ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)"

Transkripsi

1 ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN AHMAD MUNAWAR. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertnian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA). Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dengan produsen kayu gergajian dan lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah penelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha kayu gergajian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua sampel. Proses tataniaga kayu gergajian dari industri penggergajian kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melibatkan beberapa lembaga tataniaga yakni Distributor, Pedagang Material dan Pedagang Pengecer. Berdasarkan skala usaha terdapat tiga saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen) dan saluran pemasaran III (IPK-Pedagang Pengecer-Konsumen) untuk skala usaha menengah, sedangkan skala usaha kecil dan usaha besar terdapat dua saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material- Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen). Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan, bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK skala usaha kecil Rp ,02 per m 3 bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala usaha menengah

3 sebesar Rp ,15 per m 3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp ,23 per m 3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan. Struktur pasar yang terbentuk berdasarkan skala usaha, struktur pasar yang dihadapi oleh IPK dengan skala usaha kecil cenderung mengarah kepada struktur pasar oligopoli diferensiasi. Sedangkan pada skala menengah struktur pasar cenderung oligopoli diferensiasi dan struktur pasar dengan skala usaha besar cenderung oligopoli diferensiasi. Sistem penentuan harga yang terjadi adalah melalui sistem tawar-menawar serta sistem penentuan harga secara sepihak, dan pada penentuan harga penjualan kedudukan pemilik usaha kayu gergajian sebagai price maker. Harga yang terbentuk merupakan harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Sistem pembayaran harga kayu gergajian yang dilakukan berupa sistem pembayaran tunai, sistem pembayaran uang muka dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran yang berlangsung tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak. Berdasarkan analisis marjin pemasaran, Producer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya, maka skala usaha kayu gergajian menunjukkan hasil yang sama. Pola saluran pemasaran kayu gergajian yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran pemasaran satu. Hal ini dapat dilihat bahwa pola saluran pemasaran kayu gergajian terutama saluran pemasaran satu memiliki volume pemasaran yang paling besar dibandingkan dengan pola saluran pemasaran lain. Pada kondisi saat ini, pengusaha industri kecil, menengah dan besar disarankan untuk mengembangkan tanaman sengon dalam areal milik sendiri mengingat pengadaan bahan baku yang diperoleh dari petani semakin sulit serta kualitas kayu sengon yang beragam mutu dan ukuran hal ini disebabkan pemanenan kayu yang masih muda.

4 ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) AHMAD MUNAWAR H Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor) Nama : Ahmad Munawar Nomor Registrasi Pokok : H Menyetujui : Dosen Pembimbing Ir. Dwi Rachmina, MS NIP Mengetahui : Ketua Departemen Agribisnis Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU GERGAJIAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bnetuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2010 Ahmad Munawar H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Juli 1984, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Putra dari pasangan Bapak H. Madnur (Alm) dan Ibu Hj. Enting (Alm). Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri I Rengas Jajar pada tahun 1991 dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Parungpanjang hingga tahun Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri I Cikupa, Tangerang hingga tahun 2003 dan pada tahun yang sama penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program Diploma III di Institut Pertanian Bogor pada Program Teknologi Benih, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan strata satu (S1) Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor. Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain sebagai anggota Badan Koordinasi Mahasiswa DIII Teknologi Benih (BKMDP) pada tahun , serta aktif di beberapa organisasi kampus seperti Lembaga Studi Islam Mahasiswa Agribisnis (L-Sima Ekstensi Agribisnis). Penulis pernah bekerja di perusahaan kayu di U.D. Iif Afifah dan toko bahan bangunan.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta hidayah-nya, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor). Skripsi ini bertujuan menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan kayu gergajian dan menganaisis sistem tataniaga yang terbentuk terhadap kayu gergajian. Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya. Bogor, April 2010 Ahmad Munawar H

9 UCAPAN TERIMA KASIH Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ir. Dwi Rachmina, MSi. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. 2. Ir. Narni Farmayanti, MS. atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini. 3. Ir. Netty Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini. 4. Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komisi pendidikan pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini. 5. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang pada penulis. 6. Seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis. 7. Saudara-saudaraku seperjuangan di Lembaga Studi Islam Ekstensi Agribisnis (L-sima). Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin. Bogor, April 2010 Penulis

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSATAKA Bahan Baku Kayu Gergajian Proses Produksi Kayu Gergajian Hutan Rakyat Pengelompokan Industri Studi Empiris Mengenai Struktur Biaya Kayu Gergajian Studi Empiris Mengenai Tataniaga Kayu Gergajian Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah III. KERANGKAN PEMIKIRAN Kerangkan Pemikiran Teoritis Konsep Nilai Tambah Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Pemasaran Saluran Pemasaran dan Lembaga Saluran Pemasaran Lembaga Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran Struktur Pasar Perilaku Pasar Efisiensi Pemasaran Marjin Tataniaga Bagian Harga Yang Diterima Produsen (Producer s Share) Rasio Keuntungan dan Biaya Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Penenetuan Responden... 31

11 4.4 Metode Analisis Data Analisis Nilai Tambah Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Analisis Struktur Pasar Analisis Perilaku Pasar Analisis Marjin Pemasaran Analisis Efisiensi Pemasaran Analisis Producer s Share Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya V. GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis dan Potensi Alam Sosial Kemasyarakatan Kondisi Hutan di Kecamatan Cigudeg Keadaan Alam Karakteristik Petani Responden Jumlah Tenaga Kerja Tingkat Pendidikan Usia Responden Gambaran Umum Industri Penggergajian Kayu Penyediaan Bahan Baku Mesin dan Peralatan Proses Produksi Limbah Produk Pemasaran Produk VI. ANALISIS NILAI TAMBAH Analisis Nilai Tambah Penggunaan Tenaga Kerja VII. ANALISIS PEMASARAN Lembaga Pemasaran Analisis Saluran Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran oleh Produsen Kayu Gergajian Fungsi Pemasaran oleh Distributor Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Material Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Eceran Struktur Pasar Jumlah Penjual dan Pembeli Serta Hambatan Keluar Masuk Pasar Keadaan Produk Informasi Pasar Perilaku Pasar Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Produsen Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Distributor... 66

12 7.7.3 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Pedagang Material Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengecer Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Efisiensi Pemasaran Marjin Pemasaran Producer s Share Rasio Keuntungan dan Biaya IX. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN... 84

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Produksi Kayu Berdasarkan Sumber Produksi di Indonesia Tahun Jumlah Produksi Kayu di Jawa Barat Tahun Perkembangan Konsumsi Kayu di Indonesia Tahun Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Bogor Tahun Karakteristik dan Struktur Pemasaran Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Jumlah Wilayah Beserta Luas Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Tahun Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) Tingkat Pendidikan Responden Pengelola Industri Penggergajian Kayu (IPK) Usia Pada Masing-masing Pengelola Industri Penggergajian Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Tahun Ukuran Kayu Berdasarkan Jenis Sortimen Pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) Perhitungan Rata-rata Nilai Tambah Pengelola Industri Penggergajian Kayu (IPK) berdasarkan Kapasitas Produksi dengan Metode Hayami Proporsi Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata Industri Penggergajian Kayu (IPK) Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Dengan Skala Usaha Kecil di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor... 68

14 Nomor Halaman 15. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Dengan Skala Usaha Besar di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Producer s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan SkalaUsaha Kecil Producer s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala Usaha Menengah Producer s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala Usaha Besar Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala Usaha Kecil di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala Usaha Besar di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor... 79

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Proses Terjadinya Marjin dan Nilai Marjin Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional Alur Proses Produksi Kayu Gergajian di Industri Penggergajian Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Skema Saluran Pemasaran Kayu Gergajian di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. 55

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Dokumentasi Lapang Pada Industri Penggergajian Kayu di Kecamatan Cigudeg, Bogor Sifat dan Karakteristik Jenis Sengon Data Industri Berbasis Kayu Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang besar. Salah satu kekayaan alam tersebut berupa hutan tropis. Hutan tersebut merupakan hutan tropis urutan ke dua di dunia setelah hutan amazon di Brazil. Luas hutan Indonesia mencapai 143,57 juta ha. Produksi hutan tanaman mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya sebesar 36,43 persen. Begitu pula halnya dengan produksi hutan alam sebesar 15,27 persen per tahun mengalami fluktuasi yang cenderung masih positif. Namun pada tahun 2008 produksi hutan alam mengalami penurunan sebesar 22,39 persen sementara produksi hutan tanaman justru meningkat sebesar 19,11 persen. Hal ini disebabkan adanya gerakan penanaman pohon oleh pemerintah. Sedangkan luas areal hutan alam mengalami fluktuasi yang cenderung turun walaupun pengingkatan rata-rata per tahun masih positif. Penurunan ini terjadi akibat menurunnya produksi dan harga kayu bulat domestik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Produksi Kayu Bulat di Indonesia Berdasarkan Sumber Produksi Tahun Sumber Produksi Tahun Hutan Alam Hutan Tanaman Volume Pertumbuhan Volume Pertumbuhan (M 3 ) (%) (M 3 ) (%) , , , , , , , ,11 Peningkatan Rata-rata (%) 15,27 36,43 Sumber : Departemen Kehutanan, 2008 (diolah) Juli 2009

18 Hutan menurut Undang-undang No.41 tentang kehutanan tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Selain itu hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang penting di Indonesia terutama karena hasilnya berupa kayu. Di Indonesia peranan sub sektor kehutanan sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup manusia, khususnya dalam penyedia papan yang berkualitas yang berasal dari kayu. Dalam bidang perkayuan terdapat berbagai macam jenis kayu yang dapat dikembangkan diantaranya kayu sengon, kayu afrika, kayu sono keling, kayu akasia dan kayu buah-buahan (kayu kampung). Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Dahulu umumnya kayu hanya dapat diolah dalam bentuk dan fungsi sederhana. Akan tetapi saat ini pemanfaatannya beranekaragam dalam bentuk dan fungsi yang beragam pula. Salah satu produk yang bergerak dibidang pengolahan dan memerlukan pengolahan yang lebih lanjut adalah produk kayu gergajian. Di Indonesia banyak kayu diolah menjadi kayu gergajian salah satunya kayu sengon. Sengon merupakan tanaman hutan rakyat yang telah dikembangkan pemanfaatannya sebagai kayu pertukangan dalam bentuk gergajian yang berkualitas ekspor. Melihat kecenderungan perkembangan ini, pemerintah mencanangkan sengon dikembangkan dalam program HTI (Hutan Tanaman Industri) sebagai kayu komersil. 2

19 Salah satu komoditi yang memberikan sumbangan terbesar ketiga dari lima ekspor produk industri kehutanan dalam penerimaan devisa negara adalah produk kayu gergajian, Departemen Kehutanan (2006) 2. Potensi sektor industri gergajian bila dikembangan dengan baik mampu memberikan kontribusi pada masyarakat dalam hal penyerapan tenaga kerja dan mampu mengangkat perekonomian masyarakat. Adapun jumlah industri pengolahan kayu di jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Produksi Kayu Gergajian di Jawa Barat Tahun Kabupaten Jumlah Produksi Kayu Gergajian (m 3 ) 2007 * 2008 ** Bogor , ,02 Sukabumi , ,90 Cianjur , ,00 Jumlah , ,92 Keterangan : * = Angka Sementara **= Angka Sangat Sementara Sumber : Dinas Kehutanan Jawa Barat, Berdasarkan Tabel 2, pada Tahun 2007 jumlah produksi kayu gergajian yang paling banyak di Jawa Barat adalah Sukabumi sebesar ,89 meter kubik, namun pada Tahun 2008 jumlah produksi kayu gergajian yang paling banyak di Jawa Barat adalah Bogor sebesar ,02 meter kubik. Berdasarkan hal tersebut maka bogor dipilih sebagai tempat penelitian karena dilihat dari prospek yang ada. Salah satu jenis kayu yang sangat diminati dan banyak ditanami masyarakat secara luas adalah kayu sengon, karena sengon termasuk pohon yang cepat tumbuh dan mudah dalam penjualan kayunya. Tanaman sengon merupakan jenis tanaman primadona dan paling dominan ditanam di areal hutan rakyat. Hal ini disamping tanamannya termasuk kedalam jenis tanaman yang tumbuh cepat, juga pemasarannya mudah dan terbuka lebar. Berbagai industri kecil pengolahan kayu sengon untuk berbagai keperluan bermunculan sampai ke pelosok desa Desember Desember

20 yang menyerap semua pasokan kayu sengon dari hutan rakyat. Walaupun kayunya termasuk kayu ringan yang membatasi penggunaannya namun perkembangan teknologi pengolahan hasil memungkinkan deversifikasi penggunaan yang lebih luas antara lain untuk peralatan ringan dan perlengkapan interior dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan baik untuk bahan pulp dan kertas. Kayu sengon mempunyai keunggulan yang baik untuk dikembangkan, sehingga banyak pengusaha kayu gergajian yang menggunakan kayu sengon dalam usahanya. Selain itu dengan semakin meningkatnya kebutuhan kayu baik untuk mebeul maupun rumah tangga mengingat jumlah penduduk Indonesia yang semakin tinggi maka permintaan akan kayu gergajian juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Kayu di Indonesia pada Tahun Jenis Kayu (m3) Tahun Kayu Lapis Pertumbuhan (%) Kayu Gergajian Pertumbuhan (%) , , , , , ,74 Peningkatan rata-rata (%) -10,78 82,03 Sumber : http// konsumsi kayu di indonesia, Berdasarkan Tabel 3, permintaan kayu gergajian mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 permintaan kayu gergajian mengalami peningkatan sebesar 82,03 persen, tetapi jika dibandingkan dengan kayu lapis mengalami penurunan sebesar 10,78 persen. Hal ini disebabkan luas areal hutan alam yang digunakan sebagai bahan baku pada kayu lapis mengalami Deforestasi atau penyusutan lahan karena kerusakan alam dan adanya konversi lahan menjadi perkebunan. Menurut Lisman kayu gergajian termasuk didalamnya kayu sengon, kayu afrika dan kayu kampung. Dengan demikian adanya peningkatan permintaan kayu sengon gergajian menyebabkan industri yang 4 Analisa konsumsi kayu di indonesia. google.com. 24 Januari

21 bergerak dibidang gergajian kayu harus mampu memanfaatkan persediaan kayu dengan cara berproduksi lebih efektif dan efisien mulai dari hulu sampai hilir. Oleh sebab itu industri gergajian mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan baik dalam skala besar, skala menengah maupun skala kecil. Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2006), luas hutan di Jawa Barat sebesar ,48 ha 5. Sejalan dengan program pemerintah bahwa kayu sengon sangat berpotensi untuk dikembangkan di masyarakat dan merupakan salah satu produk kayu hutan rakyat, maka di Kabupaten Bogor tanaman sengon sudah cukup berkembang dan sangat cocok mengingat topografi dan kondisi lahan yang sesuai untuk penanaman pohon sengon. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun 2008 Kecamatan/Desa Kayu-Kayuan (m 3 ) Sengon Jati Luas (ha) Volume (m 3 ) Luas (ha) Volume (m 3 ) Bogor Barat 2.271, ,01 183,56 6,62 Bogor Tengah 476, ,02 240,76 1,06 Bogor Timur 658, ,08 93,75 3,19 Jumlah 3.406, ,11 528,06 10,87 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009 Berdasarkan Tabel 4, luas lahan tanaman sengon yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat sebesar 2.271,32 ha, begitu juga dengan kayu jati sebesar 183,56 ha. Tetapi jika dibandingkan luas tanaman sengon dengan jati di Kecamatan Bogor Barat maka tanaman sengon lebih luas dibandingkan tanaman jati. Oleh sebab itu sengon merupakan areal terluas di Kabupaten Bogor yang mencapai 3.406,94 ha. Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra industri penggergajian kayu yang memproduksi beberapa jenis bahan bangunan seperti papan, kaso, dan balok. Bahan baku tersebut berasal dari hutan tanaman rakyat. Hasil produksi kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg sebagian besar dijual ke sejumlah wilayah sekitar, termasuk ke wilayah Tangerang dan bogor dan Depok. Hal ini dapat dilihat pada Tabel November

22 Tabel 5. Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Bogor Tahun Kecamatan Jumlah Industri Pengolahan Kayu Produksi ratarata per tahun Cigudeg ,09 Leuwisadeng ,92 Leuwiliang ,00 Rumpin ,00 Jumlah ,25 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor (2009) Berdasarkan Tabel 5, jumlah industri pengolahan kayu di Kabupaten Bogor pada tahun yang paling banyak terdapat didaerah Rumpin kemudian didaerah Cigudeg. Dalam penelitian ini daerah yang dipilih adalah Cigudeg karena produksi rata-rata per tahun yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan. Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus meningkat. Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan. Kayu-kayu yang beredar di pasaran sebagian besar berasal dari hutan rakyat. Ketidakseimbangan kecepatan antara pemanenan dan penanaman, menyebabkan pasokan kayu dari hutan rakyat semakin menurun volume maupun mutunya yang mengakibatkan kualitas kayu yang dihasilkan rendah. Dalam menjalankan suatu usaha tidak mudah, terdapat berbagai masalah yang dihadapi yaitu rendahnya kualitas kayu yang dihasilkan atau kurangnya bahan baku yang diperlukan. Hal ini tergantung industri tersebut bagaimana untuk mencapi tujuan usaha yaitu untuk meningkatkan keuntungan. Keberhasilan industri untuk meningkatkan keuntungan dilihat dari kemampuan manajemen menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan mempunyai strategi pemasaran yang baik untuk memasarkan produknya. Industri yang memiliki manajemen produksi dan pemasaran yang baik akan lebih mudah dalam mencapai tujuan. Selain itu adanya diversifikasi olahan produk yaitu dengan mengolah kayu bulat atau gelondongan menjadi balok, kaso dan papan akan meningkatkan nilai tambah usaha yang diikuti dengan peningkatan pendapatan pula. 6

23 1.2. Perumusan Masalah Salah satu produk yang bergerak dibidang pengolahan dan memerlukan pengolahan yang lebih lanjut adalah produk kayu gergajian, perubahan bentuk pada saat pengolahan kayu mengalami rendemen atau konversi sehingga kualitas kayu dan ukuran jenis sortimen kayu yang dihasilkan berbeda. Berdasarkan hal itu, industri produk kayu gergajian merupakan industri penambahan nilai, dengan meningkatnya industri penggergajian kayu maka nilai tambah yang diperoleh masing-masing berbeda. Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor merupakan salah satu tempat industri penggergajian kayu yang memproduksi beberapa jenis bahan bangunan seperti papan, kaso, dan balok. Bahan baku yang digunakan adalah kayu sengon. Kayu yang diolah oleh industri penggergajian di Cigudeg dalam bentuk kayu yang sudah berbentuk balok persegi empat, bukan berupa kayu gelondongan. Hal tersebut mempermudah kegiatan pengolahan dan lebih efisien karena bisa langsung digergaji dan tidak menggunakan waktu yang banyak, sehingga volume produksi juga meningkat. Sedangkan jika menggunakan kayu bulat atau gelondongan yang berasal dari kayu hutan tanaman atau hutan rakyat, ukuran dan mutu kayu yang dihasilkan sangat bervariasi sehingga industri penggergajian kayu (IPK) sering kali merasa kesulitan dalam memilih jenis dan ukuran yang akan digunakan dalam memproduksi kayu olahan dan membutuhkan waktu yang banyak untuk penggergajian kayu sehingga volume produksi yang dihasilkan lebih rendah. Hal tersebut juga akan berdampak pada mutu kayu gergajian yang dihasilkan dan juga harga yang ditawarkan oleh industri kayu gergajian kepada konsumen. Oleh sebab itu adanya usaha pengolahan kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg yang menggunkan bahan baku kayu kotak mampu memberikan peningkatan nilai tambah dari pengolahan kayu. Selain itu kegiatan pemasaran merupakan hal yang sangat penting karena di dalamnya mencakup berbagai kegiatan yang menyebabkan barang bergerak ke pasar atau ke daerah konsumen. Adanya permintaan kayu yang semakin 7

24 meningkat untuk memenuhi kebutuhan perumahan atau properti dan industri menyebabkan perlu dikaji sistem pemasaran kayu gergajian. Selain itu pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian yang dikenal hanya dipasarkan ke toko material, namun sekarang ini banyak tempat-tempat pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian dengan berbagai alternatif pilihan produk. Oleh sebab itu perlu dikaji bagaimana kegiatan pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian di Kecamatan Cigudeg yang efektif dan efisien. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana nilai tambah yang dapat diciptakan dengan adanya usaha pengolahan kayu menjadi produk kayu gergajian? 2. Bagaimana pola saluran pemasaran produk gergajian yang terjadi pada usaha pengolahan kayu gergajian? 3. Bagaimana tingkat efisiensi pada saluran pemasaran kayu gergajian yang terjadi di perusahaan pengolahan kayu gergajian Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah : 1. Menganalisis nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu menjadi produk gergajian. 2. Menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar. 3. Menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya Kegunaan Penelitian 8

25 Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi industri penggergajian kayu untuk mempertimbangkan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang harus diambil dan dilaksanakan yang berkaitan dengan meningkatkan nilai tambah usaha. Selain itu juga dapat berguna bagi penulis sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan yang akan menjadi penyeimbang pada dunia kerja dalam hal memperluas wawasan dan melatih kemandirian. Hasil penelitian ini berguna bagi pembaca sebagai informasi mengenai analisis nilai tambah dan pemasaran kayu gergajian dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. Selain itu juga diharapkan berguna bagi industri penggergajian kayu lainnya dalam memajukan usahanya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada analisis nilai tambah kayu gergajian. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu sengon. Produk yang dihasilkan berupa kaso ukuran 4 cm x 6 cm x 280 cm, balok ukuran 6 cm x 12cm dan papan ukuran 1,8 cm x 18 cm. Alat analisis yang digunakan untuk menghitung nilai tambah yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis nilai tambah dengan metode hayami. Selain itu juga akan dianalisis efisiensi pemasaran kayu gergajian dengan menganalisis marjin pemasaran, farmer s share dan rasio terhadap keuntungan biaya. 9

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian Widarmana (1977) 6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman memiliki diameter besar. Selanjutnya dikatakan pula bahwa makin tinggi kualitas dolok, makin tinggi pula rendemen, volume dan kualitas kayu gergajian yang dapat diperoleh, Kebutuhan bahan baku merupakan faktor yang menentukan dalam suatu industri penggergajian, karena persen dari biaya produksi adalah bahan baku, (Dirjen Kehutanan) 7. Oleh karena itu terjaminnya kebutuhan bahan baku secara kontinu merupakan faktor yang menentukan untuk menjamin kelangsungan hidup industri tersebut. Bahan baku industri penggergajian semakin terbatas dan sulit diperoleh baik dalam jumlah maupun kualitas yang diinginkan, (Rachman, 2000) 8. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menghadapi hal yang demikian, maka industri perkayuan dalam hal ini industri penggergajian kayu harus meningkatkan efisiensinya dengan jalan memaksimumkan pengolahan kayu gergajian Proses Produksi Kayu Gergajian Pengertian industri pengolahan menurut Biro Pusat Statistik (2000) 9 adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, dan atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir. 6 Pengaruh rendemen kayu terhadap produk. google.com 3 September 7 Upaya pemenuhan bahan baku 5 September Tentang kayu oleh Rachman 7 Oktober September 2009

27 Penggergajian merupakan suatu unit usaha yang menggunakan bahan baku kayu, alat utama gergaji, mesin penggerak, serta dilengkapi dengan berbagai alat atau mesin pembantu. Penggergajian merupakan proses pertama yang tarafnya masih sederhana (primary conversion), dalam rentetan industri pengolahan kayu, proses penggergajian merupakan proses terpenting dalam industri pengolahan kayu, karena setelah proses tersebut kayu akan lebih mudah untuk diproses selanjutnya. Industri penggergajian sering juga disebut dalam industri primer hasil hutan karena produk kayu gergajian merupakan produk pertama dalam industri kehutanan. Umunya bahan baku yang digunakan industri penggergajian berasal dari kayu bulat (log) dan balok.gergaji berfungsi membelah dan memotong kayu. Penggergajian dapat pula berfungsi meningkatkan nilai atau kualita kayu dengan cara menghilangkan bagian yang cacat atau membuat sortimen tertentu yang nilainya lebih tinggi Hutan Rakyat Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dihuni dengan ketentuan luas minimum 0,25 Ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 persen dan atau pada tanaman tahuanan perhektar sebanyak minimal 500 tanaman (Departemen Kehutanan, 1998). Hutan rakyat adalah hutan buatan yang terletak di luar kawasan hutan Negara, dalam suatu hamparan dan seringkali disebut hutan milik. Hutan milik adalah hutan yang tumbuh diatas lahan yang dibebani hak milik, jadi hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (Undang-Undang Pokok Kehutanan No. 41 Tahun 1999) Fungsi hutan rakyat untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu dan kebutuhan kayu rakyat mutlak dibutuhkan mengingat permintaan terhadap bahan baku kayu sangat tinggi, sementara hutan milik pemerintah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara keseluruhan. Peranan hutan rakyat dalam kehidupan social ekonomi masyarakat Indonesia, khususnya pulau Jawa cukup penting, mengingat 70 persen konsumsi kayu dipenuhi oleh kayu rakyat. 11

28 2.2. Pengelompokan Industri Skala usaha industri hilir dapat diukur dari banyaknya bahan baku yang diolah persatuan waktu, banyaknya tenaga kerja, besarnya omzet/penjualan, atau teknologi yang digunakan. Keberadaan industri-industri kecil pengolahan kayu rakyat sangat diperlukan guna memenuhi permintaan akan kayu dari masyarakat yang cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan tentang industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut BPS dibagi dalam empat golongan yaitu: 1. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri pengolahan yang mempunyai 1-4 orang 2. Industri kecil, yaitu industri pengolahan yang memiliki pekerja 5-19 orang 3. Industri sedang, yaitu industri pengolahan yang memiliki orang 4. Industri besar, industri pengolahan yang memiliki 100 orang atau lebih Menurut Hayami (1987), corak industri di pedesaan Indonesia dapat dibedakan menurut tempat berlangsungnya pengolahan bahan baku, yaitu: a) dalam rumah tangga (home Processing) yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani penghasil bahan baku, b) dalam bangunan yang menempel atau terpisah dari rumah tempat tinggal tapi dalam masih dalam satu pekarangan, dengan bahan baku yang dibeli dari pasar dan terutama menggunakan tenaga kerja keluarga, c) dalam perusahaan kecil, sedang, atau besar yang menggunakan buruh dan modal yang lebih intensif dibandingkan industri rumah tangga Studi Empiris Mengenai Analisis Biaya dan Harga Pokok Produksi Kayu Gergajian Jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) Penelitian mengenai kayu gergajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur biaya produksi kayu gergajian. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya adalah : Permata (2008) dalam analisis biaya dan harga pokok produksi kayu gergajian (sawn timber) hutan rakyat di CV. Sinar Kayu, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur biaya dan landasan penetapan harga jual produk kayu gergajian 12

29 di CV. Sinar Kayu dan menganalisis perubahan biaya, selisish biaya dan perubahan harga jual terhadap keuntungan CV. Sinar Kayu. Struktur biaya CV. Sinar kayu terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditetapkan diawal proses sebagai standar dan yang dihitung berdasarkan sesungguhnya terjadi. Berdasarkan analisis selisih biaya ditemukan kondisi defisit biaya dimana biaya aktual untuk semua komponen biaya lebih besar dibandingkan dengan biaya standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis selisih biaya ditemukan in-efisiensi terutama pada waktu dasar aktual per unit produk lebih lama dibandingkan dengan waktu dasar standar, sehingga produktifitas per periode waktu lebih rendah. hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktifitas adalah dengan menggunakan bahan baku kayu yang berkualitas bagus. Dengan kualitas kayu yang bagus akan memperpendek waktu dasar per satuan dan menin gkatkan reindemen tersebut. Target keuntungan yang diharapkan oleh CV. Sinar Kayu berdasarkan biaya standar, untuk produk kaso 57 adalah sebesar 74 persen jika dijual secara eceran dan 39 persen jika dijual ke distributor. Sedangkan target keuntungan yang ingin diperoleh CV. Sinar Kayu untuk produk kaso 46 adalah 61 persen jika dijual secara eceran ke konsumen langsungdan sebesar 29 persen jika dijual ke distributor. Perbedaan keuntungan tersebut disebabkan oleh perkiraan biaya standar yang dijadikan sebagai dasar penetapan harga pokok produk lebih kecil dari harga aktual yang sebenarrnya dikeluarkan untuk memproduksi kedua jenis produk tersebut. Dari penelitian yang dilakukan permata, penulis menangkap pesan bahwa penelitian dengan menganalisis biaya dan harga pokok produksi ternyata biaya bahan baku lebih besar dibandingkan dengan struktur biaya lain. Selain itu produk yang dihasilkan bergantung pada kualitas bahan baku kayu bulat dan pengaruh dari keterampilan dan keahlian operator mesin. Meskipun penelitian yang dilakukan permata mengenai kayu gergajian jenis sengon dan berbeda dengan kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana penulis menggunakan alat analisis nilai tambah dengan menggunakan bahan baku kayu balok. 13

30 2.4. Studi Empiris Mengenai Tataniaga Nugraha (2006) dalam analisis sistem tataniaga kayu jenis sengon (Paraserianthes falcataria) dan prospek pengembangannya di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu menganalisis sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon (paraserianthes falcataria) dan prospek pengembangannya. Penelitian yang dilakukan berupa alat analisis kualitatif yaitu dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap keadaan sistem tataniaga yang meliputi analisis marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan biaya. Lembaga tataniaga yang terlibat adalah; petani sengon, tengkulak kayu, pengolah kayu, industri penggergajian kayu (IPK), pedagang penampung dan material. Saluran yang tersedia sebanyak 7 saluran tataniaga yaitu; saluran I (petani, tengkulak, dan pedagang penampung). Saluran II (petani, tengkulak, industri penggergajian kayu, dan material). Saluran III (petani, pengolah, dan pedagang penampung). Saluran IV (petani, pengolah, dan material). Saluran V (petani, industri penggergajian kayu, dan material). Saluran Vi (petani, tengkulak, industri penggergajian kayu, pedagang penampung). Dan yang terakhir saluran VII (petani, tengkulak, dan industri luar daerah). Saluran yang paling banyak digunakan adalah saluran tataniaga I (petani, tengkulak, pedagang penampung) dengan demikian marjin tataniaga tengkulak sebesar persen dan keuntungan sebesar persen, sedangkan farmer s share petani sebesar persen dengan keuntungan sebesar persen. Nilai rata-rata marjin keuntungan terbesar diperoleh pengolah sebesar Rp /m 3, di ikuti oleh industri penggergajian kayu (IPK) sebesar /m 3, kemudian tengkulak sebesar Rp /m 3 dan yang terendah petani sebesar Rp /m 3. Kesimpulan yang diperoleh bahwa sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon belum efisien karena tidak adanya pembagian keuntungan yang merata antara pelaku tataniaga yang terlibat Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah Setyaningsih (2003) dalam analisis nilai tambah industri pengolahan ayam berbumbu di Kota Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 14

31 gambaran dari usaha industri rumah tangga pengolahan ayam berbumbu dan mengetahui berapa besar nilai tambah dari produk olahan ayam berbumbu. Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunan alat transportasi yaitu tidak menggunakan sepeda dan sepeda motor (berjalan kaki) adalah skala kecil. Menggunakan sepeda adalah skala menengah. Menggunakan sepeda motor adalah skala besar. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa melaui pengolahan akan tercapai nilai tambah. Analisis nilai tambah terbesar diperoleh IRT skala besar Rp ,17 per kg bahan baku dan nilai tambah terkecil pada IRT skala kecil sebesar Rp ,91 per kg bahan baku. Kegiatan pengolahan ayam berbumbu pada skala kecil, menengah dan besar merupakan kegiatan pada modal, karena margin keuntungan yang diterima pedagang lebih besar dari pada margin yang didistribusikan untuk tenaga kerja. Berdasarkan beberapa hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, penulis berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian adalah kerangka yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan permata, yaitu dengan menganalisis kayu sengon gergajian. 15

32 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami, et. al. (1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen. Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya perubahanperubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat dan waktu Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Menurut Hayami et. al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami. Kelebihan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian 2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya) 3. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi 4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan

33 Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input. Melalui analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh informasi sebagai berikut : 1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp) 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk. 3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung. 4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah 5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha 6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan presentase keuntungan terhadap nlai tambah 7. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 8. Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) 9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%) 10. Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%) Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja. 17

34 Pemasaran Pemasaran merupakan rangkaian tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk input atau produk mulai dari titik produsen sampai konsumen akhir (Dahl dan Hammond, 1977). Menurut Limbong dan Sitorus (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen. Dalam proses distribusi dapat terjadi kegiatan-kegiatan tertentu untuk menghasilkan perubahan bentuk dari produk untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mempermudah penyalurannya, meningkatkan nilai dan meningkatkan kepuasan konsumen. Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan pemasaran pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian Saluran dan Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran Menurut Kotler (2002) saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap digunakan untuk digunakan atau di konsumsi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pola saluran pemasaran adalah sebagai berikut: 1. Pertimbangan pasar : siapa konsumen rumah tangga atau industri, besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli. 2. Pertimbangan barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan berat barang (mudah rusak atau tidak), sifat teknis (berupa barang standar atau pesanan) dan bagaimana luas produk perusahaan yang bersangkutan. 18

35 3. Pertimbangan dari segi perusahaan meliputi : sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman manajerial, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang diberikan penjual. 4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga perantara, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya. Produsen adalah golongan yang menghasilkan atau produk, disamping sebagai pelaku penjualan yang merupakan salah satu fungsi dari pemasaran. Salah satu bagian dari fungsi pemasaran adalah pedagang perantara yang merupakan badan-badan yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke konsumen melalui aktivitas jual-beli. Mereka yang memberikan jasa atau fasilitas yang memperlancar fungsi pemasaran yang dilakukan produsen atau pedagang perantara adalah pihak bank, usaha pengangkutan, dan sebaginya yang dikategorikan ke dalam lembaga pemberi jasa Lembaga Pemasaran Pendekatan lembaga pemasaran adalah suatu pendekatan yang mempelajari berbagai macam lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Lembaga-lembaga ini melakukan tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke konsumen, bagaimana fungsi tersebut dapat dilaksanakan dan komoditi apa yang ditanganinya. Lembagalembaga pemasaran terdiri dari : 1. Pedagang perantara yang terdiri dari pengecer dan pedagang besar. Pengecer membeli produk untuk dijual kembali kepada konsumen, sehingga pengecer ini tidak banyak mengeluarkan biaya, baik untuk pengangkutan ataupun untuk penyimpanan. Pedagang besar membeli produk dari petani untuk dijual kepada pedagang pengecer, dengan begitu pedagang besar mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan penyimpanan. 2. Agen perantara, menjual jasa dalam proses pekerjaannya, mencari penjual dan pembeli dan mempertemukannya. Agen perantara ini dibagi menjadi dua yaitu pencari komisi dan brokers. Pencari komisi dalam proses pekerjaannya mencari penjual dan melakukan penangananterhadap produk tersebut yang 19

36 kemudian mencari pembeli. Pencari komisis ini mengeluarkan biaya untuk pekerjaanya. Broker dalam pekerjaanya tidak melakukan penanganan terhadap produk yang dijual, hanya untuk mempertemukan penjual dan pembeli saja. 3. Perantara spekulatif, melakukan spekulasi harga dengan mempertimbangkan waktu untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. 4. Pengolahan dan pabrikan (Processor and manufactures), adalah kelompok bisnis yang aktivitasnya menangani produk dan merubah bentuk yaitu bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau produk akhir 5. Organisasi fasilitas,merupakan lembaga yang menbantu memperlancar aktivitas pemasaran. Dengan mengetahui saluran pemasaran suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat Fungsi-fungsi Pemasaran Pendekatan fungsi menurut Kohl dan Uhl (1985) adalah suatu pendekatan yang mempelajari bagaimana sistem pemasaran dilakukan. Pendekatan ini untuk menganalisis dan mempelajari berbagai gejala dalam proses pemasaran untuk beberapa aspek fungsional pokok, sehingga seluruh proses pemasaran dapar memberikan gambaran yang ringkas dan lengkap. Fungsi tersebut terdiri dari : 1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari komoditas yang dipasarkan. Fungsi pertukaran dari fungsi penjualan terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Pembelian merupakan kegiatan melakukan penetapan jumlah dan kualitas barang, mencari sumber barang, menetapkan harga, dan syarat-syarat pembelian. Kegiatan penjualan diikuti mencari pasar, menetapkan jumlah, kualitas serta menentukan saluran pemasaran yang paling sesuai. 2. Fungsi fisik adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegunaan bentuk, tempat dan waktu. Fungsi fisik meliputi (a) pengolahan, untuk komoditi pertanian, kegiatan yang dilakukan merubah bentuk melalui proses yang 20

37 diinginkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan, kepuasan, dan merupakan usaha untuk memperluas pasar dari komoditi asal, (b) penyimpanan, untuk membuat komoditi selalu tersedia pada saat konsumen menginginkannya, dan (c) pengangkutan, pemindahan, melakukan kegiatan membuat komoditi selalu tersedia pada tempat tertentu yang diinginkan. 3. Fungsi fasilitas adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang mencakup semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan fungsi grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Fungsi standarisasi dan grading mempermudah pembelian barang, mempermudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan memperluas pasar. Fungsi penangguhan resiko dengan menerima kemungkinan kehilangan dalam proses pemasaran yang disebabkan resiko fisik dan resiko pasar. Fungsi pembayaran adalah kegiatan pembayaran dalam bentuk uang untuk memperlancar proses pemasaran. Informasi pasar dengan mengumpulkan interpretasi dari sejumlah data sehingga proses pemasaran menjadi sempurna Struktur Pasar Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan mengenai jumlah perusahaan dalam suatu pasar, deskripsi dan diferensiasi produk serta syarat-syarat kemudahan memasuki pasar serta informasi pasar. Struktur pasar mempengaruhi efektivitas pasar dalam realitas sehari-hari yang diukur dengan variabel-variabel seperti harga, biaya dan jumlah produksi. Empat faktor penentu dari karakteristik struktur pasar : 1. Jumlah atau ukuran perusahaan 2. Kondisi atau keadaan produk 3. Kondisi keluar masuk pasar 4. Tingkat pengetahuan yang dimiliki partisipan dalam pemasaran. Pasar tidak bersaing sempurna dapat dilihat dari dua sisi yaitu produsen dan konsumen. Dilihat dari sisis produsen terdiri atas pasar persaingan monpolistik, monopoli, duopoli, dan oligopoli, sedangkan dari sisi pembeli 21

38 (konsumen) terdiri atas persaingangan monoplistik, monopsoni, dan oligopsoni (Dahl dan Hammond, 1977) karakteristik masing-masingstruktur pasar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 6. Karakteristik dan Struktur Pemasaran Hasil Pertanian No Karakteristik Struktur Pasar Jumlah Perusahaan Sifat Produk Dari Sudut Penjual Dari Sudut Pembeli 1 Banyak Standar/homogen Persaingan murni Persaingan murni 2 Banyak Diferensiasi Persaingan monopolistik Persaingan monopolistik 3 Sedikit Standar Oligopoli murni Oligopsoni murni 4 Sedikit Diferensiasi Oligopoli diferensial Oligopsoni 5 Satu Unik Diferensiasi monopoli Sumber: Dahl dan Hammond, Perilaku Pasar diferensiasi Monopsoni Perilaku pasar adalah suatu pola atau tingkah laku dari lembagalembagatataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar, lembaga-lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentukbentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut ( Dahl dan Hammond, 1997). Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga serta kerjasama antara lembagalembaga pemasaran yang ada. Perilaku pasar adalah pola tindak lanjut pedagang beradaptasi dan mengantisipasi setiap keadaan pasar. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam struktur pasar yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga dan strategi pemasaran. Perilaku pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitasi pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut. Perilaku pasar sering juga disebut sebagai saluran tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar tempat lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Perilaku suatu pemasaran 22

39 akan sangat jelas terlihat pada saat beroperasi, misalnya pada saat penentuan harga, lokasi, promosi, penjualan, pembelian dan strategi pemasaran Hammond dan Dahl (1977), keragaan pasar adalah akibat dari struktur dan perilaku pasar yang dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari : 1. Harga dan penyebaran di tingkat produsen dan konsumen 2. Marjin pasar dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran Efisiensi Pemasaran Menurut Kohl dan Uhl (1985), efisiensi merupakan patokan yang paling sering digunakan dalam meneliti kinerja pemasaran. Kinerja pemasaran adalah bagaimana suatu sistem pemasaran dijalankan dan apa yang diharapkan oleh lembaga-lembaga atau pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Meningkatkan efisiensi adalah salah satu tujuan umumdari petani, lembaga pemasaran dan konsumen. Efisiensi yang tinggi menggambarkan kinerja pemasaran yang baik sedangkan efisiensi yang rendah berarti sebaliknya. Ada dua ukuran yang dipakai untuk mengukur efisiensi pemasaran : 1. Efisiensi Operasional, Efisiensi yang terjadi bila mengalirnya produk dari produsen ke konsumen, atau jika rasio input-output maksimal. Efisiensi ini menekankan pada minimisasi biaya untuk melakukan fungsi pemasaran 2. Efisiensi harga adalah suatu kondisi apabila masing-masing partisipan dalam sistem pemasaran responsif terhadap harga yang terjadi. Efisiensi ini menekankan pada harga antar berbagai tingkat lembaga pemasaran dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan oleh perubahan tempat, waktu atau bentuk komoditas. Melalui efisiensi harga dapat dilihat integrasi pasar, yaitu seberapa jauh harga komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya. Untuk melihat efisiensi pemasaran dapat digunakan kedua pendekatan tersebut atau menggunakan salah satu macam pendekatan. Ukuran efisiensi operasional dicerminkan oleh biaya pemasaran dan marjin pemasaran. Efisiensi 23

40 harga dicerminkan oleh hubungan harga jual produk sebagai adanya pergerakan produk tersebut dari pasar yang satu ke pasar yang lainnya Margin Tataniaga Marjin pemasaran dapat didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Tetapi dapat juga marjin pemasaran ini dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Dahl dan Hammond (1977) Mendefinisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan harga pada tiap tingkatan yang berbeda dari suatu sistem pemasaran. Biaya pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran suatu komoditi dalam proses penyampaian komoditi tersebut mulai dari produsen sampai konsumen. Setiap lembaga pemasaran yang mau melibatkan diri dalam suatu sistem pemasaran tertentu pada dasarnya mempunyai motivasi atau tujuan untuk mencari atau memperoleh keuntungan dari pengorbanan yang diberikan. Adanya perbedaan kegiatan dari setaip lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran berbeda-beda antara satu komoditas hasil pertanian dengan komoditas lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jasa-jasa yang diberikan pada berbagai komoditas mulai dari petani sampai ke tingkat pengecer maupun konsumen akhir. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ketingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga ditingkat konsumen. Secara grafik marjin pemasaran dapat digambarkan pada Gambar 2. sebagai berikut : 24

41 P Sr Sf Pr (Pr-Pf) Pf Vm= (Pr-Pf Dr Df Q Gambar 1. Proses Terjadinya Marjin dan Nilai marjin Pemasaran. (Sumber : Hammond dan Dahl, 1977) Keterangan : P f : Harga di tingkat produsen Pr: Harga di tingkat konsumen Dr: Kurva permintaan konsumen D f : Kurva permintaan produsen S f : Kurva penawaran produsen Sr: Kurva penawaran konsumen Qr,f: Jumlah keseimbangan di tingkat produsen dan konsumen (Pr-P f ): Marjin pemasaran (Pr-P f ) Qr.f: Jumlah Keseimbangan ditingkat petani dan pengecer Besarnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (Producer s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Producer s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen akhir. Qr.f Bagian Harga yang Diterima Produsen (Producer s Share) Suatu proses pemasaran dikatakan berjalan dengan efisien apabila tercipta kepuasan bagi semua pihak, yaitu produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran yang menghubungkan antara keduanya. Adanya efisiensi dalam pemasaran akan menyebabkan pengurangan biaya-biaya pemasaran, sehingga memperkecil 25

42 perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen. Penanganan terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga (marjin) antara konsumen dan produsen. Analisis tentang producer s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Producer s share dirumuskan sebagai berikut: Ps=Pp/Pk x 100% Keterangan : Ps = Producer s Share Pp = Harga di tingkat produsen Pk = Harga di tingkat konsumen Saluran pemasaran yang tidak efisien akan memberikan marjin dan biaya pemasaran yang lebih besar. Biaya pemasaran ini biasanya dibebankan kepada petani melalui harga beli, sehingga harga yang diterima petani lebih rendah. Biaya pemasaran yang tinggi menyebabkan besarnya perbedaan harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan konsumen sehingga akan menurunkan nilai pangsa pasar. Sebaliknya pada saluran pemasaran yang efektif dan efisien, marjin dan biaya pemasaran menjadi lebih rendah sehingga perbedaan harga petani dengan konsumen lebih kecil dan nilai pangsa pasar akan meningkat Rasio Keuntungan dan Biaya Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya, dengan demikian meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya serta marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui 26

43 penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut Li Rasio keuntungan biaya (R/C) = C Keterangan : Li : keuntungan lembaga pemasaran Ci : biaya pemasaran i 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ini diawali dengan meninjau masalah-masalah yang terkait dengan berkembangnya industri penggergajian kayu di lokasi penelitian. Kayu hutan tanaman rakyat merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan oleh industri penggergajian kayu yang digunakan untuk pembuatan produk kayu gergajian, serta berbagai macam jenis kebutuhan kayu lainnya. Kebutuhan kayu akan terus meningkat seiring dengan maraknya pembangunan perumahan di Indonesia, mengakibatkan permintaan akan produk olahan kayu seperti produk kaso dan lainnya mengalami peningkatan. Namun kebutuhan dan permintaan yang meningkat tersebut masih memiliki kendala dalam hal ketidakkonsistenan jumlah pasokan, mutu maupun ukuran produk sehingga mempengaruhi jalannya kegiatan produksi perusahaan. Salah satu bahan baku yang digunakan untuk industri penggergajian kayu di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor yaitu kayu jenis sengon (Paraserianthes falcataria). Alasannya karena mengingat harga kayu sengon murah dan sangat cocok mengingat topografi dan kondisi lahan yang sesuai untuk penanaman pohon sengon. Sengon merupakan areal terluas di Kabupaten Bogor yang mencapai 3.406,94 ha. Sedangkan luas areal tanaman muda dan siap tebang mencapai 4.539,80 ha dan di perkiraan potensi kayu bulat sebesar ,60 m 3, Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menghasilkan produk yang memiliki bentuk yang lebih baik diantaranya produk yang yang layak digunakan dan kemudahan dalam distribusi dan pemasaran, dan peningkatan pendapatan melalui nilai tambah. Perusahaan melakukan serangkaian kegiatan seperti pengadaan bahan baku, produksi atau pengolahan, dan pemasaran. Ketiga kegiatan ini saling berkaitan. 27

44 Adanya permintaan kayu yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan perumahan atau properti dan industri mengakibatkan kegiatan yang bergerak dibidang pengolahan kayu gergajian tidak sebanding dengan penawaran ketersediaan bahan baku. Proses pemasaran produk kayu gergajian yang dihasilkan oleh industri penggergajian kayu di Kecamatan Cigudeg adalah konsumen atau pedagang langsung mendatangi lokasi pengolahan, sehingga produsen kayu gergajian tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Pendekatan yang dilakukan untuk menjawab efisiensi tataniaga dapat diukur melalui efisiensi operasional dengan analisis secara kuantitatif seperti nilai margin tataniaga, Producer s share, rasio keuntungan dan biaya. Efisiensi operasional bertujuan untuk melihat biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar tataniaga yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik dann fasilitas. 28

45 Ketersediaan bahan baku Kualitas dan ukuran kayu Kurangnya Akses pasar Perusahaan Penggergajian Kayu di Kecamatan Cigudeg, Bogor Analisis Nilai Tambah -Besarnya Nilai Tambah -Nilai Output -Keuntungan -Imbalan Tenaga Kerja Analisis Pemasaran Kayu Gergajian (sengon) Analisis Kualitatif Saluran dan Lembaga Pemasaran Struktur dan Perilaku Pasar Analisis Kuantitatif Marjin Pemasaran Producer s Share Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran Pemasaran yang Efisien Rekomendasi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 29

46 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cigudeg merupakan salah satu sentra produksi kayu gergajian yang memiliki jumlah produksi kayu gergajian lebih tinggi serta tersebarnya industri gergajian kayu yang berada di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pelaksanaan kegiatan penelitian terhitung dari bulan Januari 2009 hingga Februari Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara sekaligus pengisian kuisioner dengan produsen kayu gergajian dan lembaga lembaga pemasaran yang ada. Data primer yang diperoleh dari produsen kayu gergajian adalah mengenai jumlah produksi, biaya produksi, bahan baku, dan upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkan data primer yang diperoleh dari lembaga pemasaran mencakup biaya-biaya yang harus dikeluarkan, harga beli, dan harga jual. Responden adalah produsen kayu gergajian, distributor, pedagang besar/material dan pedagang pengecer (lembaga pemasaran). Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah penelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha kayu gergajian. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik kabupaten Bogor, tinjauan pustaka atau berbagai macam literatur pendukung atau beberapa model penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan kegiatan penelitian ini.

47 4.3. Teknik Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan secara sengaja (Sensus sampling) dengan melakukan penelusuran ke beberapa produsen kayu gergajian dan beberapa saluran lembaga pemasaran. Penelusuran awal dilakukan pada pemilik usaha kayu gergajian dengan mengkategorikan skala usaha berdasarkan kapasitas produksi mesin. Untuk skala usaha kecil ada sebanyak delapan responden, sedangkan untuk skala menengah ada sebanyak tiga responden dan untuk skala besar ada sebanyak dua responden. Jumlah responden pada produsen kayu gergajian sebanyak 13 responden. Sedangkan pada lembaga pemasaran ada sebanyak enam jenis responden yang diambil yakni : produsen kayu gergajian sebanyak 13 pengelola, distributor sebanyak dua orang yang berasal dari Kecamatan Cigudeg, pedagang material sebanyak dua orang, dan pedagang pengecer sebanyak satu orang. 4.4 Metode Analisa data Penelitian ini menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Analisis nilai tambah dilakukan untuk menghitung nilai tambah pengolahan kayu gergajian, nilai output, keuntungan dan imbalan tenaga kerja. Sedangkan analisis pemasaran dengan menggunakan alat analisis kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk analisis marjin pemasaran, Producer s Share, rasio keuntungan dan biaya Analisis Nilai Tambah Kegiatan pengolahan kayu balok menjadi kayu olahan atau yang berubah bentuk, mengakibatkan bertambahnya nilai komoditas tersebut. Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah pengolahan bahan baku digunakan metode nilai tambah Hayami, yang ditunjukkan pada Tabel 5. 31

48 Tabel 7. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami No. Variabel Nilai Output, Input dan Harga 1. Output (m 3 /bulan) A 2. Bahan baku (m 3 /bulan) B 3. Tenaga kerja (HOK/bulan) C 4. Faktor konversi D = A/B 5. Koefisien tenaga kerja E = C/B 6. Harga Output F 7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) G Pendapatan dan Keuntungan (Rp/m 3 ) 8. Harga bahan baku H 9. Sumbangan input lain I 10. Nilai output J = D x F 11 a. Nilai tambah K = J-I-H b. Rasio nilai tambah L% = (K/J) x 100% 12 a. Imbalan tenaga kerja M = E x G b. Bagian tenaga kerja N% = (M/K) x 100% 13 a. Keuntungan O = K - M b. Tingkat keuntungan P% = (O/K) x 100% Balas jasa dari masing-masing faktor produksi 17 Marjin Q%= (J-H) x 100% a. Imbalan tenaga kerja R%= (M-Q) x 100% b. Sumbangan input lain S%= (I-Q) x 100% c. Keuntungan T%= (O-Q) x 100% Sumber: Hayami, Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses menyampaikan produk dari produsen kepada konsumen. Analisis saluran pemasaran kayu sengon di Kecamatan Cigudeg ini dapat dilakukan dengan mengamati lembaga-lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Pengamatan dan analisis dilakukan mulai dari petani produsen samapi ke pedagang pengecer. Perbedaan saluran pemasaran yang dilalui oleh jenis barang akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, baik fungsi pertukaran, fungsi fisik maupun fungsi fasilitas. 32

49 Analisis Struktur Pasar Analisis struktur pasar ditujukan untuk mengetahui kondisi persaingan diantara produsen dan konsumen kayu yang terdapat di wilayah penelitian. Struktur pasar dapat diketahui dengan melihat jumlah pembeli dan penjual, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi atau kedaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar serta informasi perubahan harga pasar Analisis Perilaku Pasar Perilaku pasar diasumsikan bagaimana pelaku pasar, yaitu petani, lembaga tataniaga dan konsumen menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Tingkah laku pasar dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh pelaku pasar, sistem penetuan dan pembayaran harga, serta kerjasama diantara lembaga pemasaran Analisis Marjin Pemasaran Tingkat efisiensi suatu pemasaran dapat dilihat dari penyebaran marjin pemasaran, pangsa pasar serta rasio terhadap keuntungan dan biaya. Melalui marjin pemasaran dapat diketahui besarnya biaya dan keuntungan dalam pemasaran tersebut. Bersamaan dengan penelusuran pemasaran diharapkan dapat diperoleh informasi tentang marjin pemasaran pada tiap lembaga pemasaran. Perhitungan marjin pemasaran dieroleh dari selisih harga di satu titik rantai pemasaran dengan harga di titik lainnya. Selain itu, besarnya nilai marjin pemasaran juga dapat diperoleh penjumlahan biaya dan keuntungan pada masingmasing lembaga pemasaran. Secara matematik akan diperoleh perhitungan sebagai berikut: M 1 = P i P i-1. (1) M i = B i + i...(2) Dengan demikian, P i - P i-1 = B i + Maka besarnya marjin pemasaran dengan menggunakan (1) dan (2) adalah sebagai berikut: 33

50 M i = M i (3) Dengan demikian keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke-i adalah: = P i P i-1 + B i.. (4) Keterangan: M i P i = marjin pada lembaga pemasaran ke-i = harga penjualan pada lembaga pemasaran ke-i P i-1 = harga penjualan pada lembaga pemasaran ke-i atau harga pembelian pada lembaga pemasaran ke-i B i = biaya pemasaran pada lembaga pemasaran ke-i µ = keuntungan yang diperoleh pada lembaga pemasaran ke-i m i = total marjin pemasaran Dalam pasar persaingan sempurna, perjalanan suatu produk selalu melibatkan banyak lembaga tataniaga sehingga marjin pemasaran total yang terjadi merupakan penjumlahan marjin pemasaran dari setiap lembaga pemasaran Analisis Efisiensi Pemasaran Analisis efisiensi pemasaran dilakukan dengan cara menilai sistem pemasaran kayu akasia di tempat penelitian berdasarkan kriteria yang telah umum digunakan. Kohl, dan Uhl (1985), menjelaskan kriteria yang digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah berdasarkan dua pendekatan yaitu melalui efisiensi operasional dan efisensi harga. Efisiensi operasional menekankan pada keterkaitan harga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen akibat perubahan tempat, bentuk dan waktu yang diukur melalui keterpaduan pasar yang terjadi akibat pergerakan komoditas dari satu pasar ke pasar lainnya. Sedangkan efisiensi harga menekankan kepada kemampuan meminimumkan biaya yang dipergunakan untuk menggerakan komodiats dari produsen kepada konsumen atau kemampuan meminimumkan biaya untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemasaran. 34

51 Analisis Producer s Share Pendapatan yang diterima produsen merupakan perbandingan persentase harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayar di tingkat konsumen akhir. Secara matematis produsen dihitung sebagai berikut: Ps=Pp/Pk x 100% Keterangan : Ps = Producer s Share Pp = Harga di tingkat produsen Pk = Harga di tingkat konsumen Semakin mahal konsumen membayar harga yang ditawarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang), maka bagian yang diterima oleh produsen akan semakin sedikit, karena produsen menjual komoditas pertanian dengan harga yang relatif rendah. Hal ini memperlihatkan adanya hubungan negatif antara margin pemasaran dengan bagian yang diterima produsen. Semakin besar margin maka penerimaan produsen relatif kecil Analisis Rasio Kentungan dan Biaya Rasio keuntungan dan biaya (analisis L/C Ratio) adalah persentase keuntungan pemasaran terhadap biaya tataniaga yang secara teknis (operasional) untuk mengetahui tingkat efisiensinya. Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio keuntungan biaya (R/C) = L C Keterangan : Li : keuntungan lembaga pemasaran Ci : biaya pemasaran

52 V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG 5.1. Kondisi Geografis dan Potensi Alam Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat. Daerah ini memiliki potensi lahan yang sangat baik untuk budidaya dan pengembangan kawasan hutan rakyat. Jumlah wilayah yang masuk dalam Kecamatan Cigudeg yaitu terdiri dari 15 Desa. Tabel 8. Jumlah Wilayah Beserta Luas Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Tahun 2008 No Nama Daerah Luas Km 2 1 Sukaraksa 6,11 2 Sukamaju 6,24 3 Cigudeg 9,48 4 Banyu Resmi 7,99 5 Wargajaya 7,22 6 Bunar 5,91 7 Mekarjaya 7,49 8 Cintamanik 23,59 9 Banyu Wangi 9,05 10 Banyu Asih 9,29 11 Tegalega Batu Jajar 6,66 13 Rengas Jajar 11,64 14 Bangun Jaya 11,62 15 Argapura 23,60 Jumlah 152,78 Sumber : Kantor Kecamatan Cigudeg Kecamatan Cigudeg termasuk kedalam wilayah Kabupaten Bogor yang memiliki luas wilayah 152, 78 Km 2 dan mencakup 15 desa yang terdiri dari Desa Sukarasa, Sukamaju, Cigudeg, Banyu Resmi, Wargajaya, Bunar, Mekarjaya, Cintamanik, Banyuwangi, Banyu Asih, Tegalega, Batu Jajar, Rengas Jajar, Bangunjaya, dan Argapura. Untuk mencapai wilayah Kecamatan Cigudeg dari pusat Kota Bogor dapat ditempuh dengan memakai kendaraan angkot maupun kendaraan bus dan ojek dengan jarak tempuh 30 Km (± 2 jam). Secara administratif, batas-batas Kecamatan Cigudeg adalah sebagai berikut:

53 Sebelah Timur : Kecamatan Parungpanjang dan Kecamatan Rumpin Sebelah Utara : Kecamatan Leuwisadeng dan Kecamatan Leuwiliang Sebelah Selatan : Kecamatan Jasinga dan Tenjo Sebelah Barat : Kecamatan Sukajaya Secara umum iklim di Kabupaten Bogor termasuk golongan C dan D berdasarkan Schmith dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata 1800 mm/tahun dengan kisaran suhu antara 21 0 C 29 0 C dengan pengecualian utuk daerah pegunungan yang mempunyai batas bawah suhu lebih rendah sepanjang tahun yaitu sekitar 19 C dengan kelembaban persen Sosial Kemasyarakatan Masyarakat Kecamatan Cigudeg mayoritas bekerja di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Sedangkan sisanya bekerja sebagai buruh, pegawai negeri, wiraswasta, ABRI dan lain-lain. Sebagian besar penduduk Kecamatan Cigudeg memiliki tanah berupa lahan basah (pesawahan) maupun lahan kering (ladang dan kebun). Namun ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan ladang atau kebunnya untuk ditanami pohon akasia atau sengon. Sarana transportasi yang terdapat di Kecamatan Cigudeg adalah jalan raya beraspal yang menghubungkan dengan ibu kota kecamatan serta beberapa jalan berbatu hingga jalan tanah yang menghubungkan antar desa dan bagian dalam desa. Sedangkan jenis sarana transportasi yang dimanfaatkan terdiri dari angkutan kota, ojeg sepeda motor serta mobil pick up untuk angkutan barang. Akses ke pusat kota cukup mudah, sebab angkutan berupa mobil angkot tersedia sepanjang hari. Untuk sarana pendidikan terdiri dari gedung TK (Taman Kanak-Kanak), gedung SD (Sekolah Dasar), Gedung SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) serta sarana dan prasarana umum lainnya seperti posyandu, tempat ibadah dan sarana olahraga Kondisi Hutan di Kecamatan Cigudeg Pengelolaan hutan di Kecamatan Cigudeg dapat di bagi menjadi dua kelompok yaitu hutan rakyat dan hutan tanaman industri, untuk kelompok pertama hutan tanaman rakyat yang dikelola oleh masyarakat sekitar berupa hutan Akasia mangium, sengon dan campuran, sedangkan kelompok yang kedua 37

54 termasuk kategori hutan tanaman industri yang dikelola oleh Perum Perhutani berupa hutan akasia mangium. Sebagian besar perusahaan penggergajian kayu menggunakan hutan tanaman rakyat yang dikelola oleh masyarakat. Adapun jenis bahan baku yang banyak digunakan pada perusahaan penggergajian kayu adalah kayu jenis putih-putihan yaitu sengon atau jingjing yang berasal dari hutan rakyat di daerah bogor barat Keadaan Alam Kecamatan Cigudeg memiliki temperature 28 0 C-33 0 C, kelembaban udara rata-rata 80 persen, kecepatan angina rata-rata 3,2 knot, jumlah curah hujan m/tahun dan jumlah hari hujan sebanyak 209 hari/tahun. Penyinaran matahari rata-rata 51,2 persen. Jenis tanah yang ada di wilayah penelitian yaitu tanah dengan jenis latosol merah dan latosol cokelat kemerahan. Kualitas tanah di Wilayah Kecamatan Cigudeg cukup bervariasi dan cenderung memiliki nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Kondisi kemiringan lerengnya yang cukup tinggi dan berbukit-bukit yang cocok untuk tanaman hutan Karakteristik Produsen Kayu Gergajian Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan oleh masing-masing industri penggergajian kayu (IPK) diambil dari luar keluarga. Sebagian besar IPK skala usaha kecil (100 persen), menggunakan tenaga kerja sebanyak lima orang sedangkan IPK skala usaha menengah (100 persen), menggunakan tenaga kerja sebanyak empat orang, dan IPK skala usaha besar (100 persen),yang menggunakan tenaga kerja sebanyak lima orang. Adapaun perbedaan jumlah tenaga kerja disebabkan oleh kapasitas produksi yang dihasilkan atau jumlah mesin yang digunakan dalam proses pengolahan kayu gergajian. Untuk IPK skala usaha kecil hanya menggunakan satu mesin saja, sedangkan IPK skala usaha menengah menggunakan dua mesin, dan IPK skala usaha besar menggunakan lebih dari dua mesin. Jumlah tenaga kerja menggambarkan produktivitas dalam memproduksi produk dalam jumlah satusatuan. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada masing-masing industri penggergajian kayu (IPK) dapat dilihat pada Tabel 7. 38

55 Tabel 9. Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengelola Industri Penggergajian Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Bogor, Tahun 2009 Jumlah tenaga kerja (orang) Skala Usaha Kecil Skala Usaha Menengah Skala Usaha Besar Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah Usia Responden Faktor usia sangat mempengaruhi produktivitas kerja seorang pengusaha kayu gergajian. Pemilik usaha yang berumur relatif lebih muda biasanya lebih dinamis, memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dan lebih berani dalam mengambil resiko. Pemilik usaha yang lebih tua biasanya mempunyai pengalaman dalam berwirausaha dalam menjalankan bisnis dan biasanya lebih baik dalam melakukan analisis tentang produksi. Tabel 11. Usia Pada Masing-Masing Industri Penggergajian Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Bogor, Tahun 2009 Usia (Tahun) Skala Usaha Kecil Skala Usaha Menengah Skala Usaha Besar Jumlah % Jumlah % Jumlah % , , Jumlah Sebagian besar pengelola usaha kayu gergajian di 13 industri penggergajian kayu (IPK) berada pada usia produktif yaitu berkisar antara 20 sampai dengan 45 tahun. Pengelola industri penggergajian kayu (IPK) pada skala usaha kecil yang berusia produktif (20-45 tahun) sebanyak 75 persen, dan yang berusia diatas 45 tahun sebanyak 25 persen, sedangkan pemilik IPK pada skala usaha menengah yang berusia produktif (20-45 tahun) sebanyak 66,67 persen,dan yang berusia diatas 45 tahun sebanyak 33,33 persen,sedangkan pada IPK skala 39

56 usaha besar yang berusia produktif (20-45 tahun) sama banyaknyayang berusia diatas 45 tahun masing-masing sebesar 50 persen. Sebaran usia pada masingmasing industri penggergajian kayu dapat dilihat pada Tabel Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengelola IPK telah menyelesaikan pendidikan tingkat SD. Pengelola IPK dengan skala usaha kecil yang hanya tamat SD sama banyaknya dengan lulusan SMA sebanyak 25 persen, sisanya tamatan SMP dan Perguruan Tinggi (PT) masing-masing sebanyak 37,5 persen dan 12,5 persen, sedangkan pengelola IPK dengan skala usaha menengah yang hanya tamat SD sebanyak 33,33 persen dan SMA sebanyak 66,67 persen. Pengelola IPK dengan skala usaha besar yang hanya tamat SD sebanyak 50 persen dan SMP sebanyak 50 persen. Tingkat pendidikan yang baik merupakan salah satu faktor penting yang akan mempermudah pemilik usaha khususnya dalam penerimaan informasi teknologi pengembangan produksi kayu gergajian ini. Tabel 10. Tingkat Pendidikan Pengelola Industri Penggergajian Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Bogor, Tahun 2009 Pendidikan Skala Usaha Kecil Skala Usaha Menengah Skala Usaha Besar Jumlah % Jumlah % Jumlah % SD , SMP 3 37, SMA , PT 1 12, Jumlah Gambaran Umum Usaha Penggergajian Kayu Penyediaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan adalah kayu sengon (Paraserianthes falcataria) yang berasal dari hasil hutan rakyat sekitar bogor barat dan luar daerah. Pembelian bahan baku dapat dilakukan ke petani hutan rakyat langsung atau anemer atau suplayer yang menjadi langganan. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku, perusahaan menggunakan jasa pemasok. Pemasok tetap ini bertahun- 40

57 tahun menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan. Pemasok ini dapat diandalkan dalam hal ketepatan waktu, mutu, jumlah dan harga. Biasanya pengusaha mempunyai lebih dari satu pemasok langganan. Tujuannya untuk menjamin ketersediaan bahan baku secara kontinyu dalam memenuhi permintaan sehingga kegiatan produksi tidak terhambat. Harga kayu balok berkisar rata-rata Rp /m 3 dengan panjang 280 cm atau biasa disebut kayu tiga meteran. Pada umumnya produk yang dihasilkan industri penggergajian kayu (IPK) selain menyediakan kayu dengan ukuran dan jenis tertentu juga mengacu pada kebutuhan pasar yaitu menerima ukuran pesanan berdasarkan kebutuhan konsumen, akan tetapi produk yang banyak dihasilkan meliputi ; papan, kaso, dan balok. Pada penelitian ini produk yang akan di analisis adalah produk kaso (4x6), balok (6x12),dan papan (18x1,8), alasannya produk tersebut merupakan produk yang lebih banyak di produksi oleh beberapa industri penggergajian kayu (IPK) dan merupakan produk yang banyak beredar di pasaran. Berkaitan dengan bahan baku yang digunakan bersumber dari proses biologi tanaman kehutanan yang sangat dipengaruhi kondisi alam, maka diprediksi akan memiliki variasi bentuk yang sangat tinggi. Variasi ini akan berdampak terhadap kualitas bahan baku (kayu balok) dan juga akan berimplikasi terhadap produk yang dihasilkan. Kualitas bahan baku yang bagus (diameter besar lurus, tanpa cacat mata kayu dan cacat-cacat kayu lainnya) akan menghasilkan produktifitas yang tinggi ditandai dengan besarnya reindemen proses produksi tersebut. Sedangkan kualitas bahan baku yang rendah (dimensi diameter tidak berbentuk besar, bengkok, dan banyak cacat) akan menghasilkan produktifitas yang rendah ditandai dengan reindemen proses produksi yang rendah. Sedangkan bahan penolong yang digunakan adalah tali rafia. Tali rafia digunakan untuk mengikat dan menyatukan produk pada proses packaging. Bahan penolong diperoleh dari agen langganan yang mengantarkan langsung ke tempat pengolahan penggergajian. Sistem pembayaran yang dilakukan tunai. Tali rafia yang biasa digunakan berukuran besar atau ukuran satu kg. 41

58 Mesin dan Peralatan Mesin yang digunakan dalam proses produksi pada industri penggergajian kayu (IPK) menggunakan mesin gergaji utama, mesin diesel sebagai motor penggerak gergaji utama dan beberapa penunjang lainnya. Mesin gergaji utama yang digunakan adalah mesin gergaji pita (band saw) dengan diameter pita gergaji mm. Adapun kapasitas mesin gergaji utama yang digunakan pada masingmasing industri penggergajian kayu berbeda-beda tergantung jumlah mesin gergaji utama yang digunakan pada pengolahan kayu. Pada skala kecil mesin yang digunakan hanya satu mesin gergaji utama, sedangkan pada skala menengah mesin yang digunakan sebanyak dua mesin gergaji utama, dan pada skala besar berjumlah tiga mesin gergaji utama. Jumlah mesin gergaji utama pada masingmasing skala akan berpengaruh pada kuantitas produksi yang dihasilkan pada masing-masing industri penggergajian kayu berbeda-beda Proses Produksi Kegiatan dalam proses produksi merupakan kegiatan yang mengubah bahan baku mentah atau setengah jadi menjadi produk kayu gergajian dengan variasi ukuran. Tenaga kerja yang digunakan pada proses produksi seluruhnya dilakukan oleh laki-laki. Bahan baku yang diolah merupakan hasil dari petani hutan rakyat dan para anemer di wilayah sekitar bogor barat. Bahan baku kayu balok yang akan diolah biasanya didatangkan dari hari sebelumnya yaitu sebelum proses pengolahan dilakukan. Adapun perbedaan harga bahan baku di setiap industri penggergajian kayu (IPK) adalah biaya transportasi bahan baku tersebut dari lokasi ke pabrik dan juga jenis bahan baku. Bahan baku yang sudah masuk tempat pengolahan dilakukan pemilahan bahan baku dengan mengelompokan bahan baku berdasarkan jenis dan diamneter bahan baku. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemilahan dan pengelompokan produk yang dihasilkan karena bahan baku yang diproses dalam satuan waktu dengan bahan baku yang sejenis akan menghasilkan produk yang sejenis 42

59 Kemudian bahan baku yang sudah dikelompokan berdasarkan jenis dan diameter, kemudian dilanjutkan dengan proses penggergajian utama. Penggergajian utama ini adalah mengkonversi bahan baku dalam bentuk kayu balok menjadi produk (sortimen) dengan dimensi yang telah ditetapkan. Proses penggergajian ini menggunakan gergaji utama dengan jenis gergaji pita (band saw). Pada proses ini pengalaman dan keahlian operator sangat dibutuhkan dalam mengkonversi dari berbagai variasi bentuk bahan baku untuk menghasilkan produk yang relatif sejenis. Selain itu, dengan pengalaman dan keahlian operator dapat mengoptimalkan sumberdaya bahan baku untuk menghasilkan produk kayu gergajian. Dimensi produk yang dihasilkan sangat tergantung pada proses penggergajian. Akibat dari variasi bentuk bahan baku, tidak ada cara atau perlakuan yang tetap untuk setiap jenis bahan baku yang digunakan dalam proses penggergajian ini. Proses pengoptimalan ini dilakukan dengan cara memaksimalkan hasil dan meminimalkan limbah proses dengan memanfaatkan bahan baku dengan cara menghasilkan beberapa macam dimensi yang telah ditetapkan. Dalam satu balok bahan baku dapat menghasilkan beberapa dimensi produk yang berbeda. Tetapi dimensi produk yang dihasilkan dibatasi dengan standar baku dimensi produk yang beredar di pasaran. Dimensi produk yang dihasilkan sangat tergantung jenis bahan baku. Perincian mengenai alur proses produksi kayu gergajian pada IPK dapat dilihat pada Gambar 5 43

60 Bahan Baku Kayu Balok Petani Hutan Rakyat dan Langganan Pemasok Persiapan Bahan Baku Proses Penggergajian Pemilahan Produk Kayu Gergajian Limbah Balok Kaso Papan Pemotongan Ujung Packaging dan Penyimpanan Pemasaran Produk Kayu Gergajian Gambar 3. Alur Proses Produksi Kayu Gergajian di IPK Setelah proses penggergajian selanjutnya dilakukan pemilahan produk berdasarkan dimensi produk kayu gergajian yang dihasilkan. selanjutnya dilakukan proses packaging yaitu mengelompokaan dimensi kayu yang dihasilkan dengan cara mengikat kayu olahan dengan tali rafia. Untuk produk kaso setiap satu pack terdiri dari 15 batang kayu gergajian, sedangkan untuk papan satu pack terdiri dari 10 lembar papan. Setelah proses packaging kemudian produk kayu gergajian disimpan di gudang penyimpanan. 44

61 5.6.4 Limbah Produk Hasil dari penggergajian kayu menghasilkan limbah berupa serbuk gergajian dan lembaran bekas potongan yang tidak bisa menghasilkan produk. Untuk limbah bekas dikumpulkan dalam satu tumpukan dan dijual dengan harga berkisar antara Rp ,-. Rp / mobil colt diesel. Masyarakat sekitar pun dapat memungut limbah untuk keperluan bahan bakar sehari-hari, tetapi dalam jumlah terbatas, Sedangkan untuk serbuk gergajian kebanyakan pemilik IPK membuangnya karena tidak laku dijual atau tidak ada pihak yang berminat Pemasaran Produk Sistem pemasaran kayu gergajian adalah pelanggan langsung membeli ke tempat pengolahan kayu, dengan sistem pemasaran seperti ini ongkos angkut ditanggung oleh pembeli. Saluran pemasaran yang dilakukan IPK dalam memasarkan kayu gergajian berbeda-beda, ada yang melalui distributor, atau langsung melalui pedagang besar/toko bahan bangunan dan ada juga pedagang pengecer yang mendatangi langsung ke tempat pengolahan kayu. Daerah tujuan pemasaran adalah sebagian besar di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) 45

62 VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bgor adalah jenis kayu putih-putihan atau biasa disebut sengon (Paraserianthes falcataria). Kayu tersebut dibeli dari suplayer-suplayer kayu di daerah sekitar bogor barat dan luar daerah. Kayu yang dibeli dalam keadaan yang telah berbentuk seperti balok. Harga kayu berbeda-beda tergantung jarak lokasi penebangan kayu. Harga kayu berkisar antara Rp. 25 ribu-30 ribu per batang dengan ukuran diameter 12/20 dengan panjang 2,80 m. bahan baku kayu yang diperoleh pada umumnya berasal dari hutan rakyat. Ukuran sortimen kayu yang digunakan di industri penggergajian kayu dapat dilihat pada Tabel Tabel 12. Ukuran Kayu Berdasarkan Jenis Sortimen di Kecamatan Cigudeg No Ukuran Jenis Sortimen Tebal (cm) Lebar (cm) Panjang (cm) 1 Kaso Papan 1, Balok Sumber : Data Primer Proses pengolahan memerlukan beberapa alat pengolahan, antara lain mesin utama gergajian, gergajian pita dan mesin diesel. Mesin utama gergajian yang digunakan masing-masing skala usaha berbeda kapasitasnya. Pada skala usaha kecil mesin yang digunakan satu mesin, dua mesin pada skala usaha menengah dan tiga mesin pada skala besar. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Perhitungan nilai tambah kayu gergajian ini tidak memperhitungkan biaya transportasi, karena jalur tataniaga yang terjadi pada umumnya, pembeli yang mendatangi langsung ke lokasi pengolahan kayu gergajian. Dasar perhitungan dalam analisis nilai tambah kegiatan produksi pengolahan kayu gergajian menggunakan per satuan meter kubik kayu gergajian sebagai bahan baku utama. Analisis nilai tambah dalam kegiatan produksi kayu

63 gergajian dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah pengolahan bahan baku kayu menjadi produk kayu olahan (papan, kaso, balok), serta untuk mengetahui distribusi marjin yang diperoleh dari aktifitas pengolahan tersebut kepada factor-faktor produksi yang telah digunakan. Dalam analisis nilai tambah terdapat komponen-komponen yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah, antara lain output kayu gergajian, bahan baku, tenaga kerja langsung, dan sumbangan input lain. Komponen perhitungan nilai tambah pengolahan kayu gergajian pada industri penggergajian kayu (IPK) berdasarkan kapasitas mesin produksi dapat dilihat pada Tabel 10. Analisis nilai tambah dilakukan pada periode produksi rata-rata satu tahun. Dasar perhitungan analisis nilai tambah menggunakan perhitungan per meter kubik bahan baku. Perhitungan dalam analisis nilai tambah dilakukan dengan membandingkan para pengusaha atau pemilik usaha berdasarkan skala usaha atau kapasitas mesin produksi yang dihasilkan yaitu skala kecil, skala menengah dan skala besar. Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan. Nilai faktor konversi yang diperoleh masing-masing skala usaha berbeda-beda. Nilai faktor konversi pada produsen skala usaha kecil sebesar 0,87 persen, 0,83 persen pada skala usahas menengah dan skala usaha besar sebesar 0,89 persen. Perbedaan nilai konversi yang diperoleh dipengaruhi oleh ukuran produk dan bahan baku. Artinya dengan menggunakan satu meter kubik bahan baku utama kayu balok menghasilkan reindemen sebesar 0,75 persen. Harga input bahan baku pada IPK skala usaha kecil Rp. 27 ribu-30 ribu per batang, bila dikonversikan berkisar antara Rp Rp per meter kubik, dengan ukuran 11/20 sebanyak 16,3 batang., pada skala usaha menengah Rp ,- per m 3 dan pada skala usaha besar Rp ,- per m 3. Perbedaan harga input bahan baku ini disebabakan oleh biaya transportasi bahan baku tersebut ke lokasi pabrik serta jumlah permintaan kayu. Berkaitan dengan bahan baku yang digunakan bersumber dari proses biologi tanaman kehutanan yang sangat dipengaruhi kondisi alam, maka 47

64 diprediksi akan memiliki variasi bentuk yang sangat tinggi. Variasi ini akan berdampak terhadap kualitas bahan baku dan juga akan berimplikasi terhadap produk yang dihasilkan. Kendala pengusaha industri penggergajian kayu skala usaha kecil, menengah dan besar dalam penyediaan bahan baku adalah jumlahnya tidak stabil dan harga bahan baku mahal. Oleh sebab itu pengusaha industrn penggergajian kayu harus membuka lahan untuk mengembangkan tanaman sengon sebagai bahan baku sehingga tidak lagi menggantungkan pasokan bahan baku dari petani produsen kayu sengon. Tabel 13. Perhitungan Rata-rata Nilai Tambah Pengolahan Kayu Gergajian Berdasarkan Kapasitas Mesin Produksi dengan Metode Hayami Skala Usaha No Variabel Kecil Menengah Besar Output, Input, Harga 1 Output (m/tahun) 1.455, , ,00 2 Input bahan baku (m/tahun) 1.670, , ,58 3 Input tenaga kerja (HOK) 459,00 978, ,00 4 Faktor konversi (1)/(2) 0,87 0,83 0,89 5 Koefisien tenaga kerja (3)/(2) 0,27 0,30 0,26 6 Harga output (Rp/m) , , ,05 Upah rata-rata tenaga kerja 7 (Rp/HOK) , , ,44 Pendapatan dan keuntungan 8 Harga input bahan baku (Rp/m) , , ,00 9 Sumbangan input lain (Rp/m) , , ,85 10 Nilai produk (4)x(6) (Rp/m) , , ,09 11 Nilai tambah (10-8-9) (Rp/m) , , ,23 12 Rasio nilai tambah (11:10) (%) 18,00 19,09 24,22 Pendapatan tenaga kerja (5x7) (Rp/m) , , , Rasio tenaga kerja (13:11) (%) 14,70 15,53 15,31 15 Keuntungan (11-13) (Rp/m) , , ,25 16 Tingkat keuntungan (15:10) (%) 15,36 16,13 20,52 Balas jasa dari masing-masing faktor produksi 17 Marjin (10-8) (Rp) , , ,09 a. Imbalan tenaga kerja (13:17)x100% (%) 12,02 13,29 13,23 b. Sumbangan input lain (9:17)x100% (%) 18,20 14,41 13,60 c. Keuntungan (15:17)x100% (%) 69,78 72,30 73,17 Harga output merupakan rata-rata penjualan kayu olahan produk kayu gergajian dan limbah potongan bekas kayu olahan selama satu tahun. Harga 48

65 output pada IPK skala kecil sebesar Rp ,12 per m 3 bahan baku, pada IPK skala menengah sebesar Rp ,65 per m 3 bahan baku dan pada IPK skala besar sebesar Rp ,05 per m 3 bahan baku. Perbedaan harga output ini disebabkan oleh kualitas produk kayu yang dihasilkan dan ukuran sortimen kayu yang digunakan pada masing-masing industri pengggergajian kayu (IPK) berbeda-beda. Nilai produk merupakan hasil perkalian antara harga output dengan faktor konversi. Nilai produk terbesar terdapat pada IPK skala menengah yaitu, Rp ,46 per m 3 artinya setiap satu meter kubik bahan baku kayu yang diolah menghasilkan kayu olahan sebesar Rp ,46 per m 3. Nilai produk terkecil terdapat pada IPK skala usaha kecil Rp ,94 per m 3, sedangkan nilai produk pada IPK skala besar Rp ,09 per m 3. Nilai produk pada skala menengah lebih tinggi dibandingkan industri kecil dan besar karena harga jual produknya lebih mahal. Harga jual yang lebih mahal pada industri menengah disebabkan karena kualitas ukuran produk yang dihasilkan berbeda dibandingkan dengan industri skala kecil dan besar. Nilai sumbangan input lain merupakan pembagian total sumbangan input lain dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Besarnya sumbangan input lain pada IPK skala usaha kecil sebesar Rp ,92 per m 3 bahan baku, IPK skala usaha menengah sebesar Rp ,30 per m 3 bahan baku sedangkan IPK skala usaha besar Rp ,85 per m 3 bahan baku. Sumbangan input lain terdiri dari komponen biaya bahan penolong; tali rafia dan bahan bakar (solar dan oli mesin) dan, biaya pemeliharaan peralatan, Nilai sumbangan input lain terbesar adalah penggunaan bahan penolong. Upah rata-rata tenaga kerja adalah nilai pembagian upah total tenaga kerja dengan jumlah hari orang kerja selama satu tahun. Pada IPK skala usaha kecil upah rata-rata tenaga kerja sebesar Rp ,92 per HOK, Rp ,11 per HOK pada IPK skala usaha menengah dan pada IPK skala usaha besar Rp ,44 per HOK. Perbedaan upah rata-rata tenaga kerja pada masing-masing skala usaha berbeda. 49

66 Distribusi nilai tambah terhadap balas jasa atau pendapatan tenaga kerja diperoleh dari perkalian anatara nilai koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. balas jasa tenaga kerja menunjukkan jumlah pendapatan rata-rata yang diterima tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan setiap satu meter kubik bahan baku. Pendapatan tenaga kerja rata-rata Rp ,88 per m 3 bahan baku pada IPK skala kecil, Rp ,92 per m 3 bahan baku pada IPK skala menengah dan Rp ,98 per m 3 bahan baku pada IPK skala besar. Keuntungan perusahaan merupakan selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja langsung, sehingga dapat dianggap sebagai nilai tambah bersih yang diterima perusahaan. Keuntungan terbesar diterima IPK skala besar yaitu sebesar Rp ,25 per m 3 bahan baku dengan tingkat keuntungan sebesar 20,52 persen dari nilai produk. Rp ,23 per m 3 bahan baku adalah keuntungan yang diterima IPK skala usaha menengah dengan tingkat keuntungan sebesar 16,13 persen dari nilai produk. Keuntungan terkecil diterima IPK skala usaha kecil Rp ,14 per m 3 bahan baku adalah keuntungan yang diterima IPK skala kecil dengan tingkat keuntungan sebesar 15,36 persen dari nilai produk. Rasio nilai tambah merupakan persentase nilai tambah terhadap nilai output. Besarnya rasio nilai tambah pada IPK skala usaha kecil 18,00 persen yang menunjukkan bahwa untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai output terdapat nilai tambah sebesar Rp. 18,00, pada IPK skala usaha menengah rasio nilai tambah sebesar 19,09 persen yang menunjukkan bahwa untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai output terdapat nilai tambah sebesar Rp. 19,09, sedangkan rasio nilai tambah pada IPK skala usaha besar sebesar 24,22 persen yang menunjukkan bahwa untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai tambah sebesar Rp.22,42 persen. Nilai tambah merupakan selisih nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain. Nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah kotor karena masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja langsung. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK skala usaha kecil Rp ,02 per m 3 bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala usaha menengah sebesar Rp ,15 per m 3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen 50

67 dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp ,23 per m 3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan. Rasio tenaga kerja merupakan persentase dari pendapatan tenaga kerja terhadap nilai tambah. Rasio tenaga kerja terbesar terdapat pada IPK skala usaha menengah yaitu 15,53 persen, artinya untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai tambah maka sebesar Rp. 15,53 merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Rasio tenaga kerja terkecil terdapat pada IPK skala usaha kecil adalah 14,70 persen, artinya untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai tambah maka sebesar Rp. 14,70 merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja, sedangkan rasio tenaga kerja pada IPK skala usaha besar sebesar 15,31 persen. artinya untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai tambah maka sebesar Rp. 15,31 merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja Balas jasa pemilik faktor produksi terdiri atas pendapatan untuk tenaga kerja, input lain, dan tingkat keuntungan. Marjin adalah nilai output dikurangi dengan harga bahan baku yang merupakan total balas jasa terhadap pemilik faktor produksi. Marjin merupakan kontribusi faktor-faktor produksi dalam menghasilkan output selain bahan baku utama. Nilai marjin diperoleh dari pengurangan nilai output kayu olahan dengan harga bahan baku utamanya. Marjin pada IPK skala besar sebesar Rp ,09, terdiri dari 13,23 persen untuk pendapatan tenaga kerja, 13,60 persen untuk sumbangan input lain dan 73,17 persen untuk keuntungan perusahaan. Marjin pada IPK skala usaha menengah sebesar Rp ,79 terdiri dari 13,29 persen untuk pendapatan tenaga kerja, 14,41 persen untuk sumbangan input lain dan 72,30 persen untuk keuntungan perusahaan. Pada IPK skala usaha kecil marjin sebesar Rp ,94, terdiri dari 12,02 persen untuk pendapatan tenaga kerja, 18,20 persen untuk sumbangan input lain dan 69,78 persen untuk keuntungan perusahaan. Distribusi margin terbesar pertama pada ketiga industri penggergajian kayu yang telah terkategorikan berdasarkan skala usaha adalah keuntungan 51

68 perusahaan yang diterima perusahaan yaitu pemilik usaha industri penggergajian kayu (IPK), Distribusi margin terbesar kedua adalah sumbangan input lain. Distribusi margin terkecil pada ketiga kategori IPK adalah pendapatan tenaga kerja. Kecilnya margin yang didistribusikan untuk tenaga kerja dibandingkan keuntungan yang diterima perusahaan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengolahan kayu gergajian pada ketiga skala usaha terkategorikan (kecil, menengah dan besar) merupakan kegiatan padat modal. Perhitungan metode Hayami dapat kembali dilihat faktor konversi pada masing-masing industri kayu gergajian yang masih rendah menyebabkan rasio nilai tambah yang diterima juga cukup rendah antara 18,00 persen sampai 24,22 persen. Hal ini disebabkan rendemen pengolahan kayu gergajian yang dihasilkan produsen masih cukup rendah. Rendemen yang sesuai dengan kriteria sangat dipengaruhi ukuran kayu, bentuk kayu dan metode penggergajian atau sistem pengolahan (keahlian operator) serta bentuk ukuran produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu peralatan mesin dan keahlian operator dalam menghasilkan produk harus memiliki kelebihan secara teknis dan pengalaman agar diperoleh rendemen kayu gergajian yang lebih tingggi 6.2. Penggunaan Tenaga Kerja Koefisien tenaga kerja adalah nilai pembagian dari jumlah hari orang kerja dalam satu tahun (HOK/Tahun) dengan jumlah bahan baku (M 3 /Tahun) yang digunakan dalam kegiatan produksi pada masing-masing IPK berdasarkan skala usaha. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input (Hayami, et al. 1987). Nilai tenaga kerja menggambarkan produktifitas tenaga kerja yaitu tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja pada proses produksi pengolahan kayu gelondongan menjadi produk kayu gergajian dapat dilihat pada Tabel

69 Tabel 14. Proporsi Penggunaan Tenaga Kerja Industri Penggergajian Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg Berdasarkan Skala Usaha, Tahun 2008 No Skala Usaha Kegiatan Kecil Menengah Besar Tenaga Kerja Langsung 1 Mengasah Gergaji (HOK/Tahun) Pengangkutan Kayu (HOK/Tahun) 67, Pembersihan Mesin (HOK/Tahun) Penggergajian Kayu (HOK/Tahun) Pengepakan Produk (HOK/Tahun) 74, Pembuangan limbah (HOK/Tahun) 65, Total Tenaga kerja (HOK/Tahun) Skala Produksi (M 3 /Tahun) 1.455, , ,00 Efisiensi Tenaga Kerja (HOK/M 3 ) 0,27 0,30 0,26 Perhitungan hari orang kerja (HOK) dengan membagi jumlah jam dengan jam kerja (satu hari orang kerja (1 HOK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 jam). Maka untuk keseluruhan dalam satu tahun adalah 2592 HOK, terdiri dari 459 HOK untuk IPK skala kecil, 978 HOK untuk IPK skala menengah dan 1359 HOK untuk IPK skala besar. Jumlah hari orang kerja digunakan untuk mengetahui koefisien tenaga kerja langsung. Proporsi penggunaan tenaga kerja pada masing-masing industri penggergajian kayu (IPK) dapat dilihat pada Tabel 12. Perhitungan hari orang kerja (HOK) dengan membagi jumlah jam dengan jam kerja (satu hari orang kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 jam Koefisien tenaga kerja sebesar 0,27 pada IPK skala usaha kecil menunjukkan bahwa jumlah hari orang kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan satu meter kubik bahan baku adalah 0,24 atau 1 jam 47 menit. Koefisien tenaga kerja sebesar 0,30 pda IPK skala usaha menengah menunjukkan bahwa jumlah hari orang kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan satu meter kubik bahan baku adalah 0,30 hari atau 2 jam 5 menit. Koefisien tenaga kerja sebesar 0,26 pda IPK skala atas menunjukkan bahwa jumlah hari orang kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan satu meter kubik bahan baku adalah 0,26 hari atau 1 jam 45 menit. Hasil perhitungan nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan proses pengolahan kayu gergajian pada IPK skala usaha menengah tidak efisien dalam penggunaan tenaga kerja, membutuhkan waktu lebih lama dalam proses pengolahan dibandingkan pada IPK skala usaha kecil dan usaha besar. 53

70 VII. ANALISIS PEMASARAN KAYU GERGAJIAN 7.1. Lembaga Pemasaran Setelah melalui proses pengolahan pada industri penggergajian kayu (IPK) maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah penyaluran hasil kayu olahan dari IPK ke tangan konsumen. Pendistribusian hasil kayu olahan ini melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang meliputi distributor, pedagang besar dan pedagang pengecer. Jumlah responden produsen kayu gergajian berjumlah 13 orang, dibagi berdasarkan skala usaha yang diusahakan produsen kayu gergajian. Untuk skala usaha kecil hanya dimiliki oleh delapan produsen kayu gergajian, sedangkan untuk skala usaha besar hanya dimiliki oleh dua orang produsen kayu gergajian. Lokasi usaha yang dijalankan oleh skala usaha kecil dan usaha besar masih dalam satu wilayah tepatnya di desa cilame yang dekat dengan ibukota Kecamatan Cigudeg. Sedangkan untuk produsen kayu gergajian dengan skala usaha menengah hanya dimiliki oleh tiga orang. Responden pada skala usaha menengah berlokasi di Desa Bangun Jaya Analisis Saluran Pemasaran Berdasarkan hasil pengamatan saluran pemasaran pada skala usaha kecil dan besar tidak ada perbedaan saluran pemasaran yang dilakukan produsen kayu gergajian. Produsen kayu gergajian pada skala usaha kecil yang menjual kayu gergajian melalui distributor yaitu sebanyak 61,54 persen dari total produsen responden, dengan volume penjualan sebesar 7.774,80 m 3. Sedangkan produsen yang menjual langsung ke pedagang material sebanyak 15,38 persen dengan volume penjualan sebanyak 3.905,20 m 3, untuk produsen kayu gergajian pada skala usaha besar yang menjual kayu gergajian melalui distributor yaitu sebanyak 15,38 persen dengan volume penjualan sebanyak m 3 dan produsen yang menjual langsung ke pedagang material sebanyak 15, 38 persen dengan volume penjualan m 3. Produsen kayu gergajian pada skala usaha menengah yang menjual kayu gergajian melalui distributor yaitu sebanyak 23,08 persen dari total

71 produsen responden, dengan volume penjualan sebesar m 3. Sedangkan produsen yang menjual langsung ke pedagang material sebanyak 23,08 persen dengan volume penjualan sebanyak m 3. Saluran pemasaran yang terjadi di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor terdapat beberapa saluran pemasaran yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran, yaitu distributor, pedagang material dan pedagang pengecer. Adapun bentuk saluran pemasaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Produsen Kayu Gergajian Distributor Pedagang Besar (Material) Pedagang Pengecer Konsumen Gambar 4. Skema Saluran Pemasaran Kayu di Kecamatan Cigudeg,Kabupaten Bogor. Keterangan : Warna merah : Pola saluran skala usaha kecil Warna biru : Pola saluran skala usaha menengah Warna kuning : Pola saluran skala usaha besar Dari skema diatas mengenai saluran pemasaran kayu gergajian jenis sengon maka terdapat tiga saluran pemasaran yang dibahas dalam proses pemasaran kayu gergajian dari perusahaan penggergajian kayu (IPK) hingga ke konsumen akhir yang berada di Kecamatan Cigudeg, Bogor. Gambar 7 menunjukkan beberapa pola saluran pemasaran kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg, Bogor, Jawa Barat. 55

72 1. IPK Distributor Pedagang Besar/material Konsumen 2. IPK Pedagang Besar/Material Konsumen 3. IPK Pedagang Pengecer Konsumen Jalur pemasaran kayu gergajian cukup bervariasi. Untuk skala usaha kecil dan usaha besar lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat adalah industri penggergajian kayu (IPK), distributor dan pedagang material, sedangkan untuk usaha menengah lembaga-lembaga yang terlibat adalah industri penggergajian kayu (IPK), distributor, pedagang material dan pedagang pengecer. Sebagian besar hasil produksi kayu gergajian yang ada di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor dipasarkan di daerah Tangerang, Rumpin, parungpanjang dan Ciampea. Proses pemasaran kayu gergajian (sengon) dari titik produsen kayu gergajian sampai kepada pedagang pengecer yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses yang menjadikan suatu produk barang atau jasa yang siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. Saluran pemasaran kesatu digunakan oleh semua produsen kayu gergajian dengan skala usaha kecil, menengah maupun skala usaha besar yang terdiri dari industri penggergajian kayu (IPK) distributor pedagang besar/material konsumen. Saluran pemasaran satu merupakan saluran terpanjang dengan jumlah produsen sebanyak delapan orang produsen atau sebanyak 61,54 persen dari total produsen responden untuk skala usaha kecil, pada skala besar jumlah produsen sebanyak dua orang produsen atau sebanyak 15,38 persen dari total produsen responden, sedangkan sebanyak tiga orang produsen atau sebanyak 23,08 persen dari total produsen responden. Produsen-produsen dengan skala usaha kecil, menengah dan besar menjual langsung ke distributor, kemudian distributor menjual ke pedagang material yang ada di kawasan rumpin, tangerang atau daerah serpong dan sekitarnya. Alasan utama produsen kayu gergajian menggunakan saluran ini adalah kemudahan dalam memasarkan produk dan keberlanjutan usaha yang dijalankan. Distributor yang mendapatkan kayu olahan dari IPK, biasanya langsung menjualnya ke pihak pedagang besar lainnya, Akan tetapi pembelian produk 56

73 biasanya dilakukan dengan cara pemesanan terlebih dahulu melalui telepon karena jumlah kayu gergajian (sengon) jumlahnya cukup terbatas. Sistem pembelian dilakukan secara tunai dan pembayaran kemudian. System pembayaran kemudian yang paling banyak dilakukan antara produsen kayu gergajian dengan distributor dikarenakan adanya rasa saling percaya antara kedua belah pihak. Distributor pada saluran ini menentukan harga yang berlaku yang terjadi di pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya. Distributor menjual seluruh produk tersebut kepada pedagang besar atau material yang berada di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Biasanya distributor tidak hanya melakukan pengiriman barang ke satu toko tetapi ke beberapa toko lainnya yang masih dalam wilayah Tangerang. Distributor menggunakan alat transportasi berupa colt diesel berkapasitas meter kubik kayu gergajian produk untuk sampai ke tempat pedagang besar atau material, karena penjualan barang dalam jumlah yang besar, distributor mengeluarkan lebih banyak biaya. Biaya tersebut yaitu biaya sewa transportasi dari lokasi pengolahan ke wilayah Tangerang yang memerlukan biaya yang sangat besar. Sistem pembayaran yang dilakukan antara distributor dengan pedagang besar adalah sistem tunai atau pembayaran kemudian.untuk sekali pengiriman. Dengan demikian Pada saluran pemasaran ini produsen kayu gergajian tidak mengeluarkan biaya pemasaran karena distributor mendatangi langsung lokasi pengolahan kayu gergajian Saluran pemasaran dua merupakan saluran pemasaran yang terdiri dari IPK, pedagang material, dan konsumen akhir. Pada skala usaha kecil dan usaha besar produsen langsung menjual ke pedagang material yaitu pedagang yang berada di wilayah Ciampe. Sebanyak satu orang produsen kayu gergajian dengan skala menengah dan dua orang produsen kayu gergajian dengan skala usaha kecil dan skala usaha besar. Volume penjualan masing-masing sebesar 3905,02 m 3 atau 33,54 persen dan 2112 m 3 atau 22,68 persen untuk skala usaha kecil dan usaha besar. Volume penjualan pada skala usaha menengah sebesar 2016 m 3 atau 31,70 persen dengan daerah pemasaran parungpanjang. Pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang material berbeda-beda tergantung skala usaha. Kayu gergajian diangkut dengan menggunakan mobil colt diesel mini dengan kapasitas 57

74 enam meter kubik dan 10 meter kubik dengan alat transportasi colt diesel. System pembayaran yang dilakukan oleh pedagang material terhadap produsen kayu gergajian adalah dengan system tunai dan pembayaran kemudian. Harga yang berlaku adalah harga yang sedang terjadi di pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya. Saluran ketiga ini digunakan oleh skala usaha menengah sebanyak satu orang responden. Saluran pemasarn ketiga ini merupakan saluran pemasaran yang terdiri dari IPK pedagang pengecer konsumen. Pedagang pengecer menggunakan alat transportasi berupa mobil pick up yang berkapasitas 2-3 meter kubik kayu gergajian. Biaya pengangkutan merupakan tanggungan dari pihak pembeli yaitu pedagang pengecer. Sistem pembayaran antara produsen kayu gergajian dengan pedagang pengecer adalah tunai dan sistem pembayaran kemudian. Selanjutnya pedagang pengecer menjualnya langsung ke konsumen akhir. Harga yang berlaku adalah harga yang sedang terjadi di pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya Fungsi-Fungsi Pemasaran pada Setiap Lembaga Pemasaran Dalam pemasaran diperlukan kegiatan atau tindakan yang disebut dengan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar proses penyampaian barang dan jasa. Umumnya fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga pemasaran melakukan pengangkutan barang dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai sumber penghasil kayu olahan, sehingga fungsi-fungsi pemasaran dapat menata pada tiap-tiap lembaga pemasaran dan serta untuk mengetahui kebutuhan biaya dan fasilitas yang dibutuhkan. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran meliputi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian merupakan penyaluran barang dari produsen ke konsumen untuk memenuhi permintaan konsumen. Sedangkan keputusan dari penjualan, pemilihan saluran pemasaran yang terbaik, tempat dan waktu yang 58

75 tepat untuk memperoleh konsumen yang potensial merupakan keputusan yang termasuk dalam fungsi penjualan. Fungsi fisik merupakan semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi ini meliputi pengangkutan dan pengolahan. Fungsi pengangkutan dilakukan agar produk tersedia ditempat yang tepat sedangkan fungsi pengolahan merupakan kegiatan untuk merubah bentuk dasar dari suatu produk. Analisis dari fungsi pemasaran dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran. Kegunaan dari fungsi pemasaran juga dapat membandingkan biaya dari berbagai lembaga pemasaran. Perbandingan ini dapat dilakukan jika antar lembaga pemasaran saling berhubungan. Setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran Kayu Gergajian mulai dari konsumen sampai ke konsumen akhir mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam proses pemasaran. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran Kayu Gergajian di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 15. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian di Kecamatan Cigudeg, Bogor. Saluran dan Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Pertukaran Fisik Fasilitas Jual Beli Angkut Simpan Sortasi Resiko Biaya Informasi pasar Saluran I IPK - - Distributor - - * - Material - * Saluran II Material * Saluran III Pengecer * Keterangan : = melakukan kegiatan fungsi pemasaran - = tidak melakukan fungsi pemasaran * = Kadang-kadang dilakukan IPK = industri penggergajian kayu 59

76 Fungsi fasilitas meliputi pembayaran dan penanggungan resiko. Fungsi pembayaran merupakan kegunaan uang untuk berbagai aspek pemasaran. Fungsi penanggungan resiko merupakan penerimaan kemungkinan dari kerugian dan pemasaran produk. Resiko ini terdiri dari dua bagian, yaitu resiko fisik dan resiko harga. Resiko fisik terjadi akibat kerusakan dari produk, sedangkan resiko harga terjadi akibat perubahan nilai produk di pasar. Fungsi fasilitas merupakan semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen Fungsi Pemasaran oleh Produsen Kayu Gergajian (IPK) Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah pembelian dan penjualan. Pada tingkat perusahaan penggergajian kayu yaitu melakukan pembelian bahan baku diperoleh dari suplayer langganan yaitu pedagang perantara yang memasok bahan baku ke industri penggergajian kayu. Bahan baku didatangkan dari wilayah sekitar bogor barat dan luar daerah. Alasan utama produsen menggunakan suplayer adalah memudahkan dalam memenuhi pasokan bahan baku dan keberlanjutan usaha yang dijalankan. Pembayaran yang dilakukan produsen kayu gergajian terhadap suplayer adalah dibayar berangsur dalam satu minggu dengan 2-3 kali pembayaran. Setelah produk mengalami perubahan bentuk kemudian produsen kayu gergajian melakukan penjualan ke distributor. Fungsi fisik yang dilakukan yaitu pengangkutan hasil olahan kayu yang sudah berubah bentuk untuk kemudian diletakan ke tempat penyimpanan miliknya atau langsung dilakukan pengangkutan jika ada permintaan dari distributor tersebut. Fungsi penyimpanan ini dilakukan jika hasil olahan kayu tersebut baru dijual pada keesokan harinya atau sengaja dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dijual kepada distributor. Biaya pengangkutan produk akan ditanggung oleh pihak distributor Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh industri penggergajian kayu (IPK) meliputi penanggungan resiko dan informasi pasar. Fungsi penanggungan resiko dialami oleh IPK dalam hal penanggungan resiko terjadi penurunan resiko nilai dan kualitas kayu yang hendak dijual. Industri penggergajian kayu (IPK) yang 60

77 menjual produknya pada distributor hanya mendapat informasi pasar dari sesame produsen kayu gergajian Fungsi Pemasaran oleh Distributor Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh distributor adalah melakukan pembelian produk kayu gergajian ke industri penggergajian kayu (IPK). Distributor mendatangi langsung ke lokasi pengolahan kayu gergajian. Kemudian distributor menyalurkan produknya ke pedagang material. Fungsi fisik yang dilakukan ialah pengangkutan hasil olahan kayu gergajian dari tempat penggergajian ke tempat pengangkutan untuk langsung dijual ke pedagang material. Fungsi penyimpanan pada tingkat distributor tidak ada karena mereka melakukan penjualan langsung pada hari itu juga.. biaya pengangkutan ditanggung oleh distributor. Pengangkutan produk dengan menggunakan alat transportasi yaitu colt diesel dengan kapasitas meter kubik Fungsi faslitas yang dilakukan fungsi pembiayaan dan informasi pasar. Pembiayaan yang dilakukan yaitu penyediaan modal untuk membeli produk dari tempat penggergajian tersebut dan biaya sewa mobil, sortasi, biaya pengangkutan, biaya retribusi kayu dan penerbitan surat ijin memasarkan produk. Sedangkan untuk fungsi informasi pasar diantaranya yaitu distributor harus mengetahui harga yang sedang berlaku Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Material Pedagang besar pada umunya melakukan fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan berupa kegiatan pembelian kayu gergajian dari produsen kayu gergajian atau melalui distributor dan juga kegiatan penjualan kayu gergajian ke konsumen akhir. Sistem pembelian dan penjualan dilakukan secara tunai dan pembayaran kemudian. Fungsi fisik yang dilakukan ialah pengangkutan hasil olahan kayu gergajian yang biasanya menggunakan alat transportasi berupa colt diesel. Selanjutnya fungsi fisik yang dilakukan adalah penyimpanan produk untuk dijual kembali. 61

78 Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang material berupa penanggungan resiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Pembiayaan yang dilakukan yaitu penyediaan modal untuk membeli produk dari tempat penggergajian tersebut dan biaya sortasi, biaya bongkar muat, biaya penyimpanan dan penerbitan surat ijin memasarkan produk. Sedangkan untuk fungsi informasi pasar berupa informasi yang bisa diperoleh pedagang besar mengenai perkembangan harga jual dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen yang dapat diperoleh dari pedagang besar lainnya Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Pengecer Pedagang pengecer biasanya melakukan fungsi pertukaran berupa kegiatan pembelian kayu gergajian dari produsen kayu gergajian dan juga kegiatan penjualan kayu gergajian ke konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan adalah penyimpanan produk untuk dijual ke konsumen akhir. Fungsi penanggungan resiko dialami oleh pedagang pengecer dalam hal penurunan nilai dan kualitas kayu yang hendak dijual. Fungsi pembiayaan yang dilakukan yaitu penyediaan modal untuk membeli produk dari tempat penggergajian tersebut. Sedangkan untuk fungsi informasi pasar diantaranya yaitu pedagang pengecer harus mengetahui harga yang sedang berlaku Struktur Pasar Struktur pasar dapat diketahui dengan melihat jumlah pelaku pemasaran yang terlibat, sifat produk atau diferensiasi produk, sumber informasi pasar dan hambatan keluar masuk pasar. Pada struktur pasar dijelaskan bagaimana perilaku penjual dan pembeli yang terlibat (market conduct) dan selanjutnya akan menunjukkan keragaan yang terjadi dari struktur dan perilaku pasar (market performance) yang ada di sistem tataniaga tersebut Jumlah Penjual dan Pembeli serta Hambatan Keluar Masuk Pasar Hambatan pasar yang dihadapi oleh produsen kayu gergajian adalah perlunya modal yang cukup besar untuk memasuki pasar kayu gergajian, karena untuk mengolah kayu menjadi kayu olahan (kayu gergajian) dibutuhkan mesin 62

79 utama penggergajian serta dibutuhkan adanya pengalaman mengenai ketersediaan bahan baku. Sedangkan hambatan yang dihadapi oleh pedagang material, distributor dan pedagang pengecer cukup besar yaitu harus memiliki modal yang cukup tinggi untuk membeli produk kayu gergajian dalam jumlah besar serta harus menanggung biaya Pengangkutan dan biaya transportasi. Selain itu hambatan yang dihadapi oleh distributor adalah harus memiliki relasi yang luas dengan pedagang material Struktur pasar yang terbentuk antara produsen kayu gergajian dengan distributor adalah oligopoli, dimana jumlah distributor lebih sedikit dibandingkan dengan produsen kayu gergajian. struktur pasar yang yang terjadi antara pedagang material dengan distributor cenderung mengarah ke struktur pasar oligopoli diferensiasi karena jumlah pedagang material lebih banyak dibandingkan dengan distributor.dan struktur pasar yang terjadi antara pedagang material dengan produsen kayu gergajian adalah pasar oligopoli, sedangkan struktur pasar yang dihadapi oleh produsen kayu gergajian dengan pedagang pengecer cenderung mengarah ke struktur oligopoli karena jumlah pedagang pengecer lebih sedikit dengan produsen kayu gergajian. Pada skala usaha kecil,usaha menengah dan usaha besar struktur pasar yang terjadi hampir sama yaitu cenderung oligopoli diferensiasi, hal ini karena produk yang dijual tidak hanya berkonsentrasi pada kayu gergajian saja, namun ada jenis kayu gergajian lain, selain itu terdapat hambatan yang tinggi untuk dapat keluar masuk pasar karena modal yang besar Keadaan Produk Keadaan produk menjelaskan tentang bentuk fisik produk itu sendiri secara keseluruhan. Kayu gergajian merupakan produk yang dihasilkan dari industri penggergajian kayu (IPK) yang berada di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Terdapat dua jenis kualitas kayu gergajian, kualitas yang dimaksud adalah ukuran atau bentuk produk.. pada skala usaha kecil dan usaha besar memproduksi kayu dengan ukuran yang sedikit tipis, contohnya standar pasaran produk kaso 4/6, balok 6/12 dan papan 1,8/18 tetapi yang terjadi adalah kurang dari ukuran standar pasaran, biasanya produk tersebut disebut produk banci, sedangkan produk yang sesuai standar pasaran disebut produk full, ini juga yang dilakukan 63

80 oleh produsen kayu gergajian dengan skala usaha menengah. Harga yang ditawarkan tentunya berbeda Informasi Pasar Informasi pasar yang dihadapi antara produsen kayu gergajian dengan distributor berjalan cukup baik. Penentuan harga biasanya ditetapkan oleh produsen kayu gergajian. pada pedagang besar informasi harga yang beredar diantara produsen atau distributor dengan pedagang besar berjalan cukup baik. Harga jual biasanya ditetapkan oleh produsen kayu gergajian selaku penjual. Sedangkan informasi pasar pada pedagang pengecer berjalan cukup baik, artinya setiap ada perubahan harga selalu disampaikan pada semua pihak dan produsen kayu gergajian biasanya bertindak sebagai penentu harga. Kondisi pasar yang terjadi diantara partisipan terbentuk dengan adanya hubungan kepercayaan sehingga informasi mengenai keadaan pasar dapat diperoleh dengan baik Perilaku Pasar Gambaran kepastian dari suatu pasar akan mempengaruhi tingkah laku perusahaan dalam suatu lingkungan pasar. Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam struktur pasar yang meliputi kegiatan penjualan dan pembelian, penentu harga dan kerjasama antar lembaga pelaku pasar Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Produsen Kayu Gergajian Hampir seluruh produsen kayu gergajian yang ada di Kecamatan Cigudeg menjual kayu olahannya kepada distributor yang masih berasal dari Kecamatan Cigudeg. Praktek pembelian di tingkat produsen kayu gergajian dilakukan dengan anemer atau suplayer langganan. Produsen kayu gergajian menjalin kerjasama dengan para anemer atau suplayer dalam hal penyediaan bahan baku. Adapun sistem pembayarannya secara tunai dan ada pula yang menggunakan sistem pembayaran terlebih dahulu. Alasan menggunakan suplayer karena ketepatan waktu dalam persediaan bahan baku. 64

81 Penentuan harga kayu gergajian antara produsen kayu gergajian dengan distributor, dan pedagang besar terjadi tawar-menawar serta penentuan sepihak. Tawar menawar antara produsen kayu dengan distributor yang terjadi, posisi produsen kayu lebih dominan dalam proses tawar-menawar tersebut. Dengan demikian kesepakatan harga yang terbentuk merupakan harga yang ditawarkan oleh produsen kayu. Perubahan harga jual kayu oleh produsen kayu gergajian kepada distributor, akan mempengaruhi harga pembelian distributor kepada pedagang besar/material. Sistem penentuan harga jual beli yang terbentuk dalam tataniaga kayu gergajian yaitu harga yang disepakati tergantung dari biaya komponen produksi meliputi biaya tenaga kerja dan bahan penolong, dan harga kayu di tingkat petani kayu dan harga yang berlaku di pasar Praktek Pembelian dan Penjualan Sistem Penentuan Harga di Tingkat Distributor Pada umumnya distributor membeli produk kayu gergajian langsung dari lokasi pengolahan kayu. Praktek pembelian antara distributor dengan pemilik usaha kayu gergajian dilakukan dengan sistem langganan dan pembayarannya dilakukan secara tunai dan ada pula yang menggunakan sistem setor barang dimuka lalu pembayaran di belakang. Distributor harus mengeluarkan biaya transportasi yang cukup besar, karena untuk membayar sewa transportasi. Biasanya distributor membawa produk kayu gergajian dalam jumlah besar antara m 3 kayu olahan, tetapi produk tersebut bukan satu toko saja melainkan ke beberapa toko lainnya yang ada di sekitar wilayah Tangerang. Alat transportasi yang digunakan berupa mobil colt diesel. Sistem penentuan harga di tingkat distributor berdasarkan harga yang berlaku di pasar Praktek pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Besar/Material Pedagang besar melakukan pembelian kayu gergajian langsung dari lokasi pengolahan kayu atau bisa melalui distributor. Sistem pembayaran atas pembelian kepada distributor dilakukan secara tunai dan pembayaran kemudian, sedangkan sistem pembayaran atas pembelian kepada produsen kayu gergajian dilakukan secara tunai dan pembayaran kemudian. Dalam pembelian kepada produsen kayu 65

82 gergajian biasanya ada tawar-menawar tentang kesepakatan harga dan kondisi produk. Namun posisi produsen kayu lebih dominan dalam proses tawar-menawar tersebut. pedagang besar bertindak sebagai penerima harga, sedangkan pembelian kepada distributor biasanya pedagang besar sebagai penerima harga juga Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pengecer Pedagang pengecer melakukan kegiatan pembelian kayu gergajian langsung dari lokasi pengolahan kayu yang ada di Kecamatan Cigudeg. Pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengecer dilakukan dengan sistem langganan dan pembayaran kemudian. Pedagang pengecer harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, karena biaya tersebut untuk membayar sewa transportasi. Alat transportasi yang digunakan adalah mobil pick up dengan kapasitas 2 m 3 produk kaso. Sistem penentuan harga di tingkat pedagang pengecer adalah harga yang berlaku di pasar. Akan tetapi harga jual di tingkat pedagang pengecer juga ditentukan oleh besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan, harga beli, tingkat keuntungan yang ingin diraih dan harga jual produk di pedagang pengecer lainnya Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Bentuk kerjasama yang terjadi antara produsen kayu dengan lembaga pemasaran yang lain merupakan kerjasama dalam bentuk perdagangan kayu gergajian. umumnya kerjasama yang dilakukan adalah melalui komunikasi lewat telepon. Apabila distributor, pedagang besar dan pedagang pengecer membutuhkan kayu dalam jumlah tertentu. Bentuk kerjasama lain yang dilakukan adalah melakukan jalinan kerjasama antara lembaga pemasaran lain. Hubungan yang mereka jalin merupakan suatu hubungan mitra usaha yang tidak hanya mengutamakan keuntungan akan tetapi berlandaskan kekeluargaan. Sehingga terciptalah sifat saling percaya antar para pengusaha Efisiensi pemasaran Pemasaran terdiri dari kegiatan menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. Output dari pemasaran adalah kepuasan konsumen atas barang dan 66

83 jasa tersebut. Input dari pemasaran adalah tenaga kerja, modal dan manajemen. Efisiensi pemasaran juga dapat berarti memaksimalkan penggunaan rasio inputoutput, yaitu perubahan yang mengurangi biaya output tanpa mengurangi kepuasan konsumen atas barang dan jasa tersebut. Biaya pemasaran baik besar atau kecil adalah indikasi efisiensi bahwa pemasaran sudah dilakukan. Efisiensi pemasaran dapat juga diketahui melalui penyebaran marjin pada tiap saluran pemasaran. Berdasarkan identifikasi saluran pemasaran yang terdapat di Kecamatan Cigudeg, bahwa jumlah saluran pemasaran pada masing-masing skala usaha industri kayu gergajian (IPK) berbeda. Untuk IPK dengan skala usaha kecil dan usaha besar sama yaitu sebanyak dua saluran pemasaran. Sedangkan untuk IPK dengan skala usaha menengah yaitu sebanyak tiga saluran pemasaran Berdasarkan pola saluran tataniaga, pola saluran terpendek yang terbentuk adalah pola saluran dua dan tiga untuk skala usaha menengah, sedangkan untuk skala usaha kecil dan usaha besar, pola saluran terpendek yang terbentuk adalah pola saluran pemasaran dua, akan tetapi berdasarkan persentase dan volume penjualan, pola saluran untuk semua skala usaha dari kecil, menengah dan besar memiliki persentase dan volume penjualan terkecil sehingga pola saluran ini tidak dapat dikatakan sebagai pola saluran yang paling efisien. Pola saluran pemasaran kayu gergajian yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran pemasaran satu. Hal ini dapat dilihat bahwa pola saluran pemasaran kayu gergajian terutama saluran pemasaran satu memiliki volume pemasaran yang paling besar dibandingkan dengan pola saluran pemasaran lain Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang terjadi pada setiap lembaga pemasaran. Besarnya marjin pemasaran dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya pemasaran yang terjadi dengan besarnya keuntungan pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam jalur pemasaran tersebut. Komponen biaya pemasaran terdiri dari biaya angkutan atau transportasi, biaya bongkar muat serta biaya surat jalan atau penerbitan surat ijin. Kepuasan dari lembaga pemasaran diukur dari besarnya imbalan jasa yang diperoleh atau diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam rangka penyaluran komoditi. 67

84 Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir diliuar keuntungan lembaga tataniaga. Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui unsure pembentukan marjin pemasaran yang terbesar sebagi pengukur efisiensi pemasarn produk kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg. Besarnya marjin pada setiap pola saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 16. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Sengon dengan Skala Usaha Kecil di Kecamatan Cigudeg, Bogor Uraian Skala Kecil 1 2 Nilai (Rp/m 3 ) % Nilai (Rp/m 3 ) % IPK Biaya Produksi ,35 66, ,15 84,22 Biaya Pemasaran , ,71 Keuntungan ,65 11, ,85 15,07 Marjin ,65 11, ,85 15,78 Harga Jual ,00 78, ,00 88,37 Distributor Harga Beli ,00 78, Biaya Pemasaran ,00 7, Keuntungan ,67 2, Marjin ,67 10, Harga Jual ,67 89, Pedagang Material Harga Beli ,67 89, ,00 88,37 Biaya Pemasaran 3.333,33 0, ,18 1,27 Keuntungan ,33 10, ,49 10,36 Marjin ,67 10, ,67 11,63 Harga Jual ,33 100, ,67 100,00 Biaya Pemasaran ,33 8, ,18 1,90 Keuntungan ,65 24, ,34 23,68 Marjin ,99 33, ,51 25,58 Pada pola saluran 1 yang terdiri dari produsen kayu gergajian, dilanjutkan dengan distributor dan pedagang material, total marjin yang terbentuk sebesar Rp ,99 per meter kubik atau sebesar 33,03 persen dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah sebesar Rp. 68

85 76.533,33 per meter kubik atau sebesar 8,57 persen komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang distributor pada pola saluran 1 antara lain biaya pengangkutan sebesar Rp /m 3. Biaya bongkar muat sebesar Rp /m3, biaya penerbitan surat ijin Rp /m 3, biaya retribusi kayu Rp. 200/m 3 dan biaya sewa kendaraan (colt diesel) sebesar Rp /m 3. komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang material pada pola saluran 1 antara lain biaya penyimpanan sebesar Rp ,33/m 3. Pada pola saluran 2 yang terdiri dari produsen kayu gergajian, dilanjutkan dengan pedagang material, total marjin yang terbentuk sebesar Rp per meter kubik atau sebesar 25,58 persen dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah sebesar Rp ,18 per meter kubik atau sebesar 2,10 persen komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang material pada pola saluran 2 antara lain biaya pengangkutan sebesar Rp /m 3. biaya penyimpanan Rp 2.941,18/m 3, biaya retribusi kayu Rp. 200/m 3. Berdasarkan Keuntungan pemasaran yang diperoleh, maka saluran pemasaran terbesar terdapat pada pola saluran 1 sebesar Rp. 218,568,65 atau sebesar 24,47 persen dari harga jual pedagang material. Pada jalur II keuntungan yang diperoleh sebesar Rp ,34 atau sebesar 23,68 persen. Jika dilihat dari jumlah marjin, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh maka jalur pemasaran II merupakan saluran yang lebih efisien, hal ini dikarenakan biaya marjin lebih kecil dan juga biayanya lebih kecil dan keuntungan yang cukup besar jika dibandingkan dengan saluran pemasaran satu. Tetapi apabila dilihat dari volume penjualan saluran pemasaran dua belum dikatakan efisien karena kontinuitas volume penjualan. Namun jika IPK ingin menambah volume penjualannya maka IPK tidak mungkin hanya menggunakan saluran pemasaran II saja untuk menyalurkan produknya. Alternatif saluran pemasaran yang bisa digunakan selain saluran pemasaran II adalah saluran pemasaran I karena pada saluran pemasaran ini merupakan volume penjualan yang paling besar di IPK. 69

86 Tabel 17. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Sengon dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Bogor Uraian Skala Menengah Nilai (Rp/m 3 ) % Nilai (Rp/m 3 ) % Nilai (Rp/m 3 ) % IPK Biaya Produksi ,94 64, ,23 72, ,00 70,73 Biaya Pemasaran 5.000,00 0, ,00 0, ,52 Keuntungan ,06 11, ,10 12, ,67 14,51 Marjin ,06 11, ,10 13, ,67 15,04 Harga Jual ,00 76, ,33 86, ,67 85,77 Distributor Harga Beli , Biaya Pemasaran , Keuntungan , Marjin , Harga Jual , Pedagang Material Harga Beli ,33 88, ,33 86, Biaya Pemasaran 3.333,33 0, ,67 1, Keuntungan ,00 10, ,67 12, Marjin ,33 11, ,33 13, Harga Jual ,67 100, ,67 100, Pedagang Pengecer Harga Beli ,67 85,77 Biaya Pemasaran ,14 6,59 Keuntungan ,52 7,64 Marjin ,67 14,23 Harga Jual ,33 100,00 Total Biaya Pemasaran ,33 4, ,67 2, ,14 7,12 Total Keuntungan ,39 31, ,77 24, ,19 22,15 Total Marjin ,72 39, ,43 27, ,33 29,27 70

87 Pada pola saluran 1 yang terdiri dari produsen kayu gergajian, dilanjutkan dengan distributor dan pedagang material, total marjin yang terbentuk sebesar Rp ,72 per meter kubik atau sebesar 39,49 persen dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah sebesar Rp ,33 per meter kubik atau sebesar 4,17 persen komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang distributor pada pola saluran 1 antara lain biaya pengangkutan sebesar Rp /m 3. Biaya bongkar muat sebesar Rp /m3, biaya penerbitan surat ijin Rp /m 3,biaya sortasi Rp. 1000/m, biaya retribusi kayu Rp. 200/m 3, dan biaya transportasi sebesar Rp /m 3. komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang material pada pola saluran 1 antara lain biaya penyimpanan sebesar Rp ,33/m 3. Pada pola saluran 2 yang terdiri dari produsen kayu gergajian, dilanjutkan dengan pedagang material, total marjin yang terbentuk sebesar Rp ,43 per meter kubik atau sebesar 27,02 persen dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah sebesar Rp ,67 per meter kubik atau sebesar 2,23 persen komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang material pada pola saluran 2 antara lain biaya pengangkutan sebesar Rp /m 3. biaya penyimpanan Rp 3.333,33/m 3, biaya retribusi kayu Rp. 666,67/m 3. Pada pola saluran 3 yang terdiri dari produsen kayu gergajian, dilanjutkan dengan pedagang eceran, total marjin yang terbentuk sebesar Rp ,33 per meter kubik atau sebesar 29,27 persen dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah sebesar Rp ,14 per meter kubik atau sebesar 7,12 persen komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang eceran pada pola saluran 3 antara lain biaya pengangkutan sebesar Rp ,33/m 3. Biaya bongkar muat sebesar Rp ,33/m3, biaya penyimpanan kayu Rp ,14/m 3 dan biaya sewa kendaraan (pick up) sebesar Rp /m 3. Sebaran marjin pada setiap tingkat lembaga pemasaran juga menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Marjin pemasaran terbesar umumnya terjadi pada tingkat pedagang pengirim atau distributor dengan marjin tertinggi terjadi pada pedagang pengirim atau distributor yang melakukan penjualan kayu gergajian ke luar daerah. 71

88 Berdasarkan Keuntungan pemasaran yang diperoleh, maka saluran pemasaran terbesar terdapat pada pola saluran 1 sebesar Rp ,39 atau sebesar 31,23 persen dari harga jual pedagang material. Pada jalur II keuntungan yang diperoleh sebesar Rp ,77 atau sebesar 24,79 persen, sedangkan pada jalur III merupakan keuntungan terkecil yakni sebesar Rp ,19 atau sebesar 22,15 persen. Jika dilihat dari jumlah marjin, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh maka jalur pemasaran II merupakan saluran yang lebih efisien, hal ini dikarenakan biaya marjin lebih kecil dan juga biayanya lebih kecil dan keuntungan yang cukup besar jika dibandingkan dengan saluran pemasaran satu dan ataupun tiga. Tetapi apabila dilihat dari volume penjualan saluran pemasaran dua belum dikatakan efisien karena kontinuitas volume penjualan. Namun jika IPK ingin menambah volume penjualannya maka IPK tidak mungkin hanya menggunakan saluran pemasaran II saja untuk menyalurkan produknya. Alternatif saluran pemasaran yang bisa digunakan selain saluran pemasaran II adalah saluran pemasaran I karena pada saluran pemasaran ini merupakan volume penjualan yang paling besar di IPK. Pada pola saluran 1 yang terdiri dari produsen kayu gergajian, dilanjutkan dengan distributor dan pedagang material, total marjin yang terbentuk sebesar Rp ,66 per meter kubik atau sebesar 37,53 persen dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah sebesar Rp ,33 per meter kubik atau sebesar 8,57 persen komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang distributor pada pola saluran 1 antara lain biaya pengangkutan sebesar Rp /m 3. Biaya bongkar muat sebesar Rp /m3, biaya penerbitan surat ijin Rp /m 3, biaya retribusi kayu Rp. 200/m 3 dan biaya sewa kendaraan (colt diesel) sebesar Rp /m 3. komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang material pada pola saluran 1 antara lain biaya penyimpanan sebesar Rp ,33/m 3. Pada pola saluran 2 yang terdiri dari produsen kayu gergajian, dilanjutkan dengan pedagang material, total marjin yang terbentuk sebesar Rp ,99 per meter kubik atau sebesar 29,95 persen dengan total biaya yang dikeluarkan oleh 72

89 seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah sebesar Rp ,18 per meter kubik atau sebesar 1,88 persen komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang material pada pola saluran 2 antara lain biaya pengangkutan sebesar Rp /m 3. biaya penyimpanan Rp 2.941,18/m 3, biaya retribusi kayu Rp. 200/m 3. Tabel 18. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Sengon dengan Skala Usaha Besar di Kecamatan Cigudeg, Bogor Uraian Saluran Pemasaran 1 2 Nilai (Rp/m 3 ) % Nilai (Rp/m 3 ) % IPK Biaya Produksi ,68 62, ,68 70,05 Biaya Pemasaran 5.000,00 0, ,00 0,63 Keuntungan ,66 11, ,66 12,71 Marjin ,66 11, ,66 13,33 Harga Jual ,33 74, ,33 83,39 Distributor Harga Beli ,33 74, Biaya Pemasaran ,00 7, Keuntungan ,33 7, Marjin ,33 14, Harga Jual ,67 89, Pedagang Material Harga Beli ,67 89, ,33 83,39 Biaya Pemasaran 3.333,33 0, ,18 1,27 Keuntungan ,33 10, ,16 15,36 Marjin ,67 10, ,33 16,61 Harga Jual ,33 100, ,67 100,00 Total Biaya Pemasaran ,33 8, ,18 1,88 Total Keuntungan ,32 28, ,81 28,07 Total Marjin ,66 37, ,99 29,95 Berdasarkan Keuntungan pemasaran yang diperoleh, maka saluran pemasaran terbesar terdapat pada pola saluran 1 sebesar Rp ,32 atau sebesar 28,96 persen dari harga jual pedagang material. Pada jalur II keuntungan yang diperoleh sebesar Rp ,81 atau sebesar 28,07 persen. Jika dilihat dari jumlah marjin, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh maka jalur pemasaran II merupakan saluran yang lebih efisien, hal ini 73

90 dikarenakan biaya marjin lebih kecil dan juga biayanya lebih kecil dan keuntungan yang cukup besar jika dibandingkan dengan saluran pemasaran satu. Tetapi apabila dilihat dari volume penjualan saluran pemasaran dua belum dikatakan efisien karena kontinuitas volume penjualan. Namun jika IPK ingin menambah volume penjualannya maka IPK tidak mungkin hanya menggunakan saluran pemasaran II saja untuk menyalurkan produknya. Alternatif saluran pemasaran yang bisa digunakan selain saluran pemasaran II adalah saluran pemasaran I karena pada saluran pemasaran ini merupakan volume penjualan yang paling besar di IPK Producer s Share Producer s share merupakan salah satu indikator yang dapat membandingkan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir untuk menentukan efisiensi pemasaran suatu produk. Nilai persentase producer s share juga dapat mengukur tingkat efisien atau tidaknya saluran pemasaran. Besarnya nilai producer s share dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 19. Producer s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian Jenis Sengon dengan Skala Usaha Besar Saluran Pemasaran Harga Ditingkat IPK Harga Ditingkat Konsumen Producer s Share (%) , ,33 74, , ,67 83,39 Pada pemasaran produk kayu gergajian, besarnya bagian harga yang diterima produsen berbeda pada setiap pola salurannya. Pada pola saluran 1, bagian harga yang diterima oleh produsen adalah sebesar 74,37 persen; pada pola saluran 2, bagian harga yang diterima oleh produsen sebesar 83,39 persen. Berdasarkan sebaran bagian harga yang diterima produsen (Producer s Share) pada setia pola saluran tersebut, dapat diketahui bahwa bagian harga yang diterima produsen terbesar terdapat pada pola saluran 2, hal ini berkaitan dengan pendeknya saluran pemasaran, rendahnya harga di tingkat konsumen, dan rendahnya marjin tataniaga yang terbentuk. Bagian harga yang diterima produsen terkecil terdapat pada pola saluran 1, hal ini dikarenakan tingginya harga jual pada 74

91 tingkat lembaga pemasaran tertinggi dan besarnya marjin pemasaran yang terbentuk. Perbedaan bagian harga yang diterima produsen (Producer s Share) pada setiap saluran pemasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya; a) besar kecilnya marjin pemasaran yang terbentuk pada setiap saluran pemasaran, dan b) rendah dan tingginya harga ditingkat konsumen atau harga jual pada tingkat lembaga pemasaran tertinggi. Tabel 20. Producer s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian Jenis Sengon dengan Skala Usaha Menengah Saluran Pemasaran Harga Ditingkat IPK Harga Ditingkat Konsumen Producer s Share (%) , ,67 76, , ,67 86, , ,33 85,77 Pada pemasaran produk kayu gergajian, besarnya bagian harga yang diterima produsen berbeda pada setiap pola salurannya. Pada pola saluran 1, bagian harga yang diterima oleh produsen adalah sebesar 76,25 persen; pada pola saluran 2, bagian harga yang diterima oleh produsen sebesar 86,26 persen; pada pola saluran 3, bagian harga yang diterima oleh produsen sebesar 85,77 persen. Berdasarkan sebaran bagian harga yang diterima produsen (Producer s Share) pada setia pola saluran tersebut, dapat diketahui bahwa bagian harga yang diterima produsen terbesar terdapat pada pola saluran 2, hal ini berkaitan dengan pendeknya saluran pemasaran, rendahnya harga di tingkat konsumen, dan rendahnya marjin tataniaga yang terbentuk. Bagian harga yang diterima produsen terkecil terdapat pada pola saluran 1, hal ini dikarenakan tingginya harga jual pada tingkat lembaga pemasaran tertinggi dan besarnya marjin pemasaran yang terbentuk. Perbedaan bagian harga yang diterima produsen (Producer s Share) pada setiap saluran pemasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya; a) besar kecilnya marjin pemasaran yang terbentuk pada setiap saluran pemasaran, dan b) rendah dan tingginya harga ditingkat konsumen atau harga jual pada tingkat lembaga pemasaran tertinggi. 75

92 Tabel 21. Producer s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian Jenis Sengon dengan Skala Usaha Besar Saluran Pemasaran Harga Ditingkat IPK Harga Ditingkat Konsumen Producer s Share (%) ,33 78, ,67 86,37 Pada pemasaran produk kayu gergajian, besarnya bagian harga yang diterima produsen berbeda pada setiap pola salurannya. Pada pola saluran 1, bagian harga yang diterima oleh produsen adalah sebesar 78,81 persen; pada pola saluran 2, bagian harga yang diterima oleh produsen sebesar 86,37 persen. Berdasarkan sebaran bagian harga yang diterima produsen (Producer s Share) pada setia pola saluran tersebut, dapat diketahui bahwa bagian harga yang diterima produsen terbesar terdapat pada pola saluran 2, hal ini berkaitan dengan pendeknya saluran pemasaran, rendahnya harga di tingkat konsumen, dan rendahnya marjin tataniaga yang terbentuk. Bagian harga yang diterima produsen terkecil terdapat pada pola saluran 1, hal ini dikarenakan tingginya harga jual pada tingkat lembaga pemasaran tertinggi dan besarnya marjin pemasaran yang terbentuk. Perbedaan bagian harga yang diterima produsen (Producer s Share) pada setiap saluran pemasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya; a) besar kecilnya marjin pemasaran yang terbentuk pada setiap saluran pemasaran, dan b) rendah dan tingginya harga ditingkat konsumen atau harga jual pada tingkat lembaga pemasaran tertinggi Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio keuntungan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran keuntungan dan biaya pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada masingmasing saluran pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio yang diperoleh dapat menunjukkan semakin besar keuntungan yang diperoleh. Nilai rasio keuntungan terbesar pada masing-masing saluran pemasaran kayu gergajian jenis sengon adalah saluran pemasaran I rasio keuntungan biaya pemasaran terbesar diperoleh pedagang material yaitu sebesar 28,00, pada saluran pemasaran II rasio keuntungan dan biaya pemasaran terbesar juga diperoleh pedagang material yaitu 76

93 sebesar 12,05. Nilai rasio keuntungan biaya pada setiap lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran menunjukkan nilai rasio keuntungan biaya yang berbeda. Nilai rasio keuntungan biaya terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran satu, yaitu sebesar 28,00. Nilai rasio keuntungan sebesar 28,00 berarti, bahwa dari setiap Rp.1 per meter kubik biaya pemasaran yang dkeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 28,00 per meter kubik. Tabel 22. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Sengon dengan Skala Usaha Kecil di Kecamatan Cigudeg, Bogor Keuntungan (Rp/m 3 ) Biaya (Rp/m 3 ) Rasio Keuntungan (Rp/m 3 ) Lembaga Pemasaran Pola Saluran 1 Distributor , ,00 0,94 Pedagang Material , ,33 28,00 Pola Saluran 2 Pedagang Material , ,18 12,05 Selanjutnya rasio keuntungan biaya yang terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran dua, yaitu sebesar 12,05. Nilai rasio keuntungan sebesar 12,05 berarti, bahwa dari setiap Rp.1 per meter kubik biaya pemasaran yang dkeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 12,05 per meter kubik. Rasio keuntungan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran keuntungan dan biaya pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada masingmasing saluran pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio yang diperoleh dapat menunjukkan semakin besar keuntungan yang diperoleh. Nilai rasio keuntungan terbesar pada masing-masing saluran pemasaran kayu gergajian jenis sengon adalah saluran pemasaran I rasio keuntungan biaya pemasaran terbesar diperoleh pedagang material yaitu sebesar 32,70, pada saluran pemasaran II rasio keuntungan dan biaya pemasaran terbesar juga diperoleh pedagang material yaitu sebesar 7,13, sedangkan pada saluran pemasaran III rasio keuntungan dan biaya pemasaran terbesar diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar 1,16. Nilai rasio keuntungan biaya pada setiap lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran menunjukkan nilai rasio keuntungan biaya yang berbeda. Nilai rasio keuntungan biaya terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran satu, yaitu sebesar 32,70. 77

94 Nilai rasio keuntungan sebesar 32,70 berarti, bahwa dari setiap Rp.1 per meter kubik biaya pemasaran yang dkeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 32,70 per meter kubik Tabel 23. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Sengon dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Bogor Keuntungan (Rp/m 3 ) Biaya (Rp/m 3 ) Rasio Keuntungan (Rp/m 3 ) Lembaga Pemasaran Pola Saluran 1 Distributor , ,00 2,74 Pedagang Material , ,33 32,70 Pola Saluran 2 Pedagang Material , ,67 7,13 Pola Saluran 3 Pedagang Pengecer , ,14 1,16 Selanjutnya rasio keuntungan biaya yang terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran dua, yaitu sebesar 7,13. Nilai rasio keuntungan sebesar 7,13 berarti, bahwa dari setiap Rp.1 per meter kubik biaya pemasaran yang dkeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 7,13 per meter kubik. Rasio keuntungan biaya yang terkecil adalah berada pada saluran pemasaran tiga yakni sebesar Rp. 1,16 terdapat pada pedagang pengecer Rp. 1,16 yang berarti setiap Rp. 1 per meter kubik biaya pemasaran yang dikeluarkan akan mengalami kerugian sebesar Rp. 1,16 per meter kubik dan dengan demikian maka saluran pemasaran ini belum efisien. Rasio keuntungan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran keuntungan dan biaya pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada masingmasing saluran pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio yang diperoleh dapat menunjukkan semakin besar keuntungan yang diperoleh. Nilai rasio keuntungan terbesar pada masing-masing saluran pemasaran kayu gergajian jenis sengon adalah saluran pemasaran I rasio keuntungan biaya pemasaran terbesar diperoleh pedagang material yaitu sebesar 28,00, pada saluran pemasaran II rasio keuntungan dan biaya pemasaran terbesar juga diperoleh pedagang material yaitu sebesar 8,14. Nilai rasio keuntungan biaya pada setiap lembaga pemasaran dalam 78

95 saluran pemasaran menunjukkan nilai rasio keuntungan biaya yang berbeda. Nilai rasio keuntungan biaya terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran satu, yaitu sebesar 28,00. Nilai rasio keuntungan sebesar 28,00 berarti, bahwa dari setiap Rp.1 per meter kubik biaya pemasaran yang dkeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 28,00 per meter kubik. Tabel 24. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian Sengon dengan Skala Usaha Besar di Kecamatan Cigudeg, Bogor Keuntungan (Rp/m 3 ) Biaya (Rp/m 3 ) Rasio Keuntungan (Rp/m 3 ) Lembaga Pemasaran Pola Saluran 1 Distributor , ,00 0,36 Pedagang Material , ,33 28,00 Pola Saluran 2 Pedagang Material , ,18 8,14 Selanjutnya rasio keuntungan biaya yang terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran dua, yaitu sebesar 8,14. Nilai rasio keuntungan sebesar 8,14 berarti, bahwa dari setiap Rp.1 per meter kubik biaya pemasaran yang dkeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 8,14 per meter kubik. 79

96 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis nilai tambah kayu gergajian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahan baku diperoleh dari agen penyuplai yang menjadi langganan. Kendala pengelola industri penggergajian kayu dalam penyediaan bahan baku adalah jumlahnya tidak stabil dan harga bahan baku mahal. Nilai tambah terbesar yang dihasilkan dari pengolahan kayu gergajian diperoleh IPK skala usaha besar dan nilai tambah terkecil pada IPK skala usaha kecil. Kegiatan pengolahan kayu gergajian pada skala usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar merupakan kegiatan yang menitikberatkan pada padat modal, karena keuntungan yang diterima pengelola IPK lebih besar dibandingkan dengan sumbangan input lain atau biaya tenaga kerja. 2. Berdasarkan skala usaha terdapat tiga saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material- Konsumen) dan saluran pemasaran III (IPK-Pedagang Pengecer- Konsumen) untuk skala usaha menengah, sedangkan skala usaha kecil dan usaha besar terdapat dua saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material- Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen). Struktur pasar yang terbentuk pada skala usaha kecil,usaha menengah dan usaha besar struktur pasar yang terjadi hampir sama yaitu cenderung oligopoli diferensiasi. Perilaku pasar dapat dilihat dari praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran, sistem penentuan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran dengan skala usaha yang dijalankan.

97 3. Berdasarkan analisis marjin pemasaran, Producer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya, maka skala usaha kayu gergajian menunjukkan hasil yang sama. Pola saluran pemasaran kayu gergajian yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran pemasaran satu Saran 1. Pada kondisi saat ini, mengingat penyediaan bahan baku jumlahnya tidak stabil dan harga bahan baku mahal, pengusaha kecil, menengah dan besar harus mampu mengembangkan tanaman sengon agar tidak bergantung pada pasokan petani. 2. Pada skala usaha menengah untuk tetap mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan sehingga mampu memberikan keuntungan sedangkan untuk skala usaha kecil dan usaha besar agar memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan sehingga keuntungan yang didapat lebih baik. 81

98 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Laporan PDB Kehutanan Indonesia. PDB Kehutanan Indonesia Tahun Jakarta Badan Pusat Statistik Produksi Hasil Kayu. Produksi Kehutanan Indonesia. Jakarta Badan Pusat Statistik Klasifikasi Pengelompokkan Usaha. di Indonesia Jakarta Dahl, Dale C. and Hammond J. W Market and Price Analysis. The Agricultural Industries. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York Dinas Kehutanan Laporan Perkembangan Industri Kayu. Bogor Hayami Y., Thosinori, M., dan Masdjidin S Agricultural Markerting and Processing in Upland Java: A prospectif From A Sunda Village, Bogor Kohls, Richard L. And Joseph N. Uhl Marketing of Agricultural Products, Purdue University. Macmillan Publishing Company. New York Kotler, P Manajemen Pemasaran. Edisi Kesepuluh. PT. Prenhalindo. Jakarta Limbong, W.H. dan P. Sitorus Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor Nugraha Eka Analisis sistem Tataniaga Kayu Jenis Sengon (Paraserianthes Falcataria). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor:Bogor Nugraha Bhakti Analisis Pengaruh Tebal Kayu Gergajian Terhadap Rendemen dan Mutu Penggergajian. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Winaya Mukti. Jatinangor Permata Dian Analisis Profitabilitas dan Penetapan Harga Jual Kayu Gergajian Sengon (Paraserianthes Falcataria). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rachmina D, Burhanudin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor Setyaningsih Nunung Analisis Nilai Tambah Industri Pengolahan Ayam Berbumbu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor 82

99 83

100 Lampiran 1. Dokumentasi Lapang Pada Industri Penggergajian Kayu di Kecamatan Cigudeg, Bogor Gambar 1a. Jenis Produk Kaso Kayu Sengon (4cm x 6cm) Gambar 1b. Jenis Produk Papan Kayu Sengon (1,8cm x 18cm) Gambar 1c. Jenis Produk Balok Kayu Sengon (6cm x 12cm) 84

101 Lanjutan Lampiran 1. Gambar 1d. Mesin Utama Penggergajian Kayu Gambar 1e. Bahan Baku Kayu Gergajian 85

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian Widarmana (1977) 6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor)

ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor) ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor) Oleh : DIAN PERMATA A 14105529 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG 5.1. Kondisi Geografis dan Potensi Alam Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat. Daerah ini memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan : Budidaya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaku Pemasaran Kayu Rakyat Pelaku pemasaran kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung terdiri dari petani hutan rakyat, pedagang pengumpul dan sawmill (industri

Lebih terperinci

SKRIPSI MARIA MONTESORI H

SKRIPSI MARIA MONTESORI H OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR SKRIPSI MARIA MONTESORI H34066077 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KAYU JENIS SENGON

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KAYU JENIS SENGON ANALISIS SISTEM TATANIAGA KAYU JENIS SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA (Kasus di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat) Oleh : Anggun Eka Nugraha Putra A 14101658

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) SKRIPSI DEWINTHA STANI H34066033 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Okwan Himpuni H 34066099 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Jati Pohon jati merupakan pohon yang memiliki kayu golongan kayu keras (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2013 di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang berada di sebelah timur

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH OLEH: ZAKY ADNANY A

SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH OLEH: ZAKY ADNANY A SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH OLEH: ZAKY ADNANY A14105719 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang melimpah. Sumberdaya hutan Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini. Teori-teori ini merupakan landasan untuk menjawab tujuan-tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA SKRIPSI ELA ELAWATI H34050118 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau bahan berkayu (hasil hutan atau hasil perkebunan, limbah pertanian dan lainnya) menjadi berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI AJEN MUKAROM H34066008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI. Oleh Sazili Musaqa A

ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI. Oleh Sazili Musaqa A ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI Oleh Sazili Musaqa A07400548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG 1 ANALISIS PERANAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG OLEH : RACHMAT AKBAR MUDJAHIDIN H 14104128 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Idah Lumahtul Fuad Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: faperta.@yudharta.ac.id ABSTRAKSI Degradasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM Oleh : KEMAS IBRAHIM A14105566 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : Nur Arifatul Ulya, Edwin Martin, Bambang Tejo Premono dan 1) Andi Nopriansyah ABSTRAK Jati ( Tectona grandis) merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci