KONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI KELAS VIII A SMP KEMALA BHAYANGKARI 1 KABUPATEN KUBU RAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI KELAS VIII A SMP KEMALA BHAYANGKARI 1 KABUPATEN KUBU RAYA"

Transkripsi

1 1 KONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI KELAS VIII A SMP KEMALA BHAYANGKARI 1 KABUPATEN KUBU RAYA ANGELA WISDIANI, TITIN, RUQIAH GANDA PUTRI PANJAITAN Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Tanjungpura Abstract The aim of this research is to describe the students concept in movement system of human including skeleton, muslce, joint, disorder and diseases in movement system. The descriptive method on case study is used in this research. The students in class VIII A SMP Kemala Bhayangkari Kabupaten Kubu Raya is the subject of this research. Test in essay is the instrument which consists of 15 items and interview the students for each conception pattern from the result of the test. Based on the result of recapitulation on movement system concept as 41,67% students concept is appropriate with the scientific concept, and 40,10% the students concept is not appropriate with scientific concept, meanwhile 18,28% does not answer (omit). If it is viewed from the students concept percentage that is not appropriate with the scientific concept, therefore the student s concept is categorized less in dominant. Keyword: Description, students concept, concept of movement system in human Perkembangan ilmu pengetahuan alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu dan teknologi terus melaju seiring dengan melesatnya kebutuhan manusia. Ada kalanya ketertinggalan informasi terbaru menyebabkan konsep-konsep yang seharusnya berubah atau diperbaiki menjadi salah dalam menyampaikannya kepada peserta didik. Disisi lain, kesalahan dalam memahami konsep yang berlanjut dan diwariskan secara turun-temurun juga berandil besar dalam miskonsepsi. Menurut Sadia (1996) (dalam Wilantara, 2003) miskonsepsi siswa dapat saja diperoleh melalui proses pembelajaran yang keliru pada jenjang pendidikan sebelumnya. Dengan kata lain sebuah miskonsepsi dapat terjadi jika sumber belajar siswa mengalami kekeliruan oleh guru dan kekeliruan oleh bahan ajar. Ausubel (1968) (dalam Dahar, 1989) menyatakan pengajaran yang tidak mengindahkan konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa akan membuat miskonsepsimiskonsepsi mereka yang lebih kompleks dan stabil. Penyebab dari resistennya sebuah miskonsepsi, karena setiap orang membangun pengetahuan persis dengan pengalamannya. Menurut Wilantara (2003) ada beberapa faktor kemungkinan penyebab miskonsepsi, antara lain : (1) buku pelajaran yang memuat rumus

2 2 atau uraian materi yang salah, (2) guru-guru yang mengalami miskonsepsi dengan sendirinya akan menjadi penyebab utama munculnya miskonsepsi pada siswa, (3) kesalahan bahasa, dalam banyak kasus kesalahan bahasa muncul akibat budaya masyarakat yang terlanjur salah kaprah dalam mendefinisikan sesuatu secara ilmiah. (4) intuisi yang salah dan (5) metode mengajar yang tidak tepat akan memicu munculnya miskonsepsi. Permasalahan miskonsepsi juga terjadi pada mata pelajaran biologi yang diajarkan kepada siswa mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan. Konsep sistem gerak pada manusia merupakan satu diantara beberapa konsep yang diajarkan di kelas VIII semester ganjil dalam kurikulum IPA biologi SMP (Daroji dan Haryati, 2007). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap soal-soal Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk dua tahun terakhir yang terdapat di SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya tahun 2008 dan 2009 diketahui bahwa konsep sistem gerak pada manusia selalu ada dalam tiap tahunnya. Hasil wawancara dengan guru yang mengajar Biologi pada tanggal 1 Mei 2009 di SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang cenderung rendah disebabkan siswa banyak mengalami kesalahan konsep pada konsep sistem gerak pada manusia. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 4 Mei 2009 dan 28 Agustus 2009 terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII pada ulangan harian semester ganjil. Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa persentase ketidaktuntasan siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2008/2009 adalah 80,91% dan tahun ajaran 2009/2010 adalah 79,76% dengan kriteria kentuntasan minimal (KKM) di sekolah tersebut adalah sebesar 60. Untuk mengetahui kesalahan konsep yang dialami oleh siswa maka dilakukanlah pra riset tanggal 8 Mei Dari hasil pra riset diketahui rata-rata persentase konsepsi siswa kelas VIII C SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah pada materi sistem gerak sebesar 63,18%, berdasarkan beberapa hal di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mendeskripsikan konsepsi siswa pada konsep sistem gerak pada manusia. Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsepsi siswa pada konsep sistem gerak pada manusia di kelas VIII A SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya. Secara khusus masalah tersebut dirumuskan dalam sub-sub masalah meliputi subkonsep rangka tubuh manusia, otot, persendian (artikulasi/ hubungan antartulang), kelainan dan penyakit pada sistem gerak serta untuk mengetahui berapa besar persentase ketidaksesuaian konsepsi siswa dengan konsep ilmiah pada konsep sistem gerak pada manusia. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah studi kasus. Menurut Sukmadinata (2008)

3 3 penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya yang memiliki hasil belajar yang rendah. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara pemilihan langsung yakni kelas dengan nilai rata-rata ulangan harian paling rendah (44,98), dengan asumsi kelas tersebut mengalami miskonsepsi lebih banyak dimana Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut adalah sebesar 60 Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wawancara dengan guru untuk mendapatkan informasi konsepsikonsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah pada tanggal 1 Mei Observasi terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya pada tanggal 4 Mei dan 28 Agustus Pra riset pada tanggal 8 Mei Pembuatan instrumen tes berupa kisi-kisi soal tes diagnostik, menyusun soal tes diagnostik, menyusun kunci jawaban soal, dan membuat pedoman penskoran, serta pedoman wawancara. Dalam penelitian ini, instrumen tes berupa tes diagnostik berbentuk esai sebanyak 15 soal, disamping itu juga dilakukan wawancara untuk melengkapi tes. Pemilihan subjek wawancara dilaksanakan secara acak, satu orang siswa untuk satu pola konsepsi pada jawaban siswa yang sama untuk masing-masing konsep yang diamati. Wawancara yang dilakukan dengan teknik clinical interview. Teknik ini diusulkan oleh Posner dan Bertzog (1982) dalam Sutrisno dkk. (2007) yang merupakan teknik wawancara yang dapat dipandang sebagai dialog antara pewawancara dan yang diwawancarai. Pewawancara mencari informasi dari yang diwawancarai, dan yang diwawancarai meminta bantuan dari yang mewawancarai. 5. Validasi instrumen oleh satu orang dosen pendidikan biologi dan dua orang guru bidang studi biologi SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya. Selanjutnya instrumen tersebut direvisi penelitian berdasarkan hasil validasi. Setelah dinyatakan valid maka dilakukan uji coba soal tes untuk menghitung reliabilitas soal. Uji coba tes dilakukan tanggal 3 Oktober 2009 pada siswa kelas VIII D SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya, yang kriteria hasil belajarnya tidak jauh berbeda dengan kelas yang dijadikan subjek penelitian yaitu 44,40, Selain itu juga telah mempelajari materi sistem gerak manusia. 6. Analisis data hasil uji coba soal untuk mengetahui tingkat reliabilitasnya. Menurut Arikunto (1989) untuk menghitung reliabilitas tes berbentuk esai maka digunakan rumus Alpha. Hasil uji coba soal tes menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0,75, yang termasuk dalam kategori tinggi.

4 4 Artinya, soal tes tersebut mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi karena dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg) (Arikunto,1989) 7. Uji soal tes pada tanggal 7 Oktober 2009 kepada siswa kelas VIII A. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal tes adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Adapun jumlah siswa yang mengikuti tes berjumlah 46 siswa. 8. Mengoreksi jawaban siswa dan memberi skor berdasarkan pedoman penskoran. Penskoran dilakukan dengan rentang 3 untuk skor tertinggi dan 0 untuk skor terendah. 9. Mengklasifikasikan konsepsikonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada konsep sistem gerak pada manusia berdasarkan jawaban hasil tes. Konsepsi siswa dikelompokkan menjadi tiga, yakni : 1. Kelompok siswa yang memiliki konsepsi-konsepsi sesuai dengan konsep ilmiah. 2. Kelompok siswa yang memiliki konsepsi-konsepsi tidak sesuai dengan konsep ilmiah. 3. Kelompok yang tidak menjawab (omit). 10. Analisis data hasil tes untuk kemudian dibuat tabel konsepsi siswa menurut kesamaan dengan konsep ilmiah. Menurut Soemitro (dalam Nahar, tanpa tahun) persentase konsepsi siswa pada masing-masing kriteria dari tiap soal, digunakan rumus berikut: Persentase konsepsi = jumlah siswa menjawab tiap konsepsi / banyak siswa x 100% 11. Wawancara dengan masing-masing kelompok siswa yang telah ditentukan berdasarkan pola konsepsi siswa, baik yang sesuai dengan konsep ilmiah maupun yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah serta yang tidak menjawab (omit). Wawancara digunakan sebagai pelengkap data hasil tes serta untuk menggali konsepsi siswa. Pelaksanaan wawancara pada tanggal Oktober Analisis data hasil tes dan hasil wawancara. Hasil dan Pembahasan Konsep-konsep sistem gerak pada manusia yang dijadikan lingkup penelitian meliputi subkonsep rangka manusia, otot, persendian dan kelainan serta penyakit. Profil konsepsi siswa pada konsep sistem gerak pada manusia di kelas VIII A SMP Kemala Bhayangkari disajikan pada tabel 1. Adapun rata-rata persentase dari empat subkonsep yang termasuk ke dalam ruang lingkup konsep sistem gerak pada manusia adalah 41,67% konsepsi siswa sesuai dengan konsep ilmiah, 40,10% konsepsi siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah dan 18,28% tidak memberikan jawaban.

5 5 TABEL 1: Profil konsepsi siswa pada konsep sistem gerak pada manusia N o Konsep yang diujikan No soal Soal yang diujikan Persentase (%) konsepsi siswa ( S ) ( TS ) ( O ) 1 2 alat gerak di dalam tubuh 32,61 65,21 2,17 manusia 2a Alat gerak aktif 39,13 60,87 0 2b Alat gerak pasif 54,35 41,30 4, fungsi rangka tubuh bagi 47,82 47,81 4,35 manusia 4a 4 ruas tulang ekor 34,78 65,22 0 4b 7 pasang tulang rusuk sejati 80,43 19,56 0 4c 3 pasang tulang rusuk palsu 86,96 13,04 0 4d 2 pasang tulang rusuk 71,74 21,73 6,52 Rangka melayang tubuh 4e Jenis tulang dada pada 17,40 58,68 23,91 manusia manusia berdasarkan bentuknya 5 2 contoh tulang pipa pada 36,95 49,96 13,04 manusia 6 Komposisi tulang keras pada manusia dan komposisi tulang 58,71 39,12 2,17 rawan pada manusia 7a Tulang radius/pengumpil pada lengan tangan manusia 4,35 84,79 10,87 (berdasarkan gambar) 7b Tulang ulna/hasta pada lengan tangan manusia (berdasarkan gambar) 4,35 80,45 15,21 Rata-rata persentase subkonsep rangka tubuh manusia (%) 43,81 49,83 6,35 8a Jenis otot pada tubuh manusia (berdasarkan gambar) 30,43 47,82 21,74 8b Cara kerja otot pada tubuh manusia (berdasarkan gambar) 26,09 43,48 30,43 8c Letak ditemukannya otot pada 2 Otot tubuh manusia (berdasarkan 13,04 45,67 41,30 gambar) 9a Cara kerja otot bisep pada tubuh manusia ketika tangan ditekuk (berdasarkan gambar) 30,44 47,83 21,74 9b Cara kerja otot trisep pada tubuh manusia ketika tangan ditekuk (berdasarkan gambar) 30,44 41,31 28,26 Tabel bersambung

6 6 Rata-rata persentase subkonsep otot (%) 26,10 45,22 28,71 10 Perbedaan sendi berdasarkan sifat geraknya (sendi mati, 8,70 65,15 26,10 kaku dan gerak) 3 Persendian (artikulasi/ hubungan antartulang) 11 Menentukan jenis sendi yang terdapat pada tulang tengkorak (berdasarkan gambar) 67,40 15,21 17,40 12 Menentukan jenis Sendi gerak (gambar sendi gerak antara 15,22 63,03 21,74 bahu dan lengan atas) Rata-rata persentase subkonsep hubungan antartulang (%) 30,44 47,80 21,75 13a Kelainan tulang belakang Kelainan 82,61 4,34 13,04 (kifosis) dan penyakit 13b Kelainan tulang belakang pada sistem 80,43 6,52 13,04 4 (lordosis) gerak manusia 14 Penyakit pada otot (tetanus) 28,26 47,82 23,91 15 Penyakit pada tulang 73,92 10,87 15,22 (osteoporosis) Rata-rata persentase subkonsep kelainan dan penyakit(%) 66,31 17,39 16,30 Jumlah persentase keseluruhan subkonsep (%) 166,66 160,24 73,1 Rata-rata persentase keseluruhan subkonsep (%) 41,67 40,10 18,28 Untuk mendeskripsikan konsepsi siswa pada subkonsep rangka digunakan tiga belas butir soal uraian yakni nomor soal 1, 2a, 2b, 3, 4a, 4b, 4c, 4d, 4e, 5, 6, 7a, dan 7b. Ditinjau dari hasil tes pada subkonsep rangka, rata-rata persentase konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah 43,81%, konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah 49,83%, dan konsepsi siswa yang tidak menjawab 6,35%. Pada soal nomor 1 siswa diminta untuk dapat menyebutkan dua alat gerak di dalam tubuh manusia. Siswa yang memiliki konsep yang tidak sesuai konsep ilmiah umumnya menjawab kaki dan tangan. Adapun jawaban yang sebenarnya adalah tulang dan otot. Ketidaksesuaian konsepsi dikarenakan siswa mempunyai konsepsi awal yang keliru, dan konsepsi awal siswa tersebut didasarkan pengalaman sehari-hari. Pada soal nomor 2a dan 2b siswa diharapkan dapat menyebutkan alat gerak aktif dan alat gerak pasif pada manusia. Umumnya siswa menjawab alat gerak aktif adalah tulang dan untuk alat gerak pasif adalah otot. Jawaban yang sebenarnya untuk alat gerak aktif adalah otot dan alat gerak pasif adalah tulang. Ketidaksesuaian jawaban siswa ini dikarenakan siswa masih bingung untuk menentukan mana alat gerak aktif dan mana alat gerak pasif diantara otot dan tulang. Konsepsi siswa yang umumnya beranggapan bahwa alat gerak aktif adalah tulang disebabkan siswa kurang memahami bahwa pergerakan itu terjadi karena adanya kemampuan otot untuk

7 7 melakukan kontraksi (memendek/mengerut) dan relaksasi (memanjang). Pada soal nomor 3 siswa diminta untuk menyebutkan tiga fungsi rangka tubuh manusia. Dari hasil penelitian didapatkan persentase siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah dan yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah nilai persentase yang diperoleh hampir sama. Hal ini dikarenakan siswa yang tidak sesuai konsep ilmiah ini hanya dapat menjawab dua fungsi rangka saja sedangkan jawaban untuk fungsi rangka yang ketiga salah. Pada soal 4a, 4b, 4c, 4d, dan 4e soal yang diberikan menggunakan gambar yang sama. Pada soal 4a untuk konsepsi siswa yang tidak sesuai konsep ilmiah umumnya berupa jawaban siswa yang menyebutkan jumlah ruas tulang ekor adalah satu ruas. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa mendapatkan hewan yang memiliki ekor, jumlah ekor hewan tersebut hanya ada satu. Pada soal 4b, 4c, dan 4d ini siswa diminta menyebutkan jumlah tulang rusuk sejati, tulang rusuk palsu, dan tulang rusuk melayang. Adapun konsepsi siswa yang tidak sesuai pada soal nomor 4b menyebutkan jumlah tulang rusuk sejati adalah 14 pasang. Jawaban yang sebenarnya untuk jumlah tulang rusuk sejati adalah 7 pasang. Untuk soal nomor 4c konsepsi siswa yang tidak sesuai menyebutkan jumlah tulang rusuk palsu adalah 6 pasang, adapun jawaban sebenarnya untuk jumlah tulang rusuk palsu adalah 3 pasang. Sedangkan pada soal nomor 4d konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah untuk jumlah tulang rusuk melayang adalah 1 pasang. Jawaban yang sebenarnya untuk jumlah tulang rusuk sejati adalah 2 pasang. Kesalahan konsepsi siswa untuk soal nomor 4b dan 4 c dikarenakan siswa menghitung jumlah setiap tulang rusuk sejati bagian kanan dan kiri dianggap sepasang dan bukan berdiri sendiri artinya kesalahan terjadi karena siswa salah dalam mengartikan makna dari kata sepasang, dimana kata sepasang ini berarti 2 rusuk sejati yang terdiri dari bagian kanan dan kiri. Sedangkan pada soal nomor 4d ketidaksesuaian konsepsi siswa dikarenakan pengamatan siswa memandang rusuk melayang ini hanya satu pasang saja. Berdasarkan hasil penelitian mendapatkan persentase konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah pada soal 4b, 4b dan 4d lebih rendah. Hal ini dikarenakan umumnya siswa dapat menyebutkan jumlah tulang rusuk sejati, palsu dan melayang dengan benar disebabkan pada soal telah disediakan petunjuk berupa garis keterangan dari tulang rusuk sejati, palsu dan melayang. Namun, berdasarkan hasil wawancara ketika siswa diberi kesempatan untuk menentukan jenis tulang rusuk sejati, palsu dan melayang serta jumlahnya dengan menggunakan torso siswasiswa tersebut mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan jumlah tulangtulang pada sistem gerak manusia terlalu banyak sehingga sulit untuk mengingatnya. Pada soal nomor 4e siswa diminta untuk menentukan jenis tulang pada tulang dada manusia berdasarkan bentuknya. Berdasarkan bentuknya, konsep ilmiah untuk jenis tulang pada tulang dada adalah jenis tulang pipih. Dimana tulang pipih memiliki ciri berbentuk pipih. Hasil penelitian menunjukkan siswa umumnya menjawab jenis tulang tersebut adalah tulang pipa.

8 8 Ketidaksesuaian konsepsi ini dikarenakan siswa berpendapat tulang dada pada gambar tersebut menunjukkan ciri dari tulang pipa yaitu panjang dan bulat. Pada soal nomor 5 siswa diminta untuk dapat memberikan dua contoh dari tulang pipa. Menurut Syamsuri dkk. (2007) contoh dari tulang pipa adalah tulang lengan atas, tulang paha, dan tulang ruas jari. Selain itu juga, contoh tulang pipa yang termasuk tulang pipa adalah tulang kering, tulang betis, tulang hasta, dan tulang pengumpil (Kadaryanto dkk, 2007). Pada umumnya jawaban siswa yang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah pergelangan kaki dan pergelangan tangan. Siswa memberikan contoh dari tulang pipa tersebut berdasarkan dari apa yang mereka pikirkan, karena mereka belum memahami makna dari bentuk tulang pipa yakni tulang yang berbentuk bulat dan panjang. Pada soal nomor 6 siswa diminta untuk menentukan perbedaaan dari tulang keras dan tulang rawan. Menurut Kadaryanto dkk. (2007) tulang keras mengandung banyak zat kapur (kalsium) dan sedikit sedikit zat perekat, sedangkan tulang rawan mengandung banyak zat perekat (kolagen) dan sedikit zat kapur. Dari hasil penelitian mendapatkan konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah lebih sedikit, hal ini dikarenakan siswa menjadikan zat kapur (kalsium) sebagai dasarnya, dimana bila kandungan zat kapur banyak adalah tulang keras sedangkan bila kandungan zat kapurnya kurang adalah tulang rawan. Pada soal nomor 7a dan 7b disajikan gambar lengan manusia, siswa diminta untuk menentukan tulang pengumpil/radius, dan tulang hasta/ulna. Pada soal nomor 7a umumnya siswa menjawab tulang lengan atas, sedangkan untuk soal nomor 7b siswa menjawab tulang lengan bawah. Adapun jawaban yang diminta untuk soal nomor 7a adalah tulang pengumpil/radius sedangkan untuk soal nomor 7b adalah tulang hasta/ ulna. Kesalahan konsep tersebut dikarenakan siswa mengalami kesulitan mengingat nama-nama tulang pada sistem gerak, serta penamaannya yang menggunakan nama latin. Untuk mendeskripsikan konsepsi siswa pada subkonsep otot digunakan lima butir soal uraian yakni nomor soal 8a, 8b, 8c, 9a, dan 9b. Ditinjau dari hasil penelitian pada subkonsep otot, rata-rata persentase konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah 26,10%, konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah 45,22%, dan konsepsi siswa yang tidak menjawab 28,71%. Pada subkonsep otot digunakan dua gambar, gambar pertama untuk soal nomor 8a, 8b, dan 8c yang saling berkaitan, sedangkan gambar kedua untuk soal nomor 9a dan 9b yang juga saling berkaitan. Pada soal nomor 8 disajikan gambar sel otot jantung pada soal ini siswa diminta menentukan jenis sel otot dari gambar yang disediakan. Untuk soal nomor 8b siswa diminta dapat menyebutkan cara kerja dari sel otot tersebut, sedangkan soal nomor 8c siswa diminta menentukan dimana letak ditemukan sel otot tersebut. Pada penelitian ini siswa umumnya menjawab bahwa gambar sel otot tersebut adalah sel otot rangka/lurik yang cara kerjanya secara sadar dan terdapat pada lengan tangan. Adapun jawaban sebenarnya adalah sel otot

9 9 jantung yang cara kerjanya tidak sadar dan terdapat di jantung. Ketidaksesuaian ini dikarenakan siswa belum memahami dengan benar ciriciri dari tiap sel otot, baik sel otot lurik maupun sel otot jantung. Soal nomor 9 disajikan dalam bentuk gambar lengan yang sedang ditekuk. Pada soal nomor 9a siswa diminta untuk menentukan cara kerja otot biseps. Umumnya jawaban siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah mengembang, membesar, dan menonjol. Adapun pada soal nomor 9b siswa diminta untuk menentukan cara kerja otot triseps, dimana umumnya jawaban siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah mengecil dan mengeras. Bentuk ketidaksesuaian ini dikarenakan siswa umumnya belum memahami konsep kerja otot antagonis yang terjadi pada otot bisep dan otot trisep sehingga jawaban siswa terbalik. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa menjawab soal tes tersebut berdasarkan pengamatan terhadap gambar, artinya jawaban siswa yang ada karena melihat gambar otot bisep mengembang, membesar, dan menonjol, sedangkan untuk otot trisep terlihat mengecil dan mengeras. Untuk mendeskripsikan konsepsi siswa pada subkonsep persendian (artikulasi/ hubungan antartulang digunakan tiga butir soal uraian yakni nomor soal nomor 10, 11, dan 12. Ditinjau dari hasil tes pada subkonsep persendian (artikulasi/ hubungan antartulang) rata-rata persentase konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah 30,44%, konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah 47,80% dan konsepsi siswa yang tidak menjawab 21,74%. Pada soal nomor 10 siswa diminta membedakan antara sendi mati, sendi kaku, dan sendi gerak. Untuk soal nomor 10 ada beberapa bentuk ketidaksesuaian konsepsi siswa, khususnya dalam membedakan sendi kaku dan sendi gerak, sedangkan untuk sendi mati umumnya siswa dapat mengetahui yang dimaksud sendi mati adalah sendi yang tidak dapat digerakkan. Jawaban siswa untuk definisi sendi kaku adalah hubungan antara tulang bahu dan paha, sendi yang diam dan tidak bergerak, tulang yang kaku, sendi yang geraknya pasif, hubungan antartulang secara dibantu oleh anggota lain, sendi yang tidak bisa menggerakkan tangan, sendi yang tidak banyak bisa bergerak/sedikit pergerakan, hubungan antara tulang yang jarang digunakan, sendi yang hanya bisa dikerjakan di darah, sendi yang geraknya pasif, sendi yang mengandalkan sel, sendi yang hampir mati, sendi yang susah bergerak, sendi yang hampir tidak bisa bergerak. Adapun jawaban siswa untuk definisi sendi gerak adalah hubungan antara tulang lengan dan lengan bawah, sendi yang sering digerakkan, gerak sendi yang aktif, tulang yang dapat bergerak secara dibantu, sendi yang bisa menegakkan tubuh manusia, sendi yang tidak aktif, sendi yang aktif, sendi yang selalu bergerak pada waktu digunakan, sendi yang sering bergerak, hubungan antar sendi organ tubuh, serta sendi yang mudah gerak. Banyaknya pola konsepsi siswa yang terjadi karena siswa kurang memahami definisi sendi kaku dan sendi gerak dengan baik. Pada soal nomor 11 siswa diminta untuk menentukan jenis berdasarkan pergerakannya yang terjadi pada tulang tengkorak. Dari

10 10 hasil analisis hasil tes, dapat dikatakan kesesuaian konsep siswa dengan konsep ilmiah sudah baik karena 67,40% siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Hal ini dikarenakan siswa sudah memahami bahwa hubungan antartulang pada tulang tengkorak tergolong sendi mati karena hubungan antartulang tersebut tidak dapat digerakkan. Namun demikian, 15,21% konsepsi siswa masih tidak sesuai dengan konsep ilmiah dan 17,40% siswa tidak menjawab. Pada umumnya jawaban siswa yang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah sendi putar dan sendi kaku. Bentuk ketidaksesuain ini dikarenakan siswa belum memahami konsep hubungan antartulang yang terdapat ditulang tengkorak merupakan sendi mati. Pada soal nomor 12 siswa diminta untuk dapat menentukan jenis sendi gerak antara bahu dan lengan atas. Pada umumnya jawaban siswa yang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah sendi putar. Jawaban yang sebenarnya adalah sendi peluru, yakni hubungan antartulang yang bergerak ke segala arah. Contohnya hubungan antartulang pada lengan atas dengan gelang bahu dan tulang paha dengan gelang panggul. Konsepsi siswa yang keliru dikarenakan siswa belum memahami pengertian dari macam-macam sendi gerak serta letaknya. Untuk mendeskripsikan konsepsi siswa pada subkonsep kelainan dan penyakit pada sistem gerak manusia digunakan empat butir soal yaitu 13a, dan 13b, serta 14, dan 15. Ditinjau dari hasil tes pada subkonsep kelainan dan penyakit pada sistem gerak manusia, rata-rata persentase konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah 66,31%. Konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah 17,39%, dan siswa yang tidak menjawab 16,30%. Pada soal nomor 13 disajikan dua gambar kelainan pada ruas-ruas tulang belakang. Adapun gambar yang disediakan untuk soal nomor 13a adalah kelainan tulang melengkung ke belakang (kifosis), sedangkan soal nomor 13b adalah kelainan tulang melengkung ke depan (lordosis). Pada soal nomor 13a, umumnya jawaban siswa yang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah lordosis, sedangkan untuk soal nomor 13b, adalah kifosis. Bentuk ketidaksesuaian ini dikarenakan siswa keliru membedakan kedua konsep tersebut. Dilihat dari persentase pada kedua soal ini, masing-masing untuk soal nomor 13a dan 13b (82,61% dan 80,43%), terlihat bahwa sebagian besar konsepsi siswa sudah sesuai konsep ilmiah karena telah memahami konsep kifosis maupun lordosis dengan benar. Untuk soal nomor 14 siswa diminta menyebutkan penyakit yang berkaitan dengan sistem gerak yang disajikan dengan soal cerita. Pada soal nomor 14 siswa diminta untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan soal cerita. Berdasarkan hasil penelitian, jenis penyakit yang ditunjukkan adalah tetanus. Namun, umumnya siswa menjawab asma dan stroke. Siswa tidak dapat menjawab istilah tetanus dengan benar dikarenakan siswa tersebut jarang mendengar istilah tersebut dari lingkungan sekitar. Soal nomor 15 meminta siswa untuk menjelaskan pengertian osteoporosis. Jawaban siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah menyebutkan istilah osteoporosis adalah peristiwa terjadinya patah tulang. Dari jawaban

11 11 ini menunjukkan pengetahuan siswa tentang osteoporosis belum lengkap, sebagaimana menurut pernyataan Syamsuri (2007) osteoporosis adalah suatu keadaan di mana kemampuan tulang mulai berkurang dan disertai kerusakan struktur sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah pada orang yang lanjut usia. Gangguan ini dapat terjadi secara fisiologis karena proses penuaan disertai penurunan hormon, kurang asupan mineral kalsium, dan vitamin D. Untuk siswa yang dapat menjawab dengan benar pengertian osteoporosis dikarenakan siswa sudah terbiasa mendengar istilah penyakit tersebut dari iklan yang terdapat pada televisi dalam kehidupan sehari-hari. Secara keseluruhan, rata-rata persentase konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah pada materi sistem gerak manusia termasuk dalam kategori kurang dominan. Ratarata persentase ketidaksesuaian konsepsi siswa dengan konsep ilmiah sebesar 40,07%. Menurut Soemitro dalam Nahar (tanpa tahun) nilai persentase ketidaksesuaian konsepsi siswa tersebut menunjukkan kriteria kurang dominan karena kurang dari 55% siswa mengalami ketidaksesuaian konsep. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas VIII A SMP Kemala Bhayangkari 1 Kabupaten Kubu Raya kurang dominan. Konsepsi siswa dapat dikatakan sesuai dengan konsep ilmiah apabila konsepsi yang dimiliki siswa tersebut sudah sesuai dengan konsep ilmuwan. Sedangkan konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah apabila konsepsi siswa tersebut tidak cocok dengan konsep ilmuwan (Suparno, 2005). Secara keseluruhan, pada penelitian ini penyebab miskonsepsi disebabkan oleh konsep awal siswa dan reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap/salah. Hal ini sejalan dengan pandapat Clement dalam Suparno (2005) yang menyatakan bahwa miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah konsepsi awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal. Disini tampak bahwa siswa sebenarnya sejak awal (bahkan sejak kecil) sudah terus mengonstruksi konsep-konsep lewat pengalaman hidup mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Pinker dalam Simamora (2007) dimana siswa sebelum pembelajaran berlangsung sesungguhnya telah membawa ide atau gagasan. Lebih lanjut, Gardner dalam Simamora (2007) menambahkan bahwa prakonsepsi ini sering merupakan miskonsepsi. Penyebab miskonsepsi yang disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap/salah, menurut Suparno (2005) dikarenakan informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan siswa tidak lengkap. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan salah dan menyebabkan timbulnya miskonsepsi. Piaget dalam Sutrisno dkk. (2007) menyatakan bahwa jika siswa tidak siap dalam proses pembelajaran, maka pengetahuan yang diperolehnya selama pembelajaran tidak lengkap sehingga pada akhirnya kalimat jawaban yang ditampilkan siswa tidak sempurna.

12 12 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Persentase konsepsi siswa pada subkonsep rangka tubuh manusia, konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah sebesar 43,81%, ketidaksesuaian konsepsi dengan konsep ilmiah sebesar 49,83%, dan omit sebesar 6,35%. 2. Persentase konsepsi siswa pada subkonsep otot, konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah sebesar 26,10%, ketidaksesuaian konsepsi dengan konsep ilmiah sebesar 45,22%, dan omit sebesar 28,71%. 3. Persentase konsepsi siswa pada subkonsep persendiaan (artikulasi/ hubungan antartulang) konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah sebesar 30,44%, ketidaksesuaian konsepsi dengan konsep ilmiah sebesar 47,80%, dan omit sebesar 21,74%. 4. Persentase konsepsi siswa pada subkonsep kelainan dan penyakit pada sistem gerak, konsepsi siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah sebesar 66,31%, ketidaksesuaian konsepsi dengan konsep ilmiah sebesar 17,39%, dan omit sebesar 16,30%. 5. Rata-rata persentase konsep siswa pada materi sistem gerak pada manusia yang sesuai dengan konsep ilmiah sebesar 41,67%, tidak sesuai dengan konsep ilmiah sebesar 40,10%, dan omit sebesar 18,28%. 6. Rata-rata persentase ketidaksesuaian konsepsi siswa dengan konsep ilmiah pada materi sistem gerak manusia termasuk dalam kategori kurang dominan. Daftar Pustaka Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Prosedur Penelitian : Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, W.R Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga. Daroji & Haryati Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. (Online). httpwww.tigaserangkai.c omimagesfileseri-a- SMPKTSP%20SAINS% 20BIO%20SMP%202bio logi%202.pdf, diakses 3 Juni Kadaryanto. Jati, W., Chalsum, U., Sarmini, S., Mukido. & Harsono. (2007). Biologi 2 Mengungkap Rahasia Kehidupan SMP Kelas VIII. Jakarta: Yudistira. Muhaemin Upaya Meningkatkan

13 13 Pemahaman Konsep Biologi pada Siswa Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep. Bandung: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 4 (1): Nahar, M. Tanpa tahun. Identifikasi Kesalahan Menyelesaikan Tes Subyektif IPA Fisika Konsep Zat dan Wujudnya Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 1 Sangkulirang. (Online). valah/penelitian4b.html, diakses 30 Mei Simamora, M Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia pada Pembelajaran Konsep Struktur Atom. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Lembaga Penelitian Undiksha 1(2): (Online). asa/lemlit/pdf_files/pe NDIDIKAN/DESEMBE R_2007/Maruli_ Simamora.pdf, diakses 22 Oktober Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suparno, P Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sutrisno, L., Kartono & Kresnadi, H Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Pontianak: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Syamsuri, I., Rahayu, S.E., Sulisetijono. & Ibrohim. (2007). Biologi untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. Wilantara, I.P.E Implementasi Model Belajar Konstruktivis dalam Pembelajaran Fisika untuk Mengubah Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa. (Online) id/file/iputueka.pdf diakses tanggal 30 Mei 2009.

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah... Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1 1. fungsi tulang bagi tubuh kita antara lain... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1 memberi bentuk tubuh tempat peredaran darah membentuk otot tempat melekatnya organ

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.1

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.1 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.1 1. Tempat melekatnya otot-otot utama tubuh adalah fungsi dari... Rangka Paru-paru Lemak Tengkorak Rangka

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) AWAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) AWAL Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) AWAL Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas : 4 ( Empat ) Semester : I ( satu ) Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan) I. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

SISTEM GERAK PADA MANUSIA

SISTEM GERAK PADA MANUSIA LAPORAN PENELITIAN SISTEM GERAK PADA MANUSIA OLEH : RESTI GHITA PRIBADI XI IPA 6 35 SMA NEGERI 3 BANDUNG SISTEM GERAK PADA MANUSIA A. Macam-Macam Organ Penyusun Sistem Gerak Fungsi Rangka Pada Manusia

Lebih terperinci

Sistem Gerak pada Manusia. mendeskripsikan sistem gerak pada manusia serta hubungannya dengan kesehatan.

Sistem Gerak pada Manusia. mendeskripsikan sistem gerak pada manusia serta hubungannya dengan kesehatan. Bab 2 Sumber: www.marfansyndrome.info Sistem Gerak pada Manusia Hasil yang harus kamu capai: memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus mampu: mendeskripsikan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah... Tulang hasta, tulang paha tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

- - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - dpl2gerak SISTEM GERAK PADA MANUSIA

- - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - dpl2gerak SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dpl2gerak Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran LAMPIRAN RPP KELAS KONTROL Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam : Kerangka Tubuh Manusia : IV / I : 3 x 35 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Negeri Karangasem 0 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahun Alam Kelas /Semerter : IV / 1 Waktu : 4 X 3 Menit ( 2 x Pertemuan) I.

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 8 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

SISTEM GERAK PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SISTEM GERAK PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc SISTEM GERAK PADA MANUSIA Drs. Refli., MSc SISTEM GERAK Sistem gerak terdiri dari Tulang - gerak pasif Otot gerak aktif Tendon ; Ujung otot lurik yang melekat pada tulang Ligamen : otot yang menghubungkan

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1 Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.

Standar Kompetensi 1 Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : X 40 ( 1 x Pertemuan ) Standar Kompetensi 1 Memahami berbagai

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH MERY FRANSISKA NIM F32111035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MEDIA FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SISTEM GERAK MANUSIA DI SMP

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MEDIA FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SISTEM GERAK MANUSIA DI SMP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MEDIA FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SISTEM GERAK MANUSIA DI SMP Yohanes Andri, Syamswisna, Laili Fitri Yeni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

Lebih terperinci

SMA. a. Memberikan bentuk tubuh makhluk hidup. b. Melindungi organ-organ tubuh yang vital. c. Menahan dan menegakkan tubuh

SMA. a. Memberikan bentuk tubuh makhluk hidup. b. Melindungi organ-organ tubuh yang vital. c. Menahan dan menegakkan tubuh JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) BIOLOGI SISTEM GERAK MANUSIA A. GERAK Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP Ismarwan, Bambang, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN Email : marwanis@rocketmail.com

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Syarifah Leni Fuji Lestari, Ahadi Sulissusiawan, Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan, Pontianak

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL SISTEM GERAK MANUSIA, HEWAN, DAN TUMBUHAN

KISI-KISI SOAL SISTEM GERAK MANUSIA, HEWAN, DAN TUMBUHAN KISI-KISI SOAL SISTEM GERAK MANUSIA, HEWAN, DAN TUMBUHAN Indicator kompetensi Indicator pembelajaran Indikator soal Jeni s soal No soal Soal Kunci Rubrik Mendeskrip Mendeskripsika Mendeskripsi PG 6 Pernyataan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN REMEDIAL PEMISAHAN PADA KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI SMPN II GREGED KABUPATEN CIREBON

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN REMEDIAL PEMISAHAN PADA KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI SMPN II GREGED KABUPATEN CIREBON 0 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN REMEDIAL PEMISAHAN PADA KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI SMPN II GREGED KABUPATEN CIREBON SKRIPSI EVI SUKAESIH NIM. 50540727 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK

Lebih terperinci

ULANGAN TENGAH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 MATA PELAJARAN : IPA KELAS : VIII HARI/TANGGAL : WAKTU

ULANGAN TENGAH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 MATA PELAJARAN : IPA KELAS : VIII HARI/TANGGAL : WAKTU PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Semarang 50242 Telp / Fax (024) 8446802, Web Site : www.smp37-smg.sch.id, e-mail : smp37smg@yahoo.co.id ULANGAN TENGAH

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Mata Pelajaran/Tema/Sub Tema : IPA BIOLOGI. Kelas/Semester : XI/1 Waktu : 2 x 45 menit Nama Siswa/Kelompok :

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Mata Pelajaran/Tema/Sub Tema : IPA BIOLOGI. Kelas/Semester : XI/1 Waktu : 2 x 45 menit Nama Siswa/Kelompok : LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Mata Pelajaran/Tema/Sub Tema : IPA BIOLOGI Materi Pokok : Sistem Gerak Kelas/Semester : XI/1 Waktu : 2 x 45 menit Nama Siswa/Kelompok : A. Kompetensi Dasar: Menjelaskan

Lebih terperinci

PENYEDIAAN BOOKLET UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GERAK LURUS DI MAN

PENYEDIAAN BOOKLET UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GERAK LURUS DI MAN 1 PENYEDIAAN BOOKLET UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GERAK LURUS DI MAN Hikmah Fadhilah, Stepanus Sahala, Syaiful B. Arsyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

RANGKUMAN BIOLOGI SISTEM GERAK PADA MANUSIA

RANGKUMAN BIOLOGI SISTEM GERAK PADA MANUSIA Sistem gerak: 1. Tulang (alat gerak pasif) 2. Otot (alat gerak aktif) TULANG Jumlah tulang manusia: 206 tulang. Tulang terdiri dari: 1. Tulang Rawan (Kartilago) RANGKUMAN BIOLOGI SISTEM GERAK PADA MANUSIA

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA PADA PERMASALAHAN PERBANDINGAN DAN STRATEGI SOLUSI DALAM MENYELESAIKANNYA

DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA PADA PERMASALAHAN PERBANDINGAN DAN STRATEGI SOLUSI DALAM MENYELESAIKANNYA DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA PADA PERMASALAHAN PERBANDINGAN DAN STRATEGI SOLUSI DALAM MENYELESAIKANNYA Oleh : Juni Hardi, Bambang Hudiono, Ade Mirza Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP D Novi Wulandari, Zubaidah, Romal Ijuddin Program Studi Pendidikan matematika FKIP Untan Email :

Lebih terperinci

Kamu dapat mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Gerak pada Manusia. membahas.

Kamu dapat mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Gerak pada Manusia. membahas. Bab III SISTEM GERAK PADA MANUSIA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Peta Konsep Sistem Gerak pada Manusia membahas Sistem rangka

Lebih terperinci

MATERI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII SISTEM RANGKA DAN OTOT PADA MANUSIA SERTA PESAWAT SEDERHANA OLEH YUMNA SOLICHATUN YUSRO

MATERI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII SISTEM RANGKA DAN OTOT PADA MANUSIA SERTA PESAWAT SEDERHANA OLEH YUMNA SOLICHATUN YUSRO MATERI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII SISTEM RANGKA DAN OTOT PADA MANUSIA SERTA PESAWAT SEDERHANA OLEH YUMNA SOLICHATUN YUSRO JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTASA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP 1 REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP Upik, Tomo, Erwina Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Email: upikmuthia@yahoo.com

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE Burhanuddin, Syamswisna, Reni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN Pontianak

Lebih terperinci

Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri

Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri 67 Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri (Studi pada Materi Pokok Gugus fungsi) The Effectiveness of Novick Learning Model in Learning Chemistry

Lebih terperinci

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 1. RANGKA DAN PANCA INDERALatihan Soal 1.1

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 1. RANGKA DAN PANCA INDERALatihan Soal 1.1 1. Rangka badan berguna untuk melindungi organ.. Jantung dan paru-paru Otak dan panca indera Lambung dan usus Jantung dan hati SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 1. RANGKA DAN PANCA INDERALatihan Soal

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP Nur Fitri, Bambang Hudiono, Dian Ahmad Program Studi Pendidikan Matematika FKIP

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP Yan, Bistari, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN Email : yan_kelana_02@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Pelaksanaan penelitian berlokasi di salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi. Pertimbangan pemilihan SMA Negeri adalah berdasarkan kesesuaian kurikulum

Lebih terperinci

DESKRIPSI KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS

DESKRIPSI KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS DESKRIPSI KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS Anita 1, Lia Anggraeni 2, Matsun 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Pontianak, Jalan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014 Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 4 MENGEMBANGKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA TIGA TINGKAT SEBAGAI ALAT EVALUASI MISKONSEPSI MATERI OPTIK Sri Lestari Handayani, Ani Rusilowati dan Sugianto Program

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 62 63 LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 Sekolah : SD Negeri Kalibeji 01 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Kelas/Semester : 4/1 Materi Pokok : Rangka dan Panca Indera Manusia

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Sistem Gerak pada Manusia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Sistem Gerak pada Manusia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 PIYUNGAN : IPA : VIII/ I : Sistem Gerak pada Manusia : 10 x 40 menit (10 JP) A. Tujuan 1.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP N 1 PIYUNGAN Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : VIII/ I Topik : Sistem Gerak pada Manusia Alokasi Waktu : 10 x 40 menit (10 JP) A. Tujuan 1.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Surat Izin Observasi dan Penelitian

Lampiran 1 Surat Izin Observasi dan Penelitian Lampiran 1 Surat Izin Observasi dan Penelitian Lampiran 2 Surat Katerangan Telah Melakukan Uji Validitas Soal Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan Uji Validitas dan Reliabilitas

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK SMAN 2 MATARAM PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERNAPASAN MANUSIA DAN HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN PILIHAN GANDA BERALASAN JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : IV / 1 Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : IV / 1 Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit 1 2 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : IV / 1 Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit Siklus : I 1. Standar Kompetensi 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh

Lebih terperinci

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP Aprilianti Putri, Eny Enawaty, Ira Lestari Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email : apriliantipu3@gmail.com

Lebih terperinci

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar 45 Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar Effectiveness of Problem-Based Inductive Learning Students In Class XI IPA 1 SMAN 9 Makassar 1) Haris

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN POKOK BAHASAN KUBUS

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN POKOK BAHASAN KUBUS ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN POKOK BAHASAN KUBUS Ririn Ambarsari*, dan Benedictus Kusmanto. Pendidikan Matematika, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Jl. Batikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi

BAB II KAJIAN TEORITIS. Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi 14 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakekat Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu terhadap lingkungan (pengalaman). Definisi

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index) Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index) Fatimatul Munawaroh 1, M. Deny Falahi 2 1 Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Syarifah Fadillah Prodi Pendidikan Matematika, IKIP PGRI Pontianak, Jl. Ampera No.88 Pontianak

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH 1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH Syamswisna, M.Si 1, Titin, M.Pd 2, Evi Salvia Murdiana 3 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN DAN KESULITAN BELAJAR SISWA TENTANG VIRUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 TANJUNGBALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

ANALISIS PENGETAHUAN DAN KESULITAN BELAJAR SISWA TENTANG VIRUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 TANJUNGBALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 ANALISIS PENGETAHUAN DAN KESULITAN BELAJAR SISWA TENTANG VIRUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 TANJUNGBALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 ANALYSIS OF STUDENTS KNOWLEDGE AND LEARNING DIFFICULTIES OF VIRUS IN CLASS

Lebih terperinci

REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM ARCHIMEDES DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR ARTIKEL PENELITIAN.

REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM ARCHIMEDES DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR ARTIKEL PENELITIAN. REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM ARCHIMEDES DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR ARTIKEL PENELITIAN Oleh: FADRIANI NIM F03109027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH

PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH LIUN AGUSTINIANI NIM: F03107041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister 1 Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi Melalui Penerapan Problem Based Learning (PBL) Dilengkapi dengan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA Biologi (Sub Materi Pokok

Lebih terperinci

Tabel 1.1 DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK UJI COBA

Tabel 1.1 DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK UJI COBA LAMPIRAN Tabel 1.1 DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK UJI COBA NO. NAMA KODE 1 APV U 1 2 ATN U 2 3 APA U 3 4 AL U 4 5 AS U 5 6 CM U 6 7 DM U 7 8 DA U 8 9 DO U 9 10 DS U 10 11 EC U - 11 12 FR U 12 13 IK U 13 14

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP Arnetis, Mariani Natalina dan Sri Ayuni Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

SISTEM GERAK Tanpamu, AKU bagaikan PATUNG

SISTEM GERAK Tanpamu, AKU bagaikan PATUNG M O D U L T A N P A M U, A K U b a g a i k a n P A T U N G 1 SISTEM GERAK Tanpamu, AKU bagaikan PATUNG Oleh: HERWIM ENGGAR PRATIWI Pembimbing: Dr. Hadi Suwono, M.Si Dra. Nursasi Handayani, M.Si UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh: NURHIDAYATI NIM F04209007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PMIPA

Lebih terperinci

biologi SET 16 ALAT GERAK DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. RANGKA TUBUH VERTEBRATA

biologi SET 16 ALAT GERAK DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. RANGKA TUBUH VERTEBRATA 16 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 16 ALAT GERAK A. RANGKA TUBUH VERTEBRATA Tulang-tulang yang membangun rangka tubuh hewan vertebrata terlindungi oleh otototot dan kulit.

Lebih terperinci

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP Yuliarti Hasmu, Stepanus Sahala S, Syaiful B. Arsyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Email:

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.2 1. Hubungan antar tulang-tulang tengkorak diper-kuat oleh adanya bangunan bergerigi yang disebut Fisura Fraktura Fasia Sutura Kunci Jawaban

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP Tomo, Edy Yusmin, dan Sri Riyanti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : tomo.matematika11@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP Riris Dwi Pirwanti, Kurnia Ningsih, Syamswisna Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SENDI PADA MANUSIA. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu

SENDI PADA MANUSIA. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu SENDI PADA MANUSIA Anggota : Annisa Rahma Bassalamah [ 4 ] Fadhila Rahma Leilani [ 9 ] Isna Nur Aqidatul Azizah [ 14 ] Najmia Salsabila [ 21 ] Syafiyatulqulub Soka Nugroho [ 27 ] Zulfa Nur Kholishoh [

Lebih terperinci

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT.

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. SISTEM RANGKA 1. RANGKA SEBAGAI ALAT GERAK PASIF. 2. OTOT SEBAGAI ALAT GERAK AKTIF. GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. BAGAIMANA GERAK

Lebih terperinci

PENERAPAN PRAKTIKUM PADA HOME INDUSTRY MAKANAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMP

PENERAPAN PRAKTIKUM PADA HOME INDUSTRY MAKANAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMP PENERAPAN PRAKTIKUM PADA HOME INDUSTRY MAKANAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh Anggi Kalista NIM. F05109024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP Dita Hafsari, Rachmat Sahputra, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP

Lebih terperinci

Muhammad Agus Al Arief, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Muhammad Agus Al Arief, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DALAM MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SMA KHADIJAH SURABAYA Muhammad Agus Al Arief, Suyono Jurusan

Lebih terperinci

Berdasarkan susunannya, tulang dibedakan menjadi:

Berdasarkan susunannya, tulang dibedakan menjadi: Makhluk hidup salah satu cirinya adalah bergerak. Pada manusia mempunyai sistem gerak yang dapat dibagi menjadi dua yaitu alat gerak pasif dan alat gerak aktif. Alat gerak pasif berupa tulang dan alat

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

Jurnal Kata ( Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Desember 2013 BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I

Jurnal Kata ( Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Desember 2013 BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I Jurnal Kata ( Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Desember 2013 BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I Oleh Silvia Agustin 1 Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. 2 Dra. Ni Nyoman Wetty

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Diajukan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2 1. Persamaan antara otot lurik dan otot jantung adalah... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2 Sifat kerja secara sadar Memiliki percabangan Berinti satu Ada garis gelap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang merupakan salah satu model dalam penyusunan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Di kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya)

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 1 ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Pepi Dayanti, Betty Holiwarni, Sri Haryati Pepidayanti93@gmail.com, Holi_warni@yahoo.com, Srifkipunri@yahoo.co.id No Hp. 082387835887

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu pengembangan model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan pendekatan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V ARTIKEL PENELITIAN Oleh FRIENDA WIMADWI PERMASTYA NIM F37011002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2) ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2) ardiyanti23@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP A PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP Nopa Ratna Putri, Edy Tandililing, Syukran Mursyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Email: nopa_ratnaputri@yahoo.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 18 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 2010 di kelas VIIIF semester ganjil SMP Negeri 1 Padangratu Tahun Pelajaran 2010/2011.

Lebih terperinci

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal... 1 Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Pokok Bahasan Aritmetika Sosial Berdasarkan Taksonomi SOLO di Kelas VII SMP Negeri 7 Jember (Analysis of Student Learning

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. teknologi terus berkembang seiring dengan melesatnya kebutuhan manusia dan

BABI PENDAHULUAN. teknologi terus berkembang seiring dengan melesatnya kebutuhan manusia dan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains adalah pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan suatu pemahaman konsep yang bermakna dan membuat siswa mengetahui

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : SUCI SEKARWATI NIM F15111030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014 Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 318 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG Anita Puspita Handayani 1, Muhardjito 2, Sumarjono 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Supiyanto, 2006). Kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Supiyanto, 2006). Kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Supiyanto, 2006). Kontribusi fisika pada disiplin ilmu

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS EduSains Volume 3 Nomor 2; 215 ISSN 23384387 KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOALSOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS STUDENT S ABILITY TO RESOLVING STRUCTURED DESCRIPTION PROBLEMS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Keterbatasan Masalah Perumusan Masalah...

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Keterbatasan Masalah Perumusan Masalah... DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar........................ Abstrak................................. Daftar Isi........................ i iii v Daftar Tabel........................... viii Daftar Gambar........................

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci