Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Transkripsi

1 FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh : MARSHELLENA DEVINTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

2

3 MOTTO

4 Lepaskan masa lalu tanpa penyesalan namun jadikan pelajaran,

5 MOTTO Lepaskan masa lalu tanpa penyesalan namun jadikan pelajaran, Hadapi hari ini dengan tegar dan percaya diri, Siapkan masa depan dengan rencana yang matang tanpa ada rasa khawatir (Hary Tanoesoedibjo Ada dua cara untuk menghadapi kesulitan, mengubah kesulitan itu atau mengubah diri sendiri untuk menghadapinya (Phyllis Bottome) Jangan patah semangat walau apapun yang terjadi, karena jika kita menyerah maka habislah sudah (Tom) Seringkali, pekerjaan terlihat sangatlah sulit untuk dilakukan. Mengeluhlah karena itu manusiawi, hanya saja jangan nyaman dengannya (Doni Hermawan) We shall not cease from exploration And the end of all exploring Will be to arrive where we started And know the place for the first time (T.S. Elliot) Jangan terlalu larut dalam kesedihanmu, karena jika kamu terlalu larut dalam kesedihanmu sesungguhnya kamu hanya akan bersedih sendirian (Penulis)

6 PERSEMBAHAN Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat yang telah diberikan-nya, sehingga skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Dengan penuh ketulusan dan rasa hormat, kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua ku, Bapak Agus Waryanto dan Ibuku Siti Lungwiati tercinta, terimakasih atas doa tulus yang tidak pernah padam menyertai langkahku, dukungan yang tidak pernah berhenti, kasih sayang dan cinta kasih yang tidak pernah surut dalam membimbingku serta nasihat untuk meluruskan jalanku akan selalu menjadi motivasi dalam menggapai cita. Kubingkiskan untuk Adikku satu-satunya Dinda Imaniska dan keponakan pertamaku Banu Mahardika yang memberikan semangat dalam warna-warni hidupku. Terimakasih karena canda, tawa, tangis, amarah, kebersamaan dan senyum tulus kalianlah yang memompa niatku untuk terus menjadi lebih baik. Semoga semua cita-cita kita tercapai. Aamiin. Karya ini juga kubingkiskan untuk Doni Hermawan, seseorang yang mengisi hati serta hariku dengan ketulusan, kesabaran dan kebahagiaan. Terimakasih telah hadir, memberikan motivasi dalam menjalani hidupku dan tidak bosan selalu memberikanku semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk teman-teman angkatanku Pendidikan Sosiologi 2008, terimakasih atas masa kebersamaan yang telah kalian berikan. Kini saya datang meyusul kalian untuk berjuang menggapai cita-cita karena ternyata perjalanan memang masih panjang membentang.

7 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb., Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan sepanjang jaman. Hanya atas petunjuk-nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) Pada Mahasiswa Perantauan Di Yogyakarta sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang berkenan memberi kesempatan bagi saya untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta beserta fasilitas yang telah disediakan. 2. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian. 3. Bapak Grendi Hendrastomo, S. Sos., MA., MM., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

8 yang telah memberikan izin serta mengesahkan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana (Strata-1). 4. Ibu Poerwanti Hadi Pratiwi, M. Si., selaku Ketua Penguji yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan kritik yang membangun, masukan berharga dan mengujikan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Ibu V Indah Sri Pinasti, M.Si., selaku Dosen Narasumber dan Penguji Utama yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan kritik, masukan berharga dan mengujikan untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Ibu Nur Hidayah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis mulai tahap awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Grendi Hendrastomo, MM., MA., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis mulai tahap awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. 8. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Jurusan Pendidikan Sosiologi Prodi Pendidikan Sosiologi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis selama berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. 9. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik. 10. Walikota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik.

9 11. Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian serta memberikan data-data mahasiswa perantau di Yogyakarta tahun akademik 2015 sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik dan lancar. 12. Para mahasiswa perantauan di Yogyakarta yang telah banyak memberikan informasi sehingga dapat terlaksana penelitian dan tersusunnya skripsi dengan baik dan lancar. 13. Kedua orang tuaku tercinta yang tidak pernah berhenti selalu mengejar janji terselesaikannya skripsi ini dalam suasana apapun, sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini jua. 14. Sahabat seperjuanganku di Pendidikan Sosiologi Non-Reguler 2008, Nia Budi Lestari dan Pri Rohmawati yang telah banyak membantu memberikan bantuan, dukungan serta semangat, terimakasih untuk semuanya. 15. Teman-teman Kost Mbak Kondang-Mbak Mull Gejayan CC XII/ 87a Soropadan, Mbak Funny, Ganita, Afrilia, Watik, Mbak Ina, Mbak Vicha, Mbak Nana, Mbak Intan dan semua yang selalu memotivasi saya menyelesaikan skripsi. 16. Teman-teman parkiran Gedung Kampus Fakultas Ilmu Sosial Mas Adit dan Mas Galih yang membantu mencarikan narasumber Program Kerja sama Daerah. 17. Teman-teman Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 2008 yang telah memberikan masa kebersamaan selama menempuh masa akademik yang tidak pernah akan terlupakan.

10

11 FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA Disusun oleh: MARSHELLENA DEVINTA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mendeskripsikan penyebab yang melatarbelakangi proses terjadinya culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta, (2) Untuk mendeskripsikan dampak culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data yang diperoleh melalui kata-kata dan tindakan, sumber tertulis serta foto. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah delapan orang informan mahasiswa perantau dari luar Jawa yang terdiri dari empat orang informan mahasiswa perantau semester awal dan empat orang informan mahasiswa perantau semester lanjut. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab yang melatarbelakangi proses terjadinya culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta terbagi atas penyebab internal dan eksternal. Culture shock yang terjadi pada setiap individu memiliki gejala dan reaksi dalam bentuk stress mental maupun fisik yang berbeda-beda mengenai sejauhmana culture shock mempengaruhi kehidupannya. Pengalaman culture shock bersifat normal terjadi pada mahasiswa perantauan yang memulai kehidupannya di daerah baru dengan situasi dan kondisi budaya yang berbeda dengan daerah asalnya. Empat fase dalam culture shock yaitu fase optimistik (fase pertama), masalah kultural (fase kedua), fase recovery (fase ketiga) dan fase penyesuaian (fase terakhir). Dampak culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta terdapat pada fase terakhir dalam culture shock yang ditunjukkan dengan adanya tindakan adaptasi budaya yang diaplikasikan oleh mahasiswa perantauan di Yogyakarta sebagai tempat rantauan. Kata Kunci: Mahasiswa Perantauan, Culture Shock, Adaptasi Budaya

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... xi DAFTAR ISI... xii DAFTAR BAGAN... xv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Batasan Masalah... 7 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Manfaat Penelitian... 8 BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Culture Shock a. Pengertian Culture Shock b. Penyebab Culture Shock c. Gejala Culture Shock d. Fase Terjadinya Culture Shock... 15

13 2. Adaptasi Sosialisasi. 19 a. Pengertian Sosialisasi. 19 b. Tujuan Sosialisasi Komunikasi Bahasa Budaya dan Masyarakat Mahasiswa Perantau dan Merantau a. Pengertian Perantau b. Pengertian Merantau B. Penelitian yang Relevan. 27 C. Kerangka Pikir BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian B. Waktu Penelitian C. Metode Penelitian D. Sumber Data Penelitian Sumber Data Primer Sumber Data Sekunder E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan Data dengan Observasi Pengumpulan Data dengan Wawancara Pengumpulan Data dengan Dokumentasi 40 F. Teknik Pengambilan Sampel. 41 G. Validitas Data. 44 H. Teknik Analisa Data Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data. 48

14 4. Penarikan Kesimpulan. 49 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Deskripsi Umum D.I. Yogyakarta a. Karakter Sosial Budaya Yogyakarta 55 b. Mahasiswa Perantauan di Yogyakarta Deskripsi Umum Informan Penelitian. 62 B. Analisa dan Pembahasan Penyebab yang Melatarbelakangi Proses Terjadinya Culture Shock Pada Mahasiswa Perantauan Di Yogyakarta Dampak Culture Shock C. Pokok-Pokok Temuan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 DAFTAR BAGAN 1. Kerangka Pikir Komponen-komponen Analisis data Miles dan Huberman 50

16 DAFTAR TABEL 1. Gejala dan Reaksi Culture Shock Pedersen Jumlah Mahasiswa Perantauan Di Yogyakarta Berdasarkan Asal Daerah tahun Ajaran Perbedaan Culture Shock Yang Dialami Oleh Mahasiswa Perantauan Di Yogyakarta

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Observasi Pedoman Wawancara dengan Mahasiswa Perantauan Semester Awal Perkuliahan Pedoman Wawancara dengan Mahasiswa Perantauan Semester Tengah Perkuliahan Hasil Observasi Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Perantauan Semester Awal Perkuliahan Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Perantauan Semester Tengah Perkuliahan Tabel Koding

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa identik dengan perantau, lokasi universitas yang tersebar di kota-kota besar Indonesia dengan tingkat kualitas berbedabeda memunculkan pandangan berbeda pada masing-masing calon mahasiswa dalam menentukan pilihan universitas. Bercampurnya mahasiswa dengan identitas budaya yang berbeda-beda dalam suatu daerah bukanlah hal baru yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat gerak sosial geografis oleh seorang individu atau kelompok individu di atas kemajemukan budaya, suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya yang terdapat di Indonesia, sehingga sangat memungkinkan terjadinya kontak budaya diantara penduduk Indonesia. Mengingat beragamnya budaya menimbulkan perbedaan budaya yang ada antara satu budaya dengan budaya lainnya di tanah air Indonesia, maka tidak heran jika potensi terjadinya kekagetan budaya di antara para individu perantau yang tinggal di suatu daerah baru juga akan semakin besar. Dalam konteks tersebut secara umum kekagetan budaya terjadi akibat ketidaksiapan individu menghadapi perbedaan budaya yang dikenal dengan istilah culture shock (gegar budaya), yang ditunjukkan pada tahap awal kehidupannya di tempat rantauan ia akan mengalami suatu problem ketidaknyamanan terhadap lingkungan barunya yang kemudian akan berpengaruh baik secara fisik maupun emosional sebagai reaksi ketika

19 berpindah dan hidup dengan lingkungan baru terutama yang memiliki kondisi budaya berbeda. Ketika nilai-nilai budaya baru tersebut terasa berbeda dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki, sebagai dampaknya individu pasti akan merasa sangat terganggu karenanya. Budaya yang baru dapat berpotensi menimbulkan tekanan, karena memahami dan menerima nilai-nilai budaya lain bukanlah hal yang instan serta menjadi sesuatu hal yang tidak dapat sepenuhnya berjalan dengan mudah. Konsep culture shock (gegar budaya) pertama kali diperkenalkan oleh antropologis bernama Oberg pada tahun 1960 untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh individu-individu yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru (dikutip dari Dayakisni, 2012: 265). Yogyakarta adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa yang juga merupakan salah satu kota tujuan pendidikan yang banyak menarik minat para perantau untuk datang dan melanjutkan pendidikan ke berbagai perguruan tinggi yang terdapat di kota Yogyakarta. Hal ini ditinjau dari hampir setiap tahunnya puluhan universitas yang tersebar di wilayah Yogyakarta dipenuhi oleh para pelajar yang berasal dari luar kota, luar propinsi atau bahkan luar negeri dengan motif tujuan yang sama yaitu untuk menuntut ilmu dan meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, baik jenjang diploma maupun jenjang sarjana dari S1, S2, hingga S3. Semakin banyak mahasiswa perantau yang datang untuk menuntut ilmu di Yogyakarta menyebabkan dinamika pelajar yang juga semakin tinggi karena

20 di sanalah pertemuan emosional kolektif putera puteri Indonesia dari Sabang hingga Merauke diatas Bhineka Tunggal Ika yang diwujudkan dengan niat menuntut ilmu diberbagai perguruan tinggi Yogyakarta. Para pelajar rantauan inilah awal mula terbentuknya keanekaragaman budaya dan memunculkan nuansa multikultural yang ada di kota Yogyakarta baik di lingkungan tempat-tempat perguruan tinggi hingga lingkungan tempat tinggal sementara (seperti kos) para mahasiswa perantau tersebut. Sehingga tidak heran jika di lingkungan sosial kampus terlebih di kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar miniaturnya Indonesia ini akan kita temui sejumlah mahasiswa yang memiliki latar belakang budaya berbeda dengan karakternya masing-masing yang mencerminkan kekhasan budaya dari mana individu itu berasal. Selain kota pelajar, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota budaya yang kental dengan budaya Jawa dan masyarakatnya yang menjunjung tinggi adat istiadat Jawa dalam tata perilaku mereka sehari-hari berupa tata krama, unggah-ungguh, nilai-norma, misalnya saja dari segi bahasa, sebagian besar masyarakat Yogyakarta menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa seharihari yang terkenal sopan, halus serta bernada rendah. Sedangkan mahasiswamahasiswa perantau yang memilih berkuliah di Yogyakarta memiliki karakteristik sosial budaya yang tentu saja berbeda dengan kondisi sosial budaya kota Yogyakarta. Sehingga kondisi multikultural yang ada diantara mahasiswa perantauan asal luar pulau Jawa maupun dengan penduduk pribumi sebagai tuan rumah baik itu adalah teman kuliah, dosen, maupun

21 warga kampung daerah tempat tinggal kosnya, ini tentunya dapat menimbulkan reaksi psikis berupa kekagetan budaya yang biasanya diikuti dengan munculnya hal-hal tidak menyenangkan yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan sosial budaya diantara mereka yang dipertemukan dalam satu tempat yang sama yaitu Yogyakarta. Budaya merupakan alat perekat dalam suatu komunitas (Tilaar, 2004: 82). Pada hakekatnnya hal inilah yang menjadi salah satu wahana efektif bagi masyarakat dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan berbagai individu yang berbeda budaya untuk saling mengenal satu sama lain. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat begitu saja berlaku pada mahasiswa perantau yang baru memasuki tahap awal kehidupannya di Yogyakarta sebagai tempat rantauan. Berada di lingkungan baru yang asing menghadapkan mahasiswa perantau pada suatu permasalahan sosial-psikologis yang harus mereka lalui terlebih dahulu sebagai proses adaptasi terhadap tempat rantauan, karena suasana multikultural diantara mahasiswa perantau di Yogyakarta, serta kondisi sosial budaya penduduk pribumi Yogyakarta sebagai tuan rumah di tempat rantauan ternyata dapat menimbulkan kekagetan budaya (culture shock) yang terjadi akibat ketidaksiapan individu perantau yang berpindah dari suatu budaya asal kebudaya baru dengan segala perbedaan yang ada didalamnya. Adanya perbedaan latarbelakang budaya beserta karakter diantara mahasiswa perantau dengan individu-individu tuan rumah tersebut tentunya akan melahirkan perbedaan-perbedaan dalam beberapa hal kehidupan,

22 perbedaan-perbedaan tersebut dapat berpotensi sebagai modal budaya jika mengarah pada persatuan (intergrasi) atau asosiatif, jika terjalin suatu hubungan dan kerja sama yang baik antara mahasiswa perantauan dari suatu daerah tertentu dengan teman kampus sesama mahasiswa yang berstatus pribumi Yogyakarta maupun antara mahasiswa perantauan dengan masyarakat pribumi Yogyakarta. Namun fenomena culture shock yang dialami oleh mahasiswa perantauan yang baru memasuki tahap awal kehidupannya dilingkungan baru sebagai reaksi menemukan perbedaan tersebut dapat juga berpotensi menjadi sumber kekacauan, seperti enggan melakukan interaksi, prasangka negatif, dan keraguan berinteraksi antar budaya yang rentan akan suatu tindakan stereotip (pencitraan yang buruk) terhadap kebudayaan baru hingga timbulnya paham etnosentris pada diri individu mahasiswa perantau dengan memandang rendah budaya tuan rumah di tempat rantauanya, perpecahan (disintegrasi) atau disasosiatif dan mengarah pada pertentangan atau konflik apabila proses sosialisasi dari adaptasi budaya tidak berjalan lancar. Dapat dikatakan bahwa dari culture shock yang dialami oleh mahasiswa perantauan bahkan dapat menimbulkan masalah sosial akibat adanya perbedaan kebudayaan antara mahasiswa perantauan dengan teman kampus sesama mahasiswa yang berstatus pribumi Yogyakarta maupun antara mahasiswa perantauan dengan masyarakat pribumi Yogyakarta dan akan menjadi negatif menyangkut kerugian fisik, psikologis serta sosial jika culture shock (gegar budaya) tidak teratasi. Kesuksesan bersosialisasi dari

23 adaptasi budaya yang akan individu lakukan terhadap lingkungan sosiokultural barunya ini merupakan tantangan atau permasalahan tersendiri dalam mengusahakan penyesuaian diri yang baik terhadap lingkungan barunya. Tidak jarang pada bulan-bulan pertamanya sebagai proses dari gegar budaya mahasiswa perantauan ini akan rentan merasa gagal menyesuaikan diri, jenuh, tidak nyaman dengan keadaan di tempat rantauan, akibatnya mereka mengalami gegar budaya, kepanikan, kecemasan, hilangnya rasa percaya diri, daya tahan tubuh mengurang sehingga mudah terserang penyakit ringan seperti flu, demam dan diare, bahkan stres hingga depresi yang akhirnya menimbulkan rasa ingin selalu cepat pulang kekampung halamannya yang dapat mengganggu konsentrasi berkuliah sebagai tujuan utamanya merantau. Dari uraian-uraian diatas, fenomena culture shock (gegar budaya) yang terjadi pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta ternyata sangat menarik untuk diamati dan diteliti lebih intensif guna mendapatkan suatu temuan sosial yang bermanfaat. Tulisan ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran tentang fenomena culture shock mengenai penyebab yang melatarbelakangi, gejala hingga reaksi dan dampak culture shock yang terjadi pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. Peneliti berharap melalui tulisan ini pembaca dapat memetik manfaat untuk membantu diri sendiri ataupun orang lain agar terhindar dari culture shock, ataupun mampu mengatasi culture shock saat berada di lingkungan budaya yang berbeda. Selain itu, tulisan ini juga merupakan usaha untuk menambahkan minimnya

24 literatur mengenai fenomena culture shock di Indonesia. Bila memungkinkan tulisan ini juga diharapkan dapat membuka minat dan wawasan bagi pembacanya untuk membahas permasalahan mengenai fenomena culture shock atas peluang-peluang riset yang mungkin akan dilakukan di masa mendatang. B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : a. Sebagian besar mahasiswa identik dengan perantau. b. Adanya perbedaan latarbelakang budaya diantara para mahasiswa perantauan dengan penduduk asli Yogyakarta. c. Pengalaman lintas budaya menghadapkan mahasiswa perantau pada fenomena culture shock yang akan dialaminya di tanah rantauan. d. Fenomena culture shock menimbulkan masalah psikis yang mengganggu bagi mahasiswa perantau asal luar Jawa di Yogyakarta. e. Adanya penyebab yang melatarbelakangi terjadinya gegar budaya pada mahasiswa perantau asal luar Jawa di Yogyakarta. f. Bagi mahasiswa perantau culture shock harus segera diatasi untuk membiasakan diri terhadap segala perbedaan sosial budaya sebagai pengalaman lintas budaya.

25 2. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dalam hal ini permasalahan yang dikaji perlu dibatasi. Pembatasan masalah dilakukan agar fokus penelitian menjadi jelas dan tidak terlalu luas, oleh karenanya untuk mempersempit area bahasan dalam penelitian ini maka peneliti membatasi kajian pada fenomena culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Apakah penyebab yang melatarbelakangi proses terjadinya culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta? 2. Bagaimana dampak culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan penyebab yang melatarbelakangi proses terjadinya culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. 2. Untuk mendeskripsikan dampak culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta.

26 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan kontribusi serta wawasan baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai hasil karya ilmiah mengenai fenomena culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. b. Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya atau berguna untuk menambah informasi yang berhubungan dengan fenomena culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan sehinga dapat digunakan sebagai sarana dalam menambah wawasan yang lebih luas. b. Bagi Pembaca Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi untuk mengetahui permasalahan dan fenomena yang terjadi yaitu fenomena culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta.

27 c. Bagi Mahasiswa 1) Penelitian ini dapat dijadikan panduan atau bahan bacaan oleh mahasiswa baru yang akan berpindah dari lingkungan sekolah menengah ke lingkungan perguruan tinggi. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi, informasi dan menambah wawasan mahasiswa mengenai fenomena culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta untuk diteliti lebih lanjut. d. Bagi Peneliti 1) Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelesaikan studi guna mendapatkan gelar Sarjana (S1) pada program studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengukur kemampuan peneliti dalam menemukan suatu fenomena atau permasalahan sosial yang terjadi dalam ruang lingkup masyarakat serta menganalisisnya.

28 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Culture Shock a. Pengertian Culture Shock Culture shock atau dalam bahasa Indonesia berarti gegar budaya, istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang dalam menghadapi kondisi lingkungan sosial budaya baru yang berbeda. Konsep culture shock diperkenalkan oleh Oberg (1960) untuk menggambarkan respon yang mendalam dari depresi, frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya baru yang berbeda. Sementara Furnham dan Bochner (1970) mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru maka ia tidak dapat menampilkan perilaku yang sesuai dengan aturanaturan yang berlaku di lingkungan baru tersebut (dikutip dari Dayakisni, 2012: 265). b. Penyebab Culture Shock Melalui konsep culture shock diperkenalkan oleh Oberg (1960) yang kemudian disempurnakan oleh Furnham dan Bochner (1970) menunjukkan bahwa culture shock terjadi biasanya dipicu oleh salah satu atau lebih dari tiga penyebab berikut ini, yaitu: 1) Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Padahal cues adalah bagian dari kehidupan sehari-hari seperti tanda-tanda, gerakan bagian-bagian tubuh (gestures), ekspresi wajah ataupun kebiasaan-kebiasaan yang dapat menceritakan kepada seseorang bagaimana

29 sebaiknya bertindak dalam situasi-situasi tertentu. 2) Putusnya komunikasi antar pribadi baik pada tingkat yang disadari yang mengarahkan pada frustasi dan kecemasan. Halangan bahasa adalah penyebab jelas dari gangguan ini. 3) Krisis identitas dengan pergi keluar daerahnya seseorang akan kembali mengevaluasi gambaran tentang dirinya (dikutip dari Dayakisni, 2012: 265). Culture shock dapat terjadi dalam lingkungan yang berbeda mengenai individu yang mengalami perpindahan dari satu daerah ke daerah lainnya dalam negerinya sendiri (intra-national) dan individu yang berpindah ke negeri lain untuk periode waktu lama (Dayakisni, 2012: 266). Oberg lebih lanjut menjelaskan bahwa hal-hal tersebut benar dipicu oleh kecemasan yang timbul akibat hilangnya tanda dan lambang hubungan sosial yang selama ini familiar dikenalnya dalam interaksi sosial, seperti petunjuk-petunjuk dalam bentuk kata-kata, isyarat-isyarat, ekspresi wajah, kebiasaan-kebiasaan, atau normanorma yang individu peroleh sepanjang perjalanan hidup sejak individu tersebut lahir (Mulyana, 2006:175). Ketika individu perantau memasuki suatu lingkungan budaya baru yang asing, semua atau hampir semua petunjuk-petunjuk ini menjadi samar atau bahkan lenyap, yang dapat di gambarkan individu ini bagaikan ikan yang keluar dari air. Meskipun individu tersebut berpikiran luas dan beritikad baik, individu tetap akan kehilangan pegangan, kemudian individu mengalami frustasi dengan gejala

30 maupun reaksi yang hampir sama diderita oleh individu yang terjangkit gegar budaya. Pertama-tama individu akan menolak lingkungan yang menyebabkan ketidaknyamanan hingga penyesalan diri. Lingkungan di kampung halaman sekarang terasa menjadi demikian penting. Semua kesulitan dan masalah yang dihadapi menjadi tekanan dan hanya hal-hal menyenangkan dikampung halamanlah yang diingat menjadi sangat dirindukan. Bagi individu perantau hanya pulang ke kampung halamannya yang akan membawanya kepada realitas. c. Gejala-Gejala dan Reaksi Culture Shock (Gegar Budaya) Secara umum, banyak definisi awal memfokuskan gegar budaya sebagai sindrom, keadaan rekatif dari patologi atau defisit spesifik: individu pindah ke lingkungan baru yang asing, kemudian mengembangkan gejala psikologis negatif dan beberapa gejala gegar budaya ini adalah buang air kecil, minum, makan serta tidur yang berlebih-lebihan; perasaan tidak berdaya lalu keinginan untuk terus bergantung pada individu-individu sebudayanya; marah/ mudah tersinggung karena hal-hal sepele; reaksi yang berlebih-lebihan terhadap penyakit-penyakit sepele; hingga akhirnya, keinginan yang memuncak untuk pulang ke kampung halaman (Mulyana, 2006:175). Gegar budaya banyak menyebabkan gangguan-gangguan emosional, seperti depresi dan kecemasan yang dialami oleh pendatang baru. Pada tahap awal penyesuaian kebudayan baru, individu

31 pendatang akan mengalami masa terombang-ambing antara rasa marah dan depresi. Gegar budaya sebagai pengalaman belajar yang mencakup akuisisi dan pengembangan keterampilan, aturan, dan peran yang dibutuhkan dalam setting kultur yang baru. Gegar budaya juga sebagai hilangnya control seseorang saat ia berinteraksi dengan orang lain dengan kultur yang berbeda. Kehilangan kontrol umumnya memang menyebabkan kesulitan penyesuaian tetapi tidak selalu merupakan gangguan psikologis (Mulyana, 2006:176). Harry Triandis, seorang psikolog terkenal memandang gegar budaya sebagai hilangnya kontrol seseorang saat ia berinteraksi dengan orang lain dari kultur yang berbeda. Kehilangan kontrol umumnya memang menyebabkan kesulitan penyesuaian tetapi tidak selalu merupakan gangguan psikologis (Shiraev dan Levy, 2012: 443). Pedersen mengemukakan dalam salah satu teori gegar budaya melihat gegar ini sebagai penyesuaian awal kelingkungan baru atau asing yang diasosiasikan dengan perkembangan individu, pendidikan, dan bahkan pertumbuhan personal. Secara singkat bahwa segala bentuk stress mental maupun fisik yang dialami individu pendatang selama berada di lokasi asing disebut sebagai gejala culture shock, akan tetapi gejala culture shock yang terjadi pada setiap individu memiliki tingkatan atau kadar yang berbeda mengenai sejauhmana culture shock mempengaruhi kehidupannya. Ada beberapa gejala dan reaksi yang biasanya ditunjukkan individu saat mengalami culture shock dapat dilihat dari tabel berikut (Shiraev dan Levy, 2012: 444):

32 Gejala Gegar Budaya 1) Gegar budaya sebagai nostalgia. 2) Gegar budaya sebagai disorientasi dan hilangnya kontrol. 3) Gegar budaya sebagai ketidakpuasan atas hambatan bahasa. 4) Gegar budaya sebagai hilangnya kebiasaan dan gaya hidup. 5) Gegar budaya sebagai anggapan adanya perbedaan. 6) Gegar budaya sebagai anggapan adanya perbedaan nilai. Deskripsi Reaksi Gegar Budaya Orang merasa rindu keluarga, kawan, dan pengalaman lain yang familiar. Hilangnya hal-hal yang familiar tentang perilaku orang lain. Disorientasi menimbulkan kecemasan, depresi, dan merasa putus asa. Kurangnya komunikasi atau sulitnya komunikasi bisa menimbulkan frustasi dan perasaan terasing. Individu tidak mampu melakukan banyak aktifitas yang sebelumnya ia nikmati : ini menyebabkan kecemasan dan perasaan kehilangan. Perbedaan antara budaya baru dengan budaya kampung halaman biasanya dilebih-lebihkan dan sulit diterima. Perbedaan ini biasanya dilebih-lebihkan: nilai-nilai baru tampaknya sulit diterima. Tabel 1. Gejala dan reaksi culture shock (Pedersen dikutip dari Shiraev dan Levy, 2012: 444) d. Fase-fase Culture Shock (Gegar Budaya) Samovar menyatakan bahwa orang biasanya melewati empat tingkatan culture shock. Keempat tingkatan ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva U, sehingga disebut U

33 Curve. 1) Fase optimistik, fase pertama yang digambarkan berada pada bagian kiri atas dari kurva U. Fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euforia sebagai antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru. 2) Masalah kultural, fase kedua di mana masalah dengan lingkungan baru mulai berkembang, misalnya karena kesulitan bahasa, system lalu lintas baru, sekolah baru, dan lain-lain. Fase ini biasanya ditandai dengan rasa kecewa dan ketidakpuasan. Ini adalah periode krisis dalam culture shock. Orang menjadi bingung dan tercengang dengan sekitarnya, dan dapat menjadi frustasi dan mudah tersinggung, bersikap permusuhan, mudah marah, tidak sabaran, dan bahkan menjadi tidak kompeten. 3) Fase recovery, fase ketiga dimana orang mulai mengerti mengenai budaya barunya. Pada tahap ini, orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dalam caranya menanggulangi budaya baru. Orang-orang dan peristiwa dalam lingkungan baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan. 1) Fase penyesuaian, fase terakhir, pada puncak kanan U, orang telah mengerti elemen kunci dari budaya barunya seperti nilai-nilai, adab khusus, pola komunikasi, keyakinan, dan lain-lain (Samovar, Richard dan Edwin, 2010: 169). Mahasiswa perantau yang notabene telah terbiasa menjalankan dan mengembangkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari di daerah asalnya masing-masing, mereka akan saling berinteraksi satu sama lain setiap harinya dengan orang-orang yang mayoritas memiliki kebudayaan sama dan hidup bersama dalam satu daerah dalam kurun waktu yang lama. Keseluruhan cara hidup tersebut termasuk nilai-nilai, kepercayaan, standar estetika, ekspresi, linguistik/ bahasa, pola berpikir, nilai-norma, tata perilaku dan gaya komunikasi yang kesemuanya cara yang terjalin secara terus menerus

34 mengiringi kelangsungan hidup masyarakat dalam kelompok lingkungan fisik beserta lingkungan sosial suatu kebudayaannya. Akibatnya mahasiswa-mahasiswa perantauan tersebut terpelihara dan terbiasa dengan kebudayaan mereka sendiri, hingga tanpa disadari kemudian membentuk karakter dan menjadi ciri khas yang melekat pada diri masingmasing individu sejak ia lahir. Sehingga ketika mereka bermigrasi atau merantau secara tiba-tiba untuk kepentingan pendidikan berkuliah di Yogyakarta, memasuki budaya Yogyakarta yang berbeda dengan budaya asal sama saja dengan menghadapkan mahasiswa perantauan dengan situasi-situasi yang berpotensi menimbulkan keterkejutan, ketidaknyamanan serta kecemasan temporer tidak beralasan dalam diri individu yang berakibat pada terguncangnya konsep diri dan identitas budaya. Kondisi ini dapat menyebabkan sebagian besar mahasiswa perantauan mengalami gangguan mental dan fisik, setidaknya untuk jangka waktu tertentu. 2. Adaptasi (Penyesuaian Diri) Para mahasiswa perantau yang berkuliah di universitas-universitas yang tersebar di Yogyakarta secara tidak langsung dituntut untuk bisa berusaha menyesuaikan diri di lingkungan rantauannya yaitu Yogyakarta. Dalam kamus sosiologi menjelaskan beberapa pengertian adaptasi. a. Adaptation 1) Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem 3) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah

35 4) Penyesuaian dari kelompok terhadap lingkungan 5) Penyesuaian pribadi terhadap lingkungan 6) Penyesuaian biologis atau budaya sebagai hasil seleksi alamiah. b. Adaptation, communal Proses penyesuaian dengan lingkungan yang terjadi sebagai akibat tidak langsung dari pengorganisasian penduduk. c. Adaptation, external Penyesuaian diri dari struktur sosial terhadap lingkungan sosial. d. Adaptation, genetic Penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, sebagai akibat genotype. e. Adaptation, individual Penyesuaian pribadi terhadap lingkungan sebagai akibat langsung dari usaha pribadi, dan yang secara tidak langsung merupakan akibat kegiatan penduduk yang terorganisasikan. f. Adaptation, social Hubungan antara suatu kelompok atau lembaga dengan lingkungan fisik yang mendukung eksistensi kelompok atau lembaga tersebut (Soerjono Soekanto, 1985:9). Ward dan Kennedy (dikutip dari Dakyakisni, 2012:270) melakukan pendekatan melalui dua bentuk adaptasi. Pertama yaitu, Adaptasi sosiokultural, yang menunjukkan kemampuan untuk melakukan negosiasi interaksi dengan anggota-anggota budaya tuan rumah yang baru. Kedua yaitu, Adaptasi psikologis dipengaruhi oleh pusat kendali internal, beberapa perubahan kehidupan, kontak dengan teman sebangsa yang lebih banyak untuk mendapatkan dukungan sosial, dan kesulitan lebih rendah dalam pengelolaan kontak sosial sehari-hari. Sedangkan adaptasi sosiokultural meningkat dengan adanya tingkat perbedaan yang lebih rendah antara budaya tuan rumah dengan pendatang, interaksi yang lebih banyak dengan tuan rumah, ekstroversi dan tingkat gangguan mood yang lebih rendah.

36 Mahasiswa perantauan yang memasuki suatu situasi baru, selain menjadi mahasiswa juga harus menyesuaikan dengan budaya masyarakat setempat. Proses adaptasi akan dialami oleh setiap mahasiswa etnik pendatang. Dengan memasuki suatu kebudayaan baru yang tidak familiar, secara tidak langsung mereka juga dituntut berusaha untuk menyesuaikan bahkan mulai menerima sebagian budaya dari etnik budaya setempat melalui proses adaptasi. Mahasiswa perantauan dalam mengatasi fenomena culture shock di Yogyakarta salah satunya ialah dengan adaptasi (penyesuaian diri) dengan Yogyakarta yang kini sebagai lingkungan barunya baik lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Adaptasi berperan penting sebagai cara mengatasi stress, membatasi terjadinya stress, mengurangi atau menetralisasi pengaruhnya. 3. Sosialisasi a. Pengertian sosialisasi Pengertian sosialisasi menurut Peter Berger adalah suatu proses dimana seorang individu belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Idianto, 2004:115). Menurut David Goslin, sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma agar ia berpartisipasi sebagai seorang anggota dalam kelompok masyarakatnya (Ihromi, 1990: 30). Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu berpikir mempelajari cara-cara hidup, nilai-norma sosial yang terdapat dalam suatu

37 kelompok agar ia dapat menyesuaikan diri dan mampu berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima, berperan serta berfungsi dalam kelompoknya tersebut. Setelah memahami pengertian sosialisasi menurut beberapa ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi adalah proses yang dilalui oleh setiap individu dalam belajar tentang semua kebiasaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Batasan mengenai sosialisasi yaitu proses dimana individu tersebut mempelajari kebiasaan sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku di dalam masyarakat dimana individu tersebut hidup. b. Tujuan sosialisasi Tujuan pokok adanya sosialisasi bukan semata-mata agar kaidahkaidah dan nilai-nilai diketahui dan dimengerti. Tujuan akhir dari sosialisasi adalah agar manusia bersikap dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku serta agar yang bersangkutan menghargainya (Soerjono Soekanto, 1990:442). Sosialisasi sebagai proses sosial mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya, 2) Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita, 3) Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, 4) Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan

38 pokok yang ada pada masyarakat (Idianto, 2004: 115). Proses sosialisasi dan kesetiaan sosial akan berjalan secara simultan dan terjadi satu sama lain. Pengalaman serta pengaruh dari individu lain dapat mengubah seseorang individu menjadi pribadi sosial. Beberapa kasus menunjukkan bahwa individu yang mengalami isolasi sosial tidak dapat berkembang sebagai pribadi sosial yang normal. Proses sosial manusia berupa sifat ketergantungan antara individu satu dengan yang lain dan sifat manusia untuk mempelajari barbagai macam bentuk tingkah laku (Koentjaraningrat, 1980: 243). Proses belajar sosial merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup, yang berawal sejak individu dilahirkan hingga mati. Dalam proses ini, individu mendapatkan pengawasan, pembatasan/ hambatan dari individu lain atau masyarakat. Tetapi individu juga mendapatkan bimbingan, dorongan, stimulasi serta motivasi dari individu lain atau masyarakat. Jadi dalam suatu proses sosialisasi, individu bersikap reseptif dan kreatif terhadap pengaruh invidu lain atas masyarakatnya (Koentjaraningrat, 1980: 247). Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijabarkan mengenai batasan dari definisi sosialisasi, antara lain: 1) Sosialisasi ditempuh oleh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya, 2) Sosisalisasi ditempuh seorang individu secara bertahap dan berkesinambungan sejak ia dilahirkan hingga ia

39 berakhir hayatnya, 3) Sosialisasi erat sekali kaitannya dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu proses belajar seorang individu untuk belajar, mengenal, menghayati, menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap sistem adat, norma, bahasa, seni, agama, serta semua peraturan yang mengatur hidup seorang individu dalam lingkungan kebudayaan masyarakatnya (Koentjaraningrat, 1980: 249). Teori sosialisasi menjadi salah satu konsep khusus terhadap terjadinya dinamika sosial yang sangat dibutuhkan untuk menganalisa secara ilmiah gejala-gejala serta kejadian-kejadian sosial budaya pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta sebagai proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan. Hal ini dikaitkan dalam culture shock disebabkan meski perbedaan budaya menjadi suatu kendala tersendiri bagi mahasiswa perantauan, namun tanpa disadari proses belajar kebudayaan akan tertuntun sendirinya secara alamiah dan tidak dapat dihindari sebagai naluri sosial oleh berjalannya waktu disamping usaha individu untuk tetap bertahan di tempat rantauan demi tujuan utamanya melanjutkan pendidikan. Pada dasarnya mahasiswa perantauan tetap saja seorang makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lainnya untuk melangsungkan hidupnya di Yogyakarta. 4. Komunikasi Bahasa Luwig Wittgenstein mengatakan bahwa manusia akan mengikuti aturanaturan dalam mengerjakan sesuatu melalui bahasa seperti memberikan dan mentaati perintah, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta menjelaskan

40 kejadian. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan oleh manusia untuk bekomunikasi dan memulai interaksi satu dengan yang lainnya (Stephen, Littlejohn dan Foss, 2012: 67). Robert Gales menciptakan sebuah teori terpadu yang bertujuan menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar dalam kelompok bahwa bahasa berfungsi sebagai kendaraan untuk tindakan, karena kebutuhan sosial membutuhkan orang lain untuk saling bekerja sama dengan tindakannya sehingga bahasa membentuk suatu prilaku dalam kelompok yang setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau gabungan dengan (1) menjadi ramah; (2) mendramatisasi suka berbicara; atau (3) menyetujui. Sebaliknya mereka juga dapat menunjukkan sikap negatif atau sikap campur aduk dengan (1) penolakan; (2) memperlihatkan ketegangan; atau (3) menjadi tidak ramah. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap individu dapat (1) menanyakan informasi; (2) menanyakan opini; (3) meminta saran; (4) memberi saran; (5) memeberi opini; dan (6) memberi informasi (Stephen, Littlejohn dan Foss, 2012:326). 5. Budaya dan Masyarakat Menurut E. B Taylor dalam bukunya Primitive Culture, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang ada di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota dari masyarakat (Koentjaraningrat, 1980: 195). Menurut C. Kluckhohn dan W. H. Kelly, kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah, yang explisit, implisit, rasional, irasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman-pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi menyatakan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat,

41 jadi dengan demikian kebudayaan adalah hasil budi daya manusia, sehingga kebudayaan tersebut dapat dipelajari (Soerjono Soekanto, 2006: ). Kroeber membedakan dua aspek dalam kebudayaan yakni kebudayaan nilai (Value cultur) dan kebudayaan realistis (reality culture). Kebudayaan nilai bersumber pada kreativitas manusia, sedangkan kebudayaan realitas berhubungan dengan usaha manusia dalam mempertahankan hidup dan penggarapan lingkungan dengan ekonomi dan teknologi. Menurut Krober, kebudayaan nilai bersifat sekunder artinya perkembangan kebudayaan nilai tergantung pada perkembangan kebudayaan realitas. Tuntutan-tuntutan yang ada pada kebudayaan realitas dapat terpenuhi maka kebudayaan nilai berkembang (Rahyono, 2009: 45). Koentjaraningrat dalam pengantar ilmu antropologi menjelaskan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem dan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (dikutip Rahyono, 2009: 45). Budaya memiliki ciri-ciri (Dedi Mulyana, 2006:23) yaitu: a. Budaya bukan bawaan, tetapi dipelajari. b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok dan dari generasi ke generasi. c. Budaya berdasarkan simbol. d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terusberubah sepanjang waktu. e. Budaya bersifat selektif, mempresentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas. f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan. g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar untuk menilai budaya lain). Istilah sosial (social) pada ilmu-ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, memiliki budaya dan dipelajari dalam ilmu sosiologi meliputi masyarakat, perilaku masyarakat,serta perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.

42 Mengkaji masyarakat perlu memahami proses sosial yang ada dalam masyarakat, karena pengetahuan tentang proses-proses sosial dapat digunakan untuk memperoleh pengertian mengenai segi dinamis dari masyarakat atau gerak masyarakat yakni bentuk umum proses sosial yaitu interaksi sosial (Soerjono Soekanto, 2006: 55). Masyarakat pasti akan mengadakan interaksi dalam suatu sistem kapasitas atau identitas sosial serta memainkan peran. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-perorangan, antar kelompok sosial, maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia.kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang mengadakan hubungan secara berulangulang dalam perangkat hubungan identitas yang bertalian. Melihat masyarakat sebagai suatu sistem hubungan identitas dan kelompok, akan terlukis sebagai sistem sosial. 6. Mahasiswa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi dengan usia yang berkisar antara 19 sampai 28 tahun, yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa (Poerwadarminta, 2005:375). Mahasiswa adalah seorang individu yang sedang menuntut ilmu, terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi untuk belajar menempuh jenjang pendidikan tingkat lanjut. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan

43 kerencanaan dalam bertindak. Mahasiswa memiliki tuntutan peran penting untuk mampu berpikir kritis, bertindak dengan cepat dan tepat merupakan prinsip yang saling melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007: 21). 7. Perantau dan Merantau a. Perantau Perantau adalah orang yang meninggalkan kampung halaman atau tanah kelahiran untuk pergi merantau ke kota, wilayah atau bahkan negeri lain dalan kurun waktu tertentu (Kato Tsuyushi, 2005: 13). b. Pengertian Merantau Menurut Kato Tsuyushi istilah merantau berarti meninggalkan kampung halaman atau tanah kelahiran. Keluar dari kampung sendiri untuk pergi ke kota lain dalan kurun waktu tertentu sudah disebut sebagai merantau. Permulaan merantau bertujuan untuk mencari penghidupan. Sekarang ini untuk melanjutkan pendidikan ke negeri lain juga disebut dengan pergi merantau (Kato Tsuyushi, 2005: 13). Menurut Mochtar Naim ada berbagai alasan mengapa mereka melanjutkan studi diluar daerah, antara lain memeperluas wawasan, memperoleh pendidikan yang lebih baik, memperoleh pengalaman baru, mengharapkan tingkat kehidupan yang lebih baik, memperoleh pengalaman baru dan mengharapkan penghidupan yang lebih baik. Mochtar Naim mendefinisikan merantau adalah tipe khusus dari migrasi dengan konotasi budaya tersendiri yang mengandung enam unsur pokok yaitu: 1) Meninggalkan kampung halaman. 2) Dengan kemauan sendiri.

44 3) Untuk jangka waktu lama atau tidak. 4) Dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman. 5) Biasanya dengan maksud kembali pulang. 6) Merantau ialah lembaga sosial yang membudaya (Mochtar Naim, 1984:2). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian merantau adalah bentuk perpindahan tempat tinggal seseorang ke daerah lain dengan kemauan sendiri, dan jangka waktu tertentu dengan tujuan mencari penghidupan yang lebih baik yang telah melembaga di masyarakat, biasanya untuk kembali pulang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seseorang disebut merantau apabila ia pergi keluar daerah budayanya dan individu tersebut tidak lagi berkomunikasi dan berinteraksi hanya dengan kaum kerabat atau anggota kelompok etnisnya, melainkan juga dengan orang yang latar belakang etnis dan kulturnya berbeda-beda. Berbicara tentang merantau kita juga membicarakan tentang mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk dari ada tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas penduduk dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen dan mobilitas non-permanen. Mobilitas penduduk permanen adalah gerak penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah tujuan dengan niatan menetap. Sebaliknya mobilitas penduduk nonpermanen adalah gerak penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah tujuan dengan tidak ada niatan menetap didaerah tujuan (Mantra, 2003: 172).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal seperti sekolah

Lebih terperinci

PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN

PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

FENOMENA KEHIDUPAN ANAK PEKERJA OJEK PAYUNG DI MALIOBORO SKRIPSI

FENOMENA KEHIDUPAN ANAK PEKERJA OJEK PAYUNG DI MALIOBORO SKRIPSI FENOMENA KEHIDUPAN ANAK PEKERJA OJEK PAYUNG DI MALIOBORO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

KONTROL SOSIAL ORANG TUA TERHADAP DAMPAK PERMAINAN PLAYSTATION

KONTROL SOSIAL ORANG TUA TERHADAP DAMPAK PERMAINAN PLAYSTATION KONTROL SOSIAL ORANG TUA TERHADAP DAMPAK PERMAINAN PLAYSTATION PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN NGLAWISAN, DESA TAMANAGUNG, KECAMATAN MUNTILAN, KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

DAMPAK SOSIAL ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP POLA KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA SERANG KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI

DAMPAK SOSIAL ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP POLA KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA SERANG KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI DAMPAK SOSIAL ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP POLA KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA SERANG KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

SIMULASI REALITAS MELALUI APLIKASI INSTANT MESSENGER DAN MEDIA SOSIAL

SIMULASI REALITAS MELALUI APLIKASI INSTANT MESSENGER DAN MEDIA SOSIAL SIMULASI REALITAS MELALUI APLIKASI INSTANT MESSENGER DAN MEDIA SOSIAL DI SMARTPHONE (Studi Komunikasi Virtual Mahasiswa Pengguna Smartphone di Kota Magelang) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BENTUK SOLIDARITAS PADA KELOMPOK SOSIAL PENGRAJIN GERABAH DI DESA WISATA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

BENTUK SOLIDARITAS PADA KELOMPOK SOSIAL PENGRAJIN GERABAH DI DESA WISATA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN BENTUK SOLIDARITAS PADA KELOMPOK SOSIAL PENGRAJIN GERABAH DI DESA WISATA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA. Oleh: Marshellena Devinta / Nur Hidayah dan Grendi Hendrastomo UNY

FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA. Oleh: Marshellena Devinta / Nur Hidayah dan Grendi Hendrastomo UNY Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) Pada Mahasiswa Perantauan di Yogyakarta 1 FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA Oleh: Marshellena Devinta / Nur Hidayah dan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MEMAJUKAN DESA WISATA PENTINGSARI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROPOSAL SKRIPSI

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MEMAJUKAN DESA WISATA PENTINGSARI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROPOSAL SKRIPSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MEMAJUKAN DESA WISATA PENTINGSARI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROPOSAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA SKRIPSI

PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA SKRIPSI PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

EKSISTENSI KOMUNITAS ISLAM ABOGE DI DESA CIKAKAK KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

EKSISTENSI KOMUNITAS ISLAM ABOGE DI DESA CIKAKAK KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI EKSISTENSI KOMUNITAS ISLAM ABOGE DI DESA CIKAKAK KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEBERADAAN PASAR MODERN PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Pada Pasar Kota Boyolali)

DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEBERADAAN PASAR MODERN PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Pada Pasar Kota Boyolali) DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEBERADAAN PASAR MODERN PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Pada Pasar Kota Boyolali) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

FENOMENA PENGGUNAAN SUSUK PADA PROFESI JOGED DALAM SENI TAYUB DI KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA JAWA TENGAH

FENOMENA PENGGUNAAN SUSUK PADA PROFESI JOGED DALAM SENI TAYUB DI KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA JAWA TENGAH FENOMENA PENGGUNAAN SUSUK PADA PROFESI JOGED DALAM SENI TAYUB DI KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

EKSISTENSI TRADISI NYADRAN DI GUNUNG BALAK DALAM ARUS GLOBALISASI

EKSISTENSI TRADISI NYADRAN DI GUNUNG BALAK DALAM ARUS GLOBALISASI EKSISTENSI TRADISI NYADRAN DI GUNUNG BALAK DALAM ARUS GLOBALISASI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL BEGALAN DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJAA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakartaa

Lebih terperinci

INTERAKSI SISWA DIFABEL DAN NON-DIFABEL DI SEKOLAH INKLUSIF MAN MAGUWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

INTERAKSI SISWA DIFABEL DAN NON-DIFABEL DI SEKOLAH INKLUSIF MAN MAGUWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI INTERAKSI SISWA DIFABEL DAN NON-DIFABEL DI SEKOLAH INKLUSIF MAN MAGUWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) MINASARI DI DUSUN BEJI, SUMBERAGUNG, JETIS, BANTUL SKRIPSI

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) MINASARI DI DUSUN BEJI, SUMBERAGUNG, JETIS, BANTUL SKRIPSI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) MINASARI DI DUSUN BEJI, SUMBERAGUNG, JETIS, BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

DAMPAK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT DUSUN KREBET SEBAGAI SALAH SATU DESTINASI WISATA PERDESAAN

DAMPAK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT DUSUN KREBET SEBAGAI SALAH SATU DESTINASI WISATA PERDESAAN DAMPAK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT DUSUN KREBET SEBAGAI SALAH SATU DESTINASI WISATA PERDESAAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT TEMANGGUNG PASCA KERUSUHAN

DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT TEMANGGUNG PASCA KERUSUHAN DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT TEMANGGUNG PASCA KERUSUHAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS KECAKAPAN SOSIAL DAN PERSONAL SISWA KELAS XI DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SALEM KABUPATEN BREBES SKRIPSI

ANALISIS KECAKAPAN SOSIAL DAN PERSONAL SISWA KELAS XI DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SALEM KABUPATEN BREBES SKRIPSI ANALISIS KECAKAPAN SOSIAL DAN PERSONAL SISWA KELAS XI DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SALEM KABUPATEN BREBES SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MODAL SOSIAL BANK PLECIT DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

MODAL SOSIAL BANK PLECIT DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI MODAL SOSIAL BANK PLECIT DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

POLA JARINGAN SOSIAL PADA INDUSTRI KECIL RAMBUT PALSU DI DESA KARANGBANJAR KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

POLA JARINGAN SOSIAL PADA INDUSTRI KECIL RAMBUT PALSU DI DESA KARANGBANJAR KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA POLA JARINGAN SOSIAL PADA INDUSTRI KECIL RAMBUT PALSU DI DESA KARANGBANJAR KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PRODUK DISTRO SEBAGAI BENTUK PENEGASAN IDENTITAS DIRI DI KALANGAN SISWA SMA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGGUNAAN PRODUK DISTRO SEBAGAI BENTUK PENEGASAN IDENTITAS DIRI DI KALANGAN SISWA SMA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI PENGGUNAAN PRODUK DISTRO SEBAGAI BENTUK PENEGASAN IDENTITAS DIRI DI KALANGAN SISWA SMA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

FENOMENA HAMIL DI LUAR NIKAH PADA MASYARAKAT DESA WONOKROMO KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN

FENOMENA HAMIL DI LUAR NIKAH PADA MASYARAKAT DESA WONOKROMO KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN FENOMENA HAMIL DI LUAR NIKAH PADA MASYARAKAT DESA WONOKROMO KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SIMBOL PURWOREJO SKRIPSI. Sosial untuk. Oleh: KAN SOSIOLOGI

SIMBOL PURWOREJO SKRIPSI. Sosial untuk. Oleh: KAN SOSIOLOGI SIMBOL DAN MAKNA RITUAL PERNIKAHANN ADAT JAWA DI DESA SUKOMANAH KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI DALAM KELUARGA DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

DAMPAK PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI DALAM KELUARGA DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI DAMPAK PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI DALAM KELUARGA DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Prasyaratan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN LABELING LADY BIKERS PADA KOMUNITAS IBLBC ( INUK BLAZER LADY BIKERS CLUB) DI LINGKUNGAN SEKITAR KOPI DARAT SKRIPSI

DAMPAK PEMBERIAN LABELING LADY BIKERS PADA KOMUNITAS IBLBC ( INUK BLAZER LADY BIKERS CLUB) DI LINGKUNGAN SEKITAR KOPI DARAT SKRIPSI DAMPAK PEMBERIAN LABELING LADY BIKERS PADA KOMUNITAS IBLBC ( INUK BLAZER LADY BIKERS CLUB) DI LINGKUNGAN SEKITAR KOPI DARAT SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PENAMBANG PASIR BESI (Studi Kasus di Desa Garongan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo) SKRIPSI

KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PENAMBANG PASIR BESI (Studi Kasus di Desa Garongan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo) SKRIPSI KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PENAMBANG PASIR BESI (Studi Kasus di Desa Garongan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Eko Setiyawan

SKRIPSI. Oleh: Eko Setiyawan Disfungsi Sosialisasi Dalam Keluarga Sebagai Dampak Keberadaan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Studi pada TPA Permata Hati di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta) SKRIPSI

Lebih terperinci

HIMBAUAN PEMAKAIAN JILBAB SISWI MUSLIM DALAM UPAYA PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA SKRIPSI

HIMBAUAN PEMAKAIAN JILBAB SISWI MUSLIM DALAM UPAYA PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA SKRIPSI HIMBAUAN PEMAKAIAN JILBAB SISWI MUSLIM DALAM UPAYA PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN SKRIPSI

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN SKRIPSI POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

IMPLEMENTASI METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE IMPLEMENTASI METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI AKADEMIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XE SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BREBES SKRIPSI. Sosial untuk. Oleh: Nugraha Dwi. Saputra

BREBES SKRIPSI. Sosial untuk. Oleh: Nugraha Dwi. Saputra JUDI SEPAK BOLA DI TURNAMENN KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA CUP KECAMATAN BANJARHA ARJO KABUPATEN BREBES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA CITEMBONG, KECAMATAN BANTARSARI, KABUPATEN CILACAP SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA CITEMBONG, KECAMATAN BANTARSARI, KABUPATEN CILACAP SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA CITEMBONG, KECAMATAN BANTARSARI, KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DUSUN SREMO PASCA DIBUKANYA KAWASAN WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULON PROGO

PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DUSUN SREMO PASCA DIBUKANYA KAWASAN WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULON PROGO PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DUSUN SREMO PASCA DIBUKANYA KAWASAN WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI BURUH BATU BATA PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI KELUARGA

KONTRIBUSI BURUH BATU BATA PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI KELUARGA KONTRIBUSI BURUH BATU BATA PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI KELUARGA (Studi Kasus di Dusun Somoketro III, Desa Somoketro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

MODAL SOSIAL DALAM PASAR TIBAN SUNDAY MORNING DI LEMBAH UGM YOGYAKARTA SKRIPSI

MODAL SOSIAL DALAM PASAR TIBAN SUNDAY MORNING DI LEMBAH UGM YOGYAKARTA SKRIPSI MODAL SOSIAL DALAM PASAR TIBAN SUNDAY MORNING DI LEMBAH UGM YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

IDENTITAS SOSIAL JOGJA SLALOM SKATE COMMUNITY (JOGLOS) SKRIPSI

IDENTITAS SOSIAL JOGJA SLALOM SKATE COMMUNITY (JOGLOS) SKRIPSI IDENTITAS SOSIAL JOGJA SLALOM SKATE COMMUNITY (JOGLOS) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG DI DALAM OBYEK WISATA KETEP PASS DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG DI DALAM OBYEK WISATA KETEP PASS DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG DI DALAM OBYEK WISATA KETEP PASS DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : WACHAS PRAYOGI

SKRIPSI. Oleh : WACHAS PRAYOGI KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP RITUAL SEBAGAI SYARAT PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET (STUDI KASUS DI DESA KARANGBOLONG KECAMATAN BUAYAN KABUPATEN KEBUMEN) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BENTUK INTERAKSI NELAYAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MINA BAHARI EMPAT LIMA DEPOK PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

BENTUK INTERAKSI NELAYAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MINA BAHARI EMPAT LIMA DEPOK PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI BENTUK INTERAKSI NELAYAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MINA BAHARI EMPAT LIMA DEPOK PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HANDPHONE BLACKBERRY SEBAGAI GAYA HIDUP MAHASISWA FIS UNY SKRIPSI

PENGGUNAAN HANDPHONE BLACKBERRY SEBAGAI GAYA HIDUP MAHASISWA FIS UNY SKRIPSI PENGGUNAAN HANDPHONE BLACKBERRY SEBAGAI GAYA HIDUP MAHASISWA FIS UNY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

EKSISTENSI PENAMBANG BATU KAPUR DI DESA BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI

EKSISTENSI PENAMBANG BATU KAPUR DI DESA BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI EKSISTENSI PENAMBANG BATU KAPUR DI DESA BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

KONFLIK PEREBUTAN LAHAN ANTARA MASYARAKAT DENGAN TNI PERIODE TAHUN

KONFLIK PEREBUTAN LAHAN ANTARA MASYARAKAT DENGAN TNI PERIODE TAHUN KONFLIK PEREBUTAN LAHAN ANTARA MASYARAKAT DENGAN TNI PERIODE TAHUN 2002-2011 (Studi Kasus di Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan manusia dari generasi ke generasi untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter,

Lebih terperinci

PROSES SOSIALISASI DAN INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GERAKAN PRAMUKA (STUDI DI KWARTIR CABANG XI.28 TEGAL) SKRIPSI

PROSES SOSIALISASI DAN INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GERAKAN PRAMUKA (STUDI DI KWARTIR CABANG XI.28 TEGAL) SKRIPSI PROSES SOSIALISASI DAN INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GERAKAN PRAMUKA (STUDI DI KWARTIR CABANG XI.28 TEGAL) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO IMPLEMENTASI TEKNIK PEMBELAJARAN TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

TANGGAPAN MAHASISWA GEOGRAFI ANGKATAN 2009 DAN 2010 TERHADAP MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER SKRIPSI

TANGGAPAN MAHASISWA GEOGRAFI ANGKATAN 2009 DAN 2010 TERHADAP MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER SKRIPSI TANGGAPAN MAHASISWA GEOGRAFI ANGKATAN 2009 DAN 2010 TERHADAP MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PERAN SOSIALISASI NILAI DAN NORMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU INTROVERT

PERAN SOSIALISASI NILAI DAN NORMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU INTROVERT PERAN SOSIALISASI NILAI DAN NORMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU INTROVERT DAN EKSTROVERT ANAK DI SEKOLAH (Studi pada Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta)

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : NOVIANA RAHMAWATI A

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : NOVIANA RAHMAWATI A PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSTRUKSI LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA (PTK bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMP IT Nur Hidayah Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011) SKRIPSI

Lebih terperinci

RELASI PERGAULAN DALAM PEMBENTUKAN IN-GROUP FEELING PADA PENGHUNI PANTI ASUHAN SANTA MARIA GANJURAN, BANTUL SKRIPSI

RELASI PERGAULAN DALAM PEMBENTUKAN IN-GROUP FEELING PADA PENGHUNI PANTI ASUHAN SANTA MARIA GANJURAN, BANTUL SKRIPSI RELASI PERGAULAN DALAM PEMBENTUKAN IN-GROUP FEELING PADA PENGHUNI PANTI ASUHAN SANTA MARIA GANJURAN, BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN JAMA AH MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA SEJAK SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN JAMA AH MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA SEJAK SKRIPSI STRATEGI PENGEMBANGAN JAMA AH MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA SEJAK 2003-2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa identik dengan perantau, lokasi universitas yang tersebar di seluruh Indonesia serta proses seleksi masuk universitas dengan skala nasional menyebabkan

Lebih terperinci

EKSISTENSI JEMAAH AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI YOGYAKARTA PASCA SKB 3 MENTERI TAHUN 2008 TENTANG AHMADIYAH SKRIPSI

EKSISTENSI JEMAAH AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI YOGYAKARTA PASCA SKB 3 MENTERI TAHUN 2008 TENTANG AHMADIYAH SKRIPSI EKSISTENSI JEMAAH AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI YOGYAKARTA PASCA SKB 3 MENTERI TAHUN 2008 TENTANG AHMADIYAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

NILAI INTI KARAKTER ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS CERDAS ISTIMEWA SKRIPSI

NILAI INTI KARAKTER ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS CERDAS ISTIMEWA SKRIPSI NILAI INTI KARAKTER ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS CERDAS ISTIMEWA (Studi Fenomenologi di SMP Negeri 1 Boyolali) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui proses belajar. Apa yang dipelajari oleh manusia pada umumnya dipengaruhi oleh sosial

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE TEBAK KATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JETIS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

Skripsi. oleh: Budi Santosa

Skripsi. oleh: Budi Santosa MODAL SOSIAL KOPERASI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA (STUDI KASUS KEGIATAN ORGANISASI DAN BISNIS KOPERASI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SENTING SAMBI BOYOLALI TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SIMBOL DAN MAKNA TRADISI PENANAMAN PADI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA YOSOMULYO. (Kajian Sosiologis Di Desa Yosomulyo, Kabupaten Banyuwangi)

SIMBOL DAN MAKNA TRADISI PENANAMAN PADI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA YOSOMULYO. (Kajian Sosiologis Di Desa Yosomulyo, Kabupaten Banyuwangi) SIMBOL DAN MAKNA TRADISI PENANAMAN PADI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA YOSOMULYO (Kajian Sosiologis Di Desa Yosomulyo, Kabupaten Banyuwangi) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE COLLEGE BALL DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS KELAS VIIIB SMP N 1 REBAN BATANG SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE COLLEGE BALL DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS KELAS VIIIB SMP N 1 REBAN BATANG SKRIPSI PENGGUNAAN METODE COLLEGE BALL DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS KELAS VIIIB SMP N 1 REBAN BATANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Konsep Culture Shock 2.1.1 Definisi Culture Shock Culture shock mengacu pada reaksi psikologis yang dialami individu karena berada ditengah budaya yang berbeda dengan budayanya

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model. Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model. Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kemusu Tahun Ajaran 2014/2015 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR EKONOMI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN REVIEW WHO WANTS TO BE A MILLIONAIRE PADA SISWA KELAS VIII.A SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANTAR SESAMA PENYANDANG CACAT TUNANETRA DALAM BADAN SOSIAL MARDIWUTO, YAYASAN DR. YAP PRAWIROHUSODO, YOGYAKARTA SKRIPSI

INTERAKSI SOSIAL ANTAR SESAMA PENYANDANG CACAT TUNANETRA DALAM BADAN SOSIAL MARDIWUTO, YAYASAN DR. YAP PRAWIROHUSODO, YOGYAKARTA SKRIPSI INTERAKSI SOSIAL ANTAR SESAMA PENYANDANG CACAT TUNANETRA DALAM BADAN SOSIAL MARDIWUTO, YAYASAN DR. YAP PRAWIROHUSODO, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK PERTIWI IV SRIMULYO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK PERTIWI IV SRIMULYO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI PENGARUH PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK PERTIWI IV SRIMULYO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PEER LESSON

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PEER LESSON PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PEER LESSON DENGAN SUPERITEM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Surakarta)

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KELUARGA MUSLIM (Studi pada Perempuan Karir di Kecamatan Sanden Bantul D.I.Yogyakarta) SKRIPSI

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KELUARGA MUSLIM (Studi pada Perempuan Karir di Kecamatan Sanden Bantul D.I.Yogyakarta) SKRIPSI HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KELUARGA MUSLIM (Studi pada Perempuan Karir di Kecamatan Sanden Bantul D.I.Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

SOLIDARITAS VIRTUAL ANTAR MEMBER GAME CLASH OF CLANS DI CLAN SOLOKEN5 TUGAS AKHIR SKRIPSI

SOLIDARITAS VIRTUAL ANTAR MEMBER GAME CLASH OF CLANS DI CLAN SOLOKEN5 TUGAS AKHIR SKRIPSI SOLIDARITAS VIRTUAL ANTAR MEMBER GAME CLASH OF CLANS DI CLAN SOLOKEN5 TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI DESA PANGGELDLANGU, BUTUH, PURWOREJO SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI DESA PANGGELDLANGU, BUTUH, PURWOREJO SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI DESA PANGGELDLANGU, BUTUH, PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dengan ditetapkannya wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dengan ditetapkannya wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, dengan

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIONAL PASAR-PASARAN

PERMAINAN TRADISIONAL PASAR-PASARAN PERMAINAN TRADISIONAL PASAR-PASARAN SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI GENDER UNTUK ANAK (Studi Kasus Peer Group di SD N Mangir Lor Sendangsari Pajangan Bantul) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

UPAYA PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA MELALUI MEDIASI SKRIPSI

UPAYA PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA MELALUI MEDIASI SKRIPSI UPAYA PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA MELALUI MEDIASI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

(PTK Mahasiswa Semester VI D Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS Tahun Ajaran 2013/2014) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

(PTK Mahasiswa Semester VI D Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS Tahun Ajaran 2013/2014) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II MELALUI PENERAPAN PROBLEM SOLVING TERINTEGRASI PADA PENDEKATAN SCIENTIFIC (PTK Mahasiswa Semester VI D Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Esti Normalita NIM

SKRIPSI. Oleh Esti Normalita NIM PENERAPAN METODE DISKUSI DAN PERMAINAN PAPAN MEMORI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 2 MAGELANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH GUNA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 CEPOGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP)

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PENDAPAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PKn TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS BUKU SKRIPSI

PENDAPAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PKn TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS BUKU SKRIPSI PENDAPAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PKn TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS BUKU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan MENGEMBANGKAN JIWA KEMANDIRIAN DAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI GERAKAN PRAMUKA (Studi Kasus di Racana Raden Mas Said dan Nyi Ageng Serang Institut Agama Islam Negeri Surakarta Tahun 2013/2014) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa depan. Hal ini

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PERILAKU SEKSUAL PADA PASANGAN LESBIAN DAN GAY DI YOGYAKARTA SKRIPSI

PEMBENTUKAN PERILAKU SEKSUAL PADA PASANGAN LESBIAN DAN GAY DI YOGYAKARTA SKRIPSI PEMBENTUKAN PERILAKU SEKSUAL PADA PASANGAN LESBIAN DAN GAY DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI KELANGSUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BATU DAN PASIR DI DUSUN GIYAN BIMOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN TUGAS AKHIR SKRIPSI

MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI KELANGSUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BATU DAN PASIR DI DUSUN GIYAN BIMOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN TUGAS AKHIR SKRIPSI MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI KELANGSUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BATU DAN PASIR DI DUSUN GIYAN BIMOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

CHRISTINA INDAH PUSPITA SARI A

CHRISTINA INDAH PUSPITA SARI A PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI (GI) DALAM UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (PTK Pada Siswa Kelas XI Semester Genap MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN MELALUI METODE IMAGE STREAMING

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN MELALUI METODE IMAGE STREAMING UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN MELALUI METODE IMAGE STREAMING DENGAN MEDIA GAMBAR SERI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI II TEKARAN, SELOGIRI, WONOGIRI SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP SE-KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP SE-KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP SE-KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI ANTARA PENGURUS DAN ANGGOTA KARANG TARUNA PURONISME DI DUSUN PURON, KELURAHAN TRIMURTI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

POLA INTERAKSI ANTARA PENGURUS DAN ANGGOTA KARANG TARUNA PURONISME DI DUSUN PURON, KELURAHAN TRIMURTI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI POLA INTERAKSI ANTARA PENGURUS DAN ANGGOTA KARANG TARUNA PURONISME DI DUSUN PURON, KELURAHAN TRIMURTI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI METODE QUANTUM WRITING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG I No. 93 KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci