Bab 12 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL. (Bagian Pertama)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 12 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL. (Bagian Pertama)"

Transkripsi

1 Bab 12 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL (Bagian Pertama) A. Pendahuluan Henry Ford bertekad membuat mobil untuk orang banyak. Agar hal itu bisa terjadi, Ford perlu pekerja; dan agar ia memperoleh pekerja, ia mengejutkan dunia industri pada tahun 1914 dengan membayar gaji sebesar $5 per hari (saat itu gaji umumnya per hari) dan dengan mengurangi jumlah jam kerja dari sembilan menjadi delapan jam. Pembukaan industri baru yang besar di suatu daerah akan membawa lapangan pekerjaan di daerah itu dan menciptakan bisnis-bisnis baru seperti rumah makan dan restoran, pasar kebutuhan sehari-hari, dll. Kegiatankegiatan industri dan bisnis ini membutuhkan orang-orang untuk menjalankannya. B. Fungsi SDM Global International human resource management adalah pembelian, alokasi, utilisasi, dan motivasi sumber daya manusia dalam area internasional. Strategic International human resource management didefinisikan sebagai sumber daya manusia, isu-isu manajemen, fungsi dan kebijakan dan praktekpraktek yang menghasilkan aktivitas strategis perusahaan multinasional dan yang mempengaruhi pertimbangan dan sasaran internasional dari perusahaan tersebut. Ada tiga model orientasi dalam strategi SDM bagi perusahaan multinasional: 1. Sistem Adaptif: mengimitasi praktek SDM lokal 2. Sistem Eksportif: mereplikasi sistem SDM dari negara asal dan afiliasiafiliasi lainnya. 3. Sistem Integratif: mendorong integrasi global dengan mengijinkan beberapa variasi lokal. [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 1

2 C. Kekuatan Tenaga Kerja Kualitas dan kuantitas tenaga kerja adalah kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Terbatas, jumlah tenaga kerja yang tersedia di bursa tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pemberi kerja. Kualitas, kuantitas, dan komposisi dari angkatan kerja yang tersedia merupakan hal penting bagi pemberi kerja, terutama bila pemberi kerja itu dituntut untuk efisien, bersaing, dan mencetak profit. Ini berbeda dengan perusahaan milik negara yang umumnya bertujuan menciptakan lapangan kerja atau memberikan pelayanan yang penting, sehingga profitabilitas dan daya saing menjadi prioritas sekunder. Kualitas tenaga kerja ditentukan oleh sikap, pendidikan, dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan yang tersedia. Kuantitas tenaga kerja mengacu pada jumlah karyawan yang tersedia dengan keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis pemberi kerja. Kualitas dan kuantitas tenaga kerja ini berkaitan dengan kebutuhan tenaga kerja, sehingga menentukan pula posisi tawar-menawar antara perusahaan dan pekerja. Dilain pihak, angka pengangguran yang tinggi dapat mengakibatkan keresahan sosial dan politik yang tidak kondusif untuk bisnis. Tenaga kerja asing berpindah dari negara asal (home country atau parent country) ke negara tujuan (host country) untuk melaksanakan jenisjenis pekerjaan tertentu: biasanya di bidang jasa, pabrik, atau pekerjaan konstruksi. Tetapi ketika perekonomian negara tujuan menurun, pekerja asli dari negara tersebut mungkin menuntut agar pekerjaan yang semula dipegang oleh tenaga kerja asing tadi diberikan kepada mereka. 1. Mobilitas Tenaga Kerja Mobilitas tenaga kerja juga terjadi, yaitu perpindahan orang dari suatu wilayah ke wilayah lain demi mendapatkan pekerjaan. Orang-orang ini berpindah untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Imigrasi merupakan langkah perpindahan dari negara asal masuk ke negara lain untuk tinggal dan [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 2

3 bekerja. Orang yang ingin pindah ke suatu negara secara legal harus mematuhi ketentuan yang ketat sesuai kebijakan imigrasi negara tersebut agar ia bisa diijinkan berimigrasi. Naturalisasi merupakan proses menjadi warga negara dari suatu negara, setelah seseorang diijinkan masuk sebagai imigran atau penduduk tetap sebelumnya (untuk ke AS, seseorang bisa masuk menjadi imigran setelah memperoleh kartu hijau (green card)). Imigran gelap (illegal immigrant) atau pendatang gelap (illegal alien) adalah individu yang berada di suatu negara tanpa ijin yang sah. Kebanyakan para imigran gelap ini masuk secara sah ke negeri tersebut tetapi mereka tinggal lebih lama dari ijin yang diberikan pada visa mereka. Ke Amerika Serikat Imigrasi adalah wewenang pemerintah federal AS, sehingga Kongres mempunyai wewenang sepenuhnya. Undang-undang imigrasi membatasi jumlah imigran yang bisa masuk ke AS. AS mengadopsi sistem imigrasi berdasarkan pada reunifikasi keluarga dan keterampilan tenaga kerja. AS menerima orang dari seluruh penjuru dunia sebagai imigran (permanen) dan nonimigran (temporer). Banyak orang yang datang ke AS untuk bekerja, sementara yang lainnya datang ke AS untuk bersatu dengan keluarganya. AS juga memberikan suaka kepada mereka yang melarikan diri dari penyiksaan. Visa Imigran Visa imigran seringkali disebut kartu hijau (green card) meskipun kartu sebenarnya yang dikeluarkan oleh Immigration and Naturalization Service (INS) ini tidaklah berwarna hijau. Individu yang menerima visa imigran diklasifikasikan sebagai penduduk permanen. Visa Nonimigran Visa nonimigran dikeluarkan bagi mereka yang datang ke AS untuk kunjungan sementara (umumnya tidak lebih dari enam tahun). Kebanyakan [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 3

4 pengunjung ke AS datang untuk kunjungan sementara (96%). Visa nonimigran terbagi dalam kategori-kategori spesifik sebagai berikut: Visa B: untuk kunjungan singkat, biasanya enam bulan atau kurang. Visa B ini terdiri dari visa B-1 untuk tujuan bisnis dan visa B-2 untuk tujuan wisata. Visa E: untuk individu yang akan mengarahkan operasi dari suatu perusahaan dimana ia yang bukan warga negara AS telah menginvestasikan sejumlah uang yang substansial untuk menjalankan perdagangan antara AS dengan negara asalnya. Ijin biasanya untuk beberapa bulan. Visa F: untuk para pelajar. Visa H: untuk para pekerja. Termasuk dalam kategori ini, visa H-1B untuk pekerjaan khusus seperti para profesional dan para pekerja yang sangat terampil. Ijin bisa kunjungan temporer jangka panjang, kadangkala sampai enam tahun. Visa I: untuk anggota pers. Visa J: untuk pertukaran sarjana atau guru besar universitas. Visa L: untuk karyawan transfer dalam perusahaan yang sama. Pengungsi atau Pencari Suaka Sepanjang sejarah telah ada pelarian orang-orang dari penyiksaan atau ancaman, termasuk antara lain manusia perahu dari Vietnam. Mereka disebut pengungsi/pencari suaka (refugees/asylum seekers). Ketika mereka dapat mencapai suatu negara, mereka berada pada posisi meminta perlindungan dari negara itu. Seseorang meminta perlindungan harus atas dasar suatu ketakutan akan penyiksaan yang cukup beralasan berdasarkan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan dalam kelompok masyarakat tertentu, atau pendapat politiknya. Orang tidak dapat mencari suaka karena alasan ekonomi. Seringkali cukup sulit untuk memenuhi kriteria penerimaan tersebut, karena perlu mendokumentasikan dengan cermat ketakutan penyiksaan yang beralasan. [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 4

5 Untuk meminta suaka ke AS, petisi pencari suaka atau pengungsi disampaikan kepada INS, yang menentukan diterima atau ditolak. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk UNHCR (United Nations High Commission for Refugees; dengan website yang diberi mandat untuk memimpin dan mengkoordinasikan tindakan internasional guna melindungi pengungsi di seluruh dunia dan penyelesaian permasalahan pengungsi. Hanya sedikit negara yang bersedia menerima pengungsi, itu pun dalam jumlah yang terbatas. Sejarah memperlihatkan bahwa para imigran (termasuk pengungsi) ternyata memungkinkan AS untuk tumbuh lebih cepat tanpa memicu inflasi. Tanpa imigran, ada banyak posisi yang akan tetap tidak terisi. Bahkan perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi di AS sangat mengandalkan para imigran. Memang, pemerintah di seluruh dunia memprihatinkan kepergian banyak warga negara mereka yang sangat cerdas ke AS. Tenaga Kerja Asing Banyak negara yang memiliki terlalu banyak orang untuk pekerjaan yang tersedia, tetapi ada juga negara yang memiliki terlalu sedikit orang misalnya Perancis, Jerman, negara-negara Skandinavia, dan Swiss karena mereka mempunyai angka kelahiran yang rendah. Maka negara-negara yang kurang penduduknya tersebut menerima tenaga kerja asing (guest worker). Tenaga kerja asing merupakan orang-orang yang pergi ke suatu negara asing secara legal untuk melakukan jenis pekerjaan tertentu. Tenaga kerja asing ini memenuhi kebutuhan tenaga kerja dari negara tujuan, yang merupakan hal yang diinginkan selama ekonomi bertumbuh. Tetapi ketika pertumbuhan ekonomi melambat, sehingga hanya dibutuhkan lebih sedikit tenaga kerja, maka muncul masalah karena pengangguran diantara para tenaga kerja pribumi meningkat. Tenaga kerja pribumi menginginkan pekerjaan yang dimiliki oleh tenaga kerja asing, padahal tenaga kerja asing mengambil pekerjaan yang tidak diinginkan oleh penduduk asli ketika perekonomian baik. [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 5

6 Kebanyakan negara akan membela kepentingan warga negaranya, misalnya dengan menolak memperpanjang ijin tinggal dari para tenaga kerja asing tersebut, atau mendeportasi tenaga kerja asing tadi dengan kompensasi tertentu. 2. Komposisi dan Produktivitas Angkatan Kerja Orang-orang yang tersedia untuk bekerja terdiri dari berbagai kelompok umur, keterampilan, gender, ras, dan agama. Ini membentuk komposisi tenaga kerja (labor force composition). Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran berapa banyak unit yang dapat diterima dari suatu produk yang dihasilkan oleh seorang pekerja selama waktu tertentu beserta biaya per unitnya. Sumber daya manusia merupakan kontributor utama terhadap peningkatan produktivitas yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan adanya tenaga kerja yang lebih berpendidikan telah mendorong produktivitas. Produktivitas yang lebih besar juga berasal dari penelitian dan pengembangan (litbang; research and development R&D) yang lebih luas dan efektif. Litbang penting bagi kelangsungan hidup dari perusahaan manapun, karena diperlukan investasi dalam teknologi baru agar tetap dapat bersaing. Suatu perusahaan mengembangkan litbang tergantung pada kebijakan manajemen perusahaan tsb, berapa banyak dana yang tersedia, dan apakah litbang dapat dikurangkan dari kewajiban pajak sebagai biaya. Biaya tenaga kerja per unit (unit labor costs) adalah biaya tenaga kerja untuk memproduksi satu unit keluaran. Peningkatan produktivitas akan menurunkan biaya tenaga kerja per unit, sekali pun tidak dilakukan pengurangan gaji atau pengurangan tenaga kerja. 3. Pertimbangan dalam Kebijakan Pemberian Kerja Kekuatan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh kebudayaan, karena budaya mendominasi perilaku dan sikap manusia. Untuk memahami budaya, kita seringkali perlu memahami status sosial. [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 6

7 3.1 Status Sosial Di Inggris, meskipun orang-orang mengatakan bahwa sistem kelas di Inggris telah terkikis, ternyata di sana orang masih mengklasifikasikan berdasarkan aksen yang diperoleh di rumah dan di sekolah. Di India, status seseorang ditetapkan berdasarkan kasta Hindu (caste) yang diperolehnya ketika ia dilahirkan. Ini kadang memunculkan pertikaian antarkasta, antara kasta-atas dengan kelompok-tidak-tersentuh yang disebut Mahatma Gandhi sebagai harijan atau anak-anak Tuhan. Pembagian menurut kasta masih terasa di India, yang merupakan negara berpenduduk sangat padat dan berpengaruh semakin penting di dunia. Pebisnis di India sangat perlu memahami fakta-fakta mengenai kasta ini. Kasta tertinggi adalah Brahma (pendeta, guru), diikuti Ksatria (tuan tanah, tentara, pegawai pemerintahan), dan berikutnya kasta Bania (pengusaha), yang setingkat lebih tinggi dari kasta Sudra (buruh). Tiga tingkatan pertama disebut kasta-atas, yang merupakan 15 persen dari populasi India dan telah memerintah negara ini selama 3000 tahun. Lima puluh persen termasuk dalam kasta Sudra. Sekitar 20 persen populasi di India, tidak berkasta atau tidak-tersentuh dan dianggap berada di luar batas masyarakat Hindu. Sisa yang 15 persen merupakan kelompok masyarakat pemeluk agama lain: 11 persen Muslim dan 4 persen lagi terdiri dari Budha, Kristen, Persia, dan Sikh. Aturan dalam kasta sangatlah kaku, dan orang yang menyimpang dari aturan tersebut dikucilkan. Kasta memisahkan masyarakat India menjadi beberapa kelompok yang anggotanya tidak saling menikah dan biasanya tidak pernah makan bersama-sama. Saat ini sudah mulai terjadi perubahan-perubahan. Kaum muda dari Brahma dan Ksatria tidak lagi menganggap pegawai negeri sebagai pilihan karier. Mereka lebih ingin berbisnis. Uanglah dan bukannya kekuasaan yang lebih memotivasi kaum muda. Juga terjadi perpindahan pemeluk agama Hindu menjadi pemeluk agama lain untuk menghindari kasta rendah atau kelompok-tidak-tersentuh. [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 7

8 Di Jepang abad ke-17 saat rezim feodal Togugawa berkuasa, masyarakat Jepang terbagi dalam urutan kekuasaan yang kaku. Para samurai merupakan prajurit-pengatur yang berada pada tingkatan tertinggi. Di bawah mereka berturut-turut adalah petani dan pengrajin, kemudian pedagang, dan tingkatan terendah adalah mereka yang memiliki pekerjaan yang dianggap kotor dan kasar, seperti tukang jagal, tukang daging, dan penyamak kulit. Sekalipun pemerintah Jepang memberlakukan status hukum yang setara pada seluruh penduduk asli Jepang, keturunan dari kelas terendah masih terperangkap dalam pekerjaan sederhana, seperti membuat sandal, peralatan dari bambu, dll. Mereka menyebut diri mereka sebagai burakumin, kira-kira berjumlah 3 juta orang dan tinggal tersebar di sekitar 6000 tempat. Pendapatan rata-rata mereka sangat jauh di bawah orang Jepang lainnya. Kemiskinan, celaan, rasa malu, dan dijauhi, menandai kelompok ini. 3.2 Diskriminasi Berdasarkan Gender Semakin banyak kaum wanita memasuki angkatan kerja hampir di semua negara industri. AS telah melangkah jauh dalam penerimaan atas kaum wanita di dunia bisnis. Di negara-negara lain hukum, adat-istiadat, sikap, dan kepercayaan/agama telah menghalangi kaum wanita berada di dunia bisnis. Diskriminasi berdasarkan gender adalah penolakan terhadap partisipasi yang setara dalam masyarakat bagi kaum wanita, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan budaya yang berkembang dalam masyarakat patriarkat. Jepang, Korea, Arab Saudi masih kental dengan diskriminasi pada kaum wanita di tempat kerja. Tingkat pengangguran kaum wanita di banyak negara juga lebih tinggi dari kaum pria; dan kaum wanita masih memperoleh gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan pria, berkisar 42 persen di Korea dan hampir 10 persen di Belgia. Suatu penelitian menunjukkan korelasi yang tetap antara lamanya wanita menuntut ilmu dengan tingkat kelahiran bayi, kelangsungan hidup anak, kesehatan keluarga, dan tingkat kesejahteraan suatu bangsa secara [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 8

9 keseluruhan. Semakin banyak negara menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak wanita. Peluang karier dalam bisnis internasional bagi kaum wanita semakin meningkat dari tahun 1995 hingga sekarang, terutama bagi kaum wanita kulit putih; tetapi hanya separuhnya yang dilaporkan kemajuan bagi wanita kulit berwarna. 3.3 Rasisme Konflik dan diskriminasi rasial dapat ditemukan di berbagai belahan dunia: konflik kulit hitam melawan kulit putih di AS, Afrika Selatan, Inggris, dan tempat-tempat lainnya; kerusuhan rasial di Jakarta yang menimpa keturunan Cina pada bulan Mei 1998; dll. Diskriminasi rasial bagi orang-orang asal Asia kadang-kadang terjadi juga di Australia dan Jerman. 3.4 Masyarakat Tradisional dan Kaum Minoritas Masyarakat tradisional merupakan orang-orang yang masih hidup dalam pola kehidupan lama dan belum berpaling pada industri atau pertanian yang terorganisasi. Dalam masyarakat seperti ini, orang luar yang minoritas biasanya akan mendominasi kegiatan perdagangan dan perbankan. Pemberi kerja asing dalam lingkungan seperti ini dapat memperoleh tenaga kerja trampil dengan mudah dari kelompok minoritas ini. Mereka bisa berbahasa setempat, dan mereka biasanya kurang nasionalis dibandingkan mayoritas penduduk. Kerugian mempekerjakan kaum minoritas ini adalah mereka kurang populer dalam mayoritas masyarakat, terdapat restriksi antara mereka. 4. Hubungan Pemberi Kerja Karyawan Hubungan antara pemberi kerja dan karyawan bervariasi antara satu negara dengan negara lain di seluruh dunia. Di beberapa negara, para pemberi kerja harus berurusan dengan serikat-serikat pekerja yang kuat. Di negara-negara lain para pemberi kerja harus berurusan dengan pemerintah [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 9

10 yang mewakili para karyawan. Maka, perusahaan harus menyadari situasi ketenagakerjaan di mana perusahaan itu berada. Serikat Pekerja Serikat Pekerja bervariasi secara signifikan antara satu negara dengan negara lainnya. Serikat Pekerja di negara maju cenderung lebih kuat dan efektif daripada di negara berkembang. Sekalipun demikian, Serikat Pekerja di Eropa, AS, dan Jepang masing-masing memiliki tujuan yang berbeda sehingga persoalan-persoalan ketenagakerjaannya pun berbeda. Serikat Pekerja di Eropa biasanya diidentifikasikan dengan partai politik dan ideologi sosialis.tindakan hukum dan administrasi pemerintah berpengaruh lebih ekstensif dan nyata. Negosiasi perburuhan dilaksanakan pada tingkat nasional atau sekurang-kurangnya pada tingkat regional, seringkali wakil pemerintah turut serta. Serikat Pekerja di AS lebih bersifat pragmatis dan lebih memerhatikan kepentingan segera dari buruh, karena buruh di AS sudah memiliki banyak hak sipil, termasuk hak memberikan suara. Peraturan perburuhan di AS kebanyakan membatasi diri pada kerangka kerja dan tawar-menawar kolektif (collective bargaining). Serikat Pekerja di Jepang lebih berbasis pada perusahaan ketimbang pada industri, sehingga lebih mengidentifikasikan pada kepentingan perusahaan. Contohnya, jika serikat pekerja merasa yakin bahwa kenaikan gaji yang tinggi akan merugikan daya saing perusahaan, maka mereka cenderung untuk tidak meminta kenaikan tersebut. Serikat Pekerja di Amerika Latin dan negara-negara berkembang cenderung agak lemah dan pimpinannya kurang berpengalaman atau tidak berpengetahuan, sehingga pemerintah harus berperan lebih aktif. Serikat Pekerja nasional menghadapi tantangan karena perusahaan multinasional bisa menutup produksinya di negara tersebut dan memindahkan produksinya ke tempat lain. Untuk itu, serikat pekerja nasional menggalang kerja sama dengan serikat-serikat pekerja negara-negara lain dan mendorong diterapkannya kode-kode perilaku bagi perusahaan [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 10

11 internasional; sekalipun serikat pekerja dipisahkan oleh perbedaan ideologi dan sering kali sangat nasionalis. PBB mempunyai badan khusus yang menangani para pekerja, yaitu Organisasi Buruh Internasional (International Labor Organization). Tujuannya adalah untuk meningkatkan keadilan sosial dan pengakuan internasional akan hak-hak asasi manusia dan buruh di seluruh dunia. Saat ini, ILO merumuskan standard buruh internasional dalam bentuk perjanjian dan rekomendasi yang menentukan standard minimum untuk hak-hak dasar tenaga kerja: kebebasan untuk berkumpul, hak untuk berorganisasi, tawar-menawar kolektif, penghapusan tenaga kerja paksa, persamaan kesempatan dan perlakuan, serta standard-standard lain yang mengatur kondisi kerja. [Deva P. Setiawan, ST., MM.] 12 11

Bab 13 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL. (Bagian Kedua)

Bab 13 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL. (Bagian Kedua) Bab 13 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL (Bagian Kedua) A. Pendahuluan Saat Kodak membuka perusahaan cabang di Cina, Kodak membawa manajer dari barat yang unggul dalam aspek teknis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI Organisasi internasional atau lembaga internasional memiliki peran sebagai pengatur pengungsi. Eksistensi lembaga

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL UNIVERSITAS INDONESIA STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL SOSIOLOGI INDUSTRI DAN KETENAGAKERJAAN DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 AHMAD MUTSLA Z (1206240234) DETANIA SAVITRI (1206210534) FEBRYAN DWI PUTRA (1206210540)

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Akulturasi merupakan proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsure-unsur asing itu lambat

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB 10 HUBUNGAN TENAGA KERJA DAN DEMOKRASI INDUSTRI

BAB 10 HUBUNGAN TENAGA KERJA DAN DEMOKRASI INDUSTRI BAB 10 HUBUNGAN TENAGA KERJA DAN DEMOKRASI INDUSTRI Pada bab ini akan diuraikan mengenai hubungan tenaga kerja dan demokrasi industri. Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 Komoditi teh dengan kode HS 090210 merupakan teh hijau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

Discrimination and Equality of Employment

Discrimination and Equality of Employment Discrimination and Equality of Employment Pertemuan ke-3 Disusun oleh: Eko Tjiptojuwono Sumber: 1. Mathis, R.L. and J.H. Jackson, 2010. Human Resources Management 2. Stewart, G.L. and K.G. Brown, 2011.

Lebih terperinci

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016 COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016 PEMENUHAN KONVENSI PERBURUHAN INTERNASIONAL Kami berkomitmen untuk mematuhi semua hukum dan peraturan terkait Ketenagakerjaan yang berlaku. Disamping itu praktek ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. Keterkaitannya selalu menjadi bagian dari perilaku umat manusia dan setua dengan sejarah fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengungsi dan pencari suaka kerap kali menjadi topik permasalahan antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai mandat

Lebih terperinci

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Struktur presentasi Apa itu perlindungan sosial? Perlindungan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Dunia (LPD) 2007 Perkembangan dan Generasi Berikutnya Asia Timur dan Pasifik

Laporan Perkembangan Dunia (LPD) 2007 Perkembangan dan Generasi Berikutnya Asia Timur dan Pasifik POKOK-POKOK DAERAH Laporan Perkembangan Dunia (LPD) 2007 Perkembangan dan Generasi Berikutnya Asia Timur dan Pasifik Ini merupakan suatu ringkasan referensi-referensi dalam : Perkembangan dan Generasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,

Lebih terperinci

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1 Abstrak Masalah kewarganegaraan dan tak berkewarganegaraan merupakan masalah yang asasi, dan menyangkut perlindungan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

Laporan Upah Global 2016/17. Ketimpangan upah di tempat kerja

Laporan Upah Global 2016/17. Ketimpangan upah di tempat kerja Ringkasan Eksekutif Ketimpangan upah di tempat kerja 1 2 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif 3 Bagian I. Tren utama dalam upah Konteks Dalam beberapa tahun terakhir semakin diakui perlunya memantau

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menetapkan konsep

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Salah satu ciri dari negara berkembang adalah sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan masih menggunakan peralatan tradisional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2. Konsep dan prinsip

2. Konsep dan prinsip Diskriminasi dan kesetaraan: 2. Konsep dan prinsip Kesetaraan and non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Menganalisa definisi diskriminasi di tempat kerja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.368, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Luar Negeri. Pengungsi. Penanganan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

Jika Anda diperlakukan secara tidak adil atau hak Anda dilanggar, hubungi nomor bebas pulsa berikut:

Jika Anda diperlakukan secara tidak adil atau hak Anda dilanggar, hubungi nomor bebas pulsa berikut: Apakah Anda Datang Ke Amerika untuk Bekerja Sementara atau Belajar? Kami percaya bahwa Anda akan mendapatkan pengalaman yang berharga. Tetapi, apabila Anda mendapatkan masalah, Anda memiliki hak dan Anda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini akan mencoba untuk membandingkan pemenuhan hak imigran di Denmark dan Swedia dengan melihat pemilihan kebijakan - kebijakan yang berhubungan dengan integrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K TOPIK BAHASAN Apa itu perundingan bersama? Mengapa berunding tentang upah dan kondisi kerja lainnya?

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN

PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG www.bimbinganalumniui.com 1. Indikator penggolongan negara-negara dikategorikan sebagai negara maju atau berkembang berbeda-beda karena... (1) Dasar kualifikasi

Lebih terperinci

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Contohnya, perubahan kebudayaan, adat istiadat, peradaban

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Jepang sebagai negara maju yang kegiatan ekonominya bertumpu pada industri, ternyata menghadapi masalah yang serius dalam ketersediaan jumlah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA DAN PENGUNGSI. Lembar Fakta No. 20. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

HAK ASASI MANUSIA DAN PENGUNGSI. Lembar Fakta No. 20. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia HAK ASASI MANUSIA DAN PENGUNGSI Lembar Fakta No. 20 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN Masalah pengungsi dan pemindahan orang di dalam negeri merupakan persoalan yang paling pelik yang

Lebih terperinci

PASAR TENAGA KERJA Indonesia dan Internasional. Manajemen Sumber Daya Manusia Kelas I

PASAR TENAGA KERJA Indonesia dan Internasional. Manajemen Sumber Daya Manusia Kelas I PASAR TENAGA KERJA Indonesia dan Internasional Manajemen Sumber Daya Manusia Kelas I Oleh: Kelompok 5 RIZKY DITYA LARASATI 125100300111010 NURUL AZIZAH 125100300111012 SYIFA KHAIRUNNISA 125100300111032

Lebih terperinci

FOREIGN DIRECT DIRECT INVESTMENT

FOREIGN DIRECT DIRECT INVESTMENT FOREIGN DIRECT INVESTMENT Arus pemberian pinjaman kepada (pembelian kepemilikan perusahaan) Luar Negeri yang sebagian besar modalnya Dimiliki oleh penduduk dari negara yang melakukan investasi i (Investing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi ruang

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN 1. Perusahaan Tidak Boleh Mempraktekkan Diskriminasi Diskriminasi muncul sebagai isu dalam etika bisnis setelah pertengahan abad 20. Isu

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA Organisasi Perburuhan Internasional Agenda Kerja Layak ILO untuk Pekerja Rumah Tangga Penyusunan Standar untuk Pekerja Rumah Tangga 2 I. DASAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat di silang lalu lintas dunia. Letak geografis tersebut menyebabkan kini menghadapi masalah besar

Lebih terperinci

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler 2 Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler Pendahuluan Daimler mengakui tanggung jawab sosialnya dan ke-10 prinsip yang menjadi dasar dari gerakan Global Compact. Untuk mencapai tujuan bersama ini, Daimler

Lebih terperinci

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak Melindungi Hak-Hak Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan K o n v e n s i 1 9 5 4 t e n t a n g S t a t u s O r a n g - O r a n g T a n p a k e w a r g a n e g a r a a n SERUAN PRIBADI DARI KOMISIONER TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD)

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi : 5. Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan. Kompetensi Dasar : 5.1. Mendeskripsikan kedudukan warga negara

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah keadaan di mana terjadi peningkatan yang drastis secara ekonomi, yakni tingginya pendapatan kotor negara,

Lebih terperinci

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia 0 P a g e 1 Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia Perdagangan manusia (atau yang biasa disebut dalam udang-undang sebagai perdagangan orang) telah terjadi dalam periode yang lama dan bertumbuh

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,

Lebih terperinci

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

01 INFORMASI PRIBADI (Harap diisi dengan huruf cetak atau diketik)

01 INFORMASI PRIBADI (Harap diisi dengan huruf cetak atau diketik) Manulife Indonesia Sampoerna Strategic Square, South Tower Jl. Jend Sudirman Kav. 4546 Jakarta 12930 T. (021) 2555 7777 F. (021) 2555 2226 Email: cs_dplkgs_id@manulife.com www.manulifeindonesia.com MyLifeManulife

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

Studi Investor Global 2017

Studi Investor Global 2017 Studi Investor Global 2017 Perilaku investor: dari prioritas ke ekspektasi Studi Investor Global 2017 1 Daftar Isi 3 11 Ikhtisar Generasi milenial memiliki situasi yang bertentangan 4 12 Tren global menunjukkan

Lebih terperinci

Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia

Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia Buletin Sektor Garmen dan Alas Kaki Indonesia Edisi I September 2017 Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia Oleh Richard Horne dan Marina Cruz de Andrade Kantor Regional untuk Asia dan Pasifik

Lebih terperinci

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4919 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170) PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 No.1052, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Visa Tinggal Terbatas. Permohonan dan Pemberian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari Stratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Pitirim Sorokin Sistem stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober 1990 KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Mencermati dengan seksama terhadap gambaran besar tentang kependudukan dan

Lebih terperinci

Pertanyaan Kelompok 2:

Pertanyaan Kelompok 2: Pertanyaan Kelompok 2: 1. Sebutkan syarat-syarat perencanaan SDM! Syarat-syarat perencanaan SDM yaitu : Mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya. Mengumpulkan dan menganalisis informasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

KETAHUI HAKMU BERDASARKAN KONVENSI ILO BARU MENGENAI PEKERJA RUMAH TANGGA TUNTUT HAKMU

KETAHUI HAKMU BERDASARKAN KONVENSI ILO BARU MENGENAI PEKERJA RUMAH TANGGA TUNTUT HAKMU 1 Asia Pasifik adalah region dengan jumlah pekerja rumah tangga terbanyak. Asia Pasifik 41% Amerika Latin dan Karibia 37% Afrika 10% Negara maju 7% Timur Tengah 4% Eropa Timur 1% 4 dari 5 pekerja rumah

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM Penyusunan Pedoman Dan Kode Etik merupakan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kelangsungan hidupnya memerlukan berbagai aktifitas yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada prosesnya itu sendiri membutuhkan berbagai macam media pendukung agar

BAB I PENDAHULUAN. pada prosesnya itu sendiri membutuhkan berbagai macam media pendukung agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil merupakan salah satu industri unggulan yang banyak diminati baik oleh pasar nasional maupun internasional. Industri tekstil, dimana pada

Lebih terperinci