BAGGING MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI PASIEN HASIL PAP TEST PENYAKIT KANKER SERVIKS (STUDI KASUS DI RS X SURABAYA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAGGING MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI PASIEN HASIL PAP TEST PENYAKIT KANKER SERVIKS (STUDI KASUS DI RS X SURABAYA)"

Transkripsi

1 BAGGING MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI PASIEN HASIL PAP TEST PENYAKIT KANKER SERVIKS (STUDI KASUS DI RS X SURABAYA) Hartini Yastuti 1 dan Bambang Widjanarko Otok 2 1 Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya 2 Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika, ITS, Surabaya melan@statistika.its.ac.id bambang_wo@statistika.its.ac.id Abstrak Kanker serviks merupakan kanker terbanyak yang diderita perempuan di Indonesia. Penyebab tingginya angka kejadian disebabkan penyakit tersebut tidak menimbulkan gejala sehingga mayoritas penderita datang berobat telah mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu diperlukan pendeteksian dini terhadap abnormalitas sel untuk memperkecil pertumbuhan sel abnormal menjadi kanker dengan Pap test. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan suatu model yang mampu mengklasifikasikan pasien hasil Pap test dengan tingkat kesalahan klasifikasi yang minimal dengan metode MARS yang dikombinasikan dengan bagging. Bagging MARS dengan 50 sampai 200 kali replikasi masing-masing tidak memiliki kesalahan klasifikasi yang lebih kecil dari kesalahan klasifikasi model MARS terbaik. Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus ini bagging tidak selalu dapat menurunkan kesalahan klasifikasi dari model data set awal. Model yang digunakan adalah model MARS terbaik dari kombinasi BF=24, MI=3, dan MO=0 dengan kesalahan klasifikasi sebesar 20,33%. Sementara variabel yang berkontribusi dalam model MARS adalah variabel usia pasien, penggunaan kontrasepsi, frekuensi melahirkan, usia menstruasi pertama, siklus menstruasi, serta riwayat keguguran. Kata kunci: Kanker serviks, Pap test, MARS, bagging, klasifikasi. 1. PENDAHULUAN Kanker atau tumor ganas adalah istilah untuk menjelaskan suatu penyakit dimana sel-sel tubuh yang normal berubah menjadi abnormal. kanker dapat menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh manusia dan menyebabkan kematian. Kanker bisa terjadi pada berbagai jaringan dalam berbagai organ dalam tubuh salah satunya pada area bawah rahim yang menghubungkan rahim sebelah atas dengan vagina atau yang lebih dikenal dengan sebutan kanker leher rahim (serviks). Kanker serviks 90% disebabkan karena infeksi HPV (Human Papillomavirus). Menurut Setiawan (2010) 8-10 perempuan diduga sudah terinfeksi HPV selama hidupnya. Terdapat 100 jenis HPV dengan 30 jenis diantaranya mengenai bagian kelamin, namun dibersihkan sendiri oleh tubuh. Jenis HPV yang paling sering menginfeksi adalah HPV 16 dan 18 yang menyebabkan perubahan sel-sel pada vagina atau serviks yang pada mulanya menjadi displasia dan selanjutnya berkembang menjadi kanker serviks ( WHO menyatakan bahwa di negara berkembang setiap dua menit wanita meninggal dunia karena kanker serviks. Di Indonesia, kasus baru kanker serviks ditemukan sebanyak kasus per hari. Hal ini berarti bahwa dalam waktu 24 jam terjadi kematian sebanyak 24 perempuan dikarenakan kanker serviks (Nurwijaya, dkk., 2010). Yayasan Kanker Indonesia (YKI) memaparkan angka kematian kanker serviks 1 terbanyak diantara jenis kanker lain yang dialami oleh kaum wanita. YKI mencatat setidaknya terdapat kasus baru dan kematian jiwa per tahun dengan perkiraan 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks. Penyebab tingginya angka kematian perempuan yang disebabkan oleh kanker serviks adalah terbatasnya informasi seputar kanker tersebut. Koordinator Perempuan Peduli Kanker Serviks (Kessek, 2010) menjelaskan bahwa tingginya kejadian kanker serviks di Indonesia disebabkan penyakit tersebut tidak menimbulkan gejala, sehingga mayoritas penderita datang berobat saat penyakit tersebut telah mencapai stadium lanjut ( id). Penelitian terhadap kanker serviks pernah dilakukan oleh Melva (2008) dan Setyarini (2009) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks. Faktor-faktor tersebut yaitu hubungan seksual usia muda (kurang dari 20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, melahirkan banyak anak (paritas), dan sering menderita infeksi di daerah kelamin dengan menggunakan analisis regresi logistik (Melva, 2008). Setyarini (2009) dengan menggunakan analisis bivariat menyatakan bahwa kejadian kanker serviks berhubungan dengan usia, usia pertama kali menikah, melahirkan banyak anak (paritas), dan penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama yaitu lebih dari 4 tahun. Pendeteksian sejak dini terhadap abnormalitas sel dapat memperkecil bahkan menghambat pertumbuhan

2 sel menjadi kanker. Pemeriksaan (skrining) merupakan metode untuk menemukan infeksi HPV atau lesi prakanker. Skrining dapat mendeteksi kanker yang terjadi pada fase awal sebelum kanker tersebut memberikan gejala atau keluhan secara klinis. Salah satu metode skrining yang ada adalah Pap Test. Pap Test memberikan klasifikasi klasifikasi gambaran sitologi sel yang berguna dalam mengetahui sejauh mana infeksi HPV sehingga berguna dalam menentukan pengobatan atau tindakan medis selanjutnya. Sensitivitas Pap Test bila dilakukan dengan prosedur yang sangat baik akurasinya antara 76% sampai 94%. Penyebab hasil tes tidak akurat yaitu sampel yang diambil kurang memadai, human error dari dokter atau perawat yang melakukan pemeriksaan, serta proses laboratorium yang tidak baik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan suatu model yang mampu mengklasifikasikan pasien hasil Pap test penyakit kanker serviks dengan tingkat klasifikasi yang minimal. Penelitian mengenai klasifikasi pasien hasil Pap test pernah dilakukan oleh Nurdim (2006) dengan pendekatan Multivariate Adaptive Regression splines (MARS). Variabel yang berkontribusi dalam klasifikasi adalah usia, frekuensi melahirkan (paritas), penggunaan kontrasepsi, cairan vagina, dan keadaan leher rahim. Sementara itu prevalensi kejadian kanker serviks semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu penelitian kali ini dilakukan pada data terbaru di RS X Surabaya tahun menggunakan bagging MARS. Pendekatan parametrik mengasumsikan bentuk model sudah ditentukan. Apabila tidak ada informasi apapun tentang bentuk fungsi atau kurva serta tidak tergantung pada asumsi bentuk kurva tertentu, sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih besar dan diasumsikan fungsi termuat dalam ruang fungsi berdimensi tak berhingga (Eubank, 1988). Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS) merupakan suatu model regresi nonparametrik. Penerapan MARS pada umumnya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan untuk respon kontinu dan kategorik. Interaksi antar variabel prediktornya diperhitungkan sehingga dapat menggambarkan keadaan data secara riil, terutama pada data-data kesehatan. Bagging merupakan salah satu bentuk dari bootstrap. Pada metode bootstrap dilakukan dengan pengambilan sampel dengan pengembalian (resampling with replacement) pada sampel data (Efron, 1979). Sementara pada metode bagging dilakukan pengembalian sampel dengan pengembalian pada data set yang berpasangan. Teknik ini diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki akurasi klasifikasi dari metode MARS. Penggunaan metode MARS pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya dalam mengklasifikasikan penderita kanker payudara di RS Dr. Soetomo 2 Surabaya, dimana variabel respon yang digunakan adalah penderita dan non penderita kanker payudara (Kartini, 2008). Penggunaan metode yang sama juga digunakan untuk klasifikasi penderita penyakit kaki gajah (filariasis) di kabupaten Aceh Timur (Kurniasari, 2011). Penelitian ini membahas mengenai karakteristik, pengaruh serta pola hubungan antar faktor-faktor risiko, dan besar kesalahan klasifikasi pasien hasil Pap test penyakit kanker serviks dari model MARS yang telah diperoleh. 2. TINJAUAN PUSTAKA Uji Independensi Uji independensi merupakan suatu uji untuk mengetahui hubungan antar variabel respon dan prediktor. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut (Agresti, 1990). H 0 : Tidak ada hubungan antara variabel Y dan X H 1 : Ada hubungan antara variabel Y dan X Statistik uji yang digunakan adalah uji pearson Chi-square berikut. j = 1,2 Penolakan hipotesis awal apabila dengan derajat bebas. (1) Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS) MARS diperkenalkan pertama kali oleh Friedman (1991). MARS merupakan pendekatan untuk regresi nonparametrik dimana melakukan pendekatan regresi yang sesuai untuk pola data yang tidak diketahui bentuk kurva regresinya atau tidak terdapat informasi masa lalu yang lengkap tentang bentuk pola data (Eubank, 1988). Model MARS difokuskan untuk mengatasi permasalahan dimensi yang tinggi dan diskontiouitas pada data. Keuntungan MARS terletak pada kemampuannya untuk memperkirakan kontribusi fungsi basis terhadap variabel respon, dimana tidak hanya dapat menangkap efek adaptif tetapi juga efek interaksi antar prediktor. Teknik MARS menjadi populer karena tidak mengasumsi-kan dan tidak menentukan tipe khusus seperti pada hubungan (linier, kuadratik, kubik) diantara variabel prediktor dan respon (Otok, et al., 2006). Selain itu, proses pembentukan model pada MARS tidak memerlukan asumsi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun model MARS yaitu: 1. Knot, dapat didefinisikan sebagai akhir dari sebuah garis regresi (region) dan awal dari sebuah garis regresi (region) yang lain. Di setiap titik knot, diharapkan adanya kontinuitas dari fungsi basis antar satu region dengan region lainnya. Minimum jarak antara knot atau minimum observasi antara knot (MO) sebesar 0, 1, 2, dan Basis Function, yaitu kumpulan dari fungsi yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara

3 variabel respon dan variabel prediktor. Fungsi basis terdiri dari satu atau lebih variabel. Fungsi basis ini merupakan fungsi parametrik yang didefinisikan pada tiap region. Pada umumnya fungsi basis yang dipilih adalah berbentuk polinomial dengan turunan yang kontinu pada setiap titik knot. Maksimum fungsi basis (BF) yang diijinkan adalah 2-4 kali jumlah variabel prediktornya (Friedman, 1991). 3. Interaksi, yaitu cross product antar variabel yang saling berhubungan atau berkorelasi. Jumlah maksimum interaksi (MI) yang diperbolehkan adalah 1, 2 dan 3. Jika lebih dari tiga, model akan sulit untuk diinterpretasi. MARS digunakan untuk mengurangi efek dari outlier pada model yang terakhir. Estimator model MARS menurut Friedman (1991) ditulis dalam persamaan (2). ^ M m= 1 Km [ skm.( xv( k, m) t km )] f ( x) = α + α (2) 0 m k = 1 α 0 = konstanta α m = koefisien dari basis fungsi ke-m M = banyaknya fungsi basis K m = derajat interaksi s km = nilainya 1 atau -1 jika data berada di sebelah kanan atau kiri titik knot. x v(k,m) = variabel independen t km = nilai knot dari variabel independen x v(k,m) Pemilihan knots pada MARS menggunakan algoritma forward dan backward. Pemilihan model dengan menggunakan tahap forward dilakukan untuk mendapatkan jumlah basis fungsi maksimum dengan kriteria pemilihan basis fungsi adalah meminimumkan average sum of square residual (ASR). Kemudian untuk memenuhi konsep persemoni (model sederhana) dilakukan tahap backward yaitu memilih basis fungsi yang dihasikan dari tahap forward dengan meminimumkan nilai Generalized Cross-Validation atau GCV (Friedman dan Silverman, 1989). Bentuk GCV minimum sebagai kriteria untuk menentukan knots ditulis dalam persamaan (3). ASR GCV ( M ) = = 2 C( Mˆ ) 1 n dimana: n : jumlah data : nilai variabel respon : nilai taksiran variabel respon pada M fungsi basis : n + 2 [ yi fˆ( xi, α) ] 1 n i= 1 2 C( Mˆ ) 1 n (3) 3 : d : nilai ketika fungsi basis mencapai optimasi (2 d 4). Evaluasi prosedur klasifikasi adalah suatu evaluasi yang melihat peluang kesalahan klasifikasi yang dilakukan oleh suatu fungsi klasifikasi (Johnson dan Wichern, 1992). Ukuran yang digunakan adalah Apparent Error Rate (APER). Nilai APER menyatakan nilai proporsi sampel yang salah diklasifikasikan oleh fungsi klasifikasi. Jika subjek hanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu y 1 dan y 2 maka penentuan kesalahan pengklasifikasian dapat diketahui melalui Tabel 1. Tabel 1 Tabel Klasifikasi Hasil Observasi Taksiran (Predicted Class) (Actual Class) y 1 y 2 y 1 n 11 n 12 y 2 n 21 n 22 dengan : n 11 : Jumlah subjek dari y 1 tepat diklasifikasikan sebagai y 1 n 12 : Jumlah subjek dari y 1 tepat diklasifikasikan sebagai y 2 n 21 : Jumlah subjek dari y 2 tepat diklasifikasikan sebagai y 1 n 22 : Jumlah subjek dari y 2 tepat diklasifikasikan sebagai y 2 Perhitungan besarnya nilai APER adalah sebagai berikut: n12 + n21 APER (%) = n + n + n + n (4) Bootstrap Aggregating (Bagging) Bagging adalah teknik yang diusulkan oleh Breiman (1994). Bagging banyak digunakan pada metode klasifikasi dan regresi untuk mereduksi variansi estimator. Teknik ini digunakan untuk memperbaiki estimator atau pengklasifikasi yang tidak stabil, khususnya masalah data berdimensi tinggi. Bagging merupakan salah satu bagian dari bootstrap. Perbedaannya pada bagging dilakukan dengan membangkitkan sampel data secara berpasangan. Bagging mampu meningkatkan akurasi klasifikasi. Namun, penelitian Buhlmann dan Yu (2002) menunjukkan bahwa bagging tidak selalu baik untuk menurunkan MSE. Sebuah data set i terdiri dari {( Y i, x i ), i = 1,..., n} dilakukan replikasi bootstrap sehingga * * * i = ( Yi, xi ), i = 1,..., n. Replikasi dilakukan sebanyak B kali sehingga didapatkan { (B) i }. Algoritma bagging adalah sebagai berikut.

4 1. Mengambil sampel bootstrap sebanyak n dari data set i dengan pengulangan sebanyak n. 2. Memodelkan MARS dari data set hasil sampel bootstrap (B). i 3. Mendapatkan nilai ketepatan klasifikasi pada setiap pengambilan sampel B replikasi bootstrap. Kesalahan klasifikasi pada langkah ini disebut. 4. Ulangi langkah (1-3) sebanyak B kali (replikasi bootstrap). Mendapatkan ketepatan klasifikasi bagging dari ratarata ketepatan klasifikasi pada setiap pengambilan sampel sampai B. Sehingga kesalahan klasifikasi bagging untuk replikasi B kali adalah. Deteksi Dini Kanker Serviks Leher rahim atau serviks merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Serviks adalah organ yang menghubungkan rahim dengan vagina. Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh Human Papillomavirus (HPV). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual. HPV memiliki lebih dari 100 tipe, dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis HPV yang agresif adalah HPV 16 dan 18 yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel menjadi ganas di serviks sehingga merupakan penyebab tersering kanker serviks yang terjadi di seluruh dunia (Wijaya, 2010). Kanker serviks dapat dicegah. Tahap awal dan kondisi pra-kanker serviks hampir 100% dapat disembuhkan. Bentuk yang paling umum kanker seviks dimulai dengan perubahan dalam sel-sel serviks. Jika perubahan ini dideteksi cukup dini, pengobatan dapat dimulai segera mungkin untuk mencegah kanker serviks berkembang. Ada dua pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan faktor penyebab kanker serviks. Pencegahan primer dilakukan dengan cara menghindari faktor-faktor yang menyebabkan infeksi HPV dan melakukan vaksin HPV. Sedangkan pencegahan sekunder adalah menemukan lesi prakanker dan mengobatinya agar tidak berkembang menjadi kanker serviks. Pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui skrining (deteksi dini). Metode skrining yang lazim digunakan adalah tes Pap test. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim menggunakan spatula atau sikat khusus. Sel-sel diletakkan pada gelas obyek atau slide kemudian dilakukan pengecekan laboratorium patologi. Pap test konvensional bila dilakukan dengan prosedur yang sangat baik akurasinya antara 76% sampai 94 %. Pap Smear liquid base akurasinya mencapai 99%. Ada beberapa sebab yang menyebabkan hasil tes tidak akurat yaitu (Nurwijaya, 2010): 4 1. Dokter atau perawat praktisi tidak mengambil sampel yang memadai, proses di laboratorium yang tidak baik, pembacaan yang tidak baik karena pewarnaan yang tebal atau kotor sehingga sensitivitas pemeriksaan yang rendah. 2. Waktu pengambilan sampel sel yang dekat dengan menstruasi seringkali menyebabkan gangguan pada saat dibaca, sel-sel endometrium disalahtafsirkan sebagai sel serviks yang abnormal. 3. Jika sedang hamil atau mengonsumsi pil KB yang membawa perubahan hormon dapat mempengaruhi kualitas Pap test. Ulangi tes dalam jangka waktu tiga bulan. Ini merupakan waktu minimum yang dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel baru pada serviks. 3. METODOLOGI PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari RS X Surabaya. Data tersebut merupakan data anamesa Bagian Pengembangan RS X Surabaya tahun Data mengenai hasil Pap test pasien dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penyakit kanker serviks. Sampel yang digunakan sebanyak 2282 pasien. Hasil Pap test menjelaskan bahwa sebanyak 997 pasien normal dan 1285 abnormal. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pihak rumah sakit dan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nurdim (2006), Melva (2008), dan Setyarini (2009). Variabel penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Variabel Penelitian Kode Variabel Definisi Operasional Variabel respon: Y Hasil Pap test 1. Normal (1) 2. Abnormal (2) Skala Pengukuran Nominal Variabel prediktor: X 1 Usia Usia pasien Rasio X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 Penggunaan kontrasepsi Frekuensi melahirkan Usia menstruasi pertama Siklus menstruasi Riwayat keguguran 1. Tidak menggunakan kontrasepsi (1) 2. Menggunakan kontrasepsi (2) 1. Pernah melahirkan 2 anak (1) 2. Pernah melahirkan > 2 anak (2) Usia pertama kali mengalami menstruasi 1. Teratur (1) 2. Tidak teratur (2) 1. Tidak pernah keguguran (1) 2. Pernah keguguran (2) Nominal Nominal Rasio Nominal Nominal

5 Tahapan analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mencapai tujuan pertama dilakukan statistik deskriptif dengan SPSS 16.0 untuk mengetahui karakteristik pasien hasil Pap Test penyakit kanker serviks. Melakukan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel hasil Pap test dan masing-masing variabel prediktor menggunakan Minitab Untuk menjawab tujuan kedua dilakukan analisis bagging MARS. Pembentukan model MARS menggunakan MARS 2.0 dan bootstrap menggunakan macro minitab. Langkah-langkah analisis yang dilakukan sebagai berikut. a. Pembentukan model MARS terbaik dengan mengkombinasikan besarnya Basis Function (BF), Maximum Interaction (MI), dan Minimum Observation (MO). Langkah yang dilakukan dengan menentukan maksimum fungsi basis (Max-BF), yaitu 2 sampai 4 kali jumlah prediktor yang akan digunakan, menentukan jumlah interaksi maksimum (Max-I) yaitu 1,2 dan 3, dengan asumsi bahwa jika MI > 3 akan menghasilkan model yang semakin kompleks, dan menentukan minimal jumlah pengamatan setiap knots (MO) yaitu 0, 1,2 dan 3. b. Menetapkan model terbaik dengan didasarkan pada nilai GCV terkecil. c. Mendapatkan variabel-variabel yang berpengaruh signifikan dalam model MARS terbaik untuk data set awal. d. Melakukan bagging dari pasangan variabel respon dan variabel prediktor yang signifikan dari model MARS terbaik untuk data set awal dengan 50, 100, 150, dan 200 kali replikasi bootstrap. e. Melakukan pemodelan MARS pada setiap pengambilan sampel B replikasi bootstrap dengan kombinasi BF, MI, dan MO yang sama dengan kombinasi BF, MI, dan MO pada model MARS terbaik untuk data set awal. f. Mendapatkan nilai ketepatan klasifikasi pada setiap pengambilan sampel B replikasi bootstrap. Kesalahan klasifikasi pada langkah ini disebut. g. Mendapatkan ketepatan klasifikasi bagging dari rata-rata ketepatan klasifikasi pada setiap pengambilan sampel sampai B. Sehingga kesalahan klasifikasi bagging untuk replikasi B kali adalah. h. Model bagging MARS yang didapatkan adalah model MARS terbaik untuk data set awal. Hal ini dikarenakan nilai knot yang berubah-ubah untuk setiap replikasi sehingga estimasi parameternya tidak bisa dirata-rata. i. Menginterpretasikan tingkat kontribusi variabel prediktor yang mempunyai kepentingan dalam pengelompokan variabel respon. 3. Untuk mencapai tujuan ketiga dilakukan prediksi klasifikasi dari masing-masing kelompok dari model MARS yang telah diperoleh sehingga dapat diketahui besar kesalahan klasifikasi pasien hasil Pap test. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan obyek penelitian yang diambil dari sampel maupun populasi sehingga menghasilkan informasi yang berguna. Dalam laporan ini, statistik deskriptif bermanfaat untuk mengetahui karakteristik pasien yang melakukan Pap test di RS X Surabaya tahun Karakteristik pasien menurut faktor risiko penyakit kanker serviks yaitu usia pasien, penggunaan kontrasepsi, frekuensi melahirkan, usia menstruasi pertama, siklus menstruasi, dan riwayat keguguran. Data sampel jumlah pasien yang melakukan Pap test sebanyak 2282 orang. Tabel 3. Jumlah Sampel dan Proporsi Kelompok Hasil Pap Test Hasil Pap test N p (%) 1. Normal ,69 2. Abnormal ,31 Total Tabel 3 memberikan informasi mengenai jumlah sampel dan proporsi kelompok pasien hasil Pap test. Hasil Pap test menunjukkan bahwa persentase pasien yang diketahui normal sebesar 43,69%. Sementara jumlah pasien yang diketahui abnormal sebesar 56,31%. Pasien yang datang untuk melakukan Pap test memiliki usia yang beragam. Pasien yang melakukan Pap test di RS X Surabaya pada tahun rata-rata berusia 42 tahun. Rentang usia pasien adalah 66 tahun. Usia paling muda adalah 14 tahun dan paling tua berusia 80 tahun. Hal ini menunjukkan kesadaran pasien untuk melakukan deteksi dini penyakit kanker serviks karena perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia tahun dan masih aktif berhubungan seksual (prevalensi 5-10%) (Wijaya, 2010). Sementara usia pasien menurut hasil Pap test disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Statistik Deskriptif Kelompok Hasil Pap test Menurut Usia Pasien Usia Hasil Pap Test Pasien Normal Abnormal N Minimum Maksimum Rata-rata 39,18 44,65 Rentang

6 Jumlah pasien dengan hasil Pap test abnormal sebanyak 1285 orang. Pasien dengan hasil pap test abnormal memiliki usia rata-rata berusia 45 tahun dengan rentang usia 56 tahun. Usia paling muda 24 tahun dan paling tua 80 tahun. Tercatat bahwa dari keseluruhan sampel, Jumlah pasien secara keseluruhan yang tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 944 orang. Sementara jumlah pasien secara keseluruhan yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 1338 orang. Jumlah pasien dengan hasil Pap test abnormal yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 946 orang dan 339 orang tidak menggunakan kontrasepsi. Visualisasi proporsi setiap kategori penggunaan kontrasepsi disajikan pada Gambar 1. Pasien yang diketahui ada sel abnormal cenderung menggunakan kontrasepsi dengan proporsi 70,70%. Sementara pasien dengan hasil pap test normal cenderung tidak menggunakan kontrasepsi dengan proporsi 64,09%. pasien (%) pasien (%) % Tidak menggunakan kontrasepsi 67.26% 2 anak 35.91% 29.30% 70.70% Menggunakan kontrasepsi 32.74% 22.81% >2anak 77.19% Normal Abnormal Gambar 1. Proporsi Kelompok Hasil Pap Test Menurut Penggunaan Kontrasepsi Jumlah pasien secara keseluruhan dengan karakteristik pernah melahirkan kurang dari atau sama dengan 2 anak sebanyak 1072 orang. Sementara jumlah pasien secara keseluruhan yang pernah melahirkan lebih dari 2 anak sebanyak 1210 orang. Proporsi kelompok hasil Pap test menurut frekuensi melahirkan disajikan dalam Gambar 2. Normal Abnormal Gambar 2. Proporsi Kelompok Hasil Pap Test Menurut Frekuensi Melahirkan Pasien dengan ada sel abnormal cenderung pernah melahirkan lebih dari 2 anak dengan proporsi 77,19%. Sementara pasien dengan hasil pap test 6 normal cenderung pernah melahirkan kurang dari atau sama dengan 2 anak dengan proporsi 67,26%. Jumlah pasien yang diketahui ada sel abnormal menurut usia menstruasi pertama sebanyak 1285 orang. Pasien rata-rata mengalami menstruasi pertama saat berusia 13 tahun dengan rentang usia 11 tahun. Menstruasi pertama paling muda yang dialami pasien adalah saat usia 8 tahun dan paling tua saat usia 19 tahun. Statistik deskriptif usia menstruasi pertama menurut hasil Pap test disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Statistik Deskriptif Kelompok Hasil Pap Test Menurut Usia Menstruasi Pertama Usia Hasil Pap Test Menstruasi Pertama Normal Abnormal N Minimum 9 8 Maksimum Rata-rata 12,87 12,95 Rentang 9 11 Jumlah pasien secara keseluruhan dengan karakteristik siklus menstruasi yang teratur sebanyak 1827 orang. Sementara jumlah pasien secara keseluruhan dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 455 orang. Proporsi kelompok hasil Pap test pasien menurut siklus menstruasi disajikan dalam Gambar 3. Pasien yang diketahui ada sel abnormal cenderung memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dengan proporsi 70,11%. Sementara pasien dengan hasil pap test normal cenderung memiliki siklus menstruasi yang teratur dengan proporsi 47,13%. pasien (%) % 47.13% Teratur 29.89% 70.11% Tidak teratur Normal Abnormal Gambar 3. Proporsi Kelompok Hasil Pap Test Menurut Siklus Menstruasi Jumlah pasien secara keseluruhan yang pernah mengalami keguguran sebanyak 833 orang. Sementara jumlah pasien secara keseluruhan yang tidak pernah mengalami keguguran sebanyak 1449 orang. Proporsi kelompok hasil pap test menurut riwayat keguguran disajikan dalam Gambar 4. Pasien yang diketahui ada sel abnormal cenderung pernah mengalami keguguran dengan proporsi 74,91%. Sementara pasien dengan hasil pap test normal cenderung tidak pernah mengalami keguguran dengan proporsi 54,38%.

7 pasien (%) % 45.62% Tidak pernah keguguran 25.09% 74.91% Pernah keguguran Normal Abnormal Gambar 4. Proporsi Kelompok Hasil Pap Test Menurut Riwayat Keguguran Hubungan hasil Pap test dan masing-masing faktor risiko kanker serviks dapat dilihat dari tabulasi silang. Uji chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel respon dan prediktor. Uji chi-square antara hasil Pap test dan masing-masing faktor risiko kanker serviks disajikan dalam Tabel 6. Langkah uji chi-square sebagai berikut. H 0 : Tidak ada hubungan variabel Y dan variabel X H 1 : Ada hubungan variabel Y dan variabel X α = 0,05 Daerah kritis: Tolak H 0 jika > 3,84 Tabel 6. Uji Chi-square Variabel Prediktor dan Respon Variabel respon dengan, Variabel prediktor Keputusan X 2 272,33 3,84 Tolak H 0 X Y 3 456,45 3,84 Tolak H 0 X 5 43,99 3,84 Tolak H 0 X 6 184,47 3,84 Tolak H 0 Pada Tabel 6 diketahui bahwa keputusan untuk masing-masing varibel prediktor dan respon adalah tolak H 0. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara hasil pap test dengan masing-masing variabel prediktor. Variabel prediktor tersebut antara lain penggunaan kontarsepsi (X 2 ), frekuensi melahirkan (X 3 ), siklus menstruasi (X 5 ), dan riwayat keguguran (X 6 ). Setelah dilakukan trial and error maka didapatkan model MARS terbaik dengan mengkombinasikan nilai BF=24, MI=3, dan MO=0, dimana memiliki nilai GCV minimum sebesar 0,1234. Model MARS terbaik sebagai berikut. (5). Penjelasan basis fungsi pada persamaan (4.1) yaitu: X 3 =1, jika pasien dengan frekuensi melahirkan 2 anak. X 3 =2, jika pasien dengan frekuensi melahirkan > 2 anak. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai = 1, tetapi jika nilai maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 2 =1, jika pasien yang tidak menggunakan kontrasepsi. X 2 =2, jika pasien yang menggunakan kontrasepsi. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai = 1, tetapi jika nilai maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 5 =1, jika pasien dengan siklus menstruasi yang teratur. X 5 =2, jika pasien dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai = 1, tetapi jika nilai maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 4 > 12, jika pasien mengalami menstruasi pertama saat usia lebih dari 12 tahun. X 4 12, jika pasien mengalami menstruasi pertama saat usia kurang dari atau sama dengan 12 tahun. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai > 12, tetapi jika nilai maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. 7

8 X 1 > 44, jika pasien berusia lebih dari 44 tahun. X 1 44, jika pasien berusia kurang dari atau sama dengan 44 tahun. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai >44, tetapi jika nilai maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 4 > 11, jika pasien mengalami menstruasi pertama saat usia lebih dari 11 tahun. X 4 11, jika pasien mengalami menstruasi pertama saat usia kurang dari atau sama dengan 11 tahun. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai >11, tetapi jika nilai maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 3 =2, jika pasien dengan frekuensi melahirkan > 2 anak dan X 6 =2, jika pasien pernah mengalami keguguran. X 3 =1, jika pasien dengan frekuensi melahirkan 2 anak dan X 6 =1, jika pasien tidak pernah mengalami keguguran. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai =2 dan =2, tetapi jika nilai dan maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 1 > 59, jika pasien berusia lebih dari 59 tahun dan X 5 =2, jika pasien dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. X 1 59, jika pasien berusia kurang dari atau sama dengan 59 tahun dan X 5 =1, jika pasien dengan siklus menstruasi yang teratur. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai >59 dan =2, tetapi jika nilai dan maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 5 =1, jika pasien dengan siklus menstruasi yang teratur X 3 =2, jika pasien dengan frekuensi melahirkan > 2 anak dan X 6 =2, jika pasien pernah mengalami keguguran. X 5 =2, jika pasien dengan siklus menstruasi yang tidak teratur X 3 =1, jika pasien dengan frekuensi melahirkan 2 anak dan X 6 =1, jika pasien tidak pernah mengalami keguguran. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai =1, =2, dan =2 tetapi jika nilai, dan maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 3 =1, jika pasien dengan frekuensi melahirkan 2 anak dan X 6 =2, jika pasien pernah mengalami keguguran. X 3 =2, jika pasien dengan frekuensi melahirkan > 2 anak dan X 6 =1, jika pasien tidak pernah mengalami keguguran. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai =1 dan =2, tetapi jika nilai dan maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. X 1 > 45, jika pasien berusia lebih dari 45 tahun dan X 2 =1, jika pasien yang tidak menggunakan kontrasepsi. X 1 45, jika pasien berusia kurang dari atau sama dengan 45 tahun dan X 2 =2, jika pasien yang menggunakan kontrasepsi. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai >45 dan =1, tetapi jika nilai dan maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. 8

9 X 1 < 45, jika pasien berusia kurang dari 45 tahun dan X 2 =1, jika pasien yang tidak menggunakan kontrasepsi. X 1 45, jika pasien berusia lebih dari atau sama dengan 45 tahun dan X 2 =2, jika pasien yang menggunakan kontrasepsi. Artinya koefisien akan bermakna jika nilai < 45 dan =1, tetapi jika nilai dan maka koefisien tidak bermakna sehingga nilainya adalah 0. Kontribusi dari masing-masing variabel prediktor terhadap dalam fungsi pengelompokkan disajikan dalam Tabel 7. Fungsi yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel pembeda yang mempengaruhi dalam pengelompokkan dari tingkat kepentingan tertinggi hingga terendah adalah variabel frekuensi melahirkan (X 3 ), penggunaan kontrasepsi (X 2 ), riwayat keguguran (X 6 ), siklus menstruasi (X 5 ), usia menstruasi pertama (X 4 ), dan variabel usia pasien (X 1 ). Tabel 7. Tingkat Kepentingan Variabel Prediktor Variabel Tingkat Kepentingan X 3 100% X 2 70,996% X 6 65,972% X 5 63,879% X 4 46,733% X 1 32,456% Model MARS terbaik ditunjukkan pada persamaan (5). Pasangan variabel respon dan prediktor yang signifikan tersebut akan dilakukan replikasi bootstrap. Replikasi dilakukan sebanyak 50, 100, 150, dan 200 kali. Pada setiap pengambilan sampel dilakukan pemodelan MARS dengan kombinasi jumlah BF, MI, dan MO yang sama dengan jumlah BF, MI, dan MO pada model MARS terbaik data set awal. Kombinasi yang digunakan yaitu BF=24, MI=3, dan MO=0, sehingga didapatkan sebanyak B kesalahan klasifikasi dalam B replikasi bootstrap (. Selanjutnya kesalahan klasifikasi tersebut dirata-rata sehingga menghasilkan kesalahan klasifikasi bagging MARS untuk replikasi B kali ( ). Tabel 8 memberikan informasi bahwa pada 50 sampai 200 kali replikasi masing-masing tidak memiliki kesalahan klasifikasi bagging ( ) yang lebih kecil dari kesalahan klasifikasi model MARS terbaik (. Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus klasifikasi pasien hasil Pap test ini bagging tidak selalu dapat menurunkan kesalahan klasifikasi dari model data set awal. Tabel 8. Hasil bagging MARS Replikasi Bootstrap Rata-rata ketepatan klasifikasi 50 kali 76,61% 23.39% 20.33% 100 kali 77,32% 22.68% 20.33% 150 kali 77,51% 22.49% 20.33% 200 kali 76,85% 23.15% 20.33% Estimasi parameter model bagging merupakan nilai rata-rata estimasi parameter B kali replikasi bootstrap. Namun, karena nilai knots untuk model MARS pada setiap replikasi bootstrap berubah-ubah maka untuk estimasi parameternya tidak bisa diratarata. Sehingga model untuk bagging MARS tidak ada. Bagging hanya digunakan untuk menurunkan kesalahan klasifikasi dari data set awal. Model yang digunakan untuk keperluan klasifikasi adalah model MARS terbaik yaitu model dengan kombinasi BF=24, MI=3, dan MO=0. Prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi masalah klasifikasi adalah dengan menggunakan APER (Apparent Error Rate). APER digunakan untuk menghitung seberapa besar peluang kesalahan dalam klasifikasi pasien hasil Pap test. Nilai APER menyatakan nilai proporsi sampel yang salah diklasifikasikan oleh fungsi klasifikasi. Kesalahan klasifikasi disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Kesalahan Klasifikasi Pasien Hasil Pap Test RS X Surabaya tahun Kelas Aktual Prediksi kelas Total 1 2 Aktual Total Prediksi Pengelompokan pasien hasil Pap test penyakit kanker serviks menjadi dua yaitu pasien dengan hasil pap test normal (1) dan pasien dengan hasil pap test abnormal (2). Tabel 9 menunjukkan kesalahan hasil klasifikasi pasien hasil Pap test dari model MARS. Secara keseluruhan kesalahan klasifikasi untuk pasien hasil Pap test RS X Surabaya tahun sebesar 20,33% dan sisanya 79,67% kelompok hasil pap test terklasifikasi sesuai dengan data asli. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan hasil Pap test menunjukkan bahwa dari 2282 orang terdapat 43,69% pasien dengan hasil normal dan 56,31% pasien dengan hasil abnormal. Pasien yang melakukan Pap test rata-rata berusia 42 tahun. Sebanyak 1338 pasien menggunakan kontrasepsi dan 70,70% pasien dengan dengan hasil abnormal menggunakan kontrasepsi. Pasien yang pernah melahirkan lebih dari dua orang anak sebanyak 1210 orang dan 77,19% pasien dengan hasil abnormal pernah melahirkan lebih 9

10 dari dua orang anak. Menstruasi pertama rata-rata dialami pasien saat berusia 13 tahun. Sementara sebanyak 1827 orang mengalami siklus menstruasi yang teratur dan sebesar 52,87% pasien dengan hasil abnormal memiliki siklus menstruasi yang teratur. Sebanyak 1449 orang tidak pernah mengalami keguguran dan 54,38% pasien dengan hasil normal memiliki riwayat tidak pernah mengalami keguguran. Analisis chi-square menunjukkan ada hubungan antara hasil Pap test dengan masing-masing variabel prediktor yaitu penggunaan kontarsepsi (X 2 ), frekuensi melahirkan (X 3 ), siklus menstruasi (X 5 ), dan riwayat keguguran (X 6 ). Bagging MARS dengan 50 sampai 200 kali replikasi masing-masing tidak memiliki kesalahan klasifikasi yang lebih kecil dari kesalahan klasifikasi model MARS terbaik. Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus klasifikasi pasien hasil Pap test ini bagging tidak selalu dapat menurunkan kesalahan klasifikasi dari model data set awal. Model yang digunakan adalah model MARS terbaik untuk klasifikasi pasien hasil Pap test penyakit kanker serviks di RS X Surabaya diperoleh dari kombinasi BF=24, MI=3, dan MO=0. Model MARS terbaik: dengan, Fungsi yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel pembeda yang mempengaruhi dalam pengelompokkan dari tingkat kepentingan tertinggi hingga terendah adalah variabel frekuensi melahirkan (X 3 ), penggunaan kontrasepsi (X 2 ), riwayat keguguran (X 6 ), siklus menstruasi (X 5 ), usia menstruasi pertama (X 4 ), dan variabel usia pasien (X 1 ). Kesalahan klasifikasi untuk pasien hasil Pap test RS X Surabaya tahun sebesar 20,33% dan sisanya 79,67% kelompok hasil pap test terklasifikasi sesuai dengan data asli. Saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya penggunaan metode MARS dibandingkan dengan metode lainnya seperti regresi logistik sehingga dapat diketahui keunggulan dari metode yang digunakan, 10 berkonsultasi dengan dokter ahli dalam menggunakan variabel faktor risiko kanker serviks, dan bagi wanita yang sudah menikah dan atau berusia diatas 35 tahun sebaiknya melakukan Pap test secara rutin dan memberikan informasi yang akurat ketika pengisian pada formulir data pasien. 6. DAFTAR PUSTAKA Agresti, A. (1990). Categorical Data Analysis. John Willey and Sons, New York. Buhlman, P., Yu, B. (2002). Analyzing Bagging, The Annals of Statistics, Vol. 30 no. 4, hal Cox, D.R., Snell, E.J. (1989). Analysis of Binary Data. Second Edition, Chapman & Hall, London. Efron, B., Tibshirani, R.J. (1993). An Introduction to the Bootstrap. Chapman Hall, New York. Eubank, R. L. (1988). Spline Smoothing and Nonparametric Regression. Marcel Deker, New York. Friedman, J.H. (1991). Multivariate Adaptive Regression Splines. The Annals of Statistics, Vol. 19 No. 1. Friedman, J.H., Silverman, B.W. (1989). Flexible Parsimony Smoothing and Additive Modelling. Technometrics, 31. Johnson, R.A., Wichern, D.W. (1992). Applied Multivariate Statistical Analysis. Prentice Hall, New Jersey. Kartini, A.Y. (2008). Permodelan Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS) untuk Klasifikasi Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus di RSU DR. Soetomo Surabaya). Tugas Akhir, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kessek, H. (2010). Tiap Satu Jam Perempuan Indonesia Meninggal Akibat Kanker Serviks, [diakses pada tanggal 30 September 2010]. Kurniasari, Y.D. (2011). Permodelan Angka Kejadian Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) di Kabupaten Aceh Timur Menggunakan Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS). Tugas Akhir, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Melva. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. Nurdim, F.I. (2006). Klasifikasi Pasien Hasil Pap Test Penyakit Kanker Leher Rahim dengan Metode Multivariate Adaptive Regression splines

11 (MARS). Tugas Akhir, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Nurwijaya, H., Andrijono, Suheimi, H.K., (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Gramedia, Jakarta. Otok, B.W., Guritno, S., Subanar, Haryatmi, S. (2006). Bootstrap dalam MARS untuk Klasifikasi Perbankan. Inferensi Jurnal Statistika, Volume 2, No. 1. FMIPA ITS Surabaya. Otok, B.W. (2008). M.A.R.S (Multivariate Adaptive Regression Spline). Komputasi Statistik, Surabaya. Setiawan, A. (2010). Kanker Serviks Penyebab Utama Kematian, /05/07/ /Kanker.Serviks.Penyebab. Utama.Kematian.htm, [diakses pada tanggal 30 September 2010]. Setyarini, E. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Sinar Kejora, Yogyakarta. 11

Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si

Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si Pemodelan Angka Kejadian Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) di Kabupaten Aceh Timur Menggunakan Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS) Oleh: Yustiva Drisma Kurniasari 1307100034 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK Kishartini 1, Diah Safitri 2, Dwi Ispriyanti 3

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK Kishartini 1, Diah Safitri 2, Dwi Ispriyanti 3 ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 711-718 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI KEJADIAN KONSTIPASI TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PEMBERIAN AIR SUSU FORMULA

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI KEJADIAN KONSTIPASI TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PEMBERIAN AIR SUSU FORMULA MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI KEJADIAN KONSTIPASI TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PEMBERIAN AIR SUSU FORMULA 1 Ria Muslikah, Moh. Yamin Darsyah 1,,3 Program Studi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 34 42 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENCIRI TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN BOOTSTRAP AGREGATING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Metode klasifikasi merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau mengklasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis ke dalam suatu kelompok sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Analisis Regresi Salah satu metode statistik yang umum digunakan untuk menganalisis hubungan ataupun pengaruh antara variabel prediktor dan variabel respon. Mengatasi kurva

Lebih terperinci

Kata Kunci: Komponen Akreditasi, Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS)

Kata Kunci: Komponen Akreditasi, Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 44 53 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN METODE MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) UNTUK MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN YANG BERPENGARUH

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PASIEN HASIL PAP SMEAR TEST

KLASIFIKASI PASIEN HASIL PAP SMEAR TEST KLASIFIKASI PASIEN HASIL PAP SMEAR TEST SEBAGAI PENDETEKSI AWAL UPAYA PENANGANAN DINI PADA PENYAKIT KANKER SERVIKS DI RS. X SURABAYA DENGAN METODE BAGGING LOGISTIC REGRESSION Oleh : Ida Ayu Sevita Intansari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah munculnya penyakit, baik menular

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS)

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 839-848 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 339-541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 014, Halaman 313-3 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BLORA MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR (FK-NN)

KLASIFIKASI KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BLORA MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR (FK-NN) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 1077-1085 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KLASIFIKASI KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BLORA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -113 Kualifikasi Dan Mapping Kualitas Sekolah Menengah Swasta Di Tulungagung Berdasarkan Faktor Dominan Yang Berpengaruh Dengan Metode

Lebih terperinci

Volume II No. 2, Juni 2017 ISSN

Volume II No. 2, Juni 2017 ISSN Volume II No., Juni 7 ISSN 5-74 MODEL PREDIKSI TIMELINESS PELAPORAN KEUANGAN MENGGUNAKAN METODE MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE ( Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Go Public di BEI) Erna Hayati

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM 6 (1) 2017 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm KETEPATAN KLASIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) PADA DATA KELOMPOK

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE MARS DAN FK-NNC

KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE MARS DAN FK-NNC ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 341-349 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

Maylita Hasyim Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Maylita Hasyim Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) DENGAN BINARY RESPONSE UNTUK MENGANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NILAI UN SMA PENDAHULUAN Maylita Hasyim Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

Bootstrap Aggregating Multivariate Adaptive Regression Splines (Bagging MARS) untuk Mengklasifikasikan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Jombang

Bootstrap Aggregating Multivariate Adaptive Regression Splines (Bagging MARS) untuk Mengklasifikasikan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Jombang JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) D-91 Bootstrap Aggregating Multivariate Adaptive Regression Splines (Bagging MARS) untuk Mengklasifikasikan Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

α 0, j = 1,2,,m (1) dengan,

α 0, j = 1,2,,m (1) dengan, PEMODELAN ANGKA KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI KABUPATEN SORONG SELATAN (PROVINSI PAPUA BARAT) DENGAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) Nama : Maylita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

Klasifikasi Hasil Pap Smear Test Kanker Serviks Berdasarkan Faktor Resiko (Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta Surabaya

Klasifikasi Hasil Pap Smear Test Kanker Serviks Berdasarkan Faktor Resiko (Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta Surabaya 1 Klasifikasi Hasil Pap Smear Test Kanker Serviks Berdasarkan Faktor Resiko (Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta Surabaya Yuristian Ramdani dan Santi Wulan Purnami Jurusan Statistika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang MARS telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia

Lebih terperinci

RANDOM FOREST DAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) BINARY RESPONSE UNTUK KLASIFIKASI PENDERITA HIV/AIDS DI SURABAYA

RANDOM FOREST DAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) BINARY RESPONSE UNTUK KLASIFIKASI PENDERITA HIV/AIDS DI SURABAYA RANDOM FOREST DAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) BINARY RESPONSE UNTUK KLASIFIKASI PENDERITA HIV/AIDS DI SURABAYA 1 Nidhomuddin, 2 Bambang Widjanarko Otok 1,2 Jurusan Statistika,Fakultas

Lebih terperinci

REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R. Abstract. Keywords: Spline Truncated, GCV, Software R.

REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R. Abstract. Keywords: Spline Truncated, GCV, Software R. REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R Tiani Wahyu Utami 1), Alan Prahutama 2) 1 Program studi Statistika, FMIPA, Universitas Mumammadiyah Semarang email: tianiutami@unimus.ac.id 2 Departemen

Lebih terperinci

Klasifikasi Kesejahteraan Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline Bootstrap Aggregating (MARS Bagging)

Klasifikasi Kesejahteraan Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline Bootstrap Aggregating (MARS Bagging) Klasifikasi Kesejahteraan Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline Bootstrap Aggregating (MARS Bagging) Dimas Arvian Pandu Pratama 1 (1307100059), dan Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar di dunia. Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker dan lebih

Lebih terperinci

REGRESI SPLINE BIRESPON UNTUK MEMODELKAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS

REGRESI SPLINE BIRESPON UNTUK MEMODELKAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS REGRESI SPLINE BIRESPON UNTUK MEMODELKAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS Dhina Oktaviana P, I Nyoman Budiantara Mahasiswa Jurusan Statistika ITS Surabaya, Dosen Jurusan Statistika ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL TESIS. Disusun oleh : EKO WIYONO NRP : DOSEN PEMBIMBING Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.Si.

SEMINAR HASIL TESIS. Disusun oleh : EKO WIYONO NRP : DOSEN PEMBIMBING Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.Si. SEMINAR HASIL TESIS Disusun oleh : EKO WIYONO NRP : 39 7 DOSEN PEMBIMBING Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.Si. PROGRAM MAGISTER JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya terjadi pada sistem organ reproduksi.kanker reproduksi meliputi kanker alat kelamin perempuan, kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan serius negara-negara di dunia. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMBENTUKAN POHON TERBAIK DENGAN METODE POHON KLASIFIKASI (CLASSIFICATION TREE)

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMBENTUKAN POHON TERBAIK DENGAN METODE POHON KLASIFIKASI (CLASSIFICATION TREE) Natural Vol. 11, No. 2, Mei 2007, hal. 112-118. PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMBENTUKAN POHON TERBAIK DENGAN METODE POHON KLASIFIKASI (CLASSIFICATION TREE) A. Efendi dan H. Kusdarwati Program Studi

Lebih terperinci

PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE

PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE Annita Nur Kusumastuti, Sri Sulistijowati Handajani, dan Respatiwulan Program Studi Matematika FMIPA UNS ABSTRAK. Inflasi identik

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

Analisis Regresi Spline Kuadratik

Analisis Regresi Spline Kuadratik Analisis Regresi Spline Kuadratik S 2 Oleh: Agustini Tripena Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto tripena1960@yahoo.co.id Abstrak Regresi spline

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM) II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode Regresi Analisis regresi merupakan bagian dalam analisis statistika yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah tidak bebas (respon) dengan satu atau beberapa peubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serviks merupakan suatu area pada alat reproduksi wanita yang selnya mudah mengalami perubahan ke arah abnormal. Bahkan pada beberapa wanita dapat berkembang ke arah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapatkan model dan faktor-faktornya, terlebih dahulu akan dibahas. bagaimana mendapatkan sampel dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapatkan model dan faktor-faktornya, terlebih dahulu akan dibahas. bagaimana mendapatkan sampel dalam penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari penelitian yang meliputi model terbaik dari indeks prestasi kumulatif mahasiswa dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI SPLINE UNTUK RATA- RATA BANYAK ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA SURABAYA, KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BANGKALAN

PEMODELAN REGRESI SPLINE UNTUK RATA- RATA BANYAK ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA SURABAYA, KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BANGKALAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR PEMODELAN REGRESI SPLINE UNTUK RATA- RATA BANYAK ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA SURABAYA, KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BANGKALAN Oleh : Servianie Purnamasari (1310 030

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN TUBAN

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN TUBAN MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN TUBAN Amalia Ma rufa, Sri Subanti, Titin Sri Martini Program Studi Matematika FMIPA UNS

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Arief Yudissanta ( ) Pembimbing : Dra. Madu Ratna, M.Si

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Arief Yudissanta ( ) Pembimbing : Dra. Madu Ratna, M.Si Oleh : Arief Yudissanta (1310 105 018) Pembimbing : Dra. Madu Ratna, M.Si Analisis Pemakaian Kemoterapi Pada Kasus Kanker Payudara dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Multinomial (Studi Kasus Pasien

Lebih terperinci

PEMODELAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PADA FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANGKA KESAKITAN DIARE

PEMODELAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PADA FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANGKA KESAKITAN DIARE PEMODELAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PADA FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANGKA KESAKITAN DIARE (Studi Kasus : Angka kesakitan Diare di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini akan timbul karena pola hidup yang tidak sehat dan mengakibatkan kondisi fisik yang tidak normal. Kanker dapat

Lebih terperinci

Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri

Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri Vol. 6, No.1, 0-8, Juli 009 Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri Wahidah Sanusi Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi model pertumbuhan

Lebih terperinci

BAGGING MARS UNTUK PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN ANOMALI LUAS PANEN PADI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAGGING MARS UNTUK PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN ANOMALI LUAS PANEN PADI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, November 00 BAGGING MARS UNTUK PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN ANOMALI LUAS PANEN PADI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Alif Yuanita, Bambang Widjanarko

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK SKRIPSI Disusun oleh KISHARTINI 24010210141008 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 229-238 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian Ketepatan Klasiikasi Status Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Model regresi yang baik memerlukan data yang baik pula. Suatu data dikatakan baik apabila data tersebut berada di sekitar garis regresi. Kenyataannya, terkadang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi ditelinga. Berbagai jenis kasus baru ditemukan, namun jenis kasus kanker yang paling tinggi di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK. Agustini Tripena 1

PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK. Agustini Tripena 1 PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK Agustini Tripena 1 1) Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto tripena1960@yahoo.co.id Abstrak Pada paper ini

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT... iii ABSTRAK... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN... v PENGESAHAN SKRIPSI... vi RIWAYAT HIDUP PENULIS... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA Febriani Astuti, Kartiko, Sri Sulistijowati Handajani Jurusan Matematika

Lebih terperinci

GENERALIZED POISSON REGRESSION (GPR)

GENERALIZED POISSON REGRESSION (GPR) PEMODELAN JUMLAH KASUS KANKER SERVIKS DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN ANALISIS GENERALIZED POISSON REGRESSION (GPR) 12/06/2012 Oleh: RIZA INAYAH / 1309.030.042 Dosen Pembimbing: DR. Purhadi, M.Sc Jurusan Statistika

Lebih terperinci

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 11-20 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI DENGAN PENDEKATAN BAGGING MARS

PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI DENGAN PENDEKATAN BAGGING MARS PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI DENGAN PENDEKATAN BAGGING MARS Alif Yuanita 1, Bambang Widjanarko Otok 2, dan Sutikno 3 1 Mahasiswa Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2,3 Dosen Statistika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BLORA MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR (FK-NN)

KLASIFIKASI KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BLORA MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR (FK-NN) KLASIFIKASI KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BLORA MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR (FK-NN) SKRIPSI Oleh : YANI PUSPITA KRISTIANI 24010211120018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan modernisasi, terutama di kota besar, mengakibatkan pola penyakit di Indonesia berubah. Mengonsumsi makanan berlemak, kurang serat, maupun yang

Lebih terperinci

PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS)

PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) Winalia Agwil 1, Izzati Rahmi HG 2, Hazmira Yozza 2 Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang sudah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PENGKLASIFIKASIAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) Abstrak

PEMODELAN DAN PENGKLASIFIKASIAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) Abstrak PEMODELAN DAN PENGKLASIFIKASIAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) Siskarossa Ika Oktora, Prof. DR. Sutawanir Darwis, Drs. Gatot Riwi Setyanto,

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN PENDEKATAN DERET FOURIER PADA KASUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN PENDEKATAN DERET FOURIER PADA KASUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR UNIVERSITAS DIPONEGORO 01 ISBN: -0-1-0-1 MODEL REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN PENDEKATAN DERET FOURIER PADA KASUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR Alan Prahutama Dosen Jurusan Statistika Undip

Lebih terperinci

Seminar Hasil Tugas Akhir

Seminar Hasil Tugas Akhir Seminar Hasil Tugas Akhir Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada pasien Kanker Tiroid Sri Hartati Selviani Handayani 1311106007 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis statistika pada dasarnya merupakan suatu analisis terhadap sampel yang kemudian hasilnya akan digeneralisasi untuk menggambarkan suatu karakteristik populasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi International tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International Confererence on Population and Development) di Kairo tahun 1994 menyepakati perubahan

Lebih terperinci

GENERALIZED CROSS VALIDATION DALAM REGRESI SMOOTHING SPLINE

GENERALIZED CROSS VALIDATION DALAM REGRESI SMOOTHING SPLINE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 191 196. GENERALIZED CROSS VALIDATION DALAM REGRESI SMOOTHING SPLINE Andi Sayuti, Dadan Kusnandar, Muhlasah Novitasari Mara

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR

APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR Oleh : Isnia Dwimayanti (0 09 06) Pembimbing : DR Drs I Nyoman Budiantara, MS ABSTRAK Tingginya tingkat fertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Belajar Menurut Dalyono (2007), ada beberapa definisi belajar dari para ahli, antara lain, yaitu: a) Witherington, dalam buku educational psychology mengemukakan:

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Drs. I Nyoman Budiantara, MS

Seminar Tugas Akhir. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Drs. I Nyoman Budiantara, MS Seminar Tugas Akhir Oleh: Dhina Oktaviana P 1307 100 068 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Drs. I Nyoman Budiantara, MS JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PEMODELAN HARGA CABAI DI KOTA SEMARANG TERHADAP HARGA INFLASI MENGGUNAKAN REGRESI SEMIPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL

PEMODELAN HARGA CABAI DI KOTA SEMARANG TERHADAP HARGA INFLASI MENGGUNAKAN REGRESI SEMIPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL PEMODELAN HARGA CABAI DI KOTA SEMARANG TERHADAP HARGA INFLASI MENGGUNAKAN REGRESI SEMIPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL Alan Prahutama, Suparti, Departemen Statistika, Fakultas Sains dan Matematika,Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang di dunia meninggal akibat

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS)

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) SKRIPSI Disusun oleh : RIZAL YUNIANTO GHOFAR 240102101410029

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN) DAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) PADA DATA AKREDITASI SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK BERDASARKAN ESTIMATOR POLINOMIAL LOKAL KERNEL PADA KASUS PERTUMBUHAN BALITA

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK BERDASARKAN ESTIMATOR POLINOMIAL LOKAL KERNEL PADA KASUS PERTUMBUHAN BALITA MODEL REGRESI NONPARAMETRIK BERDASARKAN ESTIMATOR POLINOMIAL LOKAL KERNEL PADA KASUS PERTUMBUHAN BALITA 1 Mifta Luthfin Alfiani, 2 Indah Manfaati Nur, 3 Tiani Wahyu Utami 1,2,3 Program Studi Statistika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap Smear adalah metode pemeriksaan pada sel-sel di serviks yang kemudian akan dilihat di bawah mikroskop. Ditemukan oleh seorang dokter ahli anatomi bernama George

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel respon ( ), dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit mematikan kedua yang sering terjadi pada wanita. Penyakit ini sebanyak 529.800 di dunia pada tahun 2008 dan 85% terjadi di negara berkembang.

Lebih terperinci

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi Statistika, Vol. No., Mei Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi MARZUKI, HIZIR SOFYAN, ASEP RUSYANA Jurusan Matematika FMIPA Universitas Syiah Kuala Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logistik didasarkan pada pendekatan analisis regresi linear merupakan metode yang

BAB I PENDAHULUAN. logistik didasarkan pada pendekatan analisis regresi linear merupakan metode yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klasifikasi merupakan suatu metode statistika untuk mengelompokkan sekumpulan objek yang disusun secara sistematis ke dalam suatu kelompokkelompok baru yang lebih kecil

Lebih terperinci

Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon

Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon Konferensi Nasional Sistem & Informatika 7 STMIK STIKOM Bali, Agustus 7 Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon Luh Putu Safitri Pratiwi Program Studi Sistem Informasi STMIK STIKOM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel prediktor terhadap satu buah variabel respon. Model

Lebih terperinci

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X pembilang persamaan (3) adalah rataan jumlah kuadrat galat, N jumlah pengamatan dan M jumlah himpunan bagian. Penyebutnya merupakan fungsi nilai kompleks, dengan C(M) adalah nilai kompleksitas model yang

Lebih terperinci

PENENTUAN GENERALIZED CROSS VALIDATION (GCV) SEBAGAI KRITERIA DALAM PEMILIHAN MODEL REGRESI B-SPLINE TERBAIK

PENENTUAN GENERALIZED CROSS VALIDATION (GCV) SEBAGAI KRITERIA DALAM PEMILIHAN MODEL REGRESI B-SPLINE TERBAIK Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 2 (2013), hal 121 126. PENENTUAN GENERALIZED CROSS VALIDATION (GCV) SEBAGAI KRITERIA DALAM PEMILIHAN MODEL REGRESI B-SPLINE TERBAIK Yuyun

Lebih terperinci

Memodelkan regresi logistik biner data set hasil sampel bootstrap B.

Memodelkan regresi logistik biner data set hasil sampel bootstrap B. B O O T S T R A P A G G R E G A T I N G 1 2 3 4 5 6 7 Tinjauan Pustaka Algoritma Bagging Regresi Logistik Biner Mengambil sampel bootstrap sebanyak n dari data set dengan pengulangan sebanyak n. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deteksi Penyakit Kanker Serviks Menggunakan Metode Adaptive Thresholding Berbasis Pengolahan Citra

BAB I PENDAHULUAN. Deteksi Penyakit Kanker Serviks Menggunakan Metode Adaptive Thresholding Berbasis Pengolahan Citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan seorang perempuan dewasa. Dalam tubuh seorang wanita terdapat organ reproduksi, salah satunya adalah rahim.

Lebih terperinci

METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI

METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 121-130 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN

Lebih terperinci