BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Johan Galtung, seorang peneliti perdamaian membagi perdamaian menjadi dua jenis, yaitu perdamaian negatif dan perdamaian positif. 1 Perdamaian negatif diartikan sebagai ketiadaan perang yang fokus pada penghentian konflik agar tidak berekskalasi lebih jauh. Dengan kata lain, perdamaian negatif diarahkan untuk menghentikan perang agar manusia yang terlibat dapat bertahan hidup. Sementara di sisi lain, perdamaian positif diartikan sebagai proses membangun budaya damai di mana manusia bebas mengakses sumber daya di sekitarnya yang dibutuhkan untuk melanjutkan hidup. Dengan kata lain, proses pencapaian perdamaian positif dimaksudkan agar setelah perang berakhir, manusia masih dapat hidup dengan layak meski telah menjalani pahitnya perang. Salah satu parameter dalam menilai usaha pencapaian perdamaian positif adalah pemenuhan human security (keamanan manusia). Keamanan manusia merupakan salah satu dari kebutuhan dasar manusia yang posisinya sejajar dengan hak asasi manusia. Keamanan manusia berkaitan langsung dengan harkat dan martabat manusia sehingga pantas dijadikan tolok ukur dalam menilai pencapaian perdamaian positif. Keamanan manusia sendiri baru mulai menjadi perhatian sejak Perang Dingin berakhir, di mana isu keamanan mulai mengalami pergeseran. Jika pada masa sebelum dan saat Perang Dingin isu keamanan (security) sangat berorientasi pada militerisme, maka setelah Perang Dingin isu yang berkembang justru jauh dari ingar-bingar perang. Aktor yang berperan juga tidak lagi melulu negara, namun bergeser kepada manusia sebagai individu. Dengan kata lain, keamanan dalam ruang lingkup Hubungan Internasional telah berkembang menjadi keamanan manusia (human security). 1 C. Webel and J. Galtung, Handbook of Peace and Conflict Studies, Routledge, Oxford,

2 Terminologi keamanan yang terus berubah dan semakin kompleks menjadi tantangan tersendiri dalam politik global dewasa ini. Kewajiban negara dan setiap entitas politik untuk memastikan adanya kelangsungan hidup secara struktural adalah inti dasar dari transformasi perubahan makna keamanan yang dulunya bersifat tradisional menuju makna yang lebih kompleks. Keamanan tradisional yang lebih dekat dengan pertarungan kekuasaan dan politik rivalitas ideologi kini semakin meluas dengan memunculkan tanggung jawab politik lain terhadap aspek keamanan dan jaminan hidup manusia. Konsepsi awal terkait Keamanan Manusia atau human security sebagai agenda jaminan setiap bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar yakni freedom from fear dan freedom from want 2 yang kemudian konsepsi ini lebih lanjut diuraikan pada Human Development Report 1994 oleh UNDP. Terminologi keamanan manusia berusaha untuk menyoroti kekhawatiran baru tentang keamanan global dan pentingnya menangani ancaman kronis bagi kehidupan manusia. Komisi Keamanan Manusia PBB mendefinisikan konsep keamanan manusia secara lebih rinci dan menggaris bawahi aplikasi praktis dalam krisis kemanusiaan dalam situasi pasca-perang, dan upaya untuk mendapatkan jaminan di bidang pendidikan dan kesehatan, serta untuk mencegah konflik kekerasan. Laporan akhir Komisi Keamanan Manusia yang diterbitkan pada tahun 2003, meletakkan dua komponen dasar keamanan manusia yang memberi arti pernyataan definisi secara keseluruhan, yakni: 3 Human security: to protect the vital core of all human lives in ways that enhance Democracy and Human Security human freedoms and human fulfilment. Human security means protecting fundamental freedoms freedoms that are the essence of life. It means protecting people from critical (severe) and pervasive (widespread) threats and situations. It means using processes that build on people s strengths and aspirations. It means creating political, social, environmental, economic, military and cultural systems that together give people the building blocks of survival, livelihood, and dignity. (United Nations, Commission on Human Security 2003: 4, emphasis added) 2 K. Annan, In Large Freedom; Decision Time at the UN, Foreign Affairs, J. Large, T.D. Sisk, United Nations, Commission on Human Security, Democracy, Conflict, and Human Security: Pursuing Peace in the 21st Century, II, Further Ready, IDEA, 2006, hal 18 2

3 Definisi diatas memberikan ruang baru terkait defenisi keamanan yang lebih luas dari fokus ancaman keamanan state-centric dan lebih mendorong untuk melihat hal-hal yang terkait kesejahteraan seluruh penduduk, kebutuhan untuk pemerataan pembangunan, hubungan antar kelompok, dan kebutuhan personal manusia dan komunitas individu dalam batas-batas suatu negara. Ide keamanan manusia menempatkan individu sebagai unit analisis untuk menjelaskan sistematika kebebasan dari rasa takut dan bebas dari yang inginkan dan dibutuhkan serta menggiring analiasa sosio-ekonomi dan kondisi politik untuk menjamin nilai-nilai keamanan manusia yang ideal. Salah satu cara memenuhi keamanan manusia demi pencapaian perdamaian positif adalah melalui proses demokratisasi. Demokratisasi dipercaya mampu menjadi pintu gerbang bagi terbukanya akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan guna bertahan hidup. Demokratisasi memberikan ruang bagi kebebasan di mana setiap keputusan harus melalui proses demokratis sehingga kesewenang-wenangan dapat terhindarkan. Tesis ini dimaksudkan untuk menganalisis sejauh mana proses demokratisasi yang berjalan mampu menjadi pilar utama dari usaha pencapaian perdamaian positif setelah perdamaian negatif dapat diraih. Tesis ini akan mengangkat proses demokratisasi di Irak pasca-invasi Amerika Serikat. Salah satu klaim motif invasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat kepada Irak adalah membebaskan rakyat Irak dari rezim otoritarian yang dijalankan oleh Saddam Hussein. Operasi penyerangan tersebut dinamai Operation Iraqi Freedom. Setelah rezim Saddam Hussein berhasil diruntuhkan, Amerika Serikat perlahan menginternalisasikan demokrasi dalam Irak. Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk mengkaji sejauh mana demokratisasi yang dilakukan Amerika Serikat di Irak berpengaruh terhadap kelanjutan hidup rakyat Irak. Tesis ini akan berusaha menilai apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah proses demokratisasi berjalan di Irak dalam pemenuhan keamanan manusia demi pencapaian perdamaian positif yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan hidup rakyat Irak. 3

4 B. RUMUSAN MASALAH Rumusan Masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana demokratisasi mempengaruhi proses pemenuhan aspek human security di Irak pasca invasi Amerika Serikat? C. KAJIAN PUSTAKA Dalam upaya menganalisis pengaruh demokratisasi dalam proses pembangunan perdamaian positif di Irak pasca invasi Amerika Serikat, penulis meninjau karya tulis Stephen Zunes 4 yang berjudul Iraq: The Failures of Democratization. 5 Zunes mengemukakan pandangannya terkait invasi Amerika Serikat ke Irak dengan skeptis. Ia meyakini bahwa demokratisasi yang dilakukan oleh pemerintahan George W. Bush telah gagal. Zunes menuduh demokratisasi yang terjadi tak lebih merupakan taktik Amerika Serikat demi memenuhi kepentingannya alih-alih demi kesejahteraan rakyat Irak. Lebih jauh, Zunes mendeskripsikan proses demokratisasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Irak. Keraguan terhadap niat Amerika Serikat dalam membuat Irak menjadi demokratis menyeruak ketika Bush tidak serta-merta mengadakan pemilihan umum setelah Saddam Hussein disingkirkan. Ia justru membentuk Iraqi Governing Body yang bertugas menjalankan pemerintahan sehari-hari di Irak. Badan ini berisikan orang-orang Irak yang anti-saddam Hussein sekaligus pro-amerika Serikat. Alasan Amerika Serikat untuk tidak segera mengadakan pemilihan umum adalah sulitnya mendata seluruh rakyat Irak yang memiliki hak pilih serta faktor keamanan yang belum memadai sehingga dirasa terlalu riskan bagi rakyat Irak untuk memberikan suaranya. Fakta ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat masih mencoba menanamkan pengaruhnya dalam pemerintahan Irak. Keberadaan Iraqi Governing Body yang pada dasarnya merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan Amerika Serikat mendapatkan tentangan 4 Stephen Zunes adalah Guru Besar Politik Pusat Studi Timur Tengah Universitas San Francisco 5 S. Zunes, Iraq: The Failures of Democratization, Foreign Policy Focus < diakses pada 18 Maret

5 keras dari rakyat Irak. Pada momen ini, Bush masih bergeming dan belum mau mengadakan pemilihan terbuka. Bush justru semakin menancapkan kepentingannya dengan membentuk sistem kaukus yang mengizinkan Amerika Serikat untuk memilih pejabat pemerintahan yang baru dan menyusun konstitusi. Setelah didesak oleh rakyat Irak yang langsung melakukan protes dengan turun ke jalan, barulah Bush mengalah dan memajukan proses pemilihan umum. Dalam tulisan ini, Zunes berpandangan sangat skeptis terhadap kepentingan Amerika Serikat di Irak. Pada dasarnya, ia tidak menentang demokratisasi Irak. Hanya saja, di mata Zunes demokratisasi yang dimaksudkan oleh Amerika Serikat telah melanggar berbagai ketentuan dari demokratisasi itu sendiri. Bahkan dalam skala ekstrem, apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat tidak bisa dikategorikan sebagai upaya demokratisasi sama sekali! Keengganan Amerika Serikat dalam mewujudkan apa yang mereka sebut sebagai demokratisasi menjadi ironis sehingga patut dipertanyakan motif sebenarnya di balik penyerangan Amerika Serikat ke Irak. Dalam kaitannya dengan pengaruh demokratisasi terhadap pembangunan perdamaian positif, Zunes belum membahasnya terlalu dalam. Ia lebih menyoroti kasus pelanggaran HAM yang terjadi selama dan sesudah invasi. Sebagai contoh, ia membeberkan angka-angka kejahatan seperti penculikan, pemerkosaan, perampokan bersenjata yang terus meningkat. Zunes beranggapan trend peningkatan tersebut sebagai konsekuensi logis dari ketidakstabilan pemerintahan intern Irak. Pemerintahan yang ditunjuk secara sewenang-wenang dan tanpa legitimasi hanya akan membawa negara ke arah ketidakpastian politik yang berujung pada hilangnya kepercayaan. Oknum-oknum tertentu bebas bertindak apapun yang merugikan tanpa perlu khawatir pada sanksi karena tidak ada otoritas tertinggi yang dapat memastikan penegakan hukum. Setelah menelaah karya tulis Zunes, penulis mulai memahami seperti apa sebenarnya proses demokratisasi yang berjalan di Irak. Lebih jauh, penulis mendapatkan gambaran mengenai perbandingan kondisi pada sebelum dan sesudah demokrasi berjalan di Irak. Hanya saja, kurangnya data mengenai parameter perdamaian positif berupa akses terhadap sumber daya yang 5

6 memungkinkan keberlangsungan hidup menginspirasi penulis untuk lebih fokus pada perbandingan kondisi pra dan pasca demokratisasi. Penulis juga berencana untuk memperdalam demokratisasi di Irak itu sendiri dengan mengadakan kontak dengan pihak ketiga di luar Amerika Serikat dan Irak yang kapabel dan obyektif dalam menilai proses demokratisasi. Diharapkan informasi tersebut dapat membantu penulis dalam memastikan apakah demokratisasi benar-benar berpengaruh besar terhadap pembangunan perdamaian positif, atau justru malah tidak berpengaruh sama sekali. Karya selanjutnya yang penulis kaji adalah tulisan Anna K. Jarstad dan Timothy D. Sisk yang berjudul From War to Democracy: Dilemmas of Peacebuilding 6. Pada tulisan ini, Jarstad membahas mengenai dilema yang dihadapi oleh negara yang mengalami transisi dari perang menuju demokrasi. Ia mempertanyakan bagaimana cara bagi negara yang mengalami perpecahan akibat perang untuk bertransformasi menuju perdamaian dan demokrasi ketika perkembangan politik justru memperburuk konflik sosial. Jarstad lebih jauh menjelaskan korelasi kompleks antara demokratisasi yang bersifat kompetitif dengan proses bina damai yang fokus pada rekonsiliasi. Tulisan ini juga memaparkan enam tema yaitu peacekeeping, manajemen kekerasan, power sharing, transformasi partai politik, pemilihan umum, masyarakat sipil dan reaksi dunia internasional terhadap krisis demokrasi dalam menjelaskan dilema yang muncul dalam meraih perdamaian pasca proses demokratisasi. Tulisan Jarstad pada dasarnya ingin mengatakan bahwa tidak selamanya dua hal baik dapat berjalan dengan beriringan. Demokrasi dan perdamaian jelas merupakan tujuan mulia, namun usaha untuk memajukan perdamaian dan stabilitas tidak selalu berarti memajukan demokrasi, begitu pula sebaliknya. Karya analitis ini bisa dikatakan cukup berhasil menunjukkan bagaimana masyarakat yang tercerai-berai akibat perang dapat bersatu kembali menuju demokrasi dan perdamaian. Tulisan ini sangat berguna bagi penulis dalam mendapatkan referensi 6 Jarstad, Anna K. dan Sisk, Timothy D. Ed., From War to Democracy: Dilemmas of Peacebuilding, 2008: Cambridge University Press 6

7 mengenai bagaimana seharusnya demokrasi dan perdamaian dimaknai sehingga keduanya dapat berjalan dengan beriringan. Karya terakhir yang penulis kaji ialah tulisan Alex Jeffrey yang berjudul The Politics of 'Democratization': Lessons from Bosnia and Iraq. Jeffrey menyebutkan bahwa kedaulatan negara sebagai langkah menerapkan demokrasi telah menjadi kesepakatan bersama yang tidak resmi di antara negara-negara hegemon. Diskursus demokrasi diinternalisasikan melalui intervensi berupa statebuilding yang meliputi penerapan ekonomi liberal. Jeffrey membandingkan Bosnia-Herzegovina dan Irak dengan menggunakan dua level of analysis. Pada level kebijakan, konteks intervensi geopolitik di Bosnia dan Irak digunakan mengilustrasikan kompetensi negara dalam menjalankan demokrasi. Pada level agen, Jeffrey meneliti proses rekonstruksi demokrasi dalam penyelesaian konflik. Pada kasus Bosnia dan Irak, masyarakat internasional mengembangkan dan memberdayakan masyarakat sipil melalui proses demokrasi itu sendiri. Dengan kata lain, tulisan Jeffrey menitikberatkan pada bagaimana masyarakat sipil dikembangkan dengan menggunakan instrumen tertentu yang dijalankan dan diawasi oleh masyarakat internasional. D. LANDASAN KONSEPTUAL Dalam mengkaji pengaruh demokratisasi terhadap pemenuhan keamanan manusia di Irak, penulis menggunakan beberapa konsep yang dianggap relevan. Penulis menggunakan konsep antara lain Keamanan Manusia, representative democratic practice, serta Pelembagaan Demokrasi sebagai pisau analisis terkait pengaruh demokratisasi terhadap pemenuhan keamanan manusia di Irak. 1. Keamanan Manusia Keamanan Manusia memiliki beragam definisi, salah satu definisi yang paling komprehensif dirumuskan oleh UNDP (United Nations Development Program) sebagai salah satu badan PBB yang memiliki perhatian terhadap masalah pembangunan. UNDP menegaskan bahwa Keamanan Manusia haruslah bersifat universal, mengandung komponen yang saling terkait, lebih mudah 7

8 dicapai melalui intervensi sedari awal serta berpusat pada manusia. 7 Dengan kata lain, Keamanan Manusia bukan semata-mata berada di bawah todongan senjata, namun lebih fokus pada kehidupan dan martabat manusia itu sendiri. Poin-poin UNDP melahirkan konsep Responsibility to Protect, di mana negara memiliki rasa keterpanggilan untuk ikut terlibat dalam usaha pemenuhan kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Dengan kata lain, Keamanan Manusia selayaknya berpusat pada manusia itu sendiri, mengenai bagaimana ia hidup, seperti apa kebebasan yang didapat dalam menentukan pilihan, berapa banyak akses yang diperoleh dalam peluang pasar dan apakah mereka hidup dalam konflik atau damai. 8 Pada akhir masa perang dingin yang ditandai secara simbolis dengan runtuhnya tembok Berlin, kajian-kajian tentang perang dan perlombaan senjata bukan lagi menjadi fokus utama dalam kajian keamanan internasional, meski bukan berarti kajian mengenai apa yang kemudian disebut sebagai traditional security tersebut sama sekali ditinggalkan. Bertambahnya berbagai aktor dalam Hubungan Internasional pasca perang dingin, secara langsung turut berpengaruh terhadap kajian keamanan internasional. Kajian keamanan internasional saat ini tidak lagi hanya berfokus pada aspek-aspek traditional security seperti perang maupun perlombaan senjata antar negara, akan tetapi telah berkembang mencakup isu-isu keamanan baru seperti Keamanan Manusia. Keamanan Manusia selayaknya berpusat pada manusia itu sendiri, mengenai bagaimana ia hidup, seperti apa kebebasan yang di dapat dalam menentukan pilihan, berapa banyak akses yang diperoleh dalam peluang pasar dan apakah mereka hidup dalam konflik atau damai. 9 Berdasarkan asumsi mengenai Keamanan Manusia tersebut, UNDP merumuskan beberapa dimensi dalam Keamanan Manusia. Beberapa dimensi tersebut antara lain: 10 7 Human Development Report, Chapter 2; New Dimensions of Human Security, 1994, < diakses pada 17 Maret Ibid. hal 24 9 Ibid. hal Ibid. hal 24 8

9 Keamanan Ekonomi; terkait kemampuan pemenuhan sumber pendapatan Keamanan Pangan; terkait akses terhadap sumber pangan baik secara fisik maupun ekonomi Keamanan Kesehatan; terkait bebas dari ancaman penyakit dan pemenuhan hak kesehatan Keamanan Lingkungan; terkait akses terhadap air bersih, udara bersih, serta lingkungan yang layak ditinggali Keamanan Individual; terkait rasa aman dari ancaman kekerasan atau ancaman fisik Keamanan Sosial; terkait pemenuhan rasa aman bagi identitas budaya Keamanan Politik; terkait perlindungan terhadap kebebasan hak asasi manusia Dalam menjelaskan mengenai keamanan manusia di Irak, penulis menggunakan pendekatan terbaru tentang aspek dan dimensi Keamanan Manusia. Pendekatan ini menyederhanakan ketujuh dimensi menjadi tiga dimensi yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi lingkungan. Ketiga dimensi diukur melalui Human Security Index yang menyempurnakan Human Development Index yang dikembangkan oleh UNDP. 11 Penyederhanaan dimensi dimaksudkan agar penelitian mengenai Keamanan Manusia dapat dilakukan dengan tanpa terpaku pada ketujuh dimensi yang begitu luas. David A. Hastings meyakini bahwa mengkombinasikan indikator dan data Keamanan Manusia yang bersifat multidimensional dengan aspek yang sesuai akan membantu peneliti dalam mengamati sejauh mana usaha-usaha pemenuhan Keamanan Manusia berjalan. Konsep Keamanan Manusia menjadi bagian paling esensial dalam penelitian ini. Keamanan Manusia dijadikan landasan dalam menilai sejauh mana kebutuhan dasar rakyat yang menjadi tanggungjawab negara dapat terpenuhi. Kebutuhan dasar untuk hidup juga merupakan perwujudan dari perdamaian positif sebagaimana disebutkan oleh Johan Galtung. Parameter yang terkandung dalam 11 Hastings, David A., 2009B. From Human Development to Human Security: A Prototype Human Security Index. United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific Working Paper WP/09/

10 setiap dimensi menjadi dasar bagi penilaian terhadap kesejahteraan rakyat Irak baik pada masa pemerintahan Saddam Hussein maupun setelah demokratisasi berjalan. Dari penilaian terhadap parameter, diharapkan dapat terlihat sejauh mana usaha pemenuhan keamanan manusia bagi rakyat Irak berjalan. 2. REPRESENTATIVE DEMOCRATIC PRACTICE Dalam menjelaskan proses demokrasi yang berjalan di Irak, penulis menggunakan konsep demokrasi yang dikutip dari IDEA yaitu konsep Democratic Practice (Praktik Demokrasi). Konsep ini merujuk pada persetujuan secara institusi baik formal maupun informal dengan mendengarkan keinginan masyarakat dalam proses penentuan kebijakan. 12 Proses ini mengandung kaidahkaidah penting antara lain bersifat inklusif, dibangun berdasarkan konsensus serta akuntabel demi usaha membangun dan menjaga perdamaian. Demokrasi didefinisikan dari cara bagaimana ia diaplikasikan. Praktik demokrasi melibatkan proses formal institusional dan institusi informal. Praktik demokrasi juga mementingkan proses pelaksanaan yang terstruktur seperti pemilu. Proses lain yang membawa perubahan seperti perubahan di mana pasukan pemberontak berubah menjadi partai politik, atau proses bagaimana konstitusi dibuat. Praktik Demokrasi memiliki beberapa aspek dalam pelaksanaannya. Partisipasi berarti setiap orang berhak memiliki suara dalam pengambilan keputusan baik melalui proses pemilihan atau melalui masyarakat madani dan kelompok kepentingan seperti serikat pekerja, dan secara langsung melalui partisipasi dan inisiatif masyarakat. Supremasi hukum berarti penyusunan dan pelaksanaan kerangka hukum yang adil dan tidak memihak. Transparansi berarti keterbukaan akses informasi, khususnya pada layanan bagi kebutuhan masyarakat dan dalam proses pengambilan keputusan. Akuntabilitas pemerintah juga harus diawasi karena mereka berada dalam posisi memiliki kekuasaan yang memungkinkan untuk memenuhi kepentingan sosial dari masyarakat yang mereka 12 J. Large, dan T.D., Sisk, Democracy, Conflict, and Human Security: Pursuing Peace in the 21st Century, hal 5 10

11 mewakili. Responsif berarti pemerintah harus responsif terhadap keprihatinan dari seluruh lapisan masyarakat dan berjuang untuk konsensus bila memungkinkan. Pemerataan berarti setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan atau kesejahteraan mereka. Konsep Praktik Demokrasi Representatif juga membahas penyusunan pembagian kekuasaan secara institusional, proses menciptakan dan memperkuat nilai demokrasi serta memajukan hal-hal positif terkait human development dan human security. Hal-hal tersebut menjadi penting karena demokrasi harus mampu mengakomodir nilai-nilai HAM dan partisipasi dalam pemenuhan aspek keamanan manusia. Sementara itu, demokrasi representatif menekankan pada pemilihan wakil bagi masyarakat untuk duduk di parlemen. 13 Tipe demokrasi ini mengamanatkan adanya perwakilan masyarakat yang memperjuangkan kepentingan kelompok masing-masing sehingga setiap elemen masyarakat dapat terwakili dalam proses penentuan kebijakan. Praktik demokrasi representatif memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh pihak untuk menempatkan kepentingan masing-masing dan berusaha memperjuangkannya. Terdapat beberapa parameter dalam menilai sejauh mana demokratisasi berjalan dan korelasinya dengan keamanan manusia. Dalam kasus Irak, kelompok masyarakat yang ada tidak memiliki saluran dan kesempatan yang sama dalam menyampaikan aspirasi terkait kebutuhan hidupnya. Dengan pemberlakuan praktik demokrasi representatif, perlahan-lahan kebijakan yang diambil oleh pemerintah mulai akomodatif dan suportif terhadap tuntutan kebutuhan yang ada. 3. PELEMBAGAAN SISTEM DEMOKRASI Dalam menjelaskan proses demokratisasi, penulis menggunakan konsep pendekatan Pelembagaan Sistem Demokrasi yang dikemukakan oleh Roland Paris dalam bukunya At War s End. 14 Paris setuju bahwasanya demokrasi dan sistem 13 "Victorian Electronic Democracy, Final Report ". 28 July R. Paris, At War s End, Cambridge University Press,

12 pasar memang dibutuhkan dalam mencapai perdamaian seperti disampaikan oleh Woodrow Wilson. Bagi Paris, lebih baik pengenalan demokrasi dan sistem pasar kepada masyarakat ditunda sampai dipastikan institusi lokal yang mampu menanggulangi efek dari liberalisasi didirikan. Paris juga menasehatkan agar institusi yang telah didirikan hendaknya memperlakukan proses perdamaian sebagai proses yang deliberatif alih-alih membiarkan masyarakat langsung bersaing secara tidak sehat baik secara politik maupun ekonomi. Pendekatan Pelembagaan Sistem Demokrasi dimaksudkan agar negara pasca konflik yang rentan terhadap efek samping dari liberalisasi yang terburu-buru mampu mempersiapkan diri lebih awal sehingga demokratisasi yang diinginkan lebih dapat diterima masyarakat serta agar perdamaian yang tercapai lebih terjaga. Prinsip kunci dari Pelembagaan Sistem Demokrasi adalah penguatan kapasitas negara yang bergantung pada langkah-langkah untuk memberdayakan masyarakat sipil dan memberikan kapasitas pada mereka untuk berpartisipasi langsung dalam pemerintahan. Semakin kuat kemampuan suatu masyarakat untuk turut berkontribusi terhadap tata kelola dan proses politik yang inklusif dan demokratis, akan semakin kuat pula kemampuan negara dalam melaksanakan tujuan dari kebijakan terhadap Keamanan Manusia. Pelembagaan Sistem Demokrasi menjadi penghubung antara demokratisasi dan demokrasi di Irak. Setelah demokratisasi dimulai dengan ditandai pembentukan pemerintahan sementara, perlahan-lahan Irak mulai menjalankan praktik demokrasi yang sebenarnya. Pemerintahan sementara mempersiapkan hal-hal yang diperlukan bagi pelaksanaan sistem demokrasi melalui pemilihan umum. Oleh karena itu, pemilihan umum yang berjalan diikuti oleh seluruh rakyat Irak dan berlangsung secara terbuka sebagai hasil dari pelembagaan sistem demokrasi yang berjalan sebelumnya. E. ARGUMEN PENELITIAN Dalam rangka menjadikan manusia sebagai target utama dari keamanan, diperlukan suatu sistem yang akomodatif terhadap pemenuhan hak-hak terkait keamanan manusia itu sendiri. Sistem demokratis memberikan nuansa baru yang 12

13 akomodatif dalam usaha pemenuhan keamanan manusia melalui demokratisasi yang harus dilalui terlebih dahulu. Negara seperti Irak yang tidak terbiasa dengan sistem demokrasi cenderung kurang mampu memenuhi keamanan manusia. Hal ini disebabkan oleh rezim yang tidak menjadikan manusia sebagai objek utama dari pembangunan. Terbukti dari kebijakan-kebijakan Irak pada masa Saddam Hussein yang lebih diarahkan pada penguatan kapasitas negara dalam menghadapi ancaman dari luar. Setelah Amerika Serikat melakukan invasi yang berujung pada demokratisasi, pembangunan Irak mulai diarahkan pada pemenuhan rasa aman bagi rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demokratisasi memberikan ruang dan kesempatan bagi rakyat untuk menentukan sendiri nasibnya. Melalui proses yang demokratis, rakyat Irak dilibatkan secara langsung untuk menyampaikan aspirasi terkait kebutuhan hidup mereka. Proses demokratisasi selanjutnya memberikan akses dan kesempatan yang sama bagi rakyat Irak dari golongan manapun ia berasal untuk memastikan ia mendapatkan peluang untuk melanjutkan hidup. Selanjutnya, demokrasi sebagai hasil dari proses demokratisasi tidak dapat serta-merta dipraktekkan begitu saja. Perlu adanya penanaman nilai agar masyarakat dan infrastruktur sama-sama siap menjalankan demokrasi. Demokrasi yang representatif dapat tercapai jika masyarakat menyadari pentingnya memiliki wakil dalam menyampaikan pendapat mereka. Seiring dengan nilai demokrasi yang semakin terinternalisasi dalam masyarakat, diharapkan kepentingan akan pemenuhan aspek keamanan manusia lebih mudah tercapai. F. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama memberikan pandangan baru atas pengaruh demokrasi terhadap pemenuhan aspek keamanan manusia di negara-negara yang mengalami situasi pasca konflik. Penelitian ini juga bermanfaat untuk melihat apakah klaim yang menyatakan bahwa keamanan manusia membutuhkan payung demokrasi dalam pelaksanaannya adalah benar adanya. 13

14 G. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis bagaimana proses demokratisasi yang berjalan di Irak mempengaruhi pemenuhan aspek keamanan manusia. Dengan menggunakan beberapa pendekatan, diharapkan outcome dari penelitian adalah memberikan pandangan atas kemungkinan yang paling relevan terkait korelasi antara demokrasi dan keamanan manusia di Irak. Tingkat relevansi demokrasi terhadap pemenuhan keamanan manusia akan menjadi hasil utama yang diharapkan dari penelitian ini. H. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif. Langkah yang diambil adalah konseptualisasi terhadap konsep-konsep yang digunakan dan generalisasi. Pengumpulan data akan dilakukan secara purposive dengan tujuan memperkuat argumen dalam penelitian ini. Sumber data penelitian didasarkan sumber-sumber literatur sekunder, seperti buku, jurnal, dan artikel baik cetak maupun elektronik. I. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka. Peneliti akan mengumpulkan data mengenai langkah-langkah demokratisasi di Irak dan mengumpulkan data mengenai tingkat pemenuhan aspek keamanan manusia sebelum dan sesudah demokrasi berjalan melalui buku, jurnal, majalah, sumber elektronik, dan hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dan dapat membantu penulis dalam memaparkan argumen. Peneliti juga akan berkorespondensi dengan beberapa pihak terkait antara lain pemerintah Irak, perwakilan Amerika Serikat di Irak serta NGO yang berkecimpung dalam kehidupan masyarakat Irak. 14

15 J. SISTEMATIKA PENULISAN Tesis akan dibagi menjadi beberapa bagian penulisan. Pembagian susunan penulisan terdiri dari 5 bab beserta kesimpulan dan daftar referensi. Bab I, PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Landasan Konseptual, Argumen Penelitian, Manfaat Penelitian, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, serta Sistematika Penulisan dalam tesis ini. Bab II, DEMOKRATISASI IRAK, akan membahas proses demokratisasi di Irak yang berlangsung pasca invasi Amerika Serikat ke Irak. Proses demokratisasi mencakup inisiasi sistem demokrasi termasuk proses pemilu dan penentuan parlemen. Pembahasan mengenai inisiasi demokrasi akan menjadi pijakan untuk menjelaskan pemenuhan keamanan manusia pada bab selanjutnya. Bab III, KEAMANAN MANUSIA di IRAK, akan menggambarkan pemenuhan aspek keamanan manusia yang terjadi di Irak pra dan pasca demokratisasi di Irak. Bab ini akan menunjukkan seberapa besar perbedaan pemenuhan keamanan manusia pada saat Irak masih di bawah kekuasaan Saddam Hussein dan Irak setelah demokratisasi. Bab IV, DEMOKRATISASI dan KEAMANAN MANUSIA di IRAK, akan menganalisis pengaruh demokratisasi terkait pemenuhan aspek keamanan manusia di Irak. Jika bab sebelumnya lebih berorientasi pada data, maka bab ini akan berorientasi pada analisis menggunakan konsep-konsep yang dijadikan landasan penelitian. Konsep-konsep yang ada akan digunakan untuk melihat sejauh mana relevansi dan pengaruh demokratisasi terhadap pemenuhan keamanan manusia di Irak. Bab V, KESIMPULAN, akan menyimpulkan analisis dan data yang telah disajikan pada bab-bab sebelumnya. 15

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Oleh Asep Mulyana Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus DUHAM. Pada 1946, majelis umum Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca serangan kelompok teroris Al Qaeda di pusat perdagangan dunia yaitu gedung WTC (World Trade Centre) pada 11 September 2001 lalu, George Walker Bush sebagai Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kontemporer, pendekatan yang diambil Jepang dalam melakukan politik luar negeri dengan Myanmar kerap disebut sebagai critical engagement policy. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan

Lebih terperinci

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI TRAINING PENGARUSUTAMAAN PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA BAGI HAKIM SELURUH INDONESIA Santika Premiere Jogja, 18 21 November 2013 MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007 GOOD GOVERNANCE Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007 Latar Belakang Pada tahun 1990an, dampak negatif dari penekanan yang tidak pada tempatnya terhadap efesiensi dan ekonomi dalam

Lebih terperinci

UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME

UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME Disusun oleh: EKA RIBUT SAPUTRA NIM : 151040024 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer. BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Militer Indonesia merupakan kasus yang menarik bagi studi mengenai Militer dan Politik. Selain keterlibatan dalam sejarah kemerdekaan, selama tiga dekade militer Indonesia

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang telah mengalami beberapa masa kepemimpinan yang memiliki perbedaan karakteristik perlakuan hak politik setiap warga negara

Lebih terperinci

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN 2011-2015 5.1. Visi Paradigma pembangunan moderen yang dipandang paling efektif dan dikembangkan di banyak kawasan untuk merebut peluang dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH -1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH I. UMUM Salah satu kewenangan Pemerintah Aceh yang diamanatkan dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 09 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak Asasi Manusia : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

MATA KULIAH S-2 SOSIOLOGI UGM. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Teori Kritik Sosial dan Postmodernisme. Seminar Proposal Penelitian

MATA KULIAH S-2 SOSIOLOGI UGM. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Teori Kritik Sosial dan Postmodernisme. Seminar Proposal Penelitian 1. Teori sosiologi 1 (klasik modern) 2. Teori sosiologi 2 ( Kritik, Postmo Strukturalis) Teori Sosiologi Klasik Modern Teori Kritik Sosial Postmodernisme Langsung merujuk pada materi mata kuliah ini yakni

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe. BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA I. UMUM Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI Makna dan Hakikat Demokrasi Macam-macam pengertian demokrasi: 1. Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari Yunani yaitu demos yang berarti rakyat

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dingin yang diiringi menyebarnya demokratisasi juga berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara di dunia.

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang

BAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara yang dipandang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern dewasa ini adalah sistem demokrasi. Sebagai wujud dari prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multilateral yang mempunyai peran dalam mendukung negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. multilateral yang mempunyai peran dalam mendukung negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah United Nations Development Programme (UNDP) merupakan organisasi multilateral yang mempunyai peran dalam mendukung negara-negara berkembang mengembangkan kapasitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional.

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek: a. Origin

Lebih terperinci

DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI

DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI 3 DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI Demokrasi adalah gagasan yang berkembang dalam dunia politik dianut sebagai sitem politik di sebagian besar negara di dunia. Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan

Lebih terperinci

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan melemahkannya. Birokrasi, misalnya dapat menjadi sarana

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi. 1 Demokrasi sebagai dasar hidup

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi. 1 Demokrasi sebagai dasar hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara demokrasi. 1 Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa rakyat turut membantu memberikan kontribusi dalam menilai kebijakan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Kasus perburuan Osama merupakan contoh kesekian kalinya yang menunjukkan bahwa hukum internasional merupakan aturan yang sangat multiinterpretasi. Kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Transisi Indonesia menjadi negara demokratis pada 1998 merupakan sebuah perubahan besar. Krisis ekonomi yang melatar belakangi terjadinya transisi pemerintahan

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti perkembangan demokrasi di Indonesia. Dengan hadirnya Partai Politik Lokal merupakan tambahan sarana

Lebih terperinci