BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Data hasil penelitian akan dipaparkan dan dianalisis sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Agar sistematis, data hasil penelitian yang bersumber dari observasi, partisipasi pengamat, wawancara, dokumentasi dan FGD akan dikelompokkan sesuai dengan permasalahan serta tujuan penelitian. 4.1 Hasil Penelitian Profil SMP Negeri 41 Semarang 1. Karakteristik Umum Daerah Penelitian Penelitian Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) ini mengambil lokasi di SMP Negeri 41 Semarang dengan alamat Jl. Cepoko Utara, Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Lokasi sekolah berada di belakang POLSEK Gunungpati, dengan tekstur tanah yang berbukit, sehingga memberikan kekhasan bagi sekolah. Secara geografis, Gunungpati di bagian timur berbatasan dengan Kota Ungaran sebagai ibukota Kabupaten Semarang. Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Boja dan Limbangan yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Kendal. Bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Semarang Barat. Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Gajahmungkur.Akses ke Kota Semarang berjarak kurang lebih 25 Km, demikian juga akses ke saranasarana vital seperti Bandara Ahmad Yani, Kantor Pemerintahan baik Kota dan Provinsi, Stasiun Kereta Api, dan lain-lain. 47

2 Menurut peneliti, SMP Negeri 41 Semarang merupakan sekolah yang unik dengan luas lahan seluas m². Lokasi sekolah secara geografis sangat kondusif untuk kegiatan pembelajaran, karena terletak jauh dari keramaian dan kebisingan kota, ketinggian kurang lebih 600 m dpl (di atas permukaan laut) dengan kondisi udara yang sejuk dan tidak banyak polusi udara. Walaupun berada di kecamatan Gunungpati, ternyata berdasarkan data induk sekolah sebagian besar siswanya bukan berasal dari wilayah Gunungpati, tetapi dari Semarang bawah yaitu Sampangan, Kalipancur, Manyaran serta Kalibanteng dan sekitarnya. Sekolah ini berdekatan dengan sekolah negeri yaitu SMP Negeri 22 Semarang yang notabene lebih senior sehingga merupakan pesaing. SMP Negeri 41 Semarang masih dianggap kelas kedua dalam arti pengambilan keputusan wali murid untuk menyekolahkan anaknya, karena jarang sekali pada waktu PPD (Penerimaan Peserta Didik) memilih SMP 41 Semarang menjadi pilihan pertama bagi siswa yang memiliki nilai bagus. Bahkan dari siswa yang diterima lebih dari 50% merupakan pelimpahan dari sekolah negeri yang lain yang tidak diterima karena faktor nilai. Jadi SMP Negeri 41 Semarang masih dipandang sebelah mata, sehingga siswa yang masuk memiliki kemampuan akademik rendah. Kondisi siswa yang berasal dari berbagai wilayah di kota Semarang menyebabkan berbagai budaya berbaur, baik budaya yang bagus maupun yang kurang bagus. Kondisi ini merupakan tantangan yang dihadapi oleh pihak SMP Negeri 41 Semarang. Berdasarkan hasil analisis SWOT, disimpulkan bahwa SMP Negeri 41 Semarang memiliki kecenderungan dengan kekuatan yang ada mencoba mengatasi ancaman menuju visi dan misi yang sudah dirumuskan. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pihak sekolah, sehingga tahap demi tahap, lambat laun kondisi sekolah mulai terjadi perubahan ke dalam hal 48

3 yang positif. Berbagai sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembelajaran dilakukan pembenahan serta dilengkapi kekurangannya, pendidik dan tenaga kependidikan memiliki loyalitas yang luar biasa berupaya meningkatkan kemampuan akademiknya melalui pendidikan berkelanjutan guna mendukung tugasnya masing-masing. Sehingga tahun 2012 sekolah ini meraih predikat Sekolah Standar Nasional (SNN), tetapi masih ada catatan bahwa prestasi akademiknya masih rendah. Bentuk apresiasi yang lain dari pemerintah adalah bahwa hasil akreditasi terakhir (tahun 2014) mendapat niali 92 dengan kriteria A (Amat Baik). Profil SMP Negeri 41 adalah sebagai berikut: No. Statistik Sekolah (NSS) : / Alamat Sekolah : JL. Cepoko Utara Smg a. Data Siswa 4 (empat tahun terakhir) Data tentang jumlah siswa SMP Negeri 41 Semarang untuk kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir yaitu tahun disajikan sebagai berikut: Tabel 4.2 Data jumlah siswa 4 (empat) tahun terakhir Th. Pelajaran Jml Pendaftar (Cln Siswa Baru) Kelas VII Jml Siswa Jumlah Rombel Kelas VIII Jml Siswa Jumlah Rombel Kelas IX Jml Siswa Jumlah Rombel Jumlah 2007/ / / / / / / Sumber: Data Primer yang diolah, 2014 Siswa Rombel 49

4 Berdasrkan data jumlah siswa diatas, dari tahun ke tahun jumlah siswa selalu mengalami peningkatan yang diikuti dengan penambahan jumlah rombongan belajar (rombel). Tahun 2007 jumlah siswa 506 orang dengan 13 rombel, tahun ini memiliki 20 rombel dengan jumlah siswa 666 orang. Sedangkan berdasarkan jumlah pendaftar pada penerimaan peserta didik, peminatnya dari tahun ke tahun juga selalu mengalami peningkatan. Tahun 2007 jumlah peminat 255 orang sedangkan tahun 2013 jumlah peminat 909 orang. b. Pendidik 1) Kondisi guru berdasarkan kualifikasi, status, jenis kelamin dan jumlah Kondisi guru berdasarkan kualifikasi, status, jenis kelamin dan jumlah dapat dipaparkan dalam data sebagai berikut: Tabel 4.3 Data kualifikasi guru berdasarkan kualifikasi, status, jenis kelamin dan jumlah No. Tingkat Pendidikan Jumlah dan Status Guru GT/PNS GTT/Guru Bantu Jml L P L P 1. S3/S S D D3/Sarmud D D SMA/sederajat Jumlah Sumber: Data Pimer yang sudah diolah, 2014 Berdasarkan data diatas, guru di SMP Negeri 41 Semarang dinominasi oleh guru perempuan. Semua guru berkualifikasi sarjana, bahkan 50

5 sudah memiliki 6 guru dengan kualifikasi pendidikan pasca sarjana. c. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian) Tabel 4.4 Data guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan No. Guru Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas mengajar Jumlah guru dg latar belakang pend yang TIDAK sesuai dengan tugas mengajar Jumlah D1/ D2 D3 S1/ D4 S2/ S3 D1/ D2 D3 S1/ D4 1. IPA Matematika B. Indonesia B. Inggris P. Agama IPS Penjasorkes Seni Budaya PKn TIK BK B. Jawa Jumlah Sumber: Data Primer yang diolah, 2014 Berdasarkan data guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan, hampir semua guru sudah mengajar sesuai dengan latar pendidikan. Data di atas menunjukkan ada 2 mata pelajaran yang diampu oleh guru yang tidak sesuai dengan latar pendidikannya, yaitu TIK dan bahasa jawa. TIK diampu oleh guru dengan latar belakang tata boga tetapi sudah kursus komputer dan mengikuti pelatihan komputer yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan. Sedangkan mata pelajaran Bahasa Jawa masih diampu oleh S2/ S3 51

6 guru dengan latar belakang yang tidak linier yaitu dilakukan oleh BK. d. Data Ruang Belajar (Kelas) Tabel 4.5 Data Ruang Belajar (Kelas) Jumlah dan ukuran Kondisi Ukuran 7x9 m 2 (a) Ukuran > 63m 2 (b) Ukuran < 63 m 2 (c) Jumlah (d) =(a+b+c) Jml. ruang lainnya yg digunakan untuk r. Kelas (e) Jumlah ruang yg digunakan u. R. Kelas (f)=(d+e) Baik Rsk ringan Rsk sedang Rsk Berat Rsk Total Sumber: Data Primer yang diolah, 2014 Keterangan kondisi: < 15 % : baik 15 % - 30 % : rusak ringan : rusak sedang >65 % : rusak berat Ruang belajar yang dimiliki oleh SMP Negeri 41 Semarang dengan katagori baik berjumlah 15 ruang, sedangkan rusak ringan ada 6 ruang, sehingga ruang belajar memiliki kriteria layak untuk proses pembelajaran

7 e. Data Ruang Belajar Lainnya Tabel 4.6 Data ruang penunjang belajar Jumlah Ukuran Jenis Ruangan Kondis*) (buah) (pxl) Perpustakaan 1 15 x 7 Rusak ringan Lab. IPA 1 16 x 8 Rusak ringan Lab. Komputer 1 9 x 7 Rusak ringan Sumber: Data Primer yang diolah, 2014 Ruang pendukung pembelajara di SMP Negeri 41 Semarang terdiri dari perpustakaan, laboratorium IPA dan laboratorium komputer serta lapangan olah raga dalam katagori rusak ringan. f. Prestasi Akademik UN 4 (empat) tahun terakhir Tabel 4.7 Data Prestasi Akademik UN Rata-rata NUN No Tahun Pelajaran Bhs Indonesi a IPA Matema tika Bahasa Inggris Jumlah Ratarata 4 mapel /2010 7,58 5,65 5,29 5,40 23,92 5, /2011 6,81 5,15 4,29 5,21 21,46 5, /2012 8,00 6,33 5,68 4,53 42,54 6, /2013 6,50 5,45 4,30 4,40 20,65 5,15 Sumber: Data Primer yang diolah, 2014 Hasil UN dalam kurun waktu 4 tahun terakhir menunjukkan bahwa nilai UN termasuk katagori rendah. Rata-rata nilai UN mata pelajaran IPA juga masih rendah, tetapi rata-rata nilainya lebih baik dari Matematika dan Bahasa Inggris. 53

8 2. Karakteristik Umum Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru IPA SMP Negeri 41 Semarang pada tahun pelajaran 2013/2014 sebagai berikut: a. Kepala Sekolah, sebagai supervisor, dengan data pribadi sebagai berikut: Nama : Dra. Nurwahidah Pramudiyati Tempat/tgl lahir : Salatiga, 5 Mei 1965 Pendidikan : S1 Bimbingan Konseling IKIP Semarang b. Guru IPA di SMP Negeri 41 Semarang sebagai guru yang akan disupervisi yang terdiri dari 2 orang guru perempuan dan seorang guru laki-laki. Data pribadi guru IPA sebagai berikut: 1) Nama : Dra. Angelin Kencono Wungu Tempat/tgl lahir : Semarang, 20 Mei 1969 Pendidikan : S1 Pendidikan Biologi IKIP Semarang 2) Nama : Ilham Subur Jatmiko, M. Pd Tempat/tgl lahir : Semarang, 9 September 1971 Pendidikan : D3 Pendidikan Fisika UNNES S1 Universitas Terbuka Pasca Sarjana UMS Surakarta 3) Nama : Rio Ratna Puri, S. Pd Tempat/tgl lahir : Semarang. 19 Agustus 1983 Pendidikan : S1 Pendidikan Fisika UNNES Perencanaan Supervisi Akademik melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek penelitian yaitu kepala sekolah dengan guru IPA SMP Negeri 41 Semarang diperoleh data yang akan dipaparkan di bawah ini. Pengertian supervisi menurut kepala SMP Negeri 41 Semarang adalah prosedur memberikan arahan serta mengadakan penilaian terhadap proses pengajaran. Sehingga supervisi akademik melalui 54

9 dialogis kolegial diartikan sebagai suatu prosedur yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai seorang supervisor untuk mengadakan penilaian dan pengarahan terhadap proses pengajaran yang dilanjutkan dengan diskusi tentang proses pembelajaran yang sudah dilakukan guna mengungkapkan kelemahan serta kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh oleh Angelin kencono wungu yang menyatakan bahwa supervisi akademik melalui dialogis kolegial merupakan suatu bentuk supervisi yang dilakukan oleh kepala Sekolah sebgai supervisor untuk mengamati proses pembelajaran guru di kelas. Pada supervisi tersebut, setelah dilakukan observasi kelas pada waktu guru mengajar dilanjutkan dengan proses dialog antara kepala sekolah selaku supervisor dengan guru mengenai proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Pernyataan ini selaras dengan pernyataan Ilham Subur Jatmiko yang menyatakan bahwa supervisi adalah usaha kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di sekolah. Supervisi akademik kunjungan kelas dilanjutkan dengan proses dialog antara supervisor (kepala sekolah) dengan guru yang disupervisi. Pada tahapan ini diharapkan kendalakendala pembelajaran di kelas dapat teratasi. Sementara itu Rio Ratna Puri berpendapat bahwa supervisi akademik melalui dialogis kolegial adalah usaha dari kepala sekolah sebagai supervisor untuk memberikan layanan kepada guru dalam rangka memperbaiki perencanaan dan proses pembelajaran. Setelah supervisi kunjungan kelas dilanjutkan dengan diskusi hasil dari proses supervisi tersebut mengenai keluhan ataupun masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. 55

10 Perencanaan supervisi menurut Nurwahidah Pramudiyati selaku kepala sekolah berpendapat bahwa perencanaan supervisi akademik diawali dengan penjadualan kesepakatan dengan guru yang disupervisi. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah dibantu oleh team guru senior yang dianggap orang yang dituakan. Bapak/ibu guru diminta untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran. Secara sengaja dibagi menjadi beberapa metode pengajaran, yaitu ceramah bervariasi, diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Pada tahap dialogis, kepala sekolah mengungkapkan data tentang pelaksanaan proses pembelajaran. Kepala sekolah memberikan masukan kepada guru tetapi tidak bersifat menggurui, shingga guru merasa tidak diadili tetapi secara bersama merumuskan kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Perangkat supervisi sudah tersedia dari dinas pendidikan, walaupun pada pelaksanaannya dilakukan modifikasi yang disesuaikan dengan kepentingan supervisi. Sementara itu selaku guru IPA Anggelin Kencono Wungu berpendapat bahwa untuk perencaan supervisi, guru mempersiapkan persiapan pembelajaran yang lebih baik, karena pelaksanaan supervisi sudah terjadual. Persiapan guru meliputi perangkat pembelajaran (silabus, RPP), media pembelajaran yang sesuai dengan RPP. Sebelum mensupervisi, kepala sekolah membuat kesepakatan tentang waktu pelaksanaan supervisi dengan guru yang akan disupervisi. Selama 1 semester dilakukan mimimal 2 kali supervisi. Hal senada dikemukakan oleh Ilham Subur Jatmiko yang berpendapat bahwa persiapan pembelajaran dilakukan lebih baik tetapi natural. Karena nanti diharapkan kendala-kendala di kelas dapat diselesaikan melalui dialogis dengan kepala sekolah. Perangkat mengajar yang pada awalnya hanya sebagai persyaratan akademis belaka, sebelum proses pembelajaran dilakukan pengeditan untuk disesuaikan dengan kenyataan yang ada. Media pembelajaran 56

11 dipersiapkan lebih baik, sesuai dengan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Rio Ratna Puri yang menyatakan bahwa persiapan sebelum supervisi adalah menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi silabus dan RPP sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Menyiapkan media dan alat-alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Karena pelaksanaan supervisi sudah ditentukan waktunya maka persiapan pembelajaran akan lebih baik Implementasi Supervisi Akademik melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA Pelaksanaan supervisi akademik melalui dialogis kolegial mata pelajaran IPA di SMP Negeri 41 Semarang menurut kepala sekolah tidak memerlukan dana sama sekali, karena tidak ada pembayaran honorarium. Blangko supervisi didapatkan dari foto kopi yang menggunakan dana dari BOS. Pelaksanaan supervisi diawali dengan menyiapkan blangko supervisi. Kepala sekolah mengingatkan guru yang akan disupervisi tentang waktu, metode pembelajaran dan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran. Pada waktu pelaksanaan supervisi semua guru IPA mempersiapkan dengan baik tentang materi yang akan disampaikan dan metode yang cocok untuk materi tersebut. Guru benar-benar mempersiapkan diri secara optimal. Komponen yang diniali pada supervisi adalah persiapan pembelajaran dan proses pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan supervisi meliputi: 1. Tahap pertemuan awal yaitu meliputi pengecekan perencanaan guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sehingga guru bebar-benar sudah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran. 57

12 2. Pengamatan melalui kunjungan kelas, disini kepala sekolah mencatat data-data yang berkaitan dengan proses pembelajaran. 3. Dialogis kolegial yaitu diskusi terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung, dicari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi pada proses pembelajaran guna peningkatan pembelajaran berikutnya. Melalui supervisi akademik dialogis kolegial pembelajaran IPA, guru semakin termotivasi untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran di kelas lebih menarik, bersemangat dan lebih hidup. Guru semakin tertantang untuk mencari informasi baru guna peningkatan penguasaan materi pembelajaran. Interaksi anatara guru-kepala sekolah dan guru-murid menjadi lebih akrab dengan suasana kekeluargaan. Sebagai imbasnya nilai akademik siswa mengalami peningkatan. Sementara itu Angelin Kencono Wungu sebagai guru IPA berpendapat bahwa Secara umum komponen yang diniali oleh kepala sekolah meliputi administrasi guru (perangkat pembelajaran). Disamping itu juga dilihat proses pembelajaran di kelas dicocokkan dengan RPP yang sudah dibuat. Melalui supervisi akademik dialogis kolegial pembelajaran IPA di SMP Negeri 41 Semarang sangat membatu dalam pengembangan kegiatan pembelajaran. Solusi dari kepala sekolah terhadap terhadap kendalakendala yang dihadapai pada pembelajaran dapat teratasi melalui dialogis. Sehingga termotivasi untuk meningkatkan dan meperbaiki proses pembelajaran. Melalui proses dialogis akan meningkatkan interaksi dengan kepala sekolah. Hubungannya dengan siswa, karena proses pembelajaran menjadi lebih menarik maka intreraksi guru dan siswa menjadi lebih baik. Siswa mulai reaktif dan antusias dalam kegiatan pembelajaran. 58

13 Supervisi Akademik melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA di SMP Negeri 41Semarang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu relatif lama, tetapi memiliki kelebihan yaitu meningkatkan motivasi bagi guru dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Disamping itu juga meningkatkan interaksi yang lebih baik antar kepala sekolah-guru dan gurusiswa. Pelaksanaan supervisi yang baik akan meningkatkan proses pembelajaran, sehingga akan meningkatkan kinerja guru dan prestasi akademik siswa. Pendapat senada diungkapkan oleh Ilham Subur Jatmiko bahwa pelaksanaan supervisi akademik melalui dialogis kolegial pembelajaran IPA di SMP Negeri 41 Semarang dimulai dengan persiapan, yaitu kesepakatan waktu pelaksanaan. Walaupun jadual sudah tersusun tetapi karena kesibukan kepala sekolah, maka waktu pelaksanaan disesuaikan lagi waktunya. Komponen yang dinilai oleh supervisor adalah perangkat pembelajaran dan proses kegiatan pembelajaran yang mengacu pada RPP. Supervisi yang pada awalnya hanya merupakan kegiatan secara administratif, tetapi setelah ada dialogis kolegial dengan kepala sekolah akan membuat peningkatan motivasi untuk memperbaiki dan mengembangkan pembelajaran. Hal ini karena kepala sekolah tidak hanya sekedar menilai saja, tetapi meberikan banyak masukan terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang semakin berkembang dan menarik membuat siswa lebih tertarik terhadap pelajaran IPA yang pada awalnya menurut siswa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Dengan adanya dialog pada waktu pelaksanaan supervisi akan meningkatkan interaksi antara kepala 59

14 sekolah dan guru. Dan dengan pembelajaran IPA yang semakin menarik maka interaksi antara guru dan siswa menjadi baik. Siswa tidak merasa takut lagi terhadap guru tetapi lebih tertarik untuk menanyakan beberapa hal yang belum dimengerti. Keinginan guru IPA untuk memperbaiki proses pembelajaran akan berdampak pada kinerjanya, sehingga pembelajaran di sekolah lebih terkendali. Bedasarkan hasil ulangan, walaupun belum mendapat nilai yang bagus tetapi secara perlahan meningkatkan perolehan nilai. Supervisi Akademik melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA memerlukan waktu yang panjang, sehingga memerlukan energi ekstra bagi supervisor dan guru yang disupervisi. Tetapi akan meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengadakan perbaikan proses pembelajaran IPA menjadi lebih menarik. Sehingga supervisi akademik melalui dialogis olegial dapat diterapkan untuk semua pembelajaran. Pendapat tersebut diperkuat oleh Rio Ratna Puri bahwa supervisi akademik melalui dialogis kolegial pembelajaran IPA di SMP Negeri 41 Semarang yang dilakukan oleh kepala sekolah dan dibantu team, pada waktu pelaksanaan sudah dijadual dan merupakan hasil kesepakatan anta supervisor dengan guru. Komponen yang dinilai dalam pelaksanaan supervisi adalah perangkat pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran. Pada waktu dialogis kolegial akan diungkapkan kendala guru dalam PBM. Kepala sekolah selaku supervisor secara terbuka menjlaskan berbagai hal tentang PBM, sehingga terjalin diskusi untuk peningkatan pembelajaran berikutnya. Guru akan termotivasi untuk meningkatkan PBM. Karena dalam dialogis kolegial terwujud suasana yang akrab dan kekeluargaan, sehingga semua kesulitan dan hambatan guru dalam PBM akan mudah diungkapkan. Hasilnya 60

15 motivasi guru meningkat dalam perbaikan PBM, suasana pembelajaran menjadi semakin bermutu. Hasilnya interaksi kepala sekolah dengan guru dan guru dengan siswa terjalin lebih baik. Sebagai efeknya terjadi peningkatan prestasi akademik. Supervisi Akademik melalui dialogis kolegial pembelajaran IPA memiliki kelebihan yaitu terjalin komunikasi yang lebih hangat dan kekeluargaan. Imbasnya dapat meningkatkan semangat kerja yang bagi guru. Kelemahanya memerlukan waktu yang lama dan memerlukan penyatuan visi dan misi. Agar tujuan supervisi tercapai maka pada waktu pelaksanaan supervisi dilakukan dengan sungguhsunggu. Supervisi jangan hanya sebagai tindakan administratif saja. 4.2 Pembahasan Penelitian Pendidikan memiliki peranan yang sentral untuk meningkatkan mutu suatu bangsa. Berbagai pendapat yang mengemuka mengisaratkan bahwa agar sumber daya manusia Indonesia meningkat maka mutu pendidikan harus ditingkatkan. Pendidikan memiliki peran dan tugas yang strategis untuk mewujudkannya. Mutu pendidikan yang baik tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Hal ini karena guru yang langsung berinteraksi dengan siswa, sehingga memiliki peran yang sangat vital dan besar dalam meningkatkan kualitas peserta didiknya. Ungkapan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kepala SMA Bina Nusantara Semarang dalam FGD di FE UNNES tanggal 3 Juni Ibu kepala sekolah tersebut mengemukakan bahwa guru yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan anak didiknya. Walaupun banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan peserta didik misalnya IQ, lingungan pertemanan, lingkungan keluarga, sarana dan prasaran pendukung tetapi seorang gurulah yang selalu dekat dengan peserta didiknya. Bentuk tanggung jawabnya adalah 61

16 tanggung jawab moral, berbeda dengan tanggung jawab seorang dokter dengan pasienya. Kalau dokter bisa dituntut mal praktek dan bisa dibawa ke ranah hukum, tetapi tidak ada mal pembelajaran sehingga kalau ada siswa yang tidak berhasil dalam pembelajaran seorang guru tidak bisa dituntut di pengadilan. Sangsi moral inilah yang dirasa sangat berat oleh guru, karena apabila nilai ujian nasional (UN) rendah, maka guru yang mengajar pada mata pelajaran yang bersangkutan merasa terpojokkan dan merasa gagal dalam mendidik siswa, walaupun UN bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi paradigma yang sampai saat ini berkembang adalah jika sekolah memperoleh nila UN yang tinggi berarti sekolah tersebut merupakan sekolah yang berkualitas dan imbasnya guru pengampu mata pelajaran yang peserta didiknya memiliki niali UN bagus dipandang sebagi guru yang berhasil dalam pembelajaran. Mengingat betapa strategis guru dalam pengembangan sumber daya manusia Indinesia, maka secara tidak langsung guru dituntut untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Karena inti dari pekerjaan seorang guru adalah melakukan pembelajaran yang bermutu. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kemampuan guru baik melalui penataran, whorksop, diklat dan banyak istilah lain. Program sertivikasi guru juga sudah dilaksanakan oleh pemerintah guna peningkatan kualitas guru yang diberikan gelar Guru Profesional. Guru Profesional menurut versi program setivikasi adalah lulus portofolio/plpg dan mengajar minimal sebanyak 24 jam sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sedangkan professional menurut Muchtar Luthfi (1984: 44) dalam Muhson (2004: 91) adalah bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang professional, orang yang professional adalah 62

17 orang yang memiliki profesi. Kriteria orang yang memiliki profesi adalah: a. Profesi harus mengandung keahlian, artinya suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu. Keahlian itu diperoleh dengan cara mempelajari secara khusus karena profesi bukan sebuah warisan. b. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu. Profesi juga dipilih karena dirasakan sebagai kewajiban sepenuh waktu, maksudnya bukan part time. c. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal, artinya profesi itudijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teori terbuka dan secara universal pegangannya itu diakui. d. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri. e. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu trhadap kliennya. f. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya. Otonomi ini hanya dapat diuji atau dinilai oleh rekan-rekan seprofesi. g. Profesi mempunyai kode etik yang disebut dengan kode etik profesi. Berdasarkan kriteria tersebut, tentunya guru juga merupakan sebuah profesi. Tetapi pada kenyataannya guru masih dipandang sebelah mata oleh masyarkat, yang memiliki makna seorang guru sebagai sosok yang tidak keren dari penampilan dan kondisi tubuh mengisyaratkan kurang sejahtera. Di satu sisi diharuskan sebagai seorang yang profesional untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, sisi lain penghargaan yang masih kurang karena profesi guru selalu dianggap sebagai sebuah pengabdian. Terfokus pada tugas guru sebagi pengemban untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, tugas tersebut bukan merupakan tugas yang 63

18 ringan tetapi sangat berat. Pada kenyataannya menurut Sahertian dan Mataheru (1984) dalam Ruswenda, U. (2011: 6) menyatakan bahwa profesional guru di Indonesia masih relatif rendah. Hal ini terjadi karena sikap guru yang tidak menambah pengetahuan baru sehingga kualitas profesionalnya tidak pernah ditingkatkan. Dalam menjalankan tugas sehari-hari yaitu melakukan pembelajaran dikelas harus dilakukan pengembangan pembelajaran, agar terjadi proses pembelajaran yang menarik dan bermutu. Pengawasan dan bantuan untuk guru dalam hal perbaikan kegiatan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengendalikan dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran tersebut, yaitu melalui supervisi akademik. Disinilah letak peranan kepala sekolah sebagai seorang supervisor, disamping peran-peran yang lainnya. Sagala (2010) berpendapat bahwa bantuan supervisi tidak memadai dan tidak membantu meningkatkan profesionalisme guru, serta tidak ada sejawat guru yang pantas menjadi teman untuk tukar pengalaman. Faktor-faktor tersebut menyebabkan guru tidak dapat mencari bantuan dari pihak lain yang lebih ahli untuk meningkatkan profesionalnya, sebagai alternatifnya guru dituntut untuk mengembangkan profesionalnya sendiri (Ruswenda, U., 2011: 6). Kepala SMP Negeri 41 Semarang sebagai sebagai seorang pimpinan di sekolah yang berperan sebagai seorang supervisor, akan menjalankan fungsi tersebut guna memantau proses pembelajaran di sekolah agar pembelajaran dapat berlangsung secara menarik dan berkualitas sebagai wujud seorang guru profesional. Sejalan dengan pendapat di atas tentang peranan supervisi yang berkaitan dengan profesionalitas guru, berbagai pemahaman tentang supervisi mendapatkan tanggapan yang bervariasi dari guru. Hasil FGD mendapatkan gambaran bahwa sebagian besar guru masih menganggap bahwa supervisi merupakan ajang 64

19 penilaian. Karena merasa dinilai dan diawasi, maka supervisi dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Hal senada diungkapkan oleh pengawas TK/SD kabupaten Demak, dalam forum FGD tersebut diungkapkan bahwa guru merasa terbebani dengan adanya supervisi. Bapak/ibu guru menjadi lebih sibuk dalam mempersiapkan pembelajaran di kelas. Hal ini meninjukkan bahwa sebagian guru belum memahami hakekat supervisi. Tetapi semua guru memiliki persamaan persepsi bahwa supervisi akademik sangat diperlukan guna mengontrol proses pembelajaran di kelas, sehingga guru selalu mengadakan perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Hal yang berbeda dikemukakan oleh Ilham Subur Jatmiko selaku guru IPA SMP Negeri 41 Semarang, melalui forum FGD berpendapat bahwa seorang guru yang profesional seharunya dalam mengajar tidak dipengaruhi oleh keberadaan supervisor (kepala sekolah). Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran yang sudah dibuat dalam bentuk Prota, Promes dan RPP. Tetapi pada waktu dilakukan supervisi oleh kepala sekolah atau team, secara psikologis tetap grogi karena merasa diawasi dan dinilai. Walaupun berbeda bahasa tentang konsep supervisi, tetapi pada kenyataannya guru yang disupervisi menyiapkan pembelajaran lebih baik. Hal ini senada dengan pendapat Sahertian (2008: 21) yang menyatakan bahwa fungsi supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan peningkatan kualitas pengajaran. Ini berarti apabila guru menyiapkan pembelajaran lebih baik maka mutu proses pembelajarannya juga akan menjadi baik. Khusus untuk mata pelajaran IPA, menurut Kepala SMP Negeri 41 Semarang bahwa pembelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran yang unik karena benar-benar melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya. IPA menekankan pada pada 65

20 pemberian pengalaman langsung untuk menjelajahi alam secara ilmiah. Guna pengembangan potensi siswa terhadap alam dalam pembelajarannya menerapkan metode ceramah, diskusi demonstrasi dan eksperimen. Dengan keunikan mata pelajaran IPA tersebut maka diharapkan proses pembelajaran IPA dapat berlangsung secara menarik dan tidak membosankan, sehingga mampu memcapai tujuan pembelajaran IPA. Guna mengawal pencapaian tujuan pembelajaran IPA tersebut sangat perlu dilakukan supervisi akademik untuk pembelajaran IPA. Kepala sekolah selaku manajer di sekolahan dalam proses manajemen sekolah melakukan tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling). Hal ini dilakukan oleh kepala SMP Negeri 41 Semarang, guna membawa sekolah berjalan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan sebuah kegiatan yang kompleks, karena melibatkan berbagai elemen. Guna mencapai tujuan sekolah yang ditetapkan, masing-masing dari elemen yang terkait harus terjadi hubungan yang sinergis dan saling menunjang serta tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lainnya. Salah satu kunci keberhasilan pendidikan di sekolah adalah peranan dari guru. Sehingga sebagai komponen sumber daya manusia, guru harus terus dibina dan dikembangkan kemampuannya baik kemampuan akademis maupun paedagogis untuk mendapat gelar guru profesional. Sebagai sebuah profesi, maka seorang guru harus selalu tumbuh dan berkembang sehingga sebagai imbasnya maka kualitas pembelajaran akan mengalami peningkatan. Berdasarkan wawancara secara tertutup dengan guru IPA melalui kegiatan MGMP tingkat sekolah, dapat 66

21 ditarik benang merah bahwa guru IPA memerlukan bimbingan dan pengembangan proses pembelajaran. Bimbingan dari pimpinan langsung (kepala sekolah) sangat diharapkan, dengan adanya bimbingan dari kepala sekolah maka guru IPA termotivasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan supervisi akademik. Selama ini supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah dianggap sebagai ajang penialaian yang dilakukan oleh kepala sekolah bagi guru. Hal ini bertentangan dengan kaidah dari supervisi yang sebenarnya, yaitu sebagai bantuan dari kepala sekolah yang ditujukan bagi kepemimpinan guru dan personil sekolah lainnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Disamping itu supervisi selama ini dianggap sebagai kegiatan yang bersifat administratif belaka, sehingga esensi supervisi yang sebenarnya tidak tercapai. Berdasarkan asumsi diatas, maka bersamasama antara kepala sekolah dan guru IPA merumuskan sebuah bentuk supervisi akademik yang dirasa sesuai. Hasil diskusi dirumuskan jenis supervisi akademik yang diterapkan untuk mata pelajaran IPA di SMP Negeri 41 Semarang adalah supervisi akademik melalui dialogis kolegial. Hasil wawancara dengan kepala sekolah tentang supervisi akademik, Kepala SMP Negeri 41 Semarang menyatakan bahwa supervisi adalah prosedur memberikan arahan serta mengadakan penilaian terhadap proses pengajaran. Sehingga supervisi akademik melalui dialogis kolegial diartikan sebagai suatu prosedur yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai seorang supervisor untuk mengadakan penilaian dan pengarahan terhadap proses pengajaran yang dilanjutkan dengan diskusi tentang proses pembelajaran yang sudah dilakukan guna mengungkapkan kelemahan serta kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini 67

22 dimaksudkan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Lebih lanjut kepala sekolah menyatakan bahwa supervisi akademik melalui dialogis kolegial yang diterapkan pada mata pelajaran IPA karena mata pelajaran IPA adalah pelajaran yang unik. Artinya pelajaran IPA benar-benar melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajarannya dengan berbagai pendekatan pembelajaran, yaitu ceramah bervariasi, diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Hal ini sangat menarik untuk diamati karena guru sangat terlibat pada proses pembelajaran. Sehingga kendala di lapangan perlu mendapatkan solusi guna peningkatan pembelajaran pada waktu berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA terdapat kesamaan persepsi tentang hakekat supervisi. Supervisi akademik melalui dialogis kolegial merupakan usaha dari kepala sekolah sebagai supervisor untuk memberikan layanan kepada guru dalam rangka memperbaiki perencanaan dan proses pembelajaran. Setelah supervisi kunjungan kelas dilanjutkan dengan diskusi hasil dari proses supervisi tersebut mengenai kendala-kendala ataupun masalahmasalah yang dihadapai guru dalam proses pembelajaran. Kolegial (collegial) dapat diartikan dengan kemitraan, jadi dalam pelaksanaan dialogis kolegial guru dianggap sebagai mitra, sehingga bersama-sam supervisor mencari solusi untuk perbaikan proses pembelajaran IPA. Hasil dari supervisi akademik melalui dialogis kolegial adalah bahwa nilai hasil ulangan mata pelajaran IPA mengalami peningkatan, walaupun belum sebagus seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh input siswa yang rendah. Guru IPA di SMP Negeri 41 Semarang melalui hasil wawancara memiliki persamaan persepsi bahwa siswa mulai antusias dan mengambil peran yang aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas. IPA yang 68

23 dianggap sebagai pelajaran yang membosankan dan sulit mulai menarik untuk dipelajari, karena guru IPA melakukan variasi metode pembelajaran disesuaikan dengan konsep yang diajarkan. Bukti bahwa supervisi akademik melaui dialogis kolegial dapat juga dilihat dari nilai UN. Berdasarkan hasil UN menunjukkan bahwa rata-rata nilai UN untuk 4 (empat) tahun terakhir berada diatas mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Jadi supervisi akademik melalui dialogis kolegial sesuai untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri 41 Semarang. Hal ini senada dengan pendapat siswa melalui wawancara secara tertutup, bahwa menurut beberapa siswa yang diwawancarai menyatakan mulai menyukai pelajaran IPA. Lebih lanjut menurut pendapat siswa pembelajaran IPA sangat menarik, apalagi guru memanfaatkan berbagai media. Media yang digunakan adalah LCD yang dihubungkan dengan computer maupun malalui kegiatan laboratorium. Pelajaran IPA bukan menjadi pelajaran yang menghafal saja, tetapi lebih menarik karena menjadi pelajaran yang realistis dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut pengamatan kepala sekolah, bapak/ibu guru yang mengajar mata pelajaran IPA memiliki motivasi untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA sesuai dengan hasil diskusi dengan supervisor pada waktu dialogis kolegial Perencanaan Supervisi Akademik Pembelajaran IPA melalui Dialogis Kolegial Sebuah kegiatan akan mendapatkan hasil yang optimal apabila diawali dengan persiapan yang baik pula. Demikian juga untuk supervisi akademik, agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan yaitu terjadinya peningkatan mutu pembelajaran, maka harus direncanakan secara matang. Sehartian (2008: 14) menyatakan bahwa supervisi akademik diarahkan 69

24 untuk meningkatkan potensi sumber daya guru, baik yang bersifat personal maupun yang bersifat profesional. Jadi tidak hanya sekedar pembinaan dan pengembangan kurikulum yang menjadi sumber materi sajian pelajaran. Perencanaan ini ditinjau dari kepala sekolah selaku supervisor dan guru selaku yang disupervisi. Hali ini sejalan dengan pendapat kepala SMP Negeri 41 Semarang dalam FGD, ibu kepala sekolah berpendapat bahwa suatu kegiatan akan mendapatkan hasil yang bagus apabila disusun perencanaan yang bagus pula. Sehingga supervisi akan mendapatkan hasil yang bagus sesuai dengan tujuan yang diharapkan apabila dilakukan perencanaan yang bagus pula. Pendapat yang sama juga dilontarkan oleh Pengawas TK/SD kabupaten Demak, kepala SD Lamper Tengah 01, kepala SMP Negeri Bandungan 1 dan guru IPA SMP Negeri 41 Semarang dalam forum tersebut yang menyatakan bahwa supervisi akademik harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin agar kegiatan ini tidak hanya sekedar rutinitas tetapi benar-benar memiliki esensi untuk membantu guru dalam perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas. Peserta diskusi juga memiliki persepsi yang sama bahwa supervisi akademik sangat dibutuhkan oleh sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Mengingat pentingnya supervisi akademik maka sangat penting untuk dilakukan perencanaan yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dalam bentuk tertulis dengan kepala SMP Negeri 41 Semarang tentang perencanaan supervisi, pelaksana supervisi dilakukan oleh kepala sekolah yang dibantu oleh team guru senior yang dianggap orang yang dituakan dalam arti memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan guru yang lain. Jadi langkah pertama yang dilakukan adalah membuat team supervisi yang dipimpin oleh kepala sekolah. Dituakan disini bukan berarti umurnya 70

25 paling tua, tetapi yang dianggap mampu membina, membimbing dan mengarahkan teman sejawat berdasarkan versi kepala sekolah dan memang benarbenar diterima di kalangan guru. Team guru yang dibentuk oleh kepala sekolah bukan berarti yang paling hebat, tetapi dengan adanya guru sebagai team supervisi diharapkan akan menjembatani keinginan guru dan tuntutan sekolah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Team guru terpilih yang membantu supervisi akademik diharapkan mendapatkan pengalaman apabila dikemudian hari dipercaya sebagi kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor, menyusun jadual supervisi bersama dengan team. Menurut hasil wawancara dengan kepala SMP Negeri 41 Semarang, supervisi dilakukan 2 (dua) kali tiap semsester. Jadual pelaksanaan supervisi disesuaikan dengan jadwal mengajar dan metode pembelajaran IPA. Hal ini dilakukan agar keempat metode pembelajaran IPA yaitu ceramah, diskusi, demonstrasi dan ekperimen dapat terpantau. Masing-masing metode pembelajaran yang diterapkan, pada proses dialogis kolegial akan dibahas kelemahan dan tantangan yang dihadapai dalam proses pembelajaran. Sehingga harapannya akan dapat dicari solusinya. Jadual supervisi akademik akan di tempelkan di papan pengumuman ruang guru dan dibacakan pada waktu breefing (pengarahan). Jadual ini bukan harga mati, tetapi fleksibel disesuaikan lagi dengan agenda kepala sekolah. Hal ini dilakukan karena sebagai pemimpin di sekolah, seorang kepala sekolah memiliki tugas dan kewajiban lain disamping yang berkaitan dengan kepemimpinan di sekolahan misalnya rapat, pelatihan, workshop serta pertemuan yang dilakukan secara mendadak. Hal senada juga didapatkan dari hasil wawancara yang hasilnya secara tertulis terhadap ketiga guru IPA di SMP Negeri 41 Semarang. Hasil wawancara terhadap ketiga guru IPA tersebut memiliki 71

26 kesamaan, bahwa supervisi dilakukan oleh kepala sekolah yang dibantu oleh team supervisi yang dibentuk oleh kepala sekolah. Menurut mereka team supervisi yang membantu kepala sekolah tersebut hal yang positif, karena dengan kesibukan kepala sekolah tugas kepala sekolah sebagi supervisor dapat terbantukan. Kepala sekolah sebagai seorang supervisor pada waktu akan melaksanakan supervisi bagi guru IPA juga mempersiapkan perangkat supervisi. Perangkat supervisi ini merupakan lembar observasi yang digunakan untuk panduaan pelaksanaan supervisi. Berdasarkan lembaran supervisi akademik kunjungan kelas bagi guru IPA di SMP Negeri 41 Semarang meliputi: a. Keterampilan merencanakan kegiatan pembelajaran 1) Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar) 2) Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik) 3) Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) 4) Pemilihan sumber/ materi pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik) 5) Kejelasan scenario pembelajaran (langkahlangkah kegiatan pembelajaran: awal, inti dan penutup) 6) Kerincian scenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) 7) Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 8) Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) 72

27 b. Keterampilan melaksanakan kegiatan pembelajaran 1) Pra pembelajaran a) Memeriksa kesiapan siswa b) Melakukan kegiatan apersepsi 2) Kegiatan inti pembelajaran a) Penguasaan materi pembelajaran (1) Menunjukkan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarkhi belajar (2) Mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan (3) Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarkhi belajar (4) Mengkaitkan materi dengan realitas kehidupan b) Pendekatan/strategi pembelajaran (1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang dicapai (2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut (3) Menguasai kelas (4) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstekstual (5) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan (6) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu c) Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran (1) Menggunakan media secara efektif dan efisien (2) Menghasilkan pesan yang menarik (3) Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media d) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa (1) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran (2) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 73

28 74 (3) Menumbuhkan keceriaan dan antusiasisme dalam belajar e) Penilaian proses belajar dan hasil belajar (1) Memantau kemajuan belajar selama proses (2) Melakukan penilaian aktif sesuai dengan kompetensi (tujuan) f) Penguasaan bahasa (1) Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar (2) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 3) Penutup a) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa b) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan c. Komponen penilaian hasil belajar 1) Menyusunperencanaan ulangan per semester 2) Menyusun penetapan KKM dan ulangan per semester (UH, UTS,UAS) 3) Melaksanakan penilaian hasil belajar (kognitif) 4) Melaksanakan penilaian hasil belajar (psikomotorik) 5) Melaksanakan penilaian hasil belajar (afektif) 6) Memiliki daftar nilai kognitif 7) Memiliki dokumentasi soal ulangan harian (UH) 8) Memiliki dokumentasi soal ulangan tengah semester (UTS) 9) Memiliki dokumentasi soal ulangan akhir semester (UAS)/ulangan kenaikan kelas (UKK) Guru yang akan disupervisi mempersiapkan perangkat pembelajaran yang tediri dari prota, promes, silabus dan RPP. Pada waktu kegiatan awal sebelum pelaksanaan supervisi, supervisor dan guru yang akan disupervisi setelah kesepakatan waktu juga dialog tentang skenario pembelajaran yang akan disampaiakan. Sehingga guru juga menyiapkan media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran.

29 Proses dialogis sebelum pelaksanaan supervisi akademik ini diharapkan mengurangi ketegangan/grogi bagi guru. Selama proses pembelajaran diharapkan berlangsung secara alami seperti pada waktu pembelajaran setiap hari. Bagaimanapun juga, yang namanya di pantau tentu membuat guru menjadi tegang/grogi. Evaluasi pembelajaran juga dipersiapkan seperti yang sudah terintegrasi di RPP Impementasi Supervisi Akademik Pembelajaran IPA melalui Dialogis Kolegial Pelaksanaan supervisi akademik ditujukan pada aspek pelaksanaan proses pembelajaran yaitu kegiatan pembinaan dengan cara memberikan bantuan teknis kepada guru dalam proses pembelajaran di kelas. Supervisi akademik diharapkan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru yang dapat terlihat dalam kualitas pembelajaran. Seperti yang sudah dikemukakan di awal, bahwa menurut Nurtain (1999: 258) terdapat tiga tahapan dalam melaksanakan supervisi pengajaran yaitu: (1) tahapan pertemuan awal yang meliputi kegiatan pembahasan guna memantapkan hubungan supervisor dengan guru serta merencanakan kegiatan bersama; (2) tahapan observasi yaitu mengamati langsung perilaku dan gejala munculnya masalah selama di kelas; dan (3) tahap pertemuan akhir yang merupakan diskusi umpan balik antara supervisor dengan guru kelas yang disebut dengan tindak lanjut dialogis kolegial. Supervisi akademik yang dilaksanakan di SMP negeri 41 Semarang pada tahap pertemuan awal (praobservasi) terjadi dialogis antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi membahas persiapan yang dibuat guru. Proses ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi, sehingga perasaan grogi, canggung, deg-degan menjadi berkurang. Persiapan 75

30 pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA SMP negeri 41 Semarang sudah dipersiapkan selama 1 tahun melalui IHT (in house training) pada awal tahun pelajaran. Menurut pengawas TK/SD kabupaten demak dan kepala SD Lamper tengah 01 melalui kegiatan FGD, idealnya perangkat pembelajaran (RPP) dibuat sebelum proses pembelajaran. Kepala SMP negeri 41 Semarang memiliki persepsi yang berbeda, karena melalui IHT pada awal tahun pelajaran penyusunan perangkat pembelajaran akan menhasilkan produk yang nlebih baik karena dalam penyususnan perangkat pembelajaran dilakukan tiap MGMP sekolah. Sehingga perangkat pembelajaran yang disusun sudah melalui diskusi di MGMP. Alasan yang kedua, tuntutan administrasi KTSP yang dikirim ke dinas harus dilengkapi perangkat pembelajaran selama 1 tahun pelajaran. Tahap observasi kelas, selama proses pembelajaran supervisor mengamati kegiatan pembelajaran dari mulai dibuka sampai ditutup. Menurut guru IPA SMP negeri 41 Semarang, walaupun sudah dilakukan pra-observasi tetapi perasaan degdegan dan grogi masih bergelayut di perasaan guru yang disupervisi. Untuk supervisi pembelajaran IPA, kepala sekolah sengaja meminta guru IPA untuk melakukan 4 macam metode pembelajaran IPA sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yang dibagi pada 4 orang guru IPA. Hal ini dilakukan agar permasalah yang ditemukan pada masing-masing metode pembelajran dapat terungkap, dan pada dialogis kolegial dapat dicari solusi secara bersamasama. Tahap pertemuan akhir yang merupakan diskusi umpan balik antara supervisor dengan guru mata pelajaran IPA yang disebut dengan tindak lanjut dialogis kolegial. Pada tahap dialogis kolegial ini hasil temuan dari supervisor dan hambatan selama proses pembelajaran yang dilakukan guru diungkapkan. 76

31 Suasana dibuat dengan konsep kekeluargaan, sehingga keakraban antara supervisor dan guru yang disupervisi akan terwujud. Hubungan antara atasan dan bawahan diminimalisir, yang dimunculkan adalah kemitraan untuk menuju tujuan yang lebih tinggi yaitu peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA. Teknik supervisi ini ternyata membawa dampak yang lebih baik. Guru menjadi lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Untuk meningkatkan proses pembelajaran tersebut, guru IPA menjadi lebih senang melakukan browsing internet untuk mencari inovasi baru dalam pembelajaran dan bahan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat pada waktu istirahan dan jam tidak mengajar, kebanyakan guru lebih senang menghadapi laptop dari pada ngrumpi. Walupun tidak selalu mencari sumber pembelajaran, tetapi merupakan hal yang positif karena guru selalu up date berita terbaru. SMP Negeri 41 Semarang didukung fasilitas wifi yang memadahi walaupun tidak selalu lancar karena banyaknya pengguna wifi tersebut. Dampak lain dari supervisi yang lain adalah, guru IPA selalu memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia di sekolah. Dari 24 kelas terdapat 19 kelas yang dilengkapi dengan LCD. Guru IPA senantiasa memanfaatkan media tersebut untuk mengatasi peralatan laboratorium. Menurut Ilham Subur Jatmiko peralatan laboratorium banyak yang hilang pada waktu pemindahan dari sekolah lama (gedung SMP 35 yang sudah dibongkar) ke gedung baru yaitu SMP Negeri 41 semarang yang sekarang ditempati. Pemanfaatan LCD tersebut sangat membantu dalam pembelajara, sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi menarik dan tidak membosankan. Pelajaran IPA yang dianggap abstrak dapat disajikan lebih variatif, sehingga mudah untuk dipahami siswa. Pendapat dari siswa menunjukkan hal yang positif. Berdasarkan wawancara terhadap siswa 77

32 didapatkan kesimpulan bahwa pelajaran IPA semakin menarik. Karena selain diajak ke laboratorium, disajikan gambar-gambar yang menarik melalui LCD pada waktu pelajaran IPA berlangsung. Sehingga bapak/ibu guru tidak hanya bercerita saja, tetapi digambungkan dengan contoh riil melaui media tersebut. Dengan proses pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa membawa dampak hasil belajar siswa beranjak naik, walupun belum mendapatkan hasil yang sesuai pengharapan. Hal ini terjadi memang karena input siswa yang rendah, serta budaya belajar dari keluarga yang sangat rendah. Berdasarkan pendapat guru IPA SMP Negeri 41 Semarang bahwa pelaksanaan supervisi akademik melalui dialogis kolegial berlangsung relatif lama, sehingga memerlukan energy ekstra. Akan tetapi supervisi ini memiliki kelebihan yaitu meningkatkan motivasi bagi guru untuk meningkatkan proses pembelajaran. Disamping itu juga meningkatkan interaksi antara kepala sekolah dengan guru dan guru dengan siswa. 78

Lampiran 1. Panduan wawancara Kepala Sekolah PANDUAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH. Tempat Wawancara :.. Tanggal Wawancara :..

Lampiran 1. Panduan wawancara Kepala Sekolah PANDUAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH. Tempat Wawancara :.. Tanggal Wawancara :.. Lampiran 1. Panduan wawancara Kepala Sekolah PANDUAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH Nama :.. Jabatan :.. Tempat Wawancara :.. Tanggal Wawancara :.. 1. Apakah yang anda ketahui tentang supervisi akademik

Lebih terperinci

Lampiran 4. Proses Pembelajaran IPA

Lampiran 4. Proses Pembelajaran IPA Lampiran 4. Proses Pembelajaran IPA METODE CERAMAH 98 99 METODE DISKUSI KELOMPOK Lampiran 4. Proses Pembelajaran IPA METODE EKSPERIMEN 100 101 METODE DEMONSTRASI Lampiran 5. Foto Wawancara 102 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan.

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. Sebelum dikemukakan sejarah berdirinya SMP N 1 Tragah Bangkalan, terlebih dahulu penulis kemukakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil SD Negeri 1 Tegorejo Penelitian Evaluasi Program Supervisi Akademik ini mengambil lokasi di SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang

Lebih terperinci

INSTRUMEN SUPERVISI GURU MENGAJAR

INSTRUMEN SUPERVISI GURU MENGAJAR INSTRUMEN SUPERVISI GURU MENGAJAR A. BIODATA GURU YANG DISUPERVISI 1. Nama Guru Yang Disupervisi : 2. NIP / NBM : 3. Pangkat / Golongan : - 4. Jenis Kelamin : 5. Tempat, tgl lahir : 6. Pendidikan Terakhir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja dari semua unsur yang terlibat dalam proses pelaksanaan

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. Tempat Wawancara :.. Tanggal Wawancara :..

PANDUAN WAWANCARA. Tempat Wawancara :.. Tanggal Wawancara :.. Lampiran 1 PANDUAN WAWANCARA Nama :.. Jabatan :.. Tempat Wawancara :.. Tanggal Wawancara :.. A. GURU IPA 1. Apakah anda mengetahui di SMP Negeri 1 Bandungan ada program supervisi kunjungan kelas? 2. Apakah

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI NO KEGIATAN OBSERVASI 1. Dimanakah letak SD Negeri Tegalrejo? 2. Dimanakah alamat SD Negeri Tegalrejo itu? 3. Bagaimanakah kedaan

PEDOMAN OBSERVASI NO KEGIATAN OBSERVASI 1. Dimanakah letak SD Negeri Tegalrejo? 2. Dimanakah alamat SD Negeri Tegalrejo itu? 3. Bagaimanakah kedaan 114 LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA NO. PERNYATAAN / PERTANYAAN 1. Assalammuallaikum warohmathullahi wabarhokhatuh 2. Selamat siang bapak. 3. Mohon maaf, jika berkenan saya ingin wawancara dengan bapak tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang audit kinerja guru bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah mendapatkan

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI PEMBELAJARAN DI KELAS DAN OBSERVASI PESERTA DIDIK. No Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan A.

FORMAT OBSERVASI PEMBELAJARAN DI KELAS DAN OBSERVASI PESERTA DIDIK. No Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan A. Universitas Negeri Yogyakarta FORMAT OBSERVASI PEMBELAJARAN DI KELAS DAN OBSERVASI PESERTA DIDIK NPma.1 untuk mahasiswa NAMA MAHASISWA : Prastiti Yuana Dewi PUKUL : 07.45-09-15 WIB NO. MAHASISWA : 13208241012

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar 90 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Penyebab sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawas pendidikan mempunyai kedudukan yang strategis dan penting dalam membina dan mengembangkan kemampuan profesional guru dan kepala sekolah dengan tujuan agar sekolah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Lampiran 2 VERBATIM Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Diskripsi Data Penelitian Profil sekolah yang digambarkan di bab IV akan menjadi pijakan atau begron dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pengelolaan Sistem Reward di SMP Gema 45 Surabaya. yang dihasilkan dari penelitian ini akan disesuaikan dengan teori-teori yang

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pengelolaan Sistem Reward di SMP Gema 45 Surabaya. yang dihasilkan dari penelitian ini akan disesuaikan dengan teori-teori yang 95 BAB IV PEMBAHASAN A. PENYAJIAN DATA 1. Pengelolaan Sistem Reward di SMP Gema 45 Surabaya Dalam bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan hasil dari pengamatan, wawancara dan data yang diperoleh dilapangan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Sebelum pelaksanaan PPL banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dilaksanakan oleh mahasiswa. Beberapa hal yang dilakukan mahasiswa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1 BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP : (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya)

SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP : (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya) SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP :. (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya) Petunjuk : Angket ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja kepala sekolah yang

Lebih terperinci

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH Pendahuluan Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 4 LEMBANG

PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 4 LEMBANG PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 4 LEMBANG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SMP NEGERI 4 LEMBANG JL.SUKARASA DESA CIBODAS Tlp.02275171414 KEC.LEMBANG KAB.BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL DAN REFLEKSI

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL DAN REFLEKSI BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL DAN REFLEKSI Agar kegiatan PPL yang dilaksanakan sejak 2 Juli sampai 17 September 2014 berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan maka diperlukan adanya persiapan

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun 85 BAB V SIMPULAN SAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca teks pidato pada siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, dilakukan di Gugus

Lebih terperinci

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU PETUNJUK 1. Kumpulkan dokumen perangkat dari guru sebelum pengamatan, cacatan hasil pengamatan selama dan sesudah, serta cacatan kemajuan dan hasil belajar peserta didik.

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah yang diprogramkan dalam rangka mempersiapkan mahasiswa sebagai calon pendidik untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tempat Penelitian a. Sejarah Singkat SMP Negeri 15 Yogyakarta SMP Negeri 15 Yogyakarta adalah sekolah menengah pertama yang terletak

Lebih terperinci

VII. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU

VII. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU VII. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU NO TUGAS UTAMA / INDIKATOR KINERJA GURU HASIL ANALISIS KAJIAN ATAU KESIMPULAN DARI DATA/BUKTI- BUKTI/DOKUMEN DAN/ATAU CATATAN HASIL PENGAMATAN I PERENCANAAN PEMBELAJARAN.

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah)

DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah) DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah) EDUKATOR : 1. Apa yang telah dilakukan kepala sekolah agar fokus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Profil Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-semata bertujuan untuk mencerdaskan. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok-sosok

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV ini akan dikemukakan temuan penelitian yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV ini akan dikemukakan temuan penelitian yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan dikemukakan temuan penelitian yang telah dilaksanakan dan pembahasannya. Paparan data penemuan penelitian ini diawali dengan hasil observasi

Lebih terperinci

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH Bapak/Ibu/Sdr Kepala Sekolah yang terhormat, RESPONDEN KEPALA SEKOLAH Dengan ini pekenankanlah saya Wisnu Subagyo mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen Pedidikan UKSW mohon kebaikan hati Bapak/Ibu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs Negeri di Kabuapten Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Manajemen MGMP Akidah Akhlak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV diperoleh fakta empirik mengenai perilaku kepemimpinan kepala madrasah, budaya madrasah dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Mahasiswa yang bisa mengikuti kegiatan PPL adalah mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa UNY Program S1 program kependidikan pada semester

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Latar Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Hasanuddin Kecamatan Kedungjati yang merupakan terdiri dari 10 SD. Keberadaan Gugus Hasanuddin Kecamatan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN (Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang 27 BAB III PROSEDUR PENELITIAN.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran membaca teks berita siswa

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Praktik mengajar merupakan kegiatan pokok pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dimana mahasiswa ikut terlibat langsung dalam proses belajar mengajar

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : 4101409138 Prodi : Pendidikan matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: : Anik setyo Utami Nim : Program studi : Pendidikan IPA

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: : Anik setyo Utami Nim : Program studi : Pendidikan IPA LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG Disusun oleh: Nama : Anik setyo Utami Nim : 4001409004 Program studi : Pendidikan IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas. ANALISIS PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS PADA SMA NEGERI 1 WATAMPONE Muhammad Subaer SMA Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone subaermuhammad@yahoo.com Abstrak MUHAMMAD SUBAER. 2015. Analisis Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. a. Latar Belakang Berdirinya Madrasah. oleh H. Mar ie beserta tokoh masyarakat Desa Malintang pada tahun 1973.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. a. Latar Belakang Berdirinya Madrasah. oleh H. Mar ie beserta tokoh masyarakat Desa Malintang pada tahun 1973. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Madrasah a. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Al Bustanussaniyah Kecamatan Gambut didirikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Kecamatan Argomulyo. Kepala Sekolah dari SD

Lebih terperinci

CONTOH PROGRAM KERJA KKG MI

CONTOH PROGRAM KERJA KKG MI CONTOH PROGRAM KERJA KKG MI CONTOH 1 RENCANA PROGRAM KERJA KKG MI KECAMATAN BULULWANG MASA BAKTI TAHUN 2014-2019 A. PROGRAM RUTIN TAHUNAN (BERSIFAT MULTI-YEARS) 1) Diskusi permasalahan pembelajaran. 2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Pendidikan 2.1.1 Tujuan Supervisi Supervisi adalah kata serapan dari bahasa Inggris supervision, gabungan dari dua kata super dan vision, yang memiliki arti melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. siklus dapat dihentikan meskipun masih ada siklus kedua. Hubungan keempat

BAB III METODE PENELITIAN. siklus dapat dihentikan meskipun masih ada siklus kedua. Hubungan keempat 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dengan empat tahap yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH Disusun oleh: Eko Prastyo Herfianto 2101409072 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian

III. METODE PENELITIAN. tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian tindakan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009:141).

III. METODE PENELITIAN. berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009:141). 26 III. METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran di dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh beberapa orang yang berfungsi secara relatif untuk mencapai tujuan bersama secara terus-menerus.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh : MARYUNINGSIH K8411045

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya SMP AL-WACHID SURABAYA 1

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya SMP AL-WACHID SURABAYA 1 BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP AL-WACHID SURABAYA 1 SMP AL-WACHID Surabaya didirikan pada tanggal 21 September 1988 di bawah naungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga kependidikan dalam menjalankan fungsi pendidikan dilihat sebagai totalitas yang satu sama lain secara sinergi memberikan sumbangan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Saryono, (dalam Yanti dan Munaris, 0:) PTK merupakan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan I. PENDAHULUAN Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran daerah penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kronggen 1, yaitu di KecamatanBrati, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Letak SD Negeri Kronggen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru merupakan salah satu cara dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Identitas dan Lokasi Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang strategis dalam pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik pengalaman lapangan dilaksanakan kurang lebih selama dua setengah bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar mempersiapkan diri

Lebih terperinci

pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA C. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan pada waktu penelitian yang dirasakan oleh peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Kegiatan PPL ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan, mulai tanggal 10 Agustus 2015 11 september 2015. Selain itu, terdapat juga alokasi waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu bulan September s/d bulan Nopember 2011.

Lebih terperinci