Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara"

Transkripsi

1 Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara Oleh: Syaiful Anwar Pendahuluan Kesuksesan perdagangan Internasional terjadi dengan dukungan beberapa faktor kunci, yaitu komitmen pelaku perdagangan, instrumen perdagangan dan infrastruktur perdagangan. Komitmen pelaku perdagangan terkait dengan posisi buyer dan seller dalam kontrak perdagangan. Instrumen perdagangan terkait dengan aturan main (rules), seperti: INCOTERMS, UCPDC, ISP98, dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur perdagangan terkait dengan jasa transportasi, jasa perbankan, dan sebagainya. Kesemua faktor kunci tersebut membentuk suatu sistem perdagangan internasional. Terganggunya salah satu komponen sistem akan merusak output dari sistem tersebut. Sebagai contoh sederhana: adanya pemogokan buruh bongkar muat atau kelangkaan suply kontainer, akan berakibat pada terganggunya sistem perdagangan internasional. Salah satu elemen pendukung infrastruktur perdagangan internasional adalah jasa transportasi. Peran jasa transportasi terhadap infrastruktur perdagangan internasional sangat vital. Ibarat sebuah kendaraan yang akan berjalan maka jasa transportasi adalah bahan bakarnya. Perdagangan internasional tidak akan berjalan efetif tanpa dukungan jasa transportasi yang memadai. Tulisan ini merupakan bunga rampai dari seri tulisan mengenai perdagangan internasional yang penulis susun. Tujuan utamanya adalah memberikan pengetahuan praktis perdagangan internasional. Untuk kali ini, penulis akan mendeskripsikan poin-poin penting mengenai jasa transpotasi. A. Rangkaian SistemTransportasi Rangkaian rantai sistem transportasi perdagangan internasional melibatkan berbagai sub sistem pengangkutan meliputi : Pengirim / Eksportir Inland Transport Pelabuhan Muat Angkutan Laut dan Udara Pelabuhan Bongkar Penerima / Importir 1

2 Dalam sistem jasa transportasi setidaknya mencakup lima rantai kegiatan pergerakan barang yaitu - Inland Transport yaitu proses pengangkutan barang dari gudang pemilik barang (eksportir / shipper) ke pelabuhan pemuatan. - Proses terminal kepelabuhanan yaitu proses pemuatan barang di pelabuhan pemuatan untuk tujuan ekspor. - Sistem pengangkutan laut dan atau udara dari pelabuhan muat sampai ke pelabuhan tujuan / pelabuhan bongkar, barang barang yang diangkut diharapkan dalam keadaan baik / tidak rusak - Proses terminal kepelabuhanan pembongkaran barang dari perut / palka kapal kesisi sebelah darat kapal untuk kemudian ditimbun di gudang pelabuhan - Pengeluaran barang dari pelabuhan dengan pengangkutan darat untuk diterima oleh importer / consignee Efisiensi dan efektifitas rantai sistem pengangkutan barang dalam perdagangan internasional dipengaruhi oleh - Teknologi systems angkutan dan bongkar muat barang di pelabuhan yang digunakan. - Kondisi infrastruktur yang tersedia di negara itu seperti ketersediaan alat angkut darat (inland transport) dan kualitas jalan ekonomi yang tersedia di negara itu. - Berbagai kebijakan ekonomi dan transportasi yang dianut atau yang dilaksanakan suatu negara (apakah terbuka atau terbatas atas kunjungan kapal niaga dari berbagai negara). B. Konsep Pengangkutan Laut Kapal / Perahu atau alat apapun yang mengapung diatas air adalah alat angkut yang wajib tunduk kepada aturan pengangkutan di laut dan untuk selanjutnya akan disebut sebagai kapal. Kapal dapat dibedakan berdasarkan Kapal Niaga (Komersial) dan Kapal Bukan Niaga (non Komersial). Kapal Niaga adalah alat angkut laut yang digunakan untuk memuat barang barang niaga, sedangkan Kapal Bukan Niaga adalah kapal yang digunakan untuk tujuan untuk komersial seperti Kapal Perang, Kapal Pandu Laut, Kapal Patroli Bea Cukai, Kapal Patroli Polisi dll. Kapal niaga harus memenuhi persyaratan teknis baik bersifat operasional maupun syarat teknis nautika dengan demikian maka kapal niaga harus memenuhi: - Kapal Niaga harus dioperasikan oleh Perusahaan Pelayaran Nasional atau melalui systems Ke Agenan. - Kapal Niaga memenuhi syarat layak laut (sea worthness) dan memenuhi syarat nautika seperti kapal kapal tersebut memiliki kelengkapan teknis pelayaran yang layak dan memenuhi syarat serta dioperasikan oleh awak kapal (crew) yang mempunyai keahlian untuk itu dibuktikan dengan ijazah yang sah untuk keahlian yang relevan dibidang pelayaran. - Kapal Niaga tersebut wajib mentaati ketentuan ketentua yang berlaku seperti ketentuan Pabean, Karantina, Imigrasi, Kesyahbandaran dll 2

3 Pengusahaan angkutan laut dibedakan menjadi 3 (tiga) berdasarkan jenis usahanya, yaitu usaha pelayaran, usaha bongkar-muat dan pergudangan di pelabuhan, usaha keagenan baik pelayaran internasional maupun pelayaran dalam negeri. Usaha Pelayaran Usaha pelayaran adalah kegiatan yang menawarkan jasa pengangkutan melalui laut dalam bentuk pengangkutan barang dari pelabuhan pemuatan sampai ke pelabuhan bongkar / tujuan dalam keadaan baik atau sesuai dengan perjanjian antara pengangkut dan penjual atau penerima barang sesuai syarat penyerahan barang yang disepakati apakah sampai di gudang importer atau hanya sampai di gudang pelabuhan dan kemungkinan sayarat penyerahan lainnya yang telah mereka sepakati. Ada beberapa jenis usaha pelayaran yaitu pelayaran dalam negeri, pelayaran luar negeri dan pelayaran khusus. Jasa Pelayaran Dalam Negeri Perusahaan Pelayaran yang menawarkan jasa pengiriman barang melalui pengangkutan laut untuk pengiriman barang dari dan ke kawasan pulau pulau serta kota kota yang berada dalam territorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jasa pelayaran dalam negeri biasanya menggunakan alat angkut yang kapasitasnya kecil dan terkadang menggunakan kapal kapal tradisional (armada kapal tradisional) Jasa Pelayaran Luar Negeri Perusahaan Pelayaran yang menawarkan jasa pengiriman barang melalui pengangkutan laut untuk tujuan luar negeri / internasional, oleh sebab itu perusahaan pelayaran yang demikian mempunyai jaringan dengan berbagai perusahaan pelayaran dan meraka mengembangkan jejaring (networking) dalam mengembangkan usaha pengangkutan laut secara internasional. Jasa pelayaran internasional sangat dibutuhkan dalam systems perdagangan internasional Jasa Pelayaran Khusus Perusahaan Pelayaran Khusus adalah perusahaan pelayaran yang menawarkan jasa pengangkutan barang barang yang mempunyai karakteristik khusus sehingga memerlukan kapal dengan spesifikasi khusus seperti Kapal Pengangkut Gas Alam, Kapal Tanker dll Usaha Jasa Pelayaran memperoleh imbalan dalam bentuk uang tambang atau biaya pengangkutan atau freight. Biaya pengangkutan atau freight adalah penting karena menjadi komponen biaya dalam system menghitung bea masuk dan pajak pajak lainnya di Indonesia Beberapa dokumen penting dalam proses pemuatan barang melalui jasa pengangkutan melalui laut adalah - Resi Gudang - Mate s Receipt - Bill of Lading - Manifest 3

4 Usaha Jasa Keagenan Usaha jasa keagenan adalah usaha jasa dalam bentuk pengurusan berbagai hal berkaitan dengan kepentingan perusahaan pelayaran asing yang melakukan bongkar dan memuat barang barang di Indonesia dalam berhubungan dengan otoritas pemerintahan seperti pabean, imigrasi, karantina dan kepelabuhanan dll. Usaha jasa keagenan akan membantu perusahaan pelayaran asing dalam kaitan hak dan kewajibannya dengan otoritas pemerintah dan para pemakai jasa mereka (seperti importer, eksportir) agar perusahaan pelayaran asing terhindar dari pelanggaran atau dapat mentaati peraturan yang berlaku di negara itu dan proses bongkar / muat berjalan dengan baik dan efisien. Imbalan jasa keagenan adalah dalam bentuk prosentasi tertentu missal 5% dari pendapatan (freight) atas barang barang yang dimuat kapal itu (inward cargo). C. Jasa Angkutan Udara Jasa angkutan udara adalah jasa angkutan yang ditawarkan oleh perusahaan penerbangan berupa jasa transportasi orang dan barang dengan media pesawat terbang. Mengingat media transportasi yang digunakan adalah pesawat terbang maka infrastruktur pelabuhan udara atau Bandar Udara (Bandara) berbeda dengan pelabuhan laut. Infrastruktur Bandara meliputi Landasan Pendaratan dan berbagai infrastruktur pendukungnya, air traffic control yang memandu pesawat pesawat terbang yang akan berangkat (take off) maupun yang akan mendarat (landing) agar tidak terjadi kecelakaan, fasilitas darat seperti alat alat tempat parkir pesawat, alat alat bongkar - muat barang, pergudangan dll. Suprastruktur yang terlibat di Bandara hampir sama seperti di Pelabuhan Laut ada kawasan kerja pelabuhan disebut sebagai Gudang Lini II dan Kawasan Pabean atau Gudang Lini I. Kawasan kerja pelabuhan udara tempat berkantor aparatur pemerintah seperti Perhubungan Udara dan systems pendukungnya, Bea Cukai, Imigrasi, Karantina dan berbagai Kantor Penerbangan, Perbankan sedangkan Kawasan Pabean adalah pergudangan tempat menimbun, memmuat dan atau membongkar barang barang yang dibingkar dari perut pesawat terbang Imbalan jasa transportasi udara adalah freight udara yang nilainya lebih mahal daripada biaya tambang (freight) melalui laut. Karakteristik angkutan barang melalui udara (cargo) adalah barang barang tersebut dalam kemasan kecil kecil dan dikirim melalui proses konsolidasi dengan kontainer udara dan memerlukan pengamanan yang lebih tinggi. Beberapa dokumen penting dalam proses pemuatan barang dan atau pembongkaran barang melalui jasa pengangkutan udara seperti - Resi Gudang - Air Way Bill of Lading ada yang berfungsi sebagai Host Bill of Lading dan ada yang sebagai Air Way Bill of Lading. - Manifest, dll/ 4

5 D. Pengolahan Dokumen Pengangkutan Dalam Perdagangan Internasional Indonesia menganut ekonomi terbuka (open economy) dan oleh sebab itu tidak menganut sisstem pengawasan devisa yang ketat dalam bentuk eksportir tidak wajib menjual devisa ekspor kepada negara melalui bank devisa. Sehubungan dengan pengolahan atau kegiatan mempersiapkan pengiriman dan pemuatan barang ekspor maka ada beberapa kewajiban berkaitan dengan berbagai dokumen yang harus dipersiapkan oleh mereka yang terlibat dalam pengiriman barang ekspor yaitu eksportir, pengangkut dan bank devisa. Kewajiban Eksportir Eksportir setelah menyerahkan barang ekspor untuk dimuat ke pengangkut (laut atau udara) segera menukarkan tanda terima Mualim I sebagai bukti muat kapal (Mate s Receipt) dengan Asli Bills of Lading (B/L) pada perusahaan pengangkutan (pelayaran atau penerbangan). Eksporter menyerahkan semua asli B / L (ditambah Invoice, Packing List dan berbagai dokumen yang disyaratkan) secara lengkap atau full set of negotiable bills of lading langsung kepada Bank Devisa yang telah ditetapkan ditambah dengan membuat Surat Kuasa atas namanya yang menyatakan bahwa fullset of negotiable bills of lading dapat diperdagangkan yang didalamnya mencantumkan juga nomer dan tanggal Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Asli B/L dalam kondisi fullset of negotiabel of bills of lading dapat diajukan sendiri ke Bank Devisa atau melalui Perusahaan Pelayaran / Penerbangan. Dalam hal fullset of negotiabel of bill of lading disampaikan melalui Perusahaan Pelayaran / Penerbangan maka Eksportir harus membuat surat kuasa untuk itu dan Pengangkut dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pemuatan wajib menyerahkan dokumen lengkap eksportir ke Bank Devisa yang telah ditetapkan. Kewajiban Pengangkut (Perusahaan Pelayaran / Penerbangan) Dalam hal pengangkut dipercaya menyerahkan fullset of negotiable of bills of lading ke Bank Devisa, maka Perusahaan Pelayaran / Penerbangan wajib memberitahukan kepada eksportir perihal realisasi penyerahan fullset of negotiabel of bills of lading untuk pencairan dana sebagai realisasi pembayaran ekspor. Perusahaan pelayaran dilarang menerima muatan barang ekspor tujuan luar negeri bila tanpa disertai surat kuasa dari eksportir. Perusahaan Pelayaran / Penerbangan sebelum menerbitkan negotiabel of bill of lading melakukan langkah langkah berikut sebagai konfirmasi untuk penulisan data pada B/L yaitu: - data penerima dan alamat penerima di pelabuhan tujuan - menghitung uang tambang atau freight, apakah langsung dibayar (freight paid or prepaid) atau harus dibayar di pelabuhan tujuan (payable at distination). - Pembayaran payble at distination harus dilunasi terlebih dahulu sebelum barang diserahkan pada penerima barang.. 5

6 Disamping pembayaran model freight prepaid atau freight payabel at distination dimungkinkan pembayaran dengan cara lain berkaitan dengan kepercayaan antar mereka dan atau berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintah dibidang pengangkutan dengan kemungkinan pembayaran bertahap (diangsur), contoh - pembayaran 40 % waktu pemuatan - pembayaran 25 % waktu proses pengangkutan melalui laut atau udara (on sailing or on the air) - pembayaran 35 % waktu penyerahan barang di pelabuhan tujuan Kewajiban Bank Devisa Bank Devisa setelah menerima asli B/L dan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari Pabean (Bea Cukai), segera memberitahukan kepada eksportir dan meminta eksportir melengkapi dengan dokumen dokumen lainnya yaitu, - Invoice (Faktur) - Packing List - Dokumen dokumen lain yang disyaratkan seperti Surat Keterangan Asal (Certicate of Origin), Sertifikat Timbangan (Certificate of Weight), Sertifikat Analysis Laboratorium (Certificate of Analysis) dll Eksportir dan Bank Devisa harus di mengendorse fullset of negotiable of bills of lading untuk kemudian dikirim ke Bank Koresponden di luar negeri (sebagai penerbit atau issuing bank of letter of credit). Nilai atau harga yang tercantum dalam Invoice / Faktur tidak boleh lebih randah dibandingkan denganharga barang ekspor (nilai pabean) yang ada dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan perhitungan harga ekspor berdasarkan penyerahan barang Free on Board (FOB). E. Teknik Pengiriman dan Pemuatan Barang Pengiriman barang untuk pemuatan barang khususnya yang melalui angkutan laut ada 2 (dua) kemungkinan yaitu dengan cara pemuatan langsung (direct transport) atau pemuatan tanpa melewati gudang dan pemuatan tidak langsung (indirect transport) atau pengiriman lewat gudang Pemuatan Tidak Langsung atau Pemuatan Lewat Gudang (Indirect Transport) Pemuatan barang keatas kapal terlebih dahulu harus ditimbun di gudang atau container freight station (CFS) atau lapangan penimbunan / lapangan kontainer maka harus memperhatikan berbagai dokumen yang diperlukan. Dokumen dokumen yang perlu diperhatikan oleh eksportir / shipper adalah: - tanda terima gudang (resu gudang) - asli / copy bills of lading - dokumen pabean Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) atau Pemberitahuan Muat Barang (PMB) bila ada. 6

7 - dokumen pabean lainnya seperti dokumen pelindung pengangkutan barang melalui darat seperti BC 2.3, Konsen Ekspor Hasil Tembakau (Cukai Tembakau), Konsen Ekspor Alkohol / Minuman Beralkoho (Cukai Alkohol). - dokumen pelindung pengangkutan barang melalui laut dan atau udara seperti BC 1.2 Dokumen dokumen pabean harus memuat berbagai informasi yang dibutuhkan oleh negara sebagai data ekonomi tentang lalu lintas barang melalui laut dan atau udara sekaligus untuk mengamankan hak hak negara berupa pungutan negara seperti bea masuk, cukai dan pajak pajak lainnya, data atau informasi yang dibutuhkan adalah - Nama dan alamat pengirim barang (eksportir / shipper) - Nama dan alamat penerima barang (receiver / consignee) - Isi Koli atau Kontainer (uraian jenis barang yang diangkut) - Jumlah, jenis, merk, nomer koli atau jenis, ukuran, nomer, jumlah kontainer. - Harga barang atau nilai barang - Pelabuhan tujuan - Perkiraan waktu akan berangkat (estimate time of departure) Kepala Gudang dari pelabuhan (cargo doring) melakukan pemeriksaan sesuai dengan tanda terima gudang (resu gudang) untuk pengawasan penimbunan dan pemuatan. Kepala Hanggar Pabean atau Koordinator Lapangan Pabean memeriksa keterangan keterangan atau informasi yang ada pada dokumen pabean serta mengadministrasikan dengan memberi registrasi atas dokumen dan kemudian melakukan pemeriksaan. Bila setelah diperiksa maka Pemeriksaan Pabean menyetujui pemuatan dengan memberi catatan Fiat Muat, Tanggal, Jam dan Tanda Tangan Pemeriksa Pabean maka barang dapat segera dimuat keatas kapal. Pengiriman Langsung Tanpa Melewati Gudang (Direct Transport) Pengiriman barang secara langsung adalah proses pengiriman barang langsung dimuat keatas kapal tanpa melewati gudang, pengiriman barang secara lansung memerlukan berbagai persyaratan dokumen dari kepelabuhanan dan pabean. Kewajiban eksportir dan atau pengangkut (carrier) pada otoritas kepelabuahan wajib menyerahkan dokumen dokumen pemuatan barang yang ada seperti : - Surat Jalan pengankgkutan oleh alat angkut seperti Truck dari luar kawasan pabean / pelabuhan untuk memasuki kawasan pabean / pelabuhan untuk pengawasan pemuatan. - Menunjukkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) - Otoritas pelabuhan menahan Surat Jalan atas pemuatan barang tersebut guna perhitungan tentang biaya tambang (freight) dan biaya biaya lainnya seperti ongkos bongkar / muat dan biaya biaya lainnya - Melakukan konfirmasi dan check ulang pada setiap Surat Jalan dan Tanda Fiat Muat yang ada didalamnya. - Konfirmasi pemuatan barang yang berdasarkan dokumen pabean, dokumen pabean dikembalikan kepada eksportir untuk penyelesaian formalitas pabean 7

8 Kewajiban Eksportir dan Perusahaan Pengangkut / Pelayaran kepada otoritas pabean, tidak semua barang barang yang akan diekspor atau dimuat diizinkan untuk dimuat secara langsung ke atas kapal, hanya barang barang tertentu yang diizinkan dimuat langsung keatas kapal pada umumnya barang barang in bulk seperti semen, besi beton, beras, pupuk, besi tua (scrap iron), minyak curah dll, hanya dalam hal hal tertentu mungkin dapat dikecualikan seperti karena alasan urgensi dan kepentingan ekonomi atau keamanan. Dokumen yang perlu disampaikan ke otoritas pabean adalah: - Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) + Surat Permohonan Izin Memuat Barang Secara Langsung oleh Eksportir atau Perusahaan Pelayaran kepada Kepala Kantor Pabean (Bea Cukai) atau Pejabat lainnya setingkat Kepala Seksi. - Bila disetujui (pada umumnya disetujui) karena sifat barang menghendaki pemuatan secara langsung maka Surat Permohonan diberi disposisi persetujuan dan sekaligus perintah pengawasan kepada pertugas pabean dilapangan - Pengawasan pemuatan barang (disisi pengawasan dermaga sebelah laut) mengawasi pemuatan berdasrkan PEB dan masing masing Surat Jalan dari setiap truck pengankutan barang. - Pemeriksa Pabean melakukan rekapitulasi masing masing Surat Jalan dengan jenis barang, jumlah barang yang diberitahukan berdasrkan PEB - Bila sesuai PEB ditanda tangani oleh otoritas pabean di lapangan (di kawasan pabean / pelabuhan) F. Kerugian di Laut Ada beberapa kemungkinan kerugian yang timbul di laut akibat proses pengangkutan barang dari pelabuhan pemuatan sampai ke pelabuhan pembongkaran, ada 2 (dua) macam kerugian (average) di laut yaitu: - General Average (G.A) - Particular Average (P.A) General Average General Average adalah suatu kerugian yang timbul di laut ketika proses pengiriman barang dari pelabuhan muat menuju pelabuhan bongkar, kemudian terjadi berbagai kejadian luar biasa diluar kemampuan manusia dan adanya tindakan dalam rangka keselamatan kapal dan awak kapal yang dapat / menyebabkan kerusakan atau kehilangan barang yang dimuat oleh kapal itu. Bentuk kejadian luar biasa yang mungkin terjadi pada kapal adalah: - Terjadi keadaan berbahaya di kapal sehingga memerlukan tindakan dengan kemungkinan kerusakan sebagaian dari muatan kapal. - Tindakan Nakhoda dalam keadaan bahaya yang harus dilakukan demi kepentingan bersama bagi pengangkut / kapal, pemilik barang dan awak kapal seperti membuang sebagaian barang ke laut (jettion of cargo), mengangkat kapal karena kandas dengan mengurangi sebagaian muatan, kerusakan mesin kapal akibat menolong kapal lain yang sedang kandas dll 8

9 Berdasarkan Pasal 699 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan York Antwerp Rules menyatakan bahwa sifat risiko dari kondisi General Average menjadi tanggung jawab bersama antara pengangkut (carriers), pengirim barang (shippers) dan penerima barang (consignee). Dengan demikian karakter atau sifat dari general average adalah: - Harus merupakan perintah nakhoda karena keadaan luar biasa (kemudian harus dibuktikan melalui laporan pada log entry atau log book) seperti membuang berbagai muatan ke laut. - Suatu pengorbanan yang menuntut sikap sukarela - Alasan yang masuk akal (reasonable condition) Particular Average Particular Average adalah kerugian pengangkutan di laut yang bersifat khusus yang disebabkan oleh kelalaian dalam rangkaian rantai pengangkutan yang melahirkan hak claim dalam bentuk penggantian kerugian secara proporsional. Kesimpulan - Peran jasa transpotasi terhadap perdagangan internasional sangat vital - Rangkaian sistem jasa transportasi mencakup 5 elemen utama, yaitu: inland transport, proses terminal kepelabuhanan, sistem pengangkutan laut dan udara, proses terminal kepelabuhanan, dan proses pengeluaran barang dari pelabuhan - Pengusahaan angkutan laut dibedakan menjadi 3 (tiga) berdasarkan jenis usahanya, yaitu usaha pelayaran, usaha bongkar-muat dan pergudangan di pelabuhan, usaha keagenan baik pelayaran internasional maupun pelayaran dalam negeri. - Pengolahan dokumen pengangkutan dalam perdagangan inmternasional merupakan kewajiban eksportir, kewajiban pengangkut dan kewajiban bank devisa. - Teknik pengiriman barang melalui laut ada 2 kemungkinan yaitu dengan cara pemuatan langsung (direct transport) atau pemuatan tanpa melewati gudang dan pemuatan tidak langsung (indirect transport) atau pengiriman lewat gudang. - Kerugian di laut yang disebabkan alasan tertentu dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: general average dan particular average. 9

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 I. TATALAKSANA EKSPOR Untuk memperlancar arus barang ekspor diambil langkah-langkah 1. Terhadap barang-barang ekspor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI I. TATALAKSANA EKSPOR 1. Kewenangan pemeriksaan barang-barang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada PT.SAMUDERA INDONESIA cabang bandung Jawa Barat penulis ditempatkan di bagian pemasaran dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dalam negeri (daerah pabean), barang

Lebih terperinci

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Ringkasan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean (DP3) adalah salah satu bentuk Fasilitas Lembaga Kepabeanan yang berfungsi

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Lebih terperinci

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor 1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.

Lebih terperinci

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Kekhususan Jual Beli Perusahaan JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lebih terperinci

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011 -1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011 TENTANG TATA LAKSANA PEMBERITAHUAN MANIFES KEDATANGAN SARANA

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan kebijaksanaan kelancaran arus barang untukmenunjang

Lebih terperinci

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor Sekilas Tentang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Memberikan sedikit gambaran tentang Bea dan Cukai Indonesia di bawah Kementerian Keuangan RI Macam- macam Pemberitahuan Pabean Dalam rangka melayani pengurusan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN

Lebih terperinci

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, -1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-02/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN PABEAN UNTUK DITIMBUN DI PUSAT

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis lakukan di PT. Alenatex Bandung. Disana penulis ditempatkan pada bidang ekspor, dibawah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1523, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Laut. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Oprasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Oprasional Manajemen Oprasional adalah serangkaian aktivitas untuk menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa melalui transformasi

Lebih terperinci

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Oleh : Bambang Semedi (Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai) Pendahuluan Dengan semakin majunya dunia

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 61 /BC/2000 TENTANG TATACARA PENYERAHAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3 Proses dan Prosedur Ekspor Pertemuan ke-3 PROSES PERDAGANGAN EKSPOR Kegiatan ekspor: Upaya seorang pengusaha dlm memasarkan komoditi yg dikuasainya ke negara lain atau bangsa asing, dg mendapatkan pembayaran

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2017 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI PUSAT LOGISTIK BERIKAT

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Riwayat Perusahaan PT. Mega Segara merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi di Jakarta Utara yang bergerak di bidang jasa pengiriman

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-26/BC/2007 TENTANG TATALAKSANA PINDAH LOKASI PENIMBUNAN BARANG IMPOR YANG BELUM

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan kebijaksanaan

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KMK.05/1997 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi 2.1.1 Pengertian Efisiensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.04/2016

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.04/2016 MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK04/2016 TENT ANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Proses Perdagangan Luar Negeri, Mahasiswa akan dapat menjelaskan proses perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me No.1922, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMDAG. Besi. Baja Paduan. Produk Turunan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR PENYAMPAIAN PEB KE KANTOR PABEAN PEMUATAN Data elektronik atau tulisan diatas formulir PDE

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/12/2016 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia

2017, No Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/12/2016 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia No.1205, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/M-DAG/PER/8/2017

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA 142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA Contributed by Administrator Thursday, 25 August 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.213, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pabean. Kawasan. Penimbunan Sementara. Tempat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.04/2015 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pemajakan PPh Pasal 23 atas Transaksi Pemakaian Jasa Trucking Selama Ini Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan yang bergerak dalam pengurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PENGANGKUTAN PERANAN PENTING PENGANKUTAN LAUT. Disusun oleh : YASIR ADI PRATAMA (E1A012096) KELAS B

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PENGANGKUTAN PERANAN PENTING PENGANKUTAN LAUT. Disusun oleh : YASIR ADI PRATAMA (E1A012096) KELAS B TUGAS MATA KULIAH HUKUM PENGANGKUTAN PERANAN PENTING PENGANKUTAN LAUT Disusun oleh : YASIR ADI PRATAMA (E1A012096) KELAS B KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 30 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

PROSEDUR EKSPOR DALAM MENDUKUNG KEGIATAN MIGAS. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

PROSEDUR EKSPOR DALAM MENDUKUNG KEGIATAN MIGAS. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai PROSEDUR EKSPOR DALAM MENDUKUNG KEGIATAN MIGAS Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

Lebih terperinci

-8- NOTA HASIL PENELITIAN MANIFEST (NHPM) Nomor:.(3). Tanggal:. (4)..

-8- NOTA HASIL PENELITIAN MANIFEST (NHPM) Nomor:.(3). Tanggal:. (4).. -8- LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-5/BC/2011 TENTANG TATA LAKSANA PEMBERITAHUAN MANIFES KEDATANGAN SARANA PENGANGKUT DAN MANIFES KEBERANGKATAN SARANA PENGANGKUT DALAM RANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. No.528, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2015

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran No.913, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Jasa Pengurusan Transportasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN JASA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11 1 11/DKSP TANGGAL 1 JUNI 2015 PERIHAL KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. UMUM 1. Apa saja pertimbangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG YANG MENGALAMI KERUSAKAN, PENURUNAN MUTU, KEMUSNAHAN, ATAU PENYUSUTAN VOLUME DAN/ATAU BERAT,

Lebih terperinci

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010 Pertemuan ke-4 Incoterm 2010 INCOTERMS 2010 GROUP E DEPARTURE EXW EX WORKS GROUP F MAIN CARRIAGE UNPAID FCA FAS FOB FREE CARRIER FREE ALONGSIDE SHIP FREE ON BOARD GROUP C MAIN CARRIAGE PAID CFR CIF CPT

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR (Keputusan Menteri Keuangan RI No.557/KMK.04/2002 tanggal 31 Desember 2002) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa untuk menjamin kelancaran arus

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661] UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661] Pasal 102 Setiap orang yang: a. mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 36 Peraturan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 152/BC/2003 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 152/BC/2003 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 152/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR UNTUK BARANG EKSPOR YANG MENDAPAT KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR Menimbang

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG Kurnia Nurhakim. F 1, Muhammad Satar 2 Program Studi Teknik & Manajemen Pembekalan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Kegiatan ekspor adalah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan digilib.uns.ac.id 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah memberi pengaruh yang besar dalam hubungan antar negara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 35/BC/2000 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 35/BC/2000 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 35/BC/2000 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATACARA PENGANGKUTAN LANJUT KARGO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang sepanjang garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk memperlancar roda ekonomi regional

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMASUKAN

Lebih terperinci

Fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone)

Fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone) Fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Batam OUTLINE PEMAPARAN 1 2 PENGANTAR PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908

Lebih terperinci

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN *48854 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1 of 5 21/12/ :45

1 of 5 21/12/ :45 1 of 5 21/12/2015 12:45 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224/PMK.011/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. b. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1978 TENTANG TATACARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SERTA PEMINDAHAN BARANG KEDALAM DAN KELUAR WILAYAH USAHA BONDED WAREHOUSE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

Nomor : /PLP/200.. Tanggal : Lampiran : Hal : Permohonan Pindah Lokasi Penimbunan Barang Impor FORMAT SURAT PERMOHONAN PLP

Nomor : /PLP/200.. Tanggal : Lampiran : Hal : Permohonan Pindah Lokasi Penimbunan Barang Impor FORMAT SURAT PERMOHONAN PLP Nomor : /PLP/200.. Tanggal : Lampiran : Hal : Permohonan Pindah Lokasi Penimbunan Barang Impor FORMAT SURAT PERMOHONAN PLP Yth. Kepala Seksi Administrasi Manifest Lampiran I Dengan ini kami mengajukan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.332, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemberitahuan. Pabean. Kawasan. Perdagangan Bebas. Pelabuhan Bebas. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PMK.04/2012

Lebih terperinci

TATA CARA PENIMBUNAN BARANG YANG BELUM DISELESAIKAN KEWAJIBAN PABEANNYA DI TEMPAT LAIN YANG DIPERLAKUKAN SAMA DENGAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

TATA CARA PENIMBUNAN BARANG YANG BELUM DISELESAIKAN KEWAJIBAN PABEANNYA DI TEMPAT LAIN YANG DIPERLAKUKAN SAMA DENGAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR.. /PMK.04/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN

Lebih terperinci

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-233/PJ./2003 Tanggal : 26 Agustus 2003 Perihal : Tatacara Pemberian Dan Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor Dan Atau Penyerahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci