STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL
|
|
- Utami Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS INDONESIA STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL SOSIOLOGI INDUSTRI DAN KETENAGAKERJAAN DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 AHMAD MUTSLA Z ( ) DETANIA SAVITRI ( ) FEBRYAN DWI PUTRA ( ) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK, 2015
2 The Indonesian Labor Market Dalam perkembangannya selama dua puluh tahun terakhir struktur pekerjaan masyarakat Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan mulai banyaknya tenaga kerja yang diserap dalam sektor industri terutama manufaktur dan jasa. Tenaga kerja Indonesia yang tadinya banyak diserap dalam sektor agrikultur yaitu sebesar 50% di tahun 1993 menjadi 44,47% di tahun 2006 sedangkan sektor industri terutama manufaktur dan jasa terus mengalami peningkatan dari 11,10% di tahun 1993 menjadi 12,16% ditahun Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang terus meningkat tidak dapat ditampung dalam sektor agrikultur sehingga beralih kepada sektor industri, selain itu faktor lain adalah masuknya industrialisasi dan kapitalisme di Indonesia lewat investasiinvestasi asing. Dampak dari masuknya Investasi-investasi asing ini kepada struktur sosial masyarakat Indonesia adalah munculnya kelas sosial yang disebut oleh Marx sebagai working class dan bourjois class. Struktur masyarakat Indonesia yang tadinya lebih banyak didasari oleh kepemilikan lahan pertanian berubah menjadi struktur masyarakat yang didasari oleh kepemilikan modal. Penawaran pasar tenaga kerja di Indonesia memiliki karakteristik yang membedakan antara kelompok pekerja satu dengan kelompok pekerja lainnya yang berbasiskan gender. Bahkan perbedaan ini mengarah pada ketidaksetaraan antara pria dan wanita. Meskipun wanita sudah mulai menyumbang angka yang banyak untuk jumlah angkatan kerja di Indonesia, jumlah pria masih lebih banyak dibandingkan jumlah wanita yang berpartisipasi di dunia kerja. Selain itu, berdasarkan penelitian pada tahun 2006, sebagian besar (28,2%) pekerja pria bekerja sebagai karyawan, sedangkan sebagian besar pekerja wanita (36,9%) bekerja di usaha keluarga secara sukarela (tidak ada upah). Selain jenis pekerjaan, terdapat aspek-aspek lain yang dapat menjadi hal yang mengindikasikan ketidaksetaraan antara pria dan wanita. Aspek-aspek lain antara lain; rata-rata penghasilan, lamanya waktu bekerja per minggu, dan kesempatan bekerja pada umur yang sudah tua. Dari ketiga aspek tersebut pria memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Dari perbedaan-perbedaan tersebut dapat terlihat bahwa Indonesia menganut sistem patriarki The Flexibility Regime and Organised Labour in Indonesia Media massa, bisnis, ekonomi, politisi dan pejabat pemerintah mengalami kegugupan terkait kurangnya daya dalam pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian Indonesia dalam
3 menghadapi liberalisasi pasar yang tidak dapat dihindari. Hal ini tidak hanya membuat resah industri lokal saja, namun memiliki implikasi penting terhadap perkembangan gerakan buruh. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa terjadinya pergeseran dari pekerjaan permanen menjadi pekerja kontrak dan pekerja outsourcing dalam upaya untuk membuat industri Indonesia lebih menarik bagi investor. Mengenai rezim fleksibilitas menciptakan keretakan antara pihak-pihak yang percaya bahwa peningkatan fleksibilitas menawarkan cara mengatasi masalah pengangguran dengan memberikan kesempatan modal untuk beroperasi secara bebas di pasar tenaga kerja dan untuk melaksanakan proses kerja yang efektif. Pengusaha dan ekonom telah mendukung pergeseran ke pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel dengan alasan bahwa hal itu merupakan strategi kunci dalam kampanye untuk menarik lebih banyak investasi dan menciptakan lapangan kerja. Konsep fleksibilitas Pada pembahasan ini sebenarnya ingin membahas terkait di mana rezim fleksibilitas dapat beroperasi di Indonesia dan dampaknya terhadap serikat pekerja. Pengertian dari fleksibilitas itu sendiri menurut Meulders dan Wilkin (1991) adalah kemampuan untuk beradaptasi semaksimal mungkin terhadap perubahan lingkungan, baik segi sosial, ekonomi mikro atau ekonomi makro. Konsep fleksibilitas ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan proses produksi dan pasar kerja. From a Strategy to a Regime Dalam pemahaman neo-klasik dari pasar tenaga kerja, negara memiliki peran penting dalam menjamin tingkat kecukupan. Dengan pemahaman ini, maka konsep fleksibilitas ini menekankan pada intervensi politik yang diminimalkan dan peraturan yang ditetapkan dapat menjamin praktek-praktek yang fleksibel dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Negara memiliki kepentingan untuk mendukung sistem seperti iklim produksi yang akan menciptakan lapangan kerja yang tinggi dan sebuah dukungan (Hutchison dan Brown, 2001). Peran aktif negara dalam fleksibilitas ini tidak bisa dianggap hanya sebagai strategi produksi dan mengatur tenaga kerja saja, tetapi juga mengatur kelembagaan yang mencerminkan bentuk kapitalisme khusus, dengan kata lain adalah sebuah rezim. Rezim adalah seperangkat pengaturan kelembagaan dan peraturan tersistematis yang dikembangkan oleh aliansi sosial berdasarkan ideologi dan pendekatan politik-ekonomi.
4 Menurut Candland, rezim tenaga kerja adalah pola perekrutan dan syarat serta kondisi kerja yang struktur kepentingan kerja terhadap pemerintah dan industri. Rezim tenaga kerja ini didasari oleh prinsip-prinsip fleksibilitas kerja untuk memastikan modal yang memiliki akses ke pasar tenaga kerja. Rezim ini juga melibatkan peraturan dan pengaturan kelembagaan yang mengontrol sistem upah, kondisi kerja, mobilisasi dan penempatan kerja, jenis kerja industri yang diprioritaskan, dan peran serta fungsi serikat. Namun, rezim akumulasi didasari oleh prinsip-prinsip pengaturan kelembagaan yang dirancang untuk mengontrol proses produksi. Sehingga, muncullah rezim produksi, di mana rezim produksi yang fleksibel menuntut tenaga kerja yang siap ditempatkan di jenis pekerjaan apa saja, dan yang bervariasi sesuai dengan tuntutan dari siklus produksi. Hal ini memerlukan tenaga kerja yang multi-keterampilan dan multi-task. Menggunakan pekerja kontrak, dan outsourcing merupakan strategi tambahan untuk memastikan bahwa tenaga kerja mudah dipindahkan atau dimobilisasi. Mekanisme kelembagaan dalam rezim fleksibilitas ini melibatkan penyebaran tempat kerja di luar, ke tingkat nasional dan internasional yang melibatkan aliansi modal dan aliansi negara. Di tempat kerja, modal dan penawaran tenaga kerja bahkan terkadang membentuk serikat aliansi strategis yang konkret untuk mempromosikan fleksibilitas. Sementara, di tingkat nasional aliansi melibatkan negara, kepentingan bisnis, dan bagian yang berfokus pada pasar masyarakat. Aliansi modal dan aliansi negara menjadi sangat strategis karena fleksibilitas yang didukung oleh peraturan ketenagakerjaan yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan instrumen negara neo-liberal. Di negara berkembang, rezim fleksibilitas ini memanifestasikan masing-masing negara dalam bentuk yang berbeda. Misalnya, Asia Tenggara yang tekanan terhadap pasar modal yang sangat kuat. Seperti negara Singapura, Malaysia, dan Thailand yang menurut data World Bank merupakan wilayah yang berfungsi sebagai model kebijakan dan prkatik pasar tenaga kerja yang fleksibel. World Bank memiliki indikator bahwa kategori sukses dapat dikatakan bahwa negara tersebut memiliki kemudahan di mana pekerjanya dapat dipekerjakan dan dipecat. Implikasi Bagi Pekerja Dalam beberapa literatur membahas mengenai prinsip-prinsip kelembagaan perusahaan yang didalamnya berisi mengenai asumsi positivistik dan optimis yang
5 memunculkan rezim fleksibilitas yang melakukan pemeriksaan secara empiris. Pengawasan ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dasar fleksibilitas pasar tenaga kerja secara inheren merusak pekerja, di mana dalam prakteknya prinsip-prinsip tersebut menuntut kelembagaan pasar tenaga kerja dualistik di tingkat tempat kerja berdasarkan status pekerjaan yang berbeda. Di mana dualistik tersebut adalah pekerja kontrak dan outsourcing. Pasar tenaga kerja yang fleksibel menyebabkan meningkatnya ketidakamanan kerja dan ketidakpastian ekonomi. hal ini mengakibatkan rendahnya kolektivitas kerja, karena dalam lingkungan pekerjaannya itu sudah terbagi atas beberapa bentuk tenaga kerja, yaitu pekerja yang tetap, pekerja kontrak, dan pekerja outsourcing. Dengan pembagian struktur pekerjaan seperti ini, maka antara mereka sulit untuk bekerja bersama. Selain itu, dalam wacana rezim fleksibilitas di mana pekerja memiliki fleksibilitas untuk beralih antara pekerjaan dan sektor. Pekerja apabila ingin mengelola pekerjaan mereka didasari oleh sistem managerial. Di mana hanya pekerja yang punya keterampilan lebih saja yang dapat berada pada struktur atas, dan pekerja yang memiliki keterampilan lebih saja yang dapat berpindah-pindah posisi pekerjaannya. Namun, yang bagi pekerja yang semi-skilled dan unskilled sulit untuk berpindah posisi atau jabatan dalam kerjanya. Melainkan mereka cenderung tetap berada di posisi tersebut. misalnya di Eropa dan Amerika Utara, fleksibilitas pekerja tersedia hanya untuk tenaga kerja terampil dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Sedangkan di Jepang, fleksibilitas memang menguntungkan untuk tenaga kerja terampil, tetapi tetap ada tekanan pada upah dan tunjangan bagi pekerja semu terampil dan tidak terampil. Hal ini menjadi sangat penting di pasar tenaga kerja dari negara-negara seperti Indonesia, di mana adanya ketidakseimbangan antara tenaga kerja terampil dengan tenaga kerja tidak terampil. Dalam perkembangannya industri membutuhkan pekerja-pekerja yang memiliki keahlian-keahlian khusus hal ini menyebabkan munculnya kelas-kelas pekerja baru, dimana kelas pekerja ini memiliki keahlian khusus contohnya adalah manager. Orang-orang yang menduduki posisi khusus ini mendapatkan bayaran yang lebih tinggi dibandingkan pekerja biasa. Hal ini mendorong munculnya kelas sosial baru dalam struktur masyarakat Indonesia yaitu kelas menengah. The Practice of Flexibility in Indonesia Masuknya sistem fleksibilitas di Indonesia memiliki dampak yang negatif bagi kelas pekerja di Indonesia terutama kelas pekerja yang dalam kategori semiskilled maupun
6 unskilled. Hal ini disebabkan karena mereka tidak lagi mendapatkan jaminan-jaminan sosial maupun kesehatan dari perusahaan tempat mereka bekerja. Bahkan mereka tidak memiliki rasa aman akan kerja yang sedang mereka lakukan karena bisa saja secara tiba-tiba perusahaan melakukan pemutusan kerja. Selain itu gaji yang mereka dapatkan sering kali berada di bawah upah minimum yang telah diatur. Hal ini mengakibatkan kelas pekerja semiskilled dan unskilled selalu tereksploitasi dan tidak dapat melakukan mobilitas vertikal keatas sehingga mereka akan selalu berada dalam struktur kelas sosial bawah dalam masyarakat Indonesia. Selain itu akan terus terjadi kesenjangan yang semakin tinggi dalam struktur masyarakat Indonesia karena para pemilik modal semakin mendapatkan keuntungan yang besar dari adanya eksploitasi terhadap kelas pekerja ini. Kritik Setelah membicarakan mengenai pekerja outsourcing, kebijakan tersebut cenderung tidak memberikan kenyamanan bagi pekerjanya tersebut, bahkan untuk pekerja kontrak pula. Dalam kebijakan mengenai pekerja ini, dapat dikritik bahwa perilaku yang ditujukan kepada pekerja kontak dan outsourcing ini di eksploitasi baik oleh perusahaan outsourcing itu sendiri dan oleh perusahaan intinya. Di mana seperti yang kita tahu bahwa pekerja outsourcing tersebut hanya bersifat sementara. Kritik selanjutnya yaitu perusahaan yang mempekerjakan pekerja outsourcing tersebut tidak memberikan jaminan-jaminan untuk keberlangsungan hidup pekerja, seperti jaminan sosial, jaminan kesehatan, dan lain-lain. Peran pemerintah dalam fleksibilitas pekerja ini sangat lemah sekali. Karena pemerintah kurang memperhatikan kehidupan para pekerja. Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah pekerja seperti ini, sangat dibutuhkan intervensi pemerintah dalam membuat peraturan, kebijakan, dan bahkan undang-undang terkait kesejahteraan dan kenyamanan untuk para pekerja outsourcing dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Selain pemerintah, sebaiknya masyarakat sendiri juga berkontribusi dalam memperbaiki kondisi pekerja outsourcing di Indonesia. Walaupun fleksibilitas dipandang memberikan dampak yang negatif bagi pekerjapekerja di Indonesia. Namun fleksibilitas tidak menutup sepenuhnya saluran mobilitas bagi pekerja. Karena dengan adanya fleksibilitas memungkinkan pekerja untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya walaupun hal ini hanya berlaku bagi beberapa individu saja khususnya bagi mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan khusus.
7 Mereka tetap bisa melakukan mobilitas vertikal keatas. Dampak negatif yang timbul akibat diberlakukanya sistem fleksibilitas di Indonesia tidak sepenuhnya dikarenakan konsep dari fleksibilitas itu sendiri tetapi juga dikarenakan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Contohnya, dalam Undang-undang nomor 13 tahun 2003 perusahaan diperbolehkan untuk menggunakan tenaga outsourcing tetapi hanya untuk pekerjaan yang bukan merupakan pekerjaan inti, namun dalam pelaksanaannya banyak perusahaan yang merekrut pekerja outsourcing untuk melakukan pekerjaaan-pekerjaan inti. Apabila pemerintah dapat melakukan fungsi pengawasan yang lebih ketat dalam pelaksanaan sistem fleksibilitas mungkin hal ini dapat meminimalisir dampak negatif yang disebabkan oleh sistem tersebut.
8 Daftar Pustaka Tjandraningsih, Indrasari & Nugroho, Hari. The Flexibility Regime and Organised Labour : The Experience of Indonesia. in Labour and Management in Development Journal. Vol.9/ University of Tasmania & AFDA. Hasoloan,Maruli.A, Indonesian Labor Market, a paper presented at the OECD Forum at OECD Jobs Strategy
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciKajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Ketenagakerjaan. Oleh: Arinta Dea Dini Singgi dan Daya Cipta S 1
Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Ketenagakerjaan Oleh: Arinta Dea Dini Singgi dan Daya Cipta S 1 1 SuperStaf Divisi Kajian Kebijakan BK MWA UI UM 2013 Pada tanggal 14 Oktober 2013 telah disahkan
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciFoto: Kahar. Buruh Menggugat
Bagian I UMUM 1 Buruh Menggugat Foto: Kahar Kita membutuhkan pertumbuhan ekonomi. Ini adalah sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Karena dengan pertumbuhan ekonomi itulah, kita memiliki banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat
Lebih terperinciI. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA
I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan
Lebih terperinciMenghadapi Fleksibilisasi Tenaga Kerja dengan Gerakan Fleksibel Serikat Buruh mengelola Isu Fleksibilitas Tenaga Kerja
Menghadapi Fleksibilisasi Tenaga Kerja dengan Gerakan Fleksibel Serikat Buruh mengelola Isu Fleksibilitas Tenaga Kerja Oleh: Agus Rakasiwi AKATIGA Pengantar Tulisan ini adalah hasil dari diskusi AKATIGA
Lebih terperinciLAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA
LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA KOMITE PEREMPUAN IndustriALL Indonesia Council 2014 1 LAPORAN HASIL SURVEY
Lebih terperinciPERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K
PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K TOPIK BAHASAN Apa itu perundingan bersama? Mengapa berunding tentang upah dan kondisi kerja lainnya?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu terakhir mengalami fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh krisis yang terjadi
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI
KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terutama hasil simulasi kebijakan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan
Lebih terperinciPENDUDUK, TENAGA KERJA DAN PENGANGGURAN. Ekonomi Pembangunan
PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN PENGANGGURAN Ekonomi Pembangunan PENDAHULUAN Dalam laporannya, United Nations mengatakan bahwa masalah krusial dan sangat provokatif yang dihadapi oleh pasar kerja dunia adalah
Lebih terperinciBAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dengan mempertimbangkan prestasi kerja dan nilai. kemanusiaan yang menimbulkan harga diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang era yang semakin liberal mendatang, Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang setidaknya harus menyiapkan upaya-upaya dini dalam mengantisipasi
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII,
VIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII, dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Undang-undang ketenagakerjaan era otda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang
Lebih terperinciPARADIGMA PERTUMBUHAN
PARADIGMA PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN SEIMBANG (BALANCED GROWTH): The synchronised application of capital to a wide range of different industries - Nafziger (1990, p. 85) Dua Versi Pendapat Suatu usaha minimum
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)
9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi
Lebih terperinciAsesmen Gender Indonesia
Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2
Lebih terperinciPENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional
PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA Organisasi Perburuhan Internasional Agenda Kerja Layak ILO untuk Pekerja Rumah Tangga Penyusunan Standar untuk Pekerja Rumah Tangga 2 I. DASAR
Lebih terperinciINDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP
INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciProspek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan
Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,
Lebih terperinciBAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
BAB II Organisasi Buruh Internasional Kesejahteraan buruh saat ini masih menjadi pembicaraan di khalayak publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan hukum ketenagakerjaan.
Lebih terperinciKERTAS POSISI FLEKSIBILITAS PASAR KERJA DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA. Hari Nugroho & Indrasari Tjandraningsih 1
1 KERTAS POSISI FLEKSIBILITAS PASAR KERJA DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA Hari Nugroho & Indrasari Tjandraningsih 1 ABSTRAK Kertas posisi ini menguraikan masalah pasar kerja fleksibel dan pentingnya tanggung
Lebih terperinciBAB III KEMAMPUAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA KEBIJAKAN UNTUK MENGHADAPI INVESTASI ASING
BAB III KEMAMPUAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA KEBIJAKAN UNTUK MENGHADAPI INVESTASI ASING Bab ini akan memaparkan penjelasan terhadap hipotesa pertama untuk menjawab rumusan masalah dari penelitian ini,
Lebih terperinciOleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.
Konsep Ketenagakerjaan Jenis & Penggolongan Tenaga Kerja Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Tenaga Kerja dalam Kegiatan Ekonomi Pengertian Angkatan Kerja dan Masalah Angkatan Kerja Angkatan kerja adalah penduduk
Lebih terperinciKERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN
KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN oleh: Farida Sondakh dan Tita Naovalitha Juli, 2003 KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN: oleh Farida Sondakh dan Tita Naovalitha Jakarta, Juli 2003 Paper prepared for World
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Jepang sebagai negara maju yang kegiatan ekonominya bertumpu pada industri, ternyata menghadapi masalah yang serius dalam ketersediaan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan komunikasi dari suatu negara ke negara lainnya. Dengan adanya globalisasi batasan geografis antar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih
Lebih terperinciMelebihi Batas Pertanian
Presentasi Ekonomika Pertanian dan Perdesaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 14 Mei 2013 Melebihi Batas Pertanian Oleh: Ulfa Maulidya Adrian Nalendra Perwira Ade bayu Erlangga Vincentia Anggita
Lebih terperinciProgram Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?
Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Latar belakang kenaikan harga minyak dunia yang terjadi akhir-akhir ini berbeda dengan fenomena kenaikan harga minyak dunia sebelumnya. Saat ini, kenaikan harga minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan
Lebih terperinciTesis. Oleh: N a m a : BAMBANG SUDARMONO N I M : P Program : Magister Manajemen
ANALISIS PENGARUH PERAN INVESTOR DAN UNIT PELAYANAN TERPADU (UPT) TERHADAP PERKEMBANGAN IKLIM USAHA DI WILAYAH SURAKARTA Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlanjut dengan krisis kepercayaan, krisis politik, krisis sosial, krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, yang kemudian berlanjut dengan krisis kepercayaan, krisis politik, krisis sosial, krisis budaya, krisis keamanan, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciNama Mata Kuliah : Pembangunan Sumber Daya Manusia Kode/SKS : GEM 2202/2 Prasyarat : Demografi (GEM 1202/2) Status Mata Kuliah : Wajib
Nama Mata Kuliah : Pembangunan Sumber Daya Manusia Kode/SKS : GEM 2202/2 Prasyarat : Demografi (GEM 1202/2) Status Mata Kuliah : Wajib Deskripsi Singkat Mata Kuliah Mata kuliah Pembangunan Sumber Daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan semakin banyak negara Asia Tenggara menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan semakin banyak negara Asia Tenggara menjadikan transformasi ekonomi sebagai target utama kebijakannya, problem yang timbul akibat bertambahnya penempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional.
Lebih terperinciTugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita
Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan yang lebih baik. Selain penghasilan karyawan juga bekerja dengan motivasi untuk mempertahankan
Lebih terperinciDaya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia
Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN PENDAHULUAN PERENCANAAN PENDIDIKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA PENDAHULUAN
PERENCANAAN PENDIDIKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA Pendekatan Man Power adalah pendekatan yang lebih menekankan pada pendayagunaan tenaga kerja hasil suatu sistem pendidikan, pendekatan ini mendesain
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciDiscrimination and Equality of Employment
Discrimination and Equality of Employment Pertemuan ke-3 Disusun oleh: Eko Tjiptojuwono Sumber: 1. Mathis, R.L. and J.H. Jackson, 2010. Human Resources Management 2. Stewart, G.L. and K.G. Brown, 2011.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang- Undang Republik Indonesia
Lebih terperinciSurvey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia
www.pwc.com/id Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia November 2014 Terima kasih.. Atas partisipasi dalam survey dan kehadirannya Agenda Latar belakang Family business survey 2014 Sekilas temuan utama Gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi
Lebih terperinciPERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN
PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan merupakan sebuah kebutuhan asasi bagi manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) mempunyai kebutuhan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut adanya suatu industri sektor perekonomian yang sehat, tangguh, dan berperan. Mengingat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan nyata.
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan praktek outsourcing yang saat ini yang terus terjadinya salah satunya adalah tidak dilaksanakannya ketentuan di mana pekerjaan yang boleh dioutsource-kan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk integrasi regional di kawasan Asia Tenggara, yang dibangun melalui penciptaan pasar tunggal dan basis produksi sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan titik awal perubahan atau perkembangan sebuah kota yang ditandai dengan laju pertumbuhan kawasan urban. Laju pertumbuhan ini merupakan tolok ukur
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era pembangunan sekarang ini manajemen di bidang sumber daya manusia juga mengalami kemajuan yang pesat. Karena itulah perlunya diadakan perencanaan dan penanganan
Lebih terperinciWANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI
WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Masyarakat dunia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja alih daya (outsourcing) merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja alih daya (outsourcing) merupakan sesuatu yang menarik, menarik dalam arti konsep tersebut memenuhi kebutuhan kedua belah pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaum perempuan hari ini tidak hanya beraktifitas di ranah domestik saja. Namun, di dalam masyarakat telah terjadi perubahan paradigma mengenai peran perempuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini perekonomian internasional mengalami perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah banyak dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciPengant eng ant Ilmu E o k nomi
PIEw12 1 PIEw12 2 Pengantar Ilmu Ekonomi PIEw12 3 Pengantar Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi PIEw12 4 Pengangguran Tingkat pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kini menghadapi percepatan pembangunan dalam bidang ekonomi, teknologi, dan infrastruktur. Industrialisasi bangkit dalam skala global dengan melibatkan segala
Lebih terperinciGender, Interseksionalitas dan Kerja
Gender, Interseksionalitas dan Kerja Ratna Saptari Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan Gender: Memastikan Peran Maksimal Lembaga Akademik, Masyarakat Sipil,
Lebih terperinciMateri 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia
Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan
Lebih terperinciPolicy Brief Ekonomi Politik Relasi Industri di Indonesia: Oleh: Raymond Atje, Mochamad Pasha, dan Udin Silalahi
Policy Brief Ekonomi Politik Relasi Industri di Indonesia: 1980 2004 Oleh: Raymond Atje, Mochamad Pasha, dan Udin Silalahi 1. Pendahuluan Krisis ekonomi 1997/98 menandai sebuah era baru relasi industri
Lebih terperinciStrategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008
Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah
7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding
Lebih terperinci