BAB 10 HUBUNGAN TENAGA KERJA DAN DEMOKRASI INDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 10 HUBUNGAN TENAGA KERJA DAN DEMOKRASI INDUSTRI"

Transkripsi

1 BAB 10 HUBUNGAN TENAGA KERJA DAN DEMOKRASI INDUSTRI Pada bab ini akan diuraikan mengenai hubungan tenaga kerja dan demokrasi industri. Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam sebuah perusahaan. Karena peran sumberdaya manusia di arena internasional tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sumberdaya manusia perusahaan multinasional di negara asal namun juga pada negara lain. Hubungan tenaga kerja dan demokrasi industri antara negara yang satu dengan negara lain berbeda-beda akibat faktor perbedaan budaya serta pelaksanaan hukum oleh orang yang berbeda budaya. Demikian juga mengenai demokrasi industri, namun peran perbedaan mendalam akan terfokus pada perbandingan hubungan tenaga kerja di arena internasional pada berbagai negara dan pendekatan yang digunakan dalam demokrasi industri. 1. Mengidentifikasi labor relation dan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh negaranegara di dunia. 2. Membahas struktur internasional tentang labor unions. 3. Membahas sifat demokrasi industri dan perbedaannya. 4. Menggambarkan pandangan-pandangan philosophis dan pendekatan strategi yang digunakan oleh perusqhaan multinasional. A. PENDAHULUAN Banyak perusahaan multinasional yang terkenal, sekarang mulai mengalami dan menghadapi berbagai masalah hubungan tenaga kerja dan demokrasi industri. Agar dapat dengan mudah memperluas jaringan dan pasar secara internasional, maka selain melakukan perubahan pada strategi pemasaran, maka hubungan ketenagakerjaan dan demokrasi industri juga harus diperbaiki. Strategi apapun dalam kancah internasional tidak akan menjadi efektif apabila strategi hubungan ketenagakerjaan tidak diperbaiki menjadi efektif pula. Adanya perpaduan strategi yang saling mendukung diharapkan perusahaan multinasional akan dapat meningkatkan pasar internasional, dapat meningkatkan kemampuan dalam bersaing dengan perusahaan lain di negara yang berbeda-beda. Berikut adalah uraian secara terperinci tentang hubungan tenaga kerja oleh berbagai negara yang kemudian akan mewarnai perusahaan multinasional yang berasal dari negara tersebut. B. HUBUNGAN TENAGA KERJA DI ARENA INTERNASIONAL Hubungan tenaga kerja (Labor Relation) dapat didefinisikan sebagai proses dengan manajemen perusahaan multinasional dan tenaga kerjanya mengidentifikasikan dan menentukan hubunganhubungan kerja yang akan berpengaruh terhadap tempat kerja atau lingkungan kerja. Hubungan tenaga

2 kerja yang dibangun oleh manajemen perusahaan multinasional harus dapat mempengaruhi hubunganhubungan kerja antara teaga kerja satu dengan lainnya agar tempat kerja menjadikan mereka senang untuk bekerja. Tujuan membahas berbagai hubungan tenaga kerja oleh berbagai perusahaan multinasional adalah untuk memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan manajemen perusahaan multinasional untuk menjalin hubungan dengan para tenaga kerjanya. Pendekatan Amerika Terhadap Hubungan Tenaga Kerja Amerika sering melakukan tenaga perjanjian kerja secara resmi yang dilakukan dengan collective bargaining dimana perwakilan management dan serikat kerja bernegosiasi tentang upah, jam kerja, kondisi kerja dan kontrak kerja. Adapun mekanisme kerja collective bargaining adalah sebagai berikut : 30% pekerja harus menandatangani kertu permintaan wewenang Jika 30% terpenuhi union dapat petisi NLRB (National Labour Relation Board) untuk melakukan pilihan. Jika union menerima 50% lebih dari suara pekerjaan maka union diberi legalitas atau disyahkan sebagai agen bergaining. Masa kerja 2 s/d 3 tahun setelah masa ini habis perjanjian baru dinegosiasikan lagi dan seterusnya. Jika pekerja tidak puas, maka bisa keluar dari union dan kembali seperti semula. Pekerja boleh menekan manajemen agar setuju pada mereka. Manajemen boleh meberikan sanksi untuk memenuhi posisi siapa menolak kerja. Labor strike di Amerika hampir selalu ada di setiap periode ketika kontrak sedang dinegoiasikan kembali. Dalam menjalankan fungsi strike dapat dilakukan dengan berbagai prosedur, seperti : Prosedur Grievance Grievance adalah keluhan yang dibawa seorang pekerja yang merasakan bahwa dia telah diperlakukan kurang sesuai dengan perjanjian kerja. Lngkah-langkah untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pertemuan antara perwakilan union dengan tingkat operasional atau supervisor. Kemudian melakukan pertemuan dengan union dengan manajemen tingkat lebih tinggi jika langkah awal belum berhasil. Jika belum juga belum menemukan tingkat kesepakatan, mka akan dilakukan dengan mediator (bertugas mempertemukan kedua belah pihak dan bersama-sama memecahkan masalah) atau arbitrator (bertugas menyiapkan penyelesaian permasalahan bagi pihak yang bertikai). Perusahaan harus mampu membangun hubungan-hubungan tenaga kerja dengan banyak negara. Hal ini penting karena hubungan tenaga kerja secara langsung akan menentukan biaya tenaga kerja, produktivitas individu maupun produktivitas perusahaan dan bahkan akhirnya keuntungan perusahaan. c. HUBUNGAN TENAGA KERJA PADA BERBAGAI NEGARA Berikut ini adalah uraian berbagai hubungan tenaga kerja yan telah dilakukan oleh berbagai negara di arena internasional :

3 Hubungan Tenaga Kerja di Inggris Perjanjian tenaga kerja tidak melalui kontrak kerja secara resmi. Yang terpenting adalah saling memahami berbagai pihak. Biasanya menggunakan mediation dan arbitration bersama-sama. Hubungan Tenaga Kerja di Jerman Hubungan manajemen dan serikat kerja (union) sangat kooperatif. Serikat kerja (union) memiliki kekuasaan yang sangat kuat. Setiap industri besar mempunyai satu serikat kerja. Semua perusahaan adalah anggota employes federation. Kekuasaan union adalah melakukan melakukan negosiasi dengan employes federation. Kontrak merupakan petunjuk bagi mereka dalam membayar gaji karyawan. Union dapat menetapkan skala pembayaran untuk 90% pekerja negara. Hubungan Tenaga Kerja di Jepang Manajemen dan union memiliki hubugan kooperatif karena alasan kebiasaan sosial. Kadangkala penyesuaian dengan menggunakan pihak ketiga-mediator / arbitrator. Komisi tenaga kerja ditetapkan dngan hukum & kelompok ini dapat membantu negosiasi. Union Jepang paling aktif selama musim dan akhir tahun. Hubungan Tenaga Kerja di Amerika Menggunakan prosedur Grievance. Masalah diselesaikan untuk mendamaikan pihak yang koflik. Jika periode kontrak selesai dan negosiasi tidak berhasil, maka para pekerja melanjutkan kontrak atau berhenti. Union sering menggunakan pendekatan yang digunakan union dari negara lain. Mengatasi Konflik Industri Kenyataan menunjukkan bahwa adanya hubungan antara manajemen dan tenaga kerja selama ini tidak selalu terjalin dengan harmonis. Apabila terjadi ketidak harmonisan hubungan antara kedua pihak, maka harus segera diselesaikan. Salah satu caranya adalah dengan membentuk serikat kerja yang berstandar internasional. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi pemogokan kerja masal dalam rangka menolak bekerja. Struktur Organisasi Serikat Kerja Intrnasional Ada 3 macam jenis struktur hubungan tenaga keja secara internasional, yaitu : Organisasi antar pemerintahan Organisasi pertama, ILO (International Labor Office) merupakan bentuk dari berbagai negara dan dibawah organisasi dunia. Tugasnya adalah menentukan dan menetapkan standar tenaga kerja secara terbuka dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja.

4 Kedua, OEDC (Organisation for Economic Cooperation and Development) yang bertugas mengatur bagaimana membantu negara-negara dalam mengatur operasionalisasi perusahaanperusahaan multinasional dari negara lain dalam batas wilayah negara tertentu. Serikat kerja afiliasi antar negara Ada 4 macam jenis afiliasi perdagangan Internasional yaitu global, regional, spesialisasi, dan operasional industi. Perluasan kontrak dalam negeri Serikat kerja ini dibentuk atas dasar perpaduan antara serikat-serikat kerja dari perusahaanperusahaan yang saling bekerja sama dalam tingkat internasional. Jadi serikat kerja yang sudah ada di negara masing-masing dipadukan untuk menjadi serikat kerja yang internasional. D. DEMOKRASI INDUSTRI INTERNASIONAL Demokrasi industri merupakan keterlibatan hak-hak tenaga kerja dalam keputusan yang dibuat pihak manajemen. Ada beberapa bentuk demokrasi industri yang yang secara umum digunakan perusahaan multinasional. Adapun bentuk tersebut adalah : Codetermination Dalam menjalankan kodeterminasi yaitu melibatkan tenaga kerja dalam jajaran direksi, secara umum digunakan batas keterwakilan mulai dari 1/3 jumlah karyawan sampai separonya. Artinya dalam mengambil dan menetapkan keputusan manajemen, minimal harus ada 1/3 dari jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses tersebut. Work Councils Dewan kerja ini menjadi pihak yang melakukan tawaran kerja secara di tingkat perusahaan & serikat kerja. Fungsinya memperbaiki kinerja perusahaan, kondisi kerja & keamanan kerja. Shop Floor Participation Shop Floor Participation merupakan bentuk keterlibatan tenaga kerja dalam jajaran manajemen yang berasal dari tingkat yang paling rendah. Meliputi pengayaan pekerjaan dan siklus kualitas. Financial Participation Bentuk partisipasi keuangan adalah adanya pembagian keuntungan antara manajemen dan tenaga kerja. Pembagian produktivitas menggunakan perbandingan sebesar 50:50.

5 Pertanyaan 1. Jelaskan pengertian hubungan tenaga kerja dan demokrasi industri! 2. Melakukan hubungan tenaga kerja yang baik akan dapat meningkatkan produktivitas maupun keuntungan perusahaan. Jelaskan! 3. Ada berapa bentuk hubungan tenaga kerja yang dapat digunakan dlam lingkungan internasional.? 4. Hubungan tenaga kerja dan manajemen dapat berjalan secara harmonis maupun tidak harmonis, sebutkan faktor-faktornya! organisasi internasional apakah yang dapat membantu mengatasi masalah ini? 5. Bagaimanakah perbedaan hubungan tenaga kerja antara negara-negara Eropa dan Amerika? 6. Demokrasi industri merupakan cara perusahaan dalam dalam melibatkan tenaga kerja dalam berbagai keputusan manajemen. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis demokrasi industri yang umum digunakan perusahaan multinasional! Jawaban : 1. Hubungan tenaga kerja (Labor Relation) dapat didefinisikan sebagai proses dengan perusahaan manajemen multinasional dan tenaga kerjanya mengidentifikasi dan menentukan hubungan-hubungan kerja yang akan berpengaruh terhadap tempat kerja atau lingkungan kerja. Sedangkan demokrasi industri merupakan keterlibatan hak-hak tenaga kerja dalam keputusan yang dibuat pihak manajemen. 2. Hal tersebut benar. Karena apabila hubungan tenaga kerja dan manajemen terjalin dengan baib berarti adanya hubungan yang baik dan menunjukkan kesehatan hubungan tenaga kerja semakin baik pula. Sehingga jika hubungan telah terjalin dengan baik, tenaga kerja akan melakukan kegiatan perusahaan secara maksimal. Dan loyalitas pada perusahaan akan tinggi. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan pada perusahaan itu sendiri. Sebaliknya apabila hubungan antara tenaga kerja dengan manajemen tidak terjalin dengan baik maka kesehatan hubungan tenaga kerja juga tidak baik. Kemungkinan kemunduran akan terjadi pada perusahaan, yang akan berakibat pada kerugian.

6 3. Ada 4, yakni Hubungan tenaga kerja di Inggris, hubungana tenaga kerja di Jerman, hubungan tenaga kerja di Jepang, dan hubungan tenaga kerja di Amerika. 4. Hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakharmonisan adalah jika manajemen tidak memberikan atau mengabulkan tuntutan-tuntutan yang diinginkan oleh tenaga kerja itu sendiri (misalnya dari pendapatan yang minim, manajemen yang kurang baik, atasan yang arogan, perlakuan yang tidak adil, dll ). Akibat yang dapat ditimbulkan dari ketidakharmonisan ini adalah terjadinya pemogokan kerja secara masal dalam rangka menolak bekerja. Namun, sebaliknya jika tenaga kerja merasa hubungan dengan manajemen telah terjalin dengan harmonis, maka tenaga kerja itu sendiri akan dengan sukarela membantu manajemen dalam menyelesaikan seluruh pekarjaan yang diberikan kepadanya. Salah satu caranya adalah dengan membentuk serikat kerja yang berstandar internasional. Organisasi serikat kerja Internasional yang membantu masalah tenaga kerja adalah Internasional Labor Office (ILO) dan Organization for Economic Coorporation and Development (OECD). 5. Perbedaan hubungan tenaga kerja antara Negara Eropa dan Amerika adalah terletak pada kontak kerjacara dalam melakukan penyelesaian masalah, dan perbedaan pada serikat kerja (union) negara tersebut. 6. Beberapa bentuk demokrasi industri adalah : 1. Codetermination Dalam menjalankan kodeterminasi yaitu melibatkan tenaga kerja dalam jajaran direksi, secara umum digunakan batas keterwakilan mulai dari 1/3 jumlah karyawan sampai separonya. Artinya dalam mengambil dan menetapkan keputusan manajemen, minimal harus ada 1/3 dari jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses tersebut. 2. Work Councils Dewan kerja ini menjadi pihak yang melakukan tawaran kerja secara di tingkat perusahaan & serikat kerja. Fungsinya memperbaiki kinerja perusahaan, kondisi kerja & keamanan kerja. 3. Shop Floor Participation Shop Floor Participation merupakan bentuk keterlibatan tenaga kerja dalam jajaran manajemen yang berasal dari tingkat yang paling rendah. Meliputi pengayaan pekerjaan dan siklus kualitas. 4. Financial Participation Bentuk partisipasi keuangan adalah adanya pembagian keuntungan antara manajemen dan tenaga kerja. Pembagian produktivitas menggunakan perbandingan antara manajemen dan tenaga kerja adalah sebesar 50:50.

7

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Hubungan Industrial

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Hubungan Industrial Hubungan Industrial Hubungan Industrial Fakultas Komunikasi dan Bisnis Hubungan formal antara kelompok manajemen dan kelompok pekerja yang terdapat dalam suatu organisasi Pihak yang Berkepentingan Dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN - MANAJEMEN

HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN - MANAJEMEN HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN - MANAJEMEN PERTEMUAN 12 1 Pengertian SERIKAT KARYAWAN Organisasi para keryawan yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan pendapat, melindungi, dan memperbaiki, melalui

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Hubungan Industrial

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Hubungan Industrial Hubungan Industrial Hubungan Industrial Fakultas Komunikasi dan Bisnis Hubungan formal antara kelompok manajemen dan kelompok pekerja yang terdapat dalam suatu organisasi Sejarah Serikat Pekerja Revolusi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN MANAJEMEN PERTEMUAN 13

HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN MANAJEMEN PERTEMUAN 13 HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN MANAJEMEN PERTEMUAN 13 Pengertian: Organisasi para karyawan yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan pendapat, melindungi dan memperbaiki, melalui kegiatankegiatan kolektif,kepentingan-kepentingan

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

Labor and Industrial Relations

Labor and Industrial Relations Labor and Industrial Relations Modul ke: 13 Mahasiswa memahani mengenai : 1. Hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha 2. Membandingkan hubungan tenagakerja di Indonesia dan USA Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDUSTRIAL. Perundingan Kolektif. Disusun Oleh Kelompok 6 : Mochammad Juhairi ( ) Alfredo Slamet S.

HUBUNGAN INDUSTRIAL. Perundingan Kolektif. Disusun Oleh Kelompok 6 : Mochammad Juhairi ( ) Alfredo Slamet S. HUBUNGAN INDUSTRIAL Perundingan Kolektif Disusun Oleh Kelompok 6 : Mochammad Juhairi (125030207111069) Alfredo Slamet S. (125030207111078) Rizqi Anuari (125030207111067) Maytria Aghita (125030200111040)

Lebih terperinci

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K TOPIK BAHASAN Apa itu perundingan bersama? Mengapa berunding tentang upah dan kondisi kerja lainnya?

Lebih terperinci

ILMU ADMINISTRASI KHUSUS

ILMU ADMINISTRASI KHUSUS ILMU ADMINISTRASI KHUSUS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK (PUBLIC ADMINISTRATION) ILMU ADMINISTRASI PUBLIK : (Ilmu Administrasi Tertua dan paling luas) Terdiri atas : 1. Ilmu Administrasi Negara 2. Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Kontemporer Lobbying of the international accounting standards committee

Akuntansi Keuangan Kontemporer Lobbying of the international accounting standards committee Modul ke: Fakultas Pasca Sarjana Akuntansi Keuangan Kontemporer Lobbying of the international accounting standards committee Dr.Harnovinsah M.Si,Ak,CA Program Studi Magister Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 & 11 PUBLIK INTERNAL Pertemuan 10-11

PERTEMUAN 10 & 11 PUBLIK INTERNAL Pertemuan 10-11 PERTEMUAN 10 & 11 PUBLIK INTERNAL Pertemuan 10-11 DEFINISI Kegiatan internal Public Relations adalah kegiatan yang ditujukan untuk internal publik organisasi / perusahaan. Publik internal adalah semua

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini penulis menyajikan kesimpulan berdasakan hasil penelitian yang penulis peroleh. Kesimpulan ini memaparkan beberapa pikiran pokok yang merupakan

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

V FUNGSI PERUSAHAAN 5.1. PERSONALIA

V FUNGSI PERUSAHAAN 5.1. PERSONALIA V FUNGSI PERUSAHAAN 5.1. PERSONALIA Organisasi merupakan wahana untuk mencapai tujuan. Agar supaya pencapaian tujuan ini dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan fungsi-fungsi. Pengertian fungsi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh membutuhkan suatu wadah yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) INDUSTRY RELATION. EKM 308 (3 sks) Semester V. Pengampu mata kuliah. Dr. Yulihasri, SE, MBA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) INDUSTRY RELATION. EKM 308 (3 sks) Semester V. Pengampu mata kuliah. Dr. Yulihasri, SE, MBA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) INDUSTRY RELATION EKM 308 (3 sks) Semester V Pengampu mata kuliah Dr. Yulihasri, SE, MBA Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang, Tahun 2017

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA A. Pengertian Perjanjian kerja bersama Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya Undang-undang No.21 Tahun 2000. Istilah

Lebih terperinci

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Indonesia 2,3 & 5 Agustus, 2010 LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Kebijakan dan Konvensi Internasional yang berdampak pada Perdagangan

Lebih terperinci

ECD Watch. Panduan OECD. untuk Perusahaan Multi Nasional. alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab

ECD Watch. Panduan OECD. untuk Perusahaan Multi Nasional. alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab ECD Watch Panduan OECD untuk Perusahaan Multi Nasional alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab Tentang Panduan OECD untuk perusahaan Multi nasional Panduan OECD untuk Perusahaan Multi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA KOMITE PEREMPUAN IndustriALL Indonesia Council 2014 1 LAPORAN HASIL SURVEY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan diharapkan mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat. Hal ini disebabkan karena, perekonomian dunia bergerak ke arah perekonomian terbuka dan global.

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dinamika kerja saat ini menimbulkan tantangan baru bagi mental pekerja, salah satunya adalah ancaman stres. Diuraikan dalam Harvey et al. (2012), dari beberapa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2014 PENGESAHAN. Persetujuan. Pendirian. Kantor Perwakilan. OEDCD. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP)

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) National Tripartite High Level Dialogue on Employment, Industrial Relations, and Social Security Session 3 Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) Akiko Sakamoto Skills Development

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TATAP MUKA KE : 1-3

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TATAP MUKA KE : 1-3 TATAP MUKA KE : 1-3 5. Jumlah Tatap Muka : 3 kali 6. Standar Kompetensi : Setelah mengikuti Mata Kuliah Hubungan Industrial selama satu semester mahasiswa dapat menjelaskan konsep, proses, praktek dan

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan perekonomian telah menunjukkan perubahan pada pola

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan perekonomian telah menunjukkan perubahan pada pola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan perekonomian telah menunjukkan perubahan pada pola ketenagakerjaan dan jenis pekerjaan di Amerika Serikat. Perubahan yang menonjol terjadi pada

Lebih terperinci

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL UNIVERSITAS INDONESIA STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL SOSIOLOGI INDUSTRI DAN KETENAGAKERJAAN DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 AHMAD MUTSLA Z (1206240234) DETANIA SAVITRI (1206210534) FEBRYAN DWI PUTRA (1206210540)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam setiap perusahaan, karyawan memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam setiap perusahaan, karyawan memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam setiap perusahaan, karyawan memiliki peranan penting dalam mewujudkan visi dan misi bagi perusahaannya, untuk itu dibutuhkan karyawan yang memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah : Hubungan Industrial (Industrial Relation) Program StudI : Ilmu Manajemen Semester : Ganjil Kelas Sultra SKS : 3 SKS Dosen : Prof.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini persaingan dalam dunia bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Persaingan tidak hanya dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di bidang barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat terjadi. Salah satu cara untuk mencapai pengelolaan sumber daya yang efektif, efisien dan produktif

Lebih terperinci

BAB 9 PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

BAB 9 PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt BAB 9 PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK Prof., Ph.D, MBA, Akt TINJAUAN BAB 9.1. Teori barang dan jasa publik 9.1.1 Sifat dan Lingkup Pengadaan Barang dan Jasa Publik 9.1.2. Tujuan Pengadaan Barang dan Jasa

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi Kompensasi Definition Thomas H. Stone : Edwin B. Flippo : Compensation is any form of payment to employees for work they provide to their employer Compensation as the adequate and equitable remuneration

Lebih terperinci

BAB III MUNCULNYA TUNTUTAN BAGI BURUH MIGRAN FIFA WORLD CUP QATAR 2022

BAB III MUNCULNYA TUNTUTAN BAGI BURUH MIGRAN FIFA WORLD CUP QATAR 2022 BAB III MUNCULNYA TUNTUTAN BAGI BURUH MIGRAN FIFA WORLD CUP QATAR 2022 Bab ini akan membahas mengenai munculnya tuntutan dari organisasi internasional yang ditujukan kepada Pemerintah Qatar terkait dengan

Lebih terperinci

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNASIONAL By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNATIONAL Kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Kegiatan : Perdagangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan membutuhkan perusahaan sebagai tempat untuk mencari nafkah.

BAB I PENDAHULUAN. karyawan membutuhkan perusahaan sebagai tempat untuk mencari nafkah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan mempunyai kesempatan yang baik untuk bertahan dan maju jika mempunyai karyawan yang tepat, sehingga membutuhkan usaha yang terusmenerus untuk mencari, memilih,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

Modul Manajemen Strategis 2013

Modul Manajemen Strategis 2013 Dedeng Abdul Gani A., SE., MS.i Page 1 BAB II CORPORATE GAVERNANCE Tujuan Pembelajaran : 1. Memahami dan menjelaskan tugas dan tanggungjawab dewan komisaris dan dewan direksi dalam pengelolaan perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41,2010 PENGESAHAN. Agreement. Dana Moneter Internasional. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PROPOSED AMENDMENT

Lebih terperinci

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan

Lebih terperinci

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PROPOSED AMENDMENT OF THE ARTICLES OF AGREEMENT OF THE INTERNATIONAL MONETARY FUND TO ENHANCE VOICE AND PARTICIPATION IN THE INTERNATIONAL MONETARY

Lebih terperinci

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: Regulasi Status dan Transfer Pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia("PSSI") Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: 1) Asosiasi terdahulu: asosiasi

Lebih terperinci

KAPSEL-M2: LINGKUNGAN PERUSAHAAN : SEGALA FAKTOR EKSTERN YANG MEMPENGARUHI ORGANISASI DAN KEGIATANNYA.

KAPSEL-M2: LINGKUNGAN PERUSAHAAN : SEGALA FAKTOR EKSTERN YANG MEMPENGARUHI ORGANISASI DAN KEGIATANNYA. KAPSEL-M2: LINGKUNGAN PERUSAHAAN : SEGALA FAKTOR EKSTERN YANG MEMPENGARUHI ORGANISASI DAN KEGIATANNYA. FAKTOR-FAKTOR EKSTERN : - ASPEK EKONOMI - ASPEK SOSIAL; - ASPEK POLITIK; - ASPEK ETIKA-HUKUM; - ASPEK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Kebutuhan ini bersifat fisik maupun non fisik yang harus

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Latexindo Toba-Perkasa adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi sarung tangan berbahan latex. PT. Latexindo Toba-Perkasa didirikan

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

MSDM Hubungan Industrial DOSEN : RACHMASARI PRAMITA, ST, MM MSDM II

MSDM Hubungan Industrial DOSEN : RACHMASARI PRAMITA, ST, MM MSDM II MSDM Hubungan Industrial DOSEN : RACHMASARI PRAMITA, ST, MM MSDM II Pengertian Hubungan Industrial Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran karyawan yang sangat penting bagi setiap organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. peran karyawan yang sangat penting bagi setiap organisasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten merupakan aset yang tidak ternilai harganya bagi setiap organisasi ataupun perusahaan. Mengingat peran karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

PENGUATAN ORGANISASI BURUH UNTUK MEMPROMOSIKAN PENINGKATAN DAN KONDISI KERJA DI TEMPAT KERJA

PENGUATAN ORGANISASI BURUH UNTUK MEMPROMOSIKAN PENINGKATAN DAN KONDISI KERJA DI TEMPAT KERJA PENGUATAN ORGANISASI BURUH UNTUK MEMPROMOSIKAN PENINGKATAN DAN KONDISI KERJA DI TEMPAT KERJA By : Indonesia Akhmad Soim, S.H., M.H. Confederation of Indonesia Prosperity Trade Union Akhmad Jumali Indonesian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pegawai Menurut Soedaryono (Tata Laksana Kantor, 2000:6) pegawai adalah seseorang yang melakukan penghidupan dengan bekerja dalam kesatuan organisasi baik kesatuan pemerintah

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perekonomian dunia yang semakin meningkat menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perekonomian dunia yang semakin meningkat menunjukkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perekonomian dunia yang semakin meningkat menunjukkan bahwa persaingan dalam dunia usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari organisasi merupakan fenomena penting dalam keberlangsungan suatu organisasi. Pergantian karyawan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL Oleh: Triyono Wibowo Dubes/Watapri Wina PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

KONTRAK ALIH TEKNOLOGI Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum

KONTRAK ALIH TEKNOLOGI Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum KONTRAK ALIH TEKNOLOGI Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum BAHAN AJAR HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 UNCTC United Nations

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL. Dr. M. Anang F., MM

EKONOMI INTERNASIONAL. Dr. M. Anang F., MM EKONOMI INTERNASIONAL Dr. M. Anang F., MM Bab 1 Pengertian EKONOMI INTERNASIONAL Pendahuluan Perkembangan hubungan antar negara dewasa ini terutama pasca Perang Dingin diwarnai dengan isu-isu yang bersifat

Lebih terperinci

FORMULIR DISTRIBUTOR AGREEMENT (DA)

FORMULIR DISTRIBUTOR AGREEMENT (DA) FORMULIR DISTRIBUTOR AGREEMENT (DA) Dokumen ini terdiri dari lima bagian: (A) Definisi, (B) Perjanjian Distributor, (C) Perjanjian Pembelian Produk Di Negara Tempat Tinggal, (D) Perjanjian Arbitrase Yang

Lebih terperinci

Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan

Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan Simposium Kepatuhan Strategis di Indonesia melalui Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan Nancy Leppink Ketua Administrasi Ketenagakerjaan / Pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena selalu terdapat kepentingan yang berbeda bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha

Lebih terperinci

Sessi. Dosen Pembina:

Sessi. Dosen Pembina: Sessi Lingkungan Perdagangan Internasional yang Dinamis Dosen Pembina: Mumuh Mulyana Mubarak, SE. http://moebarak.wordpress.com Dengan Ekonomi Global Tercipta Pasar Dunia yang Kompetitif Terbentuk Pasar-pasar

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara kodrati yang bersifat universal. 1 Oleh karena itu, hak asasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara kodrati yang bersifat universal. 1 Oleh karena itu, hak asasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati yang bersifat universal. 1 Oleh karena itu, hak asasi manusia harus dilindungi, dipertahankan

Lebih terperinci

Product Design. Function PROTOTYPE. Specification and Standard. Price And Volume

Product Design. Function PROTOTYPE. Specification and Standard. Price And Volume PRODUCT DESIGN Produk desain merupakan perencanaan jangka panjang dimana barang yang akan dibuat diriset terlebih dahulu baru kemudian didesain agar barang tersebut bisa benar-benar diharapkan oleh konsumen.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep outsourcing Dalam pengertian umum, istilah outsourcing diartikan sebagai contract (work) out seperti ditemukan dalam Concise Oxford Dictionary, sementara mengenai kontrak

Lebih terperinci

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari, 2012) dan Asyik (2006) pengertian dari ESOP adalah suatu bentuk kompensasi yang diberikan kepada

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 1 PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. Pedoman Kebijakan Code of Conduct sebagaimana dimaksud pada lampiran Peraturan Direksi ini terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu:

Lebih terperinci

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler 2 Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler Pendahuluan Daimler mengakui tanggung jawab sosialnya dan ke-10 prinsip yang menjadi dasar dari gerakan Global Compact. Untuk mencapai tujuan bersama ini, Daimler

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBL1K INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat,

Lebih terperinci

Hubungan Industrial. Pentingnya Serikat Pekerja Bagi Karyawan; Hubungan antara SDM dengan Serikat Pekerja; Dinamika Permasalahan Serikat Pekerja

Hubungan Industrial. Pentingnya Serikat Pekerja Bagi Karyawan; Hubungan antara SDM dengan Serikat Pekerja; Dinamika Permasalahan Serikat Pekerja Modul ke: Hubungan Industrial Pentingnya Serikat Pekerja Bagi Karyawan; Hubungan antara SDM dengan Serikat Pekerja; Dinamika Permasalahan Serikat Pekerja Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara, seringkali menyebabkan standar akuntansi yang digunakan oleh suatu negara berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 31/2000, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT ALJAZAIR MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK *49553 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE Learning & Sharing IAMPI Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE Gusnando S Anwar Jakarta 21 Oktober 2010 GSA LINGKUNGAN - BISNIS Persaingan tajam tanpa hambatan Moral - gotong royong Karakter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang

Lebih terperinci