SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DARMAWAN SETYABUDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DARMAWAN SETYABUDI"

Transkripsi

1 SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DARMAWAN SETYABUDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 ABSTRAK DARMAWAN SETYABUDI. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) Menggunakan Logika Fuzzy. Dibimbing oleh IMAS SUKAESIH SITANGGANG dan YENI HERDIYENI. Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu jenis udang yang sangat menarik dan menguntungkan untuk dipelihara. Kendala terbesar dari pemeliharaan udang windu ini adalah penyakit yang sering menyerang udang dengan masa inkubasi yang cukup pendek sehingga dapat sangat merugikan petani karena bisa mengakibatkan kematian masal. Saat ini diagnosa penyakit udang windu dilakukan dengan cara mikroskopis dan gejala klinis. Diagnosa mikroskopis jika menggunakan cara konvensional (laboratorium) membutuhkan waktu yang lama. Di lain pihak, menggunakan cara modern yaitu PCR (polimer chain reaction) cepat tetapi memerlukan biaya yang mahal. Diagnosa melalui gejala klinis memerlukan keahlian dari seorang pakar. Sistem pakar yang dibangun dalam penelitian ini mengadopsi kemampuan seorang pakar dalam mendiagnosa penyakit udang windu melalui gejala klinis. Output dari sistem yang dibangun diharapkan dapat membantu petani untuk mendiagnosa penyakit udang windu secara cepat dan tepat, sehingga penyakit udang windu dapat didiagnosa sedini mungkin sebelum menimbulkan kerugian yang besar. Input yang dibutuhkan oleh sistem ini adalah bobot, umur, keadaan lingkungan air tambak, perilaku udang. Data lainnya adalah pemeriksaan general per bagian tubuh udang yang dilanjutkan dengan pemeriksaan detail kelainan pada bagian tertentu tubuh udang. Untuk pendeteksian jenis penyakit dilakukan dengan teknik pelacakan ke belakang (backward chainning). Logika fuzzy digunakan untuk mendeteksi tingkat keparahan penyakit udang windu karena dinilai sangat tepat untuk mengadopsi kemampuan pakar dalam hal ini ke dalam sistem pakar yang dibangun. Logika fuzzy yang digunakan adalah metode Mamdani dengan metode defuzifikasi Centroid. Sistem pakar dilengkapi dengan fasilitas penjelasan mengenai identitas udang, status kelayakan lingkungan, jenis penyakit, informasi penyakit, tingkat keparahan penyakit dan langkah apa yang harus dilakukan untuk menangani udang yang terserang penyakit dengan tingkat keparahan tertentu. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan didapatkan akurasi 95% untuk diagnosa jenis penyakit sedangkan untuk tingkat keparahan penyakit akurasinya 85%. Kata Kunci : sistem pakar, backward chainning, logika fuzzy.

3 SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh Darmawan Setyabudi G DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

4 Judul Nama NRP : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) menggunakan Logika Fuzzy : Darmawan Setyabudi : G Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Imas S. Sitanggang, S.Si., M.Kom. NIP Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom. NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 22 Desember 1981 dari pasangan Kabul Tjipto Oetomo dan Umi Nurwiyamah. Penulis merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan di SMU Negeri 1 Genteng, Banyuwangi dan lulus pada tahun Di tahun yang sama diterima masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Ilmu Komputer, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan UKM PASERASA Seroja Putih, beberapa perguruan pencak silat dan tenaga dalam, pesantren-pesantren salaf dan organisasi kedaerahan (OMDA). Penulis pernah juga melakukan Praktik Kerja Lapang di Rumah Sakit Azra Bogor mulai bulan Januari 2004 sampai Maret 2004 dengan bidang kajian Sistem Informasi General Ledger untuk sistem akunting Rumah Sakit Azra. iv

6 PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada ya Robbi Allah SWT, karena hanya dengan izin dan kehendak-nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan karya tulis ilmiah dengan judul Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) Menggunakan Logika Fuzzy. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan karya ilmiah ini terlepas dari pihakpihak yang telah banyak membantu. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya yang terlalu besar untuk disyukuri. Hidup ini adalah untaian hikmah dan syukur (Laa haula walaa quwwata illa billaahil aliyyil azhim. Ya Alhamdulillah). 2. Kedua Orang tuaku, kakak-kakakku, keponakan-keponakanku dan semua keluargaku. Terima kasih untuk dukungan, bantuan dan pengertiannya yang sangat besar. 3. Istriku tersayang, Vina atas dorongan, pengertian dan cintanya. 4. Bapak angkatku Bapak Wakidi Guntoro dan para guruku atas semua bantuan, nasehat, dorongan dan pelajaran tentang pencarian jati diri, tujuan hidup, dan agama yang diberikan pada penulis. 5. Ibu Imas Sukaesih Sitanggang, S.Si., M.Kom. dan Ibu Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom. selaku dosen pembimbing penulis. 6. Ibu Sri Nurhayati, S.Si., M.Si. selaku pakar yang selalu meluangkan waktu dalam memberikan pengetahuan tentang penyakit udangwindu kepada penulis. 7. Bapak Irman Hermadi, S.Kom., MS. Yang bersedia meluangkan waktu sebagai penguji hasil penelitian ini. 8. Sohib karibku Mushthofa yang banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini, juga Asep, Uus Gede dan asisten pakar Dek Huda. Terimakasih atas waktu, tenaga, dan pikiran yang diberikan. 9. Teman-teman kumpul serumah dan seperjuangan C-14a (Mas Puji (Ustd. Hamdan), Mush Jo, Tabah, TB, Mas Soni dan istri, Mas Iful, Romo, Acoy, Bembeng) atas dorongan, pengertian dan rasa kekeluargaanya yang sangat besar. 10. Keluarga YIC Al Ghazaly (K.H. Muhammad al Musthofa AbN dan istri, Muna, Nadia, Tasnim dan Obi) dan keluarga Padepokan Lembah Ciparay (Abah Toni sekeluarga) terima kasih atas keakraban dan rasa kekeluargaan yang besar kepada penulis 11. Adik-adikku: Nia (Adhe ), Ulfa Abah Toni, Lia, Pipit dan Dita terima kasih atas rasa kekeluargaan dan bantuannya. 12. Teman-teman seperjuangan di YIC Al Ghazaly: Mas Heri (Ketua DPC PKB Bogor), Mas Yeyen, Cak Nul (Ustd. Zen), Mas Adam. 13. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilkom atas ilmu dan pelayanannya. 14. Teman-teman ilkomerz 37, ilkomerz, Paserasa Seroja Putih, Lare Blambangan (LABA), Maroner s dan IKAWANGI. 15. Semua pihak yang belum tertulis di sini yang jasanya sangat besar terhadap penulis. Penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan penelitian ini. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun untuk melakukan perbaikan penyusunan penelitian ini. Bogor, Mei 2007 Darmawan Setyabudi v

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR LAMPIRAN...vii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 Lingkup Penelitian... 1 Manfaat... 1 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pakar... 2 Pengertian Sistem Pakar... 2 Struktur Sistem Pakar... 2 Teknik Forward Chaining... 3 Teknik Backward Chaining... 3 Modul Penyusun Sistem Pakar... 4 Sistem Fuzzy... 4 Logika Fuzzy... 4 Penyakit Udang Windu... 5 Virus... 6 Bakteri... 6 Fungi/Jamur... 6 Parasites and commensals... 6 Faktor Abiotik (Non-infectious dan Toxic Diseases)... 6 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran... 6 Pendekatan Sistem... 7 Rancang Bangun Sistem... 7 Tahap Implementasi... 8 Tahap Uji Coba... 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan... 8 Akuisisi Pengetahuan... 8 Model Sistem... 9 Disain Sistem Implementasi Uji Coba KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur sistem pakar (Marimin, 2002) Pelacakan ke depan Pelacakan ke belakang Model fungsi keanggotaan gugus fuzzy Alur penyelesaian menggunakan metode fuzzy (Marimin, 2002) Tahap rancang bangun sistem pakar (Marimin, 2002) Alur program sistem diagnosa penyakit udang windu Model penarikan keputusan dengan logika fuzzy untuk penyakit MBV Grafik fungsi keanggotaan untuk variabel kean organ Grafik fungsi keanggotaan untuk variabel kulit Grafik fungsi keanggotaan untuk variabel kulit luka DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tingkat nafsu makan berdasarkan bobot Kategori pertumbuhan udang berdasarkan umur dan bobot udang Jenis pakan Tingkat kepadatan Tingkat kematian Tingkat kelayakan suhu air tambak Tingkat kelayakan salinitas air tambak Tingkat kelayakan ph air tambak Tingkat kelayakan O 2 air tambak Tingkat kelayakan kecerahan air tambak Tingkat kelayakan NH 3 air tambak Ciri khusus penyakit Perilaku dan morfologi udang sehat Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit MBV Masa inkubasi MBV Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit BP Masa inkubasi BP vii

9 18 Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit WSBV Masa inkubasi WSBV Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Vibriosis Masa inkubasi Vibriosis Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Ricketsia Masa inkubasi Ricketsia Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Mycosis Masa inkubasi Mycosis Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Fusarium Masa inkubasi Fusarium Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Microsporodian Masa inkubasi Microsporodian Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Gill, Appandage dan Faouling Masa inkubasi Gill, Appandage dan Faouling Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Gas Bubble Masa inkubasi Gas Bubble Perilaku dan morfologi udang sehat terserang penyakit Hemocitic Enteritis Masa inkubasi Hemocytic Enteritis Grafik keanggotaan himpunan fuzzy untuk penentuan penyakit MBV Disain sistem Gambar udang sehat dan morfologinya Tampilan Menu Utama Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Peneaus monodon) menggunakan Logika Fuzzy Tampilan input identitas udang dan kondisi air tambak Tampilan input perilaku udang Tampilan input pemeriksaan gejala klinis Tampilan input pemeriksaan klinis detail (untuk penyakit MBV) Aturan untuk udang yang terserang penyakit MBV Tampilan hasil diagnosa (untuk penyakit MBV) Tampilan fasilitas penjelas (untuk penyakit MBV) Contoh uji coba dengan metode black box Tabel kombinasi pengujian untuk tingkat keparahan penyakit MBV dengan logika fuzzy viii

10 1 Latar belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat kaya akan potensi sumberdaya laut dan perikanan. Karena itu pemerintah dalam Program Peningkatan Ekspor Perikanan (PROTEKAN) 2003 masih menjadikan udang sebagai komoditas unggulan yang diharapkan menarik devisa sebesar 6,78 miliar dolar Amerika dari keseluruhan target ekspor perikanan sebesar 7,6 miliar dolar Amerika. Pada tahun 2005/2006 target itupun turun secara signifikan. Dari sekian banyak jenis udang, udang windu yang mempunyai nama latin Penaeus monodon adalah udang yang paling potensial untuk dikembangkan. Budidaya udang windu di tambak sangat menggiurkan keuntungannya, tetapi dibalik itu ternyata budidaya udang windu banyak menyimpan permasalahan yang diakibatkan oleh penyakit yang menyerang udang windu. Serangan penyakit inilah yang banyak menyurutkan para petambak untuk membudidayakan udang windu, karena sekali terserang penyakit yang akhirnya menjadi wabah, petambak bisa gagal panen dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu penyakit pada udang windu harus bisa dideteksi sedini mungkin jangan sampai penyakit itu menjadi suatu wabah yang menyerang semua udang ditambak tersebut. Penyakit pada udang windu dapat dideteksi dengan cepat dari gejala klinis yang tampak pada fisik udang windu. Walaupun tingkat keakurasiannya mencapai 100%, tetapi diagnosa penyakit udang secara klinis ini sangat diperlukan, karena dapat dengan segera diambil kesimpulan secara cepat mengenai penyakit yang menyerang udang tersebut sehingga dapat segera diambil tindakan yang paling tepat. Tetapi diagnosa penyakit udang windu berdasarkan gejala klinis membutuhkan seorang yang benar-benar ahli dalam bidang ini. Diagnosa yang akurat hanya dapat diperoleh dengan test laboratorium, tetapi cara mikroskopis ini membutuhkan waktu yang cukup lama, peralatan yang mahal dan tenaga ahli. Dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu sistem pakar untuk diagnosa penyakit pada udang windu pada tahap pembesaran dengan melihat gejala klinis yang terjadi. Diagnosa dengan menggunakan komputer diharapkan dapat mempermudah pekerjaan. Sistem yang dibuat dalam penelitian ini adalah sistem pakar karena sistem pakar dilengkapi dengan kemampuan berfikir dan penarikan kesimpulan berdasarkan input atau data dari pengamatan yang dimasukkan. Pada penelitian ini data yang digunakan berupa ilmu pengetahuan dan fakta sehingga sistem pakar merupakan suatu perangkat lunak yang sesuai untuk pemecahan masalah diagnosa penyakit pada udang windu (Penaeus monodon). Sistem ini diharapkan dapat membantu para petambak udang windu dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendeteksi suatu penyakit udang windu pada tahap pembesaran sedini mungkin sehingga para petambak dapat segera mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi kasusnya. Dalam implementasinya sistem ini menggunakan teknik pelacakan ke depan (forward chaining), teknik pelacakan ke belakang (backward chaining) dan logika fuzzy, dalam melakukan penarikan kesimpulan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun sistem pakar diagnosa penyakit udang windu pada tahap pembesaran (post larva sampai dengan panen). Lingkup Penelitian Dalam sistem diagnosa penyakit udang windu ini dibatasi pada sebelas jenis penyakit udang windu yang sering menyerang budidaya udang windu di Indonesia. Input pada sistem ini adalah identitas udang, kondisi air tambak dan gejala-gejala klinis yang terjadi pada udang. Data tersebut kemudian akan dianalisis oleh sistem untuk menghasilkan output berupa status identitas udang, status keadaan air tambak, jenis penyakit dan tingkat keparahan penyakit yang menyerang udang tersebut juga rekomendasi untuk menangani semua keadaan yang telah terdeteksi oleh sistem. Manfaat Sistem pakar ini bermanfaat membantu para petani tambak untuk mengetahui informasi awal mengenai jenis penyakit yang menyerang udang windu sedini mungkin sebelum keluar hasil pasti dari laboratorium mengenai penyakit tersebut. Sistem pakar ini dilengkapi dengan penjelasan mengenai informasi pertumbuhan udang, lingkungan

11 2 tambak, jenis penyakit, tingkat keparahan penyakit, penyebab, obat, dan pencegahan penyakit pada udang windu sehingga sangat membantu para petambak dalam penanganan penyakit udang windu. Sistem Pakar TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Pakar Sistem pakar adalah perangkat lunak yang mengadopsi keahlian seorang pakar dalam bidang tertentu, sehingga keahlian itu dapat digunakan oleh pengguna tanpa perlu menggunakan tenaga jasa keahlian dari ahli secara langsung tetapi sudah tergantikan oleh sistem komputer. Menurut Marimin (2002), tujuan utama rekayasa sistem pakar adalah untuk mempermudah kerja atau bahkan mengganti kemampuan tenaga ahli, menggabungkan kemampuan beberapa tenaga ahli, atau bahkan untuk melatih tenaga ahli baru. Sistem pakar digunakan sebagai alat untuk memecahkan persoalan yang bersifat analitis: intrepretasi dan diagnostik, sintesis, dan integrasi. Sistem pakar mempunyai keungulan dibandingkan dengan seorang pakar. Pada sistem pakar, kepakaran seorang pakar dapat dimanfaatkan masyarakat tanpa perlu kehadiran pakarnya, mencakup keseluruhan dari kepakaran tersebut secara sistematis, serta memungkinkan untuk menangani masalah kompleks dengan lebih cepat. Dengan adanya sistem pakar kepakaran seorang pakar tetap dapat dimanfaatkan secara terus menerus walaupun pakarnya telah dapat bekerja. Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan keputusan (inference rules) dengan basis pengetahuan tertentu (knowledge base) yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian suatu masalah tertentu. Struktur Sistem Pakar Pada prinsipnya komponen sistem pakar (Marimin 2002) meliputi : 1 Fasilitas akuisisi ilmu pengetahuan Fasilitas akuisisi ilmu pengetahuan adalah komponen yang melakukan pengumpulan fakta, data, dan kaidah berdasarkan pengetahuan yang diperlukan. Pengetahuan ini biasanya diperoleh dari akuisisi pengetahuan para ahli di bidang itu, literatur-literatur dan penyeleksian hasil induksi dan deduksi para pakar tentang pengetahuan tersebut. 2 Sistem berbasis pengetahuan (knowledge base) Basis pengetahuan merupakan inti dari sistem pakar dimana basis pengetahuan merupakan representasi pengetahuan dan dapat juga menyimpan, mengorganisasikan pengetahuan dari seorang pakar. Basis pengetahuan ini merupakan sumber kecerdasan sistem dan dimanfaatkan oleh mesin inferensi untuk mengambil suatu keputusan. Basis pengetahuan ini terdiri dari fakta yang berupa informasi tentang objek, dan kaidah (rule) yang merupakan informasi tentang cara bagaimana membangkitkan fakta baru dari fakta yang sudah diketahui. 3 Mesin inferensi (inference engine) Mesin inferensi berperan sebagai otak dari sistem pakar yang bertugas memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan dari basis pengetahuan sehingga tercapai suatu kesimpulan. Tugas utama dari mesin inferensi adalah menguji fakta dan kaidah serta menambah fakta baru jika memungkinkan serta memutuskan perintah sesuai dengan hasil penalaran yang telah dilakukan. Dalam prosesnya, mesin inferensi menggunakan strategi penalaran dan strategi pengendalian. Strategi penalaran terdiri dari strategi penalaran pasti (exact reasoning) dan strategi penalaran tak pasti (inexact reasoning). Exact reasoning dilakukan jika semua data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan telah tersedia dalam basis pengetahuan, sedangkan inexact reasoning dilakukan jika ditemukan keadaan data yang akan dieksekusi ataupun kaidah (rules) yang digunakan sebagai alat pengambil keputusan mengalami kepastian. Contoh-contoh strategi penalaran pasti menggunakan modus ponens, modus tollens, dan teknik resolusi. Kaidah modus ponen dapat digambarkan sebagai berikut : A B A B Artinya: apabila ada kaidah A dan B dan diketahui bahwa kaidah A benar

12 3 maka dapat diambil kesimpulan bahwa kaidah B juga benar. Kaidah modus tollens dapat digambarkan sebagai berikut : A B ~ B ~ A Artinya: Apabila ada kaidah A dan B dan diketahui bahwa kaidah B salah maka dapat diambil kesimpulan bahwa kaidah A juga salah. Strategi pengendalian berperan dalam penentuan alur pada proses penalaran. Ada tiga teknik pengendalian yang sering digunakan, yaitu pelacakan ke depan (forward chaining), pelacakan ke belakang (backward chaining) dan yang terakhir adalah gabungan dari kedua teknik tersebut. 4 Fasilitas untuk penjelasan dan justifikasi Fasilitas ini digunakan untuk memberikan keterangan tentang rekomendasi sistem yang merupakan hasil proses inferensi berdasarkan penalaranpenalaran yang dilakukan baik secara diagnosa, perlakuan dan komplikasi. 5 Komponen antarmuka pengguna dan pemakai (user interface) Merupakan bagian sangat penting untuk kelancaran komunikasi antara pengguna dengan sistem. Salah satu penghubung yang biasa digunakan adalah tanya jawab konvensional. Struktur komponen sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 1. penalaran yang bergerak dari bagian IF menuju bagian THEN. Diagramnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Pelacakan ke depan. Dapat dijelaskan bahwa Gambar 2 dari hasil observasi dihasilkan fakta 1, fakta 2, fakta 3, fakta 4, dan fakta 5. Dari fakta 1 dan fakta 3 dengan menggunakan kaidah A diperoleh fakta baru yaitu fakta b1. Fakta 2 dan fakta 4 dengan menggunakan kaidah B diperoleh fakta b2. Fakta b2 dan fakta 5 dengan menggunakan kaidah C diperoleh fakta b3. Dari fakta b1 dan b3 dengan menggunakan kaidah D diperoleh kesimpulan dari fakta-fakta observasi tersebut. Teknik Backward Chaining Teknik pelacakan ke belakang adalah teknik penarikan inferensi berdasarkan suatu pembuktian kesimpulan dengan sekumpulan data yang ada. Teknik backward chaining merupakan kebalikan dari teknik forward chaining sehingga metode penalarannya dari bagian THEN menuju bagian IF. Diagramnya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Pelacakan ke belakang. Gambar 1 Struktur Sistem Pakar (Marimin 2002). Teknik Forward Chaining Teknik pelacakan ke depan adalah teknik penarikan inferensi berdasarkan sekumpulan data menuju suatu kesimpulan yang dapat ditarik. Teknik forward chaining yaitu metode Dari Gambar 3 dijelaskan bahwa dari hasil observasi dihasilkan fakta 1, fakta 2, fakta 3, fakta 4, dan fakta 5. Kesimpulan didapat dari kaidah D, sedangkan kaidah D membutuhkan fakta b1 dan fakta b3. Pembuktian dilanjutkan dengan cara mencari fakta b1 dan fakta b3 pada kumpulan data hasil observasi. Karena fakta b1 dan fakta b3 ada pada data hasil observasi maka fakta b1 dan fakta b3 dijadikan sub goal baru yang harus dibuktikan. Fakta b1 merupakan hasil dari kaidah A yang membutuhkan fakta 1 dan

13 4 fakta 3 dalam pembentukannya. Setelah dilakukan pencarian pada hasil observasi ternyata terdapat fakta 1 dan fakta 3, maka kaidah A yang menghasilkan fakta b1 adalah valid. Pembuktian ini dilakukan untuk semua fakta dan kaidah yang ada. Jika semua terbukti maka kesimpulan bernilai benar tapi jika ternyata ada salah satu saja kaidah yang terbukti maka kesimpulan itu bernilai salah. Modul Penyusun Sistem Pakar Penyusunan sistem pakar berdasarkan 3 modul utama, yaitu : 1 Modul penerimaan pengetahuan (knowledge acquisition module) Pada tahap ini sistem menerima pengetahuan dari pakar. Dalam tahap pengumpulan pengetahuan-pengetahuan untuk mengembangkan sistem, dibutuhkan bantuan knowledge engineer sebagai penghubung antara sistem dan pakar. 2 Modul konsultasi (consultation module) Pada tahap ini pengguna berinteraksi dengan sistem dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sistem. Dari hasil jawaban pengguna inilah akhirnya sistem memberikan jawaban atas pertanyaan pengguna. 3 Modul penjelasan (explanation module) Sistem memberikan penjelasan kepada sistem tentang keputusan yang diambil oleh sistem. Sistem Fuzzy Sistem fuzzy merupakan salah satu teknik pengambilan keputusan melalui pendekatan logika fuzzy yang dapat mengekspresikan kepastian dalam bahasa sehari-hari, secara matematis. Sistem fuzzy merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sistem pakar dalam lingkungan yang pasti dan tepat. Fungsi keanggotaan mempresentasikan derajat kedekatan suatu objek terhadap atribut tertentu, sedangkan pada teori probabilitas lebih pada penggunaan frekuensi relatif (Ross 2005). Secara umum fungsi keanggotaan dari sistem fuzzy dapat direpresentasikan menjadi beberapa model, di antaranya Trianguler, Trapezoidal, Gaussian, Generalized Bell. Yang membedakan di antara keempatnya adalah fungsi yang digunakan untuk menentukan perubahan derajat keanggotaannya (µ A (x)), seperti pada Gambar 4. µ A (x) 1 µ A (x) 1 (a). Triangular (b). Trapezoidal (c). Gaussian (d). Generalized Bell Gambar 4 Model fungsi keanggotaan gugus fuzzy. Logika Fuzzy (a) (c) µ A (x) Menggunakan logika fuzzy dunia nyata bisa lebih mudah direpresentasikan ke dalam sistem pakar. Logika fuzzy merupakan bagian dari logika boolean, yang digunakan untuk menangani konsep derajat kebenaran, yaitu nilai kebenaran antara benar dan salah atau dengan rentang nilai [0 1] untuk beragam kemungkinan pilihan berdasarkan nilai variabel. Salah satu fitur yang menarik dari logika fuzzy adalah dapat digunakan untuk memodelkan informasi yang mengandung kejelasan melalui konsep bilangan fuzzy, dan dapat memproses bilangan-bilangan fuzzy tersebut dengan menggunakan operasioperasi aritmatika biasa. Bilangan fuzzy biasanya diekspresikan secara linguistik. Operasi yang dilakukan pada bilangan fuzzy lebih banyak berupa pengolahan kata-kata daripada bentuk bilangan (Kusumadewi 2006). Keuntungan dari logika fuzzy adalah dapat membangkitkan derajat perubahan keanggotaan secara halus, sedangkan apabila tanpa logika fuzzy maka derajat perubahan keanggotaan akan terjadi secara tiba-tiba. Alur penyelesaian menggunakan fuzzy menurut Marimin (2002) dapat dilihat pada Gambar 5. 1 x µ A (x) 1 x (b) (d) x x

14 5 Gambar 5 Alur penyelesaian menggunakan Metode Fuzzy (Marimin 2002). Penjelasan alur penyelesaian menggunakan fuzzy sebagai berikut : 1 Permasalahan nyata Merupakan hasil obeservasi atau fakta dari lapangan yang akan dicari solusinya menggunakan sistem. 2 Representasi natural Pada tahap ini fakta permasalahan yang ada di dunia nyata diubah menjadi data yang bernilai linguistik. 3 Fuzifikasi Fuzifikasi adalah proses di mana fungsi keanggotaan fuzzy mengubah data ekspresi bahasa menjadi suatu nilai numerik yang dapat dimanipulasi berdasarkan aturan-aturan yang berada di basis pengetahuan. Viot (1993) menyatakan bahwa, fuzifikasi merupakan proses penentuan sebuah nilai input masing-masing gugus fuzzy. Fuzifikasi memperoleh suatu nilai dan mengkombinasikannya dengan fungsi keanggotaan untuk menghasilkan nilai fuzzy (Sibigtroth 1992). 4 Komputasi secara Fuzzy Nilai-nilai numerik yang diperoleh dari fuzifikasi dioperasikan dengan aturanaturan yang berada di basis pengetahuan (knowledge base) secara fuzzy. 5 Defuzifikasi Defuzifikasi merupakan suatu proses pengubahan output fuzzy ke output yang bernilai tunggal (crisp) (Marimin 2002). Defuzifikasi merupakan suatu proses yang mengombinasikan seluruh fuzzy output menjadi sebuah hasil spesifik yang dapat digunakan untuk masingmasing sistem output (Sibigtroth 1993). Terdapat banyak metode defuzifikasi, dua di antaranya adalah metode Centroid dan Maximum. Pada metode Centroid, nilai tunggal dari output dihitung dengan mencari nilai variabel dari center gravity suatu fungsi keanggotaan untuk nilai fuzzy. Formulasi untuk metode Centroid adalah sebagai berikut : D n i i= 1 = n F S F i i= 1 dengan D merupakan decission, F i melambangkan fuzzy output, S i merupakan posisi pusat dari sistem output, dan n merupakan jumlah gugus yang didefinisikan untuk sistem output. Sedangkan pada metode maximum nilai tunggal output didapat dari satu nilai variabel yang merupakan nilai kepercayaan maximum gugus fuzzy. 6 Solusi Dari satu nilai tunggal pada proses defuzifikasi didapatkan solusi. Solusi ditampilkan dalam bentuk satu nilai bilangan atau berupa penjelasan dari nilai hasil defuzifikasi. Penyakit Udang Windu Faktor pemicu munculnya penyakit pada udang selalu disebabkan oleh organisme. Faktor lingkungan seperti salinitas, kandungan oksigen terlarut, kadar amonia, dan faktor makanan yang memenuhi syarat juga bisa menjadi pemicu terjadinya serangan penyakit karena kerja organ akan terganggu (Amri 2003). Menurut Amri (2003) sifat-sifat organisme yang menempel pada udang adalah patogen (menyebabkan infeksi), parasit (menempel pada tubuh atau organ dan menyerap zat makanan), dan epibion (menempel pada tubuh udang tanpa menyerap makanan). Selain itu ada juga penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik (bukan karena organisme), yaitu faktor suhu, salinitas, dan kandungan senyawa beracun. Inilah penyakitpenyakit pada udang windu yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur (fungi) dan faktor abiotik. Berikut merupakan jenis-jenis penyakit yang menyerang udang windu menurut Lightner (1996): i

15 6 Virus Penyakit yang dapat menyerang udang windu yang disebabkan oleh virus antara lain: 1 MBV (Monodon baculovirus) Penyakit ini disebabkan oleh virus MBV dan menyerang udang windu dari stadium akhir pascalarva hingga stadium jurvil (udang muda). Kematian pada udang yang terserang penyakit secara akut akan terjadi 1-7 hari sejak gejala awal tampak (Sukenda 1991). 2 BP (Baculovirus panaei) Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh virus Baculovirus panaei dapat menyebabkan kematian yang sangat tinggi pada udang. 3 WSBV (White spot syndrome baculovirus complex) Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh virus WSBV (White spot syndrome baculovirus) yang menyebabkan penyakit bintik putih (Firmansyah 2003). Bakteri Penyakit yang dapat menyerang udang windu yang disebabkan oleh bakteri antara lain: 1 Vibriosis Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh bakteri Vibriosis akibat perubahan iklim yang ekstrem dan dapat menyebabkan kematian yang sangat tinggi pada udang. 2 Rickettsia Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia dapat menyebabkan penurunan nafsu makan pada udang dan dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan kematian jika segera ditangani dengan baik. Fungi/Jamur Penyakit yang dapat menyerang udang windu yang disebabkan oleh jamur/fungi antara lain: 1 Mycosis Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh jamur Lagenedium sp dan Sirolpidium sp dapat menyebabkan lukaluka yang diikuti infeksi pada udang. 2 Fusarium Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh jamur Fusarium solani dan beberapa spesies dari genus F. moniliforme. Parasites and Commensals Penyakit yang dapat menyerang udang windu yang disebabkan oleh parasites dan commensals antara lain: 1 Cotton Shrimp (Microsporidian) Adalah penyakit pada udang yang disebabkan infeksi oleh udang liar mengakibatkan insang membesar dan keputih-putihan. 2 Gill, Appandage and Faouling Adalah penyakit pada udang yang disebabkan bukan dari patogen sejati akan tetapi berasal dari organismeorganisme yang menempel menggunakan udang sebagai substrat. Faktor Abiotik (Non-infectious dan Toxic Diseases) Penyakit yang dapat menyerang udang windu yang disebabkan oleh faktor abiotik antara lain: 1 Gas Bubble Adalah penyakit pada udang yang disebabkan penjenuhan gas-gas atmosfer. Penyakit ini mengakibatkan udang pingsan dan sering mengapung dekat dengan permukaan air dengan sisi bagian ventral (insang) lebih tinggi dari perut. 2 Hemocytic Enteritis Adalah penyakit pada udang yang disebabkan berkembangnya ganggang hijau biru sehingga udang menyerupai udang biru. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Identifikasi penyakit pada udang windu secara cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan mengingat penyakit udang tersebut dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar bagi petani udang windu. Diagnosa penyakit udang windu dapat dilakukan secara cepat dengan melihat gejala klinis yang terjadi. Dalam penelitian ini pengidentifikasian hanya dilihat dari gejala klinis yang terjadi pada udang windu tersebut. Dalam proses pengidentifikasian pertama kali dilakukan tahap pengindentifikasian identitas udang, kemudian keadaan lingkungan tempat udang hidup. Selanjutnya dilakukan tahap pemeriksaan klinis udang secara general (umum), setelah diketahui keadaan udang tersebut maka dilakukan pemeriksaan secara detail untuk menentukan tingkat keparahan

16 7 penyakit yang menyerang udang. Untuk itu pengembangan perangkat lunak diperlukan untuk membantu proses identifikasi atau diagnosa penyakit pada udang windu. Mulai Identitas Udang dan Keadaan Lingkungan Pendekatan Sistem Pada tahap pendekatan sistem ini dilakukan analisis kebutuhan, formulasi masalah, akuisisi masalah atau akuisisi pengetahuan dan indentifikasi sistem. Dengan harapan sistem yang akan dibangun benarbenar bisa mewakili cara berfikir pakar dalam mengambil keputusan. Perilaku Udang Pemeriksaan general Udang Sakit? ya Pemeriksaan Detail Rancang Bangun Sistem Tahapan dari rancang bangun sistem pakar menurut Marimin (2002) dapat dilihat pada Gambar 6. Proses Pembuatan Keputusan Informasi Penyakit Selesai Gambar 7 Alur Program Sistem Diagnosa Penyakit Udang Windu. Gambar 6 Tahap rancang bangun sistem pakar (Marimin 2002). Alur Program Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu dapat dilihat pada Gambar 7. Sistem pertama kali akan menampilkan menu untuk input data mengenai identitas udang windu dan keadaan air lingkungan tambak. Identitas udang yang dimaksud adalah umur udang dan bobot udang. Input ini berfungsi untuk menentukan tingkat pertumbuhan udang tersebut, apakah atau. Kalau dari pertumbuhan ini sudah terlihat berarti ada kemungkinan udang ini terkena penyakit atau ada kesalahan dalam pemeliharaan udang. Di lain pihak data, mengenai lingkungan tempat udang tersebut hidup antara lain suhu, ph, kadar garam (salinitas), tingkat oksigen terlarut, kecerahan dan kadar NH 3 pada air tempat udang windu hidup juga kepadatan udang per hektar. Data tersebut langsung diambil dari lapangan dengan menggunakan alat-alat tertentu yang banyak terdapat di pasaran. Input ini berguna untuk menarik keputusan mengenai kelayakan tempat udang windu dipelihara. Untuk selanjutnya sistem akan meminta data perilaku udang dan pemeriksaan secara general tentang keadaan klinis udang tersebut. Data yang diminta dari perilaku udang adalah nafsu makan, keaktifan gerak, posisi renang, gerak perpindahan, molting dan persentase kematian dalam seminggu. Di lain pihak, data yang didapatkan dari pemeriksaan secara general ini meliputi

17 8 keadaan anatomi tubuh udang, apakah pada anatomi tersebut terdapat kean dibandingkan dengan anatomi udang yang. Di samping kean atau cacat pada kelengkapan anatomi tubuh udang, data yang diperlukan adalah perubahan warna pada anatomi udang yang lain dari warna udang sehat. Dari data perilaku udang dan pemeriksaan general ini maka akan dapat diproses untuk menarik kesimpulan apakah udang tersebut sakit atau. Bila ternyata dari pemeriksaan secara general pada udang tersebut oleh sistem terdeteksi bahwa terinfeksi suatu penyakit, maka akan dilakukan suatu pemeriksaan secara detail untuk menentukan tingkat keparahan penyakit yang menyerang udang tersebut. Pemeriksaan ini meliputi tingkat kean pada anatomi dan tingkat perubahan warna pada anatomi tubuh udang. Fakta-fakta yang dimasukkan pada setiap pertanyaan yang diajukan akan digunakan oleh sistem untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini berdasarkan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan yang telah dibuat. Kemudian sistem akan memberikan prediksi dari penyakit dan tingkat keparahan penyakit yang menyerang udang tersebut dan memberikan saran tentang tindakan apa yang seharusnya dilakukan untuk menghadapi penyakit dengan tingkat keparahan yang menyerang udang tersebut. Sistem ini juga dilengkapi dengan berbagai informasi penyakit yang menyerang udang, seperti penyebab, saran untuk tindakan yang harus segera dilakukan. Sehingga petani bisa melakukan langkah yang secepat untuk menangani masalah yang dihadapinya. Pada penelitian ini digunakan teknik forward chaining, teknik backward chaining dan metode fuzzy. Teknik forward chaining digunakan untuk menganalisis status identitas udang, kondisi air tambak dan penentuan ciri khusus penyakit. Di sisi lain, teknik backward chaining digunakan dalam penentuan jenis penyakit. Metode fuzzy digunakan untuk menentukan tingkat keparahan penyakit. Tahap Implementasi Pada tahap ini ditentukan perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk membangun Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) menggunakan Logika Fuzzy. Perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang digunakan untuk membangun sistem ini adalah sebagai berikut : Perangkat keras berupa personal komputer dengan spesifikasi : o Prosesor AMD Borton 2,6 GHz o Memori DDR 768 MB o Harddisk 160 GB 7200 rpm Perangkat lunak : o o Sistem Operasi Windows XP Microsoft Visual Basic edition versi 6.0 o Microsoft Office Access 2003 o Matlab versi 6.5 o Corel Photo Paint versi 11 o Microsoft Office Power Point 2003 Tahap Uji Coba Tahap ujicoba dilakukan dengan memasukkan contoh-contoh kasus, hasil keputusan dari sistem pakar ini dicocokkan dengan hasil diagnosa langsung dari pakar. Bila ternyata hasil dari sistem pakar belum sesuai dengan hasil diagnosa pakar secara langsung, maka akan dilakukan perbaikan pada sistem sampai hasil dari sistem ini akurat. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Pada tahap ini ditentukan kebutuhan pengguna akan sistem pakar diagnosa penyakit udang windu. Proses diagnosa yang diinginkan pengguna adalah proses yang efisien dan efektif untuk dapat mendiagnosa penyakit udang secara cepat dan tepat. Dari situlah akhirnya ditentukan bahwa sangat dibutuhkan suatu sistem pakar diagnosa penyakit udang windu (Peneaus monodon) dari gejala klinis dengan menggunakan logika fuzzy. Logika fuzzy dipakai karena dinilai paling tepat untuk menentukan tingkat keparahan penyakit yang menyerang udang windu. Akuisisi Pengetahuan Sumber pengetahuan yang digunakan untuk membangun sistem pakar ini berasal dari pakar ahli penyakit udang, buku referensi, makalah-makalah dan sumbersumber lain di internet. Pakar ahlinya berasal dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Metode akuisisi pengetahuan yang dilakukan adalah wawancara, pengumpulan

18 9 data dari berbagai sumber referensi, diskusi masalah, dan deskripsi masalah tentang pola pikir ahli mulai dari pendeteksian kelayakan lingkungan, gejala klinis, penentuan tingkat keparahan penyakit, dan saran untuk mengatasi penyakit tersebut. Dalam melakukan diagnosa penyakit pada udang windu diperlukan pengetahuan sebagai berikut : 1 Bagaimana urutan proses pemeriksaan terhadap udang yang terserang penyakit. 2 Gejala klinis dari tiap-tiap penyakit udang Model Sistem Dalam tahap ini dibuat suatu model sistem yang mendekati sistem berfikir pakar untuk mendiagnosa penyakit pada udang windu. Hal ini dilakukan dengan harapan sistem yang dikembangkan mempunyai akurasi yang tinggi dalam mendiagnosa penyakit pada udang windu. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) menggunakan logika fuzzy ini dikembangkan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual Basic versi 6.0, Matlab versi 6.5, Microsoft Office Access 2003 dan Microsoft Office Power Point Microsoft Visual Basic versi 6.0 digunakan untuk pembuatan model inferensi tentang status tingkat nafsu makan (Lampiran 1) yang berasal dari input kepadatan dan jumlah pakan per hektar per hari, status tingkat pertumbuhan (Lampiran 2) yang berasal dari input umur dan bobot udang, jenis pakan (Lampiran 3) yang berasal dari input umur, status tingkat kepadatan (Lampiran 4) yang berasal dari kepadatan per hektar dan status tingkat kematian (Lampiran 5) udang yang berasal dari input persentase kematian udang per hektar per minggunya. Tingkat kelayakan dan saran dalam penanganan lingkungan air tambak terdiri dari suhu, salinitas, ph, O 2 terlarut, kecerahan, dan NH 3 berasal dari input keadaan lingkungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Lampiran 6 sampai Lampiran 11. Aturan-aturan yang digunakan dinyatakan dalam bentuk IF THEN dengan struktur umum : IF (kondisi) THEN (aksi) Bagian IF merupakan suatu kondisi atau aturan yang berisi fakta-fakta yang dapat dinyatakan dalam kalimat atau ekspresi matematika. Kondisi ini dapat berupa pernyataan benar atau salah. Bagian THEN merupakan aksi yang akan dilakukan jika kondisi pada bagian IF bernilai benar. Basis pengetahuan (knowledge based) disusun dalam bentuk kaidah IF THEN, satu kaidah IF THEN disebut satu rule (IF adalah premis dan THEN adalah konklusi). Kondisi disini adalah suatu data mengenai kondisi udang yang dimasukkan, jika kondisi bernilai benar maka digunakan sebagai prasyarat untuk mendapatkan aksi atau kesimpulan. Kaidah inferensi yang digunakan adalah modus ponens dan modus tollens, secara umum aturan yang terdapat dalam sistem ini terdiri dari pengkuantifikasi (qualifier), peubah (variabel), dan pilihan solusi (choice solution). Microsoft Office Access 2003 digunakan sebagai tempat penyimpanan aturan untuk pencarian jenis penyakit dengan menggunakan teknik backward chaining. Jenis penyakit yang teridentifikasi dengan sistem ini ada sebelas penyakit yang paling sering menyerang udang di Indonesia. Penentuan jenis penyakit dengan teknik backward chainning ini dimulai dengan mengeksekusi goal jenis penyakit. Goal jenis penyakit didapatkan dari ciri khusus penyakit (Lampiran 12). Dari goal ini kemudian dilakukan suatu pembuktian terhadap kebenaran premis-premis yang menyusunnya dengan mengecek pada data input. Jika ternyata kondisi premis tersebut terdapat pada data input maka premis tersebut akan menjadi subgoal baru. Matlab versi 6.5 digunakan dalam pembangunan sistem untuk identifikasi tingkat keparahan penyakit dengan menggunakan logika fuzzy dan kaidah modus ponens. Ada 3 macam tingkat keparahan penyakit yang teridentifikasi menggunakan sistem ini dari tiap-tiap sebelas penyakit yang teridentifikasi. Tiap penyakit memiliki variabel antara dua sampai dengan empat variabel fuzzy. Model fungsi keanggotaannya menggunakan triangular. Fungsi keanggotaan triangular dipilih untuk digunakan karena perubahan nilai keanggotannya liniar dan mempunyai nilai puncak di satu titik. Kisaran input yang digunakan ada dua yaitu pertama adalah untuk variabel yang berhubungan dengan tingkat kean, kean dan luka pada bagian tertentu morfologi udang windu. Kisaran input yang kedua adalah 0-10 untuk variabel yang berkaitan dengan perubahan warna pada bagian tertentu dalam morfologi udang windu. Keadaan udang sehat dan berbagai macam keadaan udang yang terkena penyakit berserta waktu inkubasinya terdapat di Lampiran 13 sampai dengan Lampiran 35.

19 10 Metode fuzzy yang digunakan dalam proses inferensi adalah metode Mamdani. Motode Mamdani dipilih karena proses inferensinya diperoleh dari kumpulan dan korelasi antar aturan sehingga paling cocok untuk proses inferensi kasus ini. Di lain pihak, penarikan kesimpulan menggunakan metode Centroid. Total aturan dari sebelas penyakit tersebut ada 147 aturan. Salah satu ilustrasi model pengambilan keputusan menggunakan logika fuzzy dapat dilihat pada Gambar 8, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Gambar 8 Model penarikan keputusan dengan logika fuzzy untuk penyakit MBV Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) menggunakan Logika Fuzzy bertujuan untuk membantu para petani tambak dan pihak-pihak lain yang berkepentingan mendeteksi penyakit udang windu sedini mungkin. Model sistem pakar ini dikembangkan untuk tahap identitas, lingkungan, perilaku, pemeriksaan general dan tahap pemeriksaan detail. Tahapan-tahapan ini dikembangkan dengan tujuan agar diperoleh data secara menyeluruh sehingga sistem dapat mengambil keputusan secara tepat dan juga memudahkan pengguna dalam penggunaan sistem. Microsoft Office Power Point 2003 digunakan saat penampilan saran hasil dari keputusan yang telah diambil oleh sistem. Disain sistem Proses diagnosa dilakukan pertama kali dengan memasukkan input berupa identitas dan lingkungan air tambak kemudian perilaku udang, pemeriksaan general keadaan klinis udang, dan jika benar-benar teridentifikasi penyakit yang terdapat pada basis data pengetahuan maka dibutuhkan input pemeriksaan detail perubahan klinis morfologi udang. Diagram alur proses diagnosa penyakit dengan sistem ini dapat dilihat pada Lampiran 37, sedangkan keadaan morfologi udang sehat sebagai pembanding pada Lampiran Input Pertama kali sistem akan masuk pada opening screen (Lampiran 39). Selanjutnya input yang diminta pertama kali adalah identitas dan lingkungan udang windu (Lampiran 40). Input selanjutnya yang diminta adalah perilaku udang (Lampiran 41). Kemudian sistem meminta input pemeriksaan general (Lampiran 42). Total input pada tahap ini ada dua puluh tiga input. Dari tahap ini jika memang dibutuhkan maka sistem akan meminta pemeriksaan detail yang berupa tingkat perubahan warna, tingkat kean, tingkat maupun tingkat luka pada bagian tubuh udang yang diidentifikasi (Lampiran 43). 2 Proses Inferensi Disain proses inferensi dalam sistem pakar ini digunakan untuk menentukan urutan proses pemeriksaan sehingga dihasilkan output dari input yang telah dimasukkan. Dari input yang dimasukkan sistem mengambil keputusan jenis penyakit menggunakan pelacakan ke belakang (backward chainning). Dengan teknik pelacakan ini sistem akan memulai pelacakan dari goalnya. Goal dianggap terbukti kebenarannya jika premis-premis yang menyusunnya terbukti ada pada input data. Total aturan untuk 11 jenis penyakit dengan teknik backward chainning ini ada sebanyak 189 aturan. Di bawah ini contoh aturan untuk udang yang terserang penyakit MBV: 1 Perilaku makan menurun, tumbuh jelek, kematian rendah dan kepala, alat gerak mbv dan kulit, ekor, bagian dalam mbv maka penyakit mbv 2 Tingkah, makan menurun, tumbuh jelak dan kematian <= 4% maka perilaku makan menurun, tumbuh jelek, kematian rendah Aturan lain dapat dilihat di Lampiran 44. Input data untuk udang yang terserang penyakit MBV: 1 tumbuh = jelek 2 nafsu mkn = menurun 3 keaktifan gerak = 4 posisi renang = 5 gerak pindah = teratur 6 molting = sehat 7 kematian <= 4% 8 karapas warna = 9 rostum = ya 10 antenulla = 11 antena = 12 maksiliped = 13 insang warna =

20 11 14 insang = 15 pleopod = 16 pleopod = 17 periopod = 18 kulit warna = 19 kulit luka = 20 kulit = 21 kulit cahaya = 22 kulit = 23 telson = 24 hepatopankreas warna = merah 25 hepatopankreas = 26 usus warna = 27 usus = 28 ginjal = 29 gonad warna = 30 gonad = Dari aturan di atas goal pertama yang dibuktikan adalah penyakit mbv yang mempunyai premis perilaku makan menurun, tumbuh jelek, kematian rendah dan kepala, alat gerak mbv dan kulit, ekor, bagian dalam mbv. Ketiga premis tersebut dicek pada input data, karena ternyata pada input data premis tersebut ada maka premis tersebut dijadikan sebagai subgoal baru. Jika premis yang menyusun suatu goal ternyata ada pada input data maka aturan tersebut terbukti kebenarannya. Langkah ini dilakukan untuk semua aturan, jika ada salah satu premis yang ada pada input data dan juga ada pada subgoal maka aturan itu terbukti kebenarannya. Dari jenis penyakit yang telah dideteksi oleh sistem menggunakan backward chainning maka sistem melakukan proses inferensi untuk tingkat keparahan penyakit yang telah terdeteksi dengan menggunakan logika fuzzy. Ada 4 macam variabel input yang digunakan untuk menentukan tingkat keparahan penyakit yang menyerang udang, tetapi semua jenis penyakit memiliki keempat variabel tersebut tergantung jenis penyakit yang menyerang. Keempat variabel tersebut adalah tingkat kean (range nilai 0-100), tingkat keparahan luka (range nilai 0-100), tingkat (range nilai 0-100), dan beberapa perubahan warna organ (range nilai 0-10). Untuk tingkat kean dimasukkan ke dalam data fuzzy karena sangat subjektif tergantung orang yang melihatnya. Di bawah ini adalah fungsi keanggotaan untuk tingkat kean organ dan Gambar 9 adalah gambar grafik dari fungsi ini. x 50 µ ringan ( x) = µ sedang ( x) = µ ( x) = µ parah( x) = x / 25; (50 x) / 25; ( x 22) / 28; (75 x) / 25; x x 50 x 22 x x x 75 x 42 x 95 ( x 42) / 33; 42 x 75 (95 x) / 20; 75 x 95 ( x 65) / 35; x x 100 Gambar 9 Grafik fungsi keanggotaan untuk variabel kean organ Fungsi keanggotaan dan gambar grafik keanggotaan (Gambar 10) untuk variabel kulit adalah sebagai berikut: x 70 µ kecil ( x) = µ sedang ( x) = µ besar ( x) = x / 33; x 33 (70 x) / 37; ( x 25) / 41; 25 x 50 x 25 x x 66 (110 x) / 44; 66 x 100 x 60 ( x 60) / 40; 60 x 100

21 12 Gambar 10 Grafik fungsi keanggotaan untuk variabel kulit Fungsi keanggotaan dan grafik fungsi keanggotaan (Gambar 11) untuk variabel kulit luka adalah sebagai berikut: x 66 µ kecil ( x) = x / 33; x 33 µ sedang ( x) = µ parah( x) = (66 x) / 33; 33 x 66 ( x 25) / 41; x 25 x x 66 (100 x) / 34; 66 x 100 x 58 ( x 58) / 42; 58 x 100 Gambar 11 Grafik fungsi keanggotaan untuk variabel kulit luka Fungsi keanggotaan untuk perubahan warna tiap organ dan tiap penyakit berbeda-beda. 3 Output Ouput dari semua sistem ini adalah identitas udang yang terdiri dari status tingkat nafsu makan, status tingkat pertumbuhan, jenis pakan, status tingkat kepadatan dan status tingkat kematian udang. Keadaan lingkungan air tambak yang terdiri dari status kelayakan dan saran dalam penanganan suhu, salinitas, ph, O 2 terlarut, kecerahan, dan NH 3. Output terakhir adalah jenis penyakit dan tingkat keparahan penyakit yang menyerang serta saran penanganan dalam menangani udang dengan penyakit dan tingkat penyakit yang telah teridentifikasi oleh sistem. Contoh dari semua output ini bisa dilihat di Lampiran 45. Sistem ini juga menyediakan suatu output tambahan yaitu fasilitas penjelas yang berfungsi penjelasan kenapa sistem mengambil kesimpulan tersebut. Contoh output fasilitas penjelas ini bisa dilihat di Lampiran 46. Implementasi Implementasi teknik forward chaining seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada penelitian ini cara penelusurannya mengikuti alur : Fakta Kaidah Kesimpulan Pada alur ini fakta merupakan input, kaidah berisikan banyak aturan dan kesimpulan merupakan hasil penarikan kesimpulan dengan aturan dari fakta yang ada. Salah satu contoh aturan dengan forward chainning adalah: If umur = 3 And (bobot <= 0.5 And bobot >= 0.12) Then tumbuh = " Sangat bagus" Di sisi lain, teknik backward chaining alur cara penelusurannya: Kesimpulan Kaidah Fakta Pada alur ini kesimpulan adalah suatu kondisi yang akan diuji kebenarannya dengan menggunakan kaidah yang tersedia dan fakta yang ada. Fakta merupakan input yang telah dimasukkan sebelumnya. Fungsi DoProve adalah fungsi yang dibuat di Microsoft Visual Basic 6.0 untuk melakukan teknik backward chaining dengan basis data yang telah tersedia di Microsoft Access. Logika fuzzy digunakan untuk menentukan kesimpulan tingkat keparahan penyakit pada udang windu. Tingkat keparahan penyakit yang menggunakan logika fuzzy diimplementasikan di Matlab versi 6.5 yang kemudian dijadikan sebagai suatu fungsi yang dipanggil dari Microsoft Visual Basic versi 6.0 dengan membuat file udang.dll. Salah satu contoh pembuatan fungsi dan pemanggilan fungsi tingkat keparahan penyakit MBV : Function mbv_detail(x1 As_ Variant, x2 As Variant) As_ Variant On Error GoTo Handle_Error Dim aclass As udang.udang Dim y As Variant If aclass Is Nothing Then Set aclass = New udang.udang End If ' (call some methods on aclass) Call aclass.tingkat_mbv(1, y, x1,_ x2,"mbv") mbv_detail = y

22 13 Exit Function Handle_Error: mbv_detail = Err.Description End Function Uji Coba Uji coba dari sistem yang telah dibangun menggunakan metode black box dan dilakukan oleh asisten pakar yang bersangkutan. Pengujian jenis penyakit dilakukan dengan memasukkan 10 kasus untuk setiap jenis penyakit sehingga total uji coba kasus yang telah dilakukan adalah 110 kasus, contoh pengujian ada pada Lampiran 47. Untuk tingkat keparahan penyakit juga dilakukan pengujian dengan 10 kasus untuk tiap jenis penyakit, contoh pengujian untuk ini ada di Lampiran 48. Dari uji coba jenis penyakit yang telah dilakukan didapatkan hasil yang kurang tepat menurut asisten pakar sejumlah 6 kasus. Dengan ini berarti diperoleh hasil keakurasian 95 % untuk ketepatan diagnosa jenis penyakit. Kesalahan 5 % itu disebabkan perbedaan pengguna dalam melihat warna morfologi udang yang disebabkan oleh perbedaan warna udang karena faktor alam. Di lain pihak pada uji coba tingkat keparahan penyakit menurut penilaian asisten pakar yang melakukan pengujian didapatkan 17 kasus yang kurang tepat. Dengan begitu didapatkan keakurasian 85% untuk penentuan tingkat keparahannya. Nilai 15 % kesalahan ini didapatkan karena perbedaan subjektifitas pengguna dalam melihat perubahan morfologi udang. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) menggunakan logika fuzzy dapat membantu pengguna mengidentifikasi jenis penyakit dan tingkat keparahan penyakit pada udang windu secara langsung dengan cepat. Selain itu sistem pakar ini juga mampu mengidentifiksai identitas dan kelayakan lingkungan air tambak. Sistem pakar ini dirancang dengan sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh pengguna (user frendly). Pengguna dapat memperoleh pengetahuan mengenai kelayakan lingkungan air tambak untuk pemeliharaan udang windu dan informasi mengenai tindakan penanganan dan pencegahan penyakit-penyakit yang menyerang udang windu. Dari hasil uji coba pemakaian teknik forward chaining dan backward chaining dinilai tepat untuk menangani proses-proses diagnosa yang ada dalam pembangunan sistem pakar ini. Di dapat hasil akurasi 95% untuk penentuan jenis penyakit yang menyerang. Logika fuzzy yang digunakan dalam mengambilan keputusan tingkat keparahan penyakit dari hasil uji coba menunjukkan nilai akurasi yang tinggi sekitar 85% sehingga mendekati cara pengambilan keputusan seorang pakar. Saran Untuk pengembangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus monodon) menggunakan Logika Fuzzy lebih lanjut perlu ditambahkan basis pengetahuan (knowledge base) sehingga sistem ini hanya bisa mengidentifikasi sebelas jenis penyakit tetapi juga semua jenis penyakit yang dapat menyerang udang windu. Diperlukannya juga modul penambahan aturan baru sehingga bisa menambah jenis penyakit yang bisa dideteksi oleh sistem dan juga menambah keakuratan dalam pengambilan keputusan. DAFTAR PUSTAKA Amri, K Budidaya Udang Windu secara Intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Firmansyah, A Uji Patogenitas White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr). Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan FPIK IPB, Bogor. Kusumawati, D Fuzzy Multi-Atribbute Decision Making (Fuzzy MADM). Graha Ilmu, Yogyakarta. Lightner, DV A Handbook og Shrimp Pathology and Diagnostic Procedures for Deseases. The World Aquaculture Society, Louisina Marimin Teori Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPB Press, Bogor. Ross, TJ Fuzzy Logic with Engineering Applications. Second Edition. John Wiley & Sons Inc, Inggris. Sibigtroth, JM Implementing fuzzy expert rules in hardware. The Magazine of Artificial Intelligence in Practice Vol. 7 (4):

23 14 Sukenda Keberadaan Monodon Baculovirus pada Benih Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr). Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan IPB, Bogor. Viot, G Fuzzy logic: Concepts to construct. The Magazine of Artificial Intelligance in Practice Vol.8 (11):

24 LAMPIRAN

25 15 Lampiran 1 Tingkat nafsu makan berdasarkan bobot BOBOT (gr) MAKANAN (/ekr) NAFSU MAKAN BOBOT (gr) MAKANAN (/ekr) NAFSU MAKAN <= 0.1 < Menurun <= 12 <= 0.67 Meningkat < Normal > 0.67 Terlalu tinggi <= Meningkat <= 24 < 0.64 Menurun > Terlalu tinggi < 0.7 Normal <= 1 < Menurun <= 0.72 Meningkat < 0.02 Normal > 0.72 Terlalu tinggi <= 0.15 Meningkat <= 28 < 0.72 Menurun > Terlalu tinggi < 0.78 Normal <= 2 < 0.15 Menurun <= 0.84 Meningkat < 0.17 Normal > 0.84 Terlalu tinggi <= 0.2 Meningkat <= 30 < 0.84 Menurun > 0.2 Terlalu tinggi < 0.87 Normal <= 5 < 0.2 Menurun <= 0.9 Meningkat < 0.25 Normal > 0.9 Terlalu tinggi <= 0.3 Meningkat <= 34 < 0.9 Menurun > 0.3 Terlalu tinggi < 0.95 Normal <= 8 < 0.3 Menurun <= 1 Meningkat < 0.35 Normal >1 Terlalu tinggi <= 0.4 Meningkat <= 38 < 1 Menurun > 0.4 Terlalu tinggi < 1.05 Normal <= 10 < 0.4 Menurun <= 1.1 Meningkat < 0.5 Normal > 1.1 Terlalu tinggi <= 0.6 Meningkat > 38 < 1.02 Menurun > 0.6 Terlalu tinggi < 1.12 Normal <= 12 < 0.55 Menurun <= 1.16 Meningkat < 0.64 Normal >1.16 Terlalu tinggi

26 16 Lampiran 2 Kategori pertumbuhan udang berdasarkan umur dan bobot udang UMUR BOBOT UMUR BOBOT PERTUMBUHAN (minggu) (gram) (minggu) (gram) PERTUMBUHAN 1 < 0.02 Kurang Bagus 10 <= 17 Sangat Bagus < 0.03 Bagus > 17 Ab <= 0.05 Sangat Bagus 11 < 15 Jelek > 0.05 Ab < 16 Kurang Bagus 2 < 0.03 Jelek < 18 Bagus < 0.05 Kurang Bagus <= 20 Sangat Bagus < 0.06 Bagus > 20 Ab <= 0.1 Sangat Bagus 12 < 17 Jelek > 0.1 Ab < 19 Kurang Bagus 3 < 0.06 Jelek < 20 Bagus < 0.09 Kurang Bagus <= 21 Sangat Bagus < 0.12 Bagus > 20 Ab <= 0.5 Sangat Bagus 13 < 19 Jelek > 0.5 Ab < 20 Kurang Bagus 4 < 0.3 Jelek < 21 Bagus < 0.7 Kurang Bagus <= 22 Sangat Bagus < 1.2 Bagus >22 Ab <= 2 Sangat Bagus 14 < 20 Jelek > 2 Ab < 21 Kurang Bagus 5 < 1 Jelek < 22 Bagus < 1.7 Kurang Bagus <= 24 Sangat Bagus < 3 Bagus > 24 Ab <= 5 Sangat Bagus 15 < 22 Jelek > 5 Ab < 23 Kurang Bagus 6 < 2 Jelek < 26 Bagus < 4 Kurang Bagus <= 28 Sangat Bagus < 6.5 Bagus >28 Ab <= 8 Sangat Bagus 16 < 24 Jelek > 8 Ab < 26 Kurang Bagus 7 < 5 Jelek < 28.5 Bagus < 7 Kurang Bagus <= 30 Sangat Bagus < 9 Bagus > 30 Ab <= 10 Sangat Bagus 17 < 26 Jelek > 10 Ab < 29 Kurang Bagus 8 < 7 Jelek < 31 Bagus < 9 Kurang Bagus <= 34 Sangat Bagus < 11 Bagus > 34 Ab <= 12 Sangat Bagus 18 < 29 Jelek > 12 Ab < 32 Kurang Bagus 9 < 9 Jelek < 36 Bagus < 11.5 Kurang Bagus <= 38 Sangat Bagus < 13 Bagus > 38 Ab <= 15 Sangat Bagus 19 keatas < 30 Jelek > 15 Ab < 36 Kurang Bagus 10 < 12 Jelek <= 40 Bagus < 14 Kurang Bagus > 44 Sangat Bagus < 16 Bagus

27 16 Lampiran 3 Jenis pakan UMUR (mgg) JENIS PAKAN 1 s/d 4 Starter I 5 s/d 8 Starter II 9 s/d 10 Grower I 11 s/d 14 Grower II 15 keatas Finisher Lampiran 4 Tingkat kepadatan KEPADATAN (ekor/ha) TINGKAT KEPADATAN > Sangat padat >= Padat >= Sedang >= Kurang padat >= Jarang >= Sangat jarang <= Sangat jarang sekali Lampiran 5 Tingkat kematian KEMATIAN/mgg (%) TINGKAT KEMATIAN <= 2 Sangat bagus <= 4 Bagus <= 10 Kurang bagus <= 25 Tinggi <= 50 Sangat tinggi <= 70 Sangat tinggi sekali >= 70 Massal Lampiran 6 Tingkat kelayakan suhu air tambak SUHU (C) KETERANGAN < 25 Terlalu dingin sehingga Udang kurang aktif dan pertumbuhannya akan terhambat < 28 Sedang, standar untuk pertumbuhan udang < =32 Bagus sehingga pertumbuhan udang bagus dan metabolismenya cukup tinggi > 32 Terlalu panas sehingga udang berlendir karena metanolisme terlalu tinggi malah menyebabkan pertumbuhan udang lambat Lampiran 7 Tingkat kelayakan salinitas air tambak SALINITAS (ppm) KETERANGAN < 10 Terlalu rendah, udang lemah yang akan berakibat udang rentan terhadap serangan penyakit <= 36 Bagus, pertumbuhan udang > 36 Terlalu tinggi, metabolisme udang menjadi tinggi menyebabkan pertubuhan lambat Lampiran 8 Tingkat kelayakan ph air tambak ph < 6 KETERANGAN Terlalu rendah, udang menjadi lemah yang akan berakibat udang mengalami keterlambatan pertumbuhan < =9 Bagus, untuk pertumbuhan udang > 9 Terlalu tinggi sehingga bisa mengakibatkan kematian udang tinggi

28 17 Lampiran 9 Tingkat kelayakan O 2 air tambak O 2 (ppm) KETERANGAN < 3 Terlalu rendah, bisa mengakibatkan udang banyak mengapung dipermukaan tambak mencari oksigen < =10 Bagus, untuk pertumbuhan udang > 9 Terlalu tinggi, udang bisa mengalami supersaturated yang berakibat pertumbuhan menjadi lambat Lampiran 10 Tingkat kelayakan kecerahan air tambak KECERAHAN (cm) KETERANGAN < 25 Terlalu rendah, bisa mengakibatkan udang banyak mengapung dipermukaan tambak mencari untuk oksigen < =60 Bagus, untuk pertumbuhan udang > 60 Terlalu tinggi, udang bisa mengalami supersaturated yang berakibat pertumbuhan menjadi lambat Lampiran 11 Tingkat kelayakan NH 3 air tambak NH 3 (ppm) KETERANGAN < 0.8 Terlalu rendah, dapat menyebabkan perkembangan baik(cacat) < =1.2 Bagus, perkembangan udang > 1.2 Terlalu tinggi, menyebabkan pertumbuhan udang terhambat Lampiran 12 Ciri khusus penyakit PENYAKIT PERILAKU/ORGAN VARIABEL KEADAAN MBV Rostum ya BP Usus/midnut ya WSBV Karapas warna bercak-bercak putih coklat bercak-bercak putih merah bercak-bercak putih merah keputihan Vibriosis Kulit Memantulkan cahaya ya dimalam hari Ricketsia Usus/midnut warna agak keputihan Mycosis Antenulla Ingsang warna merah kecoklatan coklat coklat kehitaman hitam Kulit luka ya Fusarium Antenulla ya Antena ya Microsporodian Ingsang ya Gill, Appandage dan Saat molting mati Faouling Gas Bubble Posisi renang mengapung di permukaan tambak Gerak perpindahan teratur Hemocitic Enteritis Nafsu makan mau makan

29 18 Lampiran 13 Perilaku dan morfologi udang sehat PERILAKU VARIABEL KEADAAN Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan meningkat terlalu tinggi Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna Pleopod Uropod Periopod Kulit warna memantulkan cahaya dimalam hari luka Telson warna Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 14 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit MBV PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan jelek kurang bagus Nafsu makan menurun Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna Rostum ringan hari ke 1 sedang hari ke 2-4

30 19 Lanjutan hari ke 5-6 parah hari ke 7 Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna Pleopod Uropod Periopod Kulit warna memantulkan cahaya di malam hari luka Telson warna Hepatopankreas warna agak merah hari ke 1-2 merah hari ke 3 merah tua hari ke 4 merah kehitaman hari ke 5-6 hitam hari ke 7 Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 15 Masa inkubasi MBV WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-2 kronis ringan hari ke 3-4 kronis sedang hari ke 5-7 kronis parah Lampiran 16 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit BP PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan jelek kurang bagus Nafsu makan menurun Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) >= 70 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna

31 20 Lanjutan Pleopod Uropod Periopod Kulit warna memantulkan cahaya di malam hari luka Telson warna Hepatopankreas warna ringan hari ke 1-2 sedang hari ke 3-4 hari ke 5-6 parah hari ke 7 Usus/midnut warna ringan hari ke 1-2 sedang hari ke 3-4 hari ke 5-6 parah hari ke 7 Ginjal Gonad warna Lampiran 17 Masa inkubasi BP WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-3 kronis hari ke 4-5 sub akut hari ke 6-7 akut Lampiran 18 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit WSBV PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan jelek kurang bagus Nafsu makan menurun Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna bercak-bercak putih hari ke 1-3 coklat bercak-bercak putih hari ke 4 merah bercak-bercak putih hari ke 5-6 merah keputihan hari ke 7 Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna

32 21 Lanjutan Pleopod Uropod Periopod Kulit warna bercak-bercak putih hari ke 1-3 coklat bercak-bercak putih hari ke 4 merah bercak-bercak putih hari ke 5-6 merah keputihan hari ke 7 memantulkan cahaya di malam hari luka Telson warna Hepatopankreas warna ringan hari ke 1-3 sedang hari ke 4-5 hari ke 6 parah hari ke 7 Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 19 Masa inkubasi WSBV WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-3 Kronis hari ke 4-6 Sub akut hari ke 7 Akut Lampiran 20 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Vibriosis PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan menurun Keaktifan gerak Posisi renang sering datang ke permukaan tambak Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) >= 70 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna Pleopod

33 22 Lanjutan Uropod Periopod Kulit warna hari ke 1-5 kuning hari ke 6 coklat hari ke 7-8 coklat kehitaman hari ke 9 memantulkan cahaya dimalam hari ya luka hari ke 1-3 kecil hari ke 4-5 sedang hari ke 6-8 besar hari ke 9 Telson warna hari ke 1 2 coklat kemerahan Hari ke 3-4 merah muda hari ke 5 merah hari ke 6 7 merah kehitaman hari ke 8-9 Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal ringan hari ke 1-2 sedang hari ke 3-5 hari ke 6 parah hari ke 7-9 Gonad warna Lampiran 21 Masa inkubasi Vibriosis WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-4 kronis hari ke 5-7 sub akut hari ke 8-9 akut Lampiran 22 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Ricketsia PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan menurun Keaktifan gerak Posisi renang di pinggir tambak Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped

34 23 Lanjutan Ingsang warna merah muda mgg ke 1 2 merah mgg ke 3 merah kecoklatan mgg ke 4 7 coklat mggi ke 8 9 Pleopod Uropod Periopod Kulit warna mgg ke 1 2 coklat kemerahan mgg ke 3 4 merah muda mgg ke 5 merah mgg ke 6 7 merah kehitaman mgg ke 8 9 memantulkan cahaya dimalam hari luka Telson warna Hepatopankreas warna Usus/midnut warna agak keputihan Ginjal Gonad warna Lampiran 23 Masa inkubasi Ricketsia WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT mgg ke 1-5 kronis mgg ke 6-7 sub akut mgg ke 8-9 akut Lampiran 24 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Mycosis PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan meningkat terlalu tinggi Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped

35 24 Lanjutan Ingsang warna merah kecoklatan hari ke 1 coklat hari ke 2-4 coklat kehitaman hari ke 5-7 hitam hari ke 8 Pleopod Uropod Periopod Kulit warna memantulkan cahaya dimalam hari luka ringan hari ke 1-2 sedang hari ke 3-6 parah hari ke 7-8 Telson warna Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 25 Masa inkubasi Mycosis WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-4 kronis hari ke 5-7 sub akut hari ke 8 akut Lampiran 26 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Fusarium PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan meningkat terlalu tinggi Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla ringan hari ke 1 sedang hari ke 2 4 hari ke 5 8 parah hari ke 9 Antena ringan hari ke 1 sedang hari ke 2 4

36 25 Lanjutan hari ke 5 8 parah hari ke 9 Maksiliped ringan hari ke 1 sedang hari ke 2 4 hari ke 5 8 parah hari ke 9 Ingsang warna hari ke 1 coklat hari ke 2 4 coklat kehitaman hari ke 5 8 hitam hari ke 9 Pleopod ringan hari ke 1 sedang hari ke 2 4 hari ke 5 8 parah hari ke 9 Uropod ringan hari ke 1 sedang hari ke 2 4 hari ke 5 8 parah hari ke 9 Periopod ringan hari ke 1 sedang hari ke 2 4 hari ke 5 8 parah hari ke 9 Kulit warna hari ke 1 coklat kemerahan hari ke 6 merah hari ke 7 merah kehitaman hari ke 8 hitam hari ke 9 memantulkan cahaya dimalam hari luka ringan hari ke 1-3 sedang hari ke 4 7 parah hari ke 8 9 Telson warna ringan hari ke 1 sedang hari ke 2 4 hari ke 5 8 parah hari ke 9 Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 27 Masa inkubasi Fusarium WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-4 kronis hari ke 5-7 sub akut hari ke 8-9 akut

37 26 Lampiran 28 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Microsporodian PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan meningkat terlalu tinggi Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna hari ke 1-4 merah hari ke 5-6 merah tua hari ke 7 merah keputihan hari ke 8 putih hari ke 9 kecil hari ke 1-3 sedang hari ke 4-6 besar hari ke 7-9 Pleopod Uropod Periopod Kulit warna memantulkan cahaya dimalam hari luka Telson warna Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna putih hari ke 1 kecil hari ke 2-3 sedang hari ke 4-6 besar hari ke 7-9 Lampiran 29 Masa inkubasi Microsporodian WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-5 kronis hari ke 5-7 sub akut hari ke 8-9 akut

38 27 Lampiran 30 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Gill, Appandage dan Faouling PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan meningkat terlalu tinggi Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting mati Kematian (%) <= 20 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna hari ke 1 coklat hari ke 2 4 coklat kehitaman hari ke 5 8 Pleopod Uropod Periopod Kulit warna hari ke 1 coklat kemerahan hari ke 2 4 merah hari ke 5 merah kehitaman hari ke 5 8 memantulkan cahaya dimalam hari luka Telson warna Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 31 Masa Inkubasi Gill, Appandage dan Faouling WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-3 kronis hari ke 4-7 sub akut hari ke 8 akut

39 28 Lampiran 32 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Gas Bubble PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan meningkat terlalu tinggi Keaktifan gerak Posisi renang mengapung di permukaan tambak Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna merah hari ke 1 merah keputihan hari ke 2-3 putih hari ke 4-5 putih salju hari ke 6 Pleopod Uropod Periopod Kulit warna memantulkan cahaya dimalam hari luka Kulit Telson warna Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 33 Masa inkubasi Gas Bubble WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1 kronis hari ke 2-4 sub akut hari ke 5-6 akut

40 29 Lampiran 34 Perilaku dan morfologi udang terserang penyakit Hemocitic Enteritis PERILAKU VARIABEL KEADAAN WAKTU Pertumbuhan Bagus Sangat bagus Ab Nafsu makan mau makan Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) <= 4 ORGAN Karapas warna bercak-bercak biru hari ke 1-2 biru muda hari ke 3 biru hari ke 4 biru tua hari ke 5 biru tua bercak-bercak hitam hari ke 6-8 Rostum Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna Pleopod Uropod Periopod Kulit warna bercak-bercak biru hari ke 1-2 biru muda hari ke 3 biru hari ke 4 biru tua hari ke 5 biru tua bercak-bercak hitam hari ke 6-8 memantulkan cahaya dimalam hari luka Kulit kecil hari ke 1-3 sedang hari ke 4-5 besar hari ke 6-8 Telson warna Hepatopankreas warna Usus/midnut warna Ginjal Gonad warna Lampiran 35 Masa inkubasi Hemocytic Enteritis WAKTU TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT hari ke 1-3 kronis hari ke 4-5 sub akut hari ke 6-8 akut

41 Lampiran 36 Grafik keanggotaan himpunan fuzzy untuk penentuan penyakit MBV 30

42 31 Lampiran 37 Diagram alur proses diagnosa penyakit udang windu MULAI 1. Umur?...mg 2. Bobot?.. g 1. Suhu?. 2. Salinitas? 3. ph?. 4. O2 terlarut?. 5. Kecerahan?. 6. NH3?. 7. Kepadatan?. IDENTITAS LINGKUNGAN 1. Informasi tentang lingkungan dan pertumbuhan udang 2. Langkah jika memang lingkungan dan pertumbuhan udang 3. Modul penjelas SELESAI 1. Informasi tentang jenis penyakit yang menyerang, tingkat keparahan penyakit, lingkungan dan pertumbuhan udang 2. Langkah apa yang sebaiknya dilakukan jika udang terserang penyakit dengan tingkat keparahan yang teridentifikasi oleh sistem 3. Langkah jika memang lingkungan dan pertumbuhannya 4. Modul penjelas Proses pengambilan keputusan. Udang sakit? (*) ya PRILAKU UDANG 1. Nafsu makan? 2. Keaktifan gerak? 3. Posisi berenang udang? 4. Gerak perpindahan? 5. Saat molting? 6. Kematian?... % PEMERIKSAAN GENERAL UDANG 1. Karapas? (warna) 2. Rostum? (kean) 3. Antenulla? (kean) 4. Antena? (kean) 5. Maksiliped? (kean) 6. Ingsang? (kean) 7. Pleopod? (kean) 8. Uropod? (kean) 9. Pereiopod? (kean) 10. Kulit? (warna, memantulkan cahaya dimalam hari, luka dan ) 11. Telson? (warna dan kean) 12. Hepatopankreas? (warna dan kean) 13. Usus? (warna dan kean) 14. Ginjal? (kean) 15. Gonad? (warna dan ) PEMERIKSAAN DETAIL Bagian yang terjadi kean, luka, dan mengalami perubahan warna diperiksa lagi tingkat kean, tingkat luka, tingkat dan tingkat perubahan warna secara detail. Input ini digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tingkat keparahan penyakit pada udang menggunakan logika fuzzy. Proses pengambilan keputusan (**) KETERANGAN (*) Pengambilan keputusan tentang tentang identitas udang, keadaan lingkungan tambak menggunakan forward chainning dan penentuan jenis penyakit menggunakan backward chainning yang penentuan goalnya dibantu dengan ciri khusus yang diperoleh menggunakan forward chainning (**) Proses pengambilan keputusan tentang tingkat keparahan penyakit yang menyerang udang menggunakan logika fuzzy

43 32 Lampiran 38 Gambar udang sehat dan morfologinya Lampiran 39 Tampilan Menu Utama Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Peneaus monodon) menggunakan Logika Fuzzy

44 33 Lampiran 40 Tampilan input identitas udang dan kondisi air tambak Lampiran 41 Tampilan input perilaku udang

45 34 Lampiran 42 Tampilan input pemeriksaan gejala klinis Lampiran 43 Tampilan input pemeriksaan klinis detail (untuk penyakit MBV)

46 35 Lampiran 44 Aturan untuk udang yang terserang penyakit MBV 1. perilaku makan menurun, tumbuh jelek, kematian rendah dan kepala, alat gerak mbv dan kulit, ekor, bagian dalam mbv maka penyakit mbv 2. tingkah, makan menurun, tumbuh jelak dan kematian <= 4% maka perilaku makan menurun, tumbuh jelek, kematian rendah 3. cephalothorax mbv dan alat gerak, ingsang maka kepala, alat gerak mbv 4. kulit, telson, hepatopankreas mbv dan organ dalam maka kulit, ekor, bagian dalam mbv 5. makan menurun, tumbuh jelek dan tingkah maka tingkah, makan menurun, tumbuh jelek 6. kepala rostum dan sungut maka cephalothorax mbv 7. ingsang dan alat gerak maka alat gerak, ingsang 8. kulit dan ekor dan hepatopankreas mbv maka kulit, telson, hepatopankreas mbv 9. usus dan ginjal dan gonad maka organ dalam 10. pertumbuhan jelek dan nafsu makan menurun maka makan menurun, tumbuh jelek 11. nafsu makan dan posisi renang dan gerak pindah teratur dan molting sehat maka tingkah 12. warna karapas dan rostum maka kepala rostum 13. antenulla dan antena dan maksiliped maka sungut 14. warna ingsang dan ingsang maka ingsang 15. pleopod dan uropodrsk dan periopodrsk maka alat gerak 16. warna kulit dan kulit bercahaya dan kulit luka dan kulit maka kulit 17. warna telson dan telson maka ekor 18. warna hepatopankreas merah dan hepatopankreas maka hepatopankreas mbv 19. warna usus dan usus maka usus 20. warna gonad dan gonad maka gonad Lampiran 45 Tampilan hasil diagnosa (untuk penyakit MBV)

47 36 Lampiran 46 Tampilan fasilitas penjelas (untuk penyakit MBV) Lampiran 47 Contoh uji coba dengan metode black box untuk penentuan jenis penyakit Input: Umur : 12 minggu Bobot : 1 gram Suhu : 28 0 C Salinitas : 22 ppm ph : 6 O 2 terlarut : 7 ppm Kecerahan : 40 cm NH 3 : 1 ppm Kepadatan : Perilaku VARIABEL KEADAAN Nafsu makan menurun Keaktifan gerak Posisi renang Gerak perpindahan teratur Saat molting sehat Kematian (%) 2 ORGAN Karapas warna berlendir luka Rostum ya Antenulla Antena Maksiliped Ingsang warna Pleopod

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DARMAWAN SETYABUDI

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DARMAWAN SETYABUDI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DARMAWAN SETYABUDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus Monodon) Menggunakan Logika Fuzzy

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus Monodon) Menggunakan Logika Fuzzy Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol 14 No. 1, Mei 2010 : 10-15 Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus Monodon) Menggunakan Logika Fuzzy Darmawan Setyabudi, Imas S. Sitanggang, Yeni Herdiyeni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

By: Sulindawaty, M.Kom

By: Sulindawaty, M.Kom By: Sulindawaty, M.Kom 1 Kata Pengantar Sistem Pakar adalah mata kuliah yang mendukung untuk membuat aplikasi yang dapat memecahkan masalah dengan pengetahuan seorang pakar yang di dimasukkan dalam komputer.

Lebih terperinci

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi Siapakah pakar/ahli Expert System Seorang pakar atau ahli adalah: seorang individu yang memiliki kemampuan pemahaman superior dari suatu masalah By: Uro Abdulrohim, S.Kom, MT Definisi Program komputer

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Sry Yunarti Program Studi Sistem Informasi STMIK Profesional Makassar yeye_rumbu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk

Lebih terperinci

Metode Deffuzifikasi Mean of Maximum (MOM) Kolik Gas (Tympani) Kolik Twisted gut Kolik Impaksi METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Metode Deffuzifikasi Mean of Maximum (MOM) Kolik Gas (Tympani) Kolik Twisted gut Kolik Impaksi METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Metode Deffuzifikasi Mean of Maximum (MOM) Salah satu metode deffuzifikasi adalah Mean of Maximum. Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parasit, bakteri, jamur dan virus yang berakibat kematian udang windu secara

BAB I PENDAHULUAN. parasit, bakteri, jamur dan virus yang berakibat kematian udang windu secara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Udang merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Protein hewani sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bagi Indonesia, udang windu merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakar Definisi Pakar (Human Expert) adalah seseorang yang telah mempelajari fakta- fakta, buku teks, dan pengetahuan bidangnya, serta mengembangkan pengetahuan yang telah terdokumentasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, sedangkan

Lebih terperinci

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN APLIKASI KECERDASAN BUATAN PENGANTAR SISTEM PAKAR Shinta P. Sari Prodi. Informatika Fasilkom UIGM, 2017 Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING 1 Diah Malis Oktaviani (0089), 2 Tita Puspitasari (0365) Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

Untung Subagyo, S.Kom

Untung Subagyo, S.Kom Untung Subagyo, S.Kom Keahlian ahli/pakar pengalihan keahlian Mengambil keputusan Aturan kemampuan menjelaskan Keahlian bersifat luas dan merupakan penguasaan pengetahuan dalam bidang khusus yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar selain untuk pengembangan pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Menurut Triono (2014) banyak

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER 1 Yasidah Nur Istiqomah (07018047), 2 Abdul Fadlil (0510076701) 1 Program Studi Teknik Informatika 2 Program

Lebih terperinci

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH Putri Kurnia Handayani Jurusan Sistem Informasi Universitas Muria Kudus PO BOX 53 Gondangmanis Kudus e-mail : pu3_kurnia@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS SISTEM PAKAR Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS Defenisi Sistem Pakar 1. Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Mardiah Fadhli Politeknik Caltex Riau Jl. Umbansari No.1, telp/fax: 0761 53939/0761 554224 e-mail: rika@pcr.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom SISTEM PAKAR Entin Martiana, S.Kom, M.Kom EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR) Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar

Lebih terperinci

Desain sistem Analisis sistem Implementasi sistem Pemeliharaan Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Investigasi sistem

Desain sistem Analisis sistem Implementasi sistem Pemeliharaan Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Investigasi sistem 5 akuisisi pengetahuan untuk pengambilan keputusan berdasarkan gejala klinis dan gejala yang bersifat fuzzy, serta pembuatan fuzzy inference system (FIS). Dalam pembutan FIS, dinakan representasi fungsi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR

PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji 1 SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Agam Krisna Setiaji Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Yogyakarta, 22 Juli 2009 PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Ana Kurniawati, Marliza Ganefi, dan Dyah Cita

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning Nur Nafi iyah dkk: Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit 20 Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning Nur Nafi iyah dan Endang Setyati Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang, khususnya di puskesmas sangat sulit dijumpai tenaga ahli kesehatan (spesialis), padahal orang tua sangat membutuhkan dokter spesialis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK Oleh : Harmayani, ST, M.Kom Dosen AMIK INTeL Com GLOBAL INDO Abstrak Dalam jurnal ini akan dibahas

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Visualisasi Sistem Pakar Dalam Menganalisis Tes Kepribadian Manusia (Empat Aspek Tes Kepribadian Peter Lauster) Sri Winiarti

Lebih terperinci

TEGUH HERLAMBANG

TEGUH HERLAMBANG SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA HAMA PADA TANAMAN CABAI DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID SKRIPSI Oleh : TEGUH HERLAMBANG 0734010191 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING ISSN : 2338-4018 SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING Level Perdana (lev.earthmover@gmail.com) Didik Nugroho (didikhoho@gmail.com) Kustanto (Kus_sinus@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Jantung adalah sebuah otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot jantung mati sewaktu

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG VANNAMEI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG VANNAMEI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG VANNAMEI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB Sindhu Rakasiwi Program Studi Manajemen Informatika Stekom Semarang Email: sindhu@stekom.ac.id Taqius Shofi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID Imas Siti Munawaroh¹, Dini Destiani Siti Fatimah² Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor

Lebih terperinci

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR DEFINISI System yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli. ES dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akurat. Untuk itu komputer dijadikan sebagai salah satu alat yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. dan akurat. Untuk itu komputer dijadikan sebagai salah satu alat yang mendukung BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi komputer saat ini sangat pesat, pada sisi lain persoalan yang dihadapi manusia semakin banyak dan memerlukan penyelesaian yang cepat dan akurat.

Lebih terperinci

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER Aprilia Sulistyohati, Taufiq Hidayat Laboratorium Sistem Informasi dan Perangkat Lunak Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30)

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Konsep Dasar Sistem Pakar Sistem pakar adalah program komputer cerdas yang menggunakan pengetahuan dan prosedur-prosedur inferensi untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Struktur Sistem Pakar

Struktur Sistem Pakar Sistem Pakar Struktur Sistem Pakar Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses jonh.fredrik.u@gmail.com Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan

Lebih terperinci

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Pakar Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti

Lebih terperinci

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Maria Shusanti F Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandar Lampung

Lebih terperinci

Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi

Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi Rika Sofa 1, Dini Destiani 2, Ate Susanto 3 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STT-Garut) Jl. Mayor Syamsu No 2 Garut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. masukan (input) yang digunakan dalam mengembangkan Fuzzy Inference System seperti yang disajikan pada Gambar 10 berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN. masukan (input) yang digunakan dalam mengembangkan Fuzzy Inference System seperti yang disajikan pada Gambar 10 berikut : Penentuan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan digunakan untuk mengembangkan sistem Perangkat keras (hardware) Perangkat keras yang digunakan pada saat pengembangan sistem adalah komputer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis perlengkapan

BAB I PENDAHULUAN. produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis perlengkapan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perlengkapan penanganan bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap usaha industri modern. Dalam setiap perusahaan proses produksi secara keseluruhan

Lebih terperinci

PENERAPAN APLIKASI VISUAL BASIC 6.0 DALAM DUNIA MEDIS UNTUK SISTEM PAKAR PENYAKIT KULIT

PENERAPAN APLIKASI VISUAL BASIC 6.0 DALAM DUNIA MEDIS UNTUK SISTEM PAKAR PENYAKIT KULIT Technologia Vol 7, No.1, Januari Maret 2016 57 PENERAPAN APLIKASI VISUAL BASIC 6.0 DALAM DUNIA MEDIS UNTUK SISTEM PAKAR PENYAKIT KULIT Agus Alim Muin S.Kom, M.kom (alim.blues@gmail.com) ABSTRAK Kulit adalah

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR Aswita Andini Dea Fani Aneke Putri Jurusan Sistem Informasi STMIK PALCOMTECH Palembang Abstrak Sistem pakar untuk diagnosa penyakit

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Pada saat ini tidak semua Kantor Pos Cabang di Kantor Pos Tanjungpinang 29100 memiliki teknisi untuk menyelesaikan permasalahan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya jenis penyakit baru yang menyerang balita terakhir terakhir ini menyebabkan Dinas Kesehatan kota Bandung yang merupakan salah satu kantor pemerintahan

Lebih terperinci

INFERENSI DAN PENALARAN. PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

INFERENSI DAN PENALARAN. PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom INFERENSI DAN PENALARAN PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom Strategi Penalaran Runut Maju / Forward Chaining Runut Balik / Backward Chaining Forward Chaining Penalaran dimulai dari keadaan

Lebih terperinci

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT Sistem Pakar Pertemuan 2 Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang atau beberapa orang pakar. Menurut Marimin

Lebih terperinci

INFERENCE & EXPLANATION TEKNIK PENARIKAN KESIMPULAN & MEMBERI PENJELASAN

INFERENCE & EXPLANATION TEKNIK PENARIKAN KESIMPULAN & MEMBERI PENJELASAN INFERENCE & EXPLANATION TEKNIK PENARIKAN KESIMPULAN & MEMBERI PENJELASAN Pendahuluan Inferensi adalah suatu program komputer yang merupakan suatu algoritma yang mengontrol beberapa proses penalaran dan

Lebih terperinci

Gambar 7. Tahapan Proses penelitian

Gambar 7. Tahapan Proses penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Secara umum, metode penelitian yang digunakan tersusun dalam suatu diagram alur penelitian yang dapat disajikan Gambar 7. Diagram alur tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Yunarti - Sistem Pakar Mengidentifikasi Penolakan Film SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Sry Yunarti Program Studi Sistem Informasi, STMIK ProfesionalMakassar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang metodologi penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian agar hasil yang dicapai tidak meyimpang dari tujuannya. Adapun metodologi penelitian

Lebih terperinci

1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Uji coba perangkat lunak

1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Uji coba perangkat lunak 1 1.1 penyakit. Selain itu, ikan nila memiliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan serta memiliki kemampuan yang efesien dalam membentuk protein dari bahan organik, limbah domestik, dan pertanian.

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GINJAL MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA FUZZY LOGIC SKRIPSI

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GINJAL MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA FUZZY LOGIC SKRIPSI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GINJAL MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA FUZZY LOGIC SKRIPSI Oleh : Ennanda Putrie A.S 0734010385 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisis dan perancangan sistem, akan dijelaskan proses analisis dan perancangan sistem yang hendak dibangun. Proses analisis sistem, tahapan yang harus

Lebih terperinci

Sistem Berbasis Pengetahuan. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Sistem Berbasis Pengetahuan. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Sistem Berbasis Pengetahuan Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Rule sebagai Teknik Representasi Pengetahuan Syntax Rule : IF E THEN H E : Evidence

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai struktur rancangan desain penelitian disertai metode penelitian beserta alat dan bahan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.

Lebih terperinci

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT Sri Winiarti Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email : daffal02@yahoo.com ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Instrumen Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research yang bertujuan untuk mengkaji hubungan atar variabel yang di hipotesiskan sehingga dapat ditarik

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No., (203) 2337-3520 (230-928X Print) Perancangan Sistem Pakar Fuzzy Untuk Pengenalan Dini Potensi Terserang Stroke Berbasis Web Harmuda Pandiangan, M Isa Irawan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menggunakan Metode Forward Chaining diperoleh berdasarkan referensi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menggunakan Metode Forward Chaining diperoleh berdasarkan referensi yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam perancangan Sistem Pakar Diagnosa Hama dan Penyakit Menggunakan Metode Forward diperoleh berdasarkan referensi yang sejenis dengan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia, terutama di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Buah tomat (Lycopersicum esculentum. Mill. L.) merupakan tanaman sayur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Tomat (Lycopersicon

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas mengenai uraian singkat hasil-hasil penelitian atau analisis terdahulu yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan ditinjau dalam tugas akhir.

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 57 SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID Aditiawarman 1, Helfi Nasution 2, Tursina 3 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan hasil merupakan hasil dari perancangan antarmuka program sesuai dengan kebutuhan dari sistem yang dirancang. Sesuai tujuan dari penelitian ini maka

Lebih terperinci

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1 MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut KODE MK : M10B.116 SKS : 3 (2-1) DOSEN : Syawaludin Alisyahbana Harahap EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR/AHLI) UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA II.1. Tampilan Hasil Penulis merancang program sistem pakar untuk diagnosis penyakit pengapuran pada sendi (OA) pada orang dewasa berbasis web dengan menggunakan bahasa pemrograman

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENYAKIT LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR PENYAKIT LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING F.1 SISTEM PAKAR PENYAKIT LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Andi Nurkholis *, Dina Sri Lestari Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DBD DAN DEMAM TIFOID DENGAN METODE FUZZY TSUKAMOTO (STUDI KASUS PUSKESMAS PRACIMANTORO I)

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DBD DAN DEMAM TIFOID DENGAN METODE FUZZY TSUKAMOTO (STUDI KASUS PUSKESMAS PRACIMANTORO I) ISSN : 2338-18 SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DBD DAN DEMAM TIFOID DENGAN METODE FUZZY TSUKAMOTO (STUDI KASUS PUSKESMAS PRACIMANTORO I) Waluyo (waluyo08@gmail.com) Didik Nugroho (didikhoho@gmail.com) Kustanto

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY MOORA PADA SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PENERAPAN FUZZY MOORA PADA SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PENERAPAN FUZZY MOORA PADA SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE David Teknik Informatika STMIK Pontianak Jl Merdeka No. 372,Pontianak 78111 Email : DavidLiauw@gmail.com, David_Liauw@yahoo.com)

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PAKAR

MENGENAL SISTEM PAKAR MENGENAL SISTEM PAKAR Bidang teknik kecerdasan buatan yang paling popular saat ini adalah system pakar. Ini disebabkan penerapannya diberbagai bidang, baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Internet atau yang sering disebut sebagai dunia maya bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Internet atau yang sering disebut sebagai dunia maya bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan teknologi dan informasi sangat diperlukan bagi setiap perusahaan atau instansi. Untuk mengelola informasi dibutuhkan teknologi yang baik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di bidang kedokteran, saat ini sudah memanfaatkan teknologi komputer yaitu sistem pakar untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat. Sistem

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CENGKEH BERBASIS WEBSITE

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CENGKEH BERBASIS WEBSITE PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CENGKEH BERBASIS WEBSITE 1 Endriyono, 2 Sri Winiarti (0516127501) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PAKAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING DAN HETEROASSOCOATIVE MEMORY UNTUK MENDETEKSI TINGKAT DEPRESI SESEORANG

RANCANGAN SISTEM PAKAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING DAN HETEROASSOCOATIVE MEMORY UNTUK MENDETEKSI TINGKAT DEPRESI SESEORANG RANCANGAN SISTEM PAKAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING DAN HETEROASSOCOATIVE MEMORY UNTUK MENDETEKSI TINGKAT DEPRESI SESEORANG Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Depresi

Lebih terperinci

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS Agus Sasmito Aribowo Teknik Informatika. UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari no 2 Tambakbayan 55281

Lebih terperinci

PENYUSUNAN APLIKASI SISTEM PAKAR DAN BASIS DATA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN TUMBUH TANAMAN ANDRI SUSANTO

PENYUSUNAN APLIKASI SISTEM PAKAR DAN BASIS DATA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN TUMBUH TANAMAN ANDRI SUSANTO PENYUSUNAN APLIKASI SISTEM PAKAR DAN BASIS DATA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN TUMBUH TANAMAN ANDRI SUSANTO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat sekarang ini terutama dalam bidang teknik informasi telah menjadikan informasi merupakan kebutuhan yang sangat penting.

Lebih terperinci

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Ginjal dengan Metode Backward Chaining Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan Abstrak Sistem pakar adalah sistem berbasis

Lebih terperinci

MERANCANG SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB SKRIPSI

MERANCANG SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB SKRIPSI MERANCANG SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada Program

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAK Hampir tidak ada penyakit anak yang

Lebih terperinci

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan. Hal 1 dari 90

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan.  Hal 1 dari 90 Pengembangan Sistem Pakar Berbasis Web Mobile untuk Mengidentifikasi Penyebab Kerusakan Telepon Seluler dengan Menggunakan Metode Forward dan Backward Chaining 1 Wamiliana 2 Aristoteles 3 Depriyanto 1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun sistem informasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terletak pada kecerdasannya, dengan kecerdasannya ini manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Hepatitis Pada RSUD Tangerang Selatan

Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Hepatitis Pada RSUD Tangerang Selatan Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 452~459 Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Hepatitis Pada RSUD Tangerang Selatan 452 Indra Prana AMIK BSI Tangerang e-mail: Abstrak

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING Agus Sasmito Aribowo 1), Siti Khomsah 2) 1) Teknik Informatika. UPN Veteran Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

SISTEM CERDAS DIAGNOSA PENYAKIT AYAM

SISTEM CERDAS DIAGNOSA PENYAKIT AYAM SISTEM CERDAS DIAGNOSA PENYAKIT AYAM PRASETYO ADHY PRABOWO Program Studi Ilmu Komputer, FIK Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No. 5-11, Semarang, 50131 Abstrak : Seiring perkembangan tekhnologi,

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket

Lebih terperinci

Kata kunci : Sistem pakar, artificial intelligence, basis pengetahuan, pemilihan tools, kaidah sistem produksi.

Kata kunci : Sistem pakar, artificial intelligence, basis pengetahuan, pemilihan tools, kaidah sistem produksi. ABSTRAKSI Pembangunan sistem pakar diagnosa penyakit TB paru menggunakan aplikasi sistem pakar pemilihan printer dan monitor. Dalam pembangunan sistem pakar diagnosa penyakit TB paru dilakukan perubahan

Lebih terperinci

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan 50 III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Krisis lahan produktif yang sering terjadi saat ini merupakan salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam berbagai

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING ISSN : 2338-4018 APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING Supyani (desamboy@yahoo.co.id) Bebas Widada (bbswdd@yahoo.com) Wawan Laksito (wlaksito@yahoo.com)

Lebih terperinci

Konferensi Nasional Sistem Informasi 2013, STMIK Bumigora Mataram Pebruari 2013

Konferensi Nasional Sistem Informasi 2013, STMIK Bumigora Mataram Pebruari 2013 1 Makalah Nomor: KNSI-162 SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT INFEKSI BAKTERI DAN VIRUS Windarto 1, Bilar Deswara Rohman 2 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG Jurnal Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 65 SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG Tati Harihayati 1, Luthfi Kurnia 2 1,2 Program

Lebih terperinci