PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT"

Transkripsi

1 PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur) JOHN SANDI LEMBONG DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur) Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor JOHN SANDI LEMBONG E DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 RINGKASAN JOHN SANDI LEMBONG. Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur). Dibimbing oleh Prof. Dr. Hariadi Kartodihardjo, MS. Kegiatan pengusahaan hutan membutuhkan partisipasi masyarakat baik pria maupun wanita, tetapi sering dianggap bahwa perempuan hanya pantas sebagai ibu rumah tangga. Melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) maka peluang perempuan untuk mendapatkan kesetaraan gender semakin terbuka. Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis, kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM di Desa Bareng melalui analisis terhadap tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan PHBM, kontribusi pendapatan rumah tangga dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Sasaran dalam penelitian ini yaitu rumah tangga Kelompok Tani Hutan (KTH) peserta program PHBM di Desa Bareng. Variabel penelitian yang dikaji adalah penilaian perempuan tentang PHBM, tingkat kehadiran perempuan dalam PHBM, curahan waktu kerja, kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Hasil penelitian menunjukan mayoritas perempuan telah memiliki penilaian yang tinggi terhadap PHBM dan pelaksanaan PHBM dengan persentase masing-masing 93,33% dan 63,33%. Tingkat kehadiran mayoritas perempuan dalam seluruh kegiatan PHBM tergolong sedang (46,67%). Perempuan memiliki rata-rata curahan waktu kerja 20,50 HOK/bulan dalam PHBM dan rata-rata kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga keluarga sebesar Rp ,00 per tahun (9,68%) Dalam pengambilan keputusan di bidang PHBM 93.34% dari responden berada pada kelas nilai rendah. Mayoritas pengambilan keputusan masih dilakukan oleh laki-laki. Hasil uji Rank-Spearman menunjukkan bahwa penilaian perempuan terlah terbukti berkorelasi signifikan dengan curahan waktu kerja perempuan di PHBM. Kata Kunci: Peran perempuan, Penilaian perempuan, PHBM

4 SUMMARY JOHN SANDI LEMBONG. The Role of Women in Collaborative Forest Management (Case Study in Bareng Village, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro, Perum Perhutani Unit II East Java). Under supervision of Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, Ms. Forest management needs participation of the community both of the men and women groups, however there is frequent opinion which regard women to serve normally only as housewives. Through program Collaborative Forest Management (PHBM) then women opportunity to obtain gender equality, more open. Gender equality is a condition where portions and cycle social both of women and men equivalent, matching, balanced and harmonious, this condition can be realized when there is fair treatment between women and men. The objectives of this research were to learn the women s perception on forest management and implementation PHBM on Bareng village through analysis on women s attendance in PHBM activity, working time allocation of women in PHBM activity, contribution of household income and decision-making in the household. Target of this research was households of Forest Farmer Group (KTH) who participate at PHBM in Bareng Village.Variables studied in this research were women s perception on PHBM, women attendance in PHBM, working time allocation, contribution of household income, and decision-making in the household. Research results showed the majority of women s have a good perception on PHBM and PHBM activity with the percentage of each 93.33% and 63.33%. The Majority of women have moderated rate attendece in the whole PHBM activity (46,67%). Avarage working time allocation of women in PHBM activity was about 20,5 man-days per month and average contribution of women to household income was per year (9,68%). In decision making in the field of PHBM, 93.34% of the respondents are in a class of low value. The majority of decisions are made by men. Results of Rank Spearman test showed that women perception had been proven to be correlated significantly with avarage working time allocation of women in PHBM. Key words: women s role, women s perception, PHBM

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) adalah benar-benar karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 John sandi Lembong NRP E

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama Mahasiswa NIM : Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) : John Sandi Lembong : E Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan Falkutas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 21 Mei 1989 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Yunnus Sanne dan Iin Kustiani. Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Kebon Baru 04 Petang tahun , SMP Negeri 73 Tebet tahun dan SMA Negri 81 Jakarta tahun Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai Mahasiswa Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melelui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di dalam Himpunan profesi Manajemen Hutan (FMSC) sebagai anggota divisi Pengelolaan Sumber Daya Masyarakat (PSDM) tahun 2008 dan Ketua divisi PSDM pada tahun berikutnya, Pada tahun 2009, mengikuti Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Sancang-Kamojang. Tahun 2010 megikuti Praktek Pengolahan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), dan Praktek Kerja Lapang di KPH Bojonegoro Unit I, Jawa Timur. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Kawasan KPH Bojonegoro Unit I, Jawa Timur) di bawah Bimbingan Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS.

8 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Berbagai bantuan dan dukungan yang telah penulis dapatkan dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Ayah, Ibu, dan Kakak tercinta, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan motivasi, doa, dukungan materil, dan kasih sayang. 2. Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan, saran dan arahan yang telah diberikan. 3. Bapak Poedjianto selaku staff PHBM KPH Bojonegoro atas bimbingannya. 4. Seluruh responden yang bersedia memberikan informasi dan data penelitian. 5. Anggi Hapsari untuk setiap dukungan, motivasi, bantuan, doa, serta kasih sayang yang diberikan dalam penyelesaian setiap prosesnya. 6. Sahabat selama dalam Praktek Kerja Lapang dan penelitian, Rian Slamet, Rama Aditya, Luthfia Zahra Zein dan Fathia Amalia. 7. Sahabat dan senior di kosan IC 33B. 8. Sahabat seperjuangan Aditya Pradhana, Andri Rizky, Erry Maulana, Renato, Rizky Habibi, Bayu Pranayudha, Djayus djauhari untuk dukungannya. 9. Keluarga Besar Fahutan IPB khusunya Manajemen Hutan 44 atas segala dukungannya dan untuk kenangan indah selama masa perkuliahan. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Mei 2012 Penulis

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian kegiatan perkuliahan sampai terselesaikannya karya ilmiah dengan judul Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur). Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasihat dan arahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini, sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Penulis berharapsemoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2012 Penulis i

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Peran Perempuan dalam Peningkatan Pendapatan Keluarga dan Pengambilan Keputusan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Penilaian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Sasaran Penelitian Jenis Data Data Primer Data Sekunder Metode Pengumpulan Data Metode Pengambilan Contoh Responden Pengukuran Variabel Penilaian Perempuan tentang PHBM Peran Perempuan dalam PHBM Metode Pengolahan dan Analisis Data KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Luas Iklim LMDH Jati Agung III Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Penilaian Perempuan tentang Pola PHBM Penilaian Perempuan tentang PHBM Penilaian Perempuan tentang Peran Perempuan dalam Pelaksanaan PHBM Peran Perempuan dalam PHBM Tingkat Kehadiran Perempuan dalam PHBM Curahan Waktu Kerja Responden Kontribusi Pendapatan Perempuan dalam Rumah Tangga Pengambilan Keputusan Korelasi antara Penilaian Perempuan dengan Peran Perempuan ii

11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

12 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Kuisioner penilaian perempuan tentang PHBM Kuisioner penilaian perempuan tentang peran perempuan dalam pelaksanaan PHBM Krieria pemberian skor pada penilaian perempuan Kriteria pemberian skor pada tahap perencanaan Kriteria pemberian skor tingkat kehadiran perempuan dalam perencanaan PHBM Kriteria pemberian skor dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan Kriteria pemberian skor dalam kegiatan pertemuan KTH Kriteria pemberian skor dalam kegiatan persiapan lahan Kriteria pemberian skor dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman Kriteria pemberian skor dalam kegiatan pemanenan dan pengamanan Kriteria pemberian skor tingkat kehadiran pada tahap pelaksanaan PHBM Kriteria pemberian skor tingkat kehadiran pada seluruh kegiatan PHBM Kriteria persentase perubahan pendapatan petani PHBM Pembagian Wilayah Kerja KPH Bojonegoro Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur Distribusi responden berdasarkan mata pemcaharian Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang pengelolaan hutan Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang pelaksanaan PHBM Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam kegiatan perencanaan Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam PHBM Rata-rata curahan waktu kerja responden dalam kegiatan PHBM Rata-rata curahan waktu Kerja responden dalam kegiatan non PHBM Rata-rata pendapatan dan perubahan pendapatan perempuan Distribusi perempuan berdasarkan persentase perubahan pendapatan Persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan PHBM Distribusi responden berdasarkan pengambilan keputusan dalam PHBM iv

13 31. Persentase pengambilan keputusan responden dalam kegiatan domestik Hasil pengujian korelasi Rank Spearman peran perempuan dalam PHBM v

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Tingkat penilaian perempuan tentang pola PHBM Tingkat kehadiran perempuan dalam PHBM Curahan Waktu Kerja Perempuan dalam kegiatan PHBM Curahan Waktu Kerja Perempuan dalam kegiatan Non PHBM Curahan Waktu Kerja Perempuan dalam kegiatan Domestik (jam/hari) Persentase Pendapatan PHBM dan Non PHBM (Rp/tahun) Tingkat Kontribusi Perempuan dalam pendapatan rumah tangga/tahun Tingkat Pengambilan Keputusan oleh Perempuan dalam Kegiatan PHBM Pengambilan keputusan responden dalam kegiatan PHBM Pengambilan keputusan responden dalam kegiatan Domestik vi

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pengelolaan hutan di Indonesia sendiri dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat lokal sekitar hutan. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan tidaklah sekedar untuk menunjukan adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan semata, akan tetapi lebih ditekankan pada kepentingan mendesak, mengingat masyarakat desa sekitar hutan merupakan orang yang paling dekat dengan sumberdaya alam (SDA). Kegiatan pengusahaan hutan membutuhkan partisipasi masyarakat pria dan wanita. Walaupun banyak bukti menunjukan bahwa wanita mampu bekerja mencari nafkah di bidang pertanian, kehutanan, peternakan, dan lainnya, namun peran wanita seringkali diabaikan dan tidak dilihat dalam proyek-proyek pembangunan (Suharjito 1996). Pemerintah dan pakar pada umumnya mengabaikan kepentingan perempuan dalam rumah tangga pertanian. Pemerintah senantiasa beralasan bahwa kebijakan pembangunan netral gender, namun kebijakan ini berdampak negatif yaitu menimbulkan ketidakadilan gender yang menghambat terwujudnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan kesejahteraan keluarga pertanian di Indonesia (Mugniesyah & Fadhilah 2001). Mugniesyah (1995) melaporkan bahwa program yang telah dilaksanakan pemerintah tidak menyentuh rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan dan anggota rumah tangga perempuan lainnya. Sebagaimana halnya studi gender dalam pertanian, ditemukan bahwa sekalipun kontribusi perempuan terhadap usaha tani cukup nyata bahkan dijumpai lebih besar dibanding pria, namun mereka belum mempunyai akses dan kontrol terhadap informasi dan teknologi. Hal ini terjadi karena wanita tidak menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan penyuluhan sistem latihan dan kunjungan, sementara pria sebagai anggota kelompok tani tidak semuanya berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan istri-istri mereka. Selain itu, intervensi dari berbagai instansi, rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan serta pengaruh adat budaya masyarakat menjadi 1

16 faktor penting lain yang menjadikan kurangnya melibatkan perempuan dalam program pembangunan. Molnar dan Schreiber (1989) diacu dalam Suharjito (1994) memberikan beberapa catatan bagaimana proyek kehutanan dapat memaksimumkan penghasilan suatu investasi dengan melibatkan wanita. Pertama, jika preferensi produk dan jenis bagi wanita turut dipertimbangkan, mereka akan lebih bersemangat untuk bekerjasama dalam mencapai sasaran-sasaran proyek secara keseluruhan. Kedua, jika kegiatan-kegiatan direncanakan seputar jadwal wanita mereka akan lebih mempunyai waktu untuk dicurahkan pada kegiatan tersebut. Ketiga, rumah tangga yang dikepalai wanita (atau rumah tangga tanpa pria dewasa) mungkin merupakan persentase terbesar di wilayah proyek. Jika mereka dapat berpartisipasi penghasilan proyek akan meningkat. Keempat, wanita dapat membangkitkan pendapatan rumah tangga secara signifikan jika bahan baku untuk industri rumah tangga tersedia. Menurut Hadjar (1992) diacu dalam Ridwan (1997), keterlibatan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah yang menghasilkan pendapatan rumah tangga berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan di dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pengambilan keputusan jumlah anak. Wiryono (1994) diacu dalam Ridwan (1997) menyatakan bahwa besarnya kontribusi pendapatan yang diterima perempuan terhadap ekonomi rumah tangga berpengaruh pula pada pola pengambilan keputusan suami istri dalam berbagai kegiatan rumah tangga. Dengan berubahnya pola pengelolaan hutan dari Timber Based Management menjadi Community Based Forestry, menjadikan peran perempuan semakin penting. Kedekatan perempuan dengan sektor pangan dan sumberdaya lahan menjadikan posisi perempuan semakin kuat dalam kegiatan pengelolaan hutan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Dalam peningkatan kesejahteraan khususnya masyarakat desa hutan. program pelibatan masyarakat sangat penting untuk dilaksanakan, karenanya Perhutani membentuk program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Selain usaha peningkatan pengelolaan kehutanan, PHBM juga bermanfaat dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. 2

17 1.2. Rumusan Masalah Era global dan pasar kini menuntut perempuan memasuki bursa kerja. Ironisnya, perempuan di bayar lebih rendah dari pekerja laki-laki. Namun demikian, jumlah perempuan yang bekerja di sektor publik makin meningkat. Berbagai perusahaan membuka diri menerima pekerja perempuan profesional agar terlibat memajukan bisnis. Perempuan berbondong-bondong mengajukan lamaran dan memadati setiap bursa kerja. Perempuan berlomba meraih peluang membangun kesejahteraan dan meningkatkan kinerja. Kesejahteraan menjadi wacana aktual di berbagai seminar-seminar karier dan usaha Tantangan perempuan memilih pekerjaan yang sesuai bagi diri mereka sangat terbuka lebar (Naqiyah 2006). Pembangunan kehutanan yang di gagas oleh pemerintah selama ini dinilai tidak benar-benar mampu memberikan akses dan kontrol kepada masyarakat terhadap sumberdaya hutan secara berkelanjutan. Hal tersebut di karenakan dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan, pemerintah hanya menitikberatkan terhadap keuntungan ekonomi daripada kesejahteraan masyarakat. Penelitian terhadap berbagai program pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat, termasuk program yang digagas oleh Perhutani, selama ini menunjukan bahwa aspek gender kurang mendapat perhatian, kendati perempuan terlibat dalam kegiatan fisik pengelolaan lahan hutan, namun perempuan kurang atau tidak memperoleh kesempatan yang setara dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Keterlibatan perempuan bahkan tidak diakui secara resmi dalam program, perempuan tidak diikutsertakan secara formal dalam keanggotaan program (Kartasubrata et al. 1995). Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Program PHBM merupakan program yang diadakan oleh Perhutani sebagai program yang dapat memecahkan ketidakseimbangan gender ini, sehingga perlu diperhatikan sejauhmana PHBM dapat menjawab masalah-masalah gender dalam pelaksanaan di lapagan. Pengkajian peran wanita ini melibatkan keluarga petani sebagai unit terkecil masyarakat desa hutan atau lebih tepatnya yaitu rumah tangga petani. Alasan mengapa yang dilibatkan adalah rumah tangga petani karena rumah tangga 3

18 petani bersifat heterogen yang secara khusus dapat dilihat pada karakteristik pribadi dan rumah tangga. Penelitian ini melibatkan Perhutani dan masyarakat desa hutan serta pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program PHBM ini. Apabila kita mendalami kehidupan masyarakat desa hutan maka dapat kita lihat berbagai peranan mereka dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Perananperanan tersebut seperti peranan kegiatan reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan. Dengan adanya peranan tersebut maka dapat menunjukan sejauhmana peranan wanita dalam melakukan kegiatan di rumah tangga, masyarakat maupun dalam kegiatan PHBM. Penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM akan mempengaruhi tingkat kehadiran perempuan sendiri dalam PHBM, curahan waktu kerja, pengambilan keputusan serta kontribusi wanita dalam pendapatan rumah tangga. Oleh sebab itu perlu diketahui, Bagaimana penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM oleh perempuan sendiri?, Bagaimana tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan PHBM?, Bagaimana pembagian kerja dan curahan waktu perempuan dalam kegiatan PHBM?, Seberapa besar kontribusi perempuan dalam proses pengambilan keputusan pada PHBM? dan Seberapa besar kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dalam kegiatan PHBM?. Kalimat-kalimat pertanyaan tersebut mewakili variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini yakni penilaian perempuan tentang PHBM dan pelaksanaan PHBM, tingkat kehadiran perempuan dan curahan waktu kerja, pembagian kerja, pendapatan rumah tangga dan kegiatan pengambilan keputusan Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perempuan dan program PHBM yang dapat dilihat melalui: a. Penilaian perempuan terhadap PHBM dan pelaksanaan PHBM. b. Peran mereka melalui analisis terhadap: 1) Tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan PHBM 2) Pembagian kerja dan curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan PHBM 3) Kontribusi pendapatan perempuan dalam PHBM terhadap pendapatan rumah tangga 4

19 4) Pengambilan keputusan dalam rumah tangga pada program PHBM Manfaat Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi gambaran sejauh mana peran perempuan dalam pembangunan kehutanan dan manfaat atas keikutsertaanya. 5

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan menjadi sumber penghasilan, pekerjaan, pemenuhan kebutuhan dasar keluarga serta menjadi bagian penting dari perlindungan dan kekayaan alam (Rojas 1989). Selanjutnya Awang (2004) mengatakan bahwa kasus Indonesia umumnya dan pulau Jawa khususnya antara hutan dan masyarakat sekitar hutan merupakan 2 hal yang saling terkait. Masyarakat sekitar hutan sangat tergantung kepada produksi dan jasa hasil hutan dari hari ke hari, bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi telah membawa konsekuensi pada eksploitasi sumberdaya hutan demi kebutuhan pembangunan LSM, sehingga kemudian muncul program baru di lingkup Perhutani di Jawa yang disebut sebagai Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Keluarga dan rumah tangga merupakan satuan masyarakat terkecil dimana segala macam hubungan antara laki-laki dan perempuan dapat tercermin. Mulai dari pembedaan peran, pembagian kerja, penguasaan dam akses atas sumbersumber fisik, maupun ideologis, hak dan posisi (Simateuw 2001). Dengan berubahnya pola pengelolaan hutan dari Timber Based Management menjadi Community Based Forestry, menjadikan peran perempuan semakin penting. Kedekatan perempuan dengan sektor pangan dan sumberdaya lahan menjadikan posisi perempuan semakin kuat dalam kegiatan pengelolaan hutan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Molnar dan Schreiber (1989) diacu dalam Suharjito (1994) memberikan beberapa catatan bagaimana proyek kehutanan dapat memaksimumkan penghasilan suatu investasi dengan melibatkan wanita. Pertama, jika preferensi produk dan jenis bagi wanita turut dipertimbangkan, mereka akan lebih bersemangat untuk bekerjasama dalam mencapai sasaran-sasaran proyek secara keseluruhan. Kedua, jika kegiatankegiatan direncanakan seputar jadwal wanita mereka akan lebih mempunyai waktu untuk dicurahkan pada kegiatan tersebut. Ketiga, rumah tangga yang 6

21 dikepalai wanita (atau rumah tangga tanpa pria dewasa) mungkin merupakan persentase terbesar di wilayah proyek. Jika mereka dapat bertingkat kehadiran penghasilan proyek akan meningkat. Keempat, wanita dapat membangkitkan pendapatan rumah tangga secara signifikan jika bahan baku untuk industri rumah tangga tersedia Peran Perempuan dalam Peningkatan Pendapatan Keluarga dan Pengambilan Keputusan Tiap anggota rumah tangga (usia kerja) dianggap mau mencurahkan waktunya dalam rangka memaksimumkan kepuasanya. Untuk itu dia dihadapkan pada dua pilihan, apakah bekerja (mencari nafkah) atau tidak bekerja. Apabila bekerja berarti dia akan memberikan nilai guna pendapatan yang lebih tinggi dan akan lebih mencurahkan waktunya bagi pencapaian kebutuhan konsumsi. Sebaliknya jika tidak bekerja yang dipilih maka waktu santai (leisure) akan lebih banyak mempunyai nilai guna daripada pendapatan (Mangkuprawira 1984) Salah satu unit dalam masyarakat adalah rumah tangga, dimana di dalamnya tercakup individu-individu yang melakukan dan membutuhkan berbagai proses dalam pemenuhan berbagai kebutuhannya. Perolehan penghasilan (uang) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga akan pangan, sandang, papan dan sebagainya merupakan proses yang biasanya dilakukan oleh suami. Mubyarto (1998) menyatakan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak. Pada umumnya peranan perempuan adalah menambah penghasilan keluarga. Karena itu penghasilan perempuan bisa mengentaskan keluarga dari kemiskinan. Kegiatan perempuan (istri) di bidang kerja nafkah dapat memberikan sumbangan pendapatan rumah tangga dan berpengaruh terhadap ekonomi rumah tangganya. Keadaan ini dapat dilihat dengan menelaah hubungan antara curahan tenaga kerja laki-laki/perempuan dalam rumah tangga dan mencari nafkah dengan pendapatan yang diperolehnya, namun banyak sedikitnya curahan jam kerja dalam melakukan kerja nafkah tidak menggambarkan banyak sedikitnya pendapatan kerja yang diperlukannya. Menurut Hadjar (1992) diacu dalam Ridwan (1997), keterlibatan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah yang menghasilkan pendapatan 7

22 rumah tangga berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan di dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pengambilan keputusan jumlah anak. Wiryono (1994) diacu dalam Ridwan (1997) menyatakan bahwa besarnya kontribusi pendapatan yang diterima perempuan terhadap ekonomi rumah tangga berpengaruh pula pada pola pengambilan keputusan suami istri dalam berbagai kegiatan rumah tangga. Sajogyo (1985) mengemukakan bahwa untuk setiap jenis keputusan rumah tangga dikelompokan dalam lima tingkatan yang berkisar dari dominasi oleh istri (keputusan dibuat seorang diri oleh istri) sampai kepada dominasi oleh suami (keputusan dibuat oleh suami deorang diri) seperti berikut ini: a. Keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan suami b. Keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh lebih besar daripada istri c. Keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami-istri (dengan tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh yang relatif besar) d. Keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh suami lebih besar e. Keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan sang istri Pembagian peran yang berjalan dalam suatu masyarakat tertentu seringkali meletakkan perempuan pada posisi yang kurang menguntungkan, misalnya dibatasi akses dan kontrolnya terhadap pengambilan keputusan bahkan keputusan yang menyangkut dirinya dan kehidupannya. Dalam banyak hal, perempuan diharuskan tunduk pada keputusan yang diambil oleh laki-laki (Tobing et al. 2005). Menurut Anwar (1996) diacu dalam Sulistyani (2002), hasil analisis terhadap permasalahan yang berkaitan dengan sumberdaya perempuan menunjukan bahwa masih terdapat diskriminasi gender dalam tingkatan keluarga maupun masyarakat berupa keterbatasan perempuan dalam akses pendidikan, diskriminasi dalam kesempatan bekerja dan perolehan upah yang menyebabkan produktivitas perempuan menjadi rendah. Dengan semakin tingginya tingkat emansipasi perempuan dalam berbagai bidang, utamanya pendidikan dan 8

23 pekerjaan, maka perempuan bekerja sudah merupakan kelayakan selama tidak mengganggu tugas wajibnya sebagai pekerja domestik Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Menurut Awang (2000) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) merupakan system sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dengan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan jiwa berbagi. Pihak lain yang berkepentingan dalam PHBM adalah pihak-pihak diluar Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya PHBM. Pihak lain tersebut diantaranya adalah Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat, Usaha Swasta, Lembaga Pendidikan, Lembaga Donor serta Forum komunikasi PHBM tingkat propinsi, kabupaten, dan kecamatan. PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek-aspek ekonomi, ekologi, dan sosial secara proporsional guna mencapai visi dan misi perusahaan. Sedangkan tujuan PHBM seperti tertuang pada pasal 4 ialah : a. Meningkatkan tanggung jawab perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap berkelanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan b. Meningkatkan peran perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan c. Menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai kondisi dan dinamika sosial masyarakat desa hutan d. Meningkatkan mutu sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah e. Meningkatkan pendapatan perusahaan, masyarakat desa hutan serta pihak yang berkepentingan secara simultan. 9

24 Prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang tertera di dalam keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001 adalah : a. Prinsip keadilan demokratis b. Prinsip keterbukaan dan kebersamaan c. Prinsip pembelajaran bersama dan saling memahami d. Prinsip kejelasan hak dan kewajiban e. Prinsip pemberdayaan ekonomi kerakyatan f. Prinsip kerjasama kelembagaan g. Prinsip perencanaan partisipatif h. Prinsip kesederhanaan sistem dan prosedur i. Prinsip perusahaan sebagai fasilitator j. Prinsip kesesuaian pengelolaan dan karakteristik wilayah. Kegiatan yang dilaksanakan PHBM terdiri dari kegiatan yang berbasis pada lahan hutan dan kegiatan berbasis bukan lahan hutan, yang dilakukan di dalam kawasan hutan Negara serta dapat dikembangkan diluar kawasan hutan Negara. Sistem kemitraan antara masyarakat desa hutan dengan Perhutani dilaksanakan dengan pembentukan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang merupakan organisasi non-pemerintah berbasis desa. Anggota LMDH adalah semua masyarakat desa hutan yang bersangkutan. Kepengurusan LMDH disusun sesuai dengan kebutuhan. LMDH bersifat modern karena disahkan melalui pejabat akta notaris dan merupakan lembaga yang dibentuk atas usul Perhutani Penilaian Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sudjana 2006). Penilaian dalam penelitian ini erat kaitannya dengan persepsi yang menurut Robbins (1996), persepsi merupakan suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Menurut Tody (1984) diacu dalam Desiyani (2003), persepsi dipengaruhi oleh ciri karakteristik individu yang berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, 10

25 pekerjaan, status lamanya dalam suatu pekerjaan, jumlah anggota yang menjadi beban tanggungan, asal daerah dan jenis pekerjaan. Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus adalah sudut pandang penilaian dari segi ilmu komunikasi dimana penilaian didefinisikan sebagai proses menentukan nilai dalam hal ini adalah kegiatan PHBM dan pengaruhnya terhadap peran perempuan dalam PHBM. Persepsi terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup, adat istiadat, dan kebiasaan serta ketergantungannya terhadap hutan dan kehutanan. Masyarakat mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap hutan baik ketergantungan terhadap hasil hutan berupa kayu sebagai bahan bangunan, kayu bakar, daun jati, lahan usaha dan lain-lain. Dengan demikian persepsi mereka terhadap hutan pada umumnya baik dalam artian bahwa hutan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Namun persepsi yang baik terhadap hutan tidak selalu diikuti dengan persepsi yang baik terhadap kehutanan, dalam hal ini terhadap Perum Perhutani. Bagi masyarakat yang dalam kehidupannya banyak tergantung pada kegiatan Perum Perhutani pada umumnya mempunyai persepsi yang baik pula (Suharjito & Darusman 1998). 11

26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perempuan dan anggota kelompok marjinal lainnya memiliki keterbatasan atas akses terhadap informasi dan akses untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan atas tanah dan sumber daya hutan di berbagai tingkatan. Keterbatasan keterlibatan perempuan, terutama dari kelompok marjinal, dan anggota kelompok marjinal lainnya memberikan kontribusi pada tercerabutnya akses dan kontrol mereka atas tanah dan sumberdaya hutan. Situasi tersebut membuat mereka semakin rentan (secara sosial, ekonomi dan politik) dan semakin terpinggirkan (Siscawati & Mahaningtyas 2012). Konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) hadir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan serta melestarikan sumber daya hutan secara tekologi yang menitikberatkan pada peran masyarakat sekitar hutan. Perempuan pedesaan selama ini kurang memperoleh kesempatan yang setara dengan laki-laki dari berbagai aspek kehidupan. PHBM merupakan salah satu wadah bagi perempuaan pedesaan untuk menunjukkan peran sertanya dalam pengelolaan hutan. Penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM adalah hal yang dapat mempengaruhi peran serta perempuan dalam PHBM. Peran perempuan dalam PHBM tersebut dinyatakan dalam bentuk tingkat kehadiran perempuan sendiri dalam PHBM, curahan waktu kerja, pengambilan keputusan dan kontribusi pendapatan dalam rumah tangga Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 dan bertempat LMDH Jati Agung III, Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur Alat dan Sasaran Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah kuisioner, alat tulis, kalkulator dan kamera. Sasaran penelitian ini yaitu rumah tangga Kelompok 12

27 Tani Hutan (KTH) peserta program PHBM, yakni istri dari anggota PHBM di LMDH Jati Agung III, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis data, yaitu data sekunder dan data primer yang terdiri dari: Data Primer a. Data identitas responden, yaitu: nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan. b. Informasi tentang curahan waktu kerja, pembagian kerja pada kegiatankegiatan produktif dan reproduktif serta pada kegiatan PHBM, keikutsertaan perempuan pada program PHBM. c. Data tentang pengambilan keputusan di rumah tangga dalam kegiatan PHBM Data Sekunder a. Data yang meliputi tentang kondisi umum tentang tempat penelitian (letak, luas dan topografi). b. Data sosial ekonomi masyarakat yang meliputi: jumlah penduduk, pendidikan, mata pencaharian, serta potensi lokasi penelitian Metode Pengumpulan Data Wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan melalui tanya jawab langsung dengan responden dan pihak-pihak yang terkait (petani, aparat desa, dan Kepala Urusan PHBM KPH Bojonegoro) Metode Pengambilan Contoh Responden Sasaran dari penelitian ini adalah rumah tangga peserta PHBM yakni istri dari anggota PHBM. Total responden berjumlah 30 rumah tangga dari 60 rumah tangga peserta anggota PHBM. Diambil 30 responden untuk memenuhi sampel dalam penganalisaan dengan teknik korelasi. 13

28 3.7. Pengukuran Variabel Penilaian Perempuan tentang PHBM Objek penilaian dari penelitian ini adalah PHBM dan kegiatan pelaksanaan PHBM yang dilakukan oleh perempuan sendiri. Penilaian perempuan yang dimaksud disini adalah penilaian perempuan tentang PHBM yang didapatkan dengan menggunakan kuisioner dengan tingkat pengukuran ordinal. Kuisioner tersebut berisi pernyataan penilaian perempuan tentang PHBM (Tabel 1) dan peran perempuan dalam pelaksanaan PHBM (Tabel 2). Tabel 1 Kuisioner penilaian perempuan tentang PHBM No Pernyataan SS S CS KS TS 1. Hutan sebagai lahan PHBM disekitar tempat tinggal ibu telah digunakan semaksimal mungkin demi kehidupan masyarakat 2. Hutan sebagai lahan PHBM disekitar tempat tinggal ibu dapat menjadi lahan mata pencaharian masyarakat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa sekitar 3. Hutan dikelola dengan baik oleh pemerintah Contohnya : 4. Hutan telah dikelola dengan baik oleh masyarakat Contohnya : Tabel 2 Kuisioner penilaian perempuan tentang peran perempuan dalam pelaksanaan PHBM No Pernyataan SS S CS KS TS 1. Suami adalah sosok yang berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga 2. Perempuan hanya berperan sebagai pengurus kebutuhan rumah tangga dalam keluarga 3. Perempuan selain berperan sebagai ibu rumah tangga dapat juga berperan sebagai pencari nafkah 4. Perempuan dapa bertindak sebagai penentu keputusan dalam keluarga 5. Keberadaan perempuan dan laki-laki di daerah ibu saat ini telah sejajar dalam pelaksanaan PHBM Alasan : 14

29 Kategori jawaban dari pertanyaan tentang penilaian perempuan terdiri atas 5 tingkatan. Lima alternatif jawaban untuk variabel penilaian perempuan dan skornya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Krieria pemberian skor pada penilaian perempuan No Jawaban Pertanyaan Penilaian Perempuan Skor 1. Tidak Setuju (TS) 1 2. Kurang Setuju (KS) 2 3. Cukup Setuju (CS) 3 4. Setuju (S) 4 5. Sangat Setuju (SS Peran Perempuan dalam PHBM a. Tingkat Kehadiran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Menurut Djohani (1996), partisipasi dibagi menjadi dua yaitu: 1) Partisipasi kuantitatif yang merupakan keikutsertaan yang di hitung dari jumlah kehadiran (penilaian keikutsertaan secara fisik). Dalam program PHBM, tingkat kehadiran ini dilihat dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan (pembuatan tanaman sampai produksi dan pasca produksi). 2) Partisipasi kualitatif merupakan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga baik dalam kegiatan produktif (PHBM atau non PHBM) maupun reproduktif (pendidikan anak, pembagian kerja, penentuan jenis tanaman di kebun dan jenis binatang ternak yang di pelihara). Untuk mengetahui gambaran partisipasi perempuan, maka digunakan tingkat kehadiran sebagai parameternya penelitian ini. Tingkat kehadiran diperoleh dengan menggunakan skoring berdasarkan pada jumlah keikutsertaan perempuan. Kehadiran perempuan dalam PHBM di mulai dari kegiatan : a. Perencanaan PHBM, terdiri dari kegiatan: 1) Kontrak kerja 2) Penentuan jenis tanaman 3) Pembagian lahan andil dan pemasangan patok batas 4) Pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) 5) Sistem bagi hasil. 15

30 Intensitas keikutsertaan perempuan dalam tahap perencanaan PHBM diberikan skoring. Kriteria pemberian skor pada tahap perencanaan PHBM dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kriteria pemberian skor pada tahap perencanaan. No Intensitas Keikutsertaan Skor 1. Tidak ikut serta 1 2. Ikut serta dalam 1 kegiatan 2 3. Ikut serta dalam 2 kegiatan 3 4. Ikut serta dalam 3 kegiatan 4 5. Ikut serta dalam 4-5 kegiatan 5 Akumulasi dari kegiatan perencanaan PHBM digunakan sebagai pengkategorian tingkat kehadiran perempuan dalam perencanaan PHBM. Pengkateoriannya menjadi rendah, sedang dan tinggi (Tabel 5). Tabel 5 Kriteria pemberian skor tingkat kehadiran perempuan dalam perencanaan PHBM. No Tingkat Kehadiran Skor 1. Rendah Sedang Tinggi 4-5 b. Pelaksanaan PHBM terdiri dari: 1. Keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan. Intensitas keikutsertaan perempuan dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan diberikan skoring. Kriteria pemberian skor pada kegiatan penyuluhan dan pembinaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kriteria pemberian skor dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan No Intensitas Keikutsertaan Skor 1. Tidak ikut serta 1 2. Ikut serta dalam 1-3 kali pertemuan 2 3. Ikut serta dalam 4-6 pertemuan 3 4. Ikut serta dalam 7-9 pertemuan 4 5. Ikut serta dalam pertemuan 5 16

31 2. Keikutsertaan dalam kegiatan pertemuan KTH Intensitas keikutsertaan perempuan dalam kegiatan pertemuan KTH diberikan skoring. Kriteria pemberian skor pada kegiatan pertemuan KTH dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kriteria pemberian skor dalam kegiatan pertemuan KTH No Intensitas Keikutsertaan Skor 1. Tidak ikut serta 1 2. Ikut serta dalam 1-3 kali pertemuan 2 3. Ikut serta dalam 4-6 pertemuan 3 4. Ikut serta dalam 7-9 pertemuan 4 5. Ikut serta dalam pertemuan 5 3. Keikutsertaan dalam kegiatan persiapan lahan Kegiatan persiapan lahan terdiri dari kegiatan pembuatan jalan pemeriksaan, pembuatan gubug kerja, penggebrusan tanah dan pembuatan plang tanaman. Intensitas keikutsertaan perempuan dalam kegiatan persiapan lahan tersebut diberikan skoring. Kriteria pemberian skor pada kegiatan persiapan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Kriteria pemberian skor dalam kegiatan persiapan lahan No Intensitas Keikutsertaan Skor 1. Tidak ikut serta 1 2. Ikut serta dalam 1 kali pertemuan 2 3. Ikut serta dalam 2 pertemuan 3 4. Ikut serta dalam 3 pertemuan 4 5. Ikut serta dalam 4 pertemuan 5 4. Keikutsertaan dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman Kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman terdiri dari kegiatan penanaman sesuai jalur dan jarak tanam, penyulaman, penyiangan, penggemukan, penyetekan, pemeliharaan tanaman pokok dan merawat tanaman buah-buahan dan tidak menanam tanaman yang dilarang. Intensitas keikutsertaan perempuan dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman diberikan skor seperti pada tabel 9 berikut ini. 17

32 Tabel 9 Kriteria pemberian skor dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman No Intensitas Keikutsertaan Skor 1. Tidak ikut serta 1 2. Ikut serta dalam 1-2 kali pertemuan 2 3. Ikut serta dalam 3-4 pertemuan 3 5. Keikutsertaan dalam kegiatan pemanenan dan pengamanan Kegiatan pemanenan dan pengamanan mencakup kegiatan pencegahan pencurian kayu, perencekan, penggembalaan liar, penyerobotan lahan dan kebakaran hutan. Intensitas keikutsertaan perempuan dalam kegiatan pemanenan dan pengamanan diberikan skor seperti pada Tabel 10. Tabel 10 Kriteria pemberian skor dalam kegiatan pemanenan dan pengamanan No. Intensitas Keikutsertaan Skor 1. Tidak ikut serta 1 2. Ikut serta dalam 1-2 kali pertemuan 2 3. Ikut serta dalam 3-4 pertemuan 3 4. Ikut serta dalam 5-6 pertemuan 4 Akumulasi dari kegiatan pelaksanaan PHBM digunakan sebagai pengkategorian tingkat kehadiran perempuan dalam pelaksanaan PHBM. Pengkategoriannya menjadi rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi (Tabel 11). Tabel 11 Kriteria pemberian skor tingkat kehadiran pada tahap pelaksanaan PHBM No Tingkat Kehadiran Kelas Nilai 1. Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Akumulasi dari seluruh kegiatan mulai dari kegiatan perencanaan hingga kegiatan pelaksanaan PHBM digunakan sebagai skor pengkategorian Tingkat kehadiran perempuan dalam seluruh kegiatan PHBM. Adapun keikutsertaan perempuan dalam PHBM kemudian dikategorikan menjadi rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi (Tabel 12). 18

33 Tabel 12 Kriteria pemberian skor tingkat kehadiran pada seluruh kegiatan PHBM No Kategori Skor 1. Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi b. Curahan Waktu Kerja Perempuan Curahan waktu kerja perempuan adalah jumlah waktu yang digunakan oleh para perempuan dalam melakukan kegiatan tertentu seperti pekerjaan rumah tangga, mencari nafkah, dan atau kegiatan kemasyarakatan. Dalam kehidupan ini, biasanya manusia memiliki 2 peran untuk melihat curahan kerjanya yakni : 1) Kegiatan Produktif Dalam kegiatan PHBM contohnya dapat kita lihat seperti menanam, memelihara, memanen dan mengangkut, sedangkan kegiatan yang diluar PHBM (non PHBM) seperti beternak, berdagang, berkebun dan pegawai. 2) Kegiatan reproduktif Contoh kegiatan reproduktif adalah mencuci pakaian, memasak dan mengasuh anak. Satuan curahan waktu kerja dihitung berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK). Biasanya 1 HOK sama dengan delapan jam kerja/hari. Curahan waktu kerja seseorang per hari biasanya diperoleh dari banyaknya waktu yang dihabiskan untuk melakukan suatu kegiatan dalam satu hari (jam kerja) dibagi dengan 1 HOK. c. Pendapatan Rumah Tangga Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan dalam rumah tangga maka dibutuhkan informasi mengenai pendapatan rumah tangga tanpa dan dengan pendapatan PHBM. Apabila telah diketahui informasi tersebut maka terlebih dahulu dapat dihitung peningkatan pendapatan petani PHBM lalu dapat diketahui besarnya kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga. 1) Peningkatan Pendapatan Berdasarkan sumber pendapatannya maka pendapatan dapat dikelompokan menjadi : 19

34 a) Pendapatan dari PHBM b) Pendapatan dari non PHBM, seperti sawah, kebun jasa dan berdagang Pemasukan yang diterima tiap-tiap sumber pendapatan dijumlahkan masing-masing lalu dibuat presesntase perubahan pendapat. Rumus yang digunakan : P(x) = P(1)/P(2) x 100 % Keterangan : P(1): Pendapatan total dengan pendapatan PHBM P(2): Pendapatan total pendapatan PHBM dengan non PHBM P(x): Persentase perubahan pendapat Setelah menghitung seberapa besarnya perubahan pendapatan yang terjadi setelah adanya program PHBM maka perubahan pendapatan tersebut digolongkan atas beberapa kategori. Kategori persentase perubahan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kriteria persentase perubahan pendapatan petani PHBM No Persentase Perubahan Pendapatan Kategori % Sangat Baik % Baik % Cukup 4. <25% Kurang Sumber : Perum Perhutani, ) Kontribusi Perempuan dalam Pendapatan Rumah Tangga Kontribusi Perempuan dalam rumah tangga didapatkan dengan menjumlahkan masing-masing pendapatan perempuan dari PHBM maupun non PHBM kemudian membaginya dengan pendapatan rumah tangga. d. Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga biasanya dibagi menjadi 2 variabel yaitu : 20

35 1. Pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai kegiatan PHBM yang meliputi : kegiatan produksi dan pasca produksi 2. Pengambilan keputusan dalam urusan domestik keluarga Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel. Data tersebut kemudian di analisis secara statistika menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi dilakukan untuk semua variabel yaitu X1 dan Y, lalu X2 dan Y, dimana X1 adalah persepsi perempuan, X2 adalah peran perempuan, dan Y adalah PHBM. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi Rank-Spearman dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Analisis korelasi ini dilakukan dengan tujuan agar dapat mengetahui hubungan antara penilaian perempuan dengan peran perempuan dalam PHBM. Prosedurnya adalah : (1) Atur pengamatan dari keempat variabel dalam bentuk rangking, dalam penelitian ini variabel pertama adalah penilaian perempuan, variabel yang kedua adalah peran perempuan yakni diwakili oleh tingkat kehadiran perempuan dalam PHBM, variabel ketiga adalah pengambilan keputusan, variabel keempat adalah kontribusi pendapatan, dan variabel kelima adalah curahan waktu kerja di PHBM dimana semua variabel tersebut diatur dalam skala ordinal, (2) Cari beda dari masing-masing pengamatan yang sudah berpasangan, (3) Hitung koefisien korelasi Spearman. Adapun rumus koefisien korelasi Rank-Spearman yaitu : r Keterangan : R : koefisien korelasi Rank-Spearman d : selisih dalam rangking. n : banyaknya pasangan dalam Rank Apabila yang dihasilkan bernilai 0 berarti tidak berhubungan, bernilai -1 berarti berhubungan negatif sempurna, dan bernilai 1 berarti berhubungan positif 21

36 sempurna antara persepsi perempuan dengan peran perempuan dalam PHBM, pengambilan keputusan, kontribusi dalam rumah tangga, dan curahan waktu kerja di PHBM. 22

37 BAB IV KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis dan Luas Kesatuan Pemangku Hutan Bojonegoro memiliki luas wilayah ,4 ha. Secara administratif wilayah KPH Bojonegoro seluruhnya berada dalam Kabupaten Bojonegoro. Luasan tersebut seluruhnya masuk kedalam daerah administratif Kabupaten Bojonegoro dan dibagi berdasarkan penggunaannya yaitu areal produksi dan non produksi dengan pembagian sebagai berikut: 1. Areal efektif untuk produksi luasnya ,3 ha (94,68 % dari areal kerja) terdiri dari: a. areal produksi jati ,8 ha b. bukan untuk produksi kayu jati 2.031,5 ha. 2. Areal yang bukan untuk produksi luasnya 2.666,1 ha yang terdiri dari alur, jalan, perumahan dinas dan bangunan lainnya, serta di dalamnya termasuk areal Hutan Lindung seluas 1.050,4 ha (2,09 % dari areal kerja). 4.2 Iklim Wilayah hutan KPH Bojonegoro terletak pada daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data stasiun hujan tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Wilayah KPH Bojonegoro dibagi dalam areal-areal kerja sesuai pada tabel berikut : Tabel 14 Pembagian Wilayah Kerja KPH Bojonegoro. BKPH / Luas A.Sub KPH Bojonegoro Barat A.1 Bagian Hutan Clangap 1. BKPH Clangap: ,8 Ha 2. BKPH Nglambangan: 796,8 Ha A.2 Bagian Hutan Deling 1. BKPH Bubulan: 2.904,4 Ha 2. BKPH Deling: 2.800,4 Ha 3. BKPH Nglambangan: 3.049,7 Ha RPH - Prajegan, Gledegan, Sawitrejo dan Sendanggerong - Ringinanom (khusus 1 RPH, lainnya masuk BH Deling) - Tlotok, Sambirejo, Pragelan Utara - Deling, Klino, Pragelan Selatan - Semek, Kalimas, Ringinanom 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 ANALISIS GENDER PENYADAP PINUS DI DUSUN SIDOMULYO, DESA JAMBEWANGI, RPH GUNUNGSARI, BKPH GLENMORE, KPH BANYUWANGI BARAT, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh : Pratiwi 101201065 Manajemen Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI 10 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Luas Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro memiliki luas wilayah 50.145,4 hektar. Secara administratif wilayah KPH Bojonegoro seluruhnya berada di Kabupaten

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara mempunyai konstitusi yang digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi tertinggi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan dari masa ke masa senantiasa memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peranan sumberdaya hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pengelolaan hutan di Jawa telah melewati waktu yang amat panjang, khususnya untuk hutan jati. Secara garis besar, sejarah hutan jati di Jawa telah melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan seluas 2,4 juta Ha di hutan

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada paradigma kehutanan sosial, masyarakat diikutsertakan dan dilibatkan sebagai stakeholder dalam pengelolaan hutan, bukan hanya sebagai seorang buruh melainkan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DEFINISI OPERASIONAL

DEFINISI OPERASIONAL 18 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden pada saat penelitian berlangsung.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang melimpah. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) SKRIPSI DISTI LASTRIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah suatu program pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama dengan jiwa berbagi

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

KAJIAN KELESTARIAN TEGAKAN DAN PRODUKSI KAYU JATI JANGKA PANJANG KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR CHRISTINA BASARIA S.

KAJIAN KELESTARIAN TEGAKAN DAN PRODUKSI KAYU JATI JANGKA PANJANG KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR CHRISTINA BASARIA S. KAJIAN KELESTARIAN TEGAKAN DAN PRODUKSI KAYU JATI JANGKA PANJANG KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR CHRISTINA BASARIA S. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA : STUDI KASUS DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER (PT.

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA : STUDI KASUS DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER (PT. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA : STUDI KASUS DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER (PT. PSUT) JAMBI WELLY DWI WAHYUNI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis.

Lebih terperinci

Oleh: ZAINUL AZMI A

Oleh: ZAINUL AZMI A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo,

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM 6.1 Kelemahan Sumber Daya Manusia Dari hasil survei dapat digambarkan karakteristik responden sebagai berikut : anggota kelompok tani hutan (KTH)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DALAM SISTEM AGROFORESTRY

PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DALAM SISTEM AGROFORESTRY PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DALAM SISTEM AGROFORESTRY Oleh: Totok Dwinur Haryanto 1 Abstract : Cooperative forest management is a social forestry strategy to improve community prosperity.

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK INDRA GUMAY FEBRYANO

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK INDRA GUMAY FEBRYANO PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK Studi Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung INDRA GUMAY

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) ARIEF KURNIAWAN NASUTION DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep pembangunan sumber daya hutan sebagai sistem penyangga kehidupan merupakan orientasi sistem pengelolaan hutan yang mempertahankan keberadaannya secara lestari untuk

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 I. PENDAHULUAN REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 Pembangunan kehutanan pada era 2000 2004 merupakan kegiatan pembangunan yang sangat berbeda dengan kegiatan pada era-era sebelumnya. Kondisi dan situasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia.

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia. 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu subsektor pertanian, mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Baik sebagai sumber penghasil devisa

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) SKRIPSI DEWI SHINTA KOMALA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

POTENSI EKOWISATA PADA KEGIATAN PEMULIAAN POHON DI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH MADIUN SKRIPSI

POTENSI EKOWISATA PADA KEGIATAN PEMULIAAN POHON DI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH MADIUN SKRIPSI POTENSI EKOWISATA PADA KEGIATAN PEMULIAAN POHON DI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH MADIUN SKRIPSI RIMSA LUSIANA MANALU BUDIDAYA HUTAN/051202033 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH

STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH Oleh Fajar Munandar E.14102901 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB The Exploration of Resources and Communities Interaction in Gunung Walat University Forest DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi manusia. Hutan merupakan ekosistem yang menjadi penyangga kehidupan manusia yang harus dilindungi

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI EKO PUJIANTO

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) SKRIPSI SETYO UTOMO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya

Lebih terperinci

VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat 73 VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT 6.1. Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Hutan sebagai asset dan modal pembangunan nasional memiliki potensi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi ekologi dan sosial yang tinggi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas kawasan hutan di Pulau Jawa berdasarkan catatan BKPH Wilayah IX Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai 129.600,71 km 2. Hutan tersebut dikelilingi ±6.807 desa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA (Kasus Pedagang Sayur di Kampung Bojong Rawa Lele, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 682/KPTS/DIR/2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 682/KPTS/DIR/2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 682/KPTS/DIR/2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan seperti yang diamanatkan UU No. 41 tahun 1999 pasal 2 dan 3 harus berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

STUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI. Oleh: Firdaus Husein *)

STUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI. Oleh: Firdaus Husein *) STUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI Oleh: Firdaus Husein *) 0 PENDANULUAN Tingkat kepadatan penduduk dan pertumbuhannya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Implementasi Program PHBM di Perum Perhutani KPH Cepu Salah satu bentuk kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Perhutani untuk menangani masalah pencurian kayu dan kebakaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI Menimbang : Mengingat : a. bahwa Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci