GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Lokasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Terletak di wilayah Indonesia bagian Barat, pada sampai Bujur Timur dan 0 50 sampai 4 10 Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayah provinsi tersebut mencapai ,14 km 2, dimana ,14 km 2 merupakan luas daratan, sedangkan km 2 merupakan luas lautan. Provinsi Bangka Belitung memiliki dua pulau besar dan ribuan pulau kecil. Dua pulau terbesar tersebut adalah Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berbatasan dengan: o o o o Selat Bangka di sebelah Barat. Selat Karimata di sebelah Timur. Laut Natuna di sebelah Utara. Laut Jawa di sebelah Selatan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibentuk berdasarkan UU No. 27 Tahun 2000, dimana berdasarkan UU tersebut, daerah Bangka Belitung masih terdiri dari dua kabupaten dan satu kota. Setelah diberlakukannya UU No. 5 Tahun 2003, tentang pemekaran daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka wilayah administratifnya bertambah empat kabupaten baru. Oleh sebab itu, hingga saat ini, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi atas enam kabupaten dan satu kota, dengan ibukota provinsi yang berada di Pangkalpinang. Kabupatenkabupaten dan kota tersebut, yaitu Kabupaten Bangka yang beribukota di Sungailiat; Kabupaten Bangka Barat, yang beribukota di Mentok (Muntok); Kabupaten Bangka Tengah, yang beribukota di Koba; Kabupaten Bangka Selatan, yang beribukota di Toboali; Kabupaten Belitung, yang beribukota di Tanjung Pandan; Kabupaten Belitung Timur, yang beribukota di Manggar; dan Kota Pangkalpinang, yang merupakan ibukota dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri. Kabupaten Bangka, sebagai salah satu wilayah administratif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memiliki luas wilayah daratan 2.950,68 km 2. Secara geografis berbatasan dengan Laut Natuna, di bagian Utara dan Timur; Kabupaten

2 Bangka Tengah dan Kota Pangkalpinang, di bagian Selatan; serta Kabupaten Bangka Barat, di bagian Barat, yang secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Peta Wilayah Kabupaten Bangka Tahun 2002 Sumber: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) (2003) 23 Kabupaten Bangka memiliki delapan wilayah administratif kecamatan, dengan ibukota kabupaten yang berada di Sungailiat. Adapun kedelapan kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Sungailiat (ibukotanya Sungailiat); Pemali (ibukotanya Pemali); Merawang (ibukotanya Baturusa); Mendo Barat (ibukotanya Petaling); Puding Besar (ibukotanya Puding Besar); Bakam (ibukotanya Bakam); Riau Silip (ibukotanya Riau Silip); serta Belinyu (ibukotanya Belinyu). Lokasi penelitian ditetapkan di tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka tersebut. Penetapan ini didasarkan atas kriteria yaitu kecamatan-kecamatan yang areal tanam dan produksi ladanya masih dominan. Sebagai acuan, digunakan data sekunder luas areal tanam dan produksi lada pada setiap kecamatan di Kabupaten Bangka pada tahun Luas areal tanam dan produksi perkebunan lada pada 23 [Diakses tanggal 1 Agustus 2010] 112

3 setiap kecamatan di Kabupaten Bangka tahun 2009, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Areal Tanam dan Produksi Lada per Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2009 No Kecamatan Areal Tanam (Ha) Produksi (Ton) 1. Mendo Barat Bakam Riau Silip Puding Besar Merawang ,2 6. Belinyu ,9 7. Sungailiat Pemali 8 8 Total ,1 Sumber: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka (2010) Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa Kecamatan Mendo Barat, Bakam, dan Riau Silip berada dalam posisi tiga besar wilayah yang areal tanam dan produksi ladanya masih dominan. Kecamatan Mendo Barat berada di posisi pertama, diikuti oleh Kecamatan Bakam dan Riau Silip. Oleh sebab itu, dipilihlah Kecamatan Mendo Barat, Bakam, dan Riau Silip sebagai lokasi penelitian. Kecamatan Mendo Barat memiliki 13 wilayah administratif desa, yaitu Desa Kota Kapur, Penagan, Rukam, Air Buluh, Kace, Cengkong Abang, Air Duren, Petaling, Mendo, Paya Benua, Kemuja, Zed, dan Labuh Air Pandan. Desa Petaling, Air Duren, dan Kemuja dipilih menjadi lokasi pengambilan sampel petani lada untuk penelitian, sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kondisi perkebunan lada dari setiap desa yang ada di Kecamatan Mendo Barat dapat dilihat pada Tabel

4 Tabel 22. Areal Tanam dan Luas Panen Lada per Desa di Kecamatan Mendo Barat Tahun 2009 No Desa Areal Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) 1. Kota Kapur Petaling 70, Penagan Air Buluh Kace Paya Benua Kemuja Air Duren Mendo Zed Rukam Labuh Air Pandan Cengkong Abang Total 590, Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Petaling (BPP Petaling) (2010) (Diolah) Kecamatan Bakam memiliki sembilan wilayah administratif desa, yaitu Desa Kapuk, Neknang, Tiang Tara, Dalil, Bakam, Mangka, Mabat, Bukit Layang, dan Maras Senang. Desa yang terpilih sebagai lokasi pengambilan sampel petani lada adalah Desa Bakam, Dalil, dan Neknang. Penetapan ketiga desa tersebut didasarkan atas kriteria yang sama seperti penetapan ketiga desa di Kecamatan Mendo Barat. Kondisi perkebunan lada di Kecamatan Bakam dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Areal Tanam dan Luas Panen Lada per Desa di Kecamatan Bakam Tahun 2009 No Desa Areal Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) 1. Maras Senang Kapuk Neknang Tiang Tara Dalil Bakam Mangka Mabat Bukit Layang Total Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Bakam (BPP Bakam) (2010) (Diolah) 114

5 Kecamatan Riau Silip memiliki sembilan wilayah administratif desa, yaitu Desa Banyuasin, Pangkal Niur, Pugul, Cit, Deniang, Mapur, Silip, Riau, dan Berbura. Desa yang ditetapkan untuk pengambilan sampel petani lada adalah Desa Cit, Silip, dan Banyu Asin, karena sesuai dengan kriteria. Kondisi perkebunan lada di Kecamatan Riau Silip dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Areal Tanam dan Luas Panen Lada per Desa di Kecamatan Riau Silip Tahun 2009 No Desa Areal Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) 1. Banyu Asin Pangkal Niur Berbura 25 1,7 4. Silip Riau Pugul 12 10,5 7. Cit * Deniang 50,22 * 9. Mapur * 30 Total 513,22 218,2 Keterangan: * ) Data tidak tersedia Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Pangkal Niur (BPP Pangkal Niur) (2010) (Diolah) Lokasi kesembilan desa di tiga kecamatan yang terpilih, yaitu Desa Petaling, Air Duren, Kemuja, Bakam, Dalil, Neknang, Cit, Silip, dan Banyuasin dapat diakses dari ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pangkalpinang) atau Kabupaten Bangka (Sungailiat). Jarak terdekat lokasi-lokasi penelitian tersebut dengan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Jarak Terdekat Lokasi-lokasi Penelitian dengan Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau Kabupaten Bangka Ke PKP SLT ADN PTG KJA BKM DIL NKG BA SLP CIT PKP SLT Keterangan: PKP : Pangkalpinang SLT: Sungailiat ADN: Air Duren PTG: Petaling KJA: Kemuja BKM: Bakam DIL: Dalil NKG: Neknang BA: Banyuasin SLP: Silip CIT: Cit Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka (2009) dan Bupati Bangka (2010) (Diolah) 115

6 5.2. Karakteristik Wilayah Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis, yang dipengaruhi oleh angin musim. Sebagian besar daerahnya merupakan dataran rendah, lembah, serta sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata 500 m dpl, sedangkan untuk pegunungan, yang paling tinggi mencapai 699 m dpl, yaitu di Gunung Maras. Daerah perbukitan tertinggi dapat mencapai 455 m dpl, yaitu Bukit Menumbing. Secara umum, tanah di Kepulauan Bangka Belitung memiliki ph di bawah 5 atau asam, akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang tinggi. Tanahnya banyak mengandung mineral dan bahan galian, seperti biji timah, pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat, dan sebagainya. Jenis tanahnya yaitu podsolik dan litosol; asosiasi podsolik; serta asosisasi aluvial, hedromotif, clay humus, dan regosol. Adapun profil wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu komposisi dari lahan datar, dengan luas sekitar 46,19 persen; bergelombang, dengan luas 41,08 persen; dan sisanya dengan luas 12,37 persen merupakan wilayah berbukit, bergunung, serta berawa-rawa. Secara spesifik, Kabupaten Bangka juga memiliki karakteristik wilayah yang sama dengan wilayah kepulauan Bangka Belitung pada umumnya. Kabupaten Bangka memiliki iklim tropis. Jenis struktur tanahnya adalah aluvial, aluvial hidromorf, litosol, dan podsolik, dengan penyebaran menurut kecamatan, yakni, untuk jenis tanah podsolik tersebar di seluruh wilayah kecamatan; jenis tanah litosol tersebar di Kecamatan Sungailiat, Bakam, Pemali, Merawang, Belinyu dan Riau Silip; jenis tanah aluvial hidromorf tersebar di Kecamatan Bakam, Merawang, Puding Besar, Mendo Barat, Belinyu, dan Riau Silip. Secara morfologi (profil wilayah), Kabupaten Bangka terbagi atas daerah dataran rendah yang jenis tanahnya asosiasi aluvial hedromotif dan regosol, dengan luas penyebaran ,703 ha; datar sampai berombak (daerah-daerah lembah) yang jenis tanahnya asosiasi podsolik, dengan luas penyebaran ,961 ha; daerah berombak dan bergelombang yang jenis tanahnya asosiasi podsolik, dengan luas 1.219,491 ha; serta daerah berbukit yang jenis tanahnya komplek podsolik dan litosol, dengan luas penyebaran 713,545 ha. Keadaan tanah di Kabupaten Bangka sangat mendukung dan potensial untuk pengembangan tanaman lada. Tanaman lada umumnya tumbuh baik pada 116

7 tanah podsolik, andosol, latosol, dan granosol dengan tingkat kesuburan dan drainase yang baik (Rismunandar 2007). Kabupaten Bangka memiliki banyak daerah yang sesuai untuk tanaman lada, karena jenis tanah podsolik tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di kabupaten tersebut, termasuk diantaranya lokasi kecamatan terpilih, yaitu Kecamatan Mendo Barat, Bakam, dan Riau Silip. Oleh sebab itu pula, tanaman lada dapat menjadi tanaman unggulan Kabupaten Bangka Demografi Pada tahun 2008, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai orang dan pada tahun 2009 diproyeksikan menjadi orang. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Bangka adalah orang, atau hampir mencapai 22 persen (21,75 persen) dari keseluruhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun Kabupaten Bangka, yang pada tahun 2008 jumlah penduduknya orang, memiliki penduduk angkatan kerja sebesar orang. Untuk lebih jelas, kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Indikator Satuan Jumlah 1. Penduduk Angkatan Kerja Orang Bekerja Orang Mencari Pekerjaan Orang Tingkat Pengangguran % 5,97 5. Penduduk Bukan Angkatan Kerja Orang Penduduk Usia 15+ Orang Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 64,27 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) Tabel 26 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008, penduduk angkatan kerja yang bekerja adalah orang dan yang belum bekerja adalah orang. Angkatan kerja yang bekerja tersebut diserap oleh sembilan sektor lapangan usaha yang ada di Kabupaten Bangka. Sembilan sektor tersebut yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; 117

8 sektor listrik, gas, dan air; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Adapun struktur tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Bangka pada tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Struktur Tenaga kerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Lapangan Usaha Persentase (%) Sektor Persentase (%) 1. Pertanian 37,80 2. Pertambangan dan Penggalian 23,13 PRIMER 60,93 3. Industri Pengolahan 4,78 4. Listrik, gas, dan air 0,39 SEKUNDER 10,43 5. Bangunan 5,26 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 13,23 7. Pengangkutan dan komunikasi 2,96 8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 0,53 TERSIER 28,64 9. Jasa-jasa 11,93 Total 100,00 100,00 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) Tabel 27 menunjukkan bahwa lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor primer, khususnya pada sektor pertanian, yaitu sebesar 37,80 persen. Setelah itu, dominasi lapangan usaha penyerap tenaga kerja diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (23,13 persen); sektor perdagangan, hotel, dan restoran (13,23 persen); serta sektor jasa-jasa (11,93 persen). Berdasarkan data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Bangka masih menggantungkan kehidupan ekonominya pada sektor pertanian. Begitupula di lokasi penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Kecamatan Mendo Barat memiliki jumlah penduduk sebesar orang. Penduduk yang memiliki mata pencaharian di kecamatan tersebut pada tahun 2008 adalah orang atau sekitar 49,3 persen dari jumlah penduduknya. Terdapat 12 jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian penduduk bekerja di Kecamatan Mendo Barat, yaitu petani, industri, konstruksi, pedagang, 118

9 transportasi, PNS (Pegawai Negeri Sipil), ABRI, Pensiunan PNS/ABRI, buruh bangunan, peternak sapi, pengrajin, dan nelayan. Sebagian besar penduduk Mendo Barat bermata pencaharian sebagai petani, yaitu orang atau mencapai 86,78 persen dari penduduk bekerja. Mata pencaharian utama lainnya yang dilakukan oleh penduduk Mendo Barat adalah nelayan sebanyak 924 orang, atau sekitar 4,89 persen dari penduduk bekerja. Hal ini membuktikan bahwa, penduduk Mendo Barat umumnya masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (dalam arti luas). Pada tahun 2008 Kecamatan Bakam berpenduduk sebanyak orang, dimana dari jumlah tersebut, yang memiliki mata pencaharian adalah sebanyak orang atau hampir mencapai 61 persen dari seluruh penduduk Bakam. Jenis pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk Kecamatan Bakam, yaitu petani, industri, konstruksi, pedagang, transportasi, PNS (Pegawai Negeri Sipil), ABRI, Pensiunan PNS/ABRI, buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan penambang timah. Sebagian besar penduduk kecamatan tersebut bermata pencaharian sebagai petani, yaitu sebanyak orang atau 88,29 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerjaan yang banyak dilakukan oleh penduduk adalah sebagai penambang timah, yaitu sebanyak 248 orang atau hampir mencapai 3 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa umumnya penduduk Kecamatan Bakam masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian dalam arti yang luas. Kecamatan Riau Silip memiliki jumlah penduduk sebanyak orang, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja adalah sebanyak orang atau 31,78 persen dari seluruh penduduknya. Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk kecamatan tersebut, diantaranya petani, industri, pedagang, transportasi, PNS (Pegawai Negeri Sipil), ABRI, pensiunan PNS/ABRI, buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan nelayan. Sebagian besar penduduk Kecamatan Riau Silip bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak orang atau 60,89 persen seluruh penduduk yang bekerja. Kemudian, yang bekerja sebagai pedagang sebanyak orang dan nelayan sebanyak 630 orang, atau 14,31 persen dan 8,31 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Keadaan ini juga menunjukkan 119

10 bahwa perekonomian penduduk Riau Silip umumnya masih didukung oleh sektor pertanian dalam arti luas Potensi Umum Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki beragam potensi daerah. Salah satunya adalah potensi perkebunan, yang meliputi perkebunan lada, kelapa sawit, karet, cengkeh, dan coklat. Beberapa potensi perkebunan yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan potensi atau kontribusi dari wilayah Kabupaten Bangka. Perkebunan di Kabupaten Bangka dibagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Produksi komoditas perkebunan rakyat antara lain lada, karet, kelapa, kelapa sawit, cengkeh, dan cokelat. Secara keseluruhan, komoditas perkebunan yang paling dominan diusahakan di Kabupaten Bangka adalah lada, karet, kelapa, dan kelapa sawit. Produksi lada, karet, kelapa, dan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat, di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Produksi Lada, Karet, dan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2008 dan 2009 Kecamatan Lada (Ton) Karet (Ton) Kelapa (Ton) Kelapa Sawit (Ton) Sungailiat 8,62 44,00 112,14 117, , ,00 36,66 982,80 Pemali 47,70 8,00 781,20 413,00 601,70 9,70 519, ,00 Bakam 404,10 496, , ,00 133,10 478, , ,00 Merawang 38,70 122,20 297,36 578,40 84,70 118,50 809, ,00 Puding Besar 13,50 125, , ,00 601,70 24, , ,00 Belinyu 81,90 126,90 252,05 383,45 25,30 434, , ,00 Riau Silip 156,60 166, , ,00 359,70 291, , ,00 Mendo Barat 908,10 936, , ,14 40,48 27, , ,00 Total 1.659, , , , , , , ,80 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka (2010) (Diolah) Tabel 28 menunjukkan bahwa dari ketiga kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian, Kecamatan Mendo Barat memiliki produksi paling besar untuk komoditi lada dan karet, pada tahun 2008 dan Komoditi Kelapa paling banyak dihasilkan di Kecamatan Sungailiat pada tahun 2008 dan

11 Sementara itu, produksi kelapa sawit yang paling besar pada tahun 2008 berada di Kecamatan Puding Besar, sedangkan untuk tahun 2009, produksi paling besar terdapat di Kecamatan Bakam. Tanaman lada, karet, dan kelapa sawit dalam skala Kabupaten Bangka, antara tahun , mengalami peningkatan produksi, sedangkan tenaman kelapa mengalami penurunan produksi. Jika dibandingkan antara ketiga jenis tanaman yang mengalami kenaikan produksi tersebut, maka kenaikan yang paling besar adalah produksi pada tanaman kelapa sawit, yaitu sebesar ,29 ton; kemudian karet, yaitu sebesar 5.678,22 ton; dan yang terakhir adalah lada, yaitu hanya sebesar 364,88 ton. Perkebunan besar yang ada di Kabupaten Bangka dikelola oleh delapan perkebunan swasta. Perkebunan swasta tersebut yaitu PT. Sumarco Makmun Indah, PT. Gunung Maras Lestari, PT. Tata Sawit Permai Lestari, PT. Tri Jaya Hasil Lestari, PT. Sawindo Kencana, PT. Tata Hamparan Eka Persada, PT. Gunung Pelawan Lestari, dan PT. Putra Bangka Mandiri, dengan tanaman utama yang diusahakan adalah kelapa sawit. Pada tahun 2008, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bangka, areal kebun inti, dari lima perusahaan perkebunan sawit, yaitu PT. Sumarco Makmun Indah, PT. Gunung Maras Lestari, PT. Sawindo Kencana, PT. Tata Hamparan Eka Persada, dan PT. Putra Bangka Mandiri mencapai ,17 ha. Beberapa perusahaan tersebut memiliki perkebunan kelapa sawit plasma, seperti PT. Sumarco Makmun Indah dan PT. Hamparan Eka Persada, masing-masing seluas ha dan ha. Jika ditotal, maka perkebunan kelapa sawit plasma yang ada di Kabupaten Bangka luasnya adalah ha Perekonomian Kondisi ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sangat terpengaruh oleh harga minyak dan gas (migas). Oleh sebab itu, dalam perhitungan PDRB (Produks Domestik Regional Bruto) dibuat dua, yaitu PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas. Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tanpa migas secara umum lebih tinggi daripada pertumbuhan PDRB dengan migas, karena semakin menurunnya produksi migas dalam tiga tahun terakhir dan meningkatnya sektor-sektor di luar migas. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) pada tahun 2008 termasuk migas diperkirakan 121

12 tumbuh sekitar 4,4 persen. Terjadi sedikit perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya (4,54 persen). Sejalan dengan PDRB ADHK migas, PDRB ADHK tanpa migas juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu 5,37 persen pada tahun 2007, menjadi 5,03 persen pada tahun Produk Domestik Regional Bruto dengan migas Provinsi Bangka Belitung dilihat berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp 21,576 triliun. Terjadi peningkatan sekitar 20,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Rp 17,895 triliun). Sementara itu, PDRB ADHB tanpa migas diperkirakan mencapai Rp 21,076 triliun pada tahun 2008, meningkat 21,34 persen dibandingkan tahun 2007 (Rp 17,369 triliun). Struktur ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Gambar 13. Pertanian (19,89%) Pertambangan dan Penggalian (18,20%) Jasa-Jasa (9,12%) Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan (2,54%) Pengangkutan & Komunikasi (3,96%) Perdagangan, Hotel, & Restoran (18,21%) Keterangan: Angka Sangat Sementara Bangunan (6,49%) Industri Pengolahan (21,01%) Listrik, Gas, & Air Bersih (0,58%) Gambar 13. Struktur Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Sumber: BPS dan BAPPEDA (2009) Secara sektoral, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB ADHB dengan migas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008, yaitu sebesar 21,01 persen. Sedangkan sumbangan sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor pertambangan dan penggalian, yaitu masing-masing sebesar 19,89 persen, 18,21 persen, dan 18,20 persen. Total kontribusi keempat sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB ADHB dengan migas adalah sebesar 77,31 persen, dan sisanya disumbangkan oleh sektor lain, seperti sektor listrik, gas, dan air bersih; 122

13 sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Struktur pembentukan perekonomian Kabupaten Bangka memiliki perbedaan dengan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum. Perekonomian Kabupaten Bangka dalam beberapa tahun ke depan masih akan didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertambangan dan penggalian; pertanian; serta perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi ketiga sektor ini sangat dominan dalam pembentukan PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bangka. Distribusi persentase PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2008, seperti yang tersaji pada tabel berikut dapat memperkuat fakta kondisi perekonomian tersebut. Tabel 29. Kontribusi Tiga Sektor Utama dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Bangka tahun 2008 No Lapangan Usaha Kontribusi PDRB (%) Real Growth (%) 1. Pertambangan dan penggalian 23,86 0,34 2. Pertanian 23,80 4,27 3. Perdagangan, hotel, dan restoran 19,98 7,15 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) Produk utama dari pertambangan dan penggalian diantaranya pertambangan timah, penggalian pasir kuarsa, penggalian tanah kaolin, dan pasir bangunan lainnya. Tingginya kontribusi sektor ini disebabkan oleh kondisi geologis Kabupaten Bangka yang sangat kaya dengan kandungan mineral bumi. Pengusahaan tambang timah (TI atau tambang Inkonvensional), selain diusahakan oleh masyarakat, juga dikelola oleh perusahaan besar, yaitu PT. Timah. Meskipun memberikan kontribusi yang besar, namun pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian ini menunjukkan tren yang terus menurun. Jika pada tahun 2005 pertumbuhannya mencapai 6,37 persen, maka pada tahun 2008, pertumbuhannya hanya mencapai 0,34 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini tidak dapat terus-menerus dijadikan andalan perekonomian Kabupaten Bangka. Penyebabnya antara lain tingkat produksi yang terus berkurang dan harga output 123

14 yang fluktuatif. Selain itu, penambangan timah dapat menyebabkan degradasi lahan dan landscape yang tinggi. Sektor pertanian yang didominasi oleh subsektor perkebunan merupakan prime mover dalam perekonomian Kabupaten Bangka. Disebut prime mover karena sektor ini mampu memberikan kontribusi besar dalam perekonomian, baik ditinjau dari aspek harga berlaku, harga konstan, dengan adanya komoditi timah, maupun tanpa adanya timah; memiliki derajat kepekaan dan derajat penyebaran yang tinggi; dan merupakan sektor utama yang banyak memberikan pengaruh positif terhadap sektor lain. Tiga keunggulan utama sektor pertanian yang menjadikannya selalu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah adalah input produksinya yang sebagian besar domestic resource base, memiliki tingkat backward dan forward linkage yang tinggi dengan sektor-sektor lainnya, serta outputnya yang export oriented. Selain itu, sektor pertanian juga menjadi sektor yang paling tahan terhadap krisis ekonomi dan moneter. Bahkan, hingga saat ini, sebagian besar komoditi dan devisa ekspor Kabupaten Bangka berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Bangka terdiri atas lima subsektor pembentuk, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, serta perikanan. Kontribusi masingmasing subsektor terhadap sektor pertanian dalam PDRB ADHB tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Kontribusi Subsektor Terhadap Sektor Pertanian dalam PDRB ADHB Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Subsektor Kontribusi PDRB Sektor Pertanian (%) Jumlah (Juta Rupiah) 1. Tanaman bahan makanan 5, Tanaman perkebunan 10, Peternakan dan hasil-hasilnya 0, Kehutanan 0, Perikanan 6, Keterangan: Angka Sangat Sementara Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) 124

15 Tabel 30 menunjukkan bahwa subsektor yang berkontribusi paling besar terhadap pembentukan PDRB ADHB sektor pertanian Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah subsektor tanaman perkebunan. Terdapat beberapa tanaman yang menjadi tanaman unggulan dalam membentuk PDRB subsektor tanaman perkebunan. Salah satunya adalah tanaman lada, selain karet, kelapa, dan kelapa sawit, yang merupakan tanaman-tanaman produksi dengan jumlah produksi yang paling besar di Kabupaten Bangka, khususnya pada tahun 2008 (Tabel 28). Produksi tanaman lada di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah 1.659,22 ton. Berdasarkan data harga rata-rata lada putih tahun 2008 dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu sebesar Rp per kg, maka nilai produksi lada di Kabupaten Bangka adalah sebesar Rp Tanaman karet rakyat Kabupaten Bangka, pada tahun 2008 memiliki produksi sebesar ,77 ton. Jika diasumsikan harga karet rata-rata pada tahun 2008 adalah sekitar Rp per kg (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009), maka nilai dari produksi karet rakyat di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah Rp Produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan swasta. Produksi perkebunan kelapa sawit rakyat pada tahun 2008 adalah ,51 ton. Jika diasumsikan produksi tanaman kelapa sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka seluruhnya adalah TM X, maka harga rata-rata tahun 2008 untuk tandan buah segar TM X rakyat adalah sekitar Rp per kg (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009). Berdasarkan asumsi tersebut didapat nilai produksi sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka, yaitu mencapai Rp Nilai produksi dari tanaman lada, karet, dan kelapa sawit tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel

16 Tabel 31. Nilai Produksi Tanaman Lada, Karet, dan Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Tanaman Produksi (Ton) Asumsi Harga Nilai Produksi (Rp/Kg) (Rp) 1. Lada 1.659, Karet , Kelapa Sawit , * Total Keterangan: * ) Produksi tandan buah segar diasumsikan TM X Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka (2010) dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2008) Berdasarkan estimasi perhitungan nilai produksi yang telah dilakukan untuk tanaman lada, karet, dan kelapa sawit, jika dibandingkan antara nilai produksi tersebut terhadap besarnya PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka, maka persentase nilai produksi perkebunan lada, karet, dan kelapa sawit rakyat Kabupaten Bangka masing-masing sekitar 16,77 persen, 36,92 persen, dan 6,59 persen dari PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan. Persentase total nilai produksi ketiga tanaman tersebut dibandingkan dengan PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka adalah sekitar 60,29 persen. Sisanya, sekitar 39,71 persen dapat berupa kontribusi tanaman perkebunan lain, seperti kelapa, cokelat, aren, cengkeh, kemiri, pinang, atau tanaman perkebunan kelapa sawit yang diusahakan perusahaan swasta. Hal ini memberi gambaran bahwa, tanaman lada, karet, dan kelapa sawit signifikan peranannya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka, khususnya PDRB ADHB subsektor perkebunan tahun Penyebab lain yang menjadikan sektor pertanian sebagai prime mover adalah laju pertumbuhanya yang juga terus meningkat dari 4,13 persen di tahun 2006, menjadi 4,27 persen di tahun Meskipun mengalami peningkatan, jika diamati secara mendetail, peningkatan pertumbuhan tersebut tidak beranjak dari level empat persen. Relatif lambannya pertumbuhan ini disamping disebabkan karena lambatnya perkembangan teknologi produksi, juga disebabkan oleh terus menurunnya tingkat harga jual beberapa komoditi utama, seperti lada, karet, dan kelapa sawit, serta pada saat yang bersamaan, tingkat harga input produksi utama, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya cenderung terus meningkat. 126

17 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan representasi dari sektor pariwisata. Selama beberapa tahun terakhir, sektor perdagangan, hotel, dan restoran selalu memberikan kontribusi dominan terhadap perekonomian. Tingginya kontribusi tersebut disebabkan karena secara tradisional, Kabupaten Bangka merupakan daerah dengan transaksi jasa yang tinggi dan didukung sektor pariwisata yang banyak menjadi tujuan utama wisatawan, dengan disertai berbagai potensi, baik kondisi alam, maupun sosial budaya masyarakat yang mendukung, serta letak strategis antar pulau sebagai tempat untuk pertemuanpertemuan penting, olahraga, dan istirahat. Akibat tradisi pariwisata tersebut adalah cepat tumbuhnya subsektor perdagangan dan restoran, serta tingginya tingkat hunian hotel-hotel dan penginapan yang ada. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, adalah karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang digerakkan oleh sektor pertambangan dan pertanian. Fluktuasi yang terjadi di sektor pertambangan dan pertanian akan diikuti juga oleh fluktuasi di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini terlihat jelas dari sisi pertumbuhan ekonomi sektoral. Dalam tiga tahun terakhir, sektor ini mengalami pertumbuhan yang terus meningkat, dari 6,18 persen di tahun 2006, 6,23 persen di tahun 2007, dan 7,15 persen di tahun Berdasarkan gambaran di atas dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, saat deposit timah sudah habis terkuras, maka sektor-sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka akan mengalami pergeseran. Potret kondisi perekonomian tanpa timah ini sekaligus memberikan gambaran bagaimana prospek perekonomian di masa depan. Sektor pertanian serta perdagangan, hotel, dan restoran tetap akan mendominasi. Sedangkan sektor pertambangan diperkirakan tidak lagi menjadi bagian sektor yang dapat dikembangkan. Sebagai gantinya, pengembangan perekonomian juga harus diarahkan kepada sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan keuangan, serta sektor persewaan dan jasa perusahaan. 127

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Pembentukan Kabupaten Bangka ditetapkan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN 9 (SEMBILAN) KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa 9 (sembilan) Perwakilan Kecamatan

Lebih terperinci

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan DASAR HUKUM 1. Undang-udang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan 2. Undang-udang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 23

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Bangka secara administratif termasuk dalam bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN No.10/02/75/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 7,71 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.38/08/12/Th.VII, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam Kodoatie, R., 2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Way Kanan 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan Berdasarkan Way Kanan dalam angka (2013), Kabupaten Way Kanan adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disahkan dengan UU RI Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertanian, perkebunan dan nelayan. Semenjak ditemukan timah mulai terjadi kegiatan

Lebih terperinci

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA September 2011 1. Pendahuluan Pulau Kalimantan terkenal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Suplemen 4. Sektor-Sektor Unggulan Penopang Perekonomian Bangka Belitung Suplemen 4 SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Salah satu metode dalam mengetahui sektor ekonomi unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau yang disingkat Babel adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau kecil yaitu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.21/05/12/Th.VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar. PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp15.184 miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp 11.451 miliar. Perekonomian triwulan II-2015 tumbuh sebesar 3,93 persen, namun mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 TUMBUH 5,81 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci