BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM
|
|
- Liana Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Pembentukan Kabupaten Bangka ditetapkan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), dan merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Selatan. Penetapan Kota Sungailiat sebagai Ibukota Kabupaten Bangka didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1971 tanggal 19 Pebruari Namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Bangka menjadi salah satu Kabupaten dari Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. B. GAMBARAN UMUM DAERAH 1. Kondisi Geografis Daerah a. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan luas Wilayah lebih kurang 2.950,68 km ² atau ha. Secara Administratif wilayah Kabupaten Bangka berbatasan langsung dengan daratan wilayah Kabupaten/Kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu : Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Natuna. Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Natuna. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bangka Tengah dan Kota Pangkalpinang. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Bangka Barat. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -1
2 b. Topografi Tanah di daerah Kabupaten Bangka mempunyai PH rata-rata dibawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti: pasir kuarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanahnya adalah sebagai berikut : 4% berbukit seperti Gunung Maras, Bukit Pelawan, Bukit Rebo dan lain-lain, jenis tanah perbukitan tersebut adalah komplek Podsolik coklat kekuning-kuningan dan Litosol yang berasal dari Batu Plutonik masam. 51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk komplek Batu pasir keorsit dan Batuan Plutonik masam. 20% berubah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Aluvial Hedrimorf dan Glei Humus serta negosol kelabu muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. c. Keadaan Iklim Kabupaten Bangka beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 72,2 hingga 410,2 mm tiap bulan, suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka berdasarkan data stasiun meteorologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 25,7º celcius sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 78 hingga 87%. Sementara itu intensitas penyinaran matahari rata-rata bervariasi antara 19,0 57,3% dengan tekanan udara anatara 1008,9 hingga 1010,9 mb. d. Hidrologi Pada umumnya Sungai-sungai di Kabupaten Bangka berhulu diperbukitan yang berada dibagian tengah pulau Bangka dan bermuara di pantai laut, Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Bangka antara lain Sungai Batu Rusa, Sungai Kota Waringin, Sungai Layang. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -2
3 Pada dasarnya didaerah Kabupaten Bangka tidak ada Danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. e. Flora dan Fauna Secara umum tumbuhan hutan di wilayah Kabupaten Bangka terdiri dari bermacam-macam kayu seperti kayu ramin,meranti, kapuk, jelutung,pulai, gelam Bitanggor, meranti rawa, cempedak air, mahang,bakau dan lain-lain sebagainya. Sedangkan disisi fauna, di kawasan hutan di wilayah Kabupaten Bangka terdapat binatang-binatang liar seperti Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi, Trenggiling, Napuh, Musang, Murai, Tekukur, Pipit, Kalong, Elang, ayam hutan dan tidak terdapat binatang buas seperti gajah, harimau dan lain sebagainya. f. Jarak dari Sungailiat ke Ibukota Kabupaten dan Propinsi Jarak antara Sungailiat sebagai ibukota Kabupaten Bangka dengan ibukota propinsi Kepulauan Bangka Belitung dan dengan ibukota kabupaten lain serta ibukota kecamatan ditunjukkan oleh tabel I.1 berikut ini : No. Tabel I.1 Jarak Ibukota Kabupaten Bangka (Sungailiat) ke Ibukota Kabupaten lain dan Ibukota Propinsi Nama Kota Jarak (Km) Keterangan 1. Pangkalpinang 33 Ibukota Propinsi 2. Toboali 158 Ibukota Kab. Bangka Selatan 3. Mentok 140 Ibukota Kab. Bangka Barat 4. Koba 90 Ibukota Kab. Bangka Tengah 5. Belinyu 54 Ibukota Kec. Belinyu 6. Baturusa 21 Ibukota Kec. Merawang 7. Petaling 38 Ibukota Kec. Mendo Barat 8. Puding Besar 32 Ibukota Kec. Puding Besar 9. Bakam 38 Ibukota Kec. Bakam 10. Riau Silip 42 Ibukota Kec. Riau Silip 11. Pemali 15 Ibukota Kec. Pemali Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -3
4 2. Gambaran Umum Demografi a. Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil registrasi penduduk di Kabupaten Bangka, jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak jiwa, jumlah ini meningkat dibanding tahun 2006 yang berjumlah jiwa atau meningkat sebesar 2,09%. Secara rinci jumlah penduduk menurut Kecamatan, luas daerah (km²) dan kepadatan per km² di Kabupaten Bangka tahun 2007 sebagaimana tertera pada tabel I.2. Tabel I.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan, luas daerah (km²) kepadatan per km² di Kabupaten Bangka Tahun 2007 No Kecamatan Sungailiat Bakam Pemali Merawang Puding Besar Mendo Barat Belinyu Riau Silip Jumlah 2007 Jumlah 2006 Luas Daerah km² 146,38 488,10 127,87 164,40 383,29 570,46 546,50 523, , ,68 Sumber : Bangka Dalam Angka Tahun 2007 Jumlah Penduduk (jiwa) 67,769 14,887 21,216 22, ,997 40, , Kepadatan per km² (jiwa) b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dari data yang tersedia pada tahun 2007, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bangka relatif sama banyak yakni penduduk lakilaki sebanyak jiwa atau sekitar 51,61% dari seluruh penduduk Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -4
5 dan penduduk perempuan banyak jiwa atau 48,39% (lihat tabel I.3). Tabel I.3. Komposisi Penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bangka Tahun 2007 Jenis Kelamin NO. Kecamatan Laki-laki Perempuan (jiwa) (Jiwa) 1. Sungailiat Bakam Pemali Merawang Puding Besar Mendo Barat Belinyu Riau Silip Jml Jml Sumber : Bangka Dalam Angka Tahun 2007 Jumlah (Jiwa) c. Struktur Penduduk menurut Kelompok Umur Berdasarkan kelompok umur, penduduk di Kabupaten Bangka cenderung didominasi kelompok umur muda tahun, secara berurutan penduduk yang terbanyak terdapat pada kelompok umur tahun yakni sebesar 11,73 % dari penduduk Bangka, kelompok umur 0-4 tahun sebesar 10,78% dari penduduk Bangka dan kelompok umur tahun sebesar 10,26% dari penduduk Bangka. Secara lebih terperinci struktur penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kabupaten Bangka tahun 2007 tertera pada tabel I.4. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -5
6 Tabel 1.4. Persentase Penduduk Menurut Kelompok umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bangka Tahun 2007 N0. Kelompok Umur Jenis Kelamin (Tahun) Laki-laki Perempuan ,91 9, ,08 8, ,59 9, ,74 12, ,04 8, ,82 9, ,07 8, ,79 7, ,84 6, ,26 5, ,56 4, ,34 3, ,68 1, ,28 4,22 Sumber : Bangka Dalam Angka Tahun 2007 d. Pendidikan Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya Kabupaten Bangka, pembangunan sektor pendidikan semakin penting dengan ditetapkannya titik berat pembangunan pada bidang ekonomi yang diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas sebagaimana yang dicita-citakan, yang memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -6
7 tehnologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi, sosial budaya dan berbagai bidang lainnya. Dengan demikian pendidikan merupakan cara untuk membangun manusia sebagai sumber daya pembangunan. Pada tahun 2007, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka terdapat jumlah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 174 unit yang terdiri dari SD Negeri 163 unit dan SD swasta 11 unit. Selain SD di Kabupaten Bangka juga ada SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) yang memberikan pendidikan dan pengajaran pada anak-anak yang cenderung mengalami cacat (tuna) sebanyak 1 unit. Sementara itu untuk sarana dan prasarana pendidikan tingkat SMTP sebanyak 34 unit yang terdiri dari SMTP Negeri 24 unit dan SMTP swasta 10 unit, sedangkan tingkat SLTA terdiri dari SMU sebanyak 15 unit yang terdiri dari SMU Negeri 6 unit dari SMU swasta 9 unit dan SMK (STM) swasta 2 unit, SMK (SMEA) 7 unit yang terdiri dari SMEA Negeri 3 unit dan SMEA swasta 4 unit. Tabel I.6 berikut menampilkan data jumlah sekolah SD,SMTP,SMU baik negeri maupun swasta menurut Kecamatan tahun Tabel 1.5. Jumlah sekolah SD,SMTP,SLTA Negeri dan Swasta di Kabupaten Tahun 2007 No. Tingkat Pendidikan Negeri Swasta Jumlah S 1. SD e 2. SMP l 3. SMA a 4. SMK (STM) n 5. SMK (SMEA) Sumber : Bangka Dalam Angka Tahun 2007 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -7
8 Selanjutnya berdasarkan data jumlah guru dan murid, di Kabupaten Bangka hingga tahun 2007 jumlah guru yang bernaung dibawah Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka seluruhnya orang. Guru-guru tersebut diantaranya mengajar di TK sebanyak 193 orang, SD dan SDLB sebanyak orang, guru SMP sebanyak 554 orang ( SMP Negeri 449 orang dan SMTP Swasta 105 orang), guru SMA sebanyak 321 orang (SMA negeri 173 orang dan SMA swasta 148 orang), guru SMK (STM) swasta sebanyak 69 orang, guru SMK (SMEA) sebanyak 233orang (SMEA Negeri 100 orang dan SMEA swasta 133 orang), Murid sekolah yang ada di Kabupaten Bangka berdasarkan tingkat pendidikan yaitu murid Sekolah Dasar sebanyak orang (SD Negeri orang dan SD Swasta orang), SMP sebanyak orang (SMP Negeri orang dan SMP swasta orang), SMA sebanyak orang (SMA Negeri orang dan SMA swasta orang), STM swasta sebanyak 350 orang, SMEA sebanyak orang (SMEA Negeri 901 orang dan SMEA Swasta orang). 3. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan Daerah Secara umum perekonomian Kabupaten Bangka dalam beberapa tahun kedepan masih akan didominasi oleh empat sektor utama yang menjadi Unggulan Daerah. Masing-masing berdasarkan peringkatnya adalah: (1) pertambangan dan penggalian; (2) pertanian; (3) perdagangan, hotel dan restoran sebagai representasi sektor pariwisata; serta (4). industri pengolahan. Kontribusi keempat sektor ini sangat dominan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bangka. Distribusi persentase PDRB harga berlaku Tahun 2007, seperti yang tersaji pada tabel berikut dapat menjustifikasi fakta kondisi perekonomian tersebut. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -8
9 Tabel I.6 Potensi Unggulan Daerah Perekonomian Kabupaten Bangka Tahun 2007 (%) No Lapangan Usaha Kontribusi PDRB Real Growth 1 Pertambangan dan Penggalian 26,06 2,24 2 Pertanian 23,58 4,89 3 Perdagangan, Hotel dan 18,70 6,31 Restoran 4 Industri Pengolahan 9,01 1,58 Tabel diatas memperlihatkan bahwa secara agregat, perekonomian Kabupaten Bangka sangat di dominasi oleh keempat core sector tersebut dengan kontribusi 77,35 % dari total PDRB, dengan laju pertumbuhan yang bervariasi dari 1,58 persen hingga 6,31 persen Potensi Unggulan Daerah pertama sekaligus sebagai kontributor PDRB terbesar adalah sektor yang menjadi karakteristik daerah yaitu Pertambangan dan Penggalian dengan produk utama seperti pertambangan timah, penggalian pasir kuarsa, penggalian tanah kaolin dan pasir bangunan lainnya. Pada tahun 2007 konstribusi sektor ini berdasarkan harga berlaku adalah 26,06 %. Tingginya kontribusi sektor ini dikarenakan kondisi geologis Kabupaten Bangka yang sangat kaya dengan kandungan mineral bumi. Saat ini, disamping tambang inkonvensional yang banyak diusahakan oleh masyarakat, terdapat juga PT Timah sebagai perusahaan besar yang mengelola penambangan. Meskipun memberikan kontribusi besar, namun pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian ini menunjukkan trend yang terus menurun. Jika pada tahun 2005, pertumbuhannya mencapai 6,37 %, maka pada tahun 2007, pertumbuhannya hanya mencapai 2,24 %. Pertumbuhan yang negatif menunjukkan bahwa sektor ini tidak dapat terus-menerus dijadikan andalan perekonomian. Hal ini disebabkan karena tingkat produksi yang terus berkurang, harga output yang fluktuatif, Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -9
10 sifatnya yang unrenewable serta daya degradasi lahan dan lanscape yang sangat tinggi. Potensi Unggulan Daerah kedua dalam perekonomian sekaligus menjadi prime mover adalah sektor pertanian yang didominasi sub sektor perkebunan dengan kontribusi sebesar 23,58 %. Disebut prime mover karena sektor ini mampu (1) memberikan kontribusi besar dalam perekonomian, baik ditinjau dari aspek harga berlaku, harga konstan, tanpa timah maupun dengan timah, (2) memiliki derajat kepekaan dan derajat penyebaran yang tinggi dan (3) merupakan sektor utama yang banyak memberikan pengaruh positif terhadap sektor lain. Tiga keunggulan utama sektor pertanian yang menjadikannya selalu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah adalah (i) input produksinya yang sebagian besar domestic resource base, (ii) memiliki tingkat backward and forward linkage yang tinggi dengan sektorsektor lainnya, serta (iii) output-nya yang export oriented. Dengan ke tiga keunggulan ini, sektor pertanian menjadi sektor yang paling tahan terhadap krisis ekonomi dan moneter. Bahkan hingga saat ini, sebagian besar komoditi dan devisa ekspor Kabupaten Bangka berasal dari sektor pertanian, terutama yang berasal dari komoditi perkebunan dan perikanan. Hal lain yang menjadikan sektor pertanian sebagai prime mover adalah laju pertumbuhannya yang juga terus meningkat dari 4,61 % di tahun 2005 menjadi 4,67 % di tahun 2006 dan 4,89 % di tahun Meskipun meningkat, namun jika dilihat lebih detail, peningkatan pertumbuhan tersebut tidak beranjak dari level 4 persen. Relatif lambannya pertumbuhan ini disamping disebabkan karena lambatnya perkembangan teknologi produksi, juga sangat dipengaruhi oleh terus menurunnya tingkat harga jual beberapa komoditi utama seperti lada, karet dan sawit, serta pada saat yang bersamaan, tingkat harga input produksi utama seperti pupuk dan sarana produksi lainnya cenderung terus meningkat. Untuk lebih meningkatkan kontribusi dan pertumbuhan, maka pengembangan sektor pertanian di masa depan seharusnya diarahkan pada pengembangan agroindustri. Hal ini sangat mungkin untuk Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -10
11 dilakukan, karena sektor pertanian memiliki ingkat backward and forward linkage yang tinggi. Potensi Unggulan Daerah ketiga dalam perekonomian dengan kontribusi sebesar 18,70 % terhadap PDRB adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, yang notabene merupakan representasi dari sektor pariwisata. Selama beberapa tahun terakhir, sektor perdagangan, hotel dan restoran selalu memberikan kontribusi dominan terhadap perekonomian. Tingginya kontribusi ini disebabkan karena secara tradisional, Kabupaten Bangka merupakan daerah dengan transaksi jasa yang tinggi dan di dukung sector pariwisata yang banyak menjadi tujuan utama wisatawan, dengan disertai berbagai potensi, baik kondisi alam maupun sosial budaya masyarakat yang mendukung serta letak strategis antar pulau sebagai tempat untuk pertemuan-pertemuan penting, olahraga dan istirahat. Konsekwensi logis dari tradisi pariwisata tersebut adalah cepat tumbuhnya subsektor perdagangan dan restoran serta tingginya tingkat hunian hotel-hotel dan penginapan yang ada. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, adalah karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang digerakkan oleh Sektor Pertambangan dan Pertanian. Fluktuasi yang terjadi di Sektor Pertambangan dan Pertanian akan diikuti juga oleh fluktuasi di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Kondisi ini terlihat jelas dari sisi pertumbuhan ekonomi sektoral. Dalam tiga tahun terakhir, sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang terus meningkat dari 4,61 % di tahun 2005 menjadi 4,67 % di tahun 2006 dan 4,89 % di tahun Trend peningkatan ini juga diikuti oleh pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang juga terus meningkat dari 5,90 % di tahun 2005 menjadi 6,24 % di tahun 2006 dan 6,31 % di tahun Di masa depan, diperkirakan kontribusi dan pertumbuhan sektor ini akan semakin meningkat berjalan linear dengan peningkatan industri pariwisata dan penurunan kontribusi sektor-sektor yang unrenewable resource base. Potensi Unggulan Daerah keempat dalam perekonomian Kabupaten Bangka adalah sektor industri pengolahan yang seluruhnya Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -11
12 berasal dari kegiatan industri pengolahan non migas dengan kontribusi dalam pembentukan PDRB sebesar 9,01 %. Kegiatan industri pengolahan didominasi oleh industri logam dasar besi dan baja, yang di dominasi industri timah olahan (smelter), disusul oleh industri makanan dan minuman, industri pupuk kimia dan barang dari karet, serta industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya. Dari sisi pertumbuhan terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir, Sektor Industri mengalami penurunan yang relatif tinggi. Pada tahun 2005, laju pertumbuhan masih mencapai 4,92 %, namun pada tahun 2007, perumbuhannya hanya mencapai 1,58 %. Penyebab utama penurunan adalah karena perkembangan sektor ini masih sangat tergantung pada perkembangan Sektor Pertambangan. Penurunan pertumbuhan Sektor Pertambangan dipastikan akan juga menurunkan pertumbuhan Sektor Industri yang secara faktual masih mengandalkan industri logam dasar, besi dan baja dengan smelter atau peleburan timah sebagai tulang punggungnya. Dari gambaran perekonomian diatas dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun kedepan ketika deposit timah sudah habis terkuras, maka Potensi Unggulan Daerah dan posisi relatif sektor-sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka akan mengalami pergeseran. Potret kondisi perekonomian tanpa timah ini sekaligus juga memberikan gambaran bagaimana prospek perekonomian di masa depan. Sektor Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran tetap akan mendominasi, sedangkan Sektor Pertambangan dan Industri diperkirakan tidak lagi menjadi bagian Potensi Unggulan Daerah yang bisa dikembangkan, sebagai gantinya pengembangan perekonomian harus diarahkan kepada sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi di masa depan, mulai beberapa tahun terakhir, pemerintah Kabupaten Bangka sudah mulai mempersiapkan infra dan suprastruktur pengembangan sektor-sektor prospektif yang akan menjadi Potensi Unggulan Daerah beberapa tahun kedepan, melalui beberapa kegiatan pembangunan dan berbagai regulasi yang dapat dijadikan akseleratornya. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -12
13 b. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB Stabilitas perekonomian adalah prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian ini sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Perekonomian yang tidak stabil menimbulkan biaya tinggi bagi perekonomian dan masyarakat. Ketidakstabilan ini akan menyulitkan masyarakat, baik swasta maupun rumah tangga, untuk menyusun rencana ke depan. Di sisi lain, Inflasi yang tinggi menimbulkan biaya yang sangat besar kepada masyarakat. Beban terberat akibat inflasi yang tinggi akan dirasakan oleh penduduk miskin yang mengalami penurunan daya beli. Inflasi yang berfluktuasi tinggi menyulitkan pembedaan pergerakan harga yang disebabkan oleh perubahan permintaan atau penawaran barang dan jasa dari kenaikan umum harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih. Akibatnya terjadi alokasi inefisiensi sumber daya. Meskipun perkembangan perekonomian Kabupaten Bangka cenderung uncontrollable karena sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian makro regional, nasional dan internasional, tetapi mengingat pentingnya stabillitas ekonomi makro bagi kelancaran dan pencapaian sasaran pembangunan daerah, Pemkab Bangka bertekad untuk terus menciptakan dan memantapkan stabilitas ekonomi makro daerah dengan berusaha menjaga stabilitas ekonomi makro dan mencegah timbulnya fluktuasi berlebihan di dalam perekonomian. Secara detail, kondisi perekonomian makro Kabupaten Bangka pada tahun 2006 dan 2007 sebagai salah satu dampak pelaksanaan APBD yang diindikasikan oleh; (1) Produk Domestik Regional Bruto(PDRB); (2) distribusi PDRB ; (3) pertumbuhan ekonomi; (4) pendapatan per kapita; dan (5) inflasi. tersaji pada tabel berikut; Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -13
14 Tabel I.7. Kondisi Perekonomian Makro Kabupaten Bangka Indikator Perkonomian TH.2006 Th.2007 PDRB (Jutaan Rupiah) Harga Berlaku (HB) Harga Konstan (HK) Distribusi PDRB HB sisi penggunaan (%) 54,26 53,42 Konsumsi Masyarakat 14,35 14,18 Konsumsi Pemerintah 18,84 18,29 Investasi 12,55 13,98 Net Ekspor Distribusi PDRB HB Sisi Produksi (%) Sektor Primer 50,55 49,64 Sektor Skunder 16,94 17,77 Sektor Tersier 32,51 32,58 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,24 4,67 Pendapatan Perkapita (Rp) Harga Berlaku (HB) Harga Konstan (HK) Tingkat Inflasi (%) 7,11 9,21 Dari tabel diatas terlihat bahwa kondisi perekonomian makro Kabupaten Bangka pada tahun 2007 mengalami perbaikan. Pada tahun 2007 PDRB rata-rata atas dasar harga berlaku mencapai sebesar Rp juta rupiah atau meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya sebesar Rp juta rupiah. Sementara itu PDRB 2007 berdasarkan harga konstan berjumlah Rp juta rupiah yang juga meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp juta rupiah. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -14
15 Struktur penggunaan kabupaten Bangka tahun 2007 masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga dengan porsi 53,42 persen. Komponen kedua terbesar dalam penggunaan adalah PMTB dengan porsi 15,91 persen, diikuti komponen konsumsi pemerintah sebesar 14,18 persen, komponen ekspor netto sebesar 13,97 persen dan komponen perubahan stok sebesar 2,38 persen serta lembaga swasta nirlaba sebesar 0,13 persen. Sebaran PDRB HB dari sisi produksi masih didominasi oleh sektor primer (sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian) dengan kontribusi sebesar 49,64 persen. Sektor sekunder yang meliputi sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih serta Sektor Bangunan pada tahun 2007 memberikan kontribusi sebesar 17,77 persen. Sementara Sektor tersier pada tahun tersebut memberikan kontribusi sebesar 32,68 persen Pada tahun 2007 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka berdasarkan harga berlaku sebesar milyar rupiah atau tumbuh sebesar 14,31 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan harga konstan, yang mencerminkan produksi kotor riil daerah, produk domestik regional bruto Kabupaten Bangka tahun 2007 sebesar milyar rupiah sehingga pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 4,67 persen. Berdasarkan harga berlaku PDRB per Kapita 2007 dengan Migas maupun Tanpa Migas adalah sebesar Rp ,- atau naik sebesar 10,17 persen dibandingkan Rp pada tahun 2006, Sementara berdasarkan harga konstan baik dengan migas maupun tanpa migas PDRB per kapita Kabupaten Bangka tahun 2007 sebesar Rp ,- atau naik sebesar 0,88 persen dari Rp ,- pada tahun Peningkatan besaran-besaran PDRB ternyata juga membawa peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi riil, meningkat dari 4,24 persen di tahun 2006 menjadi 4,67 persen pada tahun Dalam perekonomian makro, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu daerah, jika tidak di ikuti oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang lebih tinggi, dipastikan akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita yang merupakan salah Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -15
16 satu indikator kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pendapatan per kapita Kabupaten Bangka pada menunjukkan peningkatan dari Rp menjadi Rp Faktor ekonomi lain yang sangat mempengaruhi perekonomian adalah inflasi. Pada tahun 2007 sektor-sektor yang ada dalam penghitungan PDRB secara keseluruhan mengalami inflasi sebesar 9,21 persen. Angka inflasi tahun 2007 ini relatif lebih tinggi dari angka inflasi tahun 2006 yang mencapai 7,11 persen. Secara sektoral, dua dari sembilan sektor mengalami inflasi relatif tinggi yakni lebih dari 10 (sepuluh) persen di tahun 2007 yaiitu sektor bangunan dan sektor jasa. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2008 I -16
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Lokasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Terletak di wilayah Indonesia bagian Barat, pada 104 50 sampai 109
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa
Lebih terperinciKEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis
III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 21/05/14/Th.XII, 5 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan I Tahun mencapai 7,51 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciDAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011
No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar
Lebih terperinciV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan
Lebih terperinciBADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI
BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciINDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL
III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011
No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang
IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00
Lebih terperinciBoks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007
Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE
KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013
No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30
Lebih terperinciPDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.
PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp15.184 miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp 11.451 miliar. Perekonomian triwulan II-2015 tumbuh sebesar 3,93 persen, namun mengalami
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011
No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL
No. 014/05/63,Th XII, 15 Mei 2009 PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi triw I-2009 terhadap triw IV-2008 (q to q) = - 7,72 %. Pertumbuhan ekonomi triw I-2009
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009
No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinciTabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81
TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013
BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG
KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
Lebih terperinciBPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN
BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20
No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 10/02/14/Th.XV, 5 Februari 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Tahun 2013 mencapai 6,13 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan IV tahun 2013, yang diukur dari Produk Domestik
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinci