) 8) Tidak menghendaki metode hormonal. 9) Tidak menyukai untuk meningat-ingat miunum pil setiap hari. 10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari pasca sanggama. (Affandi, 2014). g. Kontra Indikasi Penggunaan IUD, adalah : Umum 1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil). 2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui. 3) Sedang menderita infeksi atau kanker alat genetalia. 4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP (Penyakit Radang Panggul) atau abortus septic. 5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri. 6) Diketahui menderita TBC pelvic. 7) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm. (Affandi, 2014).

6 12 h. Efek Samping dan Komplikasi Penggunaan IUD, adalah : 1) Nyeri dan mulas Sehabis insersi IUD biasaya terjadi kejang,nyeri dan mulas-mulas, serta pegal pinggang. Keluhan-keluhan tadi pada umumnya akan hilang dalam beberapa minggu (Mohctar,2013). 2) Perdarahan Dapat terjadi perdarahan pasca-insersi bercak diluar haid atau spotting dan perdarahan meno atau metroragia (Mochtar,2013). 3) Dismenorea (nyeri saat haid) Tidak semua wanita yang memakai IUD akan mengalami nyeri haid. Biasanya banyak wanita yang sebelumnya memang sering mengeluh nyeri haid sewaktu haid yang mengalaminya (Mohctar,2013). 4) Dispareunia (nyeri sewaktu koitus) Pihak suami akan mengeluh sakit karena benang yang pamjang atau cara pemotongan benang seperti bambu runcing (Mochtar,2013). 5) Keputihan Keputihan yang berlebihan disebabkan oleh reaksi organ genetalia terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah insersi (Mohctar,2013). Pada pemakaian IUD sering dijumpai adanya cairan yang

7 13 keluar dari vagina atau keputihan yang mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi awal terhadap adanya benda asing, keputihan yang dijumpai pada akseptor IUD 13,75% disebabkan oleh jamur kandida, 6,25 % disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan 72,5% disebabkan oleh bakteri campuran, keputihan merupakan keluhan yang paling banyak ditemui pada kelompok pemakai IUD Cu-T 380 A 30%, IUD merupakan salah satu faktor predisosisi terjadinya kandidiasis vagina. Pada pemakaian IUD terjadi perubahan pada jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen (Endang, 2013). 6) Ekspulsi Ekspulsi sering dijumpai pada 3 bulan pertama setelah insersi. Setelah 1 tahun, angka ekspulsi akan berkurang. Faktor penyebabya diantaranya pada saat pemasangan dini dan pada pemasangan langsung dalam waktu bulan pertama pasca persalinan (Mochtar,2013). 7) Infeksi Radang panggul PID (Pelvic Inflamatory Disease) dijumpai pada sekitar 2% akseptor tahun pertama pemakaian. Dengan adanya hal tersebut hendaknya sewaktu memasang IUD bekerja secara suci hama (Mochtar,2013).

8 14 8) Translokasi- Dislokasi Translokasi IUD, sebagian atau seluruhnya ke dalam rongga perut umumnya terjadi karena adanya perforasi uterus. Hal tersebur paling sering terjadi pada saat insersi IUD yang kurang hati-hati atau pada saat usaha pengeluaran IUD yang sulit ( Mochtar,2013). 10) IUD tertanam dalam diinding rahim IUD dapat tertanam ke dalam dinding rahim atau terbenam lebih dalam baik sebagian atau seluruhnya (komplet) (Mochtar,2013). 3. Keputihan atau Leukorhea (Fluor Albus) a. Pengertian Keputihan Keputihan adalah terjadinya infeksi bakteri maupun jamur hidup subur pada saluran genetalia sekresi (Sulistyawati,2011). b. Etiologi Keputihan Sifat dan banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah etiologinya, sehingga perlu ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terus menerus atau pada waktu-waktu tertentu saja, warnanya, baunya disertai rasa gatal, nyeri atau tidak. (Winkjosastro, 2007). Hal tersebut bisa terjadi karena adanya jamur, bakeri, parasit berbiak didalam maupun diluar mulut vagina atau adanya infeksi yang terbawa pada waktu pemasangan IUD (Irianto, 2014).

9 15 c. Patofisiologi Penggunaan IUD dengan Keputihan Keputihan dapat timbul disebabkan karena reaksi adanya IUD didalam kandung rahim, adanya infeksi yang terbawa pada waktu pemasangan IUD, adanya jamur yang diam dan berkembang biak didalam atau diluar maupun di mulut vagina (Irianto, 2014) Menurut Penelitian yang dilakukan Endang (2013), melaporkan keputihan yang dijumpai pada akseptor IUD 13,75% disebabkan oleh jamur kandida, 6,25 % disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan 72,5% disebabkan oleh bakteri campuran. Pada keadaan normal, jamur kandida dapat ditemukan dalam jumlah sedikit di vagina, mulut rahim dan saluran pencernaan. Jamur kandida disini hidup sebagai saprofit tanpa menimbulkan keluhan atau gejala (Asimptomatis) jamur ini dapat tumbuh dengan variasi ph yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada ph 4,5-6,5. Bersama dengan jamur kandida pada keadaan normal di vagina juga didapatkan Doderlein Lactobasilus yang hidup sebagai komensal. Keduanya mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di dalam vagina. Doderlein berfungsi mengubah glikogen menjadi asam laktat yang berguna untuk mempertahankan ph vagina dalam suasana asam atau ph 4-5. Pada semua kelainan yang mengganggu flora normal vagina dapat menjadikan vagina sebagi tempat yang sesuai bagi kandida untuk berkembang biak (Endang, 2013).

10 16 Pemasangan Benda Asing (IUD) Reaksi Kurangnya Sterilisasi Saat Pemasangan Terganggunya Flora normal vagina Jamur, Bakteri, Parasit berkembang biak Penyakit/Infeksi Sekresi Kelenjar Serviks Meningkat Keputihan Gambar. Patofisiologi Keputihan Patologi Sumber : (Irianto, 2014 ; Endang, 2013) d. Faktor Resiko Keputihan IUD merupakan salah satu faktor resiko yang dapat memicu keputihan karena jamur kandida yang semula asymptomatis menjadi aktif berkembang biak (Endang, 2013). IUD dalam kanndung rahim menimbulkan reaksi yang bisa menyebabkan keputihan (Irianto, 2014).

11 17 Keputihan dapat ditemukan pada saat mendapat haid pertama kali (menarche), menjelang hari haid, alergi kondom, gangguan jiwa atau stressor, terangsang seksual (Nadesul, 2008). f. Keluhan Subyektif Pasien dengan gejala yaitu keluarnya cairan putih dari vagina, cairan ini berbau dan gatal, kental (Irianto, 2014). g. Tanda klinis atau laboratorium Keputihan dapat dibedakan antara keputihan fisiologik dan patologik. Keputihan fisiologik terdiri atas cairan yang kadangkadang berupa mokus yang mengandung banyak epitel dengan keputihan leukosit yang jarang, sedang pada keputihan patologik terdapat banyak leukosit (Winkjosastro, 2007). h.. Prognosis Keputihan yang dapat timbul setelah pemasangan IUD apabila tidak menimbulkan keluhan yang hebat maka tidak dipertimbangkan untuk pengangkatan IUD (Irianto,2014). Keputihan yang disebabkan karena pemasangan IUD dapat dicegah dengan mencari terlebih dahulu penyebabnya kemudian melakukan pengobatan (Mochtar,2013). i. Penatalaksanaan dan Pengobatan Akseptor IUD dengan Keputihan Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan pengobatan yang bertujuan untuk menyembuhkan penderita dari

12 18 penyakitnya, tidak hanya untuk sementara tetapi untuk seterusnya dengan mencegah infeksi berulang. Apabila keputihan yang dialami dengan keluhan sedikit atau fisiologis tidak perlu dirisaukan atau tidak perlu pengangkatan IUD (Irianto 2014) cukup hanya menjaga kebersihan pada daerah kemaluan. Apabila keputihan disertai keluhan yang hebat atau patologis, sebaiknya segera memeriksakan ke dokter untuk menentukan letak bagian yang sakit dan apa penyebab keputihan tersebut. Penatalaksanaan yang adekuat diperoleh dengan menggabungkan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi, yaitu sebagai berikut : 1) Terapi farmakologi : a) Pengobatan pada akseptor IUD dengan keputihan dapat diberikan tablet oral atau tablet vaginal (Mochtar,2013). b) Menurut penelitian Endang (2013), tablet antibiotik oral dengan efektifitas untuk organisme anaerob contohnya mikonazol 2 % krim vagina oral dalam dosis tunggal atau 100 mg per oral 2x1 tablet selama 7 hari atau alternatif lain ampicillin 500 mg 3x1 selama 7 hari. Maupun tablet vaginal contohnya albotil ovula atau iodine tanpa harus mengeluarkan IUD.

13 19 c) Apabila timbul infeksi vagina simtomatik yang menetap atau berulang, maka IUD mungkin perlu dikeluarkan (Varney, 2007). 2) Terapi non farmakologi Untuk penanggulangan klien harus diberi konseling tentang adanya infeksi yang disebabkan karena pemasangan IUD (Irianto,2014). Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah keputihan menurut Mumpuni,dkk (2014) yaitu : 1) Menjaga kebersihan di sekitar organ intim. Seusai buang air kecil, basuhlah vagina dengan air bersih dan segera keringkan sebelum memakai celana dalam. 2) Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat dan nyaman untuk Anda gunakan sehingga tidak menimbulkan stress akibat memikirkan urusan gerah bagian dalam. 3) Mengganti celana dalam setiap kali terasa sudah lembap, terutama bila habis beraktivitas fisik yang melelahkan dan mengeluarkan banyak keringat. 4) Menjaga kebersihan organ intim dengan produk pembersih yang aman. Dengan berkonsultasi dengan dokter sehingga produk pembersih yang digunakan bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing.

14 20 5) Tidak menaburkan bedak pada vagina karena bedak akan masuk ke mana-mana dan menyebabkan jamur bakteri tumbuh di banyak tempat. 6) Tidak terlalu lama memakai jeans karena menyebabkan daerah di sekitar vagina menjadi lembap dan sirkulasi udara dalam tubuh tidak baik. 7) Mengganti pembalut sesering mungkin saat haid. 8) Penggunaan panty liner yang terlalu sering menyebabkan vagina menjadi lembap dan mengundang jamur serta bakteri. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan pada akseptor IUD dengan keputihan adalah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam pemecahan masalah klien, penulis menerapkan manajemen kebidanan yang dikembangkan Varney terdiri dari pengkajian atau pengumpulan data, implementasi data, diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan, rencana tindakan yang dilakukan, implementasi dan evaluasi (Varney, 2007).

15 21 2. Manajemen kebidanan akseptor IUD dengan keputihan menurut 7 langkah Varney a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Data atau fakta yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif, yang meliputi : 1) Data subjektif kasus akseptor IUD dengan keputihan, meliputi : a) Identitas (biodata) Identitas yang perlu dikaji meliputi nama lengkap, umur, suku atau bangsa, agama, pendidikan dan pekerjaan pasien beserta suami (Varney, 2007). b) Keluhan Utama Pada kasus penggunaan IUD dengan keputihan keluhan yang dirasakan pasien yaitu keluarnya cairan putih dari vagina, cairan ini berbau dan gatal, kental setelah pemasangan IUD (Irianto, 2014). c) Data Kebidanan 1. Riwayat menstruasi Dari data riwayat menstruasi yang diperoleh bidan akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien. Beberapa data yang harus diperoleh dari riwayat menstruasi antara lain meliputi umur menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah keluar, teratur atau tidak, sifat darah, (mengumpal

16 22 atau tidak dan warna darah) dan keluhan sewaktu menstruasi (Yulifah, 2013). 2. Riwayat perkawinan Pada wanita yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, dijadikan sebagai indikasi untuk dapat dilakukannya pemeriksaan dalam menggunakan inspekulo (Bahari, 2012). d) Data Kesehatan 1. Data Kesehatan Sekarang Pada kasus ini pasien biasanya mengeluhkan keluarnya cairan putih dari vagina, cairan ini berbau dan gatal,kental (Irianto, 2014). 2. Riwayat kesehatan yang lalu Pada kasus ini penting untuk diketahui apakah ibu pernah menderita penyakit menurun dan menular, infeksi pada saluran genetalia atau mengalami keputihan yang lama dan mengganggu sebelum memakai alat kontrasepsi IUD atau tidak (Varney, 2007). 3. Riwayat kesehatan keluarga Menanyakan apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit menular dan menurun atau tidak seperti DM, penyakit menular seksual, infeksi pada

17 23 saluran genetalia dan mempunyai riwayat keputihan (Varney, 2007). e) Riwayat Keluarga Berencana Menanyakan apakah ibu pernah mengikuti KB dan jenis,tangggal berapa penggunaannya, dipasang oleh siapa kemudian dimana, alasan pemakaian, apakah ibu pernah merasakan efek samping atau keluhan, pernah ganti cara atau berhenti dan alasan pemberhentian kontrasepsi (Rukiyah, 2014). f) Data Kebiasaan Sehari-hari 1. Nutrisi Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya karena berpengaruh pada daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan menyerang.. Beberapa hal yang perlu ditanyakan yaitu menu makan, jenis minuman yang diminum, frekuensi makan dan minum, jumlah makan dan minum per hari serta ada tidaknya pantangan dalam makan atau minum (Sulistyawati 2011). Konsep pengaturan makanan diantaranya dari pola, sumber dan zat gizi yang baik berperan penting dalam kesehatan reproduksi wanita (Hardisman,2014). 2. Eliminasi Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah berapa frekuensi BAB dan BAK, bagaimana konsistensinya, apa

18 24 warnanya, dan adakah keluhan dalam hal eliminasi. Pola eliminasi perlu dikaji untuk menilai kemungkinan adanya penyakit infeksi saluran kemih (Wiknjosastro, 2007). 3. Istirahat Dalam kasus ini, psikologis merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya keputihan. Pola istirahat sangat berpengaruh terhadap keadaan psikologis seseorang (Pribakti, 2012). 4. Personal Hygiene Personal hygiene digunakan untuk mengetahui apakah pasien memperhatikan kebersihan alat genetalia atau tidak (Affandi, 2012). Untuk menegtahui apakah klien melakukan penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau diluar atau lingkungannya (Herliyati Endang, 2013) g) Keadaan sosial dan psikologis ibu Menanyakan keadaan sosial ibu untuk mengetahui hubungan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan ibu, seperti hubungan dan dukungan dengan suami, hubungan dengan anggota keluarga yang lain dan siapa yang berhak mengambil keputusan apabila ada suatu masalah, dan

19 25 bagaimana hubungan ibu dengan tenaga kesehatan dilingkungan ibu. Sedangkan keadaan psikologis ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu cemas atau tidak dengan kondisinya saat ini (Norma, 2013). h) Data Pengetahuan Pada kasus ini, diketahui sejauh mana pengetahuan klien tentang IUD dan keputihan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan (Sulistyawati, 2011). 8) Data objektif yang dikaji, meliputi : a) Pemeriksaan Umum Pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan umum dan kesadaran, pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (Sulistyawati, 2011). b) Pemeriksaan Fisik atau Khusus Pemeriksaan fisik dalam kasus ini adalah pemeriksaan genetalia dilakukan melalui inspeksi dan palpasi genetalia eksterna untuk mengetahui ada tidaknya keputihan dan massa pada vagina. Pada pemeriksaan langsung, akan melihat muara kandung kemih, bibir vagina, anus dan lipatan paha guna mengetahui adanya bercak merah yang terasa gatal, luka lecet, banyak atau sedikitnya, tingkat kekentalan, warna dan bau cairan keputihan yang keluar (Bahari, 2012).

20 26 Pemeriksaan dalam dilakukan menggunakan spekulum, untuk mengetahui ada tidaknya benang IUD, terjadi atau tidaknya peradangan, pembengkakan, erosi atau bercak putih pada saluran vagina dan leher rahim, ada tidaknya pengeluaran keputihan pada vagina dan serviks (Bahari, 2012). c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan keputihan meliputi pemeriksaan laboratorium. Cairan keputihan tersebut akan diambil untuk diperiksa menggunakan mikroskop. Untuk mengetahui ada tidaknya jamur yang menyebabkan infeksi ( Affandi,2014). Apabila benar ditemukan adanya infeksi, dokter akan memberikan terapi yang disesuaikan dengan kuman penyebabnya (Andriyani, 2013). 2) Langkah II: Interpretasi Data Dasar a. Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan pada kasus akseptor IUD dengan keputihan adalah Ny. A P 2 A 0 umur 42 tahun akseptor IUD dengan keputihan. Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif. Subjektif : a) Ibu mengatakan usianya 42 tahun. b) Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi IUD. c) Ibu mengatakan mengalami keputihan.

21 27 Objektif : a) Keadaan umum dan kesadaran klien. b) Tanda-tanda vital: suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi. c) Inspeksi: pada inspeksi genetalia eksterna dan pemeriksaan inspeculo (untuk memeriksa adanya cairan vagina,servisitis dan mengambil spesimen pemeriksaan mikroskopis). d) Pemeriksaan laboratorium: pap smear atau iva test untuk menegakkan jenis infeksi. b. Masalah a) Keluarnya cairan putih dari vagina, cairan ini berbau, kental dan gatal sehingga pasien tidak nyaman (Irianto, 2014). b) Pasien merasa cemas karena keluanya cairan dari alat-alat genetalia yang tidak berupa darah (Wiknjosastro, 2007). c. Kebutuhan a) Memberikan motivasi ibu agar selalu menjaga kebersihan alat kelamin luar (Pribakti, 2012). b) Dukungan moril dan informasi pengetahuan tentang manfaat dan resiko tentang penggunaan IUD dengan keputihan yang dialami (Saifuddin, 2010). d. Langkah III: Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Diagnosa potensial yang dapat muncul pada kasus Ny.A P 2 A 0 akseptor IUD dengan keputihan yaitu infeksi dengan dasar :

22 28 1) Keluarnya cairan putih dari vagina, cairan ini berbau, kental (Irianto, 2014). 2) Keluarnya cairan dengan warna agak kekuning-kuningan sering lebih kental dan berbau terasa gatal (Wiknjosastro, 2007). Antisipasi penanganan yang dapat dilakukan bidan terhadap pasien IUD dengan keputihan menurut Saifuddin (2010) : 1) Melakukan observasi keadaan umum ibu dan vital sign ibu terutama pada suhu. 2) Pemeriksaan menggunakan spekulum dan pemeriksaan bimanual (Saifuddin, 2010). e. Langkah IV: Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Kebutuhan untuk pasien pada kasus Ny.A P 2 A 0 akseptor IUD dengan keputihan adalah sebelum melakukan pengobatan mencari terlebih dahulu penyebab keputihan (Mohctar, 2013), melakukan observasi vital sign terutama suhu dan PPv berupa pengeluaran keputihan pada vagina ibu (Saifudin, 2010). Tindakan segera pada kasus Ny.A P 2 A 0 akseptor IUD dengan keputihan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat, dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan penunjang (Saifuddin, 2010 ; Mumpuni dkk, 2014)

23 29 f. Langkah V: Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh Rencana asuhan yang diperlukan untuk menangani kasus Ny.A P 2 A 0 akseptor IUD dengan keputihan meliputi : 1) Berikan informasi tentang keadaan ibu dan hasil pemeriksaan (Irianto, 2014). 2) Berikan motivasi kepada ibu tentang keputihan dan kemungkinan penyebab terjadinya keputihan (Mumpuni dkk, 2014). 3) Berikan motivasi untuk selalu menjaga kebersihan alat kelamin luar (Pribakti, 2012). 4) Berikan terapi untuk mengatasi keputihan (Mumpuni dkk, 2014). 5) Berikan motivasi kepada ibu tentang cara membersihkan alat genetalian yang benar dan KIE untuk menggunakan celana dalam yang menyerap keringat serta menggunakan pakaian yang longgar dan tidak ketat (Mumpuni dkk, 2014). 6) Anjurkan pasien melakukan kunjungan ulang untuk mengetahui apakah keputihan berkurang (Mumpuni dkk, 2014). g. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah kelima dilaksanakan secara efien dan aman. Perencana bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien,atau anggota tim kesehatan lainnya. (Varney,2007). Bidan melaksanakan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi (Varney,2007).

24 30 h. Langkah VII: Evaluasi Evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada asuhan kebidanan Ny.X PxAx akseptor IUD dengan keputihan meliputi keadaan umum pasien membaik dan masalah keputihan yang dialami pasien akibat penggunaan IUD dapat teratasi dengan efektif (Yulifah, 2013). Diharapkan dari manajemen kebidanan pada kasus Ny.A P 2 A 0 akseptor KB IUD dengan keputihan adalah pasien tetap menggunakan KB IUD (Sulistyawati, 2011). 3. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Klien Saat menghadapi pasien bidan berfikir menggunakan alur 7 langkah Varney kemudian didokumentasikan dalam bentuk SOAP untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan. SOAP merupakan proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan pasien. SOAP menurut Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VII/2007 yaitu: a. S (Subjektif) Memaparkan dokumentasi hasil dari pengumpulan data pasien melalui anamnesis sebagai Langkah 1 Varney. Data subjektif pada kasus akseptor IUD dengan keputihan didapatkan dari hasil wawancara langsung pada pasien dengan akseptor IUD yang mengalami keluhan keputihan ataupun keluhan lain yang dirasakan.

25 31 b. O (Objektif) Memaparkan dokumentasi dari hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari pemeriksaan laboratorium yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan pada kasus IUD dengan keputihan sebagai Langkah 1 Varney. Data obyektif yang dikaji pada kasus Ny.A P 2 A 0 akseptor IUD dengan keputihan meliputi pemeriksaan umum yang terdiri dari data keadaan umum ibu, kesadaran ibu, vital sign dari ibu (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi) dan pemeriksaan khusus yang terdiri dari data hasil inspeksi dan palpasi genetalia eksterna, pemeriksaan dengan inspeculo, serta data penunjang yang berupa pemeriksaan laboratorium maupun papsmear. c. A (Analisa) Memaparkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dengan suatu identifikasi, yaitu diagnosis masalah pada kasus IUD dengan keputihan sebagai Langkah 2 Varney. Diagnosa kebidanan yang ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif adalah Ny. A P 2 A 0 umur 42 tahun akseptor KB IUD dengan keputihan. d. P (Penatalaksanaan)

26 32 Menggambarkan dokumentasi dari tindakan (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5,6,7 varney. Dalam langkah ini menjelaskan mengenai seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipasif dan tindakan segera secara komprehensif meliputi penyuluhan, dukungan kolaborasi,evaluasi dan follow up berdasarkan analisa sebagai langkah 3,4,5,6, dan 7 Varney. Dari Penatalaksanaan kasus Ny. A P 2 A 0 Akseptor IUD dengan keputihan diharapkan IUD tetap terpasang dan keputihan dapat teratasi sampai sembuh tanpa terjadi komplikasi penyerta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efek Samping Kontrasepsi IUD 2.1.1 Pengertian Efek Samping Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan** ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2010 Ida Susila* Eka Junia Imawan** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun 2015. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 255,993,674

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan cara memberi nasehat perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tanggal Masuk : 26 Maret 2013 Pukul : 09.15 WIB Tempat : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo No Register : 015113 1. Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkenaan dengan proses pembelajaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkenaan dengan proses pembelajaran. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2007; h. 1181) Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diketahui atau akan diketahui berkenaan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Kustini* Triana Riski Oktaviani** *Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanggal masuk : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta No. Register : 00015748 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat membantu pasangan suami

BAB I PENDAHULUAN. mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat membantu pasangan suami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindakan Teori tindakan adalah suatu teori perilaku manusia dan disengaja bagi perantara merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu gejala gangguan kesehatan yang dikeluhkan wanita (Prawirohardjo, 2008). Fluor albus adalah cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang terlalu cepat akan menghambat perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun, kurang lebih ada 500.000 wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia dengan angka kelahiran yang sangat. berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang.

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia dengan angka kelahiran yang sangat. berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah yang sangat besar dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan angka kelahiran yang sangat tinggi. Dalam rangka mengangkat derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan berkembangnya berbagai metode kontrasepsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 237 juta jiwa pada tahun 2011 menempati negara dengan jumlah penduduk terpadat ke 4 setelah Cina (1,339,240,000), India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita pada dasarnya harus menjalankan kodrat sebagai seorang ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pemikiran lahirnya Keluarga Berencana di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode kontrasepsi jangka panjang IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang sangat populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan yang mencakup

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI Oleh : Rita Purnamasari Tanggal : 11 November 2011 Waktu : 10.00 WIB I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS ISTERI SUAMI Nama : Ny. Y Tn. A Umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi PEMASANGAN AKDR Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Check List No Langkah 1 Konseling awal Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan tanyakan tujuan kedatangannya 2

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74). IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74). IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Pengertian IUD Copper T Cu-380 A IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepasnya dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Program KB merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan mewujudkan keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2012 angka kematian ibu adalah sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup, rata-rata kematian ini jauh melonjak

Lebih terperinci

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut BAB XXI Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah Nyeri perut hebat yang mendadak Jenis nyeri perut Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut 460 Bab ini membahas berbagai jenis nyeri di perut bawah (di bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB) menurut World Health Organisation (WHO) di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB) menurut World Health Organisation (WHO) di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) menurut World Health Organisation (WHO) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi

BAB V PEMBAHASAN. uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh meliputi karakteristik responden dan hasil uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada akseptor

Lebih terperinci

Amirul Amalia Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Amirul Amalia Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan SIKAP AKSEPTOR KB IUD (Intra Uterine Device) PADA PERUBAHAN POLA MENSTRUASI DI BPM LATHIFAH SUPRAPTO Amd.Keb DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN Amirul Amalia Program Studi DIII Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pada abad ke-20. Saat ini hampir 60% pasangan usia. wanita di Negara berkembang tidak memiliki cara mencegah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pada abad ke-20. Saat ini hampir 60% pasangan usia. wanita di Negara berkembang tidak memiliki cara mencegah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada abad ke-20. Saat ini hampir 60% pasangan usia reproduktif di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Kontrasepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea merupakan cairan yang keluar dari vagina (Mansjoer, 2000:376). Keputihan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai peranan penting dalam laju pertumbuhan penduduk. Apabila Laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan maka pemerintah dapat

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 30 TAHUN G III P II A O DENGAN DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012 I. Pengkajian Tanggal :.. Jam. Tempat :.. Nama Mahasiswa

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat

Lebih terperinci

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi METODE KONTRASEPSI BARIER Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi Klasifikasi Kondom Diafragma Spermisida Efektivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajian pengobatannya. Salah satu perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan konseling. Asuhan kebidanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN AWAL KEBIDANAN

PENGKAJIAN AWAL KEBIDANAN MR.4b/R.J/B/2013 PPK_BLUD RUMAH SAKIT UMUM PALABUHANRATU PENGKAJIAN AWAL KEBIDANAN Nama :... Nomor Rekam Medis :... Tanggal Lahir :... Jenis Kelamin : L / P Alamat :... Cara Pembayaran :...... Periksa

Lebih terperinci

SAP KELUARGA BERENCANA

SAP KELUARGA BERENCANA SAP KELUARGA BERENCANA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh: 1. ANNISA RAHMATIAH P07120112046 2. FEBRITA LAYSA S. P07120112060 3. RETNO TRI W. P07120112073 4. VINDA ASTRI

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh : SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan BAB IV PEMBAHASAN Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney dan asuhan kebidan SOAP, dari bab pembahasan ini membahas kesenjangan yang di temukan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci