MODEL PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBERDAYA MANUSIA PADA SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING SEKTOR PARIWISATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBERDAYA MANUSIA PADA SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING SEKTOR PARIWISATA"

Transkripsi

1 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 MODEL PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBERDAYA MANUSIA PADA SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING SEKTOR PARIWISATA Rofi Rofaida Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Perkembangan sektor pariwisata tidak terlepas dari kemajuan industri hotel dan restoran. Kontribusi sektor terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan adanya peningkatan jumlah entitas usaha menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi sektor ini tetap tinggi dan menjadi andalan Kota Bandung. Namun demikian permasalahan yang terjadi terkait dengan SDM adalah rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja disebabkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki dengan kebutuhan industri. Tujuan dari kajian ini adalah : 1) Menyusun strategi peningkatan kompetensi SDM pada sektor hotel dan restoran yang berbasis pada analisis kesenjangan antara profil kompetensi SDM yang dibutuhkan dengan profil kompetensi SDM yang ada saat ini. 2) Melakukan pemetaan dan analisis peran sistem triple helix (industri, pemerintah dan akademisi) dalam menyusun model peningkatan kompetensi SDM Hasil penelitian terhadap karyawan front office, tatagraha, pramusaji, dan cook/koki menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki belum memenuhi standar yang ditetapkan SKKNI untuk bidang hotel dan restoran. Strategi Peningkatan Kompetensi SDM yang diajukan terdiri dari : (1). Peningkatan kapasitas lembaga diklat (2). Peningkatan kompetensi SDM melalui pelatihan, dan (3) Peningkatan kompetensi SDM melalui program sertifikasi dan standarisasi Peningkatan kompetensi SDM ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : industri, kebijakan pemerintah, dan institusi pendidikan. Pemetaan dan analisis peran sistem triple helix (industri, pemerintah dan akademisi) akan menghasilkan Model Peningkatan Kompetensi SDM Sektor Hotel dan Restoran. Kata kunci : kompetensi, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), pelatihan, dan model peningkatan kompetensi SDM PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan visi Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang BERMARTABAT, seperti yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun , Pemerintah Kota Bandung menjadikan sektor jasa sebagai sektor unggulan pembangunan yang diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian Kota Bandung. Pariwisata, yang produk utamanya adalah jasa pelayanan, merupakan bagian tak terpisahkan bahkan menjadi andalan pembangunan sektor jasa Kota 127

2 Rofi Rofaida Bandung. Peran strategis sektor pariwisata terhadap perekonomian kota Bandung dapat dilihat dari kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD Kota Bandung meningkat dari 66% atau Rp176 miliar pada tahun 2011 menjadi 72% pada tahun 2012 ( dan bisnis-jabar.com). Perkembangan sektor pariwisata tidak dapat dilepaskan dari kemajuan industri hotel dan restoran. Salah satu sasaran pembangunan pariwisata kota Bandung adalah meningkatkan jumlah kunjungan dan memperpanjang lama tinggal wisatawan. Pada kurun waktu terdapat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang sebagian besar memanfaatkan fasilitas akomodasi dan makanan di kota Bandung (Disbudpar Kota Bandung 2008 dan BPS Kota Bandung 2011). Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia, Disbudpar Jawa Barat 2008, menunjukkan bahwa sebagian besar pengeluaran wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara adalah untuk akomodasi dan dari beberapa pilihan akomodasi, 74,98 % memilih hotel. Gambar 1. Tipe Akomodasi yang dipilih Wisatawan Sumber: Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia, Disbudpar Jawa Barat (2008) Jumlah kunjungan yang meningkat merupakan peluang investasi yang menguntungkan bagi sektor hotel dan restoran. Aktifitas ekonomi di sektor ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengurangan tingkat pengangguran sekaligus peningkatan pendapatan masyarakat Kota Bandung. Potensi penyerapan tenaga kerja sektor ini cukup tinggi dilihat dari beberapa indikator, yaitu : 128 1) Kontribusi sektor terhadap PDRB Kota Bandung saat ini dan proyeksi nya untuk tahun ) Kontribusi sektor dalam penyerapan tenaga kerja saat ini dan proyeksinya untuk tahun ) Pertumbuhan populasi usaha Kontribusi sektor terhadap PDRB Kota Bandung saat ini dan proyeksi nya untuk tahun menunjukkan bahwa untuk kurun waktu peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tetap tinggi. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 42,21% dan meningkat menjadi 42,83% (tahun 2014) dan 43,37 (tahun 2015). Ini memberikan gambaran bahwa pada tiga tahun yang akan datang potensi ekonomi sektor ini akan tetap tinggi dan menjadi andalan. Pada aspek penyerapan tenaga kerja sektor ini juga memberikan kontribusi terbesar jika dibandingkan dengan sektor ekonomi yang lain. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tahun 2011

3 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar orang dan diperkirakan akan terus meningkat untuk tahun Tabel 1.1 Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bandung Tahun * 2014* 2015* Kontribusi terhadap PDRB Kota Bandung 40,64% 42,21% 42,83% 43,37% Kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja Ket: * nilai proyeksi Sumber : BPS Kota Bandung (2012), diolah NA Khusus untuk hotel, populasi jumlah hotel terus mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan wisatawan merupakan peluang investasi yang menguntungkan sehingga jumlah hotel di kota Bandung terus meningkat. Tabel 1.2 di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah hotel melati, hotel bintang 1, 2, 3, 4, dan 5 di kota Bandung. Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Hotel di Kota Bandung Tahun Hotel non bintang Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 Jumlah hotel bintang 2007 NA NA NA NA Sumber : Disbudpar Kota Bandung (2008) dan BPS Kota Bandung (2012) Kecuali untuk tahun 2009 terdapat peningkatan jumlah hotel berbintang selama periode tahun dari 61 buah pada tahun 2007 menjadi 84 buah pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 23% dalam waktu lima tahun. Diproyeksikan pada lima tahun ke depan jumlah hotel bintang dan non bintang akan semakin meningkat. Namun demikian salah satu permasalahan terkait dengan sumberdaya manusia di sektor hotel dan restoran adalah rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung yang dikutip oleh BPS Kota Bandung (2011) menunjukkan dari 2010 hingga 2011 terjadi penurunan daya serap tenaga kerja. Pada tahun 2010 sekitar 62,71% maka tahun 2011 hanya 32,69 %. Hal ini disebabkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki dengan kebutuhan dunia usaha. Studi yang dilakukan pada sektor pariwisata menunjukkan bahwa kompetensi SDM di hotel dan restoran belum memenuhi standar pelayanan yang diterima secara nasional (SKKNI) dan memerlukan peningkatan kompetensi melalui pelatihan yang berorientasi pada katan kebutuhan sektor hotel dan restoran saat ini dan yang akan datang. Peningkatan kompetensi menjadi suatu hal yang mutlak untuk dilakukan jika dikaitkan dengan adanya kemudahan bagi tenaga kerja asing untuk masuk ke Indonesia. Ini merupakan 129

4 Rofi Rofaida ancaman bagi tenaga kerja Indonesia jika tidak diimbangi dengan kemampuan yang memenuhi standar pelayanan dan sertifikasi secara nasional atau internasional Pendidikan merupakan hal yang amat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Namun, sampai saat ini belum sepenuhnya terjadi link and match (keterkaitan dan kecocokan) antara dunia pendidikan dengan dunia usaha. Dengan kata lain belum terjadi sinkronisasi antara lembaga penyelenggara pendidikan dengan perkembangan lapangan pekerjaan. Dampaknya adalah banyak lulusannya yang kemudian tidak terserap oleh pasar kerja dan meningkatkan tingkat pengangguran. Didasarkan pada uraian di atas, dianggap penting untuk melakukan penelitian berkaitan dengan : Model Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia Pada Sektor Pariwisata Di Kota Bandung Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing Sektor Pariwisata Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan peningakatan kompetensi SDM pada sektor hotel dan restoran diuraikan sebagai berikut: 1) Masih terbatasnya kajian untuk melakukan identifikasi dan analisis berkaitan dengan profil kompetensi SDM sektor hotel dan restoran yang dibutuhkan pasar seperti : tingkat pendidikan dan keahlian/skill yang dibutuhkan 2) Masih terbatasnya kajian berkaitan dengan profil kompetensi SDM sektor hotel dan restoran di Kota Bandung yang ada saat ini berkaitan dengan: tingkat pendidikan dan keahlian/skill yang dibutuhkan 3) Perlu dilakukan pemetaan/mapping dan analisis kesenjangan antara poin (2), dan (3) di atas sehingga dapat disusun strategi peningkatan kompetensi SDM sektor hotel dan restoran di Kota bandung 4) Perlu dilakukan pemetaan dan analisis peran sistem triple helix (industri, pemerintah dan akademisi) dalam peningkatan kompetensi SDM untuk menyusun model peningkatan kompetensi SDM sektor hotel dan restoran di Kota bandung Tujuan dari kajian ini adalah : 1) Menyusun strategi peningkatan kompetensi SDM pada sektor hotel dan restoran yang berbasis pada analisis kesenjangan terhadap dua aspek penting yaitu profil kompetensi SDM yang dibutuhkan pasar/aspek permintaan (demand) dengan profil kompetensi SDM yang ada saat ini/aspek ketersediaan (supply). Analisis dilakukan secara sistematis dan komprehensif 2) Hasil analisis ini juga dapat dijadikan informasi bagi industri dalam melakukan training needs assessment (analisis kebutuhan pelatihan). Bagi institusi pendidikan hasil penelitian dalam menyempurnakan kurikulum untuk meningkatkan link and match antara pendidikan dengan kebutuhan industri 3) Melakukan pemetaan dan analisis peran sistem triple helix (industri, pemerintah dan akademisi) dalam menyusun model peningkatan kompetensi SDM 4) Menyediakan rujukan dalam kerangka penyusunan rencana-rencana yang lebih operasional dan teknis, bagi Disnaker Kota Bandung agar program dan kegiatan yang akan diimplementasikan dapat saling bersinergi, baik antar kebijakan, antar program 130

5 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 sektoral dan wilayah dalam kerangka mengoptimalkan kompetensi SDM di sektor hotel dan restoran kota Bandung LANDASAN TEORI Kompetensi (Competency) Sumberdaya manusia dalam pariwisata merupakan salah satu faktor sangat penting karena bagi perusahaan jasa (service-based organization). SDM berperan sebagai faktor kunci dalam menentukan kinerja perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari salah satu karakteristik jasa dimana proses penghantaran jasa akan terjadi bersamaan dengan proses konsumsi jasa oleh pelanggan. Karakteristik ini menuntut kinerja SDM dalam membangkitkan minat dan memberikan pelayanan prima/service excellent kepada pelanggan. Pengalaman tamu hotel atau restoran merupakan aktifitas yang memiliki intensitas dan intimasi yang sangat tinggi dan tidak mudah direplikasi oleh entitas usaha yang lain. Pengalaman interaktif tersebut umumnya terjadi dengan karyawan sehingga kualitas pelayanan yang diberikan oleh karyawan akan menjadi salah satu keunggulan bersaing bagi hotel atau restoran. Pendidikan dan pelatihan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menciptakan SDM yang andal dan profesional baik secara kuantitas maupun kualitas dalam mendorong daya saing sektor hotel dan restoran secara signifikan. Salah satu permasalahan rendahnya daya serap tenaga kerja adalah karena adanya kesenjangan antara kompetensi yang dibutuhkan industri dengan kompetensi yang dimiliki tenaga kerja. Beberapa ahli mendefinisikan istilah kompetensi sebagai berikut: 1. Competence encompasses an individual s technical and interpersonal knowledge and skills (Robbin, Stephen P 2010:357). Kompetensi merupakan pengetahuan dan skill individu secara teknik dan interpersonal 2. A competency is an underlying characteristics on individual that is causally related to criterion referenced effective and/or superior performance in a job or situation (Spencer and Spencer 1993:9). Kompetensi berkaitan dengan ciri dasar idividu yang dikaitkan dengan standar kinerja yan efektif dan atau superior 3. Competence refers to an individual s knowledge, skill, abilities or personality characteristics that directly influences his or her performances (Becker, Huselid, dan Ulrich dalam Yuniarsih dan Suwatno 2008:22). Kompetensi merupakan pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan kepribadian yang secara langsung mempengaruhi kinerjanya. Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah karakteristik berupa pengetahuan, keahlian, dan kepribadian yang mempengaruhi kinerja individu. Salah satu model kompetensi yang diterima secara baik oleh sektor akademis dan praktisi adalah model kompetensi yang dikemukakan oleh Spencer dan Spencer (1993:11). Model tersebut terdapat pada Gambar 2.1. Spencer and Spencer (1993:9) menyatakan terdapat 5 karakteristik kompetensi yaitu: 1. motif (motive), secara konsisten merupakan apa yang mendorong (memotivasi individu melakukan sesuatu) 2. ciri bawaan (trait), ciri fisik dan reaksi yang bersifat kosisten terhadap apa yang terjadi dai lingkungan 3. konsep diri (self concept), nilai diri, cara individu memandang dirinya sendiri 131

6 Rofi Rofaida 4. pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang tentang sesuatu hal 5. keterampilan (skill), kemampuan melaksanakan tuas-tugas fisik dan mental. Pengetahuan dan keterampilan cenderung lebih tampak (visible) dan relatif mudah untuk dikembangkan melalui program pelatihan. Motif dan ciri bawaan berada pada lingkaran di tengah merupakan faktor yang tersembunyi sehingga sulit sekali untuk dinilai dan dikembangkan. Terakhir adalah konsep diri, Nerada pada lingkaran ditengah-tengah, artinya sikap, nilai dan nilai diri dapat diubah melalui pelatihan dan psikoterapi atau pengalaman pengembangan yang positif, walaupun memerlukan jangka waktu yang lama. Gambar 2.1 Model Kompetensi trait, motive Self concept Attitudes Knowledge skill Sumber : Spencer and Spencer, 1993, p.11, Competence at Work: Model for Superior Performance, John Wiley &Sons, Inc, New York Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Model Kompetensi Spencer and Spencer menjadi rujukan dalam menyusun standar kompetensi nasional termasuk didalamnya untuk sektor pariwisata. Kompetensi menurut Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah : kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Standar kompetensi kerja untuk Indonesia tertuang dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki untuk menduduki jabatan tertentu. Standar kompetensi kerja merupakan rumusan yang benar-benar dikerjakan di tempat kerja pada industri. Hingga saat ini SKKNI telah dibakukan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sebanyak 14 standar. Pengembangan sertifikasi kompetensi kerja yang dilakukan oleh BNSP terkait dan terpadu dengan pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) serta pengembangan pelatihan berbasis kompetensi di lembagalembaga pelatihan kerja sebagai kesatuan Sistem Latihan Kerja Nasional (SISLATKERNAS). Sesuai dengan Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang No. 13 tahun 2003, sertifikasi kompetensi kerja adalah bentuk pengakuan secara formal terhadap kompetensi kerja yang telah dikuasai. Standar kompetensi untuk ketenagakerjaan hotel dan restoran diatur berdasarkan Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Pariwisata Sub Sektor Hotel dan Restoran melalui KepMen 239/MEN/X/2004. Pengukuran kompetensi SDM pada kajian ini mengacu pada SKKNI Sub Sektor Hotel Dan Restoran 132

7 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Arah Kebijakan ketenagakerjaan Kota bandung juga memfokuskan peningaktan kualitas SDM melalui standarisasi pelayanan, akreditasi lembaga, dan sertifikasi profesi. Berdasarkan Perda Kota Bandung No. 07 Tahun 2012 BAB X tentang Pelatihan Sumberdaya Manusia, standarisasi, Sertifikasi, dan Tenaga Kerja, menyebutkan beberapa hal, yaitu : 1) Tenaga kerja di bidang kepariwisataan memiliki standar kompetensi. Standar kompetensi dilakukan atau diperoleh melalui sertifikasi kompetensi 2) Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang memiliki lisesnsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan 3) Produk, pelayanan, danpengelolaan usaha memiliki standar usaha 4) Standar usaha dilakukan melalui sertifikasi usaha 5) Pemerintah Daerah menyelenggarakan pelatihan SDM pariwisata untuk memenuhi standar kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan METODE PENELITIAN Metode Penelitian Obyek studi adalah Model Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia Pada Sektor Pariwisata Di Kota Bandung Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing Sektor Pariwisata. Studi dilakukan pada hotel dan restoran di Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode survei. Survei dilakukan pada karyawan front office dan tatagraha hotel sedangkan untuk restoran adalah pramusaji dan cook/koki. Penetapan empat jenis pekerjaan ini karena empat jenis pekerjaan berinteraksi langsung dan memberikan kontribusi terbesar bagi penghantaran /delivery jasa kepada konsumen. Pengamatan menggunakan cakupan waktu one shoot / cross sectional. Analisis dilakukan secara deskriptif. Pengukuran variabel penelitian dapat dijelaskan pada matriks operasionalisasi variabel di bawah ini : Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel Variabel Sub Variabel Indikator yang diukur 1 Kompetensi SDM sektor Kompetensi front office a) Indikator : Menerima dan memproses reservasi : hotel dan restoran yang sesuai dengan SKKNI Sektor Menerima permintaan reservasi dimiliki saat ini Pariwisata Sub Sektor Hotel Mencatat rincian reservasi dan Restoran b) Indikator : Menyediakan layanan akomodasi Menyiapkan kedatangan tamu Menyambut dan mendaftarkan Mengorganisir keberangkatan tamu c) Indikator : Memproses transaksi keuangan d) Indikator : Berkomunikasi melalui telepon e) Indikator : Menyediakan jasa porter Kompetensi tatagraha sesuai 1. Indikator : Menyediakan layanan housekeeping untuk dengan SKKNI Sektor tamu : Pariwisata Sub Sektor Hotel a) Menangani permintaan housekeeping dan Restoran b) Memberi saran tamu mengenai perlengkapan housekeeping 2. Indikator : Menyiapkan kamar untuk tamu a) Akses ke kamar untuk pelayanan b) Membereskan tempat tidur c) Membereskan dan membersihkan kamar 3. Indikator : Menangani pakaian tamu 133

8 Rofi Rofaida a) Memproses dan mencuci barang barang b) Mengemas dan menyimpan barang cucian Kompetensi pramusaji sesuai dengan SKKNI Sektor Pariwisata Sub Sektor Hotel dan Restoran Kompetensi cook/koki sesuai dengan SKKNI Sektor Pariwisata Sub Sektor Hotel dan Restoran 1) Indikator bekerjasama dengan rekan kerja dan pelanggan: a) Komunikasi dengan rekan kerja b) Menyediakan bantuan ke pelanggan c) Menjaga standar penampilan diri 2) Indikator Pelayanan prima pada pelanggan 3) Indikator mengembangkan dan memperbaharui pengetahuan tantang makanan dan minuman 4) Indikator Proses transaksi pembayaran a) Indikator Mematuhi prosedur kemanan dan keselamatan makanan dan minuman b) Indikator Mengoperasikan peralatan pembersih beserta sarana pendukungnya: Persiapan dan pelaksanaan Perawatan c) Indikator Melaksanakan prosedur kesehatan dan kebersihan di tempat kerja Melaksanakan kebersihan dan kesehatan Penyimpanan makanan dan pengelolaan limbah makanan d) Indikator Merancang dan Mengoperasikan dapur e) Indikator Merencanakan urutan dalam pengolahan makanan f) Indikator Penggunaan metode dan alat memasak g) Indikator Menyajikan makanan h) Indikator Menghitung porsi makanan i) Indikator Kerjasama tim Metode Pengumpulan Data Untuk menjawab tujuan kegiatan seperti disebutkan di atas maka dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, survey, expert justification, dan FGD. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui desk study. Matriks variabel penelitian dan metode pengumpulan data yang dilakukan dapat dijelaskan pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Matrik Metode Pengumpulan Data Variabel 1 Kompetensi SDM sektor hotel dan restoran yang dibutuhkan pasar 2 Kompetensi SDM sektor hotel dan restoran di Kota Bandung yang ada saat ini 4 Kebijakan berkaitan dengan peningkatan SDM Sektor Hotel dan Restoran Metode Pengumpulan Data Observasi lapangan,survey dan in depth interview, dan desk study Observasi lapangan,survey dan in depth interview, dan desk study Desk study,fgd, dan expert justification Teknik Penarikan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah sektor hotel dan restoran di Kota Bandung. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan jika peneliti mempunyai pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya, atau disebut juga sebagai sampel untuk tujuan tertentu. Penelitian 134

9 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 kualitatif biasanya menggunakan non probability sampling (termasuk di dalamnya purposive sampling) (Arikunto 2010:33). Sampel hotel terdiri dari hotel berbintang 4, 3, dan 2 sedangkan restoran terdiri dari restoran nusantara, barat, dan cepat saji. Sumber data / responden adalah karyawan front office dan tatagraha hotel sedangkan untuk restoran adalah pramusaji dan cook/koki. Penetapan empat jenis pekerjaan ini karena empat jenis pekerjaan berinteraksi langsung dan memberikan kontribusi terbesar bagi penghantaran /delivery jasa kepada konsumen. Penilaian kompetensi dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada konsumen yang pernah menggunakan layanan hotel dan kepada karyawan. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada konsumen dan karyawan hotel dilakukan karena ada beberapa item kompetensi yang tidak terkait langsung dengan konsumen sehingga tidak bisa dinilai oleh konsumen. Metode penilaian untuk kuesioner kompetensi yang disebarkan kepada karyawan digunakan metode self appraisal method. Metode Analisis Data Item pertanyaan dalam kuesioner disusun dengan skala likert 1-5. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka data yang diperoleh dianalisis dengan tahapan: 1. Menyusun data mengecek kelengkapan identitas responden dan pengisian kuesioner 2. Tabulasi Data, dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan indikator 3. Identifikasi, pemetaan/mapping dan analisis deskriptif berkaitan dengan profil kompetensi SDM sektor hotel dan restoran yang dibutuhkan pasar 4. Identifikasi, pemetaan/mapping dan analisis deskriptif berkaitan dengan profil kompetensi SDM sektor hotel dan restoran yang ada saat ini 5. Melakukan analisis kesenjangan (gap analysis) antara poin (3), dan (4) sehingga dapat disusun kebijakan peningkatan kompetensi termasuk didalamnya kebijakan pendidikan dan pelatihan yang seharusnya dilakukan industri maupun Disnaker Kota Bandung 6. Hasil analisis ini juga dapat dijadikan informasi bagi industri dalam melakukan training needs assessment (analisis kebutuhan pelatihan). Bagi institusi pendidikan hasil penelitian dalam menyempurnakan kurikulum untuk meningkatkan link and match antara pendidikan dengan kebutuhan industri 7. Pemetaan dan analisis peran sistem triple helix (industri, pemerintah dan akademisi) dalam peningkatan kompetensi SDM Data diolah dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, tabulasi silang, disajikan berdasarkan kesamaan karakteristik atau dibandingkan untuk memahami fenomena, atau diolah agar mudah digunakan untuk pengolahan analisis deskriptif 135

10 Rofi Rofaida Kerangka Kerja Penelitian Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian %" &'()*+,+-#.'-)-/,+0+-#,12.'0'-3) 0'42+35,# 6) #,'()*+,+-##.'7+0)9+-# :" ;'2'0++-#6+-#+-+7)3)3#.'4+-#3)30'2#!"#$%&'( )'&$*+#<)-65304)=#.'2'4)-0+9#6+-# 6+-#4'3014+-## HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi, pemetaan/mapping dan analisis deskriptif berkaitan dengan profil kompetensi SDM sektor hotel dan restoran yang dibutuhkan pasar Indikator kompetensi front office mengacu pada SKKNI berdasarkan Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Sub Sektor Hotel Dan Restoran Keputusan Menteri : Kep 239/MEN/X/2004. Indikator yang masuk dalam ruang lingkup kajian adalah sebagai berikut: 1. Front office hotel : a) Indikator : Menerima dan memproses reservasi : Menerima permintaan reservasi Mencatat rincian reservasi b) Indikator : Menyediakan layanan akomodasi Menyiapkan kedatangan tamu Menyambut dan mendaftarkan Mengorganisir keberangkatan tamu c) Indikator : Memproses transaksi keuangan d) Indikator : Berkomunikasi melalui telepon e) Indikator : Menyediakan jasa porter 2. Tata graha hotel a) Indikator : Menyediakan layanan housekeeping untuk tamu : Menangani permintaan housekeeping Memberi saran tamu mengenai perlengkapan housekeeping 136

11 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 b) Indikator : Menyiapkan kamar untuk tamu Akses ke kamar untuk pelayanan Membereskan tempat tidur Membereskan dan membersihkan kamar c) Indikator : Menangani pakaian tamu Memproses dan mencuci barang barang Mengemas dan menyimpan barang cucian 3. Pramusaji Restoran a) Indikator bekerjasama dengan rekan kerja dan pelanggan: Komunikasi dengan rekan kerja Menyediakan bantuan ke pelanggan Menjaga standar penampilan diri b) Indikator Pelayanan prima pada pelanggan c) Indikator mengembangkan dan memperbaharui pengetahuan tantang makanan dan minuman d) Indikator Proses transaksi pembayaran 4. Cook / Koki a) Indikator Mematuhi prosedur kemanan dan keselamatan makanan dan minuman b) Indikator Mengoperasikan peralatan pembersih beserta sarana pendukungnya: Persiapan dan pelaksanaan Perawatan c) Indikator Melaksanakan prosedur kesehatan dan keberseihan di tempat kerja Melaksanakan kebersihan dan kesehtan Penyimpanan makanan dan pengelolaan limbah makanan d) Indikator Merancang dan Mengoperasikan dapur e) Indikator Merencanakan urutan dalam pengolahan makanan f) Indikator Penggunaan metode dan alat memasak g) Indikator Menyajikan makanan h) Indikator Menghitung porsi makanan i) Indikator Kerjasama tim Identifikasi, Pemetaan/mapping dan Analisis Deskriptif Berkaitan dengan Profil Kompetensi SDM Sektor hotel dan Restoran saat ini Analisis Deskriptif Berkaitan dengan Profil Kompetensi Front Office Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi kompetensi front office di hotel belum memperoleh hasil yang sempurna yaitu skor 5. Artinya kompetensi real karyawan masih di bawah kompetensi yang diharapkan. Masih ada gap/kesenjangan antara kompetensi ekspektasi dengan kompetensi real nya. Namun analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa keseluruhan indikator kompetensi berada pada skor di atas 3,00 (cukup baik) kecuali untuk indikator menerima dan memproses permintaan reservasi rata-rata skor masih di bawah 3,00 yaitu 2,96. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

12 Rofi Rofaida Indikator kompetensi dengan skor tertinggi 1) Menyediakan layanan akomodasi, dengan skor kompetensi 3,30 dan skor gap 1,70 2) Menyediakan jasa porter, dengan skor kompetensi 3,58 dan skor gap 1,43 3) Memproses transaksi keuangan, dengan skor kompetensi 3,45 dan skor gap 1,55 Tabel 4.1 Profil Kompetensi Front Office Indikator kompetensi dengan skor terendah Sub indikator kompetensi dengan skor tertinggi 1) Permintaan tamu untuk bantuan keberangkatan dilakukan dengan sopan dan ditujukan ke departemen yang berkaitan, dengan skor kompetensi 3,45 dan skor gap 1,55 2) Express check-outs dan rekening diproses sesuai dengan prosedur perusahaan dengan skor kompetensi 3,60 dan skor gap 1,40 Tamu-tamu disambut segera dan dibantu dengan barangbarang bawaan sesuai dengan prosedur perusahaan dan persyaratan keselamatan dengan skor kompetensi 3,58 dan skor gap 1,42 Tagihan tamu diterangkan secara jelas dan sopan kepada tamu, dan diproses secara akurat dengan skor kompetensi 3,35 dan skor gap 1,65 Transaksi pembayaran dicatat dengan benar dan segera. dengan skor kompetensi 3,45 dan skor gap 1,55 Menerima dan memproses reservasi Menyediakan layanan akomodasi Berkomunikasi melalui telpon Sub indikator kompetensi dengan skor terendah 1) Ketersediaan reservasi yang diminta ditentukan secara benar dan disarankan secara sopan kepada pelanggan skor kompetensi 3,1 dan skor gap 1,9 2) Informasi dan saran tentang fasilitas hotel serta layanan ditawarkan secara pro-aktif skor kompetensi 2,68 dan skor gap 2,32 3) Pertanyaan-pertanyaan tentang biaya dan bentukbentuk produk lain dijawab secara tepat. skor kompetensi 2,83 dan skor gap 2,17 informasi dan saran tentang fasilitas dan layanan lain seperti fasilitas safety deposit ditawarkan secara pro-aktif skor kompetensi 3,00 dan skor gap 2,00 telepon dijawab secara cepat, jelas dan sopan skor kompetensi 3,23 dan skor gap 1,77 Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa indikator yang masih harus ditingkatkan adalah: menerima dan memproses reservasi, menyediakan layanan akomodasi dan berkomunikasi melalui telpon. Karyawan front office kurang mampu menginformasikan dan menawarkan keseluruhan produk/layanan hotel/fasilitas hotel. Hanya menerima dan memproses reservasi tanpa adanya upaya pro aktif untuk mempromosikan dan menawarkan fasilitas-fasilitas lain di luar pemesanan konsumen. Lima sub indikator kompetensi dengan skor rendah (lihat Tabel 4.1) merupakan area pengembangan atau menjadi program pelatihan yang menjadi prioritas Disnaker Kota Bandung. 138

13 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Analisis Deskriptif Berkaitan dengan Profil Kompetensi Tata Graha Secara keseluruhan kompetensi belum memperoleh hasil yang sempurna yaitu skor 5. Artinya kompetensi real karyawan masih di bawah kompetensi yang diharapkan. Namun analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa keseluruhan indikator kompetensi berada pada skor di atas 3,00 (cukup baik). Artinya potensi peningkatan kompetensi masih cukup luas. Pengolahan data memberikan hasil skor kompetensi untuk setiap indikator, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini : Indikator Kompetensi dengan skor tertinggi 1) Menyiapkan kamar tamu dengan skor tertinggi yaitu 3,66 dan nilai gap sebesar 1,34. 2) Menyediakan layanan housekeeping Tabel 4.2 Profil Kompetensi Tata Graha Sub indikator kompetensi Indikator dengan skor tertinggi kompetensi dengan skor terendah 1) Tempat tidur dibersihkan, bantal dan linen diperiksa, noda dihilangkan sesuai dengan prosedur perusahaan dengan skor 3,73 dan nilai gap sebesar 1,27. 2) Seprai tempat tidur diganti sesuai dengan standar dan prosedur perusahaan dengan skor 3,73 dan nilai gap sebesar 1,27 Rincian permintaan dikonfirmasi dan dicatat dengan skor 3,70 dan nilai gap sebesar 1,30 Menyediakan layanan housekeeping Menangani linen dan pakaian tamu Menyediakan pelayanan valet Sumber : pengolahan data, 2013 Sub indikator kompetensi dengan skor terendah 1) Permintaan ditangani dengan cara yang ramah dan sopan sesuai dengan standar layanan pelanggan perusahaan dan prosedur keamanan, skor kompetensi 3,33 dan skor gap 1,77 2) Tamu diberi saran dengan sopan tentang penggunaan peralatan yang benar, skor kompetensi 3,10 dan skor gap 1,90 3) Pertanyaan-pertanyaan tentang biaya dan bentukbentuk produk lain dijawab secara tepat, skor kompetensi 2,83 dan skor gap 2,17 Proses pencucian, menyeterika dilaksanakan dengan benar dan hasil akhir berkualitas baik, skor kompetensi 3,35 dan skor gap 1,65 Cucian tamu dikemas dan disajikan dengan baik, skor kompetensi 3,45 dan skor gap 1,55 Informasi dan saran tentang layanan khusus dan manfaat diberikan secara pro-aktif pada tamu, skor kompetensi 3,23 dan skor gap 1,77 Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terdapat tiga indikator yang memiliki skor tertinggi yaitu: Menyiapkan kamar tamu dan menyediakan layanan housekeeping (pada sub indikator rincian permintaan dikonfirmasi dan dicatat). 139

14 Rofi Rofaida Indikator yang masih harus ditingkatkan adalah: menyediakan layanan housekeeping, menangani linen dan pakaian, serta menyediakan layanan valet. Tujuh sub indikator kompetensi dengan skor rendah (lihat Tabel 4.2) adalah area pengembangan atau menjadi program pelatihan prioritas. Analisis Deskriptif Berkaitan dengan Profil Kompetensi Pramusaji Tabel 4.3 menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi pramusaji belum memperoleh hasil yang sempurna yaitu skor 5. Artinya kompetensi real karyawan masih di bawah kompetensi yang diharapkan. Masih ada gap/kesenjangan antara kompetensi ekspektasi dengan kompetensi real nya. Tetapi jika dibandingkan dengan kompetensi SDM pada sektor perhotelan (frontoffice dan tata graha) maka gambaran kompetensi pramusaji menunjukkan gambaran yang lebih baik. Sebagian besar item kompetensi yaitu 52,90% memiliki skor di atas 4,00 ( kompetensi baik). Sisanya yaitu 47,10% memiliki nilai di atas 3,40. Seluruh indikator kompetensi memiliki skor di atas 3,40. Ini merupakan indikasi bahwa SDM pramusaji memiliki potensi untuk mencapai kompetensi yang maksimal (skor 5). Indikator kompetensi dengan skor tertinggi Pelayanan prima pada pelanggan Mengembangkan dan memperbaharui pengetahuan tantang makanan dan minuman Tabel 4.3 Profil Kompetensi Pramusaji Sub indikator kompetensi dengan skor tertinggi 1. Menyambut kedatangan pelanggan dengan ramah dan menempatkan pelanggan di meja yang telah ditetapkan, dengan skor kompetensi 4,43 dan skor gap 0,57 2. Membersihkan meja pada waktu yang tepat selama makan dan penyelesaian makan, dengan skor kompetensi 4,40 dan skor gap 0,60 Bantuan kepada pelanggan dalam memilih makanan dan minuman, disediakan sesuai Kebutuhan, dengan skor kompetensi 4,40 dan skor gap 0,60 Saran pelanggan dalam mengkombinasikan makanan dan minuman ditanggapi, dipilih dan diikuti atau ditindaklanjuti, dengan skor 4,51 dan gap 0,49 Indikator kompetensi dengan skor terendah bekerjasama dengan rekan kerja Pelayanan prima pada pelanggan Proses transaksi pembayaran Sumber : pengolahan data, 2013 Sub indikator kompetensi dengan skor terendah 1. Harapan dan keperluan pelanggan termasuk kepentingan khusus, diperhatikan dan disediakan dengan produk layanan yang tepat, skor kompetensi 3,64 dan skor gap 1,36 2. Keluhan tamu segera dipahami dan diambil solusi pemecahannya, skor kompetensi 3,45 dan skor gap 2,55 Menyajikan makanan sesuai yang dipesan oleh pelanggan, skor kompetensi 3,80 dan skor gap 1,20 Memberikan tagihan kepada pelanggan dengan sopan, skor kompetensi 3,82, gap 1,18 Hal yang menjadi area pengembangan/pelatihan adalah pada aspek kerjasama tim. Restoran memerlukan kerjasama tim sehingga kompetensi untuk bekerjasama dengan rekan kerja secara efektif dan efisien sangat diperlukan. 140

15 Analisis Deskriptif Berkaitan dengan Profil Kompetensi Cook/Koki Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi cook memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan kompetensi pramusaji. Rata rata kompetensi tiap indikator lebih dari 4,00 (kompetensi baik). Beberapa item kompetensi bahkan memperoleh skor sempurna yaitu 5. Indikator kompetensi dengan skor tertinggi Merancang dan mengoperasikan dapur Perencanaan Urutan makanan Tabel 4.4 Profil Kompetensi Cook/Koki Sub indikator kompetensi dengan skor tertinggi 1. Item menu dimasak, didinginkan dan dikemas sesuai dengan prosedur usaha, peraturan dan persyaratan kesehatan dengan skor kompetensi 5,0 dan skor gap 0,0 2. Produk yang sudah dimasak disajikan secara tepat dan menarik untuk memenuhi keinginan pelanggan dengan skor kompetensi 5,0 dan skor gap 0,0 1. Bumbu dipilih, ditakar dengan teliti sesuai standar resep dengan skor kompetensi 5,0 dan skor gap 0,0 2. Bumbu hasil racikan disiapkan sesuai resep dan tenggang waktunya dengan skor kompetensi 5,0 dan skor gap 0,0. 3. Kegiatan perencanaan urutan dalam pengolahan masakan dilakukan dengan skor kompetensi 5,0 dan skor gap 0,0 4. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan perencanaan urutan dalam pengolahan masakan dievaluasi kepada manajemen/pimpinan, dengan skor kompetensi 5,0 dan skor gap 0,0 Indikator kompetensi dengan skor terendah bekerjasama dengan rekan kerja Pelayanan prima pada pelanggan Sumber : pengolahan data, 2013 Sub indikator kompetensi dengan skor terendah 1) Harapan dan keperluan pelanggan termasuk kepentingan khusus, diperhatikan dan disediakan dengan produk layanan yang tepat, skor kompetensi 3,64 dan skor gap 1,36 2) Keluhan tamu segera dipahami dan diambil solusi pemecahannya, skor kompetensi 3,45 dan skor gap 2,55 Menyajikan makanan sesuai yang dipesan oleh pelanggan, skor kompetensi 3,80 dan skor gap 1,20 Strategi Peningkatan Kompetensi SDM Sektor Hotel dan Restoran Terdapat beberapa hal penting berkaitan dengan kompetensi SDM sektor hotel dan restoran yaitu: 1. Persaingan dengan tenaga kerja asing 2. Tuntutan standarisasi layanan/kompetensi 141

16 Rofi Rofaida 3. Tuntutan sertifikasi profesi 4. Optimalisasi Lembaga pendidikan dan pelatihan Berkaitan dengan hal tersebut di atas strategi yang dapat diajukan berkaitan dengan peningkatan kompetensi ketenagakerjaan dilakukan pada : (1). Strategi Peningkatan kapasitas kelembagaan, (2). Strategi Peningkatan kompetensi SDM melalui pelatihan, dan (3) Strategi Peningkatan kompetensi SDM melalui program sertifikasi dan standarisasi Strategi Peningkatan Kapasitas Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Beberapa program dilakukan terkait strategi peningkatan kapasitas kelembagaan. Lembaga pendidikan sebagai pelaku pengembangan SDM dari sisi supply, berperan penting untuk dapat menghasilkan SDM yang berkualitas, dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan di pasar kerja. 1. Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengajaran a. Peningkatan kapasitas lembaga agar mampu menyusun program dan kurikulum yang bertaraf nasional dan internasional namun sesuai dengan kebutuhan SDM. b. Peningkatan kemampuan lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal dalam penyelenggaraan program diklat sertifikasi keahlian profesi yang dibutuhkan industri 2. Program Peningkatan Kualitas Tenaga Pengajar Peningkatan kemampuan tenaga pengajar di lembaga pendidikan dan pelatihan melalui program beasiswa di dalam maupun di luar negeri, dan pelatihan berbasis pada standard ASEAN maupun internasional. 3. Peningkatan Sarana dan Prasarana a. Penetapan standar minimal ketersediaan sarana prasarana pendidikan bagi lembaga pendidikan untuk dapat memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang kondusif. b. Pemanfaatan teknologi seperti ICT, seperti internet dan multimedia dalam meningkatkan penerapan metode teknik dan strategi pembelajaran. Strategi Peningkatan Kompetensi SDM melalui Pelatihan Definisi pelatihan menurut UU no 13 tahun 2003 adalah : keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Fokus utama pelatihan adalah meningkatkan kemampuan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan saat ini sedangkan pendidikan meliputi proses pembelajaran di luar pekerjaan saat ini dan lebih fokus pada jangka panjang (long-term focus) Starting point dalam pelatihan adalah adanya penilaian kebutuhan (needs assessment) yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan melakukan analisis untuk menentukan perlu tidaknya pelatihan dilakukan. Perlu dilakukan identifikasi jenis kompetensi yang dibutuhkan saat ini dan yang akan datang untuk menentukan jenis pelatihan yang akan diberikan. Jika terjadi kesenjangan antara kompetensi yang dibutuhkan dengan yang tersedia maka perlu dilakukan pelatihan. 142

17 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Dari hasil analisis kesenjangan (gap analysis) terhadap kompetensi SDM sektor hotel dan restoran dapat disusun pada matriks penilaian kebutuhan (needs assessment) dan jenis pelatihan didasarkan pada pebilaian kebutuhan pelatihan. Jenis pekerjaan Front office hotel Housekeeping /tata graha Pramusaji Tabel 4.5 Matrik Area Kebutuhan Pelatihan pada Sektor Hotel dan Restoran Kota Bandung Kompetensi yang perlu ditingkatkan Ketersediaan reservasi yang diminta ditentukan secara benar dan disarankan secara sopan kepada pelanggan. Informasi dan saran tentang fasilitas hotel serta layanan ditawarkan secara pro-aktif. Pertanyaan-pertanyaan tentang biaya dan bentuk-bentuk produk lain dijawab secara tepat Informasi dan saran tentang fasilitas dan layanan lain seperti fasilitas safety deposit ditawarkan secara pro-aktif. Telepon dijawab secara cepat, jelas dan sopan menangani permintaan tamu dengan cara yang ramah dan sopan sesuai dengan standar layanan pelanggan perusahaan dan prosedur keamanan kemampuan untuk memberikan saran kepada tamu tentang penggunaan peralatan hotel dengan sopan melakukan proses pencucian, menyeterika dengan benar dan hasil akhir berkualitas baik pengemasan dan penyajian cucian tamu dengan baik memberikan informasi dan saran tentang layanan khusus dan manfaat diberikan hotel secara pro-aktif memperhatikan dan menyediakan produk layanan yang tepat sesuai dengan harapan dan keperluan pelanggan memahami keluhan tamu dan mengambil solusi pemecahannya. Jenis pelatihan Pelatihan berkaitan dengan product knowledge Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan promosi produk Pelatihan berkomunikasi Pelatihan pelayanan prima Pelatihan problem solving Pelatihan kemampuan berkomunikasi Pelatihan pencucian dan pengemasan barang Pelatihan berkaitan dengan product knowledge Pelatihan untuk peningkatkan kemampuan melakukan promosi produk Pelatihan product knowledge Pelatihan pelayanan prima Pelatihan problem solving Pelatihan berkomunikasi menyajikan makanan sesuai yang dipesan oleh pelanggan memberikan tagihan kepada pelanggan dengan sopan Mensortir dan membuang limbah sesuai dengan peraturan kesehatan dan praktek perusahaan. Mengidentifikasi dan menggunakan perlengkapan masak sesuai kebutuhan dan metoda memasak masakan tertentu Menggunakan alat memasak yang bersih dan aman sesuai dengan menu dan standar perusahaan. Melakukan evaluasi secara berkala dari pihak manajemen terhadap penggunaan metode dan alat memasak Kerja sama di dapur untuk layanan makanan ditampilkan untuk memaksimalkan mutu makanan dan mengurangi keterlambatan. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan penyajian makanan sesuai kebijakan dan standar perusahaan. Sumber : Pengolahan dan analisis data, 2013 Pelatihan pelayanan prima Pelatihan kesehatan dan kemanan lingkungan kerja Pelatihan penggunaan metode memasak yang tepat sesuai urutan pengolahan makanan Pelatihan penggunaan alat sesuai dengan standar keamanan dan kesehatan Pelatihan kerjasama tim Pelatihan manajemen penyajian makanan Strategi Peningkatan kompetensi SDM melalui Program Sertifikasi dan Standarisasi. Salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi SDM adalah dengan menetapkan standar kompetensi, melaksanakan uji kompetensi dan sertifikasi profesi berbasis kompetensi. Pengembangan sertifikasi kompetensi kerja yang dilakukan oleh BNSP dengan 143

18 Rofi Rofaida mengembangkan SKKNI bersinergi dengan pengembangan pelatihan berbasis kompetensi di lembaga-lembaga pelatihan kerja sebagai kesatuan Sistem Latihan Kerja Nasional (SISLATKERNAS) (Bappenas 2008). Beberapa strategi yang diajukan adalah: 1. Program Standardisasi a. Pengembangan pedoman pemanfaatan dan pelaksanaan SKKNI (Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) di industri serta menetapkan kebijakan bagi industri agar menerapkannya dalam program pengembangan SDM di masing-masing entitas usaha. b. Penetapan standard minimal sebagai syarat ketersediaan sarana prasarana pendidikan/pengajaran bagi lembaga pendidikan untuk dapat memenuhi kebutuhan proses belajar-mengajar yang kondusif. 2. Program Sertifikasi a. Pengembangan sistem pelaksanaan sertifikasi profesi yang lebih efektif memberikan manfaat bagi industri sehingga memotivasi baik individu, manajemen dan pemilik usaha untuk menerapkannya sebagai bagian program pengembangan SDM internal b. Pengembangan sistem sertifikasi profesi dengan mengakomodasi standar dan perkembangan yang ada di tingkat regional maupun internasional c. Penguatan lembaga pendidikan untuk juga berperan aktif sebagai pelaksana sertifikasi SDM, sesuai bidang keahlian lulusan. Model Peningkatan Kompetensi SDM Sektor Hotel dan Restoran Peningkatan kompetensi SDM sektor hotel dan restoran sangat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : industri, kebijakan pemerintah, dan institusi pendidikan. Masing masing pihak memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi. Pemetaan dan analisis peran sistem triple helix (industri, pemerintah dan akademisi) akan menghasilkan Model Peningkatan Kompetensi SDM Sektor Hotel dan Restoran. (Gambar 4.1) Gambar 4.1 Model Peningkatan Kompetensi SDM Sektor Hotel dan Restoran 144

19 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Dari Gambar 4.1 dilihat bahwa peningkatan kompetensi SDM akan melibatkan triple helix (industri, pemerintah dan akademisi). Simpulan Peran masing masing pihak dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Industri termasuk didalamnya adalah lingkungan bisnis (dalam bentuk masyarakat pengguna entitas usaha). Masyarakat memiliki standar pelayanan yang diinginkan. Sehingga upaya perusahaan untuk mengetahui standar tersebut menjadi sangat penting. Standar pelayanan yang diinginkan masyarakat dapat menjadi input untuk menentukan kompetensi yang dibutuhkan untuk memenuhi standar tersebut. Industri dalam hal ini perusahaan berkewajiban untuk memberikan pelatihan (on the job dan off the job training) untuk memastikan bahwa SDM perusahaan memiliki standar pelayanan yang diinginkan. 2. Pemerintah, termasuk didalamnya Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, memiliki peran yaitu : menetapkan standar kompetensi nasional (SKKNI) dan menetapkan kebijakan dan program agar SDM sektor hotel dan restoran secara bertahap memiliki kompetensi sesuai SKKNI 3. Institusi pendidikan dan pelatihan. Institusi pendidikan memiliki peran sebagai berikut : a. Menyusun kurikulum berbasis pada kompetensi yang dibutuhkan saat ini dan melakukan prediksi tentang kompetensi yang dibutuhkan saat yang akan datang b. Melakukan proses pembelajaran yang berkualitas c. Melakukan penelitian/kajian yang hasilnya dapat diterapkan pada industri hotel dan restoran d. Melakukan sertifikasi profesi. Institusi pelatihan memiliki peran sebagai berikut : a) Melaksanakan pelatihan peningkatan kompetensi a. Melakukan sertifikasi profesi. 145

20 Rofi Rofaida Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. PT. Rineka Cipta:33 BPS Kota Bandung Bandung dalam Angka 2011 BAPPENAS Pengembangan SDM Kepariwisataan di Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota Bandung Kota Bandung dalam Angka Disbudpar Jawa Barat Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia KEP. 239/MEN/X/2004 tentang Penetapan SKKNI Sektor Pariwisata Subsektor Hotel dan Restoran Perda Kota Bandung No. 07 Tahun 2012 BAB X tentang Pelatihan Sumberdaya Manusia, standarisasi, Sertifikasi, dan Tenaga Kerja Publikasi Disbudpar Propinsi Jawa Barat.2008 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun Robbin, Stephen P Perilaku Organisasi. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia:357 Spencer and Spencer Competence at Work: Model for Superior Wiley &Sons, Inc, New York:9 dan 11 Performance, John Undang-Undang No. 13 / 2003 tentang ketenagakerjaan Yuniarsih, Tjutju dan Suwatno Manajemen Sumberdaya Manusia, Alfabeta:22 bisnis-jabar.com 146

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KEJURUAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KEJURUAN DOKUMEN NEGARA P 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian : Akomodasi

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBERDAYA MANUSIA PADA INDUSTRI KREATIF BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBERDAYA MANUSIA PADA INDUSTRI KREATIF BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBERDAYA MANUSIA PADA INDUSTRI KREATIF BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI (Kajian Pada Industri Kerajinan di Kabupaten Bandung) Suryana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi perusahaan, terutama bila dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Melalui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...4 1. KOMPETENSI UMUM...4 2. KOMPETENSI KEJURUAN...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...6 SUBSTANSI

Lebih terperinci

TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN

TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN KURIKULUM EDISI 2004 TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN Tujuan Program Keahlian Akomodasi Perhotelan secara umum mengacu pada isi Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata. Banyaknya objek wisata baru di Yogyakarta ini membuat wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata. Banyaknya objek wisata baru di Yogyakarta ini membuat wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta sebagai kota pariwisata, sedang giat dalam membangun industri pariwisata. Banyaknya objek wisata baru di Yogyakarta ini membuat wisatawan domestik

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL SERGUR 2012

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL SERGUR 2012 MATA PELAJARAN SATUAN PENDIDIKAN : PARIWISATA : SMK/MAK KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL SERGUR 2012 A. PEDAGOGIK Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Memiliki Kompetensi Pedagogik Kompetensi Guru Mata

Lebih terperinci

Pengaruh Pendekatan Pelatihan Berbasis Kompetensi Terhadap Kemampuan Praktek Making Bed dalam Pembelajaran Room Section di SMK Akomodasi Perhotelan

Pengaruh Pendekatan Pelatihan Berbasis Kompetensi Terhadap Kemampuan Praktek Making Bed dalam Pembelajaran Room Section di SMK Akomodasi Perhotelan Jurnal FamilyEdu Pengaruh Pendekatan... 91 Vol 1 No.2 Oktober 2015 Pengaruh Pendekatan Pelatihan Berbasis Kompetensi Terhadap Kemampuan Praktek Making Bed dalam Pembelajaran Room Section di SMK Akomodasi

Lebih terperinci

KURIKULUM SMK EDISI 2004

KURIKULUM SMK EDISI 2004 KOMPETENSI KODE DURASI PEMELAJARAN LEVEL KOMPETENSI KUNCI : Menyediakan layanan akomodasi reception : ITHHBFOC03AIS : 304 Jam @ 45 menit A B C D E F G 1 2 1 1 1 1 1 KONDISI KINERJA 1. Unit ini berlaku

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Restoran River Side yang berlokasi di Kawasan Wisata Sungai Musi, Komplek Benteng Kuto Besak, Jalan Rumah

Lebih terperinci

Kompetensi Sumber Daya Manusia Oleh: Indra Mulya, MSE

Kompetensi Sumber Daya Manusia Oleh: Indra Mulya, MSE 1 Kompetensi Sumber Daya Manusia Oleh: Indra Mulya, MSE K ita tentunya sering mendengar pernyataan bahwa Sumber Daya Manusia adalah aset terpenting di dalam perusahaan. Namun demikian pada pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran strategis dalam pembangunan Kota Bandung. Posisi Kota Bandung sebagai pusat bisnis, pemerintahan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Demikian pula pertumbuhan ekonomi di kota

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL PROVINSI PAPUA BARAT 2012 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL PAPUA BARAT 2012 Katalog BPS : 8403001.91 ISSN : 2303-0038 No. Publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata memiliki potensi cukup besar dalam usaha meningkatkan devisa negara. Pariwisata menjadi suatu kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor pariwisata khususnya industri perhotelan di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor pariwisata khususnya industri perhotelan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor pariwisata khususnya industri perhotelan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini beranjak dari penelitian payung yang berjudul Model Link And Match Dengan Pendekatan Competency Based Training Pada Pembelajaran Tata Graha Di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui potensi yang dimiliki oleh manusia, organisasi dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Melalui potensi yang dimiliki oleh manusia, organisasi dapat mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi perusahaan, terutama bila dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Melalui

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU MAPEL/PAKET KEAHLIAN (KG)

KOMPETENSI GURU MAPEL/PAKET KEAHLIAN (KG) KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI GURU SD/SMP/SMA/SMK (KI) KOMPETENSI GURU MAPEL/PAKET KEAHLIAN (KG) INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK) PEDAGOGIK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KEPARIWISATAAN

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KEPARIWISATAAN Kompetensi Keahlian: - Usaha Perjalanan Wisata - Akomodasi Perhotelan KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KEPARIWISATAAN Kompetensi Utama Standar Menguasai karakteristik dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Minat Beli Ulang Hal yang penting bagi perusahaan adalah mempengaruhi pelanggan agar mereka mengambil keputusan untuk membeli produk atau jasa yang disediakan. Pembelian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mathieson, 2006). Pariwisata diyakini menjadi salah satu primadona

BAB I PENDAHULUAN. Mathieson, 2006). Pariwisata diyakini menjadi salah satu primadona BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan ekonomi besar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan sosial. Lebih dari 720 juta wisatawan dunia menghabiskan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK MAKE-UP ROOM OLEH PESERTA DIDIK DI EDOTEL SMK NEGERI 9 BANDUNG

2015 ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK MAKE-UP ROOM OLEH PESERTA DIDIK DI EDOTEL SMK NEGERI 9 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara berkembang yang terus berupaya untuk melaksanakan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupannya. Keberhasilan suatu Negara, dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PEMERINTAH KOTA SAMARINDA Jalan Basuki Rahmat No.78, Gedung Graha Tepian Samarinda 7512 Telp. (0541)739614, Fax. (0541)741286 SMS Center/SMS Pengaduan : 08115843555 Web:www.bpptsp.samarindakota.go.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian payung yang berjudul Pengembangan Model Link And Match dengan Pendekatan Competency Based Training pada Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 28 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 28 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN PELATIHAN KERJA DI LEMBAGA PELATIHAN MILIK PEMERINTAH, SWASTA DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat memberikan nilai kepuasan lebih terhadap pelanggan. Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa

Lebih terperinci

STATISTIK PERHOTELAN PROVINSI PAPUA BARAT Hotel Statistics of Papua Barat Province 2008 BPS Provinsi Papua Barat BPS Statistics of Papua Barat Province STATISTIK PERHOTELAN PROVINSI PAPUA BARAT 2008 Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap perekonominan nasional, serta mempunyai peran penting bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya terdapat sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2008) menunjukkan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2008) menunjukkan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Data dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2008) menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada Juli 2009 mencapai 593,4 ribu orang

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF R. R. ONY ARIYANTI

RINGKASAN EKSEKUTIF R. R. ONY ARIYANTI RINGKASAN EKSEKUTIF R. R. ONY ARIYANTI, 2006. Analisis Kualitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan Propinsi DKI Jakarta. Dibawah bimbingan M. SYAMSUL MA

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

Pedoman Penyusunan TNA

Pedoman Penyusunan TNA BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengembangan pelatihan diperlukan langkah-langkah penyusunan yang harus ditempuh oleh seorang penyusun program pelatihan. Salah satu yang harus ditempuh diantara langkah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu upaya untuk mengembangkan manusia agar menjadi pribadi yang mulia, cerdas, dan mandiri yang dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KEMAMPUAN PRAKTEK MAKING BED DALAM PEMBELAJARAN ROOM SECTION DI SMK AKOMODASI PERHOTELAN

PENGARUH PENDEKATAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KEMAMPUAN PRAKTEK MAKING BED DALAM PEMBELAJARAN ROOM SECTION DI SMK AKOMODASI PERHOTELAN PENGARUH PENDEKATAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KEMAMPUAN PRAKTEK MAKING BED DALAM PEMBELAJARAN ROOM SECTION DI SMK AKOMODASI PERHOTELAN Popy Kusdamayanti 1), Tati Abas 2), Yoyoh Jubaedah 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Sektor ini akan menciptakan banyak peluang kerja terkait

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Sektor ini akan menciptakan banyak peluang kerja terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan. Sektor ini akan menciptakan banyak peluang kerja terkait pada kegiatan pariwisata seperti

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar No. 1939, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Usaha. Hotel. Standar. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA MOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata ini menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata ini menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor yang berkembang relative pesat pada saat ini, bahkan pariwisata telah menjadi industri terbesar di dunia. Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN Etiket dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari sangat berpengaruh terhadap manusia, karena etiket memberikan tingkah laku, kebiasaan, sopan santun,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang terdapat pada bab satu, dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik kebutuhan dan keinginan pelanggan Restoran Ametori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Pendidikan diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagianfront office yang menawarkan fasiltas Hotel.Front

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagianfront office yang menawarkan fasiltas Hotel.Front BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penunjang majunya pariwisata adalah usaha hotel, yaitu sebagai sarana akomodasi bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Agar para wisatawan yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia. Banyak negara yang mulai memunculkan obyek daya tarik wisatanya untuk menarik wisatawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode Evaluasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode Evaluasi BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode Evaluasi Responsif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas jasa yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tentunya tidak lepas dari quality assurance atau penjaminan kualitas terhadap terhadap lulusan yang dihasilkan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KONSEP DAN DEFINISI JASA Keanekaragaman makna dalam hal pemakaian istilah service dijumpai dalam literatur manajemen. Namun demikian, secara garis besar konsep service mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis terbuka. Faktor-faktor dari luar tersebut akan dijadikan suatu input yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis terbuka. Faktor-faktor dari luar tersebut akan dijadikan suatu input yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Hotel adalah suatu organisasi bisnis terbuka seperti halnya organisasi bisnis lainnya, hotel juga memerlukan hal-hal yang juga didatangkan dari luar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis dewasa ini yang tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien artinya dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG Abstrak Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam penciptaan lapangan kerja,

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang terdapat di bab pertama, dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik kebutuhan dan keinginan pelanggan yang dinilai penting

Lebih terperinci

Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall Judul :

Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall Judul : Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall 1998 Judul : High School Graduate Employment Trends and the Skills Graduates Need to Enter Texas Manufacturing Industries John E. De Leon Southwest Texas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hotel Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa hampir di tiap-tiap kota terdapat hotel yang memberikan jasa penginapan berikut service lainnya. Bagi orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, banyak investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk menengah keatas juga bertambah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif kuantitatif. Metode Deskriptif Kuantitatif adalah cara analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif kuantitatif. Metode Deskriptif Kuantitatif adalah cara analisis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe / Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Metode Deskriptif Kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan di dunia pendidikan yang semakin kompleks, menuntut lembaga pendidikan untuk berubah dari model pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran dalam pembangunan nasional, diantaranya sebagai sumber perolehan devisa, menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hotel merupakan salah satu akomodasi yang dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Hotel merupakan salah satu akomodasi yang dapat diklasifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata yang tumbuh di Indonesia berkembang cukup pesat. Wisatawan yang melakukan wisata bukan hanya dari dalam negeri melainkan juga dari mancanegara. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang, usaha ini tentu sangat dipengaruhi oleh manusia yang berkualitas, karenanya

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AKOMODASI PERHOTELAN

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AKOMODASI PERHOTELAN KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AKOMODASI PERHOTELAN Standar Guru (SKG) Inti Guru (KI) Guru Mata Pelajaran 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog Prof. Dr. Irmawati, Psikolog Underlying characteristics of individual that is causally related to criterion referenced effective and/or superior performance in a job or situation Spencer & Spencer Sifat-sifat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang menarik untuk dikunjungi wisatawan mancanegara karena memiliki beragam budaya. Kedatangan wisatawan asing dari luar ke Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Model Kompetensi Menurut Schoonover Associates, kompetensi adalah perilaku atau sekumpulan perilaku yang mengambarkan kinerja yang bagus dalam pekerjaan. Sedangkan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi sumber penghasilan devisa Negara dan menjadi penunjang perkembangan pembangunan Negara. Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peran sektor pariwisata makin penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun kesempatan berusaha. Kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu usaha yang memberikan kontribusi besar bagi negara-negara di seluruh dunia, hal ini dibuktikan dengan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2016

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2016 2016 INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2016 PADA BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KLASTER MENYEDIAKAN JASA VALET

KLASTER MENYEDIAKAN JASA VALET KLASTER MENYEDIAKAN JASA VALET No Kode Unit Judul Unit Kompetensi 1. PAR.HT01.001.01 BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN 2. PAR.HT01.003.01 MENGIKUTI PROSEDUR KESEHATAN, KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara univariant. Penelitian yang bersifat deskriptif mempunyai tujuan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara univariant. Penelitian yang bersifat deskriptif mempunyai tujuan yaitu 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Sifat atau tipe penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif diartikan melukiskan variabel demi variabel satu sama lain yang datanya dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Industri pariwisata saat ini mempunyai peran yang besar dalam membantu meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut terbukti

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dari penelitian ini adalah konsumen Sangkuriang Resto Bandung. Penelitian ini memiliki variabel eksogen (X) yaitu, people, physical

Lebih terperinci

AKOMODASI PERHOTELAN JILID 3

AKOMODASI PERHOTELAN JILID 3 Ni Wayan Suwithi Cecil Erwin Jr. Boham AKOMODASI PERHOTELAN JILID 3 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Jasa merupakan setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud fisik serta tidak menghasilkan kepemilikan atas sesuatu apapun.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pada dasarnya pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang bukan semata-mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa saja, akan tetapi lebih mengarah

Lebih terperinci

STANDAR USAHA RESTORAN. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Ruang Makan dan Minum

STANDAR USAHA RESTORAN. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Ruang Makan dan Minum LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA RESTORAN STANDAR USAHA RESTORAN A. Restoran Bintang 3. I. PRODUK A. Ruang Makan dan

Lebih terperinci