BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan suatu barang atau komoditi dari daerah pabean, atau mengirim barang tersebut dari satu negara ke negara lain. Dengan tujuan untuk memasuki dan bersaing didalam perdagangan internasional. Ekspor dapat diartikan sebagai perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996). Hal yang menarik ekspor adalah bahwa menjual barang kebeberapa negara berarti melakukan diversifikasi risiko, karena perusahaan tidak tergantung pada penjualan produknya ke satu negara saja. Selain itu ekspor juga bertendensi mengurangi dampak penurunan penjualan di dalam negeri. Pada saat pasar domestik sedang lesu, pasar ekspor sering kali masih kuat. Pemerintah sering menganggap ekspor yang yang kuat akan mendukung pencapaian ekonomi yang sehat. Untuk itu pemerintah dibeberapa negara menyediakan aneka dukungan kepada eksportir, seperti pembuatan brosur, bantuan tenaga ahli, pelatihan, konsultasi, sampai pada kredit ekspor. Ekspor bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara dan mendatangkan devisa bagi negara. Karena ekspor merupakan kegiatan menjual barang ke negara lain, maka pelaku ekspor harus memenuhi

2 digilib.uns.ac.id 13 ketentuan-ketentuan ekspor yang telah ditetapkan, baik di negara sendiri maupun di negara importir. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah perdagangan atau penjualan barang dan jasa melewati daerah pabean kepada konsumen yang berbeda di luar negeri atau keluar batas negara dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk ditukarkan dengan produk lain atau uang dalam bentuk valuta asing sesuai dengan kebijakan pemerintah negara tersebut (Tandjung, 2011). 2. Dokumen Ekspor Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi untuk melakukan ekspor barang antara lain sebagai berikut: a. Shipping Instruction (SI) Perintah/ instruksi pengapalan/ pengiriman yang dibuat oleh eksportir/ pengirim barang kepada perusahaan pengangkutan. Perusahaan pengangkutan disini bisa perusahaan pelayaran untuk laut, perusahaan penerbangan untuk udara maupun darat, maupun lainnya jika memang pengiriman atau ekspor barang tidak melalui laut atau udara atau darat sekalipun. Prisipnya SI adalah merupakan dokumen perintah kerja kepada pihak pengangkutan untuk mengangkutan barang ekspor milik eksportir. Didalam SI ini wajib disebutkan hal-hal sebagai berikut (Jalil, 2015) : 1. Tanggal dan nomer SI

3 digilib.uns.ac.id Nama perusahaan pengangkut yang ditunjuk (pelayaran, penerbangan) 3. Nama eksportir (pengirim barang) 4. Nama importir (penerima barang) di luar negeri 5. Nama komiditas yang diekspor 6. Jumlah dan jenis pengemas (jika menggunakan kontainer, maka sebutkan jumlah kontainer dan ukuran yang diminta) 7. Berat bersih dan berat kotor + kubikasi 8. Pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar 9. Rencana tanggal ekspor 10. Tanggal suffing (muat barang) dan lokasinya 11. Metode pembayaran ongkos pengangkutan (dimuka atau di kemudian setelah barang sampai) 12. Catatan lain yang dipandang perlu disertakan b. Packing list Daftar Rincian barang/ dokumen packing/ kemasan yang menunjukkan jumlah, jenis serta berat dari barang ekspor/ impor. Juga merupakan penjelasan dari uraian barang yang disebut di dalam commercial invoice secara mendetail yang berisikan nama Shipper, Consignee, Notify Party, Nama Vessel & Voy, Dimensi Barang, Gross Weight dan Net Weight per Item barang maupun total keseluruhan, Jumlah barang. Adapun informasi lain dapat disertakan seperti:

4 digilib.uns.ac.id 15 Nama kapal/ pesawat, nomor container, tempat muat dan bongkar dsb. Packing list ini juga digunakan sebagai dasar pemeriksaan barang oleh pihak-pihak terkait (jika diperlukan). c. Invoice Suatu nota yang dibuat oleh eksportir mengenai barang-barang yang dijual. Keterangan yang dicantumkan dalam invoice harus sesuai dengan keterangan pada bill of lading terutama mengenai jumlah barang, jumlah pengepakan dan jumlah total ongkos angkut, dan harus mencantum harga sesuai ketentuan di dalam kontrak penjualan dan L/C bersangkutan. Invoice merupakan suatu dokumen yang penting dalam perdagangan, sebab dari data-data yang disebutkan di dalam invoice didasarkan jumlah penarikan wesel, jumlah penutupan asuransi dan bahan dalam hal timbul perselisihan antara supplier dan buyer, maka invoice dapat dipergunakan sebagai suatu bukti tertulis dari adanya suatu transaksi, sebab bagi penerima barang (consignee) invoice tersebut merupakan bahan untuk pengecekan kebenaran dari barang-barang yang akan diterimanya dari agen maskapai pelayaran di pelabuhan tujuan atau untuk penyelesaian segala macam bea masuk dengan pabean (Purnamawati, 2013). d. DO (Delivery Order) Barang ekspor yang sudah sampai ke negara tujuan akan disimpan di gudang pelabuhan sebelum diserahkan kepada importir. Importir baru bisa mengeluarkan barang dari gudang apabila mempunyai kelengkapan dokumen yang disyaratkan. Dokumen ini dikeluarkan antara lain oleh

5 digilib.uns.ac.id 16 bank sebagai perintah (order) kepada gudang yang menguasakannya untuk menyerahkan barang-barang yang disimpan di gudang tersebut atas nama bank kepada pemegang atau pihak yang disebut dalam DO. DO biasanya dikeluarkan oleh bank pada saat barang-barang dimasukan dalam gudang dan diserahkan kepada pembeli (importir) atau dikapalkan kembali. DO dapat juga sebagai surat jalan yang dikeluarkan Bea Cukai untuk mengeluarkan barang dari pelabuhan. e. B/L (Bill of Lading) Bill of Lading adalah dokumen pengangkutan untuk transportasi laut. B/L ini sering juga disebut Marine Bill of Lading atau Ocean Bill of Lading. Dokumen ini merupakan dokumen pengapalan paling penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengaman. B/L menunjukan hak kepemilikan atas barang-barang. Pihak-pihak yang tercantum dalam B/L antara lain: shipper (pengirim/ eksportir), consignee (pihak penerima/ importir), notify party (siapa saja yang ditetapkan dalam L/C) dan carrier (perusahaan pelayaran). f. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) Pemberitahuan Ekspor Barang adalah dokumen yang diterbitkan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk di negara eksportir sehubungan dengan barang yang diekspornya. Biasanya dokumen ini diperlukan untuk statistik perdagangan negara ekspor (Suyono, 2003).

6 digilib.uns.ac.id 17 g. COO/ SKA (Surat Keterangan Asal) Sertifikat ini merupakan dokumen yang menyatakan asal dari barang-barang yang diekspor. Dalam SKA dijelaskan keterangan tentang asal barang dan bahwa barang-barang tersebut bukanlah barang re-ekspor. Dokumen ini merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh instansi yang ditunjung oleh pemerintah. SKA merupakan surat keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyertaan barang ekspor untuk membuktikan bahwa barang tersebut berasal dari, dihasilkan atau diolah di Indonesia. SKA dikeluarkan atas permintaan eksportir oleh pejabat Departemen Perdagangan yang ditunjuk untuk itu, dan dibedakan menurut pengelompokan atau jenis komoditinya. h. Sertifikat Asuransi Sertifikat atau polis asuransi adalah kontrak tertulis antara perusahaan asuransi dengan pihak yang dijamin yang memuat persyaratan dan ketentuan perjanjian. Sertifikat ditandatangani oleh yang diasuransikan sebelum dikirim ke perusahaan asuransi (Amir, 2005). B. Tinjauan Khusus 1. Incoterms International Commercial Terms adalah istilah yang dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional. Incoterms berkaitan pula dengan masalah penyelesaian ijin ekspor dan ijin barang, pengepakan barang, kewajiban pembeli untuk

7 digilib.uns.ac.id 18 menerima penyerahan barang dan kewajiban untuk membuktikan bahwa tugas tersebut telah dilaksanakan (Amir, 2005). Versi yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2011 disebut sebagai Incoterms Incoterms 2010 dikeluarkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa resmi dan 31 bahasa lain sebagai terjemahan resmi. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11 istilah yang disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2 istilah baru dan menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu Delivered at Terminal (DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang digantikan yaitu: Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay (DEQ); Delivered Duty Unpaid (DDU). Berikut adalah pengelompokan dari Incoterms 2010 (Purnamawati, 2013): a. Ex Works: Penjual melakukan penyerahan barang ditempat penjual (pabrik, gudang, atau kediaman penjual). Jika transaksi internasional disepakati menggunakan persyaratan EXW, berarti kewajiban penjual hanyalah menyediakan barang di pabrik atau gudang yang telah ditentukan. b. Free Carrier (FCA): Penjual melakukan penyerahan barang yang sudah mendapat izin ekspor kepada pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli di tempat yang disebutkan. Dengan ketentuan FCA, penjual bertanggungjawab menyediakan angkutan darat di negara penjual (mengantar ke angkutan negara tujuan/batas negara tujuan, mengurus

8 digilib.uns.ac.id 19 formalitas ekspor di negara eksportir, membayar pajak dan pungutan lain di negara eksportir). c. Free Alongside Ship (FAS): Penjual menyerahkan barang disamping kapal pengangkut pada pelabuhan keberangkatan. Penjual berkewajiban mengurus formalitas ekspor (pada incoterms sebelum incoterms 2000, yang mengurus formalitas ekspor adalah pembeli). Dalam ketentuan FAS dimungkinkan yang mengurus formalitas ekspor adalah importir, jika ini merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli, maka ini harus ditegaskan dalam kontrak dagang ekspor. Syarat penyerahan ini hanya berlaku untuk mengirim barang ekspor menggunakan kapal laut dan sungai saja. d. Free On Board (FOB): Penyerahan barang oleh penjual sampai di atas kapal angkut di pelabuhan keberangkatan (port of shipment). Penjual berkewajiban menanggung biaya, pungutan, dan risiko penyerahan barang sampai ke atas kapal yang ditentukan oleh pembeli. Pengurusan formalitas ekspor untuk penyerahan menggunakan FOB dilakukan oleh penjual. Dengan ketentuan FOB, penjual bertanggungjawab menyediakan angkutan darat di negara eksportir (mengantar ke angkutan negara tujuan/ batas negara tujuan, mengurus formalitas ekspor di negara eksoprtir, membayar pajak dan pungutan lainnya di negara eksportir dan memuat barang ke alat angkut utama). e. Cost and Freight (CFR): Penjual menyerahkan barang hingga melewati pagar kapal dipelabuhan keberangkatan. Penjual berkewajiban

9 digilib.uns.ac.id 20 menanggung setiap biaya dan pungutan setelah barang tersebut keluar dari pagar kapal pelabuhan keberangkatan. Namun risiko kerusakan, kehilangan, dan risiko lain atas barang yang dikirim sudah menjadi tanggungjawab pembeli. f. Cost Insurance and Freight (CIF): Penjual berkewajiban menyerahkan barang hingga melewati pagar kapal di pelabuhan keberangkatan. Pihakpihak yang terlibat dalam transaksi bersepakat mengalihkan risiko kerusakan, kehilangan dan risiko lain atas barang yang dikirim kepada pihak ke tiga, yaitu perusahaan asuransi. Dengan demikian, dalam syarat penyerahan barang menggunakan CIF, penjual berkewajiban menanggung setiap biaya, pungutan setelah barang tersebut keluar dari pagar kapal pelabuhan keberangkatan, termasuk biaya asuransi terhadap risiko pengiriman barang. Keuntungan menggunakan CIF bagi eksportir adalah barang yang di kirim terjamin biaya kerugiannya dari risiko kerusakan maupun kehilangan selama dalam proses pengiriman barang tersebut. g. Carriage Paid To (CPT): Penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkut yang ditunjuknya sendiri, sehingga segala biaya yang diperlukan untuk mengangkut barang sampai ke tempat tujuan yang telah ditentukan atas tanggungjawab pembeli, segala biaya, pungutan dan risiko yang timbul dalam perjalanan menuju tempat pembeli menjadi tanggungjawab pembeli. Pengurusan formalitas ekspor pada syarat CPT dilakukan oleh penjual. Syarat penyerahan ini dapat digunakan pada alat

10 digilib.uns.ac.id 21 transportasi udara, darat dan menggunakan beberapa macam alat transportasi (aneka wahana) yang diperlukan hingga barang sampai ke tempat tujuan. h. Carriage and Insurance Paid To (CIP): penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkut yang ditunjuk sendiri, sehingga segala biaya yang diperlukan untuk mengangkut barang sampai ke tempat tujuan yang telah ditentukan dan asuransi terhadap risiko pengiriman barang sampai ke tempat tujuan atas tanggungjawab pembeli. Setelah penyerahan barang dilakukan oleh penjual kepada pembeli, segala biaya, pungutan, risiko yang timbul dalam perjalanan menuju tempat pembeli menjadi tanggungjawab pembeli. i. Delivered at Terminal (DAT): Penjual berkewajiban menyerahkan barang di terminal yang telah ditentukan di pelabuhan kedatangan. Terminal dalam pengertian di sini termasuk diantaranya adalah dermaga, gudang, container yard (CY), terminal kereta api, atau terminal di pelabuhan udara. Semua biaya, pungutan, dan risiko yang timbul, kecuali bea masuk, pajak impor, dan biaya lainnya di pelabuhan tujuan merupakan tanggungjawab penjual. Pembeli berkewajiban menanggung bea masuk, pajak, dan pungutan lainnya serta akan menanggung segala akibat jika gagal dalam mengurus formalitas impor tepat pada waktunya. j. Delivered at Place (DAP): Penjual berkewajiban menyerahkan barang di tempat yang telah ditentukan di negara pembeli pada kondisi barang tersebut siap dibongkar. Semau biaya, pungutan, dan risiko yang timbul,

11 digilib.uns.ac.id 22 kecuali bea masuk, pajak impor, dan biaya lainnya setelah barang diserahkan di tempat yang telah ditentukan menjadi tanggungjawab penjual. Penjual hanya bertanggungjawab menghantar barang sampai pada tempat yang telah disepakati di negara pembeli dalam kondisi barang belum dibongkar. k. Delivery Duty Paid (DDP): Penyerahan barang dilakukan oleh penjual yang telah ditentukan pihak-pihak yang terkait. Semua biaya, pungutan, dan risiko barang selama perjalanan menuju tempat tujuan merupakan tanggungjawab penjual. Kewajiban penjual hanya mengantar barang ke tempat yang telah disebutkan dan barang masih di atas alat angkut. Pembeli berkewajiban menanggung biaya bongkar dari alat angkut. Syarat DDP dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, baik angkutan darat, udara, laut, sungai atau menggunakan beberapa alat angkat. DAT customs unpaid Gambar 2.1 Proses Penyerahan Barang Berdasarkan Incoterm 2010 Sumber: PPEI, 2014

12 digilib.uns.ac.id Pengertian Terms of Delivery Dalam Incoterms 2010 Dalam kesepakatan transaksi perdagangan internasional antara importir dan eksportir akan menunjuk pada suatu nilai tertentu. Nilai tertentu tersebut lazimnya menggunakan referensi ToD berdasarkan Incoterms 2010 yang disusun oleh International Chamber of Commerce (ICC). Incoterms 2010 adalah instrumen yang ditujukan untuk memudahkan transaksi perdagangan internasional. Incoterms disusun dengan maksud untuk menyeragamkan penafsiran mengenai persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban dari penjual maupun pembeli khususnya dalam mekanisme penyerahan barang (Hutabarat, 1990). Ada tiga hal penting yang diatur dalam setiap Terms of Delivery yang dipersyaratkan oleh Incoterms 2010, yaitu: titik peralihan resiko (risk), titik peralihan biaya (cost) dan pengaturan tanggung jawab pengurusan (responsibilities). Secara detil, ada 11 ToD yang diatur dalam incoterms 2010, dan beberapa diantaranya adalah FOB, Cost and Freight (CFR) dan CIF. Ketiga jenis ToD inilah yang diatur secara khusus kewajiban pencantumannya dalam PEB. Terminologi FOB dalam Incoterms 2010 mengandung makna bahwa titik peralihan resiko atas pengiriman barang terjadi pada saat barang yang ditransaksikan telah dimuat (on board) di atas kapal yang siap untuk diberangkatkan di pelabuhan keberangkatan. Kewajiban menanggung biayabiaya transportasi barang yang wajib dicover oleh pihak eksportir adalah

13 digilib.uns.ac.id 24 sampai dengan pemuatan barang ke atas kapal di pelabuhan keberangkatan. Kemudian, untuk tanggung jawab pengurusan atas pengiriman barang adalah sampai dengan kewajiban membuka kontrak pengangkutan barang (main freight) namun eksportir tidak berkewajiban menanggung ongkos tambang (freight) (Purnamawati, 2013). Pengertian terminologi CFR dan CIF dalam Incoterms 2010 pada dasarnya hampir sama. Perbedaan mendasarnya terletak pada kewajiban menanggung biaya insurance perjalanan hingga ke pelabuhan tujuan (main freight) oleh pihak penjual. Terms CFR dan CIF mengandung makna bahwa titik peralihan resiko atas pengiriman barang terjadi pada saat barang yang ditransaksikan telah dimuat (on board) di atas kapal yang siap untuk diberangkatkan di pelabuhan keberangkatan. Jadi, titik peralihan resiko antara FOB, CFR dan CIF pada dasarnya sama. Selanjutnya, kewajiban menanggung biaya-biaya transportasi barang yang wajib dicover oleh pihak eksportir adalah sampai dengan pengangkutan ke pelabuhan tujuan. Kemudian, untuk tanggung jawab pengurusan atas pengiriman barang adalah sampai dengan kewajiban membuka kontrak pengangkutan barang (main freight) (Tandjung, 2011). 3. Komponen Biaya Ekspor Komponen biaya ekspor adalah bagian-bagian dari biaya yang jika dijumlahkan merupakan total pengeluaran yang menjadi landasan bagi

14 digilib.uns.ac.id 25 perhitungan harga pokok. Komponen biaya ekspor terdiri dari 4 kelompok biaya, antara lain: a. Biaya Pengadaan (Procurement Cost). Dalam hal pengadaan barang-barang untuk ekspor terdapat dua pola, yaitu dengan memproduksi sendiri dan dengan membeli dari pihak lain. Oleh karena itu, terdapat pula dua jenis biaya yang harus dipakai di dalam kalkulasi barang untuk ekspor, yaitu: 1) Biaya produksi 2) Nilai pembelian yang lazim juga disebut dengan biaya perolehan. b. Biaya Pengelolaan (Handling Charges) Sebelum dikapalkan, barang-barang ekspor perlu dibenahi terlebih dahulu supaya layak laut (sea worthy). Pembenahan ini dapat dilakukan oleh eksportir sendiri atau dapat juga diserahkan pada badan usaha jasa transportasi (EMKL) yang sudah biasa melakukan tugas itu. Pembenahan ini memerlukan biaya-biaya sebagai berikut: 1) Biaya pengepakan, seperti bahan pengepak, upah mengepak, ongkos printing/ marking/ trade mark. 2) Upah pemindahan barang dari dalam gudang ke pintu gudang. 3) Upah muat barang dari pintu gudang keatas alat angkut atau ke dalam peti kemas.

15 digilib.uns.ac.id 26 4) Ongkos angkut barang dari gudang penyimpanan sampai ke: a) Sisi kapal (alongside ship) b) Penimbunan peti kemas (container yard) c) Dermaga peti kemas (container freight stastion) 5) Ongkos bongkar dari atas alat angkut ke: a) Dermaga sisi kapal b) Penimbunan peti kemas (container yard) c) Dermaga peti kemas d) Ongkos muat barang dari dermaga ke atas kapal e) Sewa gudang, sewa peti kemas, shipping charges, OPP/ OPT dan lain-lain. c. Pungutan-pungutan negara Yang dimaksud dengan pungutan negara adalah biaya-biaya yang nantinya harus dipenuhi atau dilunasi ketika barang yang di ekspor memasuki daerah pabean pada negara tujuan. Yang termasuk pungutan-pungutan negara antara lain: 1. Pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan adalah tarif resmi di suatu negara yang nantinya dipungut ketika barang ekpor memasuki wilayah kepabeanan di negara tersebut.

16 digilib.uns.ac.id Bea masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang impor. d. Jasa-jasa pihak ketiga (third party services) Dalam melaksanakan ekspor, kita sering pula membutuhkan jasa pihak ketiga seperti perbankan, asuransi, jasa transportasi, surveyor dan balai-balai penelitian. Biaya-biaya ini harus pila dimasukkan dalam kalkulasi biaya ekspor seperti: 1) Biaya jasa transportsi (EMKL/ EMKU) 2) Provisi bank dan bung bank 3) Premi asuransi 4) Biaya surveyor 5) Biaya sertifikat mutu 6) Biaya surat keterangan negara asal/ SKA 7) Biaya sertifikat kesehatan 8) Biaya karantina 9) Biaya sertifikat timbangan e. Pola Kalkulasi Ekspor Pola kalkulasi ekspor adalah gambaran mentahan dalam pengitungan biaya ekspor. Berikut adalah contoh dari penghitungan pola progresif (Amir, 2004).

17 digilib.uns.ac.id 28 1) Menghitung harga FOB Harga pokok produksi: quantity x harga produksi = Rp 000 Biaya pengelolaan: quantity x biaya muat/lusin = Rp 000 Total biaya = Rp 000 Bunga Bank: % x tenggat waktu x total biaya = Rp 000 Total biaya +/+ bunga = Rp 000 Laba: 10% x total dari biaya + bunga = Rp 000 Nilai FOB =Rp 000 Harga FOB dalam US$: nilai FOB Rp x US$ 1 = US$ 000 Kurs beli Rp 000 2) CFR Harga Barang = US$ 000 Pengapalan = US$ 000 Forwarding fee = US$ 000 Ongkos laut = US$ 000 commit US$ to user 000

18 digilib.uns.ac.id 29 3) Premi Asuransi Nilai FOB = US$ 000 Premi asuransi 2,5% x CIF (100 x atau 100%) = US$ 000 Freight ke negara tujuan = US$ 000 Total CIF negara tujuan (100-x atau 100%) =US$ 000 4) Harga penawaran CIF adalah FOB negara asal = US$ 000 Insurance = US$ 000 Freigth negara tujuan = US$ 000 CIF negara tujuan = US$ Asuransi Laut (Marine Insurance) Kegiatan ekspor impor sebagian besar dilakukan melalui angkutan laut. Asuransi angkutan ini lebih dikenal sebagai Asuransi Laut (Marine Insurance). Polis pertanggungan asuransi yang banyak dipakai adalah polis Lloyd dari Inggris, dimana para penanggung bersatu dalam Institute Marine Underwriters (IMU). Klausul standar (Standard Clause) yang dikeluarkan oleh IMU di London terdiri atas: a. Institute Cargo Clause, untuk pertanggungan barang; Terdapat tiga kondisi yang sering dipakai dalam dalam asuransi pengangkutan,yaitu:

19 digilib.uns.ac.id 30 1) Institute Cargo Clause A 1/1/82 2) Institute Cargo Clause B 1/1/82 3) Intitute Cargo Clause C 1/1/82 b. Institute Time Clause, untuk pertanggungan kapal Selain itu polis pertanggungan lain digunakan oleh negara tertentu, misalnya Amerika menggunakan American Intitute of Marine Underwriters dan America Hull Insurance Syndicate. Perkumpulan penanggung di Indonesia menyediakan polis tersendiri dengan nama Indonesia Marine Hull Pool Companies Combined Policy. Ketentuan mengenai asuransi di Indonesia diatur menurut KUHD atau Wetbock van Koophandel voor Indonesie sebagai berikut: 1) KUHD Buku 1 Bab IX mulai Pasal 246 sampai dengan 286 mengenai asuransi pada umumnya. 2) KUHD Buku II Bab IX mulai Pasal 592 sampai dengan 685 mengatur asuransi pengangkutan di laut, baik mengenai asuransi kapal laut maupun muatan yang diangkut dengan kapal laut. 3) Undang-undang Pelayaran No. 21/1992 Pasal 86 tentang tanggung jawab pengangkut. c. Jenis Asuransi Laut Dalam dunia pelayaran dikenal dua jenis asuransi, yaitu asuransi badan kapal dan asuransi muatan kapal (cargo). 1) Asuransi badan kapal (hull and machinery insurance). Sering juga disebut asuransi kapal serta perlengkapannya (vessel interest).

20 digilib.uns.ac.id 31 Asuransi ini menutup kerugian atas badan kapal serta mesin yang disebabkan oleh kejadian bahaya di laut (perils of the sea), seperti tabrakan, kerusakan mesin, cuaca buruk, dan sebagainya. Asuransi ini ditutup oleh pemilik kapal. 2) Asuransi muatan (cargo insurance). Asuransi muatan ini dibagi menjadi dua yaitu cargo marine insurance dan cargo liability insurance. a) Cargo marine insurance adalah asuransi yang ditutup oleh pemillik barang atas kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau kehilangan barang selama dalam pelayaran. b) Cargo liability insurance adalah asuransi yang ditutup oleh pengangkut atas kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh adanya tuntutan pemilik barang karena terjadi kerusakan atau kehilangan barang. Untuk menutup cargo liability, biasanya pengangkut sudah menjadi anggota Protection and Idemnity Club (P&I Club). d. Perjanjian Dalam Asuransi Laut Perjanjian dalam asuransi laut mencakup hal-hal berikut ini (Purnamawati, 2013); 1) Warehouse to warehouse clause. Perjanjian asuransi yang diberikan sejak dari gudang pelabuhan pengirim sampai gudang pelabuhan tujuan.

21 digilib.uns.ac.id 32 2) Free of Strike, riot and civil commotion. Kerugian karena pemogokan buruh di pelabuhan, sehingga menyebabkan kerusakan barang karena tidak segera dibongkar atau dimuat. 3) Memorandum Clause/ deductible clause. Kerugian yang tidak akan diberikan jika kerusakan sangat kecil atau kurang dari 3% - 5%. 4) Free of particular of America Clause. Perusahaan asuransi akan menggantikan kerugian jika salah satu bencana disebutkan dalam perjanjian. 5) Collision Clause. Jika dua kapal saling bertabrakan, masing-masing mengadakan pertanggungan untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi. Dalam polis disebutkan bahwa kerugian akan diganti perusahaan asuransi. 6) Negligence Clause. Bagi negara-negara maju seperti Amerika, Inggris dan Jerman, kerugian yang disebabkan oleh kelalaian nahkoda dapat diasuransikan. e. Jenis Kerusakan dan Kerugian dalam Pengangkutan Laut Kerusakan atau kerugian yang mungkin diderita kapal dan muatan dalam pelayaran di laut dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama Total loss atau kerugian lenyap seanteronnya yang terdiri dari dua jenis yakni: 1) Actual total loss ialah bilamana barang yang dipertanggungkan itu (kapal maupun muatannya rusak) sama sekali, atau biaya untuk memperbaikinya lebih besar dari nilai yang dipertanggungkan itu

22 digilib.uns.ac.id 33 sendiri, ataupun bilamana barang itu sudah tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. 2) Constructive total loss ialah bilamana kapal dan muatan itu berada di suatu tempat sedemikian rupa sehingga kapal maupun muatannya sudah tidak mungki lagi dimanfaatkan, sedangkan biaya penyelamatan (salvaging) baik kapal maupun muatannya akan lebih besar dari nilai kapal/ muatannya itu, sehingga akan lebih besar dari nilai kapal/muatannya itu, sehingga akan lebih baik bilamana kapal dan muatan itu dinyatakan sebagai total loss, dalam arti kata constructive total loss. Kedua adalah Partial loss atau kerugian yang ditanggung hanya sebagian saja. Hal itu terdiri dari kerugian umum adalah (Amir, 2005): 1) General Average ialah kerugian yang dengan sengaja dilakukan ataupun biaya yang sengaja dikeluarkan yang bertujuan untuk keselamatan semua pihak yang berkepentingan. Di dalam hal ini semua pihak yang mendapat manfaat dari pengorbanan ini harusla memikul kerugian secara berimbang (proporsional). 2) Particular Average ialah kerusakan atau kerugian yang diderita kapal maupun muatan karena kecelakaan (accident) yang menjadi tanggungjawab langsung pemiliknya, dan kerugian ini dapat diharapkan iuran atau sumbangan penggantian dari pihak lain. f. Premi dan Sertifikat Asuransi

23 digilib.uns.ac.id 34 Premi asuransi adalah iuran berupa uang yang dibayarkan pada waktu tertentu oleh tertanggung kepada perusahaan asuransi yang mempertanggungkan. Sertifikat asuransi adalah kontrak tertulis antara perusahaan asuransi dan tertanggung yang memuat persyaratan dan ketentuan perjanjian. Isi perjanjian antara lain memuat: 1) Rincian barang yang dikirim 2) Jenis angkutan 3) Jenis asuransi 4) Perjalanan dari barang 5) Jumlah yang diasuransikan 6) Nama dan alamat yang ditanggung 7) Nama dan alamat dari perusahaan asuransi 8) Jumlah sertifikat yang dibuat 9) Tanggal dan tempat dikeluarkan g. Penutupan Asuransi Perlu diperhatikan pula bahwa terdapat resiko yang dapat ditutup dan tidak dapat ditutup oleh perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi tetap bertanggungjawab menutup asuransi pada saat: 1) Transit yang biasa dilakukan di pelabuhan muat 2) Menunggu kapal tiba 3) Pemindahan muat (transhipment) di lokasinya 4) Di pelabuhan tujuan selama belum dibayar bea dan diserahkan

24 digilib.uns.ac.id 35 Dalam kondisi tertentu, perusahaan asuransi tidak akan memberikan ganti rugi pada hal-hal berikut: 1) Barang yang kualitasnya jelek/ mudah rusak (inherent vice of goods) 2) Pembungkus yang kurang sempurna 3) Kelambatan (delaying) 4) Kesengajaan dari pihak yang diasuransikan atau kesalahan yang disengaja 5) Kerusakan alami (normal wear and tear) 6) Perubahan dari nilai tukar mata uang 7) Kelebihan waktu berlabuh dan biaya kelebihan waktu berlabuh (dermurrage) 8) Sewa (rent) 9) Kesalahan pihak yang diasuransikan, seperti kemasukan barang terlarang, keterangan palsu, barang selundupan, dan larangan perdagangan lainnya. Besar kecilnya premi asuransi tergantung dari jenis barang, cara pengnangkutan, jenis kapal pengangkut, perusahaan pelayaran, besarnya risiko yang ditanggung (Woodward, 1989). 5. Pengertian Freight Forwarder Freight forwarder merupakan jasa yang membantu dalam proses ekspor atau impor barang commit sehingga to user memberi kemudahan bagi eksportir

25 digilib.uns.ac.id 36 maupun importir dalam melakukan aktifitas mengirim barang dari satu negara kenegara lainnya. Perusahaan jasa ini memberikan fasilitas seperti pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport, baik melalui darat, laut atau udara (Tandjung, 2011). Freight forwarder juga berperan dalam pengurusan prosedur dan formalitas dokumentasi yang dipersyaratkan oleh peraturan-peraturan pemerintah negara ekspor, negara transit, dan negara impor. Serta melengkapi pula dokumen-dokumen yang berkaitan dengan L/C, Certificate of Receipt, Bill of Lading, Sea Way Bill, House of Bill of Lading, Fiata Bill of Lading, Delivery Order dan sebagainya. Selain itu, freight forwarding juga membantu dalam penyelesaian biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatankegiatan transportasi, penanganan muatan di pelabuhan/ gudang, pengurusan dokumentasi dan juga mencakup Insurance Liabilitas yang umumnya diperlukan oleh pemilik barang (Purnamawati, 2013). Freight forwarder membantu eksportir untuk berhemat dalam pembiayaan dengan menurunkan biaya/ ongkos angkut sehingga harga ekspor atas dasar CIF akan menjadi lebih kompetitif. Bahkan untuk komoditi ekspor yang baru pada tara promosi freight forwarder adakalanya dapat merundingkan ongkos angkut khusus dengan perusahaan pelayaran (Amir, 2005).

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Kekhususan Jual Beli Perusahaan JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010 Pertemuan ke-4 Incoterm 2010 INCOTERMS 2010 GROUP E DEPARTURE EXW EX WORKS GROUP F MAIN CARRIAGE UNPAID FCA FAS FOB FREE CARRIER FREE ALONGSIDE SHIP FREE ON BOARD GROUP C MAIN CARRIAGE PAID CFR CIF CPT

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin modern, dalam dunia internasional tiap-tiap Negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi 2.1.1 Pengertian Efisiensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,

Lebih terperinci

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Barang. Pembayaran. Penyerahan. Ekspor. Impor (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 167) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dalam negeri (daerah pabean), barang

Lebih terperinci

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010 JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010 Oleh: Dr. Miftahul Huda, SH, LLM Disampaikan Dalam Kuliah HUKUM JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN Program S1 Reguler Fakultas Hukum - Universitas Indonesia Semester Genap

Lebih terperinci

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010 KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010 Oleh: Surono Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstraksi: Incoterms 2010 merupakan produk ICC yang ditujukan untuk memudahkan transaksi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan digilib.uns.ac.id 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah memberi pengaruh yang besar dalam hubungan antar negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli

Lebih terperinci

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor 1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini

Lebih terperinci

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7 Praktek Pengisian Dokumen Ekspor Pertemuan ke-7 I PETUNJUK PENGISIAN PEB PENGERTIAN Adalah Formulir isian tentang Pemberitahuan Ekspor Barang yang wajib diisi secara obyektif, lengkap dan jelas oleh seorang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada PT.SAMUDERA INDONESIA cabang bandung Jawa Barat penulis ditempatkan di bagian pemasaran dan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) SEKO H NO MI KO LA SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) GGI ILMU TIN E SERANG Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Program Studi Kredit Semester Semester EKSPOR - IMPOR (EKSIM) EK11.D336 MANAJEMEN 3 SKS VI (ENAM) Tujuan

Lebih terperinci

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor Kalkulasi Harga Pokok Ekspor Pertemuan ke-8 Mata Kuliah Administrasi Ekspor Impor Kalkulasi Ekspor Tujuan menghitung HP ( Harga Pokok) sebagai dasar untuk hitung harga jual dan anggaran biaya produksi

Lebih terperinci

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9 KALKULASI HARGA IMPOR Pertemuan ke-9 1. Kalkulasi impor (Import Calculation) 2. Harga Pokok Impor 3. PPh & PPN- BM 4. Bagan Perhitungan / Kalkulasi Impor KALKULASI HARGA IMPOR Adalah penjumlahan dari seluruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ekspor Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar

Lebih terperinci

ISSN No Media Bina Ilmiah 31

ISSN No Media Bina Ilmiah 31 ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 31 ALAT PEMBAYARAN DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Oleh: Ni Made Rai Sukmawati Dosen Jurusan Pariwisata di Politeknik Negeri Bali Abstrak

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3 Proses dan Prosedur Ekspor Pertemuan ke-3 PROSES PERDAGANGAN EKSPOR Kegiatan ekspor: Upaya seorang pengusaha dlm memasarkan komoditi yg dikuasainya ke negara lain atau bangsa asing, dg mendapatkan pembayaran

Lebih terperinci

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan, mahasiswa akan dapat menjelaskan peranan asuransi dalam pengiriman barang ke

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis lakukan di PT. Alenatex Bandung. Disana penulis ditempatkan pada bidang ekspor, dibawah

Lebih terperinci

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW: DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN Ps. 1347 BW: Syarat-syarat yang selalu diperjanjikan menurut kebiasaan, harus dianggap telah termasuk dalam persetujuan,

Lebih terperinci

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah? Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah? Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Nilai transaksi adalah harga yang sebenarnya dibayar atau seharusnya

Lebih terperinci

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-11

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-11 KALKULASI HARGA IMPOR Pertemuan ke-11 1. Kalkulasi impor (Import Calculation) 2. Harga Pokok Impor 3. PPh & PPN-BM 4. Bagan Perhitungan / Kalkulasi Impor KALKULASI HARGA IMPOR Adalah penjumlah dari seluruh

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor. Pertemuan ke-5

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor. Pertemuan ke-5 Kalkulasi Harga Pokok Ekspor Pertemuan ke-5 KALKULASI EKSPOR Tujuan menghitung HP ( Harga Pokok) sebagai dasar untuk hitung harga jual dan anggaran biaya produksi Komponen biaya dlm kalkulasi / perhitungan

Lebih terperinci

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor, Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor, KEPABEANAN Materi 1 Administrasi Kepabeaan & Ekspor Impor Anni Rahimah, SAB, MAB Prodi Bisnis Internasional Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Text Books Tandjung, Marolop, Aspek dan Prosedur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI I. TATALAKSANA EKSPOR 1. Kewenangan pemeriksaan barang-barang

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Perdagangan Internasional Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang

Lebih terperinci

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor Sekilas Tentang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Memberikan sedikit gambaran tentang Bea dan Cukai Indonesia di bawah Kementerian Keuangan RI Macam- macam Pemberitahuan Pabean Dalam rangka melayani pengurusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 I. TATALAKSANA EKSPOR Untuk memperlancar arus barang ekspor diambil langkah-langkah 1. Terhadap barang-barang ekspor

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pemajakan PPh Pasal 23 atas Transaksi Pemakaian Jasa Trucking Selama Ini Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan yang bergerak dalam pengurusan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG SEBAGAI FREIGHT FORWARDER DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Hukum Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Proses Perdagangan Luar Negeri, Mahasiswa akan dapat menjelaskan proses perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat kelebihan atau adventage masing-masing sebagai akibat dari letak geografis, kondisi alam yang

Lebih terperinci

BAB IX DOKUMENTASI DAN KEPABEANAN

BAB IX DOKUMENTASI DAN KEPABEANAN BAB IX DOKUMENTASI DAN KEPABEANAN Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan, Mahasiswa akan dapat menjelaskan fungsi dan kegunaan dokumen-dokumen ekspor yang berkaitan

Lebih terperinci

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor, Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor, KEPABEANAN Materi 1 Administrasi Kepabeaan & Ekspor Impor Anni Rahimah, SAB, MAB Prodi Bisnis Internasional Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Text Books Tandjung, Marolop, Aspek dan Prosedur

Lebih terperinci

RINGKASAN PRODUK ASURANSI PENGANGKUTAN ( MARINE CARGO )

RINGKASAN PRODUK ASURANSI PENGANGKUTAN ( MARINE CARGO ) RINGKASAN PRODUK ASURANSI PENGANGKUTAN ( MARINE CARGO ) Asuransi Raksa Pratikara didirikan pada tahun 1975 dan menjalankan usahanya berdasarkan semboyan "BIJAKSANA DAN TEPERCAYA. Kami siap memberikan layanan

Lebih terperinci

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Penetapan Nilai Pabean sebesar CIF USD 17,507.12;

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Penetapan Nilai Pabean sebesar CIF USD 17,507.12; Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-35310/PP/M.V/19/2011 Jenis Pajak : Bea Masuk; Tahun Pajak : 2009; Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Pembayaran Ekspor Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan

Lebih terperinci

PENULIS : Drs.HAMDANI UKURAN : 27,94 x 21,59 cm JML HALAMAN : 506 HALAMAN PENERBIT : YAYASAN BINA USAHA NIAGA INDONESIA HARGA : Rp. 75.

PENULIS : Drs.HAMDANI UKURAN : 27,94 x 21,59 cm JML HALAMAN : 506 HALAMAN PENERBIT : YAYASAN BINA USAHA NIAGA INDONESIA HARGA : Rp. 75. PENULIS : Drs.HAMDANI UKURAN : 27,94 x 21,59 cm JML HALAMAN : 506 HALAMAN PENERBIT : YAYASAN BINA USAHA NIAGA INDONESIA HARGA : Rp. 75.000,- DISTRIBUTOR : OPTIMA MANAGEMENT (http://www.ekspor-impor.net)

Lebih terperinci

Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara

Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara Oleh: Syaiful Anwar Pendahuluan Kesuksesan perdagangan Internasional terjadi dengan dukungan beberapa faktor kunci, yaitu komitmen pelaku perdagangan, instrumen

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 166 /BC/2003 TENTANG TATALAKSANAPEMBERIAN CUSTOMS ADVICE DAN VALUATION RULING. SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN

Lebih terperinci

PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT

PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT Abstract Oleh: Yusi Rahmawati 1 dan Riana Uji Westi 2 (Akademi Pelayaran Niaga Indonesia) yusi@akpelni.ac.id

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN FREIGHT FORWARDER UJPT (USAHA JASA PENGANGKUTAN DAN TRANSPORTASI) DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN FREIGHT FORWARDER UJPT (USAHA JASA PENGANGKUTAN DAN TRANSPORTASI) DI INDONESIA BAB II PENGATURAN FREIGHT FORWARDER UJPT (USAHA JASA PENGANGKUTAN DAN TRANSPORTASI) DI INDONESIA A. Pengertian Freight Forwarder Pengertian Jasa Freight Forwarding didefinisikan dalam PER-178/PJ/2006 (yang

Lebih terperinci

BAB V BILL OF LADING (B/L)

BAB V BILL OF LADING (B/L) BAB V BILL OF LADING (B/L) Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan, mahasiswa akan dapat menjelaskan fungsi Bill of Lading dalam pengiriman barang ke luar negeri

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan kebijaksanaan kelancaran arus barang untukmenunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perdagangan lokal maupun internasional mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Setiap negara memiliki kebutuhan

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908

Lebih terperinci

MARINE CARGO INSURANCE

MARINE CARGO INSURANCE MARINE CARGO INSURANCE Asuransi Pengangkutan Barang Perlindungan menyeluruh terhadap risiko kerugian atau kerusakan barang dalam perjalanan laut, udara dan darat MARINE CARGO INSURANCE ASURANSI PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG Kurnia Nurhakim. F 1, Muhammad Satar 2 Program Studi Teknik & Manajemen Pembekalan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Kegiatan ekspor adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Oprasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Oprasional Manajemen Oprasional adalah serangkaian aktivitas untuk menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa melalui transformasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah : 1) Menurut Mulyadi (2001:5), prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA )

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA ) digilib.uns.ac.id PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA ) Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi Tugas Tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mitra Kargo Indonesia merupakan salah satu forwarder besar di wilayah Semarang yang

Lebih terperinci

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.61168/PP/M.XVB/15/2015 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH Pengangkutan atau lebih dikenal dengan istilah transportasi di masa yang segalanya dituntut serba cepat seperti sekarang ini memiliki peran yang sangat besar.

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1. Pengertian dan Pengaturan Transaksi Ekspor Impor untuk UKM Hubungan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor impor sama halnya dengan perdagangan dalam negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro, dalam Mardiasmo (2011:1) : Pajak

Lebih terperinci

ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN

ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN 1 ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN Tugas Akhir Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Nilai Pabean. Perhitungan Bea Masuk.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Nilai Pabean. Perhitungan Bea Masuk. No.433, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Nilai Pabean. Perhitungan Bea Masuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379).

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Impor Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Transaksi impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan freight forwarding adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Sebagai penyedia jasa logistik pihak ketiga (third party logistics),freight

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 18 /BC/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN

Lebih terperinci

1. Keputusan atas Nilai Pabean oleh Terbanding

1. Keputusan atas Nilai Pabean oleh Terbanding Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36240/PP/M.X/19/2012 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah, penetapan nilai pabean oleh Terbanding

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1978 TENTANG TATACARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SERTA PEMINDAHAN BARANG KEDALAM DAN KELUAR WILAYAH USAHA BONDED WAREHOUSE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PROSEDUR PENERBITAN DAN PENGISIAN SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) FORM E SEBAGAI DOKUMEN EKSPOR OLEH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI PROVINSI YOGYAKARTA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Riwayat Perusahaan PT. Mega Segara merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi di Jakarta Utara yang bergerak di bidang jasa pengiriman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

STANDAR PENETAPAN HARGA INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1977 tanggal 26 April 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PENETAPAN HARGA INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1977 tanggal 26 April 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, STANDAR PENETAPAN HARGA INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1977 tanggal 26 April 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengaturan standar penetapan harga guna perhitungan bea

Lebih terperinci

12 Pel. Bongkar : 13. Pel. Transit DN : 22 Asuransi: 23. FOB:

12 Pel. Bongkar : 13. Pel. Transit DN : 22 Asuransi: 23. FOB: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 557/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR Kantor Pelayanan Bea dan Cuka : Nomor Pengajuan : A. Jenis PEB : 1. Biasa 2.

Lebih terperinci

II.LANDASAN TEORI Pengertian Asuransi Pengangkutan

II.LANDASAN TEORI Pengertian Asuransi Pengangkutan 6 II.LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Asuransi Pengangkutan Asuransi pengangkutan adalah asuransi yang memberikan jaminan ganti rugi kepada tertanggung yang timbul karena bahaya / kecelakaan / kerugian yang

Lebih terperinci

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN *48854 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

METODE COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO

METODE COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO digilib.uns.ac.id METODE COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO Tugas Akhir Diajukan Untuk melengkapi Tugas-Tugas Prasyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908

Lebih terperinci

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS * Siti Dwi Lazuardi, **Firmanto Hadi. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan Transportasi Laut - Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

BAB II INDUSTRI FORWARDER DAN TEKNIK CONJOINT

BAB II INDUSTRI FORWARDER DAN TEKNIK CONJOINT BAB II INDUSTRI FORWARDER DAN TEKNIK CONJOINT Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah belum adanya pengukuran service quality di industri forwarder pada produk impor laut. Dimana service quality

Lebih terperinci

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018 - 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

Lebih terperinci

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS Nama : Dinda Ningrum Gusliyati NPM : 52213554 Program Studi : DIII Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Sri Murtiasih LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

ASURANSI INTER ISLAND - MARINE CARGO No. Pencatatan Produk OJK : S-2319/NB.11/2013. I. Nama Produk : Asuransi Inter Island - Marine Cargo

ASURANSI INTER ISLAND - MARINE CARGO No. Pencatatan Produk OJK : S-2319/NB.11/2013. I. Nama Produk : Asuransi Inter Island - Marine Cargo ASURANSI INTER ISLAND - MARINE CARGO No. Pencatatan Produk OJK : S-2319/NB.11/2013 I. Nama Produk : Asuransi Inter Island - Marine Cargo II. Jenis Produk : Asuransi Marine Cargo III. Nama Penerbit : IV.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan dan pengurusan atas kegiatan yang

Lebih terperinci