BAB II GAMBARAN UMUM PAJAK BUAH BERASTAGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM PAJAK BUAH BERASTAGI"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM PAJAK BUAH BERASTAGI 2.1. Sejarah Pajak Buah Berastagi Pajak Buah Berastagi mulai berdiri sejak tahun 1970 saat namanya masih menjadi Pajak Tarum Ijuk. Nama itu diambil dari bentuk atap yang ada di pajak tersebut dimana pada saat itu dibuat dari bahan ijuk yang diikat dan dikumpulkan sehingga dapat menjadi atap dan melindungi orang-orang yang ada di bawahnya. Sedangkan peresmian dari tempat ini dilakukan empat belas tahun setelahnya, yaitu pada tanggal 18 Mei 1984 oleh Bupati Karo pada saat itu Drs. Rukun Sembiring. Foto 6. Sumber : Foto Leonard Ginting, 23 Januari Tanda peresmian berdirinya Pajak Buah Berastagi yang diabadikan dalam sebuah batu yang terletak dekat pintu masuk. Kata pajak adalah istilah khas masyarakat Karo untuk menyebutkan pasar. Bangunan yang mempunyai luas lima ribu meter persegi ini selalu ramai dikunjungi wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Sebelum 25

2 menjadi Pajak Buah Berastagi atau saat namanya masih Pajak Tarum Ijuk, pajak ini tidak memiliki tempat yang cukup luas seperti sekarang ini. Menurut keterangan informan yang penulis dapatkan, lokasi Pajak Tarum Ijuk pada saat itu berada di tempat pengisian bahan bakar minyak (SPBU) yang sekarang ini letaknya berada di samping Pajak Buah Berastagi Lahirnya Pajak Buah Berastagi Pajak Buah Berastagi lahir sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata di Kabupaten Karo dan di Sumatera Utara karena memiliki lokasi yang nyaman, sejuk, dan strategis sebagai pilihan bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara untuk melakukan kegiatan liburan di akhir pekan. Selain faktor tersebut hal lain yang juga berpengaruh terhadap lahirnya Pajak Buah Berastagi adalah dikarenakan kondisi wilayah disana yang merupakan dataran tinggi yang subur sehingga memungkinkan banyak tanaman yang bisa tumbuh disana. Hal inilah yang juga membuat mayoritas penduduk yang berada di Karo untuk memilih bermata-pencaharian sebagai petani. Setelah itu para petani kemudian berpikir untuk membuat sebuah tempat yang akan dijadikan sebagai arena bagi para petani disana yang mau menjual hasil tanamannya setelah tanamannya bisa dipanen. Maka dari itu dibuatlah sebuah pasar (pajak) kecil-kecilan yang berbentuk persegi panjang yang saat itu berada persis di depan Tugu Perjuangan, Berastagi. Pajak itu berbentuk persegi panjang dan menghadap ke arah persimpangan jalan menuju kota Medan. Pajak itu diberi nama Pajak Tarum Ijuk. 26

3 2.3. Masyarakat Karo Disini penulis akan menggambarkan tentang nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sebagian besar pedagang yang berada di Pajak Buah Berastagi, dimana berasal dari suku Karo 8. Tidak ada batasan suku maupun etnis yang berlaku di Pajak Buah Berastagi. Ibu Azis br. Ginting sebagai salah seorang informan penulis mengatakan bahwa di Pajak Buah Berastagi juga pernah ada pedagang yang berasal dari etnis Cina atau Tionghoa. Kebetulan pedagang itu adalah tetangga ibu Azis disana (pajak). Pedagang tersebut sudah sepuluh tahun berjualan disana, dimulai tahun 2010 dan omsetnya cukup memuaskan karena menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian sampai aksesoris kecil. Salah satu filosofi yang dianut masyarakat Karo dalam kaitannya dengan urusan berdagang, yaitu ula perajang-ajang kalak. Artinya adalah jangan menyerobot mana yang bukan kepunyaan kita. Hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan berdagang maupun bermasyarakat dimana kita harus bisa menghormati hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pedagang dan pembeli. Lain lagi dengan istilah Karo, ula mengga. Ungkapan ini mengingatkan kita agar jangan merasa iri terhadap benda atau hal kepunyaan orang lain karena itu adalah salah satu sifat buruk yang harus dihindari. Masyarakat Karo mendiami wilayah Kabupaten Karo di kota Kabanjahe. Orang Karo memiliki pedoman sikap perilaku dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut dengan : 8 Masyarakat Karo, (akses 29 September 2015). 27

4 Merga Silima Terdiri atas lima marga besar, yakni Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, dan Perangin-angin. Merga adalah organisasi kekerabatan suku Karo. Merga diperhitungkan dari garis keturunan ayah melalui satu nenek moyang laki-laki. Merga tersebut sangat dijunjung tinggi dan merupakan penentu kekerabatan, keturunan, dan jodoh. Tutur Siwaluh Merupakan delapan tutur yang menjadi pedoman bagi masyarakat Karo untuk berkomunikasi antar sesama dari lima marga besar. Tutur Siwaluh menata bagaimana cara bersikap, bertutur, menyapa, memanggil, dan sopan santun secara keseluruhan. Rakut Sitelu Adalah tiga unsur kekerabatan yang saling berkaitan, yakni Kalimbubu, Senina, dan Anak Beru. Tiga unsur kekerabatan yang menjadi sumber sikap perilaku seseorang dalam kehidupan masyarakat Karo disebut Sangkep Nggeluh. Kalimbubu adalah merga ibu atau merga istri dan saudaranya yang merupakan pihak kerabat pemberi gadis. Senina adalah kelompok kerabat semarga. Anak Beru adalah kelompok kerabat yang menerima gadis. Harapan dan idaman yang ingin diwujudkan masyarakat Karo adalah pencapaian tiga hal pokok, yaitu tuah, sangap, dan mejuah-juah. Tuah berarti menerima berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, memiliki keturunan, banyak kawan, kecerdasan, dan kelestarian sumber daya alam untuk generasi mendatang. Sangap 28

5 berarti mendapat rezeki dan kemakmuran. Sementara mejuah-juah artinya sehat sejahtera, aman, dan damai. Salah satu ciri khas masyarakat Karo adalah sifat kekeluargaan. Hal ini terlihat dalam acara ertutur (pertautan hubungan seseorang dengan orang lain) yang dilanjutkan dengan pertanyaan sudah makan atau belum?. Apabila orang yang ditanyakan belum makan, maka tuan rumah wajib mengajaknya makan, atau jika belum berumah-tangga maka akan dibawa ke rumah orang tua untuk makan bersama. Jenjang keturunan keluarga pun menentukan tinggi rendahnya tutur kata seseorang, yaitu : Tutur Meganjang (tingkat tutur tinggi), orang yang mempunyai panggilan dari ayah ke atas. Tutur Sintengah (tingkat tutur menengah), orang yang mempunyai hubungan panggilan setingkat senina (saudara) atau setimpal. Tutur Meteruh (tingkat tutur paling rendah), orang yang mempunyai panggilan tingkat anak ke bawah. Tradisi orang Karo mengharuskan untuk bertindak atau bersikap sopan, yang disebut mehamat. Sebelum agama Islam dan Kristen datang ke Tanah Karo, mereka menganut kepercayaan Pemena. Pemena mengenal adanya Dewa Dibata, yang terdiri atas; (1) Batara Guru sebagai pencipta alam semesta, (2) Benua Holing sebagai dewa yang berkuasa di muka bumi, dan (3) Paduka ni Aji sebagai dewa yang berkuasa di benua bawah. Kepercayaan Pemena meyakini adanya tiga jenis alam yang memiliki makhluk tersendiri. Mereka juga mempercayai roh nenek moyang dan roh orang mati sada wari (suatu hari). 29

6 Suku Karo pun mengenal istilah serayaan atau gotong-royong. Nilai gotongroyong masyarakat Karo berbunyi ersada ole bagi singerintak. Artinya bersatu aba-aba seperti orang yang menarik tekang. Tekang adalah tiang agung pada bangunan tradisional rumah adat Karo. Tekang ditarik oleh laki-laki dan perempuan, baik tua atau muda. Kampung pada masyarakat Karo biasa disebut kuta. Rumah tradisional masyarakat Karo terdiri atas dua macam, yaitu siwaluh jabu (rumah biasa) dan rumah adat siwaluh jabu (rumah adat). Biasanya penghuni yang menempati rumah siwaluh jabu tidak terikat oleh merga dan peraturan adat. Masyarakat Karo umumnya bekerja sebagai petani dengan menanam padi dan sayur-sayuran. Dikenal ungkapan tradisional bagi aron ku juma, artinya mereka berganti-ganti mengerjakan tanah yang dimiliki anggota aron. Aron ialah kelompok kerja yang merupakan sistem gotong-royong ketika mengelola tanah persawahan Keadaan di Pajak Buah Berastagi Keadaan Pajak Buah Berastagi cukup ramai diminati dan dikunjungi oleh para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pajak ini terletak di lokasi yang strategis karena terletak di empat persimpangan yang dapat dilalui berbagai jenis angkutan umum dari berbagai wilayah di kota dan desa-desa yang berdekatan dengan Berastagi, seperti kota Kabanjahe, desa Merdeka, desa Jumaraja, desa Tongkeh, dan lain-lain. Jarak dari Kabanjahe menuju Berastagi adalah sepuluh kilometer, jarak dari desa Jumaraja ke Berastagi adalah sekitar tiga kilometer, dan jarak dari 30

7 desatongkeh ke Berastagi adalah dua kilometer. Sedangkan satu lagi adalah jalan menuju kota Medan dari persimpangan yang ada disana atau tepatnya di Tugu Perjuangan Berastagi yang dapat ditempuh sejauh enam puluh kilometer Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang mendukung penjualan di Pajak Buah Berastagi adalah : a) Adanya fasilitas tempat untuk berjualan berupa lapak yang berjumlah 270 unit, dimana 180 unit kios berukuran 3 x 3 meter dan losd atau bale-bale berjumlah 90 unit (84 unit ukuran 2 x 2 meter & 6 unit ukuran 2 x 3 meter). b) Adanya sarana penerangan lampu-lampu jalan guna mendukung kegiatan yang ada disana hingga malam hari. Hal ini diperlukan agar pada saat malam hari semua kegiatan yang berlangsung disana mendapat pasokan cahaya yang cukup. c) Adanya petugas kebersihan dari dinas kebersihan setempat yang bertugas setiap hari. Para pedagang disitu juga akan dikenakan biaya kebersihan Rp ,00per minggu. d) Kawasan parkir yang cukup leluasa untuk para pengunjung yang membawa kendaraannya, baik roda dua maupun roda empat. Lokasi parkir ini ditempatkan di pinggir jalan mengelilingi Pajak Buah Berastagi. Untuk pengunjung yang membawa mobil biaya parkir yang dikenakan sebesar 31

8 Rp 4.000,00untuk sekali parkir, sedangkan untuk pengunjung yang membawa sepeda motor dikenakan biaya parkir sebesar Rp 2.000,00 untuk sekali parkir. e) Adanya fasilitas kamar mandi atau toilet umum yang berjumlah empat unit, sangat penting untuk tempat-tempat yang selalu ramai seperti Pajak Buah Berastagi. Foto 7. Sumber : Foto Leonard Ginting, 26 Januari Salah satu sisi di bagian dalam Pajak Buah Berastagi, dimana juga terdapat barang pecah-belah seperti pot bunga yang dijual disana. 32

9 Foto 8. Sumber : Foto Leonard Ginting, 26 Januari Bale-bale adalah lapak yang berada di dalam Pajak Buah Berastagi, tidak memiliki sekat/batas seperti bangunan kios Letak dan Batas-batas Wilayah Lokasi Pajak Buah Berastagi yang cukup strategis,yaitu terletak di tiga persimpangan jalan besar membuatnya sering dikunjungi oleh para pengunjung atau wisatawan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara. Salah satu arah di persimpangan ini adalah jalan raya lintas Sumatera yang dapat menuju ke kota Medan yang berjarak sekitar enam puluh (60 km) kilometer dari sana. Sebelumnya kita akan menemukan lokasi tempat hiburan yaitu Bukit Kubu yang juga sering dikunjungi orang-orang bila menjelang hari libur akhir pekan yang jaraknya hanya enam ratus meter dari Pajak Buah. Sekitar satu setengah kilometer dari Bukit Kubu kita akan menjumpai Taman Hutan Raya yang juga adalah salah satu objek wisata 33

10 daerah Karo. Tahura ini adalah taman hutan yang fungsinya mirip dengan Taman Safari yang ada di kota Bogor yaitu sebagai hutan yang dilindungi oleh pemerintah karena juga dijadikan sebagai tempat penampungan bagi beberapa jenis hewan langka di Sumatera, seperti Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera. Secara teritorial Pajak Buah Berastagi berada di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi. Kelurahan ini mempunyai luas enam kilometer persegi. Dalam hal penatausahaannya, Pajak Buah Berastagi dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah dibawah naungan DinasPasar. Sementara itu batas-batas wilayah Pajak Buah Berastagi, yakni : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Camat, Berastagi; b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Tourist Information Center (Pusat Informasi Turis/Wisatawan), Berastagi; c) Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Gundaling, Berastagi; d) Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Perwira, Berastagi. Selain Bukit Kubu dan Tahura di sekitar Pajak Buah Berastagi juga ada objek wisata lainnya yang masih dalam kawasan wisata di Karo. Tempat itu adalah objek wisata Bukit Gundaling. Tempat ini juga sering dikunjungi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, terutama pada saat hari-hari raya dan akhir pekan. Objek wisata yang satu ini lebih mirip dengan objek wisata Penatapan yang ada di daerah Doulu dan juga mirip dengan lokasi yang 34

11 ada di Puncak, Bogor karena menyuguhkan pemandangan yang luas dan sejuk dari atas ketinggian. Bagi para remaja yang tinggal di sekitar Berastagi dan Kabanjahe, nama Bukit Gundaling sudah tidak asing lagi bagi mereka karena disanalah kebanyakan para remaja ini sering menghabiskan waktunya di malam minggu bersama kekasihnya Kawasan Serupa Selain Pajak Buah Berastagi Selain Pajak Buah Berastagikawasan serupa juga ada di PasarSayur Mayur Roga Berastagi atau masyarakat sekitar sering menyebutnya Pajak Roga Simpang Ujung Aji. Pajak ini lebih berorientasi kepada penjualan sayur dan buah-buahan yang berasal dari hasil panen para petani di Karo. Walaupun begitu tidak seluruh desa yang ada di Kabupaten Karo yang menjual hasil tanamannya kesana.jarak antara Pajak Roga Berastagi dengan Pajak Buah Berastagi adalah duakilometer. Bila kita berada di persimpangan Tugu Perjuangan Berastagi, jalan menuju ke Pajak Roga adalah jalan yang sama bila kita ingin menuju ke arah kota Kabanjahe. 35

12 Tabel 1 : Beberapa Perbedaan di antara Pajak Roga Berastagi dengan Pajak Buah Berastagi Calon Pembeli atau Orang yang Berkunjung Jumlah Barang yang Dijual Sistem Pembelian Bila di Pajak Buah Berastagi calon pembeli atau orang-orang yang berkunjung kesana mayoritas adalah para turis (wisatawan) yang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara. Sedangkan di Pajak Roga Berastagi, calon pembeli atau orang-orang yang berkunjung kesana mayoritas adalah para perkoper dan agen pemasok. Bila di Pajak Roga jumlah barang yang dijual disana dalam bahasa dagang, kita biasa mengelompokkannya kedalam partai menengah. Sedangkan di Pajak Buah Berastagi jumlah barangbarang yang dipasok kesana adalah di bawah 300 kg. Jika di Pajak Roga Berastagi sistem pembelian yang diterapkan disana adalah dengan hitungan borongan atau per keranjang, dimana dalam satu keranjang biasanya mempunyai berat 65 kilogram. Sedangkan di Pajak Buah Berastagi sistem pembelian yang diterapkan disana adalah dengan hitungan eceran atau per kilogram. Sumber : Hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa informan di Pajak Buah dan Pajak Roga Berastagi. Foto 9. Sumber : Foto Dinas Pasar Berastagi, 28 Januari Peta wilayah Pajak Buah Berastagi. 36

13 Foto 10. Sumber : Foto Leonard Ginting, 13 Februari Jalan pintu masuk utama menuju Pajak Roga Berastagi. Foto 11. Sumber : Foto Leonard Ginting, 16 November Ibu Aldi br Sembiring (kanan) yang sedang melayani calon pembeli. Sistem pembelian yang biasa diterapkan Pajak Buah Berastagi adalah dengan eceran atau satuan per kilogram. 37

14 Foto 12. Sumber : Foto Leonard Ginting, 20 Desember Ibu Jesica br Pinem yang sedang merapikan barang-barang dagangannya di Pajak Roga Berastagi Pajak Roga Berastagi Disini penulis akan memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai Pasar Sayur Mayur Roga Berastagi atau Pajak Roga Berastagi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Pajak Roga Berastagi adalah salah satu kawasan serupa dengan Pajak Buah Berastagi. Disana penulis bertemu dengan salah satupedagang yang membuka kedai nasi bernama Bp. Hormat Surbakti. Beliau adalah salah satu informan kunci yang memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai sejarah Pajak Roga Berastagi ini. Berikut adalah kutipan wawancaranya 9. Ya, saya lahir dan besar sampai sekarang di Berastagi ini. Saya juga sudah lama berjualan nasi di Pajak ini, jadi saya mengenal dengan baik sejarah lahirnya Pajak Roga Berastagi ini. 9 Hasil wawancara dengan Bp. Hormat Surbakti, 25 Maret

15 Jadi Bp. Hormat mengatakan bahwa Pajak Roga Berastagi ini baru saja dipindahkan lokasinya pada tahun Sebelum berada di daerah Simpang Ujung Aji ini, Pajak ini dulunya berada di Jalan Pembangunan Berastagi dan namanya masih Pajak Sayur Berastagi. Pajak Sayur Berastagi ini mulai berdiri pada tahun Itu artinya Pajak itu sudah berdiri selama tiga puluh empat tahun disana. Alasan mengapa Pajak Sayur sudah berpindah lokasi adalah karena status lahan yang dijadikan Pajak tersebut adalah lahan sewaan. Jadi selama ini pihak pemerintah daerah setempat menyewa kepada tuan tanah yang menjadi pemilik lahan di Pajak Sayur itu. Tetapi pada tahun 2013 yang lalu saat kontrak sewanya sudah habis, sang pemilik tanah tidak mau lagi memberikan kontrak sewa kepada Pemda. Alasan yang penulis dengar adalah karena lahan seluas 1,5 hektar yang dulu disewakan kepada Pemda untuk dijadikan Pajak tersebut ternyata adalah tanah peninggalan orang tua yang telah meninggal. Jadi tanah itu sekarang dibagi rata kepada anakanaknya. Hal ini memang sering dilakukan dengan tujuan untuk menghindari konflik di kemudian hari. Sedangkan mengenai lahan yang saat ini menjadi Pajak Roga Berastagi kebetulan ceritanya memiliki persamaan yang cukup banyak. Jadi setelah kontrak Pemda di Pajak Sayur itu sudah habis maka Pemda segera mencari tempat untuk dijadikan lokasi yang sama, yaitu Pajak. Akhirnya ditemukanlah lahan kosong di daerah Simpang Ujung Aji. Lahan ini juga adalah tanah kosong yang dimiliki oleh sebuah keluarga bermarga Purba. Melihat lahan seluas dua hektar ini diyakini memiliki posisi yang baik dan 39

16 strategis untuk kegiatan pasar, maka Pemda setempat melalui dinas pasar ingin membeli tanah ini kepada keluarga Purba. Namun sayang, mereka hanya ingin lahannya disewakan saja. Hal ini juga penulis dengar karena posisi lahan ini yang merupakan tanah peninggalan orang tua jadi mereka masih enggan untuk menjualnya. Mereka ingin menjualnya hanya pada saat tanah itu sudah dibagi rata. Untuk pertanyaan terakhir penulis pun bertanya kepada Bp. Hormat, berapa jangka waktu yang telah disepakati Pemda kepada keluarga Purba ini? Lalu beliau pun menjawab, ya, setahu saya Pajak Roga ini dikontrakkan oleh keluarga Purba kepada pihak Pemda selama dua puluh lima (25) tahun. Sedangkan untuk biaya pengutipan-pengutipan yang ada di Pajak Roga penulis juga berhasil mendapatkan informasi dari Bp. Hormat Surbakti ini. 40

17 Tabel 2 : Biaya-biaya Pengutipan yang ada di Pajak Roga No. Jenis Pengutipan Biaya Pengutipan Oknum / Aktor-aktor yang Mengutip 1. Cukai. Rp 2.000,00 / hari. Dinas pasar (perpas). 2. Kios (ukuran 3m x 3 m). Rp ,00 / tahun. Dinas pasar (perpas). Ada juga pengutipan tambahan Rp 3.000,00 / hari oleh pihak tuan tanah. 3. Lapak. Rp ,00 / tahun. Dinas pasar (perpas). Ada juga pengutipan tambahan Rp 3.000,00 / hari oleh pihak tuan tanah. 4. Jaga Malam. Rp 2.000,00 / hari. Pemuda setempat. 5. Kebersihan. Rp ,00 / hari. Dinas kebersihan. 6. Listrik. Rp ,00 / hari. Tuan tanah. 7. Parkiran. Rp untuk mobil kecil, dan Rp 5.000,00 untuk mobil besar. Dinas perhubungan. 8. Jaga malam barang. Rp 5.000,00 / keranjang / malam. Pemuda setempat. Sumber : Hasil wawancara dengan Bp. Hormat Surbakti, 25 Maret Foto 13. Sumber : Foto Leonard Ginting, 13 Februari Salah satu bentuk aktivitas yang terlihat di Pajak Roga Berastagi, dimana Perkoper, Petani, Tukang Sorong, dan Tukang Timbang saling berinteraksi dan bernegosiasi. 41

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sebagai tempat pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sebagai tempat pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar pada hakikatnya ialah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat agar dapat memenuhi berbagai keinginan yang dibutuhkan bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita negara Bineka tunggal ika, yang terdiri dari beberapa suku Bangsa dengan berbagai adat istiadat, bahasa dan kebudayaanya.namun kesemuanya adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BERBAGAI ATURAN DALAM TRANSAKSI DI PAJAK BUAH BERASTAGI SKRIPSI

BERBAGAI ATURAN DALAM TRANSAKSI DI PAJAK BUAH BERASTAGI SKRIPSI BERBAGAI ATURAN DALAM TRANSAKSI DI PAJAK BUAH BERASTAGI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi OLEH : LEONARD GINTING 100905074 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, menyatakan, dan mengungkapkan isi pikirannya. Dalam pengertian

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 57/PDT/2015/PT-MDN.

P U T U S A N NOMOR : 57/PDT/2015/PT-MDN. P U T U S A N NOMOR : 57/PDT/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara Perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB III SISTEM PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO BAB III SISTEM PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO Latar Belakang Objek Luas dan Batas Wilayah Desa Rumah Berastagi adalah salah satu desa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera bagian selatan sekaligus

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA 2.1. Sejarah Desa Raya Nama Desa Raya pada mulanya berawal dari sebuah marga karo yang bernama Togan Raya. Togan Raya merupakan manusia pertama suku karo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing baik dalam seni budaya maupun tradisi. Warisan ini sampai sekarang masih

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH 2.1 Sejarah Kelurahan Nelayan Indah Adapun faktor geografis dalam penulisan sejarah adalah merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan. Sebab dengan melihat

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA BAB II SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA 2.1 Lokasi dan Letak Geografis Cinta Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan penduduk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Simpang Baru

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Simpang Baru BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Simpang Baru Kelurahan Simpang Baru adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paket-paket wisata laris di pasaran. Berbagai jenis produk wisata pun ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. paket-paket wisata laris di pasaran. Berbagai jenis produk wisata pun ditawarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata saat ini tidak terlepas dari kehidupan manusia, bahkan sudah menjadi kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi. Permintaan akan wisata menyebabkan paket-paket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Indonesia terdiri dari beragam etnis, seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Batak. Setiap etnis ini memiliki budaya dan sistem kekerabatan

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO A. Lingkungan Keluarga BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO Dokter Soedarso adalah seorang Pejuang kemerdekaan di Kalimantan Barat pada masa penjajahan Kolonial Belanda. Dokter Soedarso sebenarnya bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Berastagi merupakan kota yang terletak di Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terkenal dengan nama Tanah Karo Simalem yang berarti tanah yang tidak sakit (tanah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bukittinggi merupakan kota wisata yang selalu ramai dikunjungi, para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bukittinggi merupakan kota wisata yang selalu ramai dikunjungi, para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bukittinggi merupakan kota wisata yang selalu ramai dikunjungi, para pengunjung datang dari berbagai macam etnis dan memiliki berbagai macam jenis mata pencarian.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo 9 Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo Marta Ulina Perangin angin 1) J ika kita melihat judul yang tertera di atas, maka akan terlintas di dalam benak

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 0673/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 0673/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 0673/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam tingkat pertama telah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Desa Lebung Gajah Desa Lebung Gajah adalah merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah hukum Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di dalamnya tumbuh sayur-mayur, kolam ikan, tanaman buah-buahan dan obatobatan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN 2.1. Letak dan Lokasi Desa Bangun merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jarak Desa Bangun ke Ibukota kecamatan sekitar 7 km,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Malinau adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Ibu Kota dari Kabupaten ini adalah Malinau Kota. Berikut

Lebih terperinci

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI Pada bab ini, peneliti menjelaskan pola komunikasi pada hubungan pernikahan dengan pria

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 41 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Sukarame Istilah Sukarame diperkenalkan sejak Zaman Penjajahan Belanda, karena pada zaman dahulu secara rutin setiap hari minggu para

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa 11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis dan Demografis Desa Marsonja 1. Geografis Desa Marsonja Desa Marsonja merupakan salah satu desa dari sekian banyak Desa yang ada di Kecamatan Sungai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. sendiri yakni Kabanjahe adalah 10 km, dengan ibukota provinsi yakni Medan adalah

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. sendiri yakni Kabanjahe adalah 10 km, dengan ibukota provinsi yakni Medan adalah BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Letak Geografis Berastagi merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kecamatan ini dengan pusat pemerintahan kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. Masyarakat Karo sebagai salah satu ragam suku bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh jawatan transmigrasi dan diberi nama BANDAR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh jawatan transmigrasi dan diberi nama BANDAR 40 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Bandar Jaya Barat Kelurahan Bandar Jaya Barat pada awalnya merupakan daerah transmigrasi yang pertama kali dibuka pada tanggal 8 Mei

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia.

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D r H f D f

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D r H f D f 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Harga Jual Jeruk Medan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Asumsi dasar teori harga dalam tata niaga produk pertanian adalah bahwa produsen bertemu langsung dengan konsumen akhir, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem politik yang menganut paham demokrasi, rakyat dipandang sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui pemilihan umum

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri dari berbagai suku, tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo. 242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gunung Sinabung kembali erupsi sejak September 2013 hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. gunung Sinabung kembali erupsi sejak September 2013 hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana alam merupakan sesuatu yang tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dikontrol, merupakan peristiwa yang sering terjadi dan tidak diragukan lagi akan terjadi (Nickerson,

Lebih terperinci