MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN NON-KEUANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN NON-KEUANGAN"

Transkripsi

1 MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN NON-KEUANGAN

2 Bab ini membicarakan ilustrasi bagaimana perusahaan non-keuangan menjalankan manajemen risikonya. Perusahaan yang ditampilkan adalah United Grain Growers (UGG), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pertanian di Kanada. Praktek manajemen risiko UGG yang cukup inovatif mendatangkan penghargaan praktek manajemen risiko terbaik dari beberapa lembaga yang berkompeten di bidang manajemen risiko. UGG pada akhirnya bisa mengasuransikan eksposur yang sebelumnya tidak pernah diasuransikan, yaitu risiko cuaca. Risiko cuaca pada akhirnya bisa diintegrasikan dengan risiko lainnya, dan diasuransikan. Hal tersebut merupakan terobosan yang dilakukan oleh UGG.

3 Gambaran Umum UGG United Grain Growers (UGG) merupakan perusahaan Kanada yang bermarkas di Winnipeg, Manitoba, yang memberikan jasa komersial kepada petani dan pasar pertanian di seluruh dunia. Bisnis UGG terdiri dari empat segmen utama: Grain Handling Services (Jasa Penanganan Bibit Tanaman), Crop Production Services (Jasa Produksi), Livestock Services, dan Business Communication.

4 Kondisi UGG Sebelum Program Manajemen Risiko Budaya UGG yang fleksibel, pendekatan pragmatis untuk menjalankan bisnis, dan terbuka untuk ide yang baru dan inovatif. Kesadaran pentingnya good corporate governance, juga mendorong terbentuknya program manajemen risiko di UGG. Selama ini UGG sudah melaksanakan manajemen risiko, tetapi mereka melihat masih banyak hal yang berkaitan dengan manajemen risiko yang bisa diperbaiki.

5 Langkah Awal Proyek Manajemen Risiko Berpartisipasi dalam suatu studi internasional yang diadalan oleh Pricewaterhouse Coopers. UGG kemudian membentuk komite manajemen risiko yang terdiri dari CEO, CFO, manajer risiko, treasurer, manajer audit, manajer kepatuhan, manajer divisi. Komite bertanggung jawab untuk merekomendasikan proses, kebijakan, pelaporan formal, kepada komite audit mengenai manajemen risiko. Tujuan keseluruhan dari komite tersebut adalah menurunkan biaya risiko jangka panjang, melindungi UGG dari risiko kerugian yang berlebihan, dan bisa mengurangi fluktuasi pendapatan UGG. UGG kemudian menyewa konsultan manajemen risiko

6 ANALISIS RISIKO UGG UGG kemudian membentuk tim yang terdiri dari 20 orang karyawan UGG dari berbagai unit UGG. Tim tersebut bergabung dengan konsultan dalam sesi identifikasi risiko. Diskusi tersebut mengidentifikasi 47 risiko yang penting diperhatikan, yang mencakup risiko yang berkaitan dengan bisnis pertanian (cuaca, harga komoditas, dsb), risiko keuangan (valas, hutang, tingkat bunga), dan risiko yang belum banyak dibicarakan seperti risiko kehilangan karyawan kunci, teknologi.

7 Prioritisasi dilakukan, sehingga risiko disederhanakan menjadi enam: 1. Gugatan hukum berkaitan dengan masalah lingkungan (environmental liability) 2. Dampak cuaca terhadap volume biji pertanian 3. Risiko counterparty (pemasok atau konsumen tidak memenuhi kontraknya) 4. Risiko kredit 5. Risiko harga komoditas dan risiko basis 6. Risiko persediaan (persediaan rusak)

8 UGG selanjutnya mengkuantifikasi risiko UGG dengan cara melihat dampak risiko terhadap kinerja UGG Dengan kuantifikasi, UGG bisa membuat statement seperti berikut ini: UGG akan mengalami kerugian sebesar $ atau lebih pertahun dengan probabilitas 90% (9 dari 10 tahun). VAR90% adalah $4,28 juta, atau dengan kata lain, ada probabilitas sebesar 10% perusahaan mengalami kerugian sebesar $4,28 juta pertahun atau lebih. VAR95% adalah sekitar $6,2 juta. Dengan kata lain, ada probabilitas sebesar 5% UGG akan mengalami kerugian sebesar $6,2 juta pertahun atau lebih.

9 Risiko Perubahan Cuaca Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa dari enam risiko terpenting, risiko perubahan cuaca merupakan risiko yang mempunyai dampak paling tinggi (paling penting). Karena itu UGG mencurahkan perhatian lebih lanjut pada analisis risiko perubahan cuaca. Willis Risk Solution melakukan analisis regresi untuk melihat pengaruh temperature dan precipitation (curah hujan) terhadap crop yields (panen) di beberapa propinsi di Kanada barat.

10 Selanjutnya, UGG menganalisis dampak cuaca terhadap kinerja UGG, dengan urutan sebagai berikut ini.

11 Bagan 4. Marjin Kotor Realisasi dan Marjin Kotor jika Hedge Dilakukan Marjin kotor Marjin kotor yang sesungguhnya Marjin kotor jika risiko cuaca dikendalikan Tahun

12 MANAJEMEN RISIKO UGG Setelah mengkuantifisir risiko, UGG melangkah lebih jauh untuk melihat alternative untuk mengelola risiko tersebut. Ada beberapa alternative yang diajukan: (1) retention (menanggung sendiri risiko tersebut), (2) Derivatif cuaca, (3) Kontrak asuransi, (4) Pendanaan Risiko Yang terintegrasi

13 Retention Melalui retention, UGG akan menanggung sendiri kerugian yang mungkin timbul dari risiko tersebut, dan UGG tidak mengambil tindakan untuk mengurangi eksposurnya. Analisis di muka menunjukkan bahwa, jika UGG tidak mengendalikan risikonya (mengurangi eksposur risikonya), kinerja keuangan UGG akan sangat berfluktuasi. Fluktuasi yang terlalu tinggi bisa tidak menguntungkan karena investor akan enggan menanamkan dananya ke UGG (risiko dianggap terlalu tinggi). Kalaupun investor bersedia menanamkan dananya, maka mereka akan meminta premi risiko yang tinggi sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan akan menjadi lebih tinggi. Karena itu alternatif retention dianggap tidak layak dilakukan

14 Derivatif Cuaca Posisi spot UGG dalam kaitannya dengan cuaca: jika cuaca buruk, kinerja UGG turun UGG bermaksud meng-hedge posisi spot semacam itu Hedge bisa dilakukan dengan menggunakan opsi put atas cuaca (underlying assetnya adalah cuaca)

15 Bagan. Opsi Put Atas Indeks Cuaca dan Posisi Spot UGG Pay-off Posisi UGG tanpa hedge Long/beli opsi put Indeks cuaca Premi opsi

16 Asuransi Cuaca UGG bermaksud mengasuransikan risiko cuaca Tetapi asuransi semacam itu mengandung potensi moral hazard yang tinggi, sehingga perusahaan asuransi tidak mau membuat asuransi cuaca Alternatif pemecahannya adalah dengan menggunakan angka (pengiriman) industri, bukan angka UGG. Karena industri merupakan gabungan banyak perusahaan, maka potensi moral hazard bisa ditekan. Jika cuaca mempengaruhi kinerja UGG, maka memang cuaca yang mempengaruhi, bukan karena manajer UGG yang malas.

17 Asuransi Terintegrasi Analisis lanjutan menunjukkan bahwa masing-masing eksposur UGG diasuransikan secara terpisah, sehingga biaya asuransi menjadi mahal. Padahal korelasi antar eksposur cenderung rendah, sehingga ada efek diversifikasi yang mestinya bisa dimanfaatkan UGG kemudian menggabungkan eksposur-eksposur tersebut dan mengasuransikan berdasarkan gabungan eksposur. Risiko cuaca digabungkan dengan risiko lainnya, dan kemudian diasuransikan. Dengan cara semacam itu risiko cuaca bisa diasuransikan, dengan tambahan premi yang murah.

Analisis Manajemen Risiko untuk Perusahaan Non-Keuangan United Grain Growers (UGG)

Analisis Manajemen Risiko untuk Perusahaan Non-Keuangan United Grain Growers (UGG) Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 5, No. 1, Juni 2011, 1-5 ISSN Analisis 1978-9629 Manajemen Risiko Untuk Perusahaan Non-Keuangan...(Riffa Haviani L) Analisis Manajemen Risiko untuk Perusahaan Non-Keuangan

Lebih terperinci

asuransi, industri asuransi dan fungsi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi. Modul 5 mengenai manajemen risiko: instrumen derivatif, manajemen

asuransi, industri asuransi dan fungsi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi. Modul 5 mengenai manajemen risiko: instrumen derivatif, manajemen i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Manajemen Risiko (EKMA4262) ini membahas tentang risiko, proses manajemen risiko dan enterprise risk management (ERM), identifikasi, pengukuran risiko dan beberapa tipe

Lebih terperinci

TEHNIK-TEHNIK MANAJEMEN RISIKO

TEHNIK-TEHNIK MANAJEMEN RISIKO TEHNIK-TEHNIK MANAJEMEN RISIKO Pak Joko baru saja membeli mobil BMW baru seri 7 yang berharga Rp1,5 milyar. Dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu dengan mobil barunya, seperti kecelakaan yang bisa membutuhkan

Lebih terperinci

Materi 7 MANAJEMEN EKSPOSUR TRANSAKSI.

Materi 7 MANAJEMEN EKSPOSUR TRANSAKSI. Materi 7 MANAJEMEN EKSPOSUR TRANSAKSI 1 PENDAHULUAN (1) Seiring dengan sifat bisnis menjadi internasional, beberapa perusahaan terekspos terhadap risiko kurs tukar yang berubah. Perubahan2 dalam kurs tukar

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Internasional

Manajemen Keuangan Internasional Modul ke: Manajemen Keuangan Internasional Derivatif Valuta Asing Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Kontrak Forward Valas

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO Risiko merupakan kata yang sudah kita dengar hampir setiap hari. Biasanya kata tersebut mempunyai konotasi yang negatif, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu yang ingin kita

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN Perbankan merupakan sektor usaha yang diatur dengan sangat ketat karena alasan-alasan tertentu. Bagian pertama bab ini membicarakan manajemen risiko yang dirumuskan oleh Komite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat pasca pemulihan krisis ekonomi global pada Tahun 2008, mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun

Lebih terperinci

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT By MAHSINA, SE, MSI Email: sisin@suryasoft.com Mahsina_se@hotmail.com TUJUAN UTAMA MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN Meminimalkan Potensi kerugian yang timbul dari perubahan

Lebih terperinci

TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RISIKO

TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RISIKO TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RISIKO OLEH : MELIANA KURNIAWATI CAHYADI 1315251106 29 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA PROGRAM EKSTENSI 2015 Beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mengelola

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar Pengelolaan Risiko Pasar Manajemen Risiko, Sesi 7 Latar Belakang Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada tahun Pulihnya kondisi perbankan nasional dicirikan dengan

I. PENDAHULUAN. pada tahun Pulihnya kondisi perbankan nasional dicirikan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini mulai pulih setelah terjadinya krisis moneter pada tahun 1998. Pulihnya kondisi perbankan nasional dicirikan dengan peningkatan tingkat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keterpurukan secara fundamental dibeberapa negara Asia termasuk Indonesia. Namun seiring

Lebih terperinci

SIARAN PERS. PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KEDUA 2009 SEBESAR AS$17,4 JUTA - 1 -

SIARAN PERS. PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KEDUA 2009 SEBESAR AS$17,4 JUTA - 1 - SIARAN PERS MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KEDUA 2009 SEBESAR AS$17,4 JUTA - 1 - REPORTS LABA TRIWULAN KEDUA 2009 SEBESAR AS$17,4 JUTA JAKARTA, 30 Juli 2009 --- PT International Nickel Indonesia Tbk ( PT Inco,

Lebih terperinci

ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN)

ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN) ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN) 1 Risiko ada dimana-mana. Hukum kekekalan enerji mengatakan enerji tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Energi berpindah-pindah dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity,

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity, 87 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity, Leverage, Firm Size, Cash Ratio,dan Current Ratio terhadap probabilitas perusahaan menggunakan instrument

Lebih terperinci

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari RISIKO INVESTASI Risiko merupakan penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana hasil (return) yang diharapkan. Apabila kita membicarakan risiko investasi berarti kita menganalisis kemungkinan

Lebih terperinci

PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA

PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA SIARAN PERS MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN PERTAMA 2009 SEBESAR AS$17,2 JUTA Page 1 of 8 MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN PERTAMA 2009 SEBESAR AS$17,2 JUTA JAKARTA, 7 Mei 2009 --- PT International Nickel Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN)

ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN) ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN) 1 Risiko ada dimana-mana. Hukum kekekalan enerji mengatakan enerji tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Energi berpindah-pindah dari

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN PERTEMUAN 11 MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M. JENIS-JENIS 1. Sumber dana jangka pendek 2. Sumber dana jangka menengah 3. Sumber dana jangka panjang Sumber

Lebih terperinci

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara garis besar,

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK MENGELOLA ASSET VALUTA ASING

BAB V TEKNIK MENGELOLA ASSET VALUTA ASING BAB V TEKNIK MENGELOLA ASSET VALUTA ASING Dalam kegiatan operasional usaha khususnya perusahaan internasional termasuk juga Multinational Enterprise (MNE) akan menghadapi risiko baik risiko premium maupun

Lebih terperinci

STRUCTURED PRODUCT. Structured Product alt.indd 1 18/08/ :11:29

STRUCTURED PRODUCT. Structured Product alt.indd 1 18/08/ :11:29 STRUCTURED PRODUCT Structured Product alt.indd 1 18/08/2009 14:11:29 ii Aneka Info Structured Product TABLE OF CONTENTS DEFINISI STRUCTURED PRODUCT BENTUK STRUCTURED PRODUCT PENERBIT STRUCTURED PRODUCT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Manajemen risiko dalam bisnis melibatkan pengidentifikasian peristiwa peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan kemudian mengambil

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Kerugian yang tidak diharapkan Risiko Penyimpangan dari yang diharapkan Kejadian yang tidak menguntungkan Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan masalah-masalah yang timbul akibat nilai kurs mata uang yang menyatakan hubungan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1) Landasan Teori 2.1.1 Hedging Hedging adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan multinasional untuk melindungi perusahaan dari eksposur terhadap valuta

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan

BAB V PENUTUP. 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan

Lebih terperinci

Nama Jabatan Periode Jabatan. Ilham Ikhsan Anggota (Pihak Independen) Tjen Lestari Anggota (Pihak Independen)

Nama Jabatan Periode Jabatan. Ilham Ikhsan Anggota (Pihak Independen) Tjen Lestari Anggota (Pihak Independen) KOMITE KOMITE DEWAN KOMISARIS Komite di bawah Dewan Komisaris Perseroan terdiri atas : 1. Komite Audit 2. Komite Pemantau Risiko 3. Komite Remunerasi dan Nominasi 4. Komite Tata Kelola Terintegrasi KOMITE

Lebih terperinci

1. Sampul muka, samping, dan belakang 2. Setiap halaman. 2. Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi.

1. Sampul muka, samping, dan belakang 2. Setiap halaman. 2. Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi. I. Umum KRITERIA 1. Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, dianjurkan menyajikan juga dalam Bahasa Inggris. 2. Dicetak pada kertas yang berwarna terang agar mudah dibaca dan jelas PENJELASAN 3. Mencantumkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA KAPITA SELEKTA AKUNTANSI zmmmm Disusun oleh: IRMA YANDA 97 312 125 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 TEORI AGENSI Teori agensi memprediksi dan menjelaskan pihak-pihak yang terlibat

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA PREMI ASURANSI PERTANIAN YANG BERBASIS INDEKS CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE BLACK SCHOLES

PERHITUNGAN HARGA PREMI ASURANSI PERTANIAN YANG BERBASIS INDEKS CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE BLACK SCHOLES PERHITUNGAN HARGA PREMI ASURANSI PERTANIAN YANG BERBASIS INDEKS CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE BLACK SCHOLES Ida Ayu Gde Khasmana Putri 1, Komang Dharmawan 2, Ni Ketut Tari Tastrawati 3 1 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah salah satu contoh bidang pergerakan usaha yang tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat dekat dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI Menunjuk Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 8 tentang Pasar Modal Tahun 1995, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 8 tentang Pasar Modal Tahun 1995, pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatannya perusahaan membutuhkan dana yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya adalah dari pasar modal. Menurut Undang-undang RI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu penanaman modal secara langsung ataupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO)

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) 2.1. Proses Bisnis 2.1.1. Deskrisi Bisnis PT Danareksa (Persero) mempunyai dua deskripsi bisnis utama yang merupakan bisnis inti dari perusahaan. Yang pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Instrumen Keuangan Derivatif 2.1.1 Pengertian Instrumen Keuangan Derivatif Pada jaman sekarang ini perusahaan menghadapi berbagai jenis risiko pasar. Risiko ini timbul karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dollar yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kebijakan baru

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

RETURN. Sukses DANA. Tumbuh RISIKO. Bangkrut KEUANGAN. Ga gal. Re si ko BERDIRI. Bandi, 2007 Manajemen Keuangan

RETURN. Sukses DANA. Tumbuh RISIKO. Bangkrut KEUANGAN. Ga gal. Re si ko BERDIRI. Bandi, 2007 Manajemen Keuangan FIRM INVESTOR RETURN BERDIRI Sukses 1 DANA 1 KEUANGAN Tumbuh Re si ko Ga gal RISIKO Bangkrut 1 MANAJEMEN RISIKO IDENTIFIKASI MENGUKUR EFEK TEKNIK MENENTUKAN PENANGANAN a b c d e f 2 Chapter 23 DERIVATIVES

Lebih terperinci

Investors Kami. PaRa. Investasi adalah konsep umum untuk mencadangkan uang, waktu

Investors Kami. PaRa. Investasi adalah konsep umum untuk mencadangkan uang, waktu PaRa Investors Kami Investasi adalah konsep umum untuk mencadangkan uang, waktu dan tenaga, atau hal lainnya, untuk mendapatkan keuntungan sebagai imbalannya. Virgin Gold adalah sarana investasi yang khusus

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yaitu fee income dan trading income. Fee income adalah sumber pedapatan yang

BAB V PENUTUP. yaitu fee income dan trading income. Fee income adalah sumber pedapatan yang 76 BAB V PENUTUP 5.1. Ringkasan Penelitian Bank-bank mulai mencari sumber-sumber pendapatan selain pendapatan dari kredit yang mampu menurunkan risiko dan meningkatkan kinerja bank. Sumber pendapatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. disampaikan simpulan mengenai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. disampaikan simpulan mengenai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini, maka dalam bab ini akan disampaikan simpulan mengenai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan negara,

BAB V PENUTUP. manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan negara, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan negara, leverage, ukuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan BAB IV Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Pada PT Aneka Medium Garment IV.1. Survei Pendahuluan Kegiatan awal dalam melakukan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

PELATIHAN. ISO Sistem Manajemen Anti Penyuapan. ISO Anti-Bribery Management System. Diselenggarakan oleh:

PELATIHAN. ISO Sistem Manajemen Anti Penyuapan. ISO Anti-Bribery Management System. Diselenggarakan oleh: PELATIHAN ISO 37001 Sistem Manajemen Anti Penyuapan ISO 37001 Anti-Bribery Management System Diselenggarakan oleh: Latar Belakang Korupsi merupakan salah satu masalah utama yang dapat mengganggu stabilitas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN I. UMUM Seiring dengan perkembangan industri perasuransian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang. Konvergensi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke

BAB I PENDAHULUAN. melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang. Konvergensi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan arus globalisasi, Pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 Forum telah bersepakat untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS. IAI mencanangkan bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Pelaksanaan audit operasional ditinjau dari struktur organisasi saat ini menunjang terciptanya independensi dalam pemeriksaan.

DAFTAR TABEL. Tabel Pelaksanaan audit operasional ditinjau dari struktur organisasi saat ini menunjang terciptanya independensi dalam pemeriksaan. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel Pelengkap Bagan Kerangka Pemikiran 12 Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Audit Keuangan dan Audit Operasional 19 Tabel 3.1 Tabel Variabel Pelaksanaan Audit Operasional (Variabel X)

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 5 %.

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 5 %. KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2007 Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 5 %. 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2009

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2009 PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2009 Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 2 % 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008 KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008 Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 2% 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan

Lebih terperinci

LAPORAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO)

LAPORAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) A. PERHITUNGAN NSFR (dalam juta Rp) 1 1 Modal: 40,436,112 - - - 40,436,112 39,530,592 - - - 39,530,592 2 Modal sesuai POJK KPMM 40,436,112 - - - 40,436,112 39,530,592 - - - 39,530,592 3 Instrumen modal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAC...

DAFTAR ISI LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAC... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRAC... i iv vii xi xi xii

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian

BAB II URAIAN TEORITIS. antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamonangan (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT. Indocement Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perubahan teknologi, globalisasi dan transaksi bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus dihadapi

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. Payoff Opsi Put ( p) Payoff Opsi Call ( c)

III. PEMBAHASAN. Payoff Opsi Put ( p) Payoff Opsi Call ( c) 5 K S. Untuk kondisi ini opsi tidak mempunyai nilai pada saat jatuh tempo. Jadi nilai opsi call pada saat jatuh tempo dapat dituliskan sebagai suatu payoff atau penerimaan bagi pemegang kontrak sebagai

Lebih terperinci

SIARAN PERS. PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KETIGA 2009 SEBESAR AS$75,9 JUTA - 1 -

SIARAN PERS. PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KETIGA 2009 SEBESAR AS$75,9 JUTA - 1 - SIARAN PERS MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KETIGA 2009 SEBESAR AS$75,9 JUTA - 1 - MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KETIGA 2009 SEBESAR AS$75,9 JUTA JAKARTA, 29 Oktober 2009 --- PT International Nickel Indonesia Tbk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang didukung dengan data dan informasi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO Seiring dengan pertumbuhan bisnis, Direksi secara berkala telah melakukan penyempurnaan atas kebijakan, infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia secara periodik dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi eksternal dan internal perbankan

Lebih terperinci

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) Coupon Swap Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya: Lindung Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional atau dikenal dengan perdagangan antar negara, saat ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat kita ketahui dari semakin

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5811 KEUANGAN. OJK. Bank Umum. Pemberian Remunerasi. Tata Kelola. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 371) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat PT. X Berdasarkan data yang diperoleh melalui Laporan Tahunan 2009, PT. X didirikan pada 9 Juni 1980 di bawah hukum Republik Indonesia dan memulai usahanya

Lebih terperinci

Pengungkapan Ekposur Risiko Bank

Pengungkapan Ekposur Risiko Bank Pengungkapan Ekposur Risiko Bank A. Risiko Kredit A.1 Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah No. Kategori Portofolio Kategori Portofolio wilayah Mataram wilayah Selong wilayah Praya wilayah Sumbawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang sudah melebihi jumlah produksi, mengakibatkan pemerintah harus mencari cara pemenuhan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) Single Rate Forward Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. PT.DNM dan Grup dimulai dalam bisnis konstruksi sipil sejak tahun 1977.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. PT.DNM dan Grup dimulai dalam bisnis konstruksi sipil sejak tahun 1977. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat PT.DNM PT.DNM dan Grup dimulai dalam bisnis konstruksi sipil sejak tahun 1977. Bekerja dengan pemerintah dan bisnis lain dalam menciptakan

Lebih terperinci

(dalam jutaan rupiah) 30-Jun-17 Kategori Portofolio

(dalam jutaan rupiah) 30-Jun-17 Kategori Portofolio Pengungkapan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual Berdasarkan Wilayah Wil. Jakarta Wil. Barat Wil. Tengah Wil. Timur Total (3) (4) (5) (6) (7) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2,435,098 - - - 2,435,098.00

Lebih terperinci

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAN MASYARAKAT 24 08 2010 PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAFTAR ISI PENDAHULUAN 3 BAGAIMANA KAMI MENERAPKAN STANDAR KAMI 4 STANDAR HAK ASASI MANUSIA KAMI 4 SISTEM MANAJEMEN KAMI 6 3 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Memilih Skema Asuransi Pertanian. Oleh: 1. Hadi Setiawan. Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan

Memilih Skema Asuransi Pertanian. Oleh: 1. Hadi Setiawan. Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Memilih Skema Asuransi Pertanian Oleh: 1. Hadi Setiawan Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan 2. Sofia Arie Damayanty Peneliti pada Pusat Pengelolaan

Lebih terperinci