Latar Belakang PENDAHULUAN UU No. 26 Tahun 2007, tata guna air, tanah, udara dan sumber daya alam lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
|
|
- Sonny Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENYUSUNAN MODEL SUMBER EMISI GAS RUMAH KACA SEBAGAI ASPEK SUMBER DAYA UDARA DALAM PENATAAN RUANG, DI KOTA SURABAYA Surya Hadi Kusuma Program Studi Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya Desember 2011
2 Latar Belakang PENDAHULUAN UU No. 26 Tahun 2007, tata guna air, tanah, udara dan sumber daya alam lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan ruang. Berbagai bentuk kerusakan dan bencana lingkungan seringkali merupakan permasalahan lingkungan yang timbul akibat daya dukung lingkungan hidup yang terlampaui Lingkungan udara telah mengalami banyak perubahan akibat pencemaran, salah satunya akibat pembangunan yang tidak terkendali salah satu upaya menyeimbangkan pemanfaatan SDA dan LH melalui penataan ruang. Dampak pencemaran udara pemanasan global (global warming) suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat selama seratus tahun terakhir, akibat meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (IPCC panel, 2007) Lingkungan udara telah banyak dijadikan pertimbangan dalam penataan ruang di banyak negara, mengingat ketentuan t yang berlaku dalam menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan nyaman bagi penduduk (Soedomo, 2001)
3 Rumusan Masalah PENDAHULUAN Sampai saat ini, i belum dimasukkannya aspek sumber daya udara sebagai bagian analisis keruangan dan arahan dalam penyusunan perencanaan tata ruang di Indonesia, sehingga diperlukan suatu model yang tepat guna untuk dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kajian analisis tata ruang yang sudah ada (Permen PU Nomor 20/PRT/M/2007) yang berasal dari lingkungan udara (aspek sumber daya udara). Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah merumuskan dan membuat pemodelan aspek sumber daya udara untuk penataan ruang di Indonesia, dari salah satu sumber pencemar udara, yaitu sumber pencemar emisi i gas rumah kaca.
4 Tujuan PENDAHULUAN Membuat pemodelan spasial persebaran emisi gas rumah kaca (GRK) di Kota Surabaya Manfaat (Masyarakat / Badan Organisasi) Dengan tercapainya penataan ruang yang berkelanjutan, diharapkan angka kesehatan dan tingkat kenyamanan penduduk perkotaan Surabaya mengalami peningkatan. Melalui emission trading (Protokol Kyoto), setiap penduduk dan badan organisasi bisa ikut berperan serta dalam pengurangan emisi GRK, dan imbalannya akan memperoleh keuntungan finansial. Satu proyek ramah lingkungan bisa menggunakan dana CDM sebesar US$ 50 juta. Kini kredit karbon diperdagangkan sekitar US$ 13 per satu ton karbondioksida.
5 PENDAHULUAN Manfaat (Akademisi dan Pemerintah) Mampu membuat pemodelan kualitas udara suatu perkotaan atau wilayah dengan menggunakan sistem informasi geografis yang terintegrasi. Memberikan masukan dan arahan sebagai pedoman pemerintah dalam penyusunan penataan ruang di Indonesia yang sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun Pemerintah mampu melakukan pengendalian terhadap pencemaran udara, termasuk mengurangi sumber emisi GRK, khususnya yang bersumber b dari Kota Surabaya. Melalui program Clean Development Mechanism (CDM) dan Emission Trading (Protokol Kyoto), pemerintah daerah dapat memperoleh keuntungan dari kegiatan program tersebut, salah satunya adalah mempertahankan dan membuat ruang terbuka hijau berupa hutan kota. Emission Trading (Perdagangan emisi) adalah perdagangan emisi antar negara maju.
6 TINJAUAN PUSTAKA Gas Rumah Kaca berdasarkan Guidelines IPCC dan digunakan sebagai acuan pada Protokol Kyoto, terdiri dari 6 (enam) gas, yaitu: Karbon dioksida (CO2) Metana (CH4) Dinitrogen Oksida (N20) Hydrofluorocarbon (HFC) Perfluorocarbon (PFC) Sulphurhexafluoride (SF6)
7 TINJAUAN PUSTAKA Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut: Energi Kegiatan Transportasi dan Industri, serta penggunaan batu bara dan minyak bumi untuk pembangkit listrik. Kehutanan Pembalakan Hutan dan Pembakaran Hutan Pertanian Penggunaan Pupuk, Pembusukan sisa pertanian, Pembakaran limbah pertanian, Peternakan Kotoran hewan ternak Sampah Sanitary landfill dan Pembakaran Sampah
8 TINJAUAN PUSTAKA Penghitungan emisi GRK menggunakan rumus dasar: Dimana : Emisi GRK = Ai x Efi Emisi GRK = Emisi suatu gas rumah kaca (CO 2, CH 4, N 2 O, dan lainnya) Ai = Konsumsi bahan jenis i atau jumlah produk i EFi = Faktor Emisi dari bahan jenis i atau produk i Faktor emisi ditentukan berdasarkan penelitian dan sangat spesifik untuk setiap bahan atau produk. Oleh karena belum ada faktor emisi yang spesifik untuk Indonesia, maka digunakan faktor emisi yang sudah ditentukan berdasarkan Pedoman Inventarisasi Gas Rumah Kaca (guidlines guidlines) ) IPCC tahun Untuk perhitungan konsumsi energi spesifik kendaraan bermotor di Indonesia menggunakan sumber dari BPPT tahun 2009
9 TINJAUAN PUSTAKA RTRW KOTA SURABAYA TAHUN 2005 Penggunaan Lahan Perubahan pemanfaatan lahan di Kota Surabaya diindikasikan dari adanya perubahan dari lahan pertanian, tanah kosong, dan jalur hijau menjadi kawasan hunian serta perdagangan dan jasa. Kota Surabaya menunjukan penggunaan lahan mengalami perubahan untuk kawasan terbangun terutama untuk permukiman, perdagangan dan industri. Lahan tak terbangun yang mengalami peningkatan berupa tanah kosong. Sedangkan lahan tak terbangun yang mengalami penyempitan berupa sawah, hal ini terjadi karena lahan tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan terbangun seperti permukiman dan kegiatan komersial lainnya.
10
11 Aspek Permukiman TINJAUAN PUSTAKA Pola pengembangan permukiman di Kota Surabaya mengarah pada kawasan pinggiran, seperti di kawasan barat, timur, dan selatan kota dalam bentuk perumahan real estate. Sedangkan jenis permukiman- permukiman yang berada di tengah kota dalam bentuk perumahan- perumahan formal non perkampungan, yang di beberapa lokasi penggunaannya berubah menjadi perdagangan yang sedang menjadi trend di kota-kota besar. Kondisi perubahan fungsional bangunan seperti di atas telah menjamur di Kota Surabaya dan akan lebih bervariatif jika tidak ada upaya tindak lanjut.
12 Transportasi TINJAUAN PUSTAKA Salah satu masalah utama dalam sistem jaringan jalan di Kota Surabaya adalah bercampurbaurnya segala macam jenis kendaraan (mobil, truk, sepeda motor, becak dan lain-lain) lain) serta berbagai macam aktifitas (parkir, pedagang kaki lima, pedestrian dan lain-lain) lain) semakin menambah beban dari sebagian besar jalan-jalan di Kota Surabaya, sehingga banyak jalan-5jalan yang ada, termasuk jalan- jalan utama di pusat kota yang telah mencapai nilai kapasitasnya (daya tampung).
13 Fasilitas Industri TINJAUAN PUSTAKA Kawasan industri yang ada di Surabaya saat ini ada di wilayah kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar (PT. SIER), di Kecamatan Benowo (kawasan industri Tambak Osowilangun), di Kecamatan Tandes (kawasan Margomulyo industri), di Kecamatan Krembangan (kawasan industri Krembangan), di Kecamatan Asemrowo dan Sukomanunggal. Kegiatan industri non-kawasan lokasinya saat ini tersebar di seluruh kecamatan di wilayah Kota Surabaya, yang terdiri dari industri kimia agro dan hasil hutan (IKAH) 1854 unit, industri logam mesin elektronika dan aneka sebanyak 1263 unit, industri non formal 7852 unit dan sentra industri sebanyak 1070 unit.
14 TINJAUAN PUSTAKA Fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perwujudan RTH di Kota Surabaya berupa taman, taman bermain anak, lapangan olahraga, makam. Dari segi pemanfaatannya, ruang terbuka hijau di Kota Surabaya selain sebagai penyejuk dan elemen estetika lingkungan juga sebagian dimanfaatkan untuk sarana rekreasi dan olah raga baik pada skala lingkungan maupun kota.
15 Persampahan TINJAUAN PUSTAKA Penanganan persampahan Kota Surabaya menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan Kota Surabaya. Pengelolaan sistem persampahan untuk pengumpulan sampah dari rumah tangga atau dari sumbernya sampai LPS dikelola oleh masyarakat. Pengangkutan dari LPS menuju LPA menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota Surabaya. Untuk pembuangan sampah akhir Kota Surabaya memiliki lokasi idilpab Benowo. Sistem pengolahan yang direncanakan berupa Sanitary Landfill,, namun dalam pelaksanaannya sistem ini tidak diterapkan dengan baik.
16 Pengumpulan Data Data Primer : METODOLOGI PENELITIAN ~ Nilai emisi dari kegiatan domestik (data perkecamatan) ~ Nilai emisi dari kegiatan industri (kawasan industri margomulyo, karangpilang, SIER Rungkut) ~ Lokasi dan luasan lahan gambut, sawah dan rawa (berdasarkan penggunaan lahan RTRW Kota Surabaya tahun 2005 hanya terdapat sawah diupdate dengan citra Quickbird tahun 2010) Data Sekunder : ~ Jumlah kendaraan pada beberapa ruas jalan utama (Dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2010) ~ Jumlah hewan ternak (BPS, tahun 2010) data perkecamatan ~ Jumlah sampah yang masuk TPA Benowo perhari tahun 2010 (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya)
17 Alat METODOLOGI PENELITIAN Media Komputerisasi menggunakan software arcgis Peta Dasar (tematik) peta administrasi, jaringan jalan, kawasan industri, lokasi TPA Benowo, kawasan pertanian (sawah) dalam format *.shp (GIS) Tools Geostatistical Analyst dan Model Builder dalam software arcgis Tahapan Analisa 1. Menentukan Kegiatan Sumber Emisi Gas Rumah Kaca (guidelines IPCC) dan yang memiliki efek rumah kaca (menyelubungi permukaan bumi) : CO2 CH4 N20
18 METODOLOGI PENELITIAN 2. Pemodelan Sumber Pencemar Emisi GRK Menghitung nilai i Emisi i dari sumber CO2, CH4 dan N2O Emisi GRK = Ai x EFi Input nilai emisi ke dalam sistem informasi geografis (arcgis) Pemodelan sumber pencemar emisi menggunakan analisis inverse distance weighting (IDW) ~ Model (Peta) Sumber Emisi CO2 ~ Model (Peta) Sumber Emisi CH4 ~ Model (Peta) Sumber Emisi N2O
19 METODOLOGI PENELITIAN 3. Pemodelan Persebaran Emisi GRK Hasil pemodelan sumber pencemar gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) diubah dari nilai emisi menjadi nilai equal interval emisi 5 klasifikasi : Nilai ruang 1 kawasan dengan nilai emisi tinggi Nilai ruang 2 kawasan dengan nilai emisi cukup tinggi Nilai ruang 3 kawasan dengan nilai emisi sedang Nilai ruang 4 kawasan dengan nilai emisi cukup rendah Nilai ruang 5 kawasan dengan nilai emisi rendah Hasil pemodelan pencemar gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) Overlay menggunakan Model Builder,, Teknik Weighted Overlay
20 METODOLOGI PENELITIAN Komposisi antrophogenic GRK terdiri dari : ~ 72% CO 2, ~ 18% CH 4, ~ 9% N 2 O, ~ dan 1% gas lainnya (sumber: IPCC ) 4. Arahan Aspek Sumber Daya Udara untuk Penataan Ruang Kebijakan dalam Rencana Aksi Nasional-GRK Kebijakan dalam Rencana Aksi Daerah-GRK Disesuaikan ik dengan aspek dalam penataan ruang di Kota Surabaya (RTRW Kota Surabaya tahun 2005)
21 Gambaran Umum HASIL DAN PEMBAHASAN
22 Kawasan Industri Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
23 Kawasan Pertanian Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
24 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sumber Pencemar GRK 1. Karbondioksida (CO2) Kegiatan transportasi (26 ruas jalan) penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor Kegiatan industri (3 kawasan industri) penggunaan bahan bakar dan jenis komoditi yang dihasilkan Kegiatan domestik (31 kecamatan) penggunaan bahan bakar 2. Metana (CH4) Kegiatan persampahan (TPA Benowo) Sanitary landfill Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata volume sampah pada tahun 2010 sekitar ton / hari. Dari kegiatan pemulungan dan sapi-sapi di LPA, terjadi reduksi volume sampah sebesar 25% setiap harinya. Ini berarti volume timbunan sampah yang tertimbun menjadi 930,75 ton ton / hari
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan peternakan (11 kecamatan) kotoran hewan ternak yang dihasilkan (persatuan jenis ternak) dari proses fermentasi pencernaan Kegiatan pertanian (lahan persawahan) proses pembusukan pada lahan yang tergenang air 3. Dinitrogen oksida (N2O) Kegiatan peternakan (11 kecamatan) kotoran hewan ternak yang dihasilkan (persatuan jenis ternak) yang terkontaminasi dengan tanah Kegiatan pertanian (lahan persawahan) pengolahan tanah dan penggunaan pupuk kimia (chemical fertilizer) ) seperti Urea dan Amonium sulfat (AS), dengan mekanisme pelepasan atom N untuk beraksi dengan udara.
26 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Sumber Pencemar Emisi CO2
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Sumber Pencemar Emisi CH4
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Sumber Pencemar Emisi N2O
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemodelan Emisi GRK di Kota Surabaya
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pemodelan sumber emisi gas rumah kaca, terdapat 4 klasifikasi nilai kualitas udara kawasan Kota Surabaya : Nilai ruang 2 kawasan dengan nilai emisi cukup tinggi Nilai ruang 3 kawasan dengan nilai emisi sedang Nilai ruang 4 kawasan dengan nilai emisi cukup rendah Nilai ruang 5 kawasan dengan nilai emisi rendah Sumber emisi GRK di Kota Surabaya tertinggi tergolong dalam kategori emisi cukup tinggi, dengan kawasan yang termasuk kategori tersebut terdapat di kawasan Darmo Trade Center dan Jalan Ahmad Yani, yang berasal dari kegiatan transportasi.
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Arahan Model Sumber Emisi GRK untuk Penataan Ruang di Kota Surabaya 1. Penggunaan Lahan Hasil pemodelan sumber emisi GRK di Kota Surabaya dapat dijadikan sebagai variabel sumber daya udara dalam analisis aspek fisik dan lingkungan (analisis keruangan) yang digunakan untuk menyusun rencana penggunaan lahan di Kota Surabaya. 2. Permukiman Tiap kawasan permukiman diarahkan untuk memiliki kawasan RTH publik, baik itu berupa taman bermain, lapangan, dan jalur hijau disepanjang jalan kawasan permukiman.
32 HASIL DAN PEMBAHASAN Setiap rumah diarahkan untuk memiliki RTH private (pohon/tumbuhan) sebagai lahan tidak terbangun dalam satu kavling rumah. Peruntukan lahan RTH private sudah tercantum dalam peraturan daerah sebesar 10% dari luasan kavling rumah. Pengaturan arah pengembangan permukiman diarahkan pada kawasan yang memiliki kepadatan rendah. 3. Transportasi Kota Mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil, dan menggunakan alat transportasi yang ramah lingkungan Penggunaan angkutan umum yang bersifat masal berupa Mass Rapid Transit,, dengan jenis Bus Way, Monorail.. Penggunaan angkutan masal ini tentunya diimbangi dengan kualitas pelayanan yang baik dan secara bertahap.
33 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk mengembangkan jaringan jalan yang sudah ada dengan cara memperbaiki kondisi perkerasan jalan, menambah lebar jalan, atau dengan rekayasa lalu lintas. Pengembangan jaringan jalan juga bisa diarahkan pada kawasan yang tidak padat kegiatan pergerakan pemberian disinsentif untuk jumlah kendaran yang lebih dari satu kendaraan pribadi tiap KK, bisa berupa pemberian pajak kendaraan yang lebih tinggi. 4. Fasilitas Industri Penetapan kawasan peruntukan industri, dan diarahkan agar semua kegiatan industri, baik yang baru maupun yang sudah ada untuk berlokasi pada kawasan peruntukan industri tersebut. Pembagian kawasan industri berdasarkan jenis-jenis industri yang sudah ada dan jenis industri yang lebih berkembang. Hal ini dilakukan agar pertumbuhannya teratur, dapat diawasi dan mudah dalam pembuatan aturan-aturannya. aturannya.
34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian disinsentif terhadap industri yang menghasilkan pencemaran udara tinggi, terutama yang menghasilkan gas rumah kaca berlebih. Diarahkan untuk mengganti mesin produksi yang lebih ramah lingkungan atau pengendalian terhadap limbah buangan udara yang dihasilkan. ilk 5. Fasilitas Ruang Terbuka Hijau Penyediaan barier kawasan hijau sepanjang jalan-jalan utama di Kota Surabaya sebagai RTH (jalur hijau) Kebutuhan luasan RTH didasarkan pada kemampuan tumbuhan dan pe-pohonan pohonan dalam menyerap karbondioksida (emisi CO 2 ) terhadap besaran emisi yang dihasilkan. Fasilitas RTH diarahkan dalam bentuk kawasan konservasi, RTH (berupa sarana olahraga, makam dan taman), dan hutan kota.
35 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan lokasi penyediaan fasilitas RTH, terutama Hutan Kota dapat dianalisis dengan menggunakan model sumber pencemar emisi CO 2 Kawasan Industri harus memiliki RTH berupa hutan kota yang tersebar dalam kawasan tersebut
36
37 6. Persampahan HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan sampah dilakukan mulai dari sumber (perumahan) sampai dengan lokasi pengelolaan akhir di LPA Benowo, Pembangunan pabrik/industri pengolahan sampah di LPA Benowo. Pembangunan pabrik ini bisa berupa pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi dari gas metan (emisi CH 4 ) yang dihasilkan, atau berupa pabrik pembuatan kompos dari sampah organik maupun berupa pabrik pengolahan sampah plastik Melakukan daur ulang terhadap jenis sampah plastik yang ada, baik dalam skala rumahan maupun dalam skala besar pada lokasi TPS maupun TPA.
38 HASIL DAN PEMBAHASAN Membuat kompos dari sampah organik. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam skala rumahan. Walaupun dengan pembuatan kompos mampu mengurangi emisi dan hasilnya tidak terlalu signifikan, tapi emisi yang dihasilkan dari kompos lebih kecil daripada d tidak dilakukan k pengolahan sama sekali (ditimbun). 6. Lingkungan Hidup Kota Pemasangan alat tambahan pemantauan digital atau manual pengukur kualitas udara pada titik-titik yang sudah ditentukan (berupa grid teratur). Pemeriksaan dan perhitungan emisi GRK pada sumber-sumber emisi atau alat pemantauan dilakukan secara berkala (dalam rentang waktu tiap 6 bulan atau 1 tahun sekali) dan membuat pemetaan sumber pencemar emisi GRK dari hasil pemantauan tersebut.
39 Kesimpulan PENUTUP Hasil pemodelan persebaran emisi gas rumah kaca dapat digunakan dalam analisis keruangan dalam analisis aspek fisik dan lingkungan sebagai aspek sumber daya udara. Kawasan Kota Surabaya terdiri dari 4 nilai klasifikasi ruang emisi gas rumah kaca, yaitu nilai ruang emisi cukup tinggi, emisi sedang, emisi cukup rendah, dan emisi rendah. Nilai/klasifikasi emisi gas rumah kaca tertinggi untuk Kota Surabaya tergolong dalam kategori emisi cukup tinggi, yang terletak disekitar kawasan Darmo Trade Center dan Jalan Ahmad Yani. Klasifikasi ruang terbesar sumber emisi gas kaca di Kota Surabaya tergolong dalam kategori emisi i rendah, terutama t pada kawasan surabaya bagian Barat dan Timur.
40 Saran PENUTUP Hasil pemodelan sumber pencemar emisi dan persebaran emisi gas rumah kaca dapat dijadikan masukan dalam analisis keruangan dalam penyusunan penataan ruang di Kota Surabaya. Hasil perumusan dan pemodelan sumber emisi gas rumah kaca dapat dijadikan acuan sebagai penyusunan aspek sumber daya udara dalam penataan ruang di Indonesia. Hasil pemodelan sumber emisi Karbon dioksida (CO 2 ) di Kota Surabaya dapat dijadikan acuan dalam penentuan lokasi dan luasan kawasan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Surabaya. Untuk pencemaran udara lainnya (seperti COx, NOx, SOx, PM 10, dan lainnya), dapat menggunakan metode dan alat analisis dalam penelitian ini untuk membuat pemodelan kualitas udara, dan nantinya dapat digabungkan dengan pemodelan emisi gas rumah kaca untuk dijadikan aspek sumber daya udara dalam penataan ruang.
Tugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP
Tugas Akhir Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra NRP. 3310 100 111 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D Program Sarjana
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang
Lebih terperinciBUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992
LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
Lebih terperinciGeografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn
KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami
Lebih terperinci1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah
1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM
INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.
Lebih terperinciPerubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara
Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak orang yang membicarakan masalah pemanasan global, bahkan dalam buku pendidikan lingkungan hidup untuk anak SD pun sudah mulai banyak yang membahas pemanasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan dari pembangunan yang menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,
Lebih terperinciMATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM 1. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah komponen-komponen berfasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan
Lebih terperinciPENYUSUNAN MODEL SUMBER EMISI GAS RUMAH KACA SEBAGAI ASPEK SUMBER DAYA UDARA DALAM PENATAAN RUANG, DI KOTA SURABAYA
PENYUSUNAN MODEL SUMBER EMISI GAS RUMAH KACA SEBAGAI ASPEK SUMBER DAYA UDARA DALAM PENATAAN RUANG, DI KOTA SURABAYA DEVELOPMENT OF GREENHOUSE GAS EMISSIONS SOURCES MODEL AS AIR RESOURCE ASPECTS FOR SPATIAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu pandangan yang mencoba
Lebih terperincib. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas
Lebih terperinciUJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!
UJI KOMPETENSI SEMESTER II Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria teknologi ramah lingkungan
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO
BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,
Lebih terperinciKLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah
KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Emisi CO 2 di kota Pematangsiantar 5.1.1 Emisi CO 2 yang berasal dari energi (bahan bakar fosil) Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil yaitu gas alam, minyak
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1
DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah
Lebih terperinciPEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI
PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor
Lebih terperinciDaftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut
Lebih terperinciPEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP
3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan
Lebih terperinciEVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU
EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti
Lebih terperinciPencemaran Lingkungan
Pencemaran Lingkungan Arsitektur Ekologi dan Berkelanjutan Minggu ke 4 By : Dian P.E. Laksmiyanti, St, MT Email : dianpramita@itats.ac.id http://dosen.itats.ac.id/pramitazone Ini yang sering nampak Pencemaan
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)
Lebih terperinciBAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER
Lebih terperinciSTUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan telah mengalami transformasi lingkungan fisik lahan. Transformasi lingkungan fisik lahan tersebut
Lebih terperinciA. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya
Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan
PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan
Lebih terperinciBAB III UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
BAB III UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Metana CH 4 dan dinitrogen oksida (N 2 O) adalah gas penting di atmosfer yang mempengaruhi kekuatan radiasi dan sifat kimia atmosfer (WMO 1995). Konsentrasi CH 4 dan N 2 O
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung
Lebih terperinciPotensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat
Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Oleh: Thia Zakiyah Oktiviarni (3308100026) Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
Lebih terperinciPersebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-11 Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas, arus informasi menjadi sangat bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya
PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciGREEN TRANSPORTATION
GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu kota industri terbesar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Lebih terperinci1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN
1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN P-SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengalihan fungsi lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota semakin banyak terjadi pada saat sekarang. Hal ini seiring dengan permintaan pembangunan berbagai
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit
Lebih terperinciIKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI
TRANSPORTASI DAN PERUBAHAN IKLIM Dr. Armi Susandi, MT Prodi Meteorologi, ITB Pokja Adaptasi, DNPI Seminar Public Transportation as The Solution of Bandung Traffic ITB, 2 Oktober 2010 OUTLINE Komitmen Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciBUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN
BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciNations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Benny Nafariza Program Studi Energy Security Universitas Pertahanan Indonesia email: bennynafariza@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi
Lebih terperinciBAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD I ndikator kinerja menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 010 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor
Lebih terperinciPENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd
PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu
PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan
Lebih terperinciDaftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain
Lebih terperinci(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global
PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciTINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)
TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,
PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU, Menimbang : a. bahwa kebersihan merupakan salah satu segi kehidupan yang
Lebih terperinci