LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

2 P KATA PENGANTAR uji syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT, atas berkat dan rahmat-nya Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Tengah, telah menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun Laporan ini merupakan pertanggungjawaban Kepala LPMP Provinsi Jawa Tengah, atas pelaksanaan tugas dan fungsinya menopang tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyelenggarakan program pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan, dan Penjaminan Mutu Pendidikan, sebagaimaan diatur dalam Permendikbud no. 15 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP Sumatera Barat, LPMP Jawa Tengah dan LPMP Sulawesi Selatan yang diperkuat dengan rincian tugas LPMP. Laporan ini menyajikan target dan capaian kinerja LPMP Propinsi Jawa Tengah tahun 2016, yang meliputi kinerja atas kegiatan yang terkait dengan kegiatan penjaminan mutu pendidikan, pengembangan model dan kemitraan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan : 1) Pemetaan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah, 2) Supervisi satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan, 3) Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam menjamin mutu pendidikan, 4) Pengembangan model penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah secara nasional, 5) Pengembangan dan Pelaksanaan kemitraan di bidang penjaminan mutu pendidikan secara nasional, 6) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah, 7) Pelaksanaan urusan administrasi LPMP. Ketujuh kegiatan tersebut merupakan penjabaran dari tujuan strategis LPMP Jawa Tengah dan telah melaksanakan berbagai programnya guna merealisasikan target penjaminan mutu pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kerja LPMP Propinsi Jawa Tengah tahun 2016, serta Rencana Strategis LPMP Propinsi Jawa Tengah tahun Untuk masingmasing program dan kegiatan telah ditetapkan indikator kinerja, sehingga evaluasi terhadap capaian kinerja menjadi jelas, terukur dan akuntabel. LAKIP LPMP Jawa Tengah tahun 2016 Halaman i

3 Target hasil secara umum dari program LPMP Propinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2016 berhasil dicapai dengan baik, bahkan untuk beberapa indikator kinerja target dapat tercapai secara signifikan. Sejalan dengan itu, penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik juga telah menunjukan kinerja yang cukup signifikan melalui implementasi penguatan sistem manajemen mutu dan prosedur perencanaan, koordinasi, pengelolaan anggaran, pengelolaan barang milik negara (BMN), kepegawaian, kerumahtanggaan serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam upaya percepatan pencapaian target beberapa program telah menempuh berbagai langkah terobosan berdasarkan amanat undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan undang-undang no 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen, peraturan pemerintah no. 74 tahun 2008 tentang guru dan Permendiknas no. 3 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang terbukti cukup efektif dalam mendorong kinerja seluruh jajaran LPMP Propinsi Jawa Tengah berperan secara aktif. Di pihak lain, LPMP Propinsi Jawa Tengah menyadari bahwa tantangan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di tingkat propinsi masih cukup banyak dan memerlukan kerja keras pada tahun tahun mendatang. Diharapkan, dukungan semua pihak dalam menjawab tantangan yang masih harus ditangani sebagaimana ditargetkan, yang pada saatnya akan dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran objektif tentang kinerja LPMP Propinsi Jawa Tengah selama tahun Selain itu, Laporan ini diharapkan juga dapat menjadi acauan yang berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan penjaminan mutu pendidikan serta peningkatan mutu PTK pada tahun mendatang. Akhirnya kepada Semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan laporan ini, kami sampaikan terimakasih. Semarang, 31 Januari 2017 Kepala LPMP Propinsi Jawa Tengah Drs. Harmanto, M.Si NIP LAKIP LPMP Jawa Tengah tahun 2016 Halaman ii

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Ringkasan Eksekutif... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Gambaran Umum... 1 B. Dasar Hukum... 5 C. Tugas dan Fungsi... 5 D. Struktur Organisasi... 6 E. Mekanisme Kerja F. Permasalahan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA LPMP BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi B. Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN LAKIP LPMP Jawa Tengah tahun 2016 Halaman iii

5 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) LPMP Propinsi Jawa Tengah Sebagai Unit Eselon II Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjabarkan berbagai kegiatan-kegiatan dan program penjaminan mutu pendidikan di tingkat propinsi. Laporan ini disusun dalam rangka pemenuhan kewajiban yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP LPMP Propinsi Jawa Tengah merupakan laporan kinerja tahun kedua atas pelaksanaan Rencana Strategis LPMP Propinsi Jawa Tengah tahun Laporan ini memberikan informasi tingkat pencapaian indikator kinerja sebagaimana yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Kepala LPMP Propinsi Jawa Tengah dengan Dirjen Dikdasmen. LPMP Propinsi Jawa Tengah, sesuai dengan tugas dan fungsi, melaksanakan peningkatan layanan penjaminan mutu pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP Propinsi Sumatera Barat, LPMP Jawa Tengah, dan LPMP Sulawesi Selatan, sedangkan kegiatan terdiri dari kegiatan pemetaan mutu satuan pendidikan, fasilitasi satuan pendidikan berdasarkan 8 SNP, pengembangan mutu pendidikan sekolah model dan kegiatan rutin, yang meliputi berbagai kegiatan administrasi dan sifatnya menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi LPMP Propinsi Jawa Tengah. Sesuai pengukuran kinerja yang dibandingkan dengan rencana strategis LPMP Jawa Tengah tahun , dari sebanyak 8 indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur sasaran strategis, sebanyak 4 indikator kinerja yaitu 1) persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP, 2) persentase SMP yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP, 3) persentase SMA yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP, 4) persentase SMK yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP capaian kinerjanya memuaskan atau diatas 100%. Dan sebanyak 1 indikator kinerja yaitu persentase SMA yang telah dipetakan mutu pendidikannya capaian kinerjanya baik atau sebesar 74,94%. Sedangkan 2 indikator kinerja yaitu 1) persentase SD yang telah dipetakan mutu pendidikanya capain kinerjanya 61,88%, 2) persentase SMP yang telah dipetakan mutu pendidikanya capainya kinerjanya 57,24 % atau dinyatakan cukup. Untuk kinerja persentase SMK yang telah dipetakan mutu pendidikannya yang kurang atau sebesar 30,03%. LAKIP LPMP Jawa Tengah tahun 2016 Halaman iv

6 Untuk pengukuran kinerja yang dibandingkan dengan output pada DIPA LPMP Propinsi Jawa Tengah, 8 (delapan) Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur tingkat capaian sasaran strategis capaian kinerjanya memuaskan atau diatas 100%. Anggaran yang dialokasikan pemerintah dari APBN LPMP Propinsi Jawa Tengah pada tahun anggaran 2016 dibawah Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah sebesar Rp dengan realiasasi sebesar Rp dengan capaian 89,07%. Menurunnya capaian realisasi anggaran disebabkan adanya selfblocking anggaran sebesar Rp ,- ( sepuluh milyar rupiah).sedangkan Jika dikurangi selfblocking maka capaian realisasi anggaran tahun 2016 adalah sebesar 96,57%. LAKIP disusun sebagai media pertanggungjawaban yang berisi informasi tentang kinerja pemerintah dan kebermanfaatannya, antara lain : a. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintah (good gavernance) yang didasarkan atas perundang-undangan yang berlaku, kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Menjadikan jalannya pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya. b. Menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah. c. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah/lpmp. d. LAKIP juga digunakan sebagai bahan masukan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam menentukan kebijakan lebih lanjut. LAKIP LPMP Jawa Tengah tahun 2016 Halaman v

7 A. GAMBARAN UMUM Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan negara tersebut sekaligus menjadi tujuan pendidikan yang dikembangkan di Republik Indonesia. Selain itu, Pasal 31memperjelas bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undangundang.dengan demikian, setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.sistem pendidikan yang dianut di Indonesia mengandung asas demokrasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dengan tetap mengedepankan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanmenyelenggarakan pendidikan yang meliputi ketersediaan layanan pendidikan yang bermutu, terjangkau, dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakattanpa diskriminasi. Sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam penjaminan mutu pendidikan,lpmp Jawa Tengah harus melaporkan seluruh aktivitasnya agar terjadi transparansi dalam penggunaan anggaran. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pasal 18 ayat 1 maka LPMPJawa Tengah sebagai lembaga pemerintah di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanwajib menyusun dan menyajikan laporan pelaksanaan kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 1

8 (LAKIP).Akuntabilitas atau pertanggungjawaban publik merupakan salah satubagian penting dalam pelaksanaan pemerintahan yang demokratis sebagaimekanisme untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahPemerintah ini diterbitkan untukmeningkatkan kinerja instansi pemerintah dalam mencapai tujuan dan targetpembangunan secara efektif dan efisien. Dengan diberlakukannyapembangunan berbasis kinerja maka penyusunan LAKIP menjadi salah satuinstrumen teknis yang menjadi alat ukur keberhasilan pembangunan yangdijalankan oleh setiap unit instansi pemerintahan baik di tingkat pusat maupundaerah. Selanjutnya, untuk memperkuat pelaksanaan Sistem AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi mengeluarkan Peraturan Menteri PAN dan RBNomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Menteri inimemberikan landasan operasional dalam menyusun dan menetapkan sertamengevaluasi keberhasilan penyelenggaraan pembangunan.laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang: 1. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja dari sasaran strategis LPMP Jawa Tengah; 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran strategis dan upayaupaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut; 3. Sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. LPMP Jawa Tengah memiliki ketersediaan sumber daya manusia sejumlah 143 orang PNS dan 31 orang tenaga honorer. Dari 143 PNS terdapat tenaga fungsional sejumlah 20 orang, pejabat struktural 11 orang, dan fungsional umum 112 orang, dengan kualifikasi pendidikan S-3 sejumlah 6 orang, S-2 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 2

9 sejumlah 52 orang, S-1 sejumlah 54 orang, D3 sejumlah 8 orang, SLTA sejumlah 15 orang, SMP sejumlah 5 orang, dan SD sederajat sejumlah 3 orang. Upaya pelayanan prima terus ditingkatkan melalui penambahan kapasitas ruang kelas, asrama, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Pada akhir tahun 2014kapasitas asrama berjumlah 672 kamar terdiri dari 252 kamar standar dan 84 kamar VIP. Dengan kapasitas tersebut hingga akhir tahun 2014 tingkat hunian mencapai 85 %. LPMP Provinsi Jawa Tengah memiliki 3 kelas dengan kapasitas 100 orang, 3 kelas dengan kapasitas 80 orang, 3 kelas dengan kapasitas 70 orang, 1 kelas berkapasitas 50 orang, dan 3 kelas degan kapasitas 30 orang. Selain itu, ada 1 aula dengan kapasitas 400 orang dan 1 aula dengan kapasitas 200 orang. Sarana pasarana yang memadai juga menjadi faktor pendukung pencapaian target renstra Internet sebagai salah satu bentuk tekologi informasi telah dimanfaatkan sejak tahun 2006 hingga sekarang makin memperkuat LPMP Jawa Tengah dalam memberikan layanan bagi pelanggan. Penggunaan sistem teknologi informasi juga digunakan dalam pemutakhiran data, di antaranya pengembangan data Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), Sistem Akuntansi Instansi (SAI) online, Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) online, data kepegawaian online, perpustakaan online, dan sistem pelayanan kamar online. Selain potensi di atas, LPMP masih perlu membenahi berbagai hal, antara lain dari segi sumber daya manusia. Meskipun jumlah pegawai dan kompetensinya sudah memadai, LPMP Jateng hanya memiliki 20 orang tenaga fungsional widyaiswara. Jumlah widyaiswara tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan narasumber atau fasilitator untuk peningkatan mutu pendidikan. Di samping itu, dari segi kualifikasi akademik masih kekurangan widyaiswara dengan spesifikasi bidang studi tertentu, misalnya prakarya dan seni budaya, akuntansi, teknologi informasi, sosiologi, dan antropologi. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 3

10 Seiring semakin dikenalnya LPMP Jateng di masyarakat luas, semakin meningkat juga permintaan penggunaan sarana dan prasarana pelatihan. Akan tetapi, tidak semua permintaan tersebut dapat dilayani karena jumlah permintaan lebih banyak dibandingkan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki. Oleh karena itu, dibutuhkan penambahan sarana dan prasarana penunjang pelatihan. Kondisi internal di atas akan tentu saja bermanfaat bagi LPMP Jawa Tengah dalam menyongsong peluang-peluang yang tersedia di masyarakat. Diberlakukannya otonomi daerah telah membuka peluang yang luas bagi LPMP Jawa Tengah untuk melaksanakan program kemitraan dengan dinas terkait dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Sampai dengan tahun 2014 seluruh kabupaten/kota yang berjumlah 35 kab/kota di Jawa Tengah dapat melaksanakan kerjasama dengan LPMP Jawa Tengah pada berbagai aspek penunjang, di antaranya dengan pola sharing pendanaan ataupun pendanaan didukung penuh oleh APBD kabupaten/ kota. Dengan adanya pola kemitraan diharapkan muncul sinergi positif dalam upaya mempercepat proses peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di Jawa Tengah. Tidak hanya melayani dinas terkait di wilayah Jawa Tengah, LPMP Jawa Tengah juga telah menjalin kemitraan dengan lembaga di luar provinsi Jawa Tengah. Kebijakan otonomi memberikan peluang dan juga tantangan. Terjalinnya kemitraan antara LPMP Jawa Tengah dengan berbagai institusi dari berbagai daerah tidak selalu berjalan mulus. Ketidaksinkronan kebijakan daerah dan pusat, dan perubahan kebijakan, baik dari pemerintah pusat maupun daerah yang bermuatan politis seringkali menjadi hambatan yang perlu disikapi dengan bijaksana oleh LPMP Jawa Tengah. Sementara itu, kehadiran lembaga lain di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tugas dan fungsi sama dengan LPMP Jawa Tengah juga memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga, terutama berkaitan dengan keberlangsungan program kemitraan dengan pemerintah daerah. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 4

11 B. DASAR HUKUM 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 2. Permenpan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan kebudayaan 4. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP); 5. Permendikbud Nomor 9 Tahun 2016, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 6. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah Nomor: /2016 tanggal 7 Desember C. TUGAS DAN FUNGSI Tugas dan fungsi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan sesuai dengan Permendikbud No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumatera Barat, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Selatan, dinyatakan:memiliki tugas melaksanakan penjaminan mutu, pengembangan model dan kemitraan penjaminan mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.Dalam melaksanakan tugasnya LPMP menyelenggarakan fungsi: 1. Pemetaan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah; 2. Supervisi satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan; LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 5

12 3. Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu nasional; 4. Pengembangan model penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah secara nasional; 5. Pengembangan dan pelaksanaan kemitraan di bidang penjaminan mutu pendidikan secara nasional; 6. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah; dan 7. Pelaksanaan urusan administrasi LPMP. D. STRUKTUR ORGANISASI Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumatera Barat, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Selatan, maka Organisasi LPMP Jawa Tengah terdiri atas: 1. Kepala; 2. Kepala Bagian Umum; 3. Kepala Bidang Pemetaan dan Supervisi Mutu Pendidikan; 4. Kepala Bidang Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan; 5. Kelompok Jabatan Fungsional. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 6

13 Bagan 1.1. Struktur Organisasi LPMP (Permendikbud No. 15 tahun 2015 ) KEPALA LPMP BAGIAN UMUM SUB BAG TATA USAHA DAN RUMAHTANGGA SUB BAG. TATALAKSANA DAN KEPEGAWAIAN SUB BAG. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BIDANG PEMETAAN DAN SUPERVISI MUTU PENDIDIKAN BIDANG FASILITASI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKSI PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN SEKSI SUPERVISI MUTU PENDIDIKAN SEKSI PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENDIDIKAN MENENGAH TENAGA FUNGSIONAL Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala LPMP dibantu oleh Bagian Umum, dua Bidang, dan Tenaga Fungsional yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 7

14 a) Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan, program anggaran, kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kehumasan dan kerumahtanggaan LPMP. Bagian Umum terdiri atas: 1. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan persuratan, kearsipan, perpustakaan, kehumasan, kerumahtanggaan, dan perlengkapan; 2. Subbagian Tatalaksana dan Kepegawaian. Subbagian Tatalaksana dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian; 3. Subbagian Perencanaan dan Penganggaran. Subbagian Perencanaan dan Penganggaran mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan rencana, program, dan anggaran, serta pembiayaan, perbendaharaan, dan evaluasi pelaksanaan anggaran serta laporan LPMP; b) Bidang Pemetaan dan Supervisi Mutu Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan pemetaan mutu dan supervisi satuan pendidikan, pengembangan model pemetaan dan supervisi mutu pendidikan, serta pengelolaan dan pengembangan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Bidang Pemetaan dan Supervisi Mutu Pendidikan terdiri atas: 1. Seksi Pemetaan Mutu Pendidikan. Seksi Pemetaan Mutu Pendidikan mempunyai tugas melakukan pemetaan dan pengembangan model, pengelolaan, dan pengembangan sistem informasi, kemitraan serta evaluasi pemetaan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah; 2. Seksi Supervisi Mutu Pendidikan. Seksi Supervisi Mutu Pendidikan mempunyai tugas melakukan supervisi, pengembangan model, dan kemitraan pelaksanaan supervisi satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 8

15 c) Bidang Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi peningkatan mutu pendidikan, pengembangan model peningkatan mutu, dan kemitraan di bidang peningkatan mutupendidikan dasar dan pendidikan menengah. Bidang Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan terdiri atas : 1. Seksi Pendidikan Dasar. Seksi Pendidikan Dasar mempunyai tugas melakukan fasilitasi peningkatan mutu, pengembangan model peningkatan mutu, pengembangan dan pelaksanaan kemitraan peningkatan mutu pendidikan dan evaluasi peningkatan mutu pendidikan dasar. 2. Seksi Pendidikan Menengah Seksi Pendidikan Menengah mempunyai tugas melakukan fasilitasi peningkatan mutu, pengembangan model peningkatan mutu, pengembangan dan pelaksanaan kemitraan peningkatan mutu pendidikan dan evaluasi peningkatan mutu pendidikan menengah. LPMPadalah unit pelaksana teknis Kementarian Pendidikan dan Kebudayaan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengahmaka Kepala LPMP wajib menyampaikan laporan kinerja kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kepala LPMP juga menyampaikan hasil pemetaan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta supervisi dan fasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan pendidikan kepada pemerintah, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kota. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 9

16 E. MEKANISME KERJA 1) Mekanisme Kerja Internal Bagan 1.2 Mekanisme Kerja Internal LPMP KEPALA LPMP BAG UMUM SUB BAG TATA USAHA DAN RUMAHTANGGA SUB BAG. TATALAKSANA DAN KEPEGAWAIAN SUB BAG. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BIDANG PEMETAAN DAN SUPERVISI MUTU PENDIDIKAN BIDANG FASILITASI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKSI PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN SEKSI SUPERVISI MUTU PENDIDIKAN SEKSI PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENDIDIKAN MENENGAH TENAGA FUNGSIONAL LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 10

17 2) Mekanisme Kerja Eksternal Bagan 1.3 Mekanisme Kerja Eksternal LPMP Jawa Tengah F. PERMASALAHAN Sebagai upaya pencapain kinerja dari sasaran strategis LPMP Provinsi Jawa Tengah, maka permasalahan-permasalahan pendidikan harus dapat diselesaikan dengan baik. LPMP Jawa Tengah telah mengindentifikasikan LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 11

18 permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama satu tahun ke depan sebagai berikut. 1. Permasalahan akreditasi sekolah, masih terdapat sekolah yang belum terakreditasi sehingga akselerasi sekolah tersebut perlu ditingkatkanagar mutu pendidikan menjadi lebih baik dan peningkatan dari akreditasi B menjadi A pada sekolah. 2. Terkait sarana dan prasarana terutama jumlah ruang rusak sedang dan rusak berat yang mencapai ruangan (Laporanprofil pendidikan berbasis Dapodik 2016 LPMP Jawa Tengah, 2016) agar pelaksanaan KBM menjadi lebih nyaman dan baik. 3. Pemerataan dan kekurangan jumlah guru PNS di Jawa Tengah di semua tingkatan jenjang dari SD dampai SMK. 4. Ketuntasan serta keseragaman penerapan kurikulum K13 pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah di Jawa Tengah. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 12

19 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah pada tahun 2016 melaksanakan kegiatan berpedoman pada pernjanjian kinerja dengan sasaran strategis meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang pendidikan. Berdasarkan sasaran strategis tersebut melahirkan delapan indikator kinerja, yaitu : 1. Persentase SD yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 2. Persentase SMP yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 3. Persentase SMA yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 4. Persentase SMK yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 5. Persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP. 6. Persentase SMP yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP. 7. Persentase SMA yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP. 8. Persentase SMK yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP. Dari ke delapan indikator kinerja tersebut dirumuskan untuk menghasilkan output,yaitu: 1. SD yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 2. SMP yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 3. SMA yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 4. SMK yang telah dipetakan mutu pendidikannya. 5. SD yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP. 6. SMP yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP. 7. SMA yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP. 8. SMA yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 13

20 Pada tabel di bawah ini ditampilkan Perjanjian Kinerja LPMP Jawa Tengah tahun 2016 Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Kepala LPMP Jawa Tengah dengan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET ANGGARAN Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang pendidikan Persentase Satuan Pendidikan yang telah dipetakan mutu Pendidikannya 1 Persentase SD yang telah dipetakan mutunya 2491 SD, SMP, SMA, SMK 100% Output : SD yang terpetakan Mutu Pendidikannya SD 2 Persentase SMP yang telah dipetakan mutunya 100% Output : SMP yang terpetakan Mutu Pendidikannya 374 SMP 3 Persentase SMA yang telah dipetakan mutunya 100% Output : SMA yang terpetakan Mutu Pendidikannya 175 SMA 4 Persentase SMK yang telah dipetakan mutunya 65% Output : SMK yang terpetakan Mutu Pendidikannya 200 SMK Persentase Satuan Pendidikan yang telah di fasilitasi berdasarkan 8 SNP 8119 SD, SMP, SMA, SMK Persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP 25% Output : SD yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 4775 SD LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 14

21 6 Persentase SMP yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Output : SMP yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 7 Persentase SMA yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Output : SMA yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 8 Persentase SMK yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Output : SMK yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 25% 808 SMP 25% 213 SMA 25% 384 SMK Secara keseluruhan jumlah anggaran yang dimasukkan dalam perjanjian kinerja adalah Rp ,- (seratus sembilan milyar enam ratus dua belas juta delapan ratus empat puluh lima ribu)sedangkan jumlah anggaran keseluruhan dalam DIPA LPMP Jawa Tengah adalah Rp ,- (seratus dua puluh delapan milyar tujuh ratus enam puluh sembilan juta seratus tujuh belas ribu rupiah). Adapun sisa anggaran yang tidak dimasukkan dalam perjanjian kinerja berupa pembiayaan belanja pegawai dan belanja modal serta sebagian belanja barang untuk layanan kemitraan di bidang penjaminan mutu pendidikan sertadokumen data dan informasi mutu pendidikan dasar dan menengah; dokumen perencanaan, keuangan, evaluasi, pelaporan, ketatausahaan, layanan perkantoran, perangkat pengolah data dan komunikasi, peralatan dan fasilitas perkantoran serta gedung dan bangunan. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 15

22 Sesuai dengan penetapan kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2016, LPMP Jawa Tengah berkewajiban untuk mencapai target-target tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja instansi atau lembaga. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun kegagalan instansi atau lembaga dalam upaya pencapaian sasaran strategisnya dan sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja, maka diperlukan suatu gambaran tentang capaian-capaian kinerja tersebut. Di bawah ini diuraikan hasil capaian kinerja LPMPJawa Tengah sebagai implementasi kebijakan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab menuju akuntabilitas kegiatan dan keuangan lembaga. A. Capaian Kinerja Organisasi Dalam rangka menciptakan akuntabilitas pelaksanaan program/kegiatan LPMP Jawa Tengah maka dibutuhkan analisis pencapaian dari masing-masing sasaran yang telah diimplementasikan melalui program-program prioritasyang dapat dilihat pada tabel berikut. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 16

23 Tabel 3.1 Pengukuran Pencapaian sasaran LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 Sasaran Strategis Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang pendidikan Indikator Kinerja Persentase Satuan Pendidikan yang telah dipetakan mutu Pendidikannya 1 Persentase SD yang telah dipetakan mutunya Output : SD yang terpetakan Mutu Pendidikannya 2 Persentase SMP yang telah dipetakan mutunya Output : SMP yang terpetakan Mutu Pendidikannya 3 Persentase SMA yang telah dipetakan mutunya Output : SMA yang terpetakan Mutu Pendidikannya 4 Persentase SMK yang telah dipetakan mutunya Output : SMK yang terpetakan Mutu Pendidikannya Persentase Satuan Pendidikan yang telah di fasilitasi berdasarkan 8 SNP 5 Persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Output : SD yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 6 Persentase SMP yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Output : SMP yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 7 Persentase SMA yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP TARGET Realisasi Anggaran (Rp) Jumlah Satuan Kinerja % Anggaran % SD, SMP, SMA, SMK ,58% 100% ,88% 61,88% ,00% SD ,53% 100% ,24% 57,24% ,00% 374 SMP ,65% 100% ,94% 74,94% ,00% 175 SMA ,71% 65% ,52% 30,03% ,61% 200 SMK ,00% 8119 SD, SMP, SMA, SMK ,18% 25% % 112,00% ,95% 4775 SD ,34% 25% % 132,00% ,39% 808 SMP ,05% 25% ,29% 101,17% ,54% LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 17

24 Output : SMA yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 8 Persentase SMK yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Output : SMK yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP 213 SMA ,41% 25% ,58% 154,33% ,30% 384 SMK ,43% Secara keseluruhan pencapaianindikator kinerja LPMP dijelaskan sebagai berikut : Jawa Tengah dapat 1. Persentase SD yang telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah Indikator kinerja persentase SD telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah belum mencapai target renstra yang ditetapkan dalam PK yaitu 100% atau sejumlah SD. Capaian indikator ini baru sebesar 61, 88% atau sejumlah SD dari target renstra. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu (1) jumlah anggaran yang tersedia hanya mencukupi untuk pengawas, yang berarti hanya SD yang dibimbing untuk melaksanakan pemetaan mutu pendidikan; (2) dari pengawas yang ditargetkan untuk mengikuti pelatihan pengawas, ternyata tingkat kehadiran pengawas melebihi dari jumlah yang ditargetkan, yaitu sejumlah pengawas. Hal ini disebabkan beberapa kabupaten kota mengirimkan pengawas SDnya lebih dari kuota yang ditetapkan untuk menutupi kekurangan jumlah pengawas pada jenjang lain. Jika dibandingkan dengan target yang tercantum pada DIPA indikator kinerja persentase SD telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah telah melampaui target yang ditetapkan dengan realisasi dari target sejumlah SD dengan capaian sebesar 678,53%. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut; 1) Fungsi koordinasi berjalan dengan baik antara LPMP Jawa Tengah dengan Dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, 2) Adanya strategi LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 18

25 pencapaian dengan melibatkan unsur diluar LPMP yaitu pengawas diseluruh kabupaten/kota dan dinas pendidikan kabupaten/kota. Pencapaian kinerja tersebut dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut: Target Renstra Target DIPA Realisasi Kinerja Series1 Meskipun di tahun 2016 target tidak tercapai target renstra, jika dibanding dengan tahun 2015 target SD yang telah dipetakan mengalami kenaikan sejumlah SD. Tahun 2015 jumlah SD yang dipetakan sebanyak 350, sedangkan pada tahun 2016 sejumlah sekolah. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2015 pemerintah belum mengeluarkan kebijakan tentang pemetaan data mutu kepada seluruh sekolah. Sedangkan pada tahun 2016, melalui surat edaran Ditjen Dikdasmen, poin 3, dinyatakan bahwa dalam rangka pemetaan mutu pendidikan, seluruh sekolah wajib melakukan pemetaan melalui aplikasi pemetaan mutu pendidikan yang terintegrasi dengan Dapodik, sehingga baik sekolah maupun pihak-pihak terkait fokus dalam memfasilitasi pelaksanaan pemetaan mutu pendidikan ini. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 19

26 Berikut adalah gambar perbadingan capaian tahun 2015 dan 2016 Gambar 3.1 : Perbandingan jumlah SD yang telah dipetakan mutu pendidikannya jumlah SD yang telah dipetakan mutu pendidikannya Hasil dari pelaksanaan Program tersebut adalah sebagai berikut. a) Gambaran Umum Capaian SNP Dari sekolah dasar yang dipetakan mutunya, sebanyak sekolah yang dapat diolah peta mutunya. Data yang digunakan dalam pengolahan dan analisis peta capaian SNP Tahun 2016 ini diperoleh dari data yang terkumpul di server pusat. Akan tetapi karena ada kendala teknis, tidak semua sub indikator dapat diolah datanya. Sehingga data yang digunakan dalam pengolahan data ini tidak lengkap, hanya meliputi 5 standar yang tercakup dalam 14 indikator dan 61 sub indikator. Adapun 5 standar yang akan diolah dalam peta capaian mutu ini adalah: 1) Standar Kompetensi Lulusan; 2) Standar Isi; 3) Standar Proses; LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 20

27 Kab. Kudus Kab. Banjarnegara Kota Pekalongan Kab. Banyumas Kab. Boyolali Kab. Kebumen Kab. Brebes Kab. Blora Kab. Kendal Kab. Sukoharjo Kab. Wonosobo Kota Tegal Kota Surakarta Kota Magelang Kab. Purbalingga Kab. Semarang Kab. Magelang Kab. Klaten Kab. Karanganyar Kab. Demak Kota Salatiga Kab. Purworejo Kab. Cilacap Kab. Jepara Kota Semarang Kab. Pati Kab. Wonogiri Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Pekalongan Kab. Temanggung Kab. Batang Kab. Tegal Kab. Pemalang Kab. Rembang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 4) Standar Penilaian; dan 5) Standar Pengelolaan. Skor capaian pemenuhan SNP berkisar antara 0 7. Untuk dapat mengetahui capaian pemenuhan SNP, maka dibuat pengkategorian untuk memudahkan analisis, yaitu: 1) Menuju SNP level 1 : skor < 2,04 2) Menuju SNP level 2 : 2,04< skor < 3,70 3) Menuju SNP level 3 : 3,70 < skor < 5,06 4) Menuju SNP level 4 : 5,06 < skor < 6,66 5) SNP : 6,66 < skor < 7,0 Peta capaian mutu jenjang Sekolah Dasar (SD) Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut ini. Peta Capaian Mutu SNP Jenjang SD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kab/Kot Prov Jawa Tengah Gambar 3.2. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Jawa Tengah Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 21

28 Skor peta capaian mutu jenjang SD untuk masing-masing kabupaten/kota dipaparkan pada tabel 3.2 dibawah ini. Tabel 3.2. Skor Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Jawa Tengah Tahun 2016 Kab/Kota Skor Rata-rata Keterangan Kab. Kudus 4,922 Menuju SNP 3 Kab. Banjarnegara 4,901 Menuju SNP 3 Kota Pekalongan 4,885 Menuju SNP 3 Kab. Banyumas 4,875 Menuju SNP 3 Kab. Boyolali 4,871 Menuju SNP 3 Kab. Kebumen 4,851 Menuju SNP 3 Kab. Brebes 4,847 Menuju SNP 3 Kab. Blora 4,844 Menuju SNP 3 Kab. Kendal 4,838 Menuju SNP 3 Kab. Sukoharjo 4,838 Menuju SNP 3 Kab. Wonosobo 4,832 Menuju SNP 3 Kota Tegal 4,830 Menuju SNP 3 Kota Surakarta 4,830 Menuju SNP 3 Kota Magelang 4,821 Menuju SNP 3 Kab. Purbalingga 4,819 Menuju SNP 3 Kab. Semarang 4,810 Menuju SNP 3 Kab. Magelang 4,808 Menuju SNP 3 Kab. Klaten 4,798 Menuju SNP 3 Kab. Karanganyar 4,794 Menuju SNP 3 Kab. Demak 4,794 Menuju SNP 3 Kota Salatiga 4,787 Menuju SNP 3 Kab. Purworejo 4,775 Menuju SNP 3 Kab. Cilacap 4,774 Menuju SNP 3 Kab. Jepara 4,774 Menuju SNP 3 Kota Semarang 4,773 Menuju SNP 3 Kab. Pati 4,768 Menuju SNP 3 Kab. Wonogiri 4,768 Menuju SNP 3 Kab. Sragen 4,760 Menuju SNP 3 Kab. Grobogan 4,755 Menuju SNP 3 Kab. Pekalongan 4,745 Menuju SNP 3 Kab. Temanggung 4,745 Menuju SNP 3 Kab. Batang 4,721 Menuju SNP 3 Kab. Tegal 4,712 Menuju SNP 3 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 22

29 Kab/Kota Skor Rata-rata Keterangan Kab. Pemalang 4,703 Menuju SNP 3 Kab. Rembang 4,675 Menuju SNP 3 Jawa Tengah 4,800 Menuju SNP 3 Berdasarkan data pada Tabel 3.2dapat diketahui bahwa capaian mutu SNP jenjang SD di 35 kabupaten/kota seluruhnya dapat dikategorikan menuju SNP level 3. Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan jenjang SD di Jawa Tengah belum mencapai SNP. Bila dilihat dari jumlah sekolahnya, gambaran capaian mutu dipaparkan pada gambar 3.3 berikut. 76,77% 22,72% 0,17% 0,29% 0,04% SNP Menuju SNP 4 Menuju SNP 3 Menuju SNP 2 Menuju SNP 1 Gambar 3.3. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Jawa Tengah Tahun 2016 Secara umum capaian mutu SNP jenjang SD di 35 kabupaten/kota seluruhnya dapat dikategorikan menuju SNP level 3, tetapi bila dilihat dari masingmasing SD ada 0,17% SD yang capaian mutunya sudah mencapai SNP. Sementara itu, ada 22,72% SD yang dapat dikategorikan capaian mutunya LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 23

30 menuju SNP level 4. Hal ini menunjukkan ada beberapa SD di Jawa Tengah yang capaian mutu SNP-nya hampir mendekati SNP. Sementara itu, ada pula SD yang capaian mutunya masih jauh dari yang diharapkan yaitu sejumlah 0,33% SD. b) Capaian SNP untuk Setiap Standar Gambaran capaian mutu jenjang SD di Jawa Tengah untuk masing-masing standar dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut. Standar Kompetensi Lulusan 5,250 Standar 5,169 Pengelolaan 5,390 Standar Isi Standar 4,004 Penilaian 4,188 Standar Proses skor mutu Gambar 3.4. Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Dasar (SD) Jawa Tengah Tahun 2016 Skor capaian mutu jenjang SD di Jawa Tengah untuk masing-masing standar dipaparkan pada tabel 3.2 dibawah ini. Tabel 3.3. Skor Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Dasar (SD) Jawa Tengah Tahun 2016 Standar Skor Rata-rata Keterangan Standar Kompetensi Lulusan 5,250 Menuju SNP 4 Standar Isi 5,390 Menuju SNP 4 Standar Proses 4,188 Menuju SNP 3 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 24

31 Standar Skor Rata-rata Keterangan Standar Penilaian 4,004 Menuju SNP 3 Standar Pengelolaan 5,169 Menuju SNP 4 SNP 4,800 Menuju SNP 3 Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa capaian mutu jenjang SD di Jawa Tengah secara umum belum mencapai SNP. Capaian mutu yang paling baik adalah pada standar isi dengan skor mutu 5,390 dan capaian mutu yang paling rendah ada pada standar penilaian dengan skor mutu 4,004. c) Hambatan dan kendala Target sekolah dasar tidak tercapai karena adanya kendala pendanaan di pada DIPA tahun Alokasi pelatihan pengawas pada pemetaan data mutu pendidikan mestinya sejumlah pengawas SD, tetapi hanya yang dapat dilatih. Dari Sekolah Dasar yang telah terpetakan, ternyata hanya sekolah yang dapat diolah peta mutunya. Hal ini desebabkan oleh kendala teknis dalam penggunaan aplikasi Pemetaan Data Mutu, yaitu (1) spesifikasi komputer yang digunakan untuk menjalankan aplikasi PMP harus tinggi, sedangkan kebanyakan sekolah tidak memiliki komputer yang memadahi; (2) jumlah pertanyaan yang sangat banyak juga mempengaruhi kinerja aplikasi; (3) server pusat pemetaan data mutu belum mampu untuk menerima data yang sangat besar dalam waktu yang bersamaan, sehingga menyulitkan sekolah dalam pengiriman data. Di samping kendala teknis, tidak dilatihnya operator sekolah tentang penggunaan aplikasi PMP juga merupakan kendala tersendiri. d) Langkah antisipasi yang dilakukan ke depan Untuk memecahkan kendala di atas, hal yang harus dilakukan adalah: Pertama, pemerintah perlu meningkatkan jumlah sasaran sesuai dengan target sasaran jumlah sekolah yang akan dipetakan. Kedua, perlu penyempurnaan aplikasi LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 25

32 pemetaan mutu dan pengurangan jumlah pertanyaan pada kuisioner, sehingga sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan sarana komputer tetap bisa menggunakan aplikasi tersebut tanpa mengalami kendala berarti. Ketiga, server pusat sebaiknya lebih disiapkan kinerjanya untuk menerima data dari seluruh sekolah di Indonesia. Keempat, ke depan disamping melatih pengawas, operator sekolah juga dilatih tentang penggunaan aplikasi PMP. Foto Kegiatan Pelatihan Pengawas pada Pemetaan Data Mutu Jenjang SD Capaian realisasi tersebut didukung oleh dua kegiatan, yaitu Pelatihan Pengawas dan Fasilitator Daerah terdiri dari Kedua kegiatan Pelatihan Fasilitator Daerah dan Pelatihan Pengawas Daerah seluruh jenjang pendidikan serta kegiatan bimbingan teknis yang akan dipetakan terdiri dengan penyerapan anggaran sebesar Rp ,- dari total sebesar Rp ,- atau sebesar 92%. 2. Persentase SMP yang telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 26

33 Indikator kinerja persentase SMP telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah belum mencapai target yang ditetapkan dalam PK yaitu 100% atau sejumlah SMP. Capaian indikator ini baru sebesar 57,24% atau sejumlah SMP. Hal ini dikarenakan adanya kendala terkait jumlah anggaran yang tersedia. Terdapat hanya 185 pengawas SMP yang dilatih tentang pemetaan data mutu pendidikan. Artinya hanya sekolah yang dibimbing untuk melaksanakan pemetaan mutu pendidikan. Jika dibandingkan dengan jumlah sasaran output di DIPA indikator persentase SMP telah dipetakan mutu pendidikannyatelah melampaui target yang ditetapkan yaitu telah terealisasi sejumlah sekolah dari target 374 sekolah dengan persentase capaian sejumlah 494%. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut; 1) Fungsi koordinasi berjalan dengan baik antara LPMP Jawa Tengah dengan Dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, 2) Adanya strategi pencapaian dengan melibatkan unsur diluar LPMP yaitu pengawas diseluruh kabupaten/kota dan dinas pendidikan kabupaten/kota. Pencapaian kinerja tersebut dalam dilihat dalam gambar sebagai berikut Target Renstra Target DIPA Realisasi Kinerja LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 27

34 Hasil dari pelaksanaan Program tersebut adalah sebagai berikut. a) Gambaran Umum Capaian SNP Jumlah Sekolah Menengah Pertama yang dilibatkan dalam analisis ini sebanyak sekolah. Peta capaian mutu jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut ini: 5,400 Peta Capaian Mutu SNP Provinsi Jawa Tengah Tahun ,300 5,200 5,100 5,000 4,900 4,800 4,700 4,600 4,500 Kab/Kota Prov. Jawa Tengah Gambar 3.5. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jawa Tengah Tahun 2016 Skor peta capaian mutu jenjang SMP untuk masing-masing kabupaten/kota dipaparkan pada tabel 3.4 berikut. Kab/Kota Skor Rata-rata Keterangan Kota Pekalongan 5,297 Menuju SNP 4 Kota Salatiga 5,166 Menuju SNP 4 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 28

35 Kab/Kota Skor Rata-rata Keterangan Kota Magelang 5,099 Menuju SNP 4 Kab. Temanggung 5,074 Menuju SNP 4 Kota Semarang 5,063 Menuju SNP 4 Kab. Pekalongan 5,059 Menuju SNP 3 Kab. Kebumen 5,052 Menuju SNP 3 Kab. Pemalang 5,009 Menuju SNP 3 Kota Tegal 4,999 Menuju SNP 3 Kab. Wonogiri 4,992 Menuju SNP 3 Kab. Pati 4,977 Menuju SNP 3 Kab. Brebes 4,965 Menuju SNP 3 Kab. Karanganyar 4,965 Menuju SNP 3 Kab. Banyumas 4,950 Menuju SNP 3 Kab. Sukoharjo 4,945 Menuju SNP 3 Kota Surakarta 4,939 Menuju SNP 3 Kab. Semarang 4,933 Menuju SNP 3 Kab. Kendal 4,933 Menuju SNP 3 Kab. Demak 4,924 Menuju SNP 3 Kab. Kudus 4,918 Menuju SNP 3 Kab. Jepara 4,912 Menuju SNP 3 Kab. Grobogan 4,908 Menuju SNP 3 Kab. Sragen 4,899 Menuju SNP 3 Kab. Magelang 4,884 Menuju SNP 3 Kab. Rembang 4,875 Menuju SNP 3 Kab. Klaten 4,871 Menuju SNP 3 Kab. Batang 4,865 Menuju SNP 3 Kab. Boyolali 4,865 Menuju SNP 3 Kab. Blora 4,854 Menuju SNP 3 Kab. Tegal 4,848 Menuju SNP 3 Kab. Wonosobo 4,841 Menuju SNP 3 Kab. Cilacap 4,827 Menuju SNP 3 Kab. Banjarnegara 4,804 Menuju SNP 3 Kab. Purworejo 4,793 Menuju SNP 3 Kab. Purbalingga 4,769 Menuju SNP 3 Jawa Tengah 4,921 Menuju SNP 3 Tabel 3.4. Skor Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jawa Tengah Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 29

36 Berdasarkan data pada Tabel 3.6 di atas dapat diketahui bahwa capaian mutu SNP jenjang SMP di 35 kabupaten/kota sebagian besar dapat dikategorikan menuju SNP level 3. Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan jenjang SMP di Jawa Tengah belum mencapai SNP. Bila dilihat dari jumlah sekolahnya, gambaran capaian mutu dipaparkan pada gambar 3.6 berikut. Jumlah Sekolah Berdasarkan Capaian Mutu 63,08% 36,17% 0,17% 0,42% 0,17% SNP Menuju SNP 4 Menuju SNP 3 Menuju SNP 2 Menuju SNP 1 Gambar 3.6. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jawa Tengah Tahun 2016 Secara umum capaian mutu SNP jenjang SMP di 35 kabupaten/kota dapat dikategorikan menuju SNP level 3, tetapi bila dilihat dari masing-masing SMP ada 0,17% SMP yang capaian mutunya sudah mencapai SNP. Sementara itu, ada ada 36,17% SMP yang dapat dikategorikan capaian mutunya menuju SNP level 4. Hal ini menunjukkan ada beberapa SMP di Jawa Tengah yang capaian mutu SNP-nya hampir mendekati SNP. Sementara itu, ada pula SMP yang capaian mutunya masih jauh dari yang diharapkan yaitu sejumlah 0,59% SMP. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 30

37 b) Capaian SNP untuk Setiap Standar Gambaran capaian mutu jenjang SMP Jawa Tengah untuk masing-masing standar dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut. Standar Kompetensi Lulusan 5,355 5,211 Standar Pengelolaan Standar Isi 5,350 4,065 Standar Penilaian 4,622 Standar Proses skor mutu Gambar 3.7. Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jawa Tengah Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 31

38 Skor capaian mutu jenjang SMP Jawa Tengah untuk masing-masing standar dipaparkan pada tabel 3.5 berikut. Standar Skor Rata-rata Keterangan Standar Kompetensi Lulusan 5,355 Menuju SNP 4 Standar Isi 5,350 Menuju SNP 4 Standar Proses 4,622 Menuju SNP 3 Standar Penilaian 4,065 Menuju SNP 3 Standar Pengelolaan 5,211 Menuju SNP 4 SNP 4,921 Menuju SNP 3 Tabel 3.5. Skor Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jawa Tengah Tahun 2016 Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa capaian mutu jenjang SMP di Jawa Tengah secara umum belum mencapai SNP. Capaian mutu yang paling baik adalah pada standar kompetensi lulusan dengan skor mutu 5,355 dan capaian mutu yang paling rendah ada pada standar penilaian dengan skor mutu 4,065. c) Hambatan dan kendala Target Sekolah Menengah Pertama tidak tercapai karena adanya kendala pendanaan di tingkat pusat. Alokasi pelatihan pengawas pada pemetaan data mutu pendidikan mestinya sejumlah 325 pengawas SMP, namun hanya 185 yang dapat dilatih. Dari 1850 SMP yang telah terpetakan, ternyata hanya sekolah yang dapat diolah peta mutunya. Hal ini desebabkan oleh kendala teknis dalam penggunaan aplikasi Pemetaan Data Mutu, yaitu (1) spesifikasi komputer yang digunakan untuk menjalankan aplikasi PMP harus tinggi, sedangkan kebanyakan sekolah tidak memiliki komputer yang memadahi; (2) jumlah pertanyaan yang sangat banyak juga mempengaruhi kinerja aplikasi; (3) server pusat Pemetaan Data Mutu belum mampu untuk menerima data yang sangat besar dalam waktu yang bersamaan sehingga menyulitkan sekolah dalam pengiriman data. Selain kendala LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 32

39 teknis, tidak dilatihnya operator sekolah tentang penggunaan aplikasi PMP juga merupakan kendala tersendiri. d) Langkah antisipasi yang dilakukan ke depan Untuk memecahkan kendala tersebut, hal yang harus dilakukan adalah: Pertama, pemerintah perlu meningkatkan jumlah sasaran sesuai dengan target sasaran jumlah sekolah yang akan dipetakan. Kedua, perlu penyempurnaan aplikasi pemetaan mutu dan pengurangan jumlah pertanyaan pada kuisioner sehingga sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan sarana komputer tetap bisa menggunakan aplikasi tersebut tanpa mengalami kendala berarti. Ketiga, server pusat sebaiknya lebih disiapkan kinerjanya untuk menerima data dari seluruh sekolah di Indonesia. Keempat, ke depan, selain melatih pengawas, operator sekolah juga dilatih tentang penggunaan aplikasi PMP. Foto Kegiatan Pelatihan Pengawas SMP pada Pemetaan Data Mutu Pendidikan LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 33

40 Capaian realisasi tersebut didukung oleh dua kegiatan, yaitu Pelatihan Pengawas dan Fasilitator Daerah terdiri atas Kedua kegiatan Pelatihan Fasilitator Daerah dan Pelatihan Pengawas Daerah seluruh jenjang pendidikan serta kegiatan bimbingan teknis yang akan dipetakan terdiri dengan penyerapan anggaran sebesar Rp ,- dari total sebesar Rp ,- atau sebesar 93%. 3. Persentase SMA yang telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah Indikator kinerja persentase SMA telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah belum mencapai target yang ditetapkan dalam PK yaitu 100% atau sejumlah 854 SMA. Capaian indikator ini baru sebesar 74,94% atau sejumlah 640 SMA. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah anggaran yang tersedia. Hanya 64 pengawas jenjang SMA di Jawa Tengah yang dilatih tentang pemetaan data mutu pendidikan. Artinya hanya 640 sekolah yang dibimbing untuk melaksanakan pemetaan mutu pendidikan. Jika dibandingkan dengan jumlah sasaran output di DIPA LPMP Jawa Tengah indikator persentase SMP telah dipetakan mutu pendidikannyatelah melampaui target yang ditetapkan yaitu telah terealisasi sejumlah 640 sekolah dari target 175 sekolah dengan persentase capaian sejumlah 365,71%. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut; 1) Fungsi koordinasi berjalan dengan baik antara LPMP Jawa Tengah dengan Dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, 2) Adanya strategi pencapaian dengan melibatkan unsur diluar LPMP yaitu pengawas diseluruh kabupaten/kota dan dinas pendidikan kabupaten/kota. Pencapaian kinerja tersebut dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut : LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 34

41 Target Renstra Target DIPA Realisasi Kinerja Hasil dari pelaksanaan program tersebut sebagai berikut a) Gambaran Umum Capaian SNP Jumlah Sekolah Menengah Atas yang dilibatkan dalam analisis ini sebanyak 291 sekolah. Peta capaian mutu jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut. 6,000 Peta Capaian Mutu SNP Provinsi Jawa Tengah Tahun ,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 Kab/Kota Prov Jawa Tengah Gambar 3.8. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Jawa Tengah Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 35

42 Skor peta capaian mutu jenjang SMA untuk masing-masing kabupaten/kota dipaparkan pada tabel 3.6 berikut. Skor Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kab. Brebes 5,442 Menuju SNP 4 Kab. Sragen 5,413 Menuju SNP 4 Kab. Boyolali 5,292 Menuju SNP 4 Kab. Purworejo 5,214 Menuju SNP 4 Kab. Pekalongan 5,192 Menuju SNP 4 Kab. Blora 5,174 Menuju SNP 4 Kab. Kudus 5,143 Menuju SNP 4 Kab. Sukoharjo 5,126 Menuju SNP 4 Kab. Semarang 5,074 Menuju SNP 4 Kab. Purbalingga 5,074 Menuju SNP 4 Kab. Tegal 5,059 Menuju SNP 3 Kab. Jepara 5,045 Menuju SNP 3 Kab. Banyumas 5,039 Menuju SNP 3 Kota Salatiga 5,034 Menuju SNP 3 Kota Magelang 5,033 Menuju SNP 3 Kab. Kendal 5,007 Menuju SNP 3 Kab. Karanganyar 4,990 Menuju SNP 3 Kab. Kebumen 4,988 Menuju SNP 3 Kota Semarang 4,971 Menuju SNP 3 Kab. Wonogiri 4,949 Menuju SNP 3 Kota Surakarta 4,947 Menuju SNP 3 Kab. Banjarnegara 4,943 Menuju SNP 3 Kab. Klaten 4,941 Menuju SNP 3 Kab. Pati 4,931 Menuju SNP 3 Kota Tegal 4,927 Menuju SNP 3 Kab. Wonosobo 4,926 Menuju SNP 3 Kota Pekalongan 4,917 Menuju SNP 3 Kab. Batang 4,905 Menuju SNP 3 Kab. Temanggung 4,903 Menuju SNP 3 Kab. Magelang 4,898 Menuju SNP 3 Kab. Rembang 4,878 Menuju SNP 3 Kab. Cilacap 4,866 Menuju SNP 3 Kab. Demak 4,847 Menuju SNP 3 Kab. Grobogan 4,681 Menuju SNP 3 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 36

43 Skor Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kab. Pemalang 4,424 Menuju SNP 3 Jawa Tengah 5,009 Menuju SNP 3 Tabel 3.6. Skor Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Jawa Tengah Tahun 2016 Berdasarkan data pada Tabel 3.6 di atas, dapat diketahui bahwa capaian mutu SNP jenjang SMA di 35 kabupaten/kota sebagian besar dapat dikategorikan menuju SNP level 3. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mutu pendidikan jenjang SMA di Jawa Tengah belum mencapai SNP. Bila dilihat dari jumlah sekolahnya, gambaran capaian mutu dipaparkan pada gambar 3.8 berikut. Jumlah Sekolah Berdasarkan Capaian Mutu 46,39% 52,58% 0,34% 0,34% 0,34% SNP Menuju SNP 4 Menuju SNP 3 Menuju SNP 2 Menuju SNP 1 Gambar 3.8. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Jawa Tengah Tahun 2016 Secara umum capaian mutu SNP jenjang SMA di 35 kabupaten/kota dapat dikategorikan menuju SNP level 3, tetapi bila dilihat dari masing-masing SMA ada 0,34% SMA yang capaian mutunya sudah mencapai SNP. Sementara LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 37

44 itu, ada 46,39% SMA yang dapat dikategorikan capaian mutunya menuju SNP level 4. Hal ini menunjukkan hampir sebagian SMA di Jawa Tengah yang capaian mutu SNP-nya hampir mendekati SNP. Sementara itu, masih ada pula SMA yang capaian mutunya masih jauh dari yang diharapkan yaitu sejumlah 0,68% SMA. b) Capaian SNP untuk Setiap Standar Gambaran capaian mutu jenjang SMA Jawa Tengah untuk masing-masing standar dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut. Standar Kompetensi Lulusan 5,607 Standar Pengelolaan 5,315 5,141 Standar Isi 4,224 Standar Penilaian 4,758 Standar Proses skor mutu Gambar 3.9. Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Jawa Tengah Tahun 2016 Skor capaian mutu jenjang SMA Jawa Tengah untuk masing-masing standar dipaparkan pada tabel 3.7 berikut. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 38

45 Standar Skor Rata-rata Keterangan Standar Kompetensi Lulusan 5,607 Menuju SNP 4 Standar Isi 5,141 Menuju SNP 4 Standar Proses 4,758 Menuju SNP 3 Standar Penilaian 4,224 Menuju SNP 3 Standar Pengelolaan 5,315 Menuju SNP 4 SNP 5,009 Menuju SNP 3 Tabel 3.7. Skor Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Jawa Tengah Tahun 2016 Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa capaian mutu jenjang SMA di Jawa Tengah secara umum belum mencapai SNP. Capaian mutu yang paling baik adalah pada standar kompetensi lulusan dengan skor mutu 5,607 dan capaian mutu yang paling rendah ada pada standar penilaian dengan skor mutu 4,224. c) Hambatan dan kendala Target 854 Sekolah Menengah Atas tidak tercapai karena adanya kendala pendanaan pada alokasi anggaran dalam DIPA LPMP Jawa Tengah. Alokasi pelatihan pengawas pada pemetaan data mutu pendidikan mestinya sejumlah 86 pengawas SMA, tetapi hanya 64 yang dapat dilatih. Dari 640 SMA yang telah terpetakan, ternyata hanya 291 sekolah yang dapat diolah peta mutunya. Hal ini disebabkan oleh kendala teknis dalam penggunaan aplikasi Pemetaan Data Mutu, yaitu (1) spesifikasi komputer yang digunakan untuk menjalankan aplikasi PMP harus tinggi, sedangkan kebanyakan sekolah tidak memiliki komputer yang memenuhi spesifikasi; (2) jumlah pertanyaan yang sangat banyak juga mempengaruhi kinerja aplikasi; (3) server pusat Pemetaan Data Mutu belum mampu untuk menerima data yang sangat besar dalam waktu yang bersamaan, sehingga menyulitkan sekolah dalam pengiriman data. Di samping kendala teknis, tidak dilatihnya operator sekolah tentang penggunaan aplikasi PMP juga merupakan kendala tersendiri. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 39

46 d) Langkah antisipasi yang dilakukan ke depan Untuk memecahkan kendala di atas, hal yang harus dilakukan adalah: Pertama, pemerintah perlu meningkatkan jumlah sasaran sesuai dengan target sasaran jumlah sekolah yang akan dipetakan. Kedua, perlu penyempurnaan aplikasi pemetaan mutu dan pengurangan jumlah pertanyaan pada kuisioner sehingga sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan sarana komputer tetap bisa menggunakan aplikasi tersebut tanpa mengalami kendala berarti. Ketiga, server pusat sebaiknya lebih disiapkan kinerjanya untuk menerima data dari seluruh sekolah di Indonesia. Keempat, ke depan, selain melatih pengawas, operator sekolah juga dilatih tentang penggunaan aplikasi PMP. Foto Pelatihan Pengawas SMA pada Pemetaan Data Mutu SMA LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 40

47 Capaian realisasi tersebut didukung oleh dua kegiatan, yaitu Pelatihan Pengawas dan Fasilitator Daerah terdiri dari Kedua kegiatan Pelatihan Fasilitator Daerah dan Pelatihan Pengawas Daerah seluruh jenjang pendidikan serta kegiatan bimbingan teknis yang akan dipetakan terdiri dengan penyerapan anggaran sebesar Rp ,- dari total sebesar Rp ,- atau sebesar 93%. 4. Persentase SMK yang telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah Indikator kinerja persentase SMK telah dipetakan mutu pendidikannya di Jawa Tengah belum mencapai target yang ditetapkan dalam PK yaitu 65% atau sejumlah 999 SMK. Capaian indikator ini baru sebesar 30.03% atau sejumlah 300 SMK. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah anggaran yang tersedia. Hanya 30 pengawas SMK saja yang diundang untuk mengikuti pelatihan pengawas tentang pemetaan data mutu pendidikan. Artinya hanya 300 sekolah yang dibimbing dalam pelaksanaan pemetaan mutu pendidikan. Jika dibandingkan dengan jumlah sasaran output di DIPA indikator persentase SMK telah dipetakan mutu pendidikannya telah melampaui target yang ditetapkan yaitu telah Jenjang SMK yang telah dipetakan mutunya telah terealisasi sejumlah 300 sekolah dari target 200 sekolah dengan persentase capaian sejumlah 150%. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut; 1) Fungsi koordinasi berjalan dengan baik antara LPMP dengan Dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, 2) Adanya strategi pencapain dengan melibatkan unsur diluar LPMP yaitu pengawas diseluruh kabupaten/kota dan dinas pendidikan kabupaten/kota. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 41

48 Pencapaian kinerja tersebut dapat dilhata dalam gambar sebagai berikut: Target Renstra Target DIPA Realisasi Kinerja Hasil dari pelaksanaan Program tersebut adalah sebagai berikut. a) Gambaran Umum Capaian SNP Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan yang dilibatkan dalam analisis ini sebanyak 436 sekolah. Peta capaian mutu jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut. 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 Peta Capaian Mutu SNP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kab/Kota Prov. Jawa Tengah Gambar Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jawa Tengah Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 42

49 Skor peta capaian mutu jenjang SMK untuk masing-masing kabupaten/kota dipaparkan pada tabel 3.8 dibawah ini. Kab/Kota Skor Rata-rata Keterangan Kab. Demak 5,692 Menuju SNP 4 Kab. Boyolali 5,331 Menuju SNP 4 Kab. Banjarnegara 5,243 Menuju SNP 4 Kab. Wonosobo 5,232 Menuju SNP 4 Kab. Magelang 5,218 Menuju SNP 4 Kab. Temanggung 5,210 Menuju SNP 4 Kota Pekalongan 5,197 Menuju SNP 4 Kab. Klaten 5,180 Menuju SNP 4 Kota Surakarta 5,133 Menuju SNP 4 Kab. Pati 5,123 Menuju SNP 4 Kab. Pekalongan 5,088 Menuju SNP 4 Kab. Pemalang 5,082 Menuju SNP 4 Kab. Brebes 5,068 Menuju SNP 4 Kota Magelang 5,057 Menuju SNP 3 Kab. Purworejo 5,031 Menuju SNP 3 Kab. Batang 5,024 Menuju SNP 3 Kab. Sukoharjo 5,014 Menuju SNP 3 Kab. Kebumen 4,990 Menuju SNP 3 Kab. Kudus 4,974 Menuju SNP 3 Kab. Cilacap 4,958 Menuju SNP 3 Kota Tegal 4,948 Menuju SNP 3 Kab. Jepara 4,935 Menuju SNP 3 Kab. Karanganyar 4,918 Menuju SNP 3 Kab. Banyumas 4,904 Menuju SNP 3 Kota Salatiga 4,890 Menuju SNP 3 Kab. Sragen 4,889 Menuju SNP 3 Kota Semarang 4,875 Menuju SNP 3 Kab. Semarang 4,855 Menuju SNP 3 Kab. Purbalingga 4,848 Menuju SNP 3 Kab. Wonogiri 4,809 Menuju SNP 3 Kab. Kendal 4,803 Menuju SNP 3 Kab. Tegal 4,751 Menuju SNP 3 Kab. Rembang 4,746 Menuju SNP 3 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 43

50 Kab/Kota Skor Rata-rata Keterangan Kab. Blora 4,732 Menuju SNP 3 Kab. Grobogan 4,659 Menuju SNP 3 Jawa Tengah 4,994 Menuju SNP 3 Tabel 3.8. Skor Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jawa Tengah Tahun 2016 Berdasarkan data pada Tabel 3.8 tersebut dapat diketahui bahwa capaian mutu SNP jenjang SMK di 35 kabupaten/kota sebagian besar dapat dikategorikan menuju SNP level 3. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mutu pendidikan jenjang SMK di Jawa Tengah belum mencapai SNP. Bila dilihat dari jumlah sekolahnya, gambaran capaian mutu dipaparkan pada gambar 3.10 berikut. Jumlah Sekolah Berdasarkan Capaian Mutu 55,28% 44,04% 0,23% 0,46% 0,00% SNP Menuju SNP 4 Menuju SNP 3 Menuju SNP 2 Menuju SNP 1 Gambar Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jawa Tengah Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 44

51 Meskipun secara umum capaian mutu SNP jenjang SMK di 35 kabupaten/kota dapat dikategorikan menuju SNP level 3, akan tetapi bila dilihat dari masingmasing SMK ada 0,23% SMK yang capaian mutunya sudah mencapai SNP. Sementara itu ada 44,04% SMK yang dapat dikategorikan capaian mutunya menuju SNP level 4. Hal ini menunjukkan hampir sebagian SMK di Jawa Tengah yang capaian mutu SNP-nya hampir mendekati SNP. Sementara itu masih ada pula SMK yang capaian mutunya masih jauh dari yang diharapkan yaitu sejumlah 0,46% SMK. b) Capaian SNP untuk Setiap Standar Gambaran capaian mutu jenjang SMK Jawa Tengah untuk masing-masing standar dapat dilihat pada gambar 3.11 berikut. Standar Kompetensi Lulusan 5,511 Standar Pengelolaan 5,147 5,496 Standar Isi 4,061 Standar Penilaian 4,754 Standar Proses skor mutu Gambar Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jawa Tengah Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 45

52 Skor capaian mutu jenjang SMK Jawa Tengah untuk masing-masing standar dipaparkan pada tabel 3.17 dibawah ini. Standar Skor Rata-rata Keterangan Standar Kompetensi Lulusan 5,511 Menuju SNP 4 Standar Isi 5,496 Menuju SNP 4 Standar Proses 4,754 Menuju SNP 3 Standar Penilaian 4,061 Menuju SNP 3 Standar Pengelolaan 5,147 Menuju SNP 4 SNP 4,994 Menuju SNP 3 Tabel Skor Peta Capaian SNP Setiap Standar Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jawa Tengah Tahun 2016 Berdasarkan tabel 3.17 dapat diketahui bahwa capaian mutu jenjang SMK di Jawa Tengah secara umum belum mencapai SNP. Capaian mutu yang paling baik adalah pada standar kompetensi lulusan dengan skor mutu 5,511 dan capaian mutu yang paling rendah ada pada standar penilaian dengan skor mutu 4,061. c) Hambatan dan kendala Target 999 Sekolah Menengah Kejuruan tidak tercapai karena adanya kendala pendanaan di tingkat pusat. Alokasi pelatihan pengawas pada pemetaan data mutu pendidikan mestinya sejumlah 100 pengawas SMK, namun hanya 30 yang dapat dilatih. Dari 300 SMA yang telah terpetakan, ternyata ada 436 sekolah yang dapat diolah peta mutunya. Hal ini disebabkan terdapat 136 sekolah yang meskipun tidak dilatih oleh pengawas, tetapi mengirimkan datanya. Meskipun demikian, tetap ditemukan kendala teknis dalam penggunaan aplikasi Pemetaan Data Mutu, yaitu (1) spesifikasi komputer yang digunakan untuk menjalankan aplikasi PMP harus tinggi, sedangkan kebanyakan sekolah tidak memiliki komputer yang memadahi; (2) jumlah pertanyaan yang sangat banyak juga mempengaruhi kinerja aplikasi; (3) server pusat Pemetaan Data Mutu belum mampu untuk menerima data yang sangat besar dalam waktu yang bersamaan, sehingga menyulitkan sekolah dalam pengiriman data. Selain kendala teknis, LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 46

53 tidak dilatihnya operator sekolah tentang penggunaan aplikasi PMP juga merupakan kendala tersendiri. d) Langkah antisipasi yang dilakukan ke depan Untuk memecahkan kendala di atas, hal yang harus dilakukan adalah: Pertama, pemerintah perlu meningkatkan jumlah sasaran sesuai dengan target sasaran jumlah sekolah yang akan dipetakan. Kedua, perlu penyempurnaan aplikasi pemetaan mutu dan pengurangan jumlah pertanyaan pada kuisioner sehingga sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan sarana komputer tetap bisa menggunakan aplikasi tersebut tanpa mengalami kendala berarti. Ketiga, server pusat sebaiknya lebih disiapkan kinerjanya untuk menerima data dari seluruh sekolah di Indonesia. Keempat, ke depan disamping melatih pengawas, operator sekolah juga dilatih tentang penggunaan aplikasi PMP. Foto Pelatihan Pengawas SMK tentang Pemetaan Data Mutu Pendidikan LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 47

54 Capaian realisasi tersebut didukung oleh dua kegiatan, yaitu Pelatihan Pengawas dan Fasilitator Daerah terdiri atas dua kegiatan Pelatihan Fasilitator Daerah dan Pelatihan Pengawas Daerah seluruh jenjang pendidikan serta kegiatan bimbingan teknis yang akan dipetakan menyerap anggaran sebesar Rp ,- dari total sebesar Rp ,- atau sebesar 98,61%. Indikator kinerja persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapain SNP telah terealisasi sebesar 28% atau sejumlah sekolah dari target 25% atau sekolah dengan persentase capaian 112%. Persentase capaian realisasi kegiatan dapat lebih dari 100% (112%) karena ada beberapa penyebab. Penyebab tersebut adalah: a) realisasi kegiatan SPMI adalah 441 sekolah; b) realisasi program sekolah model sebanyak 175 sekolah; c) fasilitasi pelatihan dan pendampingan kurikulum tahun 2016 sebanyak 4796 sekolah; dan d) kecukupan anggaran untuk melakukan kegiatan fasilitasi di sekolah jenjang SD; serta e) fungsi koordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini dinas pendidikan kabupaten/kota yang berjalan dengan baik. Pada tahun 2015 realisasi indikator persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP adalah 1984 sekolah. Pada tahun 2016 meningkat menjadi sekolah. Ini berarti ada peningkatan sejumlah sebagaimana dalam gambar 3.12 dibawah ini. 5. Persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 48

55 Capaian Realiasasi tersebut pada pelaksanaannya di tunjang dengan beberapa kegiatan yaitu : a) Pengembangan sekolah berbasis SNP melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terdiri dari Pelatihan fasitator daerah SPMI, Pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan Pengawas serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di Daerah, yang meliputi kegiatan pelatihan Fasilitator daerah SPMI, pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan pengawas, monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di daerah, Bimbingan Teknis Pengawas ke sekolah yang akan dipetakan, Best practices pelaksanaan SPMI antar LPMP, Koordinasi penjaminan Mutu antar cluster LPMP, Penyusunan profil PTK berbasis Dapodik di jawa tengah. Dari 448 SD yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP telah terealisasi sejumlah 441 SD dengan capaian sebesar 98,43%. b) Implementasi Kurikulum 2013 jenjang SD terdiri dari ToT Instruktur Kabupaten/Kota, Pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru sasaran, rapat koordinasi dengan kabupaten kota, Capacity Building bagi narasumber, pemberian bantuan pelaksanaan kurikulum.keterlaksanaan Implementasi kurikulum jenjang SD dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 49

56 Rekapitulasi Diklat Kurikulum 2013 Tahun 2016 NO Jenjang Instruktur Kabupaten/kota Guru Sasaran % tidak tidak Kuota hadir hadir Kuota hadir hadir % 1 SD ,58 Tabel 3.10 : Rekapitulasi Diklat Kurikulum 2013 Tahun 2016 Keterlaksanaan tersebut dijelaskan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 dan Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran. Pada bagian berikut ditampilkan data rekapitulasi pelatihan bagi instruktur kabupaten/kota. Pada data tampak kehadiran pada instruktur jenjang kelas I, kelas IV dan kelas agama. Kehadiran peserta pada pelatihan instruktur adalah 100%. Matriks Peserta ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 tiap Kelas pada Jenjang SD No Kegiatan Jumlah Kelas 1 Jumlah kelas 4 Jumlah Kelas Agama Jumlah ToT Instruktur Kab/Kota Kurikulum 2013 Tabel : TOT Peserta Instruktur Kabupaten/Kota kurikulum 2013 tiap kelas jenjang SD Pada pelatihan instruktur, terdapat peserta yang tidak lulus, yaitu sebanyak dua orang, dengan alasan a) satu orang sakit pada saat mengikuti kegiatan, sehingga dengan terpaksa harus pulang; dan b) satu orang selama mengikuti pelatihan tidak disiplin, karena sering meninggalkan kelas tanpa izin. Matriks Kelulusan Peserta ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 Jenjang SD No Jenjang Jumlah Lulus Tidak Lulus Kelulusan (%) 1 Kelas I ,68 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 50

57 2 Kelas IV Agama ,89 Tabel 3.12 :Matrik Kelulusan Peserta TOT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 jenjang SD DataPeserta pelatihan kurikulum sekolah sasaran jenjang SD kabupaten/kota, disajikan pada tabel 3.13 berikut. Matriks Peserta Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Sekolah Sasaran Jenjang SD Kabupaten/Kota No 1 Kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran SD Jumlah Kelas 1 Jumlah kelas 4 Jumlah Kelas Agama Jumlah Secara keseluruhan capaian pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 jenjang SD pada tahun 2016 pada diklat instruktur kabupaten/kota adalah 100%, sedang pada diklat guru sasaran terealisasi sebesar 97,40%. Beberapa alasan ketidaktercapaian tersebut, antara lain: a) jumlah kuota yang diperoleh dari pusat, tidak sama dengan data real yang diperoleh dari dinas kabupaten/kota, pada kasus ini jumlah data peserta yang dimiliki oleh dikdasmen jauh lebih besar dari data jumlah guru yang terdapat pada dinas pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota. Jika dibandingkan tahun 2015 jumlah sekolah sasaran kurikulum 2016 mengalami kenaikan dari 10,39 % menjadi 25 % yang tertuang dalam gambar 3.13 berikut. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 51

58 c) Sekolah model yang telah dikembangkan mutu pendidikannya terdiri dariworkshop sekolah model, pemberian bantuan, monitoring dan evaluasi ke sekolah model dan laporan pengembangan dan diseminasi sekolah model. Pada tahun 2016 jumlah sekolah model yang dikembangkan mutu pendidikannya adalah sejumlah 175 sekolah dari target 280 sekolah dengan capaian 62.5% dengan perincian 5 sekolah tiap kabupaten kota. Hal ini sebabkan adanya selfblocking pada output (sekolah model yang telah dikembangkan mutu pendidikannya) sebesar Rp ,- (lima milyar empat ratus empat puluh tujuh juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) d) Selain ketiga kegiatan diatas terdapat efisiensi anggaran yang digunakan sebagai kegiatan Supervisi Implementasi Kurikulum 2013 yang meliputi supervisi Dokumen I KTSP, Supervisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran dan Supervisi Penilaian. Program ini terdiri atas: 1) Reviu Instrumen Supervisi Implementasi Kurikulum 2013 dengan peserta 36 orang, 2) Capacity Building Pengawas/Supervisor dengan peserta sejumlah 102 orang dari 105 orang yang diundang, LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 52

59 3) Supervisi di satuan pendidikan dengan sasaran jenjang SD 451 sekolah dari 450 sekolah yang ditetapkan sebagai sasaran 4) Pendampingan pelaksanaan supervisi di satuan pendidikan sejumlah 50 sekolah 5) Pengolahan dan analisis data supervisi mutu pendidikan dengan sasaran sejumlah 451 satuan pendidikan 6) Sosialisasi hasil supervisi mutu pendidikan yang didikuti oleh 291 peserta dari 315 orang yang diundang. e) Hambatan dan kendala Beberapa hambatan utama yang muncul selama penyelenggaraan program adalah: 1) Jumlah data yang tidak sama antara data yang diperoleh dari dikdasmen dengan data yang diperoleh dari dinas pendidikan Kabupaten/Kota; 2) Permasalahan yang muncul di masing-masing kabupaten/kota yang berbedabeda sehingga harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan pedoman yang ada. f) Langkah antisipasi yang dilakukan ke depan Adapun solusi yang diambil untuk mengatasi hambatan tersebut adalah: 1) Perlunya sinkronisasi data lebih awal antara dinas kabupaten/kota dengan LPMP Jawa Tengah besertadirektorat Jenderal Dikdasmen; 2) Berkoordinasi dan berkonsultasi baik dengan dinas pendidikan kabupaten/kota. Berdasarkan permasalahan di tahun 2016, rekomendasi yang diusulkan untuk menyelenggarakan program fasilitasi di tahun 2017 adalah: 1. Perlunya sinkronisasi data lebih awal antara dinas Kabupaten/Kota dengan LPMP Jawa Tengah beserta Direktorat Jenderal Dikdasmen; 2. Direktorat Jenderal Dikdasmen membuat pedoman penyelenggaran yang baku mengenai penyelenggaraan fasilitasi sebelum program fasilitasi berjalan, sehingga perubahan saat kegiatan berlangsung dapat diminimalkan. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 53

60 6. Persentase SMP yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Indikator kinerja persentase SMP yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapain SNP telah terealisasi sebesar 33% atau sejumlah sekolah dari target 25% atau sejumlah 808 sekolah denganpersentase capaian 132%. Persentase capaian realisasi kegiatan dapat lebih dari 100% (132%) karena ada beberapa penyebab. Penyebab tersebut adalah: a) realisasi kegiatan SPMI adalah 163 sekolah; b) realisasi program sekolah model sebanyak 105 sekolah; c) fasilitasi pelatihan dan pendampingan kurikulum tahun 2016 sebanyak 799 sekolah; dan d) kecukupan anggaran untuk melakukan kegiatan fasilitasi di sekolah jenjang SD; serta e) fungsi koordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini dinas pendidikan dan dinas pendidikan kabupaten/kota yang berjalan dengan baik. Capaian Realiasasi tersebut pada pelaksanaannya di tunjang dengan beberapa kegiatan yaitu : a) Pengembangan sekolah berbasis SNP melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terdiri atas Pelatihan fasitator daerah SPMI, Pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan Pengawas, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di daerah, yang meliputi kegiatan pelatihan Fasilitator daerah SPMI, pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan pengawas, monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di daerah, Bimbingan Teknis Pengawas ke sekolah yang akan dipetakan, Best practices pelaksanaan SPMI antar LPMP, Koordinasi penjaminan Mutu antarcluster LPMP, Penyusunan profil PTK berbasis Dapodik di Jawa Tengah. Dari 167 SMP yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP telah terealisasi sejumlah 163 SMP dengan capaian sebesar 97,60%. b) Implementasi Kurikulum 2013 jenjang SMP terdiri dari ToT Instruktur Kabupaten/Kota, Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru sasaran, rapat koordinasi dengan kabupaten kota, Capacity Building bagi narasumber, pemberian bantuan pelaksanaan kurikulum dan pendampingan sekolah rujukan.keterlaksanaan Implementasi kurikulum jenjang SMP yang teruang dalam tabel 3.14 berikut. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 54

61 REKAPITULASI DIKLAT KURIKULUM 2013 TAHUN 2016 NO Jenjang Instruktur Kabupaten/kota tidak Kuota hadir hadir % Guru Sasaran tidak Kuota Hadir hadir % 1 SMP ,90 Secara keseluruhan capaian pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 jenjang SMP untuk Pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota pada tahun 2016 adalah 93%, dan untuk Pelatihan Guru Sasaran sebesar 95,90%. Ketidakhadiran tersebut disebabkan adanya 3 (tiga) mata pelajaran yang masih kekurangan guru yaitu Pendidikan Agama Budha, Pendidikan Agama Hindu dan Pendidikan Agama Konghucu sedangkan untuk mata pelajaran yang lain ketidakhadiran karena alasan kesehatan dan pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013 bersamaan waktunya dengan kegiatan yang lain. Jika dibandingkan tahun 2015 jumlah sekolah sasaran kurikulum 2016 mengalami kenaikan dari 176 menjadi 799 yang tertuang dalam gambar 3.14 berikut Perbandingan Jumlah Guru Sasaran Tahun 2015 Tahun 2016 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 55

62 c) Sekolah model yang telah dikembangkan mutu pendidikannya terdiri atas workshop sekolah model, pemberian bantuan, monitoring dan evaluasi ke sekolah model dan laporan pengembangan dan diseminasi sekolah model. Pada tahun 2016 jumlah sekolah model yang dikembangkan mutu pendidikannya adalah sejumlah 105 sekolah dari target140dengan capaian sebesar75% dengan perincian 3 sekolah tiap kabupaten kota. Hal ini sebabkan adanya selfbooking pada output (sekolah model yang telah dikembangkan mutu pendidikannya) sebesar Rp ,00. d) Selain 3 kegiatan tersebut terdapat efisiensi anggaran yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi LPMP Jawa tengah yaitu kegiatan Supervisi Implementasi Kurikulum 2013, yang meliputi supervisi Dokumen I KTSP, Supervisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran dan Supervisi Penilaian. Program ini terdiri atas: 1) Reviu Instrumen Supervisi Implementasi Kurikulum 2013 dengan peserta 36 orang, 2) Capacity Building Pengawas/Supervisor dengan peserta sejumlah 102 orang dari 105 orang yang diundang, 3) Supervisi di satuan pendidikan dengan sasaran jenjang SMP 166 sekolah dari 165 sekolah yang ditetapkan. 4) Pendampingan pelaksanaan supervisi di satuan pendidikan sejumlah 30 sekolah 5) Pengolahan dan analisis data supervisi mutu pendidikan dengan sasaran sejumlah 166 satuan pendidikan 6) Sosialisasi hasil supervisi mutu pendidikan yang didikuti oleh 291 peserta dari 315 orang yang diundang. \ LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 56

63 7. Persentase SMA yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Indikator kinerja persentase SMA yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapain SNP telah terealisasi sebesar 25,29% atau sejumlah 216 sekolah dari target 25% atau 213 sekolah dengan persentase 101%. Persentase capaian realisasi kegiatan dapat lebih dari 100% (132%) karena ada beberapa penyebab. Penyebab tersebut adalah: a) realisasi kegiatan SPMI adalah 64 sekolah; b) realisasi program sekolah model sebanyak 35 sekolah; c) fasilitasi pelatihan dan pendampingan kurikulum tahun 2016 sebanyak 117 sekolah; dan d) kecukupan anggaran untuk melakukan kegiatan fasilitasi di sekolah jenjang SD; serta e) fungsi koordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini dinas pendidikan dan dinas pendidikan kabupaten/kota yang berjalan dengan baik. Capaian Realisasi tersebut pada pelaksanaannya ditunjang dengan beberapa kegiatan yaitu : a) Pengembangan sekolah berbasis SNP melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terdiri dari Pelatihan fasitator daerah SPMI, Pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan Pengawas serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di Daerah, yang meliputi kegiatan pelatihan Fasilitator daerah SPMI, pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan pengawas, monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di daerah, Bimbingan Teknis Pengawas ke sekolah yang akan dipetakan, Best practices pelaksanaan SPMI antar LPMP, Koordinasi penjaminan Mutu antar cluster LPMP, Penyusunan profil PTK berbasis Dapodik di jawa tengah. Dari 66 SMA yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP telah terealisasi sejumlah 64 SMP dengan capaian sebesar 96,96%. b) Implementasi Kurikulum 2013 jenjang SMA terdiri dari TOT Instruktur Kabupaten/Kota, Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru sasaran, rapat koordinasi dengan kabupaten kota, Capacity Building bagi narasumber, pemberian bantuan pelaksanaan kurikulum LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 57

64 Berikut adalah keterlaksanaan Implementasi kurikulum jenjang SMA : 1) Rapat Koordinasi dengan Dinas dan Sekolah Sasaran. Kegiatan Rapat Koordinasi dilaksanakan pada awal tahun dengan mengundang unsur Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Dinas Pendidikan Kab/Kota dan Kepala Sekolah sasaran tahun Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar seluruh rangkaian kegiatan Kurikulum 2013 dapat berjalan secara efektif, efisien dan optimal. Jumlah peserta yang diundang pada kegiatan ini sebanyak 154 orang, sedangkan yang hadir sebanyak 147 orang. 2) Capacity Building bagi Narasumber Pelaksanaan Capacity Building bagi narasumber dilaksanakan setelah pelatihan Narasumber dilaksanakan di tingkat pusat. Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan para narasumber dan merumuskan strategi pelatihan guru sasaran. Agar kegiatan pelatihan guru sasaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada kegiatan ini peserta yang diundang adalah Instruktur, Widyaiswara dan Fungsional Umum LPMP Jawa Tengah sebanyak 70 orang sedangkan yang hadir sebanyak 60 orang. 3) Pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota Kegiatan pelatihan instruktur Kabupaten/Kota ini merupakan kegiatan yang melatih guru-guru yang ditunjuk dari seluruh sekolah sasaran Kurikulum 2013 yang akan melakukan pendampingan pada guru sasaran sesuai dengan mata pelajarannya. Tujuan Pelatihan Instruktur Kab/Kota adalah untuk meningkatkan kemampuan teknis implementasi Kurikulum 2013 dan strategi pendampingan Kurikulum Terdapat 18 (delapan belas) mata pelajaran yang dilatihkan pada kegiatan itu. Adapun rekap kehadiran peserta pada kegiatan tersebut terekap pada tabel 3.15 berikut. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 58

65 REKAPITULASI PELATIHAN INSTRUKTUR KAB/KOTA TAHUN 2016 Instruktur Kabupaten/kota Jenjang Kuota Hadir Tidak Hadir % SMA Jumlah peserta yang hadir pada tiap mata pelajaran dapat dilihat pada gambar 3.16 sebagai berikut. 4) Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru sasaran Kegiatan pelatihan ini diperuntukkan bagi seluruh guru yang mengampu pada kelas X pada seluruh sekolah sasaran. Tujuan pada pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru sasaran adalah meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas mulai dari mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan pendekatan dan evaluasi pembelajaran pada LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 59

66 Kurikulum 2013 dengan baik dan benar. Terdapat 22 (dua puluh dua) mata pelajaran yang dilatihkan pada kegiatan ini. Adapun rekap kehadiran peserta kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.16 berikut. REKAPITULASI PELATIHAN GURU SASARAN TAHUN 2016 Jenjang Guru Sasaran Kuota Hadir Tidak Hadir % SMA ,95 Jumlah peserta yang hadir pada tiap mata pelajaran dapat dilihat dalam gambar 3.17 sebagai berikut. Secara keseluruhan capaian pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 jenjang SMA untuk Diklat Instruktur Kabupaten/Kota pada tahun 2016 adalah 96%, dan untuk Diklat Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran sebesar LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 60

67 93,95%. Ketidakhadiran tersebut disebabkan tidak ada lagi guru mata pelajaran tersebut (Agama Lainnya dan Antropologi) pada sekolah sasaran tahun 2016 dan calon peserta sudah diundang pada kegiatan pelatihan Instruktur Kab/Kota. 5) Pemberian Dana Bantuan Pemerintah Pelaksanaan Kurikulum. Pemberian dana Bantuan Pemerintah diberikan pada 117 sekolah sasaran dengan bantuan tiap sekolah sebesar Rp ,00. c) Sekolah model yang telah dikembangkan mutu pendidikannya terdiri atasworkshop sekolah model, pemberian bantuan, monitoring dan evaluasi ke sekolah model dan laporan pengembangan dan diseminasi sekolah Model. Pada tahun 2016 jumlah sekolah model yang dikembangkan mutu pendidikannya adalah sejumlah 35 sekolah dari target 70 Sekolah dengan capaian sebesar 50% dengan perincian 1sekolah tiap kabupaten/kota. Hal ini sebabkan adanya selfblocking pada output (sekolah model yang telah dikembangkan mutu pendidikannya) sebesar Rp ,00 (lima milyar empat ratus empat puluh tujuh juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) d) Selain kegiatan tersebut terdapat efisiensi anggaran yang digunakan unuk menunjang tugas dan fungsi LPMP Jawa Tengah yaitu kegiatan Supervisi Implementasi Kurikulum 2013 yang meliputi supervisi Dokumen I KTSP, Supervisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran dan Supervisi Penilaian. Program ini terdiri atas: 1) Reviu Instrumen Supervisi Implementasi Kurikulum 2013 dengan peserta 36 orang, 2) Capacity Building Pengawas/Supervisor dengan peserta sejumlah 102 orang dari 105 orang yang diundang, 3) Supervisi di satuan pendidikan dengan sasaran jenjang SMP 166 sekolah dari 165 sekolah yang ditetapkan. 4) Pendampingan pelaksanaan supervisi di satuan pendidikan sejumlah 30 sekolah LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 61

68 5) Pengolahan dan analisis data supervisi mutu pendidikan dengan sasaran sejumlah 166 satuan pendidikan 6) Sosialisasi hasil supervisi mutu pendidikan yang didikuti oleh 291 peserta dari 315 orang yang diundang.. 8. Persentase SMK yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapaian SNP Indikator kinerja persentase SMK yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam pencapain SNP telah terealisasi sebesar 38,58% atau sejumlah 593 sekolah dari target 25% atau 384 sekolah dengan persentase 154%. Persentase capaian realisasi kegiatan dapat lebih dari 100% (154%) karena ada beberapa penyebab. Penyebab tersebut adalah: a) realisasi kegiatan SPMI adalah 66 sekolah; b) realisasi program sekolah model sebanyak 35 sekolah; c) fasilitasi pelatihan dan pendampingan kurikulum tahun 2016 sebanyak 492 sekolah; dan d) kecukupan anggaran untuk melakukan kegiatan fasilitasi di sekolah jenjang SD; serta e) fungsi koordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini dinas pendidikan dan dinas pendidikan kabupaten/kota yang berjalan dengan baik.capaian Realiasasi tersebut pada pelaksanaannya di tunjang dengan beberapa kegiatan, yaitu : a) Pengembangan sekolah berbasis SNP melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terdiri dari Pelatihan fasitator daerah SPMI, Pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan Pengawas serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di Daerah, yang meliputi kegiatan pelatihan Fasilitator daerah SPMI, pelatihan SPMI bagi Kepala Sekolah dan pengawas, monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPMI di daerah, Bimbingan Teknis Pengawas ke sekolah yang akan dipetakan, Best practices pelaksanaan SPMI antar LPMP, Koordinasi penjaminan Mutu antar cluster LPMP, Penyusunan profil PTK berbasis Dapodik di jawa tengah. Dari 69 SMK yang telah difasilitasi berdasarkan 8 SNP telah terealisasi sejumlah 66 SMK dengan capaian sebesar 95,65%. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 62

69 b) Implementasi Kurikulum 2013 jenjang SMK terdiri dari beberapa kegiatan. Diawali rapat koordinasi dengan kabupaten/kota, dilanjutkan dengan Capacity Building bagi Narasumber, ToT Instruktur Kabupaten/Kota, Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru sasaran, serta Pemberian Bantuan Pelaksanaan Kurikulum Berikut gambaran singkat tentang pelaksanaan masing-masing kegiatan. 1) Rapat Koordinasi dengan Kabupaten/Kota Rapat Koordinasi dengan Kabupaten/Kota diselenggarakan dengan judul Koordinasi Pelaksanaan Pelatihan Kurikulum 2013 Jenjang SMK di Cluster. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada tanggal 3 sampai dengan 4 Mei 2016, dan bertempat di LPMP Jawa Tengah, Jalan Kyai Mojo, Srondol Kulon, Banyumanik, Kota Semarang. Tujuan kegiatan tersebut adalah pertama, agar peserta koordinasi memahami desain pelatihan Kurikulum 2013 seta mekanisme pendampingan implementasi Kurikulum Kedua, agar diperoleh data smk induk klaster, smk imbas, calon instruktur kabupaten/kota dan calon guru sasaran pelatihan dan pendampingan implementasi kurikulum 2013 tahun 2016 yang terverifikasi. Jumlah peserta yang diundang dan hadir dalam kegiatan tersebut sebanyak 88 orang. 2) Capacity Building bagi Narasumber Kegiatan Capacity Building bagi Narasumber diselenggarakan dengan judul Koordinasi Persiapan Pelatihan dengan Instruktur Jenjang SMK pada tanggal 19 Mei 2016, dan bertempat di LPMP Jawa Tengah, Jalan Kyai Mojo, Srondol Kulon, Banyumanik, Kota Semarang. Tujuan diselenggarakannya kegiatan tersebut adalah pertama, merumuskan strategi pelatihan Kurikulum Kedua, untuk menyiapkan materi, perangkat serta jadwal pelatihan/tot Instruktur Kabupaten/Kota. Jumlah peserta yang diundang sebanyak 95 orang, sedangkan yang hadir dalam kegiatan tersebut sebanyak 94 orang 3) ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 Kegiatan tersebut ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 dilaksanakan dalam 4 (empat) gelombang, yaitu tanggal Mei 2016, LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 63

70 tanggal Mei 2016, 28 Mei-1 Juni 2016 dan 2-6 Juni Terdapat 12 mata pelajaran yang menjadi sasaran diklat, yaitu Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Sejarah, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PJOK, Kewirausahaan, Seni budaya serta mata pelajaran bidang/program/kelompok C, yaitu C1, C2 dan C3. Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan ToT Instruktur Kabupaten/Kota Implementasi Kurikulum 2013 Jenjang SMK adalah untuk menghasilkan Instruktur Kabupaten/Kota yang akan menjadi fasilitator atau narasumber pada pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) di SMK sasaran sekaligus sebagai Guru Pendamping.Jumlah peserta yang diundang sebanyak orang sedangkan yang hadir dalam kegiatan tersebut sebanyak orang dan tidak hadir sebanyak 15 orang. Berikut adalah gambar 3.18 tentang Distribusi Peserta ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 Provinsi Jateng Tahun LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 64

71 DISTRIBUSI PESERTA ToT INSTRUKTUR KABUPATEN/KOTA KURIKULUM 2013 JENJANG SMK JAWA TENGAH TAHUN 2016 Kota Tegal Kota Surakarta Kota Semarang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kota Magelang Kabupaten Wonosobo Kabupaten Wonogiri Kabupaten Temanggung Kabupaten Tegal Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Sragen Kabupaten Semarang Kabupaten Rembang Kabupaten Purworejo Kabupaten Purbalingga Kabupaten Pemalang Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pati Kabupaten Magelang Kabupaten Kudus Kabupaten Klaten Kabupaten Kendal Kabupaten Kebumen Kabupaten Karanganyar Kabupaten Jepara Kabupaten Grobogan Kabupaten Demak Kabupaten Cilacap Kabupaten Brebes Kabupaten Boyolali Kabupaten Blora Kabupaten Batang Kabupaten Banyumas Kabupaten Banjarnegara JUMLAH PESERTA ToT IK TIDAK DATANG JUMLAH PESERTA ToT IK DATANG JUMLAH PESERTA ToT IK UNDANG LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 65

72 Dokumentasi Kegiatan ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum ) Rapat Koordinasi Persiapan Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru Sasaran Jenjang SMK dengan Induk Klaster. KegiatanRapat Koordinasi Persiapan Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru Sasaran Jenjang SMK dengan Induk Klaster tersebut dilaksanakan pada tanggal 8 sampai dengan 9 Juni 2016, bertempat di LPMP Jawa Tengah, Jl. Kyai Maja, Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan tersebut adalah pertama, untuk mensosialisasikan desain Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMK. Kedua, verifikasi data calon peserta. Ketiga, verifikasi SMK Induk Klaster yang akan menjadi Tempat Penyelenggaran Kegiatan (TPK) Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMK.Jumlah peserta yang diundang sebanyak 116 orang, sedangkan yang hadir dalam kegiatan tersebut sebanyak 111 orang dan tidak hadir sebanyak 5 orang. 5) Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMKdi Cluster Kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMK di Jawa Tengah pada tahun 2016 dilaksanakan di SMK Induk Klaster. Terdapat 26 SMK Induk Klaster yang ditetapkan sebagai TPK. Pelaksanaan Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMK di Cluster tersebut dilaksanakan dalam 2 gelombang tanggal kegiatan, yaitu tanggal Juni 2016 di 12 TPK dan tanggal 27 Juni 2 Juli 2016 di 14 LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 66

73 TPK.Jumlah guru sasaran yang diundang sebanyak orang, sedangkan yang hadir dalam kegiatan tersebut sebanyak orang dan tidak hadir sebanyak 17 orang. Berikut adalah tabel 3.19 tetang rekapitulasi keterlaksanaan Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jawa Tengah Tahun REKAPITULASI PELAKSANAAN PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN NO Kab/Kota TANGGAL PELAKSANAAN JUMLAH GS KUOTA HADIR 1 Kab. Banjarnegara 20 S.D. 25 JUNI Kab. Banyumas 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Batang 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Blora 20 S.D. 25 JUNI Kab. Boyolali 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Brebes 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Cilacap 20 S.D. 25 JUNI Kab. Demak 20 S.D. 25 JUNI Kab. Grobogan 20 S.D. 25 JUNI Kab. Jepara 20 S.D. 25 JUNI Kab. Karanganyar 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Kebumen 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Kendal 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Klaten I 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Kudus 20 S.D. 25 JUNI Kab. Magelang 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Pati 20 S.D. 25 JUNI Kab. Pekalongan 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Pemalang 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Purbalingga 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Purworejo 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Rembang 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Semarang 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Sragen 20 S.D. 25 JUNI Kab. Sukoharjo 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Tegal 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Temanggung 20 S.D. 25 JUNI Kab. Wonogiri 27 JUNI S.D. 2 JULI Kab. Wonosobo 20 S.D. 25 JUNI Kota Magelang 27 JUNI S.D. 2 JULI Kota Pekalongan 27 JUNI S.D. 2 JULI Kota Salatiga 27 JUNI S.D. 2 JULI LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 67

74 33 Kota Semarang 27 JUNI S.D. 2 JULI Kota Surakarta 20 S.D. 25 JUNI Kota Tegal 27 JUNI S.D. 2 JULI JUMLAH PESERTA Berikut adalah gambar 3.17 tentang Distribusi Peserta Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMK Jawa Tengah Tahun DISTRIBUSI PESERTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN JENJANG SMK DI 26 TPK JAWA TENGAH TAHUN 2016 SMKN 2 SUKOHARJO, Sukoharjo SMKN 1 BAWEN, Kab. Semarang SMKN 1 ADIWERNA, Kab. Tegal SMKN 1 REMBANG, Rembang SMKN 3 KOTA PEKALONGAN, Kota Pekalongan SMKN 3 KOTA MAGELANG, Kota Magelang SMKN 2 KLATEN, Klaten SMKN 1 KLATEN, Klaten SMKN GOMBONG, Gombong SMKN 2 KENDAL, Kendal SMKN 2 KARANGANYAR, Karanganyar SMKN 1 MOJOSONGO, Boyolali SMKN 1 PURWOKERTO, Banyumas SMKN 1 BATANG, Batang SMKN 2 SURAKARTA, Surakarta SMKN 1 WONOSOBO, Wonosobo SMK SWADAYA, Temanggung SMKN 2 SRAGEN, Sragen SMKN 3 PATI, Pati SMKN 1 KUDUS, Kudus SMKN 3 JEPARA, Jepara SMKN 1 PURWODADI, Grobogan SMKN 1 DEMAK, Demak SMKN 2 CILACAP, Cilacap SMKN 2 BLORA, Blora SMKN 1 BAWANG, Banjarnegara Jumlah Peserta Datang Jumlah Peserta Undang LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 68

75 Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Klaten I Kab. Magelang Kab. Kab. Pemalang Kab. Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Wonogiri Kota Magelang Kota Kota Salatiga Kota Semarang Kota Tegal Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DISTRIBUSI PESERTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN JENJANG SMK TANGGAL 20 S.D. 25 JUNI KUOTA HADIR 0 DISTRIBUSI PESERTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN JENJANG SMK TANGGAL 27 JUNI S.D. 2 JULI KUOTA HADIR LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 69

76 Dokumentasi Kegiatan ToT Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013 Kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru Sasaran Jenjang SMK. Tampak pada gambar kegiatan Peer Teaching yang dilaksanakan di TPK SMK 1 Bawen Kab. Semarang Berikut tabel 3.20 : rekapitulasi keterlaksanaan Pelatihan Kurikulum 2013 Jenjang SMK Tahun REKAPITULASI PELATIHAN KURIKULUM 2013 TAHUN 2016 NO Jenjang Instruktur Kabupaten/kota Guru Sasaran % tidak tidak Kuota hadir hadir Kuota Hadir hadir % 1 SMK ,68 Secara keseluruhan capaian pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013 jenjang SMK untuk ToT Instruktur Kabupaten/Kota pada tahun 2016 adalah 99%, dan untuk Pelatihan Guru Sasaran sebesar 99,68%. Ketidakhadiran tersebut disebabkan oleh beberapa sebab. - Pertama, pada saat yang bersamaan, calon peserta mendapat tugas lain dari atasan langsungnya yang dinilai lebih penting. - Kedua, adanya double counting atau data calon peserta yang tertulis lebih dari satu kali karena calon peserta tersebut mengajar di dua sekolah sasaran yang berbeda. - Ketiga, waktu pelaksanaan diklat bersamaan dengan waktu ujian, liburan sekolah serta berdekatan dengan hari raya. LAKIP LPMP Jawa Tengah Tahun 2016 halaman 70

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LAKIP Jl. Ketintang Wiyata No. 15 Surabaya Telp. : (031) 8290243, 8273734, & Fax : (031) 8273734 Email : lpmpjatim@yahoo.co.id DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii IKHTISAR EKSEKUTIF...iii

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun LPMP Sulawesi Selatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun LPMP Sulawesi Selatan LPMP SULSEL, 2016 1 KATA PENGANTAR P uji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya, telah menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016. Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH. Mitra Menuju Pendidikan Bermutu LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH

RENCANA STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH. Mitra Menuju Pendidikan Bermutu LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH RENCANA STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH TAHUN 2015-2019 Mitra Menuju Pendidikan Bermutu LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... MP LP TE NG JA MP LP JA TE NG MP LP JA TE NG DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 4 C. Tujuan...

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan salah satu lembaga

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun LPMP Sulawesi Selatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun LPMP Sulawesi Selatan LPMP Sulawesi Selatan i KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya LPMP Sulawesi Selatan, telah menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

Lebih terperinci

2015, No menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Su

2015, No menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Su BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2015 KEMENDIKBUD. Sumatera Barat. Jawa Tengah. Sulawesi Selatan. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH TARGET INDIKATOR LKPD YANG OPINI WTP Dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan prioritas nasional pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. LANDASAN HUKUM 4 C. MAKSUD DAN TUJUAN 6 D. SISTEMATIKA PENULISAN 6 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 PAPARAN SEKRETARIS DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, 19 Januari 2017 Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SUMATERA BARAT, LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum.wr.wb Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 IR. SUGIONO, MP Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 1 BBPTU HPT BATURRADEN Berdasarkan Permentan No: 55/Permentan/OT.140/5/2013 Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden yang

Lebih terperinci

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015 RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA 2016 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 29-30 Oktober 2015 1 1. 2 REALISASI ANGGARAN APBN TA 2015 SATKER PAGU ANGGARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH,

GUBERNUR JAWA TENGAH, GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah POPULASI PENDUDUK DI JAWA TENGAH SEBANYAK 33.270.207 JIWA JUMLAH PMKS SEBESAR 5.016.701 JIWA / 15,08 % DARI PENDUDUK JATENG PERINCIAN : KEMISKINAN 4,468,621

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung berkesinambungan (terus menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik menjadi insan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang

Lebih terperinci

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH Semarang, 29 Februari 2016 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah merupakan laporan yang disusun untuk menyajikan informasi capaian kinerja unit organisasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA TAHUN 2016 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA 2017 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi dan Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi dan Tata Kerja. No.569, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi dan Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA

PENEMPATAN TENAGA KERJA PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wonogiri, Februari 2016 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

KATA PENGANTAR. Wonogiri, Februari 2016 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun

Lebih terperinci

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG PERKIRAANALOKASIDANABAGI HASILCUKAIHASILTEMBAKAU BAGIANPEMERINTAHPROVINSIJAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATENjKOTADI JAWATENGAHTAHUNANGGARAN2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Meskipun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SUMATERA BARAT, LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Halaman : RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 0 Formulir RKA-SKPD. Urusan Pemerintahan :.0. - PERTANIAN Organisasi :.0.0. - Dinas Peternakan

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambaha

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1021, 2015 KEMENDIKBUD. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Tata Kerja. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci