BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).
|
|
- Widyawati Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi yang berkisar cc per hari. Gangguan siklus haid mencakup haid yang terlalu sering, haid yang terlalu jarang, tidak terjadi haid, perdarahan yang tidak teratur, dan perdarahan bercak. Berdasarkan banyak darah haid yang keluar yaitu, darah haid keluar terlalu banyak >6 kali ganti pembalut, darah haid keluar terlallu sedikit <2kali ganti pembalut perhari, dan perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). Berdasarkan ciri ciri di atas gangguan reproduksi dapat dibagi menjadi menoragia, metroragia, polimenore, oligomenore, amonore, menometroragia, dan perdarahan uterus disfungsional (Tanto, 2014). 2. Perdarahan Uterus Disfungsional a. Pengertian Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi. Perdarahan akut dan banyak, perdarahan ireguler, menoragia dan perdarahan akibat penggunaan kontrasepsi (Wiweko, 2007).
2 Kelainan sistemik, dan kelainan endokrin merupakan penyebab perdarahan uterus disfungsional (Norwitz, 2007). b. Etiologi Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium. Perdarahan uterus disfungsional dapat dijumpai pada wanita usia reproduksi (Baziad, 2008). Perdarahan uterus disfungsional dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Tipe berovulasi Perdarahan teratur yang disebabkan oleh terganggunya mekanisme hemostasis lokal di endometrium. Perdarahan banyak terjadi di tiga hari pertama siklus haid 2. Tipe tidak berovulasi Terjadi akibat estrogen yang tidak mempengaruhi dalam pembentukan lapisan endometrium. Perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang karena gangguan pada poros hipotalamus hipofisis ovarium. 3. Efek samping penggunaan kontrasepsi Dosis estrogen yang rendah dalam kandungan pil kombinasi menyebabkan lapisan endometrium tidak mampu bertahan. Atrofi pada endometrium dapat terjadi karena progestin dapat menimbulkan perdarahan bercak. Sedangkan alat kontrasepsi
3 dalam rahim (AKDR) menyebabkan perdarahan karena terganggunya proses edometriosis (Wiweko, 2007). c. Patofisiologi Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovariumendometrium, kontasepsi, dan gangguan hemostatis endometrium. Perdarahan uterus disfungsional dapat dijumpai pada wanita usia reproduksi (Baziad, 2008). Perdarahan uterus disfungsional akibat efek kotrasepsi disebabkan oleh dosis estrogen yang rendah dalam kandungan pil kombinasi menyebabkan lapisan endometrium tidak mampu bertahan. Atrofi pada endometrium dapat terjadi karena progestin dapat menimbulkan perdarahan bercak. Sedangkan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) menyebabkan perdarahan karena terganggunya proses edometriosis (Wiweko, 2007). Terjadi produksi estradiol 17β secara terus menerus disebabkan terganggunya mekanisme kerja hipotalamus-hipofisi-ovarium dan tanpa pembentukan korpus luteum dan progesterone (Norwitz, 2007). Sehingga terbentuk hiperplasia endomentrium akibat sekresi estrogen yang berlebihan. Jaringan endometrium lepas tidak bersamaan sehingga terjadi perdarahan yang tidak teratur (Anwar, 2011). Gangguan hemostatis endometrium dapat menyebabkan perdarahan bercak (spotting). Gangguan ini bisa disebabkan karena pil kombinasi dan
4 gangguan sendiri pada sistem hemostatis di endometrium (Gant, 2011). Berikut adalah patofisiologi dari perdarahan uterus disfungsional : Kontasepsi Pil Kombinasi AKDR Gangguan fungsional hipotalamus - hipofisis - ovarium Gangguan hemostatis endometrium Estradiol 17β diproduksi terus Peningkatan estradiol 17β Korpus luteum tidak terbentuk Progesteron tidak terbentuk Hiperplasia endomentrium Perdarahan uterus disfungsional Gambar 2.1 Patofisiologi Perdarahan Uterus Disfungsional Sumber : Baziad (2008), Norwitz (2007), Gant (2011), Anwar (2011), Wiweko (2007). d. Faktor Resiko Perdarahan uterus disfungsional biasanya dijumpai pada perimenarche, usia reproduksi, dan perimenapouse (Baziad, 2008). Diagnosa lanjut perdarahan uterus disfungsional adalah kanker endometrium. Kanker endometrium biasanya diawali oleh perdarahan uterus disfungsional yang tidak ditangani dengan baik. Faktor resiko
5 perempuan usia tahun akan meningkat dua kali lipat untuk terserang kanker endometrium dari pada perempuan berumur tahun (Anwar, 2011). e. Keluhan Subjektif Keluhan perderita kadang keluhan ringan sampai berat dan sering menyebabkan frustasi penderitanya (Anwar, 2011). Gangguan haid yang dikeluhkan antara lain gangguan siklus haid yang tidak normal, jumlah darah yang keluar lebih atau kurang, dan lamanya haid berlangsung (Baziad, 2008). f. Prognosis Pengobatan dikatakan berhasil saat perdarahan berhenti atau berkurang, dan 3-4 hari berikutnya tidak terjadi perdarahan kembali. Keganasan cenderung muncul pada perimenapouse dan jarang ditemui pada usia perimenars (Baziad, 2008). g. Penatalaksanaan Penanganan perdarahan uterus disfungsional disesuaikan dengan umur, yaitu : 1. Usia Perimenars Perdarahan uterus disfungsional yang terjadi pada usia perimenars (rata-rata 11 tahun) hingga memasukin usia reproduksi. Perdarahan yang terjadi pada usia ini adalah tipe berovulasi dan tidak berovulasi. Usia ini biasanya 3-5 tahun siklus menstruasi masih belum teratur. Perdarahan uterus
6 disfungsional pada usia ini sebanyak 95% - 98%. Pengobatan akan dilakukan jika gangguan sudah terjadi selama 6 bulan atau 2 tahun setelah menars belum ditemukan siklus haid yang normal. Keadaan yang tidak akut, bisa diberikan antiprostalglandin, antiimflamasi nonsteroid, atau asam traneksamat. Bila belum terlihat membaiknya siklus menstruasi dapat diberikan tablet estrogen-progrsteron kombinasi atau tablet progesteron (Baziad, 2008). Saat kadar Hb <8gr/dl, maka pasien harus dirawat inap dan diberikan transfuse darah. Perdarahan dapat dikurang dengan pemberian selama 3 hari yaitu : a) 17β estradiol 2 x 2mg b) estigen equin konjungasi 2 x 1,25mg c) estropipete 1 x 1,25mg dikombinasikan noretisteron asetat 2 x 5mg, d) didrogesteron 2 x 10mg e) medroksiprogesteron asetat (MPA) 2 x 10mg f) normegestrol asetat 2 x 5mg Metode yang paling mudah dan efektif adalah pemberian kontrasepsi kombinasi oral. Kontrasepsi ini dapat mengkoreksi banyak kasus gangguan siklus haid agar normal kembali (Anwar, 2011).
7 2. Usia Reproduksi Perdarahan uterus disfungsional pada usia reproduksi umumnya lebih ringan dan jarang sampai akut. Perdarahan yang terjadi pada usia ini adalah tipe berovulasi, tidak berovulasi, dan gangguan akibat kontrasepsi AKDR. Perdarahan yang sering terjadi adalah perdarahan bercak (spotting) pada pertengahan siklus haid (Anwar, 2011). Pengobatan hormonal yang bisa diberikan pada hari ke siklus haid, yaitu a) 17β estradiol 1 x 2mg b) estigen equin konjungasi 2 x 1,25mg c) estropipete 1 x 1,25mg Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan pengobatan hormonal mulai hari ke siklus haid, yaitu a) medroksiprogesteron asetat (MPA) 1 x 10mg b) didrogesteron 1 x 10mg c) noretisteron asetat 1 x 5mg d) normegestrol asetat 1 x 5mg Sedangkan perdarahan pascahaid dapat diberikan pengobatan yang diberikan mulai hari ke 2-8 siklus haid, yaitu a) 17β estradiol 1 x 2mg b) estrogen equin konjugasi 1 x 1,25mg c) estropipete 1 x 1,25mg
8 Jika sulit mendapatkan tablet estrogen dan progesterone dapat diberikan pil kontrasepsi kombinasi, namun pemberiannya diberikan sepajang siklus haid. Perdarahan yang tidak berhenti dicurigai terjadi keganasan dan bisa dilakukan tindakan D & K untuk menghentikan perdarahan (Norwitz, 2007). 3. Usia Perimenapouse Perimenapouse merupakan usia antara pramenapouse dan pascamenapouse, sekitar tahun. Perdarahan uterus disfungsional pada usia perimenapouse tingkat kejadiannya 95%. Perdarahan yang terjadi pada usia ini adalah tipe berovulasi, tidak berovulasi, dan gangguan akibat kontrasepsi AKDR. Perdarahan uterus disfungsional pada usia perimenapouse cenderung mengarah keganasan pada endometrium. Keadaan yang tidak akut, pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D&K. Diagnosa dapat ditegakkan dengan USG, bila ketebalan endometrium lebih dari 5mm berarti terjadi hiperplasia endometrium (Baziad, 2008). Jika hasil patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistik, atau hiperplasia adenomatosa, maka dapat diberikan progesterone seperti medroksiprogesteron asetat (MPA) dengan dosis 3 x 10mg/hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan depo medroksiprogesteron asetat (DMPA).
9 Bila ketebalan endometrium kurang dari 6mm dapat langsung diberikan kombinasi estrogen - progesteron, seperti estrogen equin konjugasi 1 x 0,3mg atau 17β estradiol 1 x 2mg yang dikombinasikan dengan medroksiprogesteron asetat (MPA) 1 x 10mg yang diberikan secara berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak ada perbaikan, dicurigai adanya keganasan dengan umur >35 tahun atau mengalami obesitas, maka perlu dilakukan tindakan D&K. Pengobatan selanjutnya tergantung dari hasil patologi anatomi yang diperoleh. Jika perdarahan tidak berhenti dan pengobatan secara medikametosa gagal, bisa dilakukan histerektomi pada perempuan dengan cukup anak dan memenuhi syarat histerektomi. Angka keberhasilan histerektomi untuk mengehentikan perdarahan yaitu 100% dan angka kepuasan pasien 95% setelah 3 bulan pasca operasi (Norwitz, 2007). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Manajemen kebidanan 7 Langkah Varney Manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional meliputi : a. Langkah I : Pengumpulan data dasar secara lengkap Informasi data dasar secara lengkap pada kasus perdarahan uterus disfungsional dapat diperoleh melalui :
10 1) Anamnesa a) Identitas Umur pasien perlu dikaji untuk mengetahui faktor resiko. Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada usia perimenars, usia reproduksi, dan perimenapouse. Semakin tua umur pasien maka resiko semakin tinggi (Baziad, 2008). b) Keluhan utama Keluhan yang biasanya dirasakan pasien dengan perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan di luar siklus haid, bisa perdarahan banyak maupun perdarahan bercak (spotting) (Norwitz, 2007). c) Riwayat menstruasi Pasien perdarahan uterus disfungsional terjadi perdarahan di luar siklus menstruasinya, dapat berupa darah yang berlebih dengan siklus panjang maupun perdarahan bercak (spotting) (Anwar, 2011). d) Riwayat perkawinan Perempuan yang belum menikah akan diberikan terapi hormonal. Sedangkan untuk perempuan yang sudah menikah dan sudah pernah melalukan hubungan seksual kemungkinan terjadi ketidakseimbangan hormon. Bila pengobatan hormone gagal, dilatasi dan
11 kuretase dapat dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Sedangkan usia perimenapouse akan dilakukan pemeriksaan lanjut untuk mengetahui ada atau tidak keganasan (Baziad, 2008). e) Riwayat kontrasepsi Riwayat kontrasepsi perlu dikaji untuk mengetahui apakah perdarahan yang terjadi akibat efek samping dari pemakaian kontrasepsi. Kontrasepsi pil kombinasi dan AKDR dapat menyebabkan perdarahan bercak (spotting) (Wiweko, 2007). f) Riwayat penyakit (1) Riwayat penyakit sekarang, untuk mengetahui perdarahan yang terjadi akibat penyakit kronis seperti kanker endometrium Pasien dengan perdarahan uterus disfungsional diperlukan data tentang riwayat perdarahan yang terjadi, meliputi kapan dimulainya perdarahan, jumlah perdarahan, ciri khas perdarahan (warna, gumpalan, bercampur lendir), dan lama perdarahan terjadi (Manuaba, 2010).
12 (2) Riwayat penyakit dahulu, untuk mengetahui apakah pasien sebelumnya menderita penyakit kronis, seperti kanker endometrium yang dapat menyebabkan perdarahan (Baziad, 2008). (3) Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit menurun (Varney, 2007). g) Data Psikososial Kecemasan pasien dapat muncul karena ketidakpahaman pasien tentang penyakit yang diderita dan menimbulkan frustasi pada pasien (Anwar, 2011). 2) Data Obyektif Data obyektif yang digunakan untuk mendukung data dasar pada kasus perdarahan uterus disfungsional antara lain : a) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus perdarahan uterus disfungsional meliputi keadaan umum, kesadaran pasien, tekanan darah, nadi, serta pemeriksaan fisik pada vagina dan perut (Varney, 2007).
13 b) Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus pada perdarahan uterus disfungsional adalah (1) Inspeksi : inspeksi dilakukan pada genetalia luar sebagai sumber perdarahan, memastikan perdarahan bukan terjadi karena lesi atau trauma di genetalia luar (Varney, 2007). (2) Palpasi : palpasi dilakukan pada abdomen untuk pengkajian ada atau tidak masa pada uterus dan ovarium maupun nyeri tekan di daerah bagian tersebut (Varney, 2007). (3) Pemeriksaan dalam : pemeriksaan dalam (vagina toucher dan inspekulo) dikaji untuk mengetahui kondisi vagina, serviks, dan uterus pada pasien yang sudah menikah (Manuaba, 2010). c) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan USG, patologi anatomi, dan pemeriksaan laboratorium seperti cek darah dan urine. (Varney, 2007) Kasus perdarahan uterus disfungsional perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap terutama kadar hemoglobin untuk
14 mengantisipasi terjadinya anemia, pemeriksaan USG, dan patologi anatomi untuk mengkaji tingkat keganasan yang mungkin dialami pasien (Baziad, 2008). b. Langkah II : Interpretasi data dasar 1) Diagnosis kebidanan Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus perdarahan uterus disfungsional adalah Ny. X umur X tahun P x A x dengan perdarahan uterus disfungsional, dengan dasar data subjektif dan objektif (Varney, 2007). 2) Masalah Masalah yang muncul pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional berkaitan dengan kecemasan pasien terhadap keadaan yang dialaminya. Hai ini muncul karena ketidakpahaman pasien dengan penyakit yang diderita dan menimbulkan frustasi pada pasien (Anwar, 2011). 3) Kebutuhan Kebutuhan pasien dengan perdarahan uterus disfungsional yaitu dukungan moril serta informasi tentang perdarahan uterus disfungsional, agar kecemasan pasien berkurang dan mengurangi ketidakpahaman tentang penyakit yang dideritanya (Anwar, 2011).
15 c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Diagnosis potensial pada kasus perdarahan uterus disfungsional adalah anemia, dimana darah yang dikeluarkan menyebabkan Hb < 8gr/dl (Baziad, 2008). Sehingga diperlukan observasi pada perdarahan pasien dan pemeriksaan laboratorium terutama kadar Hb (Varney, 2007). d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera Langkah ini dalam kasus perdarahan uterus disfungsional membutuhkan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi untuk pengambilan keputusan, seperti trasfusi darah jika Hb <8gr/dl, USG, dan pemeriksaan patologi anatomi. Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi untuk pemberian terapi hormonal, maupun dilatasi dan kuretase. Kolaborasi dengan laboratorium yaitu pemeriksaan darah lengkap terurama kadar hemoglobin (Baziad, 2008). e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh 1) Informasikan pada klien dan keluarga tentang keadaan yang dialami pasien 2) Observasi keadaan umum dan tanda - tanda vital pasien 3) Observasi perdarahan pasien (Baziad, 2008) 4) Konsultasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi hormonal maupun tindakan operatif
16 5) Kolaborasikan dengan laboratorium untuk pemantauan kadar Hb (Anwar, 2011) 6) Pemberian informed consent sebelum tindakan 7) Pemberian motivasi dan support mental kepada pasien 8) Pemberian transfusi darah jika perdarahan akut, dimana kadar Hb <8gr/dl 9) Apabila keadaan membaik dan diperbolehkan rawat jalan, berikan konseling tentang cara minum obat di rumah dan control 3 hari kemudian 10) Apabila keadaan memburuk, kolaborasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut yaitu D & K atau histerektomi jika perdarahan tidak dapat dihentikan. (Norwitz, 2007) f. Langkah VI : Penatalaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman Dalam kasus perdarahan uterus disfungsional bidan dapat melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG yaitu dengan melakukan konsultasi dan melakukan rujukan sehingga mendapatkan pengobatan yang tepat (Varney, 2007).
17 g. Langkah VII : Evaluasi Evaluasi dari penatalaksanaan asuhan kebidanan pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional adalah 1) Pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit yang dialaminya setelah dijelaskan oleh bidan. 2) Pasien mendapatkan asuhan yang menyeluruh sesuai kebutuhan untuk mengatasi keluhan yang dideritanya yaitu perdarahan diluar siklus haid. 3) Perdarahan yang dialami berkurang atau berhenti setelah 3-4 hari pengobatan dan siklus kembali normal (Baziad, 2008). C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien Dari tujuh langkah Varney kemudian disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Planning). SOAP disarikan untuk memudahkan proses berfikir secara sistematis. S = Subjektif Mengambarkan pengumpulan data pasien melalui anamnesa. Data subjektif pada perdarahan uterus disfungsional yaitu pasien merasa lebih baik, perdarahan mulai berkurang atau berhenti (Gant, 2011). O = Objektif Mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus perdarahan uterus disfungsional keadaan umum pasien membaik, kesadaran pasien composmentis, tanda
18 tanda vital dalam batas normal, perdarahan menstruasi berhenti, dan hasil pemeriksaan penunjang tidak menunjukan tidak menunjukan komplikasi penyakit sistemik (Baziad, 2008). A = Assesment Mengambarkan pendokumentasian analisis dan interpretasi data subjektif maupun objektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah potensial serta perlunya tindakan segera pada kasus perdarahan uterus disfungsional. Masalah potensial yaitu anemia sudah dapat diantisipasi setelah perdarahan pasien berkurang atau berhenti (Varney, 2007). P = Planning Mengambarkan pendokumentasian seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan pada kasus perdarahan uterus disfungsional seperti tindakan antisipasi seperti observasi keadaan umum, kesadaran, tanda tanda vital, dan perdarahan pervaginam. Melanjutkan terapi hasil dari kolaborasi dengan dokter sampai keadaan pasien membaik (Baziad, 2008).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan
Lebih terperinciTatalaksana Tujuan terapi o mengontrol perdarahan o mencegah perdarahan berulang o mencegah komplikasi o mengembalikan kekurangan zat besi dalam
Tatalaksana Tujuan terapi o mengontrol perdarahan o mencegah perdarahan berulang o mencegah komplikasi o mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh o menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanggal masuk : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta No. Register : 00015748 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi sangat penting artinya, kesehatan reproduksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi sangat penting artinya, kesehatan reproduksi merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan karena alat reproduksi ini langsung berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita Organ-organ reproduksi wanita membentuk suatu sistem kompleks yang dapat menimbulkan berbagai masalah atau gangguan pada setiap
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tanggal Masuk : 26 Maret 2013 Pukul : 09.15 WIB Tempat : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo No Register : 015113 1. Pengumpulan Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu neoplasma ganas serviks uterus, neoplasma ganas ovarium, neoplasma ganas kandung kemih (buli-buli), leiomioma
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia
34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan Data Dasar Tanggal : 15 Maret 2016 Pukul : 09.30 WIB Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia mengalami
Lebih terperinciPENDAHULUAN. PUD anovulatorik. Polimenorea Oligomenorea Amenorea Jumlah perdarahan Menoragia
PENDAHULUAN Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita usia remaja, reproduksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam
Lebih terperinciPend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi
TERAPI HORMONAL & NONHORMONAL DALAM PENATALAKSANAAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI (PUD) Pendahuluan Etiologi PUD Belum diketahui i pasti Beberapa pilihan terapi Pendahuluan Pembagian : PUD akut kronis Perimenarcheal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P 1 A 0 DENGAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P 1 A 0 DENGAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Lebih terperinciIstilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11
Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK minggu. dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan bahwa :
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis dalam asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK 35 +1 minggu dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa
Lebih terperinciAsuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperincicontoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan
contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diagnosa secara individual (Ralph. C Benson, 2009). Adapun Komplikasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendarahan adalah kondisi di mana seseorang kehilangan darah. Rata-rata dalam batas normal perdarahan yaitu 100-300 cc. Darah dapat ditemukan pada organ tubuh dan pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan
BAB IV PEMBAHASAN Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney dan asuhan kebidan SOAP, dari bab pembahasan ini membahas kesenjangan yang di temukan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Program KB merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan mewujudkan keluarga
Lebih terperinciKONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)
1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversible untuk mencegah terjadnya konsepsi,
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID
PENELITIAN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID Anisa K.A*,Titi Astuti* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO diseluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan nifas. Dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Keluarga Berencana Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. pengkajian tujuh langkah Varney. Pembahasan iniakan diuraikan sebagai berikut:
BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan memahami penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.M nifas patologi dengan
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Kustini* Triana Riski Oktaviani** *Dosen Program Studi D III Kebidanan
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Virchow pada tahun
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab I Pendahuluan Perdarahan uterus disfungsional (PUD) merupakan perdarahan uterus yang tidak teratur yang terjadi tanpa adanya kelainan organ pelvis atau penyakit medis lain. Merupakan gangguan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas
Lebih terperinciDr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)
PERBANDINGAN PEMAKAIAN SIKLOPROVERA DAN HRP 102 SEBAGAI KONTRASEPSI SUNTIKAN BULANAN DENGAN DMPA, SEBUAH KONTRASEPSI SUNTIKAN TIGA BULANAN (SEBUAH STUDI PENDAHULUAN) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENOMETRORHAGIA DI RUANG FLAMBOYAN RSD MARDI WALUYO BLITAR
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENOMETRORHAGIA DI RUANG FLAMBOYAN RSD MARDI WALUYO BLITAR Di susun oleh SILVIA ANDRIANI L. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan suatu pertumbuhan abnormal dari sel sel serviks uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di RSDK tahun
Lebih terperinciKontrasepsi Hormonal (PIL)
Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang normal dan alamiah. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah kondisi sehingga membuat kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut lalage (2013) anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana tubuh memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke berbagai organ
Lebih terperinciGangguan Hormon Pada wanita
Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian 1) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2010).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait kesehatan reproduksi perempuan. Pelayanan kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan miometrium uterus. Nama lainnya adalah leiomioma uteri, fibroid, fibromioma. Kelainan jinak uterus
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2010 Ida Susila* Eka Junia Imawan** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan
Lebih terperinciNi Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.
Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Dari hasil anamnesa yang dilakukan kepada pasien pada tanggal 05 Maret 2014 didapatkan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut
Lebih terperinciKB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA
KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA ABSTRAK Oleh : Endang Susilowati, S.SiT Staff pengajar Prodi D-III Kebidanan FIK Unissula Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Ida Susila *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam Lamongan
Lebih terperinciThe Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency
The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency Jatmiko Susilo, Suci Irina ABSTRACT Depo Medroxy Progesterone
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Menstruasi a. Pengertian menstruasi Menstruasi merupakan perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajian pengobatannya. Salah satu perubahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terutama pada kelompok yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pil progestin adalah pil oral yang memiliki kandungan dosis. progestin tunggal yang rendah (Varney, 2007; h. 477).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Definisi Pil progestin adalah pil oral yang memiliki kandungan dosis progestin tunggal yang rendah (Varney, 2007; h. 477). Pil progestin adalah pil yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Model asuhan kebidanan yang digunakan pada penelitian ini dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Asuhan Kebidanan Model asuhan kebidanan yang digunakan pada penelitian ini dengan manajemen asuhan kebidanan menurut Helrn,Varney meliputi pengkajian subjektif dan objektif,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut definisi WHO, kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengankesenjangan yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan Manajemen
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh : HERA YULIANA NPM :
STUDI KASUS PADA Ny. P UMUR 47 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST KURETASE ATAS INDIKASI DUB DI RUANG DAHLIA II RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. S DENGAN MENORAGIA DI RUMAH SAKIT UMUM ASSALAM GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. S DENGAN MENORAGIA DI RUMAH SAKIT UMUM ASSALAM GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan
Lebih terperinciPil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.
Pil kombinasi Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sinteik. Pil diminum seiap hari selama iga minggu diikui dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah einil estradiol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % hingga 2,49% pertahun (Sujiyatini & Arum, 2011). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat penting yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Lebih terperinci