BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Sonny Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Sistem Bonus-Malus adalah sebuah sistem yang terdapat dalam pembayaran premi risiko sebuah asuransi non-life, dengan nilai premi risiko akan disesuaikan dengan sejarah klaim dari pemegang polis. Bonus dapat direpresentasikan sebagai pemotongan premi risiko yang diberikan apabila tidak terjadi klaim sama sekali dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Malus dapat digambarkan sebagai penambahan premi risiko yang disebabkan oleh banyaknya klaim yang diajukan oleh pemegang polis dalam jangka waktu tertentu (Mert & Saykat, 2005). Sistem ini sendiri telah ada sejak tahun 1976, kemudian banyak pengujianpengujian yang dilakukan oleh banyak pihak, salah satunya dengan Markov Chain yang diaplikasikan ke dalam sistem Bonus-Malus ini. Ini didasarkan dari banyaknya faktor risiko yang mempengaruhi risiko yang ditanggung oleh pemegang polis. Karena seseorang bisa saja membawa berbagai macam risiko kecelakaan dilihat dari faktor masa lalunya, tetapi tidak dimasukan ke dalam sistem penilaian secara individual, sedangkan Bonus-Malus harus memperhitungkan faktor dari pengalamanpengalaman yang sudah dialami oleh pengguna, sehingga Bonus-Malus sangatlah efisien untuk mengatasi hal seperti ini (De Pril, 1978). Salah satu contoh pengaplikasian sistem ini adalah pada asuransi kendaraan bermotor (Automobile Insurance). Yang pada pengaplikasiannya melihat berbagai faktor. Bisa saja orang dengan kecelakaan yang ringan mendapat kenaikan premi yang sama dengan orang yang mengalami kecelakaan yang berat. Dengan demikian dapat dibuat konsep Bonus-Malus yang optimal tapi sedikit lebih rumit. Dengan menimbang dari faktor karakteristik dari individual pemegang polis, jumlah kecelakaan dan jumlah kerugian yang dialami dari setiap kecelakaan, sehingga data yang didapat tidak hanya berbasiskan data priori dan posteriori pada frekuensi klaim, tapi juga pada kerusakan (severity) yang dialami oleh pemegang polis, sehingga di satu sisi tidak merugikan perusahaan, dan di sisi lain tidak merugikan pemegang polis juga. Namun sistem ini sulit untuk diterapkan karena faktor risiko yang ada sangat banyak dan semua faktor harus diperhitungkan dengan detail, dan adanya pemisahan perhitungan
2 antara komponen frekuensi dan komponen severity pada perhitungan premi (Frangos & Vrontos, 2001). Seperti yang telah diuraikan di atas, Bonus-Malus sudah banyak diaplikasikan dengan berbagai sistem dan faktor-faktor risiko yang ada. Modifikasimodifikasi yang dapat dilakukan di berbagai negara, tergantung dari situasi dan kondisi, dan juga kebijakan pemerintah setempat mengenai asuransi. Sekitar 30 sistem Bonus-Malus dapat dibandingkan secara analisis dengan melihat berbagai faktor perbedaan satu sama lain. Jika di suatu negara pemerintah menetapkan kebebasan untuk para pengusaha jasa asuransi dalam hal menentukan tarif, maka Bonus-Malus sendiri dapat dirancang sedemikian sehingga dapat melihat dari sisi perusahaan atau pemegang polisnya. Jika tarif ditentukan oleh pemerintah, maka bisa saja dengan alasan sosial-politik beberapa faktor yang signifikan dalam menentukan premi Bonus-Malus bisa saja dihilangkan, padahal bisa saja faktor yang dihilangkan tersebut dapat merugikan perusahaan. Jadi, sistem Bonus-Malus bisa saja disesuaikan dengan berbagai macam situasi dan kondisi. Hal di atas menunjukan bahwa fleksibilitas sebuah sistem Bonus-Malus sudah diakui oleh banyak negara (Lemaire & Zi, 1994). Konsep di atas menunjukan bahwa Bonus-Malus dapat membuat suatu sistem yang seimbang. Tapi dampak negatif dari banyaknya sistem tersebut adalah suatu keadaan yang tak terhindarkan lagi yang terjadi yaitu penurunan premi yang berada di level rata-rata secara progresif, yang terjadi karena terfokusnya sistem ini kepada pemegang polis. Oleh karena itu harus dicari solusi dari masalah di atas atau perusahaan akan merugi. Salah satu solusinya dengan menggunakan metode Quadratic minimization dengan batasan persamaan linear atau dengan pertidaksamaan linear. Jadi dapat ditentukan batasan kapan harus diberi Bonus, atau justru dibatasi sampai berapa persen Malus yang diberikan (Doray & Coene, 1996). Salah satu kelemahan Bonus-Malus yang lainnya adalah jika Malus yang diimplementasikan terlalu tinggi, maka pemegang polis bisa saja menutup asuransinya dan berpindah ke perusahaan asuransi yang lain. Hal ini bisa dihindari dengan cara menggabungkan premi koreksi secara posteriori dengan denda 2
3 (deductible) yang cukup bervariasi berdasarkan beberapa tingkatan dalam skala tertentu. Ini sangat menutupi kekurangan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam faktanya, cukup sulit untuk menerapkan hal tersebut ke asuransi kendaraan bermotor pihak ketiga. Jika perusahaan asuransi merasa susah menentukan denda yang bervariasi, bisa juga menurunkan jumlah persen klaim yang ditanggung oleh perusahaan setiap kali pemegang polis mengajukan klaim. Dengan karakteristik pemegang polis yang berbeda-beda, banyak kasus yang bisa saja dialami, maka dari itu diharuskan untuk mengasumsikan karakteristik secara rasional, yang masuk akal. Semuanya ini harus dipikirkan secara matang oleh perusahaan asuransi agar bisa menciptakan sistem yang adil bagi perusahaan maupun bagi para pemegang polis (Ptrebois, et al, 2005). Beberapa contoh penerapan Bonus-Malus di berbagai benua diantaranya, pada tahun 1991 di Eropa sudah diterapkan 6 sistem Bonus-Malus yang tersebar di benua Eropa. Setiap sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan tersebut dapat dilihat dari sudut pandang yang berbedabeda. Melihat dari 6 sistem yang dibandingkan ini, banyak sekali sistem yang tidak efektif yang bisa mengakibatkan ketidakadilan terjadi bagi para pemegang polis. Selang waktu klaim adalah salah satu faktor yang menentukan dalam Bonus-Malus, sedangkan bagi para pemegang polis, waktu klaim tersebut bisa dibilang sebuah ketidak sengajaan yang terjadi secara alamiah. Bisa saja pemegang polis dengan tingkat risiko yang sama mendapat perlakuan yang berbeda dalam beberapa sistem, perbedaan secara signifikan dapat terlihat. Dibutuhkan standar dari ISO untuk menghasilkan sebuah sistem yang memberikan kenyamanan dalam menjalankan sistem ini, baik kenyamanan secara psikologis bagi para pemegang polis, maupun keamanan secara finansial bagi perusahaan asuransi, sehingga campur tangan pemerintah tidak bisa terlalu dalam dan keadaan Bonus-Malus sendiri bisa disesuaikan dengan keadaan dan situasi pasar. Dengan sistem Bonus-Malus menyesuaikan pasar, bisa timbul persaingan. Menarik untuk dilihat bagaimana kompetisi mengenai sistem Bonus-Malus ini bisa berjalan di Eropa (Whitehead, 1991). Beberapa negara memiliki perbedaan yang cukup mencolok dalam mengaplikasikan sistem ini. Di Brazil misalnya pada tahun 1999, Brazil menetapkan 3
4 sebuah sistem yang cukup mudah. Pemegang polis dibagi dalam 7 kelas, dengan level premi 100, 90, 85, 80, 75, 70 dan 65. Pemegang polis yang baru akan dimulai dari kelas 7, yaitu dari premi 100. Jika tahun pertama tidak terjadi klaim, maka akan turun ke level 6, dan seterusnya. Sebaliknya, jika dalam satu tahun terjadi banyak klaim, maka premi akan naik ke level selanjutnya. Sedangkan di Belgia pada tahun 1999 mengadaptasi sistem ini dengan tingkatan kelas yang lebih rumit lagi, yakni 23 kelas. Pemegang polis pun dibagi dalam beberapa kelas lagi, ada pemegang polis biasa dan bisnis. Dan mereka pada awalnya akan menempati kelas premi yang berbeda-beda. Sistem yang ada di Belgia ini tidak mengadopsi dari Markov Chain sehingga rentan untuk para perusahaan asuransi dalam mengalami kerugian. Untungnya dengan flexibilitas sebuah Bonus-Malus sistem di Belgia tersebut dapat dimodifikasi dengan Markov Chain. Uraian di atas menunjukan betapa luasnya cakupan dari Bonus-Malus itu sendiri (Lemaire, 1999). Di negara Asia Timur, salah satunya Iran, sudah melakukan beberapa penelitian terhadap Bonus-Malus. Penelitian yang cukup mendalam menghasilkan sebuah sistem yang sudah digeneralisasi, yaitu sistem Bonus-Malus yang menggunakan variabel tetap dan variabel yang bervariasi dari karakteristik individual pemegang polis. Hasilnya kurang lebih memuaskan dan jauh lebih akurat dalam menentukan nilai preminya (Mahmoudvand & Hassani, 2009). Masih di Iran, sistem Bonus-Malus ini sudah menjadi suatu kewajiban yang diterapkan oleh pemerintah. Sistem ini telah diuji dan diteliti dengan menggunakan kemampuan elastisitasnya, tingkat konvergensi suatu Bonus-Malus untuk menghasilkan kondisi stabil, dan membandingkan sistem di Iran tersebut dengan di negara lainnya. Hasilnya adalah sistem di Iran ini tidaklah adil bagi pemegang polis, dan harus diganti. Banyak hal yang bisa diganti untuk memaksimalkan sistem ini, tetapi tiga hal yang paling pokok yang harus diubah dari sistem di Iran ini adalah jumlah kelas yang ada, aturan kenaikan atau penurunan tingkat, dan tingkat relativitasnya. Tingkat relativitas yang harusnya bisa disesuaikan agar lebih adil lagi untuk pemegang polis, seperti yang diterapkan di Jepang dan Iran. Dengan demikian di Iran bisa diterapkan sistem yang memiliki win-win solution (Mahmoudvand et al, 2013). 4
5 Berpindah dari Iran, Nigeria juga mengalami kasus yang sama, dengan adanya ketidakadilan pada sistem yang tidak menentu sehingga para perusahaan asuransi tidak menghargai tarif yang sudah disepakati oleh industri. Dengan skala Malus yang masuk akal, karena dengan tingginya tingkat kecerobohan para pengemudi di Nigeria bisa mengakibatkan premi terus membengkak. Solusi terbaik bagi kasus ini adalah dengan adanya faktor catatan dari masa lalu si pemilik polis, seperti berapa kali mengalami kecelakaan, apa penyebab dari setiap kecelakaan tersebut, dan berapa kerugian yang ditanggung oleh pengemudi kendaraan tersebut, sehingga dapat ditarik sebuah premi awal dan tingkatan kelas yang menyesuaikan dengan track-record pemegang polis (Ibiwoy et al, 2011). Di Indonesia sudah ada beberapa penelitian mengenai sistem ini, meskipun belum sebanyak penelitian yang dilakukan di negara lain. Salah satu contohnya seperti yang dilakukan di Semarang dari tahun 2010 hingga 2011, dengan data klaim yang diperoleh dari asuransi kendaraan bermotor PT Jasa Asuransi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode yang tepat untuk diterapkan dalam Bonus-Malus di kota Semarang. Ditemukan bahwa dalam distribusi poisson untuk data klaim ini mengalami overdispersi, berarti distribusi yang paling cocok diterapkan untuk perusahaan asuransi di Semarang menurut penelitian ini adalah distribusi Binomial Negatif, dengan distribusi ini variabel bebas dapat dimasukkan pada model rumus yang sudah dibuat (Diningru et al, 2012). Mengenai metode distribusi yang digunakan dalam Bonus-Malus itu sendiri, banyak metode distribusi yang digunakan. Salah satunya Poisson Inverse Gaussian. Metode ini sudah diuji dan diteliti pada tahun 1992, dengan menggunakan dan membandingkan dengan data yang ada pada tahun Dan hasilnya lebih baik dibandingkan metode yang dipakai pada tahun 1985, yaitu metode distribusi Negative Binomial. Meskipun sedikit lebih rumit dengan tingkat variabel yang lebih banyak. Namun hasil yang lebih akurat sangatlah menjadi pertimbangan untuk memakai metode ini (Tremblay, 1992). Poisson-Exponential sendiri banyak dipakai dan telah teruji keakuratannya untuk memperkirakan jumlah kelas yang tidak diketahui. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, jumlah kelas yang dipakai dalam Bonus-Malus cukup banyak, sehingga untuk memakai metode distribusi ini sangat dianjurkan. Tujuan akhir 5
6 untuk memakai Mixed Exponential ini adalah untuk mencapai nilai yang maksimal pada segala kemungkinan yang ada (Jo & Barger, 2006). Ada satu metode yang jarang untuk dipakai dalam Bonus-Malus yaitu metode Generalized Poisson-Exponential. Persamaan ini diturunkan dari Poisson- Exponential dengan menurunkan bagian penting dari distribusi ini dan memperoleh bentuk ekspresi tertutup (Closed-form) dengan hasil mendekati momen yang ada, dan bentuk ini sangat cocok dan bisa berkembang untuk di aplikasikan ke Bonus- Malus yang sudah ada, karena keunggulannya dibanding bentuk asalnya (Souza & Neto, 2008). Salah satu faktor penting yang menentukan metode distribusi apa yang dipakai dalam Bonus-Malus adalah jenis Bonus-Malus secara umum. Secara umum Bonus-Malus dapat dibagi menjadi dua, yaitu Bonus-Malus klasik dan Bonus-Malus optimal. Dimana keduanya hanya terdapat perbedaan variabel yang sedikit, namun cukup berpengaruh. Sistem klasik akan menilai apakah pemegang polis dikenai Bonus/Malus berdasarkan jumlah klaim yang dia buat dalam selang waktu tertentu. Sedangkan optimal berarti akan menimbang juga besarnya klaim yang diajukan kepada perusahaaan asuransi. Untuk klasik, distribusi dapat menggunakan Poisson- Exponential sedangkan optimal menggunakan Exponential-Gamma (Mert & Saykan, 2005). Selain menggunakan distribusi secara Poisson-Exponential, dapat juga menggunakan distribusi Poisson-Gamma, untuk menentukan premi berdasarkan frekuensi klaim dari para pemegang polis. Hal ini pernah diterapkan di Nigeria, dengan parameter yang sedikit berbeda, hasilnya juga dapat berbeda secara keseluruhan. Sehingga dapat dibandingkan dengan distribusi secara Poisson- Exponential (Ibiwoye et al, 2011) Penelitian ini sendiri akan mengupas bahasan dasar dari Bonus-Malus klasik, dengan penurunan rumus yang lebih rinci dan penjelasan lebih rinci mengenai fungsi Quadratic Error Loss yang digunakan dalam memperkirakan parameter-parameter yang dibutuhkan dalam Bonus-Malus. Dan juga penelitian ini akan membandingkan loss ratio yang diperoleh antara sistem asuransi non-life yang sekarang dengan 6
7 sistem Bonus-Malus klasik ini. Disertai dengan program untuk menghitung premi risikonya berdasarkan kedua formula yang sudah didapatkan. 1.2 Rumusan Masalah Adapun masalah-masalah yang diselesaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah nilai premi risiko akan menjadi optimal jika sistem Bonus- Malus klasik diterapkan? 2. Manakah sebaran gabungan yang paling optimal dalam menentukan premi risiko dalam Bonus-Malus klasik? Poisson-Exponential atau Poisson-Gamma? 3. Apakah program yang sudah dibuat dapat menghasilkan perhitungan yang akurat dan dapat dipercaya sebagai sumber pengambilan keputusan? 4. Apakah terdapat perbedaan nilai laba/rugi pada suatu produk perusahaan asuransi non-life jika diaplikasikan sistem Bonus-Malus klasik pada penentuan premi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan Tujuan pokok dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari perhitungan premi risiko yang harus dibayarkan oleh setiap pemegang polis asuransi dengan sistem Bonus-Malus klasik tersebut. 2. Mendapatkan premi risiko yang optimal pada sistem Bonus-Malus klasik. 3. Membuat program untuk menghitung nilai premi risiko yang harus dibayarkan oleh pemegang polis asuransi dalam rentang waktu tertentu berdasarkan variabel-variabel yang ditinjau dari sisi pemegang polis asuransi. 4. Membandingkan antara data keuntungan dan kerugian yang didapat antara suatu produk asuransi non-life dengan mengaplikasikan sistem Bonus-Malus klasik 7
8 1.3.2 Manfaat Manfaat hasil penelitian ini bagi pengguna aplikasi : 1. Dapat menentukan nilai premi baik dengan sebaran Poisson-Exponential maupun dengan sebaran Poisson-Gamma dengan mudah dan tepat. 2. Dapat memberikan pertimbangan mengenai nilai premi yang harus diambil untuk pemegang polis, sehingga tidak merugikan perusahaan. Manfaat hasil penelitian ini bagi kaum awam : 1. Mengetahui sistem penentuan premi yang sudah dikenal cukup luas di luar negeri. 2. Sebagai pertimbangan dalam memilih sistem asuransi kendaraan bermotor. 1.4 Ruang Lingkup Agar pembahasan dalam pembangunan sistem tidak terlalu luas, maka ruang lingkup sistem akan dibatasi pada : 1. Pembangunan aplikasi penentuan premi Bonus-Malus klasik pada desktop, dengan sistem operasi Windows 7 dan C#.Net 2. Analisis sistem Bonus-Malus klasik menggunakan distribusi Poisson- Exponential dan Poisson-Gamma. 3. Analisis data yang didapat dari PT Garda Oto mengenai premi dasar dari para pemegang polis asuransi dan kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat sistem penentuan premi yang tradisional. 4. Penyediaan fitur untuk menyimpan data pemegang polis di database sehingga bisa dihitung ulang dengan hanya memasukan nomor polis. 5. Penyediaan fitur untuk meng-export data ke format.xlsx (Excel) sehingga dapat dibuka sewaktu-waktu tanpa harus terkoneksi ke database. 1.5 Metodologi Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu : 1. Studi Literatur 8
9 Melakukan studi literatur pada buku, artikel online, dan jurnal yang berhubungan dengan penelitian sebagai dasar untuk mendapatkan landasan dasar penulisan skripsi. 2. Kuisioner Metode pengumpulan data jenis ini dilakukan dengan cara membagikan kuisioner kepada sejumlah responden. Kuisioner berisi pertanyaan yang berkaitan dengan sistem yang sedang dibangun. 3. Wawancara Metode pengumpulan data jenis ini dilakukan dengan cara menanyakan secara langsung pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaannya diajukan kepada salah seorang pegawai di PT Garda Oto dimana berkaitan dengan sistem yang sedang dibangun Metode Pengembangan Peranti Lunak Metode pengembangan peranti lunak yang digunakan untuk membangun aplikasi ini adalah extreme programming. Tahap-tahap pada extreme programming adalah sebagai berikut (Pressman, 2011:73-77): a. Perencanaan Tahap perencanaan, yaitu sebuah cara pengumpulan kebutuhan yang memungkinkan anggota teknikal tim XP untuk mengerti konteks bisnis untuk piranti lunak dan mendapatkan wawasan yang luas untuk hasil yang dibutuhkan dan fitur utama serta fungsionalitas. Proses mendengarkan akan mengarahkan pada pembuatan cerita yang menggambarkan kebutuhan akan hasil, fitur, dan fungsionalitas piranti lunak yang akan dibuat. b. Perancangan Perancangan XP mengikuti prinsip Keep It Simple (KIS). Desain yang sederhana selalu lebih dipilih dibandingkan dengan yang kompleks. Apabila ditemukan masalah perancangan yang sulit sebagai bagian dari perancangan cerita, XP merekomendasikan untuk membuat prototype operasional dari perancangan tersebut dengan segera. Dikenal sebagai spike solution, rancangan prototype diimplementasikan dan dievaluasi. Tujuannya adalah 9
10 agar mengurangi risiko saat pengimplementasian yang sesungguhnya dimulai dan untuk memastikan perkiraan asli untuk cerita yang mengandung masalah perancangan. c. Coding Tahap ini akan dilakukan setelah pembuatan user stories dan perancangan pendahuluan selesai dibuat, serta dilanjutkan dengan pengembangan urutan pengujian unit pada user stories yang akan dimasukkan kedalam rilis. Pengembang sebaiknya memfokuskan pada hal yang akan diimplementasikan untuk melewati pengujian, setelah pengujian unit dibuat, sehingga akan dihasilkan umpan balik langsung bagi pengembang, konsep utama selama coding adalah pair programming, yaitu proses pembuatan kode untuk user stories yang dilakukan oleh dua orang secara bersama-sama. Hal ini menyediakan mekanisme untuk pemecahan masalah, penjaminan kualitas pada saat pengerjaan, dan membuat pengembang tetap fokus pada permasalahan yang ada. Pada tahap ini juga dilakukan refactoring. Refactoring memungkinkan pengembang aplikasi untuk meningkatkan struktur internal dari desain (source code) tanpa mengubah sifat atau fungsionalitas eksternal. Dengan kata lain refactoring dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi, kemampuan dibaca, atau performa dari desain atau code yang mengimplementasikan desain. d. Pengujian Pengujian unit yang dibuat sebelum coding dimulai adalah elemen kunci untuk pendekatan dalam XP. Pengujian unit yang dibuat harus diimplementasikan menggunakan framework yang memungkinkan pengujian unit dilakukan secara otomatis. Hal ini mendorong sebuah strategi pengujian regresi setiap saat kode diubah. Integrasi dan pengujian validasi dari sistem dapat terjadi secara harian karena pengujian unit secara individu diorganisasikan menjadi universal testing suite. Hal ini menyediakan indikasi dari kemajuan yang didapat dan juga memberikan peringatan dini terhadap kesalahan yg terjadi kepada tim XP. XP acceptance tests, yang disebut juga pengujian klien, ditentukan oleh klien dan berfokus pada 10
11 keseluruhan fitur sistem dan fungsionalitas yang terlihat dan dapat diulas kembali oleh klien. Acceptance tests diperoleh dari cerita pengguna yang telah diimplementasikan sebagai bagian dari piranti lunak yang dirilis. 1.6 Sistematika penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bagian, yaitu : 1. Bab 1 Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian yang digunakan, dan sistematika penulisan. 2. Bab 2 Landasan Teori Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam pembuatan sistem, aplikasi dan penulisan skripsi ini. Secara garis besar teori-teori tersebut dapat dibagi menjadi teori-teori umum dan khusus. 3. Bab 3 Metode Penelitian Bab ini berisi cara untuk mendapatkan dan menganalisis data untuk menguji hipotesis serta mendapatkan jawaban penelitian. 4. Bab 4 Analisis dan Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang proses implementasi sistem dan aplikasi serta hasil dari evaluasi yang dilakukan setelah aplikasi diimplementasikan dengan data yang ada. 5. Bab 5 Simpulan dan Saran Berisi kesimpulan dari sistem yang sudah dibangun dan aplikasi yang sudah dibuat dan juga saran-saran untuk pengembangan sistem dan aplikasi kedepannya. 11
ANALISIS DAN PERANCANGAN PREMI BONUS-MALUS DENGAN FREKUENSI KLAIM BERDISTRIBUSI GEOMETRI DAN BINOMIAL-NEGATIF BERBASIS C#.NET
ANALISIS DAN PERANCANGAN PREMI BONUS-MALUS DENGAN FREKUENSI KLAIM BERDISTRIBUSI GEOMETRI DAN BINOMIAL-NEGATIF BERBASIS C#.NET Denny Natanael Wijaya, Ro fah Nur Rachmawati, Derwin Suhartono Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masing-masing individu untuk terhindar dari kerusakan dan kehilangan. Asuransi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harta benda pribadi merupakan bagian yang selalu dilindungi oleh masing-masing individu untuk terhindar dari kerusakan dan kehilangan. Asuransi non-life adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asuransi umum adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi umum adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah sistem atau bisnis yang merupakan tindakan perlindungan secara finansial untuk properti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Banyaknya kecelakaan dan bencana yang diakibatkan oleh kelalaian manusia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya kecelakaan dan bencana yang diakibatkan oleh kelalaian manusia sering terjadi yang akibatnya tidak hanya menimpa pelaku kelalaian, akan tetapi juga
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Penelitian Gambar 3.1 Flowchart Diagram 36 37 3.2 Langkah-Langkah Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan yang harus ditetapkan sebelum melakukan penelitian,
Lebih terperinciLampiran Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Pertanyaan Kuisioner Analisis Pengguna
Lampiran 1. Pertanyaan dan Jawaban Wawancara 1. Sudah berapa lama Asuransi Garda Oto ini berdiri? Sejak tahun 1956 (57 Tahun). 2. Kalau di hitung secara kasar, berapa banyak pemegang polis baru yang memakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan kendaraan pribadi semakin hari semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk. Selain sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan masing masing individu,
Lebih terperinciANALISIS DAN PERANCANGAN PREMI SISTEM BONUS-MALUS PADA NON-LIFE INSURANCE DENGAN DISTRIBUSI POISSON-EKSPONENSIAL
ANALISIS DAN PERANCANGAN PREMI SISTEM BONUS-MALUS PADA NON-LIFE INSURANCE DENGAN DISTRIBUSI POISSON-EKSPONENSIAL David, Ro fah Nur Rachmawati, Derwin Suhartono Universitas Bina Nusantara, Jl. Syahdan No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era sekarang ini, bahaya, kerusakan dan kerugian adalah kenyataan yang harus dihadapi manusia di dunia, termasuk di Indonesia. Ini menyebabkan kemungkinan terjadi
Lebih terperinciANALISIS DAN PERANCANGAN PREMI BONUS MALUS OPTIMAL DENGAN BESAR KLAIM BERDISTRIBUSI PARETO BERBASIS C#
1 ANALISIS DAN PERANCANGAN PREMI BONUS MALUS OPTIMAL DENGAN BESAR KLAIM BERDISTRIBUSI PARETO BERBASIS C# Deni Hartanto, Ro fah Nur Rachmawati, Derwin Suhartono Binus University Jalan KH. Syahdan No. 9
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis tidak terlepas dari perkembangan teknologi, teknologi membantu perusahaan untuk mempertahankan bahkan mengembangkan competitive advantage
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian Batasan-batasan masalah pada penelitian ini adalah :
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin lama, tuntutan pekerjaan semakin memaksa orang tua untuk mengorbankan lebih banyak waktu dan perhatian kepada pekerjaannya dan terkadang berakibat kurangnya
Lebih terperinci1. BAB 1 PENDAHULUAN
1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan jual beli merupakan suatu kegiatan rutin yang terjadi pada setiap harinya. Kegiatan jual beli tersebut akan terlaksana apabila terjadi kesepakatan antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bebas saat ini, kecepatan pengolahan dan penyampaian informasi memiliki peran yang sangat penting bagi setiap perusahaan, Inventaris sebagai penunjang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS, SIMULASI, DAN PEMBAHASAN. Pendekatan Bayes dalam mengestimasi parameter digunakan dalam fungsi kerugian
BAB 4 ANALISIS, SIMULASI, DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis 4.1.1 Model Quadratic Error Loss Function Pendekatan Bayes dalam mengestimasi parameter digunakan dalam fungsi kerugian untuk mengukur kerugian yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini menyebabkan para pengembang smartphone. memenuhi kebutuhan dan meningkatkan produktivitas masyarakat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan smartphone berkembang sangat pesat. Seperti yang diketahui, saat ini pengguna smartphone dapat melakukan banyak hal, mulai dari kegiatan yang berkaitan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era teknologi masa kini, komputer memiliki peran yang cukup besar dalam membantu mempermudah pekerjaan manusia. Fitur-fitur yang terdapat didalam komputer seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mobilitas aplikasi serta perangkat pendukungnya. Disadari atau tidak, tren
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini mobilitas seseorang yang cepat berdampak pula pada mobilitas aplikasi serta perangkat pendukungnya. Disadari atau tidak, tren aplikasi mobile application
Lebih terperinciForm Master Klien untuk Admin. Gambar 4.98 Perancangan Layar Aplikasi Form Master Klien untuk Admin
281 Form Master Klien untuk Admin Pada Form Master Klien, Admin dapat melakukan pengubahan data client dengan memasukan No.Polis (Nomor Polis) terlebih dahulu. Gambar 4.98 Perancangan Layar Aplikasi Form
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan dari proses bisnis, bahkan tidak jarang teknologi informasi menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, teknologi informasi telah menjadi salah satu bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari proses bisnis, bahkan tidak jarang teknologi informasi menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Dewasa ini industri asuransi telah menjadi suatu bidang usaha yang menarik dan mempunyai peranan yang tidak kecil dalam perekonomian. Keberadaan industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai beberapa teori dan metode yang mendukung serta mempermudah dalam melakukan perhitungan dan dapat membantu di dalam pembahasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memadai. Contoh sederhananya adalah terdapat pemesanan online melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan salah satu hal penting dalam pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi perkembangan organisasi. Perkembangan teknologi informasi dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era informasi saat ini, penggunaan internet semakin tinggi dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperkecil atau meminimumkan ketidakpastian tersebut. Risiko dapat terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok atau perorangan pasti ada risiko yang harus ditanggung. Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu
Lebih terperinciM-2 PERHITUNGAN PREMI ASURANSI KENDARAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI PELUANG
M-2 PERHITUNGAN PREMI ASURANSI KENDARAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI PELUANG Anita Andriani Universitas Hasyim Asy ari Tebuireng, Jombang anita.unhasy@gmail.com Abstrak Asuransi kendaraan bermotor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang tergolong besar, bahkan berada diurutan keempat dunia dengan jumlah penduduk terbesar tentu sangat berpotensi bagi perkembangan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Asuransi dikenal di Indonesia sejak masuknya negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Asuransi dikenal di Indonesia sejak masuknya negara-negara Eropa ke Indonesia. Dengan dikenalnya Lembaga Asuransi di Indonesia maka perkembangan selanjutnya
Lebih terperinciExtreme Programming Melakukan Pengembangan Perangkat Lunak dengan Lebih Sederhana
Extreme Programming Melakukan Pengembangan Perangkat Lunak dengan Lebih Sederhana Permasalahan utama yang sering muncul dalam sebuah proyek pengembangan perangkat lunak adalah perubahan requirement yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asuransi merupakan suatu kegiatan pemindahan atau pengalihan risiko untuk mencegah terjadinya kerugian besar yang disebabkan oleh risiko-risiko tertentu. Risiko-risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi sangat banyak membantu seperti dalam hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun
Lebih terperinciSISTEM BONUS MALUS DENGAN FREKUENSI KLAIM BERDISTRIBUSI GEOMETRIK DAN UKURAN KLAIM BERDISTRIBUSI WEIBULL LILYANI SUSANTI
SISTEM BONUS MALUS DENGAN FREKUENSI KLAIM BERDISTRIBUSI GEOMETRIK DAN UKURAN KLAIM BERDISTRIBUSI WEIBULL LILYANI SUSANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi pada hakekatnya adalah suatu sistem proteksi menghadapi risiko kerugian finansial, dengan cara pengalihan risiko kepada pihak lain, baik secara perorangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi multimedia yang berkembang saat ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan tepat karena dengan memanfaatkan teknologi multimedia dapat membantu dan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI MONITORING BARANG LAUNDRY MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES UNTUK MEMPREDIKSI WAKTU PENGERJAAN BARANG LAUNDRY DI CV BENAYA
SISTEM INFORMASI MONITORING BARANG LAUNDRY MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES UNTUK MEMPREDIKSI WAKTU PENGERJAAN BARANG LAUNDRY DI CV BENAYA 1 Wahyu Nurjaya W.K, 2 Irfan Hadirianto 2 Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau yang sering kita kenal dengan nama PT PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membangun sebuah perangkat lunak merupakan sebuah proses yang rumit, dan pada 25 tahun terakhir, para peneliti telah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel prediktor. Umumnya analisis regresi yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan data dapat menjadi masalah yang sangat serius bagi seseorang, sebuah instansi, atau sebuah perusahaan yang dalam menjalankan kegiatannya sangat bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini di Jakarta semakin banyak dibangun gedung-gedung perkantoran ataupun pusat perbelanjaan, area-area tersebut tentunya didukung fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, kehilangan, kematian, kerusakan atau sakit.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi merupakan perjanjian antar dua pihak atau lebih yang melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Pressman (2012) tujuan dari pengujian adalah untuk menemukan dan memperbaiki sebanyak mungkin kesalahan dalam program sebelum menyerahkan program kepada pelanggan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan metode pengembangan sistem yang digunakan peneliti merupakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengembangan Sistem Pendekatan metode pengembangan sistem yang digunakan peneliti merupakan salah satu dari agile methods yaitu extreme Programming (XP). Dalam metode
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Skripsi dan Tugas Akhir Jurusan Ilmu
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Skripsi dan Tugas Akhir Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Presentasi telah menjadi sebuah aktivitas umum hampir di semua bidang pekerjaan. Misalnya dalam dunia bisnis, presentasi diperlukan untuk memberitahukan strategi bisnis,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Instrumen Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa perangkat keras yang akan digunakan sebagai pengembangan Perangkat lunak GPS Based
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan Teknologi Informasi telah membawa dunia pada perubahan zaman yang semakin modern dimana orang-orang yang dahulunya masih menggunakan Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pendahuluan dalam penyusunan Laporan Penelitian. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Kota Bandung yang bertugas melengkapi semua kebutuhan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagian Pengadaan merupakan salah satu bagian dari Sekretariat Daerah Pemerintahan Kota Bandung yang bertugas melengkapi semua kebutuhan yang ada di seluruh bagian Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media untuk mendapatkan informasi juga semakin mudah diakses dari mana saja.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan yang sangat pesat saat ini membuat arus kebutuhan dalam dunia teknologi informasi turut berkembangan cepat. Internet sebagai salah satu media untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam sebuah penelitian, diperlukan perencanaan yang rapi, pengelolaan yang benar, pengolahan berbagai kebutuhan penelitian dan penggunaan metode
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen, terutama kaum muda lebih menyukai media online untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman, perkembangan internet di dunia semakin pesat dari tahun ke tahun. Internet tidak hanya terbatas pada sistem informasi saja, bahkan di era
Lebih terperinciProsiding Statistika ISSN:
Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Penaksiran Besar Klaim Optimal Menggunakan Metode Linear Empirical Bayesian yang Diaplikasikan untuk Perhitungan Premi Asuransi Kendaraan Bermotor di Indonesia 1 Hilda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. E-Government menjadi sangat popular sejalan dengan perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang E-Government menjadi sangat popular sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai Negara dibelahan dunia berlomba mengimplementasikan E-Government
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.4 Latar Belakang. Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat kurang maksimal dalam pencarian data seorang pegawai. Sulitnya mencari data pegawai dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan pengelolaan data pada saat ini sangatlah penting, dimana data akan berada pada media-media yang berlainan platform dan perlu dikelola ketika data memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan database yaitu sistem informasi mempunyai manfaat yang besar bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini akan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang mendorong terjadinya perubahan berbagai ilmu, baik dalam kajian
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA METODOLOGI PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK Donni Prabowo @donnipra donnipra.com WATERFALL WATERFALL : Summary Classic Life Cycle atau model Waterfall merupakan model yang paling banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, manusia semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, manusia semakin dimudahkan untuk melakukan berbagai macam hal dengan menggunakan teknologi terutama
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE FUNCTION POINT UNTUK PREDIKSI BIAYA DEVELOPMENT PERANGKAT LUNAK
IMPLEMENTASI METODE FUNCTION POINT UNTUK PREDIKSI BIAYA DEVELOPMENT PERANGKAT LUNAK Wendi Wirasta,S.T.,M.T 1, Abdul Wahid Khoeruddin 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK LPKIA Bandung Jl. Soekarno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Teknik Informatika adalah suatu ilmu yang sangat berhubungan erat dengan teknologi informasi, dimana penerapannya mengarah kepada kemajuan teknologi masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan perangkat telepon telah sampai pada era smartphone. Telepon pada zaman dulu hanya berfungsi sebagai alat komunikasi suara atau pesan saja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan terhadap Bumi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan terhadap Bumi dan Bangunan berdasarkan undang- undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun, produksi mobil dunia semakin berkembang pesat. Berbagai merek ataupun jenis beserta keunggulan-keunggulan yang ditawarkan berbedabeda
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dan Langkah-Langkah Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem informasi manajemen sekolah. Metode penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memasuki berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah semakin banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi informasi saat ini semakin cepat hingga memasuki berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah semakin banyak perusahaan yang berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Regresi adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel respon dengan variabel penjelas. Pada umumnya, variabel respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa ekspedisi adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman barang yang saat ini tumbuh pesat dalam dunia bisnis, perusahaan dalam bidang ini bersaing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda dalam mencapai setiap misi dan tujuannya. Budaya organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang membantu anggota organisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Source : Strategy Analytics. Gambar 1.1 : Market Share Mobile Phone berdasarkan sistem operasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komputer telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam perkembangan media pembelajaran, karena kehadiran teknologi ini
Lebih terperinciBAB I PERSYARATAN PRODUK
1 BAB I PERSYARATAN PRODUK 1.1 PENDAHULUAN Seiring berkembangnya jaman dan kemajuan teknologi, kebutuhan manusia pun semakin bertambah, sehingga perusahaan berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan beberapa komputer yang terhubung dalam Local Area Network
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah permainan (game) komputer sering menggunakan sistem jaringan sehingga permainan (game) dapat dimainkan oleh beberapa orang dengan menggunakan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan dikuti oleh majunya pemikiran masyarakat dalam usaha perniagaan membuat maraknya usaha asuransi akhir-akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi menyebabkan setiap individu ataupun kelompok mau tidak mau menerapkannya dalam segala aktifitas. Salah satu contoh penerapannya adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang telepon seluler semakin pesat. Di masyarakat sekarang ini, memiliki telepon seluler seakan telah menjadi kebutuhan pokok. Beragam aplikasi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah yang harus diterapkan agar penelitian dan proses perancangan sistem informasi dapat dilakukan secara terarah dan memudahkan dalam analisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan memiliki banyak komoditas hasil pertanian. Sebagian besar penduduknya hidup dari bertani dan masyarakatnya menikmati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA METODOLOGI PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK Donni Prabowo @donnipra donnipra.com ANSI Pertemuan 5 Presentasi oleh Reviewer WATERFALL WATERFALL : Summary Classic Life Cycle atau model
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modernisasi ini, penggunaan teknologi jaringan dalam setiap bidang merupakan bagian dari kebutuhan dalam hidup manusia, terutama dalam mempermudah manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi saat ini telah berkembang sangat pesat. Salah satu perkembangan dunia teknologi adalah adanya aplikasi jejaring sosial. Berawal dari hadirnya jejaring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah dibidang keuangan, laporan-laporan yang diperlukan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan infomasi sangat mendorong perancangan pengolahan data supaya dapat menghasilkan informasi yang baik, berkualitas dan bermanfaat salah satunya adalah dibidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri lagi, saat ini merupakan era digital dan informasi. Sekarang ini, kita sedang mengalami era, dimana semua nya menuntut efektifitas dan efisiensi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi Citra di Institut Teknologi Telkom merupakan organisasi yang unik dan berbeda dengan beberapa organisasi lain yang memiliki tujuan untuk menjadikan kondisi
Lebih terperinciSOFTWARE PROCESS MODEL
Bahan Ajar Rekaya Perangkat Lunak SOFTWARE PROCESS MODEL Linear SequentialModel/ Waterfall Model Model ini adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Berikut ini
Lebih terperinciPerancangan Sistem Informasi Penjadwalan Kegiatan Perkualiahan Dengan Framework Code Ignetier
Perancangan Sistem Informasi Penjadwalan Kegiatan Perkualiahan Dengan Framework Code Ignetier Dan Algoritma Genetika Pada Universitas Bina Darma Palembang Najjemy Pratama 1, Muhammad Izman Herdiansyah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, lingkup tugas akhir, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistem penulisan laporan tugas akhir. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Segala aktivitas manusia selalu dikaitkan dengan teknologi untuk mempercepat dan memaksimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi informasi telah dirasakan mengalami perkembangan yang sangat cepat dan hal ini sangat memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak teknologi yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan. Setiap perusahaan dituntut untuk menggunakan teknologi dalam bisnisnya,
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menunjukkan aplikasi persewaan buku yang telah berjalan dan dapat
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Pada implementasi menunjukkan penerapan dari hasil analisis dan perancangan sistem yang telah dibuat. Dengan demikian pada implementasi ini menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Metode FIFO (First in First Out) menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan ) terlebih dahulu, sehingga persediaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi social
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Langkah Penelitian Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi social media berbasis digital asset management system yang dapat mendukung
Lebih terperinciPERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN NILAI SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS DI SMA YADIKA SUMEDANG)
PERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN NILAI SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS DI SMA YADIKA SUMEDANG) 1 Indra Purnama M.T., MCAS, MOS, 2 Septi Damayanti 1 Program Studi Teknik Informatika STMIK LPKIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi yang pesat belakangan ini telah memasuki hampir semua bidang kehidupan. Hal ini ditandai dengan banyak nya masyarakat yang menginginkan
Lebih terperinciJenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak by webmaster - Tuesday, January 05, 2016 http://anisam.student.akademitelkom.ac.id/?p=123 Menurut IEEE, Pengembangan software (software engineering ) adalah :
Lebih terperinciAnalisis dan Perancangan Sistem Hanif Al Fatta M.kom
Analisis dan Perancangan Sistem Hanif Al Fatta M.kom Abstraks System informasi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan bisnis suatu perusahaan atau organisasi modern. Sehingga system informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1.2 Perumusan Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Food court berbeda dengan restoran atau jenis cafetaria lainnya yang hanya memiliki satu provider pada proses bisnisnya. Secara umum, pada food court terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seorang Database Designer sering kali diharuskan untuk membuat model schema
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang Database Designer sering kali diharuskan untuk membuat model schema dari model konseptual yang ditangkap dari analisa lingkungan basis data yang akan berjalan.
Lebih terperinci