BAB I PENDAHULUAN. 1 The Columbia Encyclopedia, Yoshida Shigeru (online), 2013,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1 The Columbia Encyclopedia, Yoshida Shigeru (online), 2013,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekalahan dari Sekutu dalam Perang Dunia II membuat Jepang harus rela menjadi negara yang tidak memiliki militer aktif seperti yang tertulis di dalam perjanjian San Fransisco pada tahun 1951, pasal dari konstitusi Jepang yang mengatur tentang militer dihapuskan dan Jepang harus menghindari benturan jika ikut dalam pembahasan masalah keamanan. Hal ini kemudian membuat keamanan Jepang hanya bisa berada di dalam bayang-bayang perlindungan Amerika Serikat. Setelah Amerika Serikat menjalankan perannya membangun kembali Jepang, Jepang berhasil menjadi kekuatan ekonomi terkuat kedua di dunia. Kestabilan ekonomi regional dan internasional serta perlindungan keamanan wilayah membuat Jepang sedikit lega, dengan situasi tersebut muncullah Doktrin Yoshida yang merupakan kebijakan dari PM Yoshida Shigeru yang memfokuskan pertumbuhan ekspor Jepang yang harus terus meningkat dan selalu mengambil sikap yang sama dengan sekutunya, Amerika Serikat. 1 Hal tersebut mempertegas posisi Jepang sebagai negara yang ikut berkepentingan menjaga perdamaian dunia walaupun tanpa militer aktif, tapi dengan bantuan kekuatan ekonomi yang superior. Saat ini, lebih dari 50 tahun setelah Perjanjian San Fransisco, situasi keamanan dunia telah mengalami perubahan keadaan yang signifikan. Asia bagian timur, mengalami satu perubahan yang menjadi sorotan saat ini, perkembangan keamanan yang jika tidak ditangani dengan tepat kaan memicu konflik yang besar. Salah satu negara yang menyebabkan perubahan itu adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar saat ini, Tiongkok. Mengalami masa-masa kelam selama Perang Dunia II, di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok, 1 The Columbia Encyclopedia, Yoshida Shigeru (online), 2013, < diakses 13 Maret

2 Tiongkok mulai meningkatkan kekuatannya seperti bisa dilihat dalam sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu dengan Jepang, Tiongkok bersikap sangat tegas bahkan cenderung provokatif, tidak hanya sampai di situ, konflik antara dua Korea juga membuat suhu keamanan di kawasan ini semakin panas. Dua Korea ini sempat terlibat insiden saling membalas tembakan pada tahun 2010 di area pulau Yeonpyeong yang menyebabkan tewasnya 2 orang perwira angkatan laut Korea Selatan dan melukai beberapa warga penghuni pulau tersebut. 2 Kemudian Korea Utara beberapa kali melakukan percobaan rudal balistik ke arah laut Jepang. Keadaan yang semakin memburuk di wilayah sekitar Jepang dapat mengganggu kepentingan nasional Jepang, dapat dikatakan seluruh negara tetangga terdekat Jepang berada dalam keadaan siaga dan saling menaruh kecurigaan satu sama lainnya. Keadaan yang memanas serta Jepang yang tidak bisa memiliki militer aktif membuat Jepang harus membuat kebijakan yang tepat agar keamanan negaranya tetap terjaga. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan adalah pembentukan Japanese National Security Council (NSC) yang akan membuat pengambilan kebijakan keamanan menjadi lebih cepat dan akurat. 3 Setelah itu disusul dengan kebijakan National Security Strategy (NSS) yang merupakan stretegi kemanan komprehensif pertama dalam sejarah pertahanan Jepang setelah Perang Dunia II. NSS diresmikan oleh kabinet bersamaan dengan National Defense Program Guidelines (NDPG). Langkah ini menunjukkan bahwa Jepang tetap mengumpulkan seluruh sumber daya yang ada untuk mengamankan kepentingan nasionalnya dari perkembangan keamanan di Asia Timur, Jepang belum siap untuk memberikan status pemimpin regional kepada para negara tetangga, khususnya Tiongkok. 4 2 BBC News, North Korean artillery hits South Korean island (online), 2010, < diakses 21 April J.B. Miller, How Will Japan s New NSC Work?, The Diplomat Magazine (online), 29 January 2014, < diakses 12 Maret C.W. Hughes, Japan s Response to China s Rise: Regional Engagement, Global Containment, Danger of Collision, The University of Warwick (online), 2009, < japans_response_to_chinas_rise_international_affairs.pdf>, diakses 13 Maret

3 Dokumen NSS juga menyebutkan bahwa, Tiongkok berusaha merubah status quo dengan cara-cara yang koersif yang berdasarkan pendapat mereka sendiri dan tidak sesuai dengan hukum internasional, baik itu di laut maupun udara, termasuk kegiatan mereka di Laut Tiongkok Timur dan Laut Tiongkok Selatan. 5 Selain itu, Jepang memang tidak menyukai konsep hegemoni di Asia, karena Jepang hanya memiliki kekuatan ekonomi yang lebih matang dari negara Asia lain, bukan kekuatan militer yang bisa digunakan untuk menekan negara lain yang bisa memicu konflik. Dengan keadaan Amerika Serikat yang kekuatannya tersedot ke dalam konflik-konflik di seluruh dunia, para pembuat kebijakan di Jepang beranggapan bahwa inilah saatnya Jepang bisa memiliki sistem pertahanan yang lebih independen namun tetap bersekutu dengan Amerika Serikat. 6 Walaupun berusaha untuk memiliki sistem pertahanan yang independen, Jepang juga tidak bisa melakukan hal itu sendirian, Jepang memerlukan mitra strategis untuk bisa mempertahankan wilayahnya dan berusaha meredam panasnya suasana. Salah satu negara yang sangat dekat dengan Jepang saat ini adalah India, negara dengan populasi penduduk 1.2 miliar orang ini dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan intensitas kerjasama keamanan dengan Jepang. India oleh para pengamat dipercaya akan menjadi salah satu kekuatan dunia dan bisa berdiri sejajar dengan Tiongkok dan Amerika Serikat. India juga terletak di jalur strategis perdagangan dunia, Jepang dalam keadaan seperti ini harus mengamankan suplai barang-barang impor yang melewati samudra Hindia, hal yang sama juga dialami India, kerjasama di segala bidang menjadi pilihan utama Jepang dalam hubungan bilateral dengan India. 7 Kedekatan keduanya juga disebabkan oleh latar belakang kesamaan permasalahan territorial dengan Tiongkok. Tiongkok mengklaim dua wilayah provinsi di utara India di sekitar Pegunungan Himalaya sebagai wilayahnya yang membuat India meningkatkan 5 Prime Minister of Japan and His Cabinet, National Security Strategy (Provisional Translation), 17 December 2013, p D. Hayes, Japan Toothless Tiger, 2 nd edn, Tuttle Publishing, Singapore, 2013, p Prime Minister of Japan and His Cabinet, National Security Strategy (Provisional Translation), 17 December 2013, p

4 jumlah pasukan kemanan di perbatasan. Sedangkan Jepang memiliki sengketa wilayah kepulauan Senkaku yang sangat panas dengan Tiongkok. Hubungan kedua negara ini sedang berada dalam masa-masa yang sangat baik, kenaikan signifikan dalam hubungan kedua negara adalah latihan bersama armada laut kedua negara di Samudera Hindia. 8 Walaupun masih mengajak mitra latihan dari negara lain, latihan ini sudah cuup membuktikan kedekatan antara kedua negara. Kedua negara bahkan telah membicarakan tentang pertukaran teknologi dan jual beli persenjataan, jika kemudian usaha untuk melonggarkan ekspor senjata Jepang berhasil dilakukan. Perubahan kebijakan kemanan ini membuat Jepang bisa lebih leluasa menarik kekuatan dari negara lain untuk bisa ikut berpartisipasi membawa ketenangan dan kedamaian kembali di Asia Timur. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kebijakan pertahanan Jepang dalam merespon perkembangan situasi keamanan di Asia Timur? 2. Mengapa Jepang menjadikan India sebagai mitra dalam peningkatan kerjasama keamanan? C. Landasan Konseptual a. Absolute Pacifism Pasifisme secara umum merupakan teori yang melarang kekerasan, pembunuhan dan menentang adanya perang. 9 Namun, dalam perkembangannya teori ini dibagi menjadi beberapa bagian, salah satunya pasifisme absolut. Pasifisme absolut atau absolute pacifism ini terinspirasi dari gerakan anti kekerasan yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi dan para pengikutnya serta dari ajaran Kristiani. Pasifisme absolut memiliki 8 Kyodo News International, Japan s MSDF, Indian Navy Hold First Joint Exercise in Indian Ocean (online), 2013, < diakses 21 April M. Kohl, Towards Understanding the Pragmatics of Absolute Pacifism, K.H. Klein dan J.C. Kunkel (eds.), In the Interest of Peace: A Spectrum of Philosophic Views, Longwood Academic, New Hampshire, 1990, p

5 sebuah prinsip bahwa kekerasan dan perang harus dihindari bahkan dihapuskan dari satu pertimbangan kebijakan untuk membuat keadaan yang damai. 10 Tindakan yang anti-kekerasan memang bisa membawa banyak korban, tapi para penganut pasifisme absolut tetap meyakini bahwa jalan tanpa kekerasan adalah yang terbaik, mereka memiliki pandangan yang berdasar pada nilai etika dan moral. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pasifisme absolut ini menolak perang dan pernyataan dari perang itu sendiri. Pasifisme absolut ini oleh beberapa pakar dianggap sangat utopis, namun hal ini bisa dipraktekkan oleh satu negara karena telah dijadikan salah satu pandangan politik di Eropa. Pasifisme di Jepang cukup berbeda dengan di Eropa, pasifisme di Jepang bisa dikatakan sebagai pengakuan sebagai korban perang yang memiliki trauma mendalam atas akibat dari perang dan bom atom yang membuat masyarakat Jepang memiliki pandangan kolektif untuk menghindari hal tersebut terjadi lagi di masa depan. 11 Kekalahan telak di Perang Dunia II memaksa konstitusi Jepang untuk menganut paham pasifisme dan berdasarkan perdamaian. Pasifisme memiliki cara pandang yang dianggap tepat dalam hal usaha menjaga perdamaian dunia dan hal itu membuat konstitusi Jepang menganut paham pasifisme yang absolut. Salah satu pasal dalam konstitusi Jepang, pasal 9, menyatakan dengan tegas tentang pasifisme yang menyatakan bahwa rakyat Jepang meninggalkan perang sebagai hak negaranya yang membuat Jepang tidak bisa memiliki pasukan militer dalam bentuk apapun. 12 Penerapan paham pasifisme yang dianut Jepang ini membuat kebijakan luar negeri yang bertumpu pada dua hal, yaitu: Jepang lebih menguatkan diplomasi lewat ekonomi serta menghindari peran dalam konflik 10 M.Kohl, p Y. Cai, The Rise and Decline of Japanese Pacifism, New Voices, vol. 2, 2008, p Prime Minister of Japan and His Cabinet, The Constitution of Japan, 3 May

6 internasional, kemudian menyerahkan urusan keamanan regionalnya kepada Amerika Serikat sebagai sekutu utama. 13 Pengalaman buruk menjadi korban bom atom di Perang Dunia II merupakan salah satu dasar rakyat Jepang akhirnya menolak keterlibatan Jepang dalam perang dalam bentuk apapun. Hal tersebut membuktikan bahwa konstitusi pasifis yang dianut oleh Jepang sudah masuk ke dalam dasar pemikiran rakyat, kemudian dalam pengambilan kebijakan haruslah mengandung nilai pasifisme absolut. Jepang dalam hal ini telah diuntungkan dengan kekuatan ekonomi yang mapan dan perlindungan Amerika Serikat. Jepang dalam pergaulan internasional dapat bergaul dengan bebas namun menjadi garda terdepan dalam hal menentang perang dan pandangan anti-militerisme. Pasifisme yang absolut dengan tegas melarang bahwa perang merupakan tindakan yang tidak bermoral dan akan mengganggu perdamaian dunia. Jadi, Jepang harus membuat kebijakan yang tidak bisa menyimpang dari paham tersebut karena pasifisme absolut yang diamanatkan konstitusi Jepang merupakan identitas Jepang pasca perang yang bisa menyebabkan perlawanan dari rakyat jika tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Jepang masih memiliki beberapa opsi dalam merespon situasi keamanan di Asia Timur, opsi dari pasifisme absolut berusaha untuk tetap menjaga keadaan Jepang agar tidak terpancing dalam konflik yang lebih tajam di dalam wilayahnya sendiri. Respon yang ditawarkan pasifisme absolut adalah Jepang benar-benar membubarkan pasukan pertahanan diri yang dimiliki saat ini, karena dengan secara de facto pasukan tersebut merupakan kekuatan militer yang walaupun terbatas secara fungsi tetap saja melanggar konstitusi. Jika dibubarkan, Jepang harus kembali fokus untuk meningkatkan perekonomian yang saat ini telah dilampaui oleh Tiongkok. 13 P. Midford, Japan's Leadership Role in East Asian Security Multilateralism: The Nakayama Proposal and the Logic of Reassurance, Pacific Review, vol. 13, no. 3, 2000, p

7 b. Contingent Pacifism Salah satu pecahan dari pasifisme adalah pasifisme yang kondisional atau bisa disebut contingent pacifism. Dalam pandangan contingent pacifism, perang bukanlah sesuatu hal yang dilarang, pembunuhan orang tak bersalah dalam perang pada prinsipnya secara moral dibenarkan, namun skala pembunuhan yang ada terlalu besar untuk ditangani para penentangnya. 14 Menurut Larry May, penganut contingent pacifism tidak selalu menentang seluruh perang yang pernah terjadi, karena melihat dari pengalaman bahwa situasi bisa saja berubah secara radikal pada suatu waktu di masa yang akan datang dan dengan cara radikal yang tidak bisa kita antisipasi, hal ini yang membuat contingent pacifism tidak mengharamkan perang tapi tetap berjalan di jalan pasifisme sebagai paham dasar yang mereka anut. 15 Jadi, bisa disimpulkan contingent pacifism tidak melarang adanya perang dan tetap membawa misi bahwa jalan tanpa kekerasan tetap diusahakan namun tetap melihat seluruh opsi yang ada termasuk perang, pasifisme ini lebih memfokuskan pada melihat keadaan serta melihat pengalaman sejarah tentang keadaan perang. Martin Caedel memiliki pandangan yang hampir sama, pandangannya untuk pasifisisme, yaitu pandangan yang lebih optimistis dari defensifisme dengan tetap memiliki tujuan pokok untuk mencegah perang, tapi menerima fakta bahwa perang merupakan salah satu jalan dalam usaha untuk mencapai perdamaian, teori ini sering dimasukkan dalam bagian teori pasifisme. 16 Melihat dari pernyataan Martin Caedel, kita bisa mengetahui bahwa pasifis tidak selamanya harus menjadi pihak yang pasif dan selalu menghindar. Walaupun, pasifisme berusaha untuk mencegah perang dan lebih memilih jalan yang damai dalam penyelesaian konflik. Pasifisme kontingen atau realistis berbeda dengan absolut, pasifisme ini 14 J. McMahan, Pacifism and Moral Theory, Diametros, vol. 23, Maret 2010, p L. May, Selective, Refusal, Contingent Pacifism, and International Legal Theory, makalah untuk General Aspects of Law, University of California Berkeley, 20 April 2012, p M. Ceadel, Pacifism in Britain, : The Defining of a Faith, Clarendon Press, Oxford, 1980, pp

8 memiliki penilaian tersendiri terhadap perang serta tidak menggeneralisasi peperangan. Pandangan pasifisme kontingen ini sejalan dengan pemikiran yang dilontarkan oleh PM Shinzo Abe yang ingin menjadikan Jepang menjadi negara pasifis yang proaktif. Jika menjadi pasifisme yang lebih proaktif seperti yang dinyatakan oleh Shinzo Abe, Jepang akan memiliki opsi bisa dengan leluasa memilih jalannya sebagai suatu negara dalam usaha aktif untuk menjaga perdamaian, khususnya di Asia Timur. Keadaan yang seperti ini memungkinkan Jepang untuk menjalin aliansi dengan mitra strategis selain Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Jepang belum memiliki kemampuan yang cukup untuk bertahan sendiri untuk saat ini dan porsi untuk Jepang lebih banyak dalam hal menjaga perdamaian di Asia Timur yang saat ini sedang menghangat. Opsi kebijakan pertahanan dalam pasifisme kontingen ini bisa merepresentasikan keadaan Jepang saat ini yang menganut pasifisme namun memiliki pasukan pertahanan khusus atau secara de facto kekuatan militer terbatas. c. Normal State Jepang dalam perpolitikan di dunia merupakan negara maju yang dikatakan tidak normal, karena dipaksa untuk tidak bisa memiliki serta mengembangkan kekuatan militer aktif karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Paham pasifisme yang ada dalam konstitusinya membuat Jepang menjadi sangat pasif dalam menanggapi isu-isu keamanan, bahkan cenderung untuk tidak terlalu banyak terlibat di dalamnya. Jika terjadi perubahan struktur kebijakan keamanannya saat ini, Jepang dianggap sedang menuju arah menjadi negara yang normal. Konsep Normal State ini merupakan bahasan yang tidak pernah hilang dalam hubungan internasional. Suatu negara dikatakan normal memiliki banyak variabel, satu negara dianggap normal jika melakukan pencarian kekuatan, mencari sekutu, ikut dalam usaha perdamaian, kemudian penggunaan kekuatan 9

9 militer aktif yang sedikit koersif juga bisa dikatakan normal dalam perpolitikan internasional. 17 Kekuatan militer merupakan bahasan yang utama dari konsep normal state, karena suatu negara harus memiliki kekuatan militer aktif yang bisa dipakai untuk keperluan defensif dan ofensif. Kekuatan militer juga akan menentukan posisi satu negara di dalam pergaulan internasional. Kemudian, menjadi negara normal membuat suatu negara lebih berperan dalam menjaga kestabilan internasional, karena jika menghindari suatu masalah atau konflik, bukan tidak mungkin mereka akan dikucilkan oleh yang lain karena dianggap tidak peduli. Variabel kekuatan militer ini dimiliki oleh seluruh negara tetangga terdekat Jepang. Oleh karena itu, Jepang berusaha untuk menjadi negara normal untuk bisa mengimbangi kekuatan di regional. Bagi Jepang, menjadi negara yang normal adalah menjadi negara yang lebih independen dalam segala bidang termasuk militer dan pertahanan, Jepang saat ini seperti yang kita ketahui hanya bisa melakukan diplomasi lewat kekuatan ekonominya yang superior, sedangkan peran Jepang dalam politik internasional masih berada di bawah bayang-bayang Amerika Serikat. Keadaan Jepang yang bisa menjadi normal akan memberi Jepang opsi bisa memadukan diplomasi lewat ekonomi serta politik serta militer, jadi tidak harus terus menerus menghabiskan anggaran untuk memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara lain dan tidak perlu takut lagi dalam mengambil sikap yang lebih agresif dalam isu-isu keamanan dunia. Perpaduan kekuatan yang bisa dilakukan Jepang dalam menjaga posisinya bisa memberi kestabilan dan kecurigaan makin meruncing karena Korea dan Tiongkok menolak keras ide re-militerisasi Jepang. Normalisasi Jepang merupakan opsi yang cukup berbahaya jika dikaitkan dengan keadaan Asia Timur saat ini dan sejarah kelam yang pernah terjadi di antara mereka saat Perang Dunia II. 17 P.E. Lam, Japan s Relations with Southeast Asia in The Post-Cold War Era: Abnormal No More, dalam Y. Soeya (eds.), Japan s as A Normal Country? : A Nation in Search of Its Place in The World, University of Toronto Press, Toronto, 2011, p

10 d. Balance of Power Politik internasional tidak pernah jauh dari kata persaingan atara dua pihak atau lebih, ini disebabkan oleh keinginan mereka untuk mendominasi serta mengamankan kepetingan nasional mereka. Jika dilihat kembali, persaingan ini akan menciptakan suatu konflik yang bisa mengganggu stabilitas internasional. Kemudian, dalam bukunya, Hans J. Morgenthau menjelaskan konsep dari pertentangan ini bukan menjadi masalah, konsep balance of power atau perimbangan kekuasaan merupakan hal yang tidak bisa dihidari dalam satu tatanan sosial, karena dengan adanya dua pihak yang bertentangan ini akan mengembalikan keadaan sosial menjadi stabil sesuai dengan keadaan semula. 18 Konsep ini merupakan konsep yang sangat berkaitan erat dengan realisme klasik yang menganggap perilaku negara sama seperti manusia yang selalu ingin mendominasi yang lain. Untuk menganalisa satu keadaan regional atau internasional, konsep ini menyediakan dua lensa analisa yang umum dipakai, yaitu: perlawanan langsung dan persaingan. Pola perlawanan langsung menyatakan bahwa perimbangan kekuasaan yang muncul merupakan murni keinginan kedua negara untuk saling mengungguli politiknya satu sama lain. 19 Hal ini akan membuat negara tersebut akan berusaha melindungi kemerdekaannya dari negara lain, karena kedua pihak langsung berhadapan satu sama lain dengan segala kebijakannya untuk mengungguli pihak lainnnya. Kemudian, pola persaingan merupakan pola yang melibatkan pihak/negara ketiga yang menjadi instrumen tambahan dari perimbangan kekuasaan karena kestabilan terjadi ketika kedua negara berusaha berebut pengaruh di negara ketiga, jadi pertentangan keduanya terjadi di negara ketiga. 20 Pola 18 H.J. Morgenthau, Politics Among Nations, The Struggle for Power and Peace, edisi Bahasa Indonesia Politik Antar Bangsa, diterjemahkan oleh S. Maimoen; A.M. Fatwan; C. Sudrajat, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010, p H.J. Morgenthau, p H.J. Morgenthau, p

11 ini biasanya terjadi di regional yang memiliki dua negara yang kekuatannya berimbang dan satu negara kecil yang berusaha menjaga kemerdekaannya dari pengaruh kedua negara yang lebih besar. Perimbangan kekuasaan saat ini terjadi di seluruh belahan dunia, salah satu lokasi terhangat adalah Asia Timur. Saat ini, Tiongkok mulai tumbuh menjadi satu kekuatan besar yang berlaku asertif cenderung koersif terhadap tetangganya di Asia Timur. Amerika Serikat bersama Jepang dulunya merupakan menjadi penyeimbang di kawasan ini, namun saat ini Amerika Serikat mulai kewalahan dan berusaha menggiring Jepang untuk lebih aktif dalam mempertahankan kestabilan wilayahnya sendiri. Hal ini akan memunculkan suatu bentrok kepentingan antara Tiongkok langsung berhadapan dengan Jepang, hal ini didasari oleh pengalaman sejarah keduanya pada saat Perang Dunia II. Saat ini, Jepang sedang gencar meningkatkan kerjasama keamanan dengan India yang oleh banyak pihak merupakan usaha untuk meredam Tiongkok. Maka dari itu Jepang pasti memiliki perhitungan strategis ketika mengambil kebijakan untuk meningkatkan kerjasama keamanan dengan India. Strategi kerjasama dengan India merupakan pilihan terbaik Jepang saat ini, karena kedekatan keduanya yang telah terjalin sejak lama. India juga merupakan negara yang memiliki kekuatan diplomasi yang cukup unik, karena walaupun memiliki sengketa dengan Tiongkok, mereka masih menjalin hubungan yang baik, selain itu India juga memiliki hubungan baik dengan Amerika Serikat dan Rusia. Jepang bisa memanfaatkan kekuatan diplomasi yang unik dan kekuatan militer India untuk meredam tindakan koersif yang ditunjukkan oleh Tiongkok beberapa tahun belakangan. Perimbangan kekuasaan di Asia Timur sangat dibutuhkan saat ini agar India bisa melaksanakan Look East Policy dengan lancar dan Jepang bisa fokus untuk mengembalikan ekonominya yang telah dilampaui oleh Tiongkok. 12

12 D. Argumen Utama Penulis memiliki argumen yang berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ada, yang pertama adalah situasi keamanan di Asia Timur saat ini memerlukan suatu pendekatan yang tepat dengan keadaan Jepang yang secara militer bergantung pada Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan Jepang berada di keadaan yang cukup rumit, karena Tiongkok sudah tidak ragu lagi menunjukkan kekuatan militernya. Jepang memiliki beberapa opsi respon yang akan didasari pandangan psifisme absolut, pasifisme kontingen dan normal state, yang ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Namun, untuk saat ini Jepang paling tepat menjalankan visi Shinzo Abe yang menyuarakan proactive pacifism yang sejalan dengan pasifisme kontingen yang membuat Jepang bisa meningkatkan kekuatan pertahanannya. Kemudian, walaupun dengan adanya peningkatan kekuatan pertahanan, itu saja belum cukup untuk menjaga kestabilan di Asia Timur. Jepang butuh mitra selain Amerika Serikat yang memiliki kemampuan ekonomi militer yang mumpuni, pilihan akhirnya jatuh pada India. India saat ini merupakan salah satu kekuatan ekonomi terpandang di dunia dan telah sejak lama memiliki hubungan yang erat dengan Jepang dan juga memiliki sengketa wilayah dengan Tiongkok, masalah yang sama dengan Jepang. Kemampuan perang India sangat dibutuhkan oleh Jepang untuk meningkatkan kemampuan pasukan pertahanannya. E. Jangkauan Penelitian Tinjauan tentang kebijakan pertahanan Jepang dan kerjasama dengan India ini akan dibatasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun Dipilih pada tahun 2009 karena merupakan tahun diadakannya pertemuan tingkat tinggi dalam hubungan bilateral kedua negara yang bisa dikatakan menjadi titik tolak dari hubungan kedua negara untuk menjadi lebih kuat dan strategis. Kemudian tahun 2012 karena Shinzo Abe yang sangat nasionalis dan konservatif mulai menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang untuk kedua kali serta langsung melakukan konsolidasi untuk meningkatkan kekuatan keamanan Jepang. Tahun juga merupakan tahun dilaksanakannya latihan bersama antara angkatan laut India 13

13 dan Jepang di sekitar laut Jepang dan samudera Hindia. Kemudian tahun 2014 adalah tahun dikeluarkannya dokumen National Security Strategy (NSS) yang pertama dalam sejarah Jepang oleh pemerintah sebagai salah satu respon dari situasi keamanan yang memanas di regional Asia Timur dan suatu awal perubahan Jepang menjadi negara pasifis yang lebih proaktif sesuai dengan pernyataan yang didengungkan oleh PM Shinzo Abe. F. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan dukungan data kualitatif dan kuantitatif. Dalam proses pengumpulan data, penulis akan menggunakan studi literatur/kajian pustaka. Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari beberapa situs resmi yang berkaitan dengan NSS, keamanan dan hubungan kedua negara seperti situs pemerintah Jepang, pemerintah India, situs berita internasional dan situs lain yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari buku atau jurnal ilmiah baik berupa media cetak maupun digital. Untuk menganalisis data yang telah diperoleh, penulis akan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis ini terdiri dari tiga bagian yang berkesinambungan, yaitu reduksi data, organisasi data, dan interpretasi data. Reduksi data meliputi manipulasi, integrasi, transformasi, dan mengambil benang merah dari data serta meringkas, coding, dan kategorisasi. Organisasi data ialah mengumpulkan informasi yang terkait dengan tema, mengkategorisasi informasi dalam kelompok yang lebih spesifik, dan menyampaikan hasilnya dalam berbagai bentuk. Sedangkan interpretasi ialah pengambilan keputusan dan mengidentifikasi pola, perkembangan, dan penjelasan. G. Sistematika Penulisan BAB I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan konseptual, hipotesa, jangkauan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. 14

14 BAB II berisi tentang situasi keamanan di Asia Timur dan respon dari kebijakan keamanan Jepang, kepentingan India di Asia Timur yang nanti akan menjawab rumusan masalah yang pertama. BAB III berisi tentang perkembangan hubungan antara India-Jepang serta analisis strategis dari kerjasama keamanan kedua negara yang nanti berusaha menjawab rumusan masalah yang kedua. BAB IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian ini. 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Affairs, D. o. (2007). World Population Prospect The 2006 Revision. New York: United Nations.

Daftar Pustaka. Affairs, D. o. (2007). World Population Prospect The 2006 Revision. New York: United Nations. Daftar Pustaka Abe, S. (2015, April 29). Embassy of Japan in the United States. Retrieved November 17, 2016, from Embassy of Japan in the United States: http://www.us.embjapan.go.jp/english/html/towards_alliance_of_hope.pdf

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013 Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA RAPAT TERBATAS TERKAIT SURAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988,

BAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Konstitusi yang dibuat tahun 1947, Jepang menjadi sebuah negara yang memiliki keterbatasan besar akan kekuatan militer. Pasal 9 Konstitusi ini kurang lebih

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang selama ini dikenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesat jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia. Kemajuan teknologi yang

Lebih terperinci

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL RESUME SKRIPSI LATAR BELAKANG KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL Disusun oleh: DAHLIA NUR FARIDA NIM. 151040188 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin. tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang i1mu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin. tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang i1mu pengetahuan dan --, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang i1mu pengetahuan dan teknologi. Negara yang unggul dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. memiliki isu-isu yang belum terselesaikan. Kedua negara masih memiliki

BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. memiliki isu-isu yang belum terselesaikan. Kedua negara masih memiliki BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN Jepang dan Korea Selatan merupakan negara tetangga yang saling membutuhkan satu sama lain, namun memiliki hubungan pasang surut. Dengan sebutan negara dekat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from

BAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Jepang kalah Perang Dunia II pada tahun 1945 Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu yang dipimpin oleh Amerika. Sejak saat itu banyak sekali campur

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract

UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER Oleh Ananda F Ayu 1, Christy Damayanti 2, Herning Suryo 3 Abstract This study describes how Japan's efforts to improve

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bapak Presiden dan Wakil Presiden yang

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

Lingkungan Strategis XXI

Lingkungan Strategis XXI Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation

Lebih terperinci

KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU

KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Ichsan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai BAB V KESIMPULAN Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai negara kepulauan dengan jumlah populasi yang besar pula, Indonesia terletak di antara Samudra India dan Samudra Pasifik.

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat membuat Jepang termotivasi untuk melakukan ekspansi wilayah ke

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat membuat Jepang termotivasi untuk melakukan ekspansi wilayah ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika militer mewarnai sejarah militer Jepang dimasa sebelum dan pasca Perang Dunia II. Sebelum kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang dikenal akan kekuatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan BAB I PENDAHULUAN Pada bab satu ini penulis akan memaparkan mengenai Pendahuluan. Bab ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan penulisan judul, tujuan penulisan,

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem pertahanan dan keamanan terbaik. Seperti menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap

Lebih terperinci

Dr. Ganewati Wuryandari, MA. Jakarta, 18 April 2018

Dr. Ganewati Wuryandari, MA. Jakarta, 18 April 2018 Dr. Ganewati Wuryandari, MA GERAKAN NON BLOK (GNB) DAN WARISANNYA KEPADA DUNIA Jakarta, 18 April 2018 PENDAHULUAN Indonesia, Serbia, Aljazair, India dan Sri Langka GNB Pengajuan GNB dlm MoW pernah gagal

Lebih terperinci