KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
|
|
- Sudomo Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : Nur Arifatul Ulya, Edwin Martin, Bambang Tejo Premono dan 1) Andi Nopriansyah ABSTRAK Jati ( Tectona grandis) merupakan salah satu jenis tanaman yang menghasilkan kayu dengan nilai ekonomis tinggi. Di Sumatera, Jati sebenarnya telah sejak lama dibudidayakan oleh masyarakat di Propinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran kayu Jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur. Metode survei digunakan untuk mengumpulkan data yang selanjutnya dianalisis untuk mengetahui saluran pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 saluran pemasaran kayu jati rakyat. Pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur umumnya kurang efisien. Saluran pemasaran yang paling efisien dari seluruh saluran pemasaran yang ada adalah saluran pemasaran ke 4 yaitu petani-pedagangperantara-pengrajin meubel di Jepara Kata kunci : Efisiensi pemasaran, jati, saluran pemasaran, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan kayu yang mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi. Nilai ekonomi ini timbul baik karena kekuatan, keawetan maupun teksturnya yang indah. Menurut Sumarna (2003) kayu jati banyak dimanfaatkan dalam industri properti seperti untuk rangka, kusen, pintu dan jendela. Selain itu, dengan teksturnya yang indah kayu jati juga banyak dimanfaatkan dalam industri furniture. Di Pulau Sumatera, Jati telah sejak lama diusahakan oleh masyarakat di Propinsi Lampung. Tanaman jati rakyat juga berkembang ke propinsi lainnya di Sumatera dalam tahun 1990-an, misalnya di Propinsi Bengkulu (Martin et al. 2004). Namun, saat ini animo masyarakat pulau sumatera untuk membudidayakan tanaman jati di kebun mulai mengalami penurunan. Penyebab terhambatnya perkembangan jati sebagai tanaman pilihan hutan rakyat ini teridentifikasi sebagai berikut: (1) Segmentasi pasar lokal kayu jati belum terbentuk sempurna; (2) Pertumbuhan jati tergantung perawatan dan tempat tumbuh; (3) Lahan yang sejak awal ditanami jati secara monokultur tidak bisa dimanfaatkan untuk jenis lainnya (tumpang saripola agroforestry); (4) Berkembangnya komoditas sawit yang dianggap lebih profitable. 1) Masing-masing Peneliti pada BPK Palembang 211
2 Berdasarkan hasil riset sosial budaya dan ekonomi kehutanan oleh Badan Litbang Departemen Kehutanan (2004) disebutkan bahwa keengganan masyarakat dalam mengembangkan hutan rakyat adalah akibat tidak tersedianya informasi pasar yang lengkap. Rentabilitas usaha pengelolaan hutan rakyat jati diduga sebagian besar tidak diterima petani, tetapi diterima oleh pedagang perantara, sebab skenario pemasaran masih dikendalikan oleh pedagang dan jaringannya. Kendala tersebut diperburuk dengan belum berfungsinya kelembagaan tataniaga di tingkat petani secara optimal sehingga tidak mampu mengantisipasi perkembangan pasar (Achmad et al. 2004). B. Rumusan Permasalahan Penurunan minat menanam jati di lahan milik (kebun) antara lain disebabkan oleh tidak tersedianya informasi pasar yang lengkap sehingga mengakibatkan tingginya rentabilitas yang diterima pedagang perantara, sementara petani menerima rentabilitas yang rendah. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui saluran pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur 2. Mengetahui tingkat efisiensi pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Terdapat beberapa saluran pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur 2. Pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur tidak efisien E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kajian pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur yang terjadi pada saat pengambilan data dilakukan. II. METODOLOGI A. Lokasi Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Timur, tepatnya di Kecamatan Sekampung Udik. Pemilihan lokasi ini berdasarkan data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur yang menyatakan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi jati rakyat. 212 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,
3 B. Metode 1. Pengambilan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh di lapangan dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terstruktur dan semi terstruktur. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, baik berbentuk laporan maupun dokumentasi lainnya. Penentuan responden dilakukan melalui metode snowball sampling, yaitu dengan mengambil sampel salah satu pelaku pasar yang terus menyebar ke pelaku pasar lainnya berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku sebelumnya. Materi pertanyaan yang diajukan meliputi aspek pasar dari jati rakyat yang meliputi harga jual dan biaya produksinya dimulai dari tingkat petani (produsen) hingga ke pedagang produk akhir kayu jati. Responden meliputi industri pengolahan kayu jati rakyat sebanyak 5 industri, pengrajin kayu jati rakyat sebanyak 10 pengrajin, pedagang pengumpul kayu jati sebanyak 7 pedagang dan petani jati rakyat sebanyak 15 petani pada lokasi yang terpilih. Data sekunder diperoleh dari instansi kehutanan dan pemerintah daerah setempat. Data-data tersebut berupa kebutuhan kayu jati rakyat, harga bahan baku kayu jati rakyat, variasi produk yang dihasilkan, harga produk kayu jati setengah jati, harga produk kayu jati, pemasaran hasil, marjin pemasaran, biaya produksi, biaya investasi. 2. Analisis Data Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemasaran kayu jati rakyat dalam kajian ini menggunakan dua indikator ekonomi yaitu analisis marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran. 1. Analisis Marjin Pemasaran Indikator marjin pemasaran dalam sistem tata niaga tujuannya adalah untuk mengetahui alokasi distribusi biaya yang diterima oleh lembaga pemasaran pada sistem tata niaga yang sedang berjalan. Secara matematis formula umum marjin pemasaran dirumuskan sebagai berikut : Mp = Pr Pf Di mana : Mp = marjin pemasaran Pr = harga tingkat konsumen ( user) Pf = harga tingkat produsen. 2. Efisiensi pemasaran Shepherd (1962) dalam Soekartawi (2002) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan, yang dirumuskan sebagai berikut : Ep = (TB/TNP) x 100% Di mana : Ep = efisiensi pemasaran TB = total biaya TNP = total nilai produk 213
4 III. SALURAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Hasil wawancara terhadap pelaku pasar jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur menunjukkan bahwa secara umum masyarakat atau petani yang memiliki tanaman jati menjual produk dalam bentuk pohon berdiri kepada pengumpul. Sistem penjualannya adalah dengan cara borongan, baik dalam jumlah besar (lebih dari 10 batang pohon) maupun dalam jumlah kecil (di bawah 10 batang pohon). Dalam hal ini petani menerima hasil bersih penjualan tersebut, tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk penjualan jati. Karena semua biaya mulai dari penebangan sampai pengangkutan ditanggung oleh pengumpul. Pengumpul melakukan kegiatan pembelian jati dari petani di beberapa tempat sampai terpenuhi kapasitas muatan truk untuk selanjutnya dikirim ke Pulau Jawa, tepatnya ke Jakarta (Klender) dan Jepara dalam bentuk kayu gelondongan dengan panjang sortimen 2 meter. Kayu jati gelondongan ini digunakan sebagai bahan meubel. Pengiriman kayu jati rakyat ke Jawa hampir seluruhnya dilakukan dalam bentuk kayu gelondongan. Pengiriman dalam bentuk kayu gergajian hanya dilakukan jika ada pemesanan. Pemakaian kayu jati untuk kebutuhan lokal sangat terbatas, hal ini antara lain disebabkan oleh daya beli masyarakat yang terbatas. Pengusaha meubel lokal juga sangat sedikit mengolah bahan dari jati rakyat dengan alasan kemampuan pembelian bahan kayu jati yang sangat terbatas. Kebanyakan bahan meubel untuk segmen pasar lokal adalah kayu bayur. Bahkan beberapa pengusaha meubel hanya menerima upah pengerjaan saja untuk meubel berbahan kayu jati karena umumnya pemesan membawa sendiri bahan (kayunya). Lokasi kebun petani yang tergolong jauh dengan pengguna yang sebagian besar adalah pengrajin meubel di Pulau Jawa menyebabkan diperlukannya keterlibatan lembaga-lembaga pemasaran dalam proses pemindahan kayu dari berupa pohon berdiri di kebun petani hingga ke tangan konsumen. Sementara harga kayu jati yang terbentuk di pasar tergantung pada tingkatan pelaku dalam saluran pemasaran atau tingkatan pelaku pemasaran dalam tataniaga. Secara umum terdapat 4 (empat) saluran pemasaran kayu jati rakyat yang terdapat di Kabupaten Lampung Timur, yaitu : - Saluran 1 (satu), petani menjual langsung berupa pohon berdiri kepada konsumen akhir yang pada umumnya adalah masyarakat dan rumah tangga yang berdomisili dekat dengan petani pemilik pohon jati atau kebun jati. Konsumen mengeluarkan biaya penebangan dan angkutan. Biaya penebangan per meter kubik adalah Rp , sedangkan ongkos angkut per meter kubik adalah Rp Saluran 2 (dua), petani menjual pohon berdiri kepada pedagang pengumpul. Kemudian pedagang pengumpul mengeluarkan biaya untuk penebangan, pengangkutan dan SKSHH. Pedagang pengumpul ini selanjutnya menjual kayu gelondongan kepada panglong (depot kayu) atau sawmill yang lokasinya masih di satu kabupaten. Biaya yang dikeluarkan oleh panglong atau sawmill adalah biaya pengolahan kayu menjadi kayu gergajian. - Saluran 3 (tiga), petani menjual pohon berdiri kepada pedagang pengumpul yang selanjutnya menjual kayu dalam bentuk gelondongan kepada pengrajin meubel di Jakarta. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul 214 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,
5 dari mengambil kayu dari petani sampai menjual ke Jakarta meliputi biaya tebang, angkut, SKSHH, pungutan-pungutan selama transportasi kayu gelondongan dari Kabupaten Lampung Timur sampai ke Jakarta, bongkar muat kayu dan biaya transportasi (truk). - Saluran 4 (empat), petani menjual pohon berdiri kepada pedagang pengumpul yang selanjutnya menjual kayu dalam bentuk gelondongan kepada pengrajin meubel di Jepara (Jawa Tengah). Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dari mengambil kayu dari petani sampai menjual ke Jepara meliputi biaya tebang, angkut (dari lokasi penebangan ke TPn), SKSHH, pungutan-pungutan selama transportasi kayu gelondongan dari Kabupaten Lampung Timur sampai ke Jepara, bongkar muat kayu dan biaya transportasi (truk). Secara sederhana saluran pemasaran kayu Jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur disajikan pada Gambar ,3,4 Panglong/ sawmill Konsumen akhir Petani 2 Pedagang Pengumpul 3 4 Pengrajin mebel di Jakarta Pengrajin mebel di Jepara Gambar 1. Saluran Pemasaran Kayu Jati Rakyat di Kabupaten Lampung Timur IV. EFISIENSI PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT LAMPUNG TIMUR DI KABUPATEN A. Marjin Pemasaran Kayu Jati rakyat Menurut Soekartawi (2002), marjin pemasaran kayu jati rakyat merupakan perbedaan harga yang diterima petani sebagai produsen terhadap harga yang diterima konsumen. Dalam pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur, selisih harga terjadi karena adanya biaya pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh setiap pelaku yang terlibat dalam kegiatan pemasaran. Marjin pemasaran kayu jati rakyat dianalisis dengan menggunakan saluran pemasaran yang berlaku selama penelitian berlangsung, yaitu : 1. Petani Pedagang pengumpul Panglong/ sawmill (Saluran 2) 215
6 2. Petani Pedagang pengumpul Pengrajin mebel di Jakarta (Saluran 3) 3. Petani Pedagang pengumpul Pengrajin mebel di Jepara (Saluran 4) Sebaran rata-rata margin, harga dan biaya operasional pemasaran kayu jati rakyat pada Saluran 2 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Sebaran Rata-rata Marjin, Harga dan Biaya Operasional Pemasaran Kayu Jati Rakyat pada Saluran 2 di Kabupaten Lampung Timur Uraian Harga (Rp/m 3 ) Share (%) PETANI Harga jual (pohon berdiri) ,21 PEDAGANG PENGUMPUL Biaya ,57 - Tebang ,29 - Angkut ,57 - SKSHH ,71 Margin keuntungan ,50 Margin pemasaran ,07 Harga Jual ,29 PANGLONG/SAWMILL Biaya - pengolahan ,29 Margin keuntungan ,43 Margin pemasaran ,71 Harga Jual ,00 Pada saluran 2, petani menjual kayu jati dalam bentuk pohon berdiri dengan harga rata-rata Rp per meter kubik. Pada saluran 2 harga jual kayu jati dari pedagang pengumpul kepada panglong sebesar 39,29% dari harga yang diterima di tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran yang diterima pedagang pengumpul adalah 16,07% yang terdiri dari biaya pemasaran 12,57% dan keuntungan pemasaran 16,07%. Artinya keuntungan pemasaran total dari pedagang pengumpul lebih besar 3,5% dari biaya pemasaran total yang dikeluarkan. Pada tingkat panglong/ sawmill kayu jati dijual Rp per meter kubik atau sebesar 100% dari harga di tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran yang diterima adalah sebesar 60,71% yang terdiri dari biaya pemasaran sebesar 39,29% dan margin keuntungan sebesar 21,43%. Distribusi marjin pemasaran pada tiap tingkatan tidak merata dan keuntungan tertinggi dinikmati oleh panglong/ sawmill. Marjin keuntungan paling besar adalah panglong/ sawmill yaitu sebesar 21,43%. Jika membandingkan besarnya marjin keuntungan, sudah sewajarnya panglong/ sawmill mendapatkan marjin keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan pedagang pengumpul. Karena panglong/ sawmill juga lebih banyak melakukan proses produksi dan mengeluarkan biaya pemasaran. Sebaran rata-rata margin, harga dan biaya operasional pemasaran kayu jati rakyat pada Saluran 3 disajikan pada Tabel Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,
7 Tabel 2. Sebaran Rata-rata Marjin, Harga dan Biaya Operasional Pemasaran Kayu Jati Rakyat pada Saluran 3 di Kabupaten Lampung Timur Uraian Harga (Rp/m 3 ) Share (%) PETANI Harga jual (pohon berdiri) ,41 PEDAGANG PENGUMPUL Biaya ,29 - Tebang ,17 - Angkut ,45 - SKSHH ,52 - Pungutan-pungutan ,15 - Bongkar muat ,59 - Transportasi ,41 Margin keuntungan ,30 Margin pemasaran ,59 Harga Jual ( di Jakarta) ,00 Pada saluran 3, petani menjual kayu jati dalam bentuk pohon berdiri dengan harga rata-rata Rp per meter kubik. Pada saluran 3 harga jual kayu jati dari pedagang pengumpul kepada pengrajin meubel di Jakarta adalah Rp atau sebesar 100% dari harga di tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran yang diterima pedagang pengumpul adalah 77,59% yang terdiri dari biaya pemasaran sebesar 38,29% dan marjin keuntungan sebesar 39,30%. Distribusi marjin pemasaran pada tiap tingkatan tidak merata dan keuntungan tertinggi dinikmati oleh pedagang pengumpul, yaitu sebesar 77,59%. Jika membandingkan besarnya margin keuntungan, sudah sewajarnya pedagang pengumpul mendapatkan marjin keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani, karena semua kegiatan produksi dari penebangan sampai transportasi kayu gelondongan kepada pembeli (pengrajin meubel) di Jakarta. Sebaran rata-rata marjin, harga dan biaya operasional pemasaran kayu jati rakyat pada Saluran 4 disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada saluran 4, petani menjual kayu jati dalam bentuk pohon berdiri dengan harga rata-rata Rp per meter kubik. Pada saluran 4 harga jual kayu jati dari pedagang pengumpul kepada pengrajin meubel di Jepara adalah Rp atau sebesar 100% dari harga di tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran yang diterima pedagang pengumpul adalah 83,54% yang terdiri dari biaya pemasaran sebesar 32,88% dan margin keuntungan sebesar 50,67%. Distribusi marjin pemasaran pada tiap tingkatan tidak merata dan keuntungan tertinggi dinikmati oleh pedagang pengumpul, yaitu sebesar 83,54%. Jika membandingkan besarnya marjin keuntungan, sudah sewajarnya pedagang pengumpul mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani, karena semua kegiatan produksi dari penebangan sampai transportasi kayu gelondongan kepada pembeli yang merupakan pengrajin meubel di Jepara dilakukan oleh pedagang pengumpul. 217
8 Tabel 3. Sebaran Rata-rata Marjin, Harga dan Biaya Operasional Pemasaran Kayu Jati Rakyat pada Saluran 4 Uraian Harga (Rp/m 3 ) Share (%) PETANI Harga jual (pohon berdiri) ,46 PEDAGANG PENGUMPUL Biaya ,88 - Tebang ,33 - Angkut ,53 - SKSHH ,05 - Pungutan-pungutan ,36 - Bongkar muat ,36 - Transportasi ,24 Margin keuntungan ,67 Margin pemasaran ,54 Harga Jual ( di Jepara) ,00 Penyebaran marjin yang tidak merata mencerminkan struktur pasar kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur bersifat oligopoli. Pada saluran 2 pasar yang bersifat oligopoli terjadi karena terbatasnya panglong/ sawmill yang mengolah kayu jati gelondongan menjadi kayu gergajian. Hampir semua kayu Jati rakyat dari Lampung dikirim ke Jawa dalam bentuk kayu gelondongan. Pengolahan kayu jati menjadi kayu gergajian dilakukan jika ada pesanan saja. Penyebaran marjin yang tidak merata mencerminkan struktur pasar kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur masih bersifat oligopoli. Pada saluran 2 pasar yang bersifat oligopoli terjadi karena adanya jaringan informasi yang kuat antar pedagang pengumpul. Atau dengan kata lain terjadi penguasaan informasi pasar yang tidak seimbang di antara pelaku pemasaran. Di sisi lain pada tingkat petani pada umumnya mempunyai pendidikan yang rendah sehingga penguasaan informasinya kurang. Padahal semakin maju pengetahuan produsen, lembaga pemasaran dan konsumen terhadap penguasaan informasi pasar, maka semakin merata distribusi keuntungan yang diterima. Penyebaran marjin yang tidak merata juga mengindikasikan penguasaan informasi pasar yang tidak seimbang di antara pelaku pemasaran. Semakin maju pengetahuan produsen, lembaga pemasaran dan konsumen terhadap penguasaan informasi pasar, maka semakin merata distribusi keuntungan yang diterima. Secara umum petani di Kabupaten Lampung Timur menjual kayu jati dalam bentuk pohon berdiri karena petani tidak ingin merasa kesulitan dalam proses penjualan. Dalam hal budidaya, petani umumnya memelihara trubusan dari pohon jati terdahulu yang telah ditebang, sehingga dapat dikatakan mereka tidak pernah merasa sulit untuk mendapatkan pohon jati. Selain itu, para pedagang pengumpul yang aktif mencari jati karena tingginya permintaan dari Pulau Jawa sehingga bersedia melakukan penebangan di kebun petani. Dengan demikian sebenarnya terdapat persoalan mendasar yang berkaitan dengan informasi pasar, diantaranya : - informasi harga umumnya diterima dari hanya sesama petani 218 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,
9 - sebagian besar petani tidak mengetahui secara pasti spesifikasi jenis dan kualitas dan ukuran kayu yang dibutuhkan oleh pasar sehingga petani hanya mempu memasarkan kayunya dalam bentuk pohon berdiri. Pedagang pengumpul umumnya menjual kayu jati dalam bentuk kayu gelondongan dalam sortimen 2 meter karena alasan kemudahan dan lebih menguntungkan. Dikatakan lebih menguntungkan, karena tidak perlu biaya tambahan dan cacat kayu tidak terlihat. Apabila dibuat kayu gergajian justru akan terlihat jika kayu yang dihasilkan kurang bagus sehingga akan menghasilkan sedikit papan, atau papan yang dihasilkan kualitasnya kurang bagus. B. Efisiensi Pemasaran Kayu Jati Rakyat di Kabupaten Lampung Timur Shepherd (1962) dalam Soekartawi (2002) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan. Berdasarkan pengertian ini, dapat diartikan bahwa setiap ada penambahan biaya pemasaran memberi arti bahwa hal tersebut menyebabkan adanya pemasaran yang tidak efisien. Tabel 4. Nilai Biaya, Nilai Produk dan efisiensi Pemasaran Kayu Jati Rakyat di Kabupaten Lampung Timur Saluran Pemasaran Total Nilai Biaya (Rp) (1) Total Nilai Produk (Rp) (2) Efisiensi Pemasaran (%) (1)/(2) Saluran Saluran Saluran Saluran Rata-rata Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa saluran 4 merupakan saluran pemasaran paling efisien karena biaya pemasaran yang harus ditanggung konsumen paling kecil dibandingkan saluran pemasaran yang lain yaitu 28,2% dengan kata lain setiap Rp 100 nilai yang dibayar konsumen untuk pembelian kayu jati rakyat hanya Rp. 28,2 merupakan biaya pemasaran. Nilai rata-rata efisiensi pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur sebesar 33.4%, berarti dalam setiap Rp 100 nilai yang dibayar konsumen untuk pembelian kayu jati rakyat yang berasal dari Kabupaten Lampung Timur, Rp 33.4 merupakan biaya pemasaran. Hal ini mencerminkan bahwa pemasaran kayu Jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur kurang efisiens. Karena lebih dari 30% nilai yang dibayar oleh konsumen merupakan biaya pemasaran. Pengukuran efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang. Selain dengan perbandingan nilai total biaya dengan total nilai produk, dapat juga dilakukan dengan sebaran Ratio Profit Marjin (RPM) dalam setiap lembaga pemasaran yang ikut serta dalam proses pemasaran yaitu perbandingan keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang bersangkutan (Azzaino,1982 dalam Wahyudhi, 2004). Sehingga dapat 219
10 diketahui saluran pemasaran yang paling efisien. Syarat suatu tataniaga (pemasaran) dikatakan efisien bila : - Margin keuntungan setiap saluran kecil (< 50%) - Rasio margin keuntungan (RPM) tiap saluran menyebar merata. Atas dasar hal tersebut maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran 3, karena memberikan marjin keuntungan sebesar 39,30% dan rasio marjin keuntungan menyebar merata tiap saluran Secara umum dapat dikatakan bahwa penyebab kurang efisiensi ini terletak pada marjin pemasaran dan keuntungan yang tinggi pada tingkat pedagang pengumpul. Hal ini berawal dari rendahnya pengetahuan petani akan pemasaran kayu jati, kebutuhan mendesak petani dalam menjual kayu jatinya dan besarnya peranan pedagang pengumpul dalam pemasaran dan proses produksi. Efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pengetahuan petani akan teknik budidaya, kondisi pasar, spesifikasi jenis dan kualitas dan ukuran kayu yang dibutuhkan oleh pasar. Dengan pengetahuan yang lebih baik pada tingkat petani, diharapkan kualitas kayu yang dihasilkan mengalami peningkatan dan peranan petani dalam kegiatan pemasaran dapat ditingkatkan. Karena menurut idealnya, petani pun harus mampu menjangkau seluruh konsumen tanpa harus ada perantara. Sehingga harga lebih kompetitif, saluran pemasaran dapat diperpendek dan petani dapat memperoleh margin pemasaran yang lebih tinggi. V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : 1. Terdapat 4 saluran pemasaran kayu Jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur yaitu petani-konsumen akhir, petani-pedagang pengumpul-panglong/ sawmill- konsumen akhir, petani-pedagang pengumpul-pengrajin mebel di Jakarta, petanipedagang pengumpul-pengrajin mebel di Jepara 2. Saluran pemasaran yang paling efisiensi adalah saluran 4 dengan nilai efisiensi 28,2 % 3. Secara umum pemasaran kayu jati rakyat di Kabupaten Lampung Timur kurangefisien karena 33.4% harga yang dibayar konsumen adalah biaya pemasaran. B. Saran Efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pengetahuan petani akan teknik budidaya, kondisi pasar, spesifikasi jenis, kualitas dan ukuran kayu yang dibutuhkan oleh pasar. Dengan pengetahuan yang lebih baik pada tingkat petani, diharapkan kualitas kayu yang dihasilkan mengalami peningkatan dan peranan petani dalam kegiatan pemasaranan dapat ditingkatkan. Idealnya dalam hal saluran pemasaran, petani juga mampu menjangkau seluruh konsumen tanpa harus ada perantara. Sehingga harga lebih kompetitif, saluran pemasaran dapat diperpendek dan petani dapat memperoleh margin pemasaran yang lebih tinggi. 220 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,
11 DAFTAR PUSTAKA Achmad B., S. Mulyana, U. Supriyadi dan D. S. Rachmat, Kajian tata niaga kayu rakyat di Kabupaten Kuningan. Prosiding Ekspose Terpadu Hasil-Hasil Penelitian dengan tema Menuju Pembangunan Hutan Tanaman Produktivitas Tinggi dan Ramah Lingkungan, Yogyakarta Oktober Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Martin, E. dan B. Winarno, Potensi dan Hambatan Pengembangan jati rakyat; kasus di Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu.Makalah dipresentasikan pada pertemuan Forum Komunikasi Jati, Yogyakarta 24 September Soekartawi Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sumarna, Y Budidaya Jati. Cetakan III. Penebar Swadaya. Jakarta. Wahyudhi, N Analisis Pemasaran Kayu Jati ( Tectona grandis) di Hutan Rakyat Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. 221
ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI
ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan : Budidaya
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI PENGOLAHAN JATI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
KAJIAN EKONOMI PENGOLAHAN JATI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : 1) 1) 1) Bambang Tejo Premono, Nur Arifatul Ulya, Edwin Martin, 2) Andi Nopriansyah ABSTRAK Tanaman jati ( Tectona grandis) banyak dikembangkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa teori dalam Tinjauan Pustaka, terdapat lima variabel yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini. Variabel tersebut yaitu:
Lebih terperinciEFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)
Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 101 108 ISSN 2407-9049 EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Marketing eficient
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini secara garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaku Pemasaran Kayu Rakyat Pelaku pemasaran kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung terdiri dari petani hutan rakyat, pedagang pengumpul dan sawmill (industri
Lebih terperinciJurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN
Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopra Di Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmehara Utara Stefen Popoko * Abstrak Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara merupakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang
46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian terhadap pemasaran kayu rakyat dimulai dari identifikasi karakteristik pelaku pemasaran kayu rakyat yang terdiri dari petani, pedagang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini
33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian
Lebih terperinciLampiran 1 Data luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di masing masing desa penelitian No Responden Desa Margajaya
LAMPIRAN 54 55 Lampiran 1 Data luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di masing masing desa penelitian No Responden Luas Lahan Luas Hutan Jumlah Pohon Pertanian (m²) Rakyat (m²) yang Dimiliki Desa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak
ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Lebih terperinciVI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)
VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan
Lebih terperinciPaket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU
Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang
35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2013 di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang berada di sebelah timur
Lebih terperinciFARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU
Volume 6 No. 2September 2014 FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU (Vigna radiata, L.) DI KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN Oleh: Yudhit Restika Putri, Siswanto Imam Santoso, Wiludjeng
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.
47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)
Analisis Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analysis of Green Mustard Marketing in Balun Ijuk Village, Merawang, Bangka (A case Study of Farmer
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN KEDELAI
ANALISIS PEMASARAN KEDELAI Bambang Siswadi Universitas Islam Malang bsdidiek171@unisma.ac.id ABSTRAK. Tujuan Penelitian untuk mengetahui saluran pemasaran dan menghitung margin serta menganalisis efisiensi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.
37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2013 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. PPN Pekalongan berada dipantai utara
Lebih terperinciAtau perhitungan BEP atas dasar unit rupiah dilakukan dengan rumus sebagai berikut: BEP = Biaya Total Total Produksi
Analisis Finansial dan Pemasaran Keranjang Bambu di Desa Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun (Financial and Marketing Analysis of Bamboo Basket in Sigodang Village, Sub District of Panei, Simalungun
Lebih terperinciKAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004
KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
Lebih terperinci3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data
3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah yang merupakan sentra mebel, serta Jakarta dan Bogor sebagai daerah pemasaran mebel Jepara. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
< 12 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu daerah yang memiliki
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR
KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR Oleh: HAJAR AHMAD CHUSAINI L2D 001 425 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan
Lebih terperinciANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara
ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN Arini Pebristya Duha *), HM Mozart B Darus **), Luhut Sihombing **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam memasarkan suatu produk diperlukan peran lembaga pemasaran yang akan membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Untuk mengetahui saluran
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)
ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Ahmad Ubaedillah 1), Yus Rusman 2), Sudradjat 3) 1)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciLanjutan Pemasaran Hasil Pertanian
Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.
26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi
Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analysis Of Self-Help Pattern Of Cocoa Marketing In Talontam Village Benai Subdistrict Kuantan Singingi
Lebih terperinciANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK
ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung
Lebih terperinciANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)
ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : 1 Mochamad Erwin Firdaus, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.
Lebih terperinciPEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK
PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Idah Lumahtul Fuad Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: faperta.@yudharta.ac.id ABSTRAKSI Degradasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah kekayaan sumber daya alam berupa hutan. Sebagian dari hutan tropis
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
22 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten yang memiliki kawasan hutan rakyat yang cukup luas di Provinsi Jawa Barat dengan luasan sekitar 31.707
Lebih terperinciindustri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari
I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciUJI B/C DAN UJI EFISIENSI PEMASARAN GULA SEMUT TINGKAT SALURAN RANTAI PASOK DI KABUPATEN KULON PROGO
Jurnal Agroteknose. Volume VII No. II Tahun 2016 UJI B/C DAN UJI EFISIENSI PEMASARAN GULA SEMUT TINGKAT SALURAN RANTAI PASOK DI KABUPATEN KULON PROGO Etty Sri Hertini, Hermantoro, Danang Manumono Institut
Lebih terperinciKONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR
KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh: HEPILIA KORNILASARI L2D 004 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran) Oleh : Hengki Prastio Wijaya 1, Soetoro 2, Tito Hardiyanto 3 13 Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, mengingat bahwa mayoritas masyarakat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian Widarmana (1977) 6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman
Lebih terperinciEfisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka
Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka Suhaeni 1, Karno 2, Wulan Sumekar 2 1 Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNMA 2 Program Magister Agribisnis
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG
ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG Yenny Laura Butarbutar* dan Nurmely Violita Sitorus Universitas Methodist Indonesia Jalan Harmonika Baru Tanjung Sari Medan 20132
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN
1 ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN ANALYSIS OF RUBBER MARKETING AT SELF-SUPPORTING PATTERN IN PANGKALAN KURAS DISTICT PELALAWAN REGENCY Nooky Anggita
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal
28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG
131 Buana Sains Vol 8 No 2: 131-136, 2008 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG Ahmad Zubaidi PS Agribisnis Fak. Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Bulontala Kecamatan Suwawa Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama dua (2) bulan mulai bulan Oktober
Lebih terperinciperluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
Lebih terperinciKayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.
Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciKAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN
KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency) Angginesa Pradika, Ali Ibrahim Hasyim, Achdiansyah Soelaiman
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK
ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK OLEH YEL SEPTRIA 06114034 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciStaf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK
ANALISIS NILAI TAMBAH KELAPA DALAM DAN PEMASARAN KOPRA DI KECAMATAN NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Kartika Retno Palupi 1, Zulkifli Alamsyah 2 dan saidin Nainggolan 3 1) Alumni Jurusan Agribisnis
Lebih terperinciVII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,
Lebih terperinci: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis
ANALISIS SALURAN PEMASARAN BUAH DUKU (Suatu Kasus di Desa Karanganyar Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Eman Badruzaman, 2 Soetoro, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinci111. METODOLOGI PENELITlAN
111. METODOLOGI PENELITlAN 3.1 Batasan Operasional Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional chdefinisikan sebagai berikut: 1. Buah-buahan adalah komolti ekonomi yang berasal
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Batu Bara, dengan menetapkan 3 (tiga) kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk
Lebih terperinciPEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK
PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO Cahyo Dwi Yuliyanto, Dyah Panuntun Utami, Zulfanita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Jati Pohon jati merupakan pohon yang memiliki kayu golongan kayu keras (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra
Lebih terperinci28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN
28 ANALISIS PEMASARAN AGRIBISNIS LADA (Piper nigrum L) DI DESA MANGKAUK KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN (Marketing Analysis of Pepper (Piper nigrum L) Agribussines in the Mangkauk
Lebih terperinciPengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan. bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1 penggalian sumberdaya potensial
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya
Lebih terperinciSTUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT
EPP. Vol. 9 No.1. 2012 : 30-34 30 STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Marketing Carrot Study (Daucus carota L.) in Citeko Village Cisarua
Lebih terperinciVII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR
VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,
Lebih terperinciBAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT
BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh
22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan
Lebih terperinci