Analisa Efektifitas Site Layout Pada Suatu Perumahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Efektifitas Site Layout Pada Suatu Perumahan"

Transkripsi

1 Analisa Efektifitas Site Layout Pada Suatu Perumahan Atikha Nurhayati, M. Ali Berawi, M.Eng, Sc.PhD Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia atikha.nurhayati@gmail.com Abstrak Maraknya pembangunan perumahan baik skala kecil maupun skala besar membuat daya saing dalam bidang properti menjadi semakin ketat, sehingga membuat pengembang perumahan bersaing untuk membuat perencanaan site layout (tapak) perumahan yang baik, yaitu konsep perumahan, penentuan tata guna lahan, perencanaan jalan, dan pembagian kavling. Tetapi untuk membuat perencanaan yang baik tentunya efektifitas menjadi penting. Untuk itulah penulis mengangkat tema untuk menganalisa efektifitas site layout perumahan dengan objek penelitan yaitu sebuah perumahan di daerah Jatiranggon, Bekasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas perencanaan tapak perumahan tersebut. Untuk itu, penulis melakukan studi kepustakaan, studi lapangan, konsultasi dan analisa data. Dari penelitian ini, didapatkan bahwa untuk mengukur efektifitas suatu perencanaan tapak dapat dilihat dari komposisi pembagian luas dan dihubungkan dengan hasil penjualan kavling. Hasil analisa menunjukkan perumahan tersebut memiliki komposisi luas tapak untuk kavling sebesar 64.40%, untuk untuk jalan adalah 24.84% dan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial sebesar 10.75%. Hasil penjualan sudah terjual sekitar 90 % atau sekitar 7 unit per bulan, melebihi target penjualan sekitar 5 unit per bulan. Hasil ini menunjukkan perencanaan tapak sudah cukup efektif dari pembagian komposisi luas tapak dan hasil penjualan yang sudah melampaui target dari pengembang perumahan tersebut. Kata Kunci: Efektifitas tapak, tata guna lahan, konsep perencanaan, prinsip pembagian kavling, perencanaan jalan, keleluasaan, kelegaan. The Effectivity Analysis Site Layout of Residential Abstract The rise of both small-scale residential development and large scale make competitiveness in the field of property become more stringent, thus making housing developers compete to create a site layout plan good residential, the residential concept, the determination of land use, residential street planning, and layout plan. But to make good planning effectiveness must be important. That's the theme for the author to analyze the effectiveness of site layout of residential with the research object in a residential area Jatiranggon, Bekasi. The purpose of the study was to determine the effectiveness of the residential site planning. To that end, the authors conducted a literature study, field study, consultation and data analysis. From this study, it was found that for measuring the effectiveness of a site planning can be seen from the wide distribution of composition and associated with the sale of lots. The analysis shows that housing has wider tread composition for plots by 64.40%, to 24.84% for the road is and for public facilities and social facilities by 10.75%. Proceeds from sales has sold about 90% or about 7 units per month, exceeding the sales target of about 5 units per month. These results show the footprint is quite effective planning of the distribution and composition of the tread area of sales performance has exceeded the target of the housing developers. Key Words: Effectiveness of residential site, land use, planning concept, the principle of plots, road planning, flexibility, relief.

2 Pendahuluan Dewasa ini sedang marak berkembang pembangunan perumahan baik skala kecil maupun skala besar, sehingga menimbulkan daya saing dalam bidang properti menjadi semakin ketat. Untuk itu, para pengembang perlu membuat suatu perencanaan yang matang, dimana salah satunya adalah perencanaan site layout perumahan yang meliputi konsep perumahan itu sendiri, penentuan tata guna lahan, perencanaan jalan, dan prinsip pembagian kavling (luas kavling). Sehingga, menurut Kwanda (2002), perencanaan site layout secara tepat dapat meningkatkan daya saing dan juga dapat mengurangi biaya biaya pengembangan suatu perumahan. Para pengembang pun harus mengetahui dan mengerti tentang pola penggunaan lahan untuk menentukan investasi yang potensial di suatu daerah yang akan dikembangkan. Tetapi pengembang harus sadar untuk mengikuti dan mentaati peraturan atau panduan mengenai perencanaan penataan kawasan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat atau instansi terkait demi memperoleh bentuk tata kawasan yang baik (Aryanto dkk, 2002). Bagi sebagian masyarakat, membeli rumah adalah suatu keputusan yang sulit, karena tersedianya berbagai pilihan mulai dari jenis atau tipe, lokasi, luas, harga, dan lainnya. Calon pembeli perlu mempertimbangkan aspek aspek utama yang penting dalam menentukan pilihan terhadap hunian ideal. Diantaranya, lokasi, aksesibilitas, fasilitas yang tersedia baik di kompleks perumahan maupun di sekitarnya, aspek legal kepemilikan tanah, hak dan kewajiban pembeli maupun developer, kualitas lingkungan perumahan, dan lainnnya. Umumnya semakin luas kawasan perumahan semakin banyak dan lengkap fasilitas yang disediakan.. Contoh kasus penelitian ini, membahas tentang Perumahan X yang berlokasi di Jalan Raya Hankam, dimana perumahan ini dibangun diatas tanah seluas ±6,5 hektar. Perumahan X Jatiranggon-Bekasi ini terbagi menjadi 3 tahap dan dari kedua tahap tersebut terdiri dari 2 type rumah. Tabel 1. Tipe Rumah dan Luas Tanah di Perumahan X Jatiranggon-Bekasi Tahap Blok Type Rumah Luas Tanah (m 2 ) 1 Blok A 45 ±180 2 Blok B 45 ±220 3 Blok C 60 ±360 Sampai saat ini pembangunan sudah bejalan sekitar 95% dan sudah terjual 90% dari total perumahan tahap I sampai dengan tahap III. Dalam perumahan ini terdapat beberapa fasilitas

3 diantaranya one gate system, lapangan basket, masjid, taman bermain, area jogging, dan lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah perencanaan site layout Perumahan X Jatiranggon-Bekasi efektif? Tentunya penulis bermaksud untuk mengidentifikasi hasil perencanaan layout yang telah dilakukan pada perumahan tersebut, apa sudah efektif atau tidak, sehingga dapat menjadi output untuk melakukan optimalisasi dalam perencanaan layout di kemudian hari. 2. Setelah mengetahui perencanaan layout efektif atau tidak, maka muncul pertanyaan Bagaimana solusi untuk meningkatkan efektivitas lahan? Penulisan Skripsi ini merupakan syarat kelulusan pada program Sarjana Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia. Adapun tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah: Untuk mengetahui apakah perencanaan tapak Perumahan X Jatiranggon-Bekasi sudah efektif dan juga mengetahui solusi yang tepat untuk meningkatkan efektivitas. Tinjauan Teoritis Secara umum kajian pustaka yang terkait dengan permasalahan yang diangkat penulis meliputi peraturan tentang rumah dan perumahan, pendapat dari para pakar terkait dengan definisi efektivitas dan instrumen pengukurnya serta definisi tentang site layout dan penilaiannya dari beberapa pakar. Menurut Undang Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, sedangkan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sarana lingkungan merupakan kelengkapan lingkungan yang antara lain berupa fasilitas fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, niaga, pemerintahan, pelayanan umum, peribadatan, rekreasi, kebudayaan, olah raga, dan lapangan terbuka serta fasilitas umum lainnya, sedangkan yang dimaksud dengan prasarana lingkungan pada daerah pemukiman adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, dan jaringan listrik.

4 Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2005:92). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output, maka semakin efektif suatu program atau kegiatan.efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Singkatnya hubungan arti efektivitas adalah sebagai berikut :!"!#$%&%$'( = outcome output Site adalah: a unit of land that is ready for its intended use (Ring, 1985). Situasi site atau daerah atau wilayah merupakan suatu bagian tertentu dari sebuah wilayah/lahan yang luas dimana di dalam suatu site tersebut telah disiapkan dan disediakan prasana seperti storage (gudang) untuk penyimpanan material, jalan, selokan, pipa pembuangan air, sarana air bersih, juga kepeluan umum seperti penyediaan listrik dan telepon. Dalam suatu analisa site, hal hal yang perlu dinilai antara lain: (Ring, 1985) a. Keadaan alam di daerah beserta karakteristik tanah daerah tersebut. b. Ukuran, bentuk dari wilayah yang dinilai dari topografinya. c. Pembangunan infrastruktur beserta kemajuan yang dicapai. d. Keadaan zoning, bangunan, batasan wilayah dan akte kepemilikan. e. Pertimbangan pertimbangan akan kondisi daerah yang dinilai oleh para ahli. f. Bangunan tambahan dan penggunaan lahan. g. Kondisi bangunan dan kemajuannya beserta lahan hijau yang digunakan sebagai taman. Secara singkat, penilaian site adalah menilai karakteristik fisik dan faktor legalistik dari suatu wilayah / daerah. (Phyrr, 1989) Jika mengacu pada Keever and Ross, 1968, terdapat hubungan antara site layout dan efetif, dimana mereka menyatakan sebagai berikut : Dalam suatu kawasan perumahan, presentase bagian luas efektif masing masing kawasan adalah maksimal 65% untuk perumahan, 20% untuk jalan, 10% untuk ruang terbuka dan fasilitas umum, 5% untuk keperluan komersial.

5 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian statistik sehingga relatif mendekati suatu kebenaran yang diharapkan. Dengan demikian, orang lebih mudah menerima suatu penjelasan pengujian, sampai sejauh mana hipotesis penelitian diterima atau ditolak (Crefwel, 2005). Metode survey dalam penelitian adalah metode yang dapat dilakukan pada populasi besar maupun kecil, yakni untuk mengkaji populasi (Universe), yang besar maupun yang kecil serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi untuk menemukan identifikasi, distribusi, dan inter-relasi, dari variabel-variabel penelitian. Data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel (Sugiono, 2005). Menurut Nazir (1988), pada dasarnya penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan untuk mencari kebenaran suatu masalah. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar dan sebagainya. Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut (Nazir, 1988) : 1. Bedasarkan fakta 2. Bebas dari prasangka (bias) 3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa 4. Menggunakan hipotesa 5. Menggunakan ukuran objektif 6. Menggunakan teknik kuantifkasi Data data yang diperlukan meliputi : 1. Data Primer yakni keterangan yang berasal dari hasil wawancara degan pihak pengembang, masterplan atau site plan (rencana tapak), harga jual kavling per-m Data Sekunder, yakni keterangan yang berasal dari teori teori perencanaan tapak perumahan dan peraturan pemerintah. Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan (Nazir, 1988).

6 Langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data yang berkaitan dan menunjang penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian kepustakaan (Library Research) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data sekunder yang relevan untuk mengetahui indikator-indikator dari variabel-variabel yang akan diukur. Penelitian ini juga berguna sebagai pedoman teoritis pada saat melakukan penelitian lapangan atau studi kasus pada perusahaan serta untuk mendukung dan menganalisis data, yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan topik yang sedang diteliti. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada perusahaan untuk kemudian dipelajari, diolah dan dianalisa. Pengamatan di lapangan dilakukan sepanjang bulan Mei-Oktober Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data dilakukan dengan cara meminta data-data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dari sumber penelitian atau perusahaan. Data yang diperoleh dari penelitian lapangan ini berupa data primer yang menggambarkan kondisi aktual dan sebenarnya dari perusahaan yang akan diteliti. a. Wawancara (interview) Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2003). Sedangkan menurut Nazir (1988) wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab sepihak berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dari definisi itu, kita juga dapat mengetahui bahwa tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji

7 kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Itu dilakukan, misalnya, untuk memeriksa apakah para kolektor data memeang telah memperoleh data dengan angket kepada subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara dengan sejumlah sample subjek tertentu. Pada tahap wawancara mendalam, wawancara dilakukan dengan invidu atau seseorang secara personal dimana, responden mengikuti panduan dari topik yang diajukan sebagai bagian dari orientasi menjawab pertanyaan (Gunther, 2006). Aspek-aspek wawancara mendalam yang dapat direncanakan adalah tujuan-tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap permasalahan-permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi si pewawancara untuk semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul dalam proses wawancara. (Robert Kahn dan Charles Channel, 2003). Semua wawancara mendalam tersusun atas dua dimensi penting yang bisa dianalisa keefektifannya: kandungan isi dan hubungan. Yang cenderung akan lebih difokuskan adalah isi. Hendaknya melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan situasi. Bahkan, sifat-dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak. (Dr. Nurul Murtadho, 1992). b. Responden Responden dalam kamus bahasa Indonesia adalah yang dituntut; juru jawab; perhatian jadi responden penelitian dapat di defenisikan yaitu Responden penelitian adalah seseorang (karena lazimnya berupa orang) yang diminta untuk memberikan respon (jawaban) terhadap pertanyaan-pertanyaan (langsung atau tidak langsung, lisan atau tertulis ataupun berupa perbuatan) yang diajukan oleh peneliti. Dalam hal penelitian dilakukan dengan menggunakan tes, maka responden penelitian ini menjadi testee (yang dites). Responden dari kata asal respon atau penanggap, yaitu orang yang menanggapi. Dalam penelitian, responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket, atau lisan, ketika menjawab wawancara, Pada penelitian ini, dipilih responden berasal dari PT. Y selaku pengembang Perumahan X, yaitu yaitu Bpk. Sony Suryono yang dalam hal ini bertindak sebagai Wakil Direktur / Manager Teknis. c. Observasi

8 Observasi merupakan suatu usaha mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya. (Nasution, 2003). Observasi pada perencanaan tapak dengan data yang diperoleh pihak pengembang berupa Site Plan, dan data tipe serta ukuran perumahan. Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 200 : 104). Metode Observasi sering kali diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subyek penelitian. Teknik observasi sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik hendaknya dilakukan pada subyek yang secara aktif mereaksi terhadap obyek. Adapun kriteria yang hendak diperhatikan oleh observeser antara lain: Memliki pengetahuan yang cukup terhadap obyek yang hendak diteliti. Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya. Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data. Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati. Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan kritis. Pencatatan setiap gejala harus dilaksanakan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil observasi. Hasil Penelitian Perumahan X ini berada di daerah Bekasi. Akses perumahan ini dapat melewati Jalan Raya Hankam. Perumahan ini didirikan di atas lahan seluas 7,5 ha yang ditata oleh arsitek Pengembang Y. Fasilitas yang disediakan pada perumahan ini adalah masjid, taman bermain, lapangan basket. Selain itu juga terdapat kompleks ruko pada perumahan ini. Pembangunan Perumahan X direncanakan secara bertahap menjadi 3 tahap, yaitu tahap I dimana pada site plan disebut blok A, tahap II dimana pada site plan disebut blok B dan tahap III dimana pada site plan disebut blok C (Site Plan dapat dilihat pada gambar di atas). Pembagian tahapan pembangunan dilakukan sebagai bentuk strategi pengembang dalam melakukan penjualan rumah/kavling dan pembebasan lahan, dimana pembangunan tahap I digunakan untuk melihat

9 SKALA 1 : 1000 pangsa pasar/market, setelah rumah tahap I terjual semua, dilakukan pembebasan lahan dan pembangunan tahap II, begitupun selanjutnya sampai dengan tahap III dengan nilai investasi dan harga tanah yang semakin meningkat tentunya. Jl. Tarumanegara U A Masjid a B A A 63B A C a a Gambar 1. Site Layout Perumahan X Konsep perencanaan untuk perumahan X adalah dengan konsep perencanaan PUD. Konsep perencanaan PUD adalah suatu pengembangan multifungsi yang fleksible tanpa ada pembagian yang kaku untuk setiap zona kegiatan. Kawasan perumahan yang cukup luas sehingga pembangunannya tidak dilakukan secara keseluruhan melainkan secara bertahap. Penggunaan lahannya juga bervariasi untuk perumahan, fasilitas umum, perkantoran, dan lain lain. Pemilihan konsep PUD pada kawasan ini hanya memiliki satu jalan keluar atau one gate system dan pembangunan secara bertahap. Dalam perumahan ini dikelompokkan menjadi

10 beberapa kelompok yang dapat dilihat pada site plan perumahan X yang terdapat pembagian pembagian yang terlihat jelas pada pembangunan perumahan X. Untuk penggunaan tata guna lahan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Prosentase Pembagian Tata Lahan Tahap I Tata Lahan Luas (m2) Persentase (%) Perumahan / Kavling ±11, Jalan & Fasilitas Umum ±9, Jumlah ±20, Tabel 3. Prosentase Pembagian Tata Lahan X Tahap II Tata Lahan Luas (m2) Presentase (%) Perumahan / Kavling ± Jalan & Fasilitas Umum ±6, Jumlah ± Tabel 4. Prosentase Pembagian Tata Lahan X Tahap III Tata Lahan Luas (m2) Presentase (%) Perumahan ± Jalan & Fasilitas Umum ± Jumlah ± Untuk pembagian hirarki jalan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Pembagian Hirarki Jalan Perumahan X Tahap I Hirarki Jalan Luas (m2) Persentase (%) Arteri Sekunder Kolektor Sekunder Lokal Jumlah Tabel 6. Pembagian Hirarki Jalan Perumahan X Tahap II Hirarki Jalan Luas (m 2 ) Persentase (%) Kolektor Sekunder Lokal Jumlah Tabel 7. Pembagian Hirarki Jalan Perumahan X Tahap III Hirarki Jalan Luas (m 2 ) Persentase (%) Kolektor Sekunder Lokal Jumlah

11 Untuk pembagian pola jalan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Pembagian Pola Jalan Perumahan X Tahap I Pola Jalan Luas (m 2 ) Persentase (%) Grid Culdesac Loop Jumlah Tabel 4.8 Pembagian Pola Jalan Perumahan X Tahap II Pola Jalan Luas (m 2 ) Persentase (%) Grid Culdesac Loop Jumlah Tabel 4.9 Pembagian Pola Jalan Perumahan X Tahap III Pola Jalan Luas (m 2 ) Persentase (%) Grid Culdesac Loop Jumlah Pada perumahan ini, tidak terjadi perbedaan lebar jalan yang signifikan, yaitu lebar jalan utama adalah 7 meter dan jalan penghubung lainnya adalah 6 meter. Dapat dikatakan hampir seluruh kavling memiliki lebar jalan yang relatif sama. Hal ini menjadi batasan oleh pengembang, karena harus menyediakan lahan yang cukup besar untuk sistem saluran air hujan (drainase) yang masuk dari luar perumahan dan air hujan dari dalam perumahan pada setiap sisi jalan. Strategi pembagian luas kavling merupakan suatu hal penting dalam industri ini. Pengembang harus jeli melihat peluang pasar pada lokasi tersebut. Menurut pengembang, sekitar tahun 2000, lokasi Jatiranggon Bekasi merupakan lokasi potensial untuk berkembang dan harga tanah masih relatif murah. Ketika pintu tol JOR di Jatiwarna sudah dapat beroperasi, maka lokasi yang hanya berjarak 2 km tersebut akan berkembang pesat dan nilai investasi akan cepat meningkat. Atas dasar itulah pengembang membuat konsep perumahan minimalis (type kecil, : 45 dan 60) dengan luas tanah yang relatif besar yaitu m 2 dengan lebar muka 9 10 meter.

12 Dengan konsep tersebut maka didapat jumlah kavling di perumahan ini sebagai berikut : Tabel 10. Jumlah Unit Perumahan X Pembangunan Tahap Jumlah Unit I 73 II 70 III 93 Berdasarkan site plan, pengembang menempatkan tipe yang lebih besar yaitu type 60 di jalan utama dan tipe 45 di lokasi yang lain. Hal ini menunjukan pengembang juga sudah menerapkan seperti yang disampaikan oleh Keever and Ross, 1968, yaitu Pada jalan utama biasanya didesain untuk kavling yang mempunyai tipe besar, sedangkan pada jalan yang semakin ke dalam dengan lebar lebih kecil, maka didesain untuk kavling yang tipe kecil. Sehingga rata rata luas kavling pada lebar jalan yang lebih besar akan lebih luas dibandingkan dengan luas kavling pada jalan yang lebih kecil. Dari jurnal penjualan, didapat data penjualan kavling pada maisng masing tahap sebagai beirkut : Tabel 11. Penjualan Properti Penjualan Tahap I Penjualan Tahap II Penjualan Tahap III Unit Waktu Rata- rata Unit Waktu Rata- rata Unit Waktu Rata- rata Properti unit Properti unit Properti unit yang terjual properti/bu lan yang terjual properti/bu lan yang terjual properti/bula n 73 1,5 thn ,5 thn thn 7 Pembahasan Dari data data tersebut di atas dapat di analisa bahwa persentase luas tapak yang digunakan untuk lahan perumahan sebesar 64.40%, sedangkan luas tapak untuk untuk jalan adalah 24.84% dan luas tapak untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial sebesar 10.75%. Tabel 12. Prosentase Penggunaan Lahan Keseluruhan Tahap I Tahap II Tahap III Jumlah % Perumahan 11, m 2 12, m 2 18, m 2 41, m Jalan 6, m 2 4, m 2 4, m 2 15, m Fasilitas Umum 2, m 2 1, m 2 2, m 2 6, m Total 20, m 2 19, m 2 24, m 2 64, m Menurut Keever dan Ross, dengan prosentase seperti ini, perumahan tersebut dinilai cukup efektif karena luas tapak untuk perumahan masih di bawah 65%. Sedangkan untuk

13 penyediaan lahan komersil, developer memang tidak menyediakan secara khusus, karena konsep perumahan yang dipilih adalah konsep kelegaan dan keleluasaan. Kelegaan yang dimaksud adalah banyaknya ruang terbuka atau open space beserta penghjauan yang tersedia di kompleks perumahan sehingga membuat sirkulasi udara menjadi lebih sejuk dan perumahan menjadi tempat huni yang nyaman. Menurut developer, lebih baik memberikan porsi lahan untuk fasilitas umum dan sosial yang lebih besar dengan harapan akan lebih memberi manfaat dan kenyamanan kepada penghuni. Pada Tabel 11 di atas, unit yang terjual pada tahap I yaitu 73 unit properti atau bisa dikatakan terjual habis semua unit properti. Pada tahap II unit properti yang terjual yaitu 70 unit atau bisa dikatakan juga terjual semua. Dan pada tahap III baru terjual 84 unit properti dari total unit properti sebanyak 93 unit. Dari tabel di atas, dapat terlihat perbedaan yang cukup mencolok pada rata rata penjualan antara tahap I dan II dengan tahap III dimana tahap III lebih banyak penjualannya sebesar 7 unit perbulannya. Menurut pihak pengembang target awal unit properti yang terjual rata rata perbulannya sebanyak 6 unit properti pada tahap I dan tahap II dan sebanyak 10 unit pada tahap III. Hasil penjualan properti yang terjual dikatakan efektif karena lebih dari 50% sudah tercapai. Kesimpulan Dalam perencanaan site layout pada suatu areal perumahan, unsur pembagian komposisi tapak sangat penting mengingat tuntutan kenyamanan dalam tempat tinggal sudah menjadi kebutuhan masyarakat perkotaan dewasa ini. Hal ini menjadi tantangan bagi developer perumahan yang sedang mengembangkan suatu areal perumahan untuk bersaing mendapatkan customernya, yaitu calon pembeli rumah. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan para calon pembeli ini adalah selain lokasi yang strategis juga konsep perumahan dan site layout perumahan itu sendiri. Berdasarkan analisa penulis, Perumahan X yang menjadi objek penelitian telah membuat suatu perencanaan site layout / tapak dengan komposisi sebagai berikut : 64,4% untuk perumahan, 24,84% untuk jalan dan 10,75% untuk fasilitas umum dan sosial. Dengan komposisi ini, pengembang perumahan telah mampu menjual 90% dari total keseluruhan rumah yang dijual. Hal ini membuktikan bahwa dengan bentuk dan luas lahan yang tersedia, pengembang perumahan tersebut telah membuat komposisi tapak yang cukup efektif.

14 Saran Dalam hal perencanaan site layout, pengembang perumahan sebaiknya memberikan porsi lebih terhadap lahan terbuka dan fasilitas umum dan sosial. Tidak hanya berfokus unutk memaksimalkan lahan yang ada untuk dijual tetapi lebih memperhatikan kebutuhan penghuni akan kenyamanan dalam bertempat tinggal. Selain itu, komposisi jalan juga ikut mempengaruhi efektifitas suatu site layout perumahan. Daftar Referensi Buku : Keever, M.C and Ross, J (ed). (1986). The Community Builders Handbooks, the Urban Land Institute. Washington D.C. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pekerjaan Umum. (2006). SKBI tentang Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Jakarta: Author. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 80 tahun 1999 tentang kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 39 tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Indonesia. Rancangan pedoman perencanaan lingkungan perumahan untuk kota kota di Indonesia tahun 1972 tentang standar lebar jalan. Kamarwan, Sudjadi. (1976). Dasar dasar Feasibility Study Jalan Raya. Jakarta: Pekerjaan Umum. Drucker, P. (1997). The Effective Executive : Eksekutif Efektif. (Agus Teguh Handoyo, Trans.). Jakarta : Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Nazir, Moh. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

15 Ibid, Whitney. (1960). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. De Chiara, Joseph, and Lee. (1975). Urban Planning and Design Criteria. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Richard & Robert. (1983). Perencanaan Tapak Untuk Perumahan. Bandung: Penerbit Intermedia. Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah Jakarta : Bumi Aksara. Untermann, Richard and Small, Robert. (1986). Perencanaan Tapak untuk Perumahan dengan Tapak Berukuran Kecil. Bandung : Penerbit Intermedia. White, E.T. (1985). Analisis Tapak. Bandung: Penerbit Intermatra Jurnal Penelitian : Peiser, Richard B. dan Schwanke, Dean. (1992). Professional Real Estate Development: The ULI Guide to The Business. Washington, D.C.: ULI-The Urban Land Institute. Kwanda, Timoticin. (1998). Dampak Industri Perumahan pada Kualitas Lingkungan Perumahan Sederhana di Indonesia. Jurnal Dimensi, 25, 5-8. Jurnal online : Fauzi,M.(14 Agustus 2007). Efektivitas dan Efisien. Kisdarto. (2002). Efektivitas dan Efisien. 9 September bab2.pdf. Unikom. (2005, agustus 25). Peranan Struktur Pengendalian Intern Penjualan dalam Mendukung Efektifitas Penjualan.

16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tahun 2004 tentang jalan. (n.d.). pp 20no 34 20th 2006 acr pdf. Undang undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004 tentang jalan. (n.d.). pp 20no 38 20th 2006 acr pdf. Wawancara : Lamadupa, Hasan. (2011, November 20). Personal Interview Suhaeni, Lilis. (2011, November 20). Personal Interview Suryono, Sony. (2011, November 20). Personal Interview

STUDI TENTANG PERENCANAAN TAPAK DAN ANALISIS PENGARUH LEBAR JALAN TERHADAP LUAS DAN HARGA JUAL KAPLING PADA BEBERAPA PERUMAHAN DI SURABAYA

STUDI TENTANG PERENCANAAN TAPAK DAN ANALISIS PENGARUH LEBAR JALAN TERHADAP LUAS DAN HARGA JUAL KAPLING PADA BEBERAPA PERUMAHAN DI SURABAYA STUDI TENTANG PERENCANAAN TAPAK DAN ANALISIS PENGARUH LEBAR JALAN TERHADAP (Timoticin K, et al.) STUDI TENTANG PERENCANAAN TAPAK DAN ANALISIS PENGARUH LEBAR JALAN TERHADAP LUAS DAN HARGA JUAL KAPLING PADA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan peneliti lakukan termasuk dalam penelitian kualitatif, sebab pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan deskriptif kualitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Presiden pertama RI Ir. Soekarno pada 1966 menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai badan pelaksana pembangunan proyek ancol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Perancangan Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. Khususnya di DKI Jakarta. Di berbagai wilayah terus tumbuh pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DI WILAYAH SURABAYA TIMUR

ANALISIS BIAYA INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DI WILAYAH SURABAYA TIMUR ANALISIS BIAYA INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DI WILAYAH SURABAYA TIMUR Abdul Adhim* dan Hasan Dani** Prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Teknik Sipil FT-Universitas Negeri Surabaya Koresponden : *e-mail : achmadabduladhim@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan pembenahan sebuah kota sekarang ini tidak hanya berfokus pada daerah pusat kota saja, hal ini disebabkan tanah kosong di pusat perkotaan sudah mulai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pengembang properti berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengembang di bidang

Lebih terperinci

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-98 Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan Devi Santi Maharani dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal ini, salah satu caranya adalah

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR PEMLHAN LOKAS RUMAH TNGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH D SURABAYA TMUR Nadira 1), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) 1) Program Studi Pascasarjana Arsitektur Alur Perencanaan Real Estat, nstitut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2016 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA,

Lebih terperinci

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PERENCANAAN DAN POLA JALAN DALAM PERENCANAAN REALESTAT 1 DI SURABAYA

PENERAPAN KONSEP PERENCANAAN DAN POLA JALAN DALAM PERENCANAAN REALESTAT 1 DI SURABAYA DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No. 2, Desember 2000: 106-113 PENERAPAN KONSEP PERENCANAAN DAN POLA JALAN DALAM PERENCANAAN REALESTAT 1 DI SURABAYA Timoticin Kwanda Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010 dan untuk mendukung fungsi Kota Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

Lebih terperinci

TEGAL TOWN HOUSE DENGAN PENEKANAN DESAIN GREEN ARSITEKTUR Oleh : Diah Ayu Lestari, Djoko Indrosaptono, Resza Riskiyanto

TEGAL TOWN HOUSE DENGAN PENEKANAN DESAIN GREEN ARSITEKTUR Oleh : Diah Ayu Lestari, Djoko Indrosaptono, Resza Riskiyanto TEGAL TOWN HOUSE DENGAN PENEKANAN DESAIN GREEN ARSITEKTUR Oleh : Diah Ayu Lestari, Djoko Indrosaptono, Resza Riskiyanto Kota Tegal meripakan kota yang sangat strategis terletak pada persimpangan jalur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 1 Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 1 Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN Agar dapat memperoleh data yang dapat menunjang validitas penelitian ini, maka diperlukan adanya metode penelitian. Hasan dan Koentjaraningrat mengemukakah bahwa metode adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk tiap tahunnya maka pengembangan real estate semakin meningkat, dikarenakan permintaan akan kebutuhan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian mengenai Pengembangan Fasilitas Taman RA. Kartini sebagai Ruang Rekreasi Publik di Kota Cimahi ini, peneliti melakukan penelitian di kawasan

Lebih terperinci

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota metropolitan kedua setelah Jakarta dan saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah maju di bidang industri, maupun perdagangan.

Lebih terperinci

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2. OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.0 (1) (1) Program Studi Teknik Sipil S2, Program Pascasarjana, Institut

Lebih terperinci

Dijual Rumah 2 Lantai Sakura Regency 3 Bekasi by Toyota Housing

Dijual Rumah 2 Lantai Sakura Regency 3 Bekasi by Toyota Housing Dijual Rumah 2 Lantai Bekasi by Toyota Housing Dijual Rumah Tipe Engawa 2 Perumahan Jatimulya Indah, proyek perumahan baru pertama oleh developer Jepang, Toyota Housing Corporation di Jatimulya Indah,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DESAIN RUKO DI INDONESIA DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KOMUNITAS

PERBANDINGAN DESAIN RUKO DI INDONESIA DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KOMUNITAS PERBANDINGAN DESAIN RUKO DI INDONESIA DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KOMUNITAS Nathalia Yunita Sugiharto Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung,

Lebih terperinci

Cluster Chiara Suvarna Sutera, Rumah Baru Dijual Rp. 1,1 Miliaran

Cluster Chiara Suvarna Sutera, Rumah Baru Dijual Rp. 1,1 Miliaran Cluster Chiara Suvarna Sutera, Rumah Baru Dijual Rp. 1,1 Miliaran Cluster Chiara, perumahan cluster terbaru Alam Sutera 2017 di Suvarna. Rumah cluster Chiara Suvarna dijual perdana mulai daripada Rp. 1.1

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROYEK KAWASAN INDUSTRI

PERENCANAAN PROYEK KAWASAN INDUSTRI PERENCANAAN PROYEK KAWASAN INDUSTRI 1. SUMATERA INTEGRATED INDUSTRIAL ESTATE a. Dasar Pemikiran Penekanan dasar pemikiran diarahkan pada konsep pendukung daerah bahkan negara untuk memajukanperekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

Jl. Tamansari No.1 Bandung

Jl. Tamansari No.1 Bandung Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Arahan Penataan Kawasan Industri Terpadu di Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka Referrals Structuring Integrated Industrial Estate in the District

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian ini, Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka.

BAB III METODE PENELITIAN. Upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian ini, Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. BAB III METODE PENELITIAN Upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian ini, digunakan langkah-langkah sebagai berikut : A. Jenis Penelitian Data kuantitatif adalah data yang berbentuk

Lebih terperinci

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat Ashiddiqy Adha 1 dan Jenny Ernawati 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 salah satu cita-cita perjuangan bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, seiring

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam tujuan penggunaannya akan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam tujuan penggunaannya akan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam tujuan penggunaannya akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah atau kota. Tanah perkotaan

Lebih terperinci

PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya

PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya Anggraeni Dyah S. Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur Jl. Raya

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11412 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11412 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11412 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT DUTA SUMARA ABADI OLEH

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta Tingkat kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar memberi dampak terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode

BAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode BAB III Metode Perancangan Merancang Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun merupakan hal yang sangat diperlukan. Karena di kota Madiun sendiri masih kurang mempunyai sarana atau tempat untuk refreshing.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan masalah dan tujuan perancangan hingga menghasilkan suatu produk (hasil rancangan). Dengan metode perancangan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA, PERSYARATAN TEKNIS, MEKANISME DAN TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA LINGKUNGAN, UTILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA 1 ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA T.Defi Anysa Rasyid dan Christiono Utomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL JURNAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program S 1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan kebutuhan ruang semakin tidak terbatas. Aktivitas masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, maupun yang lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Stasiun Kota Baru Malang, yang dilakukan selama proses perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang memerlukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya JL. Raya Prabumulih Telp. 0711-7083885 Inderalaya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Dengan demikian research berarti mencari kembali 1

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Dengan demikian research berarti mencari kembali 1 30 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian 1. Pengertian dan Jenis Penelitian. a. Pengertian Penelitian Penelitian adalah terjemahan dari kata research, yang berasal dari dua kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak perusahaan-perusahaan menghadapi persaingan semakin ketat dalam menjual produk atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan

BAB I PENGANTAR. Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan kebebasan yang lebih besar setelah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai lahan menjadi fenomena umum yang terjadi hampir

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan infil development stasiun Boojonegoro selama proses perancangan adalah melakukan studi banding objek pada tapak serta melihat hal apa sajakah yang memerlukan

Lebih terperinci

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode survei, yaitu

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode survei, yaitu BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode survei, yaitu pengamatan secara langsung di lapangan tentang fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI

PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI Nida Inayati Mufidatul Khasanah 1), Siti Qomariyah 2), Adi Yusuf Muttaqien 3) 1),2),3) Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

EKSPLORASI PERFORMA EFISIENSI RUANG PROPERTI PADA SUPERBLOK X

EKSPLORASI PERFORMA EFISIENSI RUANG PROPERTI PADA SUPERBLOK X EKSPLORASI PERFORMA EFISIENSI RUANG PROPERTI PADA SUPERBLOK X Qurrotul A yun 1), Purwanita Setijanti 2), dan Christiono Utomo 3) 1) Program Studi Magister Arsitektur Perencanaan Real Estate, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik

Analisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik 1 Analisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik Dwi Andi Mahendra dan Farida Rachmawati ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya

Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-181 Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya T. Defi Anysa Rasyid, Christiono Utomo Jurusan

Lebih terperinci

PROPOSAL PROYEK PERUMAHAN VILLA JATI APUS

PROPOSAL PROYEK PERUMAHAN VILLA JATI APUS PROPOSAL PROYEK PERUMAHAN VILLA JATI APUS Referensi Oleh : Younanda Nomor Kontrak : 82009000 Villa Jati Apus Hunian nyaman, sejuk dan terjangkau Halaman 1/ 14 DAFTAR ISI EXECUTIVE SUMMARY 1....3 2. LATAR

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian ini, Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka.

BAB III METODE PENELITIAN. Upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian ini, Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. BAB III METODE PENELITIAN Upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian ini, digunakan langkah-langkah sebagai berikut : A. Jenis Penelitian Data kuantitatif adalah data yang berbentuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI RIAU Oleh : Dr.Ir.H. DWI AGUS SUMARNO, MM., M.Si Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Sumber Daya Air Provinsi Riau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA z8 SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA 8 PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEPADA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

Super Produk Investasi SUPER PI Paramount Land Gading Serpong

Super Produk Investasi SUPER PI Paramount Land Gading Serpong Super Produk Investasi SUPER PI Paramount Land Super Produk Investasi (SUPER PI) daripada Paramount Land hadir dengan keuntungan super jaminan kenaikan harga hingga 26% dalam 2 tahun. Produk SUPER PI Paramount

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

LOW RISE GARDEN APARTMENT DI BOGOR Dengan Penekanan Desain Arsitektur Modern Organik

LOW RISE GARDEN APARTMENT DI BOGOR Dengan Penekanan Desain Arsitektur Modern Organik LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LOW RISE GARDEN APARTMENT DI BOGOR Dengan Penekanan Desain Arsitektur Modern Organik Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan demikian research berarti mencari kembali 27. menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan demikian research berarti mencari kembali 27. menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis 31 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Pengertian dan Jenis Penelitian. a. Pengertian Penelitian Penelitian adalah terjemahan dari kata research, yang berasal dari dua kata yaitu re yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe ini hanya terbatas pada bahasan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN 2005-2014 (JURNAL) Oleh: INDARYONO 1113034039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti merupakan industri yang sedang mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia pada saat ini. Perkembangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,

Lebih terperinci

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Kota Palembang Wienty Triyuly, Fuji Amalia Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG I.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Dalam kurun lima tahun terakhir pertumbuhan perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman PersetujuanPublikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011. PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011. TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 16 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS KAWASAN PERUMAHAN, PERDAGANGAN DAN

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masterplan Universitas Riau Universitas Riau terletak di 0 o 28 35,37 N 101 o 22 52,39 E. Misi yang diusung Universitas Riau (UNRI) adalah Towards A Research

Lebih terperinci

harto

harto harto 0878-8389-8580 harto.mok[@]gmail.com harto 0878-8389-8580 Summarecon Bandung mempersembahkan Magna, kawasan mandiri dengan akses mudah dan lokasi terdepan dari exit tol Gedebage KM 149 Padaleunyi.

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci