ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER"

Transkripsi

1 1 ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER Maria Ulfah Febriani Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the financial distress based on the analysis result by using Z-score at Pulp and Paper company which is listed in Indonesia Stock Exchange. The research type is using qualitative descriptive research. The population in this research is pulp and Paper Company which is listed in Indonesia Stock Exchange for 2 years period which are in the year of 2011 until 2012, the sample selection is using purposive sampling and the numbers of samples in this research are 7 pulp and paper companies. The data analysis technique is using qualitative descriptive method which are collecting, processing, and interpreting the data obtained theoretically. Based on the research result and the discussion by using Altman Z Score method at the pulp and paper company can be found that the financial condition of each company can be explained as follows: The company which has not indicated value of Z > 2.99 are: PT PKTK Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is and PT AN Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is 3.713, there are five, it can be said that those two pulp and paper companies are in good condition; (2) The companies which have value of Z are PT FSW with the prediction value of Z in the year of 2013 is 1.170, is followed by PT S Tbk with the prediction value of Z in the year 2013 is and PT IKPP with the prediction value of Z in the year of 2013 is as a result that all three companies can be categorized in the warning category; (3) The companies which have value of Z < 1.20 are PT TPL Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is and PT SAIP Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is , both companies can be included financial distress. Keywords: financial report, z-score and financial distress. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial distress berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Z-Score pada perusahaan Pulp and Paper yang listing di Bursa Efek Indonesia.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pulp and paper yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2012, dengan pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan pulp and paper. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan, mengolah dan menginterprestasikan data yang diperoleh dengan teoritis.berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan metode Altman Z Score pada perusahaan pulp and paper dapat diketahui kondisi keuangan masing-masing perusahaan dengan penjelasan sebagai berikut: (1) Perusahaan yang memiliki nilai Z > 2,99 antara lain: PT PKTK Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 8,359 dan PT AN Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 3,713, sehingga dua perusahaan pulp and paper tersebut dapat dikatakan sehat; (2) Perusahaan yang memiliki nilai Z 1,20-2,99 diantaranya PT FSW dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 1,170, diikuti PT S Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,073 dan PT IKPP dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,044 sehingga ketiga perusahaan masuk kategori waspada.; (3) Perusahaan yang memiliki nilai Z < 1,20 diantaranya adalah PT TPL Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -5,716 dan PT SAIP Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -1,775, kedua perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang tidak sehat (financial distress). Kata kunci: laporan keuangan, Z-score dan financial distress

2 2 PENDAHULUAN Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di Indonesia sedang gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat antara pasar dalam negri dan luar negri dalam memperebutkan pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk tanggap terhadap peluang maupun permasalahan yang timbul pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Persaingan yang semakin ketat ini perusahaan dituntut untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan daya saing. Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus di waspadai oleh perusahaan. Apabila suatu perusahaan telah bangkrut berarti perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha, oleh karena itu perusahaan sedini mungkin untuk melakukan berbagai analisis terutama analisis tentang kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikanperbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk (Hanafi dan Halim, 2007:263). Saat ini perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Pasar akan merespon positif melalui peningkatan harga saham perusahaan jika kondisi keuangan dan kinerja perusahaan bagus. Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Investor dan kreditor sebagai pihak yang berada diluar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam perusahaan untuk mengamankan investasi yang telah dilakukan. Ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut investor harus bisa mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan adalah sinyal dari dalam perusahaan yang berupa indikator kesulitan keuangan (Darsono dan Ashari, 2010:101). Berbagai analisis dikembangkan untuk memprediksi awal kebangkrutan perusahaan. Analisis yang banyak digunakan adalah analisis diskriminan Altman dimana analisis ini mengacu rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio itu di banding rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2012: 64), sedangkan yang digunakan dalam analisis ini yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Setiap perusahaan dapat terancam mengalami kesulitan keuangan tidak terkecuali pada perusahaan yang memproduksi beberapa kebutuhan masyarakat. Terjadinya likuidasi atau kesulitan keuangan pada sejumlah perusahaan tentu saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Resiko kesulitan keuangan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan,

3 3 dengan cara melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan tidak hanya digunakan untuk menunjukkan keberhasilan manajemen mengelola perusahaan jangka pendek dengan menekankan pada satu aspek saja yaitu keuangan. Untuk mengatasi kelemahan ini maka dapat dipergunakan alat analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Analisis ini dikenal dengan nama analisis Z-Score. Model Altman (Z-Score) merupakan salah satu model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Model Z-Score merupakan skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah: Bagaimana menganalisis financial distress dengan Z-score pada perusahaan pulp and paper yang listing di Bursa Efek Indonesia?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial distress berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Z-Score pada perusahaan Pulp and Paper yang listing di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang digunakan pada pihak-pihak yang berkepentingan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Menurut Munawir (2012:2) laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan Baridwan (2008:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan Laporan keuangan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan kebijakan perusahaan dan harus diterapkan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pernyataan tersebut didukung pendapat oleh Harahap (2011:133), menggambarkan tujuan laporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Tujuan umum untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima; (2) Tujuan khusus untuk memberi informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban, serta informasi yang relevan. Menurut pernyataan PSAK No. 1 yang menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009:9). Hanafi dan Halim (2007:31) tujuan umum pelaporan keuangan adalah member informasi yang bermanfaat bagi investor,

4 4 kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang rasional. Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009:13) terdiri dari: (1) Neraca (Balance Sheet); (2) Laporan laba rugi (Income statement); (3) Laporan arus kas (Cash flow statement); (4) Laporan perubahan ekuitas (Statement of charge in equity); (5) Catatan atas laporan Keuangan (Notes to financial statement) Analisis Laporan Keuangan Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2011:190): Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Alat analitis yang digunakan biasanya adalah analisis laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2010:62). Hasil dari analisis laporan keuangan pada akhirnya akan bisa menghilangkan situasi duga menduga, ketidakpastian, pertimbangan pribadi, dan lain sebagainya. Sehingga akan memperkuat keyakinan kita pada informasi yang ada sehingga keputusan yang diambil akan lebih tepat. Menurut Bernstein (dalam Prastowo, 2006:52) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Sedangkan menurut Bactiar dan Nurwahyu (2008:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Harahap (2008:190) analisis laporan keuangan berarti, mengurangi pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kualitatif maupun data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Menurut Munawir (2012:289) secara garis besar penyebab kesulitan keuangan biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum. Faktor internal yang bisa menyebabkan kesulitan keuangan (financial distress): (1) Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya; (2) Pemborosan

5 5 dalam alokasi biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen; (3) Modal yang dimiliki dengan jumlah utang-piutang yang dimiliki. Utang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa mengakibatkan kerugian; (4) Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aset yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan pemegang saham atau investor. Menurut Darsono dan Ashari (2010: ) faktor eksternal adalah perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitur dalam jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aset yang menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Alat-alat dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Banyak alat dan teknik yang digunakan oleh analis laporan keuangan untuk mengubah data keuangan menjadi format yang memudahkan evaluasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya dari waktu ke waktu dan perbandingan dengan kompetitor dalam industri. Teknik analis yang digunakan adalah analisis rasio dan analisis persentase yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji, dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Menurut Harahap (2011:20) teknik analisis laporan keuangan dapat digunakan dengan berbagai metode antara lain: 1) Metode Komparatif; 2) Laporan keuangan bentuk Commond Size; 3) Metode Index Time Series; 4) Analisis rasio; 5) Teknik analisis lain seperti: (a) Analisis sumber dan penggunaan dana, (b) Analisis Break Even, (c) Analisis gross profit; (d) Dupont analysis; dan 6) Model Analisis seperti: (a) Z-score pediction model, b) Net cash flow prediction model, (c) Take over prediction model. Financial Distress Financial distress merupakan suatu situasi dimana aliran kas operasi sebuah perusahaan tidak cukup memuaskan kewajiban-kewajiban yang sekarang (seperti perdagangan kredit atau pengeluaran bunga) dan perusahaan dipaksa untuk melakukan tindakan korektif (Sjahrial, 2007:453) Financial distress mungkin membawa suatu perusahaan untuk menggagalkan suatu kontrak dan itu mungkin melibatkan restrukturisasi diantara perusahaan, para krediturnya, dan para investor ekuitasnya. Definisi financial distress dapat diperluas dengan kaitannya dengan kebangkrutan. Kebangkrutan yang didefinisikan dalam balck s law dirictionary sebagai berikut: ketidak mampuan untuk membayar utang seseorang:suatu kondisi yang demikian dari aktiva dan kewajiban seorang perempuan atau laki-laki dimana yang terdahulu yang telah membuat dengan segera tersedia tidak cukup untuk membuang nya lebih lanjut (Sjahrial, 2007:453). Istilah kesulitan keuangan (financial distress) digunakan untuk mencerminkan adanya permasalahan dengan likuiditas yang tidak dapat dijawab atau diatasi tanpa harus melakukan perubahan skala operasi atau restrukturisasi perusahaan. Pengelolaan kesulitan

6 6 keuangan jangka pendek (tidak mampu membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh temponya) yang tidak tepat maka akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu menjadi tidak solvable (jumlah utang lebih besar dari pada jumlah aktiva) dan akhirnya mengalami kebangkrutan (Munawir, 2012:291). Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapatdilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan. Kebangkrutan dan Kegagalan Kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Alimiansyah dan Padji (dalam Iflaha, 2008:33) bahwa kebangkrutan dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya usaha yang sangat kritis (genting) dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut. Kebangkrutan usaha telah diartikan dengan berbagai cara untuk memperoleh yang jelas tentang masalah keuangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Namun kata-kata yang sering dijumpai dalam literatur berkaitan dengan kebangkrutan adalah failure, insolvency. Meskipun kata-kata tersebut terkadang disamakan tetapi sebenarnya mempunyai perbedaan. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti (Martin et al. dalam Indah, 2005) adalah: (1) Kegagalan dalam arti ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biaya sendiri, ini berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan; (2). Kegagalan keuangan (financial failure) Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: (a) Insolvensi teknis (tehnical insolvency); (b) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Menurut Munawir (2012:289) secara garis besar penyebab kesulitan keuangan biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum. Faktor internal yang bisa menyebabkan kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan meliputi: (a) Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya; (b) Pemborosan dalam alokasi biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen; (c) Modal yang dimiliki dengan jumlah utang-piutang yang dimiliki; (d) Utang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa mengakibatkan kerugian; (e) Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aset yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan pemegang saham atau investor. Secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro (Darsono dan Ashari, 2010:102).

7 7 Analisis Model Altman Z-score Analisis Model Altman Z-score adalah analisis yang dirancang untuk membantu memprediksi laporan keuangan, yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk demi kelangsungan usaha perusahaan jadi analisis z-score lebih cocok digunakan skala operasi perusahaan non bank (Darsono dan Ashari, 2010:110). Menurut Munawir (2012:309) bahwa analisis model Z-Score Altman memiliki berbagai macam model, yaitu: (1) Z score Original (Zo) digunakan untuk perusahaan publik memiliki prediksi 94 % setahun sebelum kebangkrutan dan dua tahun setelah kebangkrutan Rumus Z Score Altman Original (Zo): Zo = 1,2.X1 + 1,4.X2 + 3,3.X3 + 0,6.X4 + 1,0.X5; (2) Z score untuk perusahaan tertutup maupun perusahaan go publik tetapi pada variabel X4 direvisi menjadi nilai buku dari nilai pasar modal saham dan total hutang. Rumus Z Score Altman revisi (Za): Za = 0,717.X1 + 0,847.X2 + 3,10.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5 Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan pada perusahaan tersebut. Uraian masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) digunakan untuk mengukur likuiditas aset perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rumus working capital to total assets (X1) Current Ratio - Current Liabilitie s Working capital total assets Total Assets 2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) digunakan untuk mengukur keuntungan secara kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Rumus retained earning to total assets (X2) Retained Earnings Retained earnings to total assets Total Assets 3. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and taxes to total assets) digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aset perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang digunakan. Rumus earnings before interest and taxes to total assets (X3) Earnings Before Income Taxes EBIT to total assets Total Assets 4. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) digunakan untuk mengukur seberapa banyak aset perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada asetnya dan perusahaan menjadi pailit. Rumus market value equity to book value of total debt (X4) MVE to BVTD Market Value Equity Book Value of Total Debt

8 8 Pedoman pengambilan model Z-Score mengalami perkembangan dengan mengganti nilai pasar, Altman kemudian menggunakan nilai buku saham biasa dan saham preferen sebagai salah satu komponen dari X4 Book Value Equity BVE to BVTD Book Value of Total Debt 5. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rumus sales to total assets (X5) Sales Total assets turnover Total Assets Nilai kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai nilai Z di atas 1,2 maka perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya. Model tersebut kemudian bisa digunakan baik untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go-public. Perbandingan nilai skor Z kritis dan skor daerah rawan dengan model yang baru bisa dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Titik Cut-off Model Z-Score Klasifikasi Dengan nilai pasar Dengan nilai buku Tidak bangkrut JIka Bangkrut jika Z< Daerah rawan 2,99 1,81 1,81-2,99 2,90 1,20 1,20-2,90 Sumber : Hanafi (2011:657) Penelitian Terdahulu. Purwanti (2005) meneliti Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan tidak ada rasio keuangan lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan selain rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam model altman. Kartikawati (2008) meneliti Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Tujuh Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, kinerja serta membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Kesimpulan dari skripsi ini adalah PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk berada pada kondisi sehat, PT. Kalbe Farma Tbk berada pada kondisi sehat namun sempat berada pada kondisi bangkrut dan gray area. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berada pada kondisi gray area. PT Ultra Jaya Milk Tbk berada pada kondisi gray area dan sempat dikatakan bangkrut. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berada pada kondisi gray area dan sempat dikatakan bangkrut. PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kondisi keuangan yang naik turun. Secara metodologi penggunaan metode Altman Z-Score dapat mengidentifikasi keadaan suatu perusahaan.

9 9 Iflaha (2008) meneliti Analisis Financial Distress Dengan Metode Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata rasio working capital to total assets sebesar 0,101, retained earning to total assets sebesar 0,214, earning before interest and taxes to total assets sebesar 0,045, market value of equity to book value of debt sebesar 0,969 dan rata-rata rasio sales to total assets sebesar 2,103. Pada analisis Z-Score terdapat empat perushaan yang berada pada kategori sehat, satu perusahaan yang berada di grea area namun pada akhirnya bangkrut, empat perusahaan berada pada kategori bangkrut. Pada analisis trend tidak terdapat satupun perusahaan yang mengalami trend naik dan menurun, sehingga seluruh perusahaan mengalami trend fluktuatif. Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoretis serta permasalahan telah dikemukan, berikut ini digambarkan model (bagan) rerangka analisis Z-Score untuk mengetahui potensi kebangkrutan pada perusahaan Pulp and Paper. Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan seperti yang tersaji pada gambar 1 berikut ini: Industri Pulp and Paper Analisis Altman Z-Score Za = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 Kesulitan Keuangan Tidak Kesulitan Keuangan Tidak Sehat Waspada Sehat METODE PENELITIAN Kesimpulan Gambar 1 Rerangka Pemikiran Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggunakan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada masa sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya dengan berbentuk kata-kata Bungin (2008:6).

10 10 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:119). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan pulp and paper yang listed di Bursa Efek Indonesia terdiri dari PT FSW Tbk, PT S. Tbk, PT SAIP Tbk, PT TPL Tbk, PT PKTK Tbk, PT IKPP Tbk, PT AN Tbk, dan PT KBRI Tbk. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbanganpertimbangan tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap obyek yang akan diteliti (Sugiyono, 2012:126). Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Saham perusahaan pulp and paper yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama tahun ; (2) Laporan keuangan perusahaan pulp and paper tersedia di Bursa Efek Indonesia selama tahun Tabel 2 Sampel Perusahaan Pulp and Paper yang Listing di Bursa Efek Indonesia No Inisial Perusahaan 1 PT. FSW, Tbk 2 PT. S, Tbk 3 PT. SAIP, Tbk 4 PT. TPL, Tbk 5 PT. PKTK, Tbk 6 PT. IKPP, Tbk 7 PT. AN, Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia Pojok STIESIA Surabaya Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, teknik pengumpulan data melalui sumber data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan laporan keuangan perusahaan pulp and paper di Bursa Efek Indonesia Pojok STIESIA Surabaya dari tahun Satuan Kajian 1. Kebangkrutan Kebangkrutan dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya usaha yang sangat kritis (genting) dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut atau dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyabkan perusahaan mengalami kebangkrutan atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditur untuk mengurangi atau menghapus utangnya (Munawir, 2012:288) 2. Metode Z-Score Altman z-score model yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk demi kelangsungan usaha perusahaan tetapi pada variabel X4 direvisi menjadi nilai buku dari

11 11 nilai pasar modal saham dan total hutang. Rumus Z Score Altman revisi (Za) untuk perusahaan yang go public: Za = 0,717.X1 + 0,847.X2 + 3,107.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5 3. Perusahaan pulp and paper Perusahaan pulp and paper adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha industri kertas dan industri terkait dengan bidang tersebut. Perusahaan pulp and paper yang dipilih adalah perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia atau sudah go public karena data-data yang diperoleh akan lebih akurat. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam rangka memecahkan masalah. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterprestasikan data yang diperoleh sehingga memberikan keterangan yang benar dan lengkap yaitu dengan cara: 1. Melakukan perhitungan terhadap rasio keuangan pada masing-masing perusahaan. Rasio keuangan tersebut adalah: X 1 = Modal kerja/total aktiva (%) dengan rumus: Current Ratio - Current Liabilitie s Working capital total assets Total Assets X 2 = Laba ditahan/ Total aktiva (%) dengan rumus: Retained Earnings Retained earnings to total assets Total Assets X 3 = Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva (%) Earning Before Interest and Taxes EBIT to total assets Total Assets X 4 = Nilai pasar dari modal/ nilai buku utang (%) dengan rumus: Market Value Equity MVE to BVTD Book Value of Total Debt X 5 = Penjualan/total aktiva (%) dengan rumus: Sales Total assets turnover Total Assets 2. Menghitung Z-Score masing-masing perusahaan yang dijadikan obyek penelitian dengan rumus Hanafi (2011 :657): Za = 0,717.X1 + 0,847.X2 + 3,107.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5 3. Melakukan klasifikasi perusahaan berdasarkan titik cut off model Altman dengan kriteria sebagi berikut: a. Z < 1,81 = Perusahaan dalam kondisi bangkrut b. 1,81 < Z < 2,99 = Perusahaan dalam kondisi rawan bangkrut c. Z > 2,99 = Perusahaan dalam kondisi sehat 4. Membuat kesimpulan dengan berdasarkan titik cut off model Altman yang merupakan kesimpulan dari penelitian ini.

12 12 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perhitungan Metode Altman Z-Score Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan perlu memasukkann rasio-rasio keuangan kedalam model Altman yang dapat menentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan. Penerapan analisis metode Altman Z-Score pada 7 perusahaan pulp and paper yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai 2012 beserta hasil perhitungan nilai variabel X1 sampai X5 dan Z-Score pada masing-masing perusahaan. Nilai dari masing-masing variabel yang terdiri dari modal kerja/total aktiva (X1), laba ditahan/total aktiva (X2), laba sebelum pajak/total aktiva (X3), nilai pasar modal/nilai buku utang (X4), dan penjualan/total aktiva (X5). Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pulp and paper yang diperoleh dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya, maka dapat diketahui financial distress dari masing-masing perusahaan pulp and paper dengan menghitung nilai variabel X1 sampai X5 dengan penjelasan sebagai berikut: Tabel 3 Perhitungan Z-Score PT FSW Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Rp 1,680,952,250,957 Rp 1,137,863,058,240 Kewajiban Lancar Rp 2,879,319,498,802 Rp 861,199,320,481 Modal Kerja Rp(1,198,367,247,845) Rp 276,663,737,759 Saldo Laba Rp 564,484,795,423 Rp 559,192,332,553 Beban Bunga Rp 50,177,853,115 Rp 179,439,034,432 Laba Rugi Sebelum Pajak Rp 11,029,481,502 Rp 182,076,423,484 Ebit Rp (572,675,117,805) Rp 1,197,371,528,228 Total Aset Rp 5,578,334,207,456 Rp 4,936,093,736,569 Penjualan Bersih Rp 3,987,782,936,544 Rp 4,123,728,086,965 Nilai Buku Hutang Rp 3,771,344,290,709 Rp 3,134,396,282,692 Nilai Buku Saham Rp 1,238,944,393,500 Rp 1,238,944,393,500 X1 (0.215) X X3 (0.103) X X Z Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah) Berdasarkan Tabel 3 kondisi keuangan PT FSW Tbk menunjukkan penurunan dari tahun dimana, nilai Z-Score tahun 2010 sebesar 1,881, tahun 2011 menunjukkan penurunan menjadi 0,459. Rata-rata Z-Score PT FSW Tbk selama tahun adalah

13 13 0,585 dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat. Adanya penurunan nilai Z-Score pada PT FSW Tbk dikarenakan adanya penurunan modal kerja yang terdapat pada perusahaan, sedangkan kewajiban lancar menunjukkan peningkatan. Tabel 4 Perhitungan Z-Score PT S Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Rp 482,596,835,881 Rp 371,564,331,873 Kewajiban Lancar Rp 182,354,489,018 Rp 304,846,562,444 Modal Kerja Rp 300,242,346,863 Rp 66,717,769,429 Saldo Laba Rp 182,001,777,713 Rp 154,045,100,092 Beban Bunga Rp 47,300,718,124 Rp 43,067,152,253 Laba Rugi Sebelum Pajak Rp 53,663,026,543 Rp 44,417,304,471 Ebit Rp 583,207,869,243 Rp 308,247,326,245 Total Aset Rp 1,664,353,264,549 Rp 1,551,777,407,073 Penjualan Bersih Rp 1,274,793,105,314 Rp 1,189,507,920,704 Nilai Buku Hutang Rp 884,860,701,242 Rp 800,315,824,231 Nilai Buku Saham Rp 596,818,663,200 Rp 596,818,663,200 X X X X X Z Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Tabel STIESIA 5 Surabaya (diolah) Berdasarkan Tabel 4 kondisi keuangan PT S Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 1,803 menunjukkan peningkatan menjadi 2,350 tahun Rata-rata Z-Score PT S Tbk selama tahun adalah 2,076, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.

14 14 Tabel 5 Perhitungan Z-Score PT SAIP Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Rp 174,304,356,538 Rp 170,280,979,659 Kewajiban Lancar Rp 205,119,015,588 Rp 57,013,644,168 Modal Kerja Rp (30,814,659,050) Rp 113,267,335,491 Saldo Laba Rp (2,323,513,113,207) Rp (2,160,693,470,643) Beban Bunga Rp 2,804,586,446 Rp 2,818,608,326 Laba Rugi Sebelum Pajak Rp (123,394,838,206) Rp 248,901,636,605 Ebit Rp (2,474,918,024,017) Rp (1,795,705,890,221) Total Aset Rp 1,975,958,750,400 Rp 2,067,405,320,348 Penjualan Bersih Rp 245,840,318,623 Rp 357,120,210,416 Nilai Buku Hutang Rp 696,824,557,751 Rp 625,451,485,135 Nilai Buku Saham Rp 3,599,826,466,025 Rp 3,599,826,466,025 X1 (0.016) X2 (1.176) (1.045) X3 (1.253) (0.869) X X Z (2.597) (0.950) Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah) Berdasarkan Tabel 5 kondisi keuangan PT SAIP Tbk menunjukkan penurunan dari tahun dimana, nilai Z score tahun 2010 sebesar (0,950), tahun 2011 menunjukkan peningkatan juga negative menjadi (2,597). Rata-rata Z-Score PT SAIP Tbk selama Tahun adalah -1,773, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat.

15 15 Tabel 6 Perhitungan Z-Score PT TPL Tbk (dalam Ribuan Rupiah) Keterangan Aset Lancar Rp 48,010 Rp 61,987 Kewajiban Lancar Rp 65,930 Rp 53,019 Modal Kerja Rp (17,920) Rp 8,968 Saldo Laba Rp (567,722) Rp (564,594) Beban Bunga Rp 2,922 Rp 2,759 Laba Rugi Sebelum Pajak Rp (4,035) Rp 521 Ebit Rp (586,755) Rp (552,346) Total Aset Rp 314,695 Rp 320,506 Penjualan Bersih Rp 108,146 Rp 91,189 Nilai Buku Hutang Rp 125,779 Rp 141,369 Nilai Buku Saham Rp 334,361 Rp 334,355 X1 (0.057) X2 (1.804) (1.762) X3 (1.865) (1.723) X X Z (5.892) (5.539) Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah) Berdasarkan Tabel 6 kondisi keuangan PT TPL Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun dimana, nilai Z-score tahun 2010 sebesar (5,539), tahun 2011 menunjukkan peningkatan menjadi (5,892). Rata-rata Z-Score PT TPL Tbk selama Tahun adalah (5,720) dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat.

16 16 Tabel 7 Perhitungan Z-Score PT PKTK Tbk (dalam Ribuan Rupiah) Keterangan Aset Lancar Rp 327,815,305 Rp 271,268,159 Kewajiban Lancar Rp 46,152,721 Rp 28,732,816 Modal Kerja Rp 281,662,584 Rp 242,535,343 Saldo Laba Rp 248,089,835 Rp 205,957,887 Beban Bunga Rp 121,607 Rp 224,215 Laba Rugi Sebelum Pajak Rp 67,194,615 Rp 50,270,400 Ebit Rp 597,068,641 Rp 498,987,845 Total Aset Rp 365,815,749 Rp 303,899,974 Penjualan Bersih Rp 268,414,285 Rp 207,832,622 Nilai Buku Hutang Rp 18,302,522 Rp 12,720,601 Nilai Buku Saham Rp 52,016,000 Rp 52,016,000 X X X X X Z Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah) Berdasarkan tabel 7 kondisi keuangan PT PKTK Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar menunjukkan penurunan menjadi 8,106. Adanya penurunan Z-Score pada tahun 2012 dikarenakan kewajiban lancar dan nilai buku hutang menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Rata-rata Z-Score PT PKTK Tbk selama tahun adalah 8,230, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.

17 17 Tabel 8 Perhitungan Z-Score PT IKPP Tbk (Dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Rp 371,050,395 Rp 354,570,030 Kewajiban Lancar Rp 319,184,194 Rp 345,396,207 Modal Kerja Rp 51,866,201 Rp 9,173,823 Saldo Laba Rp 57,188,042 Rp 44,864,970 Beban Bunga Rp 34,515,092 Rp 32,994,415 Laba Rugi Sebelum Pajak Rp 16,747,155 Rp 16,721,865 Ebit Rp 160,316,490 Rp 103,755,073 Total Aset Rp 561,840,337 Rp 570,360,266 Penjualan Bersih Rp 621,233,560 Rp 586,317,697 Nilai Buku Hutang Rp 350,354,905 Rp 375,532,688 Nilai Buku Saham Rp 130,726,250 Rp 130,726,250 X X X X X Z Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah) Berdasarkan Tabel 8 kondisi keuangan PT. IKPP Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 1,806, tahun 2012 menunjukkan peningkatan menjadi 2,288. Rata-rata Z-Score PT IKPP Tbk selama tahun adalah 2,047, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.

18 18 Tabel 9 Perhitungan Z-Score PT. AN Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Rp 653,979,251 Rp 801,272,202 Kewajiban Lancar Rp 431,883,936 Rp 390,661,454 Modal Kerja Rp 222,095,315 Rp 410,610,748 Saldo Laba Rp 82,814,239 Rp 127,310,981 Beban Bunga Rp 5,453,293 Rp 6,959,224 Laba Rugi Sebelum Pajak Rp (19,870,330) Rp 93,648,189 Ebit Rp 290,492,517 Rp 638,529,142 Total Aset Rp 921,277,510 Rp 917,662,004 Penjualan Bersih Rp 1,264,409,623 Rp 1,361,898,489 Nilai Buku Hutang Rp 418,165,581 Rp 359,020,275 Nilai Buku Saham Rp 359,624,206 Rp 359,624,206 X X X X X Z Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah) Berdasarkan Tabel 9 kondisi keuangan PT. AN Tbk menunjukkan penurunan dari tahun dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 4,485, pada tahun 2012 menunjukkan penurunan menjadi 2,946. Adanya penurunan Z-Score selama tahun dikarenakan asset lancar, modal kerja, saldo laba, serta ebit menunjukkan penurunan. Rata-rata Z-Score PT. AN Tbk selama tahun adalah 3,715, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat. Analisis Financial Distress Berdasarkan hasil perhitungan serta analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan pulp and paper yang go public di Bursa Efek Indonesia yang digunakan sampel dalam penelitian maka dapat diketahui kondisi perusahaan sehat dan perusahaan yang mengalami financial distress dengan menggunakan metode Altman Z score dapat diketahui dari hasil perhitungan di bawah ini. 1. PT. FSW Tbk Z = 0,717 (-0,079) + 0,847 (0,1107) + 3,10(0,070) + 0,42 (0,362) + 0,99 (0,775) = 1, PT. S Tbk Z = 0,717 (0,111) + 0,847 (0,104) + 3,10(0,274) + 0,42(0,710) + 0,99(0,766) = 2, PT. SAIP Tbk Z = 0,717 (0,019) + 0,847 (-1,110) + 3,10(-1,061) + 0,42(5,461) + 0,99(0,148) = -1,775

19 19 4. PT. TPL Tbk Z = 0,717 (-0,014) + 0,847 (-1,783) + 3,10(-1,794) + 0,42(2,511) + 0,99(0,314) = -5, PT. PKTK Tbk Z = 0,717 (0,784) + 0,847 (0,667) + 3,10(1,637) + 0,42(3,465) + 0,99(0,709) = 8, PT. IKPP Tbk Z = 0,717 (0,054) + 0,847 (0,090) + 3,10(0,233) + 0,42(0,360) + 0,99(1,067) = 2, PT. AN Tbk Z = 0,717 (0,344) + 0,847 (0,114) + 3,10(0,505) + 0,42(0,931) + 0,99(1,428) = 3,713 Berdasarkan berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui kondisi perusahaan pulp and paper yang mempunyai kinerja keuangan yang baik maupun kinerja keuangan yang buruk serta memiliki kebangkrutan dengan dikelompokkan menjadi 3 kriteria sebagai berikut (Hanafi, 2011:657): 1) Jika Z > 2,99 maka tidak ada tendensi akan kesulitan keuangan memberikan penilaian bahwa perusahaan dalam keadaan sangat sehat sehingga kemungkinan kesulitan keuangan kecil terjadi; 2) Jika Z 1,81-2,99 maka perusahaan berada kondisi waspada. pada kondisi ini, perusahaan mengalami keadaan perusahaan menuju kesulitan keuangan sehingga manajemen perusahaan mengambil langkah pencegahan selanjutnya demi kelangsungan usaha perusahaan; 3) Jika Z < 1,81 maka perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress). pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah risiko keuangan tinggi yang harus ditangani manajemen perusahaan secara tepat untuk mengambil keputusan selanjutnya kelangsungan usaha perusahaan. Dari kriteria tersebut di atas maka dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan pulp and paper dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Perusahaan yang memiliki nilai Z > 2,99 antara lain: PT PKTK Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 8,359 dan PT AN Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 3,713, sehingga dua perusahaan pulp and paper tersebut dapat dikatakan sehat karena nilai Z > 2,99. Kedua perusahaan pulp and paper tersebut mempunyai kinerja keuangan yang baik selama periode penelitian, manajemen tidak mengalami kesulitan keuangan sehingga perusahaan bisa dikategorikan tidak mengalami financial distress; 2) PT PKTK Tbk dan PT AN Tbk memiliki kinerja yang baik karena modal kerja terhadap total aktiva kedua perusahaan tersebut cenderung mengalami peningkatan sehingga perusahaan dalam keadaan likuid, dimana perusahaan memiliki hutang lancar yang lebih kecil dari aktiva lancar selama 2 tahun berturut-turut. Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Terkait dengan tingkat profitabilitas kedua perusahaan tersebut dilihat dari besarnya pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aktiva menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, sehingga perusahaan dalam keadaan likuid. Tingkat aktivitas kedua perusahaan dapat dilihat dari besarnya nilai penjualan terhadap total aktiva perusahaan selama 2 tahun menunjukkan peningkatan, dengan demikian kedua perusahaan pulp and paper mampu menciptakan penjualan yang cukup untuk urusan investasi yang dimilikinya; 3) Perusahaan yang memiliki nilai Z 1,20-2,99 diantaranya PT FSW dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 1,170, diikuti PT S Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,073 dan PT IKPP dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,044 dengan demikian ketiga perusahaan pulp and paper dalam keadaan waspada. Ketiga perusahaan tersebut mempunyai kinerja keuangan yang kurang baik

20 20 selama periode penelitian, hal ini bisa diketahui dari nilai Z-Score yang berada didaerah rawan bangkrut dan daerah bangkrut atau dapat dikatakan perusahaan masuk dalam kategori waspada. Perusahaan pulp and paper yang masuk kategori waspada dikarenakan menurunnya modal kerja sedangkan kewajiban lancar menunjukkan peningkatan. Penyebab nilai Z-Score rendah ini bisa dilihat dari modal kerja yang diperoleh, antara jumlah aktiva lancar dengan utang lancar tidak terjadi keseimbangan sehingga menyebabkan modal kerja yang diperoleh bernilai negative. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi perhatian para kreditor jangka pendek, karena angka ini menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam jangka pendek, semakin kecil nilai modal kerja ini, berarti makin kecil tingkat proteksi kreditor jangka pendek dan makin kecil kepastian bahwa hutang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu. rasio likuiditas yang rendah menunjukkan kecilnya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, sehingga kemungkinan perusahaan akan kesulitan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Pada dasarnya penyebab kebangkrutan suatu perusahaan adalah tidak seimbangnya antara jumlah modal perusahaan dengan jumlah utang-piutangnya. Utang yang terlalu besar dapat mengakibatkan beban bunga yang besar dan memberatkan perusahaan. Namun piutang yang terlalu besarpun akan merugikan perusahaam, karena modal kerja yang tertanam pada piutang terlau besar akan mengakibatkan berkurangnya likuiditas perusahaan atau bahkan mengalami kesulitan keuangan; 4). Perusahaan yang memiliki nilai Z < 1,20 diantaranya adalah PT TPL Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -5,716 dan PT SAIP Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -1,775, kedua perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang tidak sehat (financial distress) karena memiliki kinerja keuangan yang buruk dan memiliki resiko mengalami kebangkrutan cukup besar. Kedua perusahaan pulp and paper yang masuk kategori tidak sehat (financial distress) adalah PT TPL Tbk dan PT SAIP Tbk karena antara jumlah modal dan hutang yang dimiliki tidak seimbang sehingga perusahaan mengalami kerugian, selain itu pendapatan yang diperoleh juga tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh manajemen, sehingga dapat mempengaruhi tingkat likuidtas. Terkait tingkat profitabilitas tidak efisien (biaya yang besar dengan pendapatan yang tidak memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian terus menerus). Kerugian yang terus menerus mengindikasikan adanya kesulitan keuangan dan menjurus pada kebangkrutan. Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah risiko keuangan tinggi yang harus ditangani manajemen perusahaan secara tepat untuk mengambil keputusan lebih lanjut agar kelangsungan usaha perusahaan dapat terjaga. Penyebab kebangkrutan pada perusahaan-perusahaan tersebut adalah antara jumlah modal dan hutang yang dimiliki tidak seimbang sehingga perusahaan mengalami kerugian, selain itu pendapatan yang diperoleh juga tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh manajemen, sedangkan salah satu penyebab kebangkrutan suatu perusahaan adalah karena adanya manajemen yang tidak baik, tidak efisien (biaya yang besar dengan pendapatan yang tidak memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian terus menerus). Kerugian yang terus menerus mengindikasikan adanya kesulitan keuangan dan menjurus pada kebangkrutan. Untuk itu Informasi kebangkrutan suatu perusahaan sangat dibutuhkan atau diperlukan banyak pihak yang tujuan utamanya untuk mengambil keputusan bagi para manajemennya masing-masing. Oleh sebab itu jika perusahaan sudah mengalami kebangkrutan dan sudah dinyatakan oleh pengadilan maka perusahaan yang bersangkutan wajib mengumumkan kebangkrutannya, dengan tujuan agar pihak-pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di Indonesia sedang gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana julie.virda@gmail.com ABSTRACT The purpose of this research is to find

Lebih terperinci

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT Yuli Kurnia Firdausia julie.virda@gmail.com Erlyana Andikasari erly.yana@gmail.com Fakultas Ekonomi, Prodi Akuntansi,

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA TUJUH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA

ANALISIS Z-SCORE DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA TUJUH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA ANALISIS Z-SCORE DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA TUJUH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA Sinta Kartikawati ( sintakartikawati@yahoo.com ) Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE

Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE Sinta Kartikawati, Iman Murtono Soenhadji, Ph.D. Undergraduate Program,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai BAB II LANDASAN TEORI A. Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB21 23210838 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan ekonomi mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Penyebab Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Menurut Supardi (2003:79) kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi laporan keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Penyebab, dan Manfaat Informasi Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Dalam kenyataannya, tidak semua perusahaan mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode ini mengkhususkan pada studi kasus. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi fungsi manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PT. KIMIA FARMA Tbk DENGAN METODE ALTMAN UNTUK PERIODE TAHUN : DINO FAJAR C.R.

ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PT. KIMIA FARMA Tbk DENGAN METODE ALTMAN UNTUK PERIODE TAHUN : DINO FAJAR C.R. ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PT. KIMIA FARMA Tbk DENGAN METODE ALTMAN UNTUK PERIODE TAHUN 2008-2012 NAMA : DINO FAJAR C.R. KELAS : 3EB03 NPM : 22210086 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 24 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi dan laba ditahan,

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing : Tri Utami Saputri : 2A214851 : S1 - Akuntansi : Dr. Renny, SE., MM LATAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin terglobalisasi perekonomian menyebabkan persainganantar perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun perusahaan syariah. Persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 financial distress merupakan proses yang mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan, sehingga perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB I Nengah Arsana, Baehaki Syakbani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram Email: arsana.inengah@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan memerlukan laporan keuangan perusahaan, Laporan keuangan yang dimaksudkan

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk.

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Arifin Hengan Ejen email: arifinhenganejen98@gmail.com Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dalam menjaga dan memaksimalkan profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dalam menjaga dan memaksimalkan profitabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki strategi-strategi manajemen keuangan yang berbeda dalam menjaga dan memaksimalkan profitabilitas perusahaan.keuntungan atau laba maksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat memiliki kebutuhan pokok harian yang harus dipenuhi, yakni berupa konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non makanan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan, baik tujuan perusahaan dalam jangka pendek maupun tujuan dalam jangka panjang. Dimana pada dasarnya tujuan utama perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT. SIANTAR TOP, TBK SIDOARJO

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT. SIANTAR TOP, TBK SIDOARJO ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT. SIANTAR TOP, TBK SIDOARJO Dita Mayangsari, Syafi i, Enny Istanti Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan yang go public akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui posisi keuangan perusahaan saat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta BAB IV ANALISA dan PEMBAHASAN 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta Anak Perusahaan Periode 2007-2011 berdasarkan Analisa Rasio Keuangan Perhitungan rasio-rasio keuangan PT. BAKRIE

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score) Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Krisis perekonomian global telah mengubah tatanan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Krisis perekonomian global telah mengubah tatanan perekonomian dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis perekonomian global telah mengubah tatanan perekonomian dunia yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007 kini mulai semakin dirasakan dampaknya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Liquidity Ratios IV.1.1 Current Ratio Rasio lancar (current ratio), dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan dalam laporan keuangan terutama disediakan dalam neraca. Posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan perkembangan perekonomian yang tinggi, maka semakin berkembang pula dunia usaha dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemenm, pemerintah, karyawan, serta pelaku pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemenm, pemerintah, karyawan, serta pelaku pasar modal. 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kondisi perekonomian saat ini, laporan keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS KINERJA BERDASARKAN MODEL KEMAPANAN. Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi kerja suatu perusahaan di

BAB II ANALISIS KINERJA BERDASARKAN MODEL KEMAPANAN. Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi kerja suatu perusahaan di BAB II ANALISIS KINERJA BERDASARKAN MODEL KEMAPANAN II.1 Kinerja Keuangan II.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi kerja suatu perusahaan di bidang keuangan ( Munawir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang cukup signifikan. Perubahan ini dapat terlihat dari adanya satu atau beberapa perusahaan yang baru berdiri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Kepailitan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profi

PENDAHULUAN Kepailitan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profi JURNAL SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2011 Butet Agrina Kurniawanti Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA Risma Ayunda Ayundarisma001@yahoo.com Dini Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah event study menurut Jogiyanto

BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah event study menurut Jogiyanto BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah event study menurut Jogiyanto (2007: 410) merupakan studi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan

Lebih terperinci

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada tahun 1997 memakan biaya fiskal yang amat mahal. Krisis tersebut telah menumbuhkan kesadaran akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, didukung dengan peluang usaha yang sangat besar membuat persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dilihat dari sudut pandang manajemen merupakan media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja keuangan perusahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Laporan Keuangan 1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Kieso (2002 : 3) adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi financial distress

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI Nur Said 20205906 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan) Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pengambilan semple pada tanggal 29 Maret sampai bulan Desember 2016 pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Kontruksi, dan Variabel Penelitian Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI Lilis Tri Jayanti lilistrijayanti@gmail.com Budhi Satrio hasta.budhisatrio@gmail.com Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu bentuk informasi untuk melihat dan menilai perkembangan kinerja perusahaan ialah laporan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN PADA PT. INDOSAT, Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN PADA PT. INDOSAT, Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN PADA PT. INDOSAT, Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013 Sutoro, Arna Suryani, Evi Adriani Abstract This research aims to identify

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi. Kegiatan akuntansi merupakan kegiatan mencatat, menganalisa, manyajikan dan menafsirkan data

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Djarwanto (2004:2), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Metode Du Pont System pada PT Intraco Penta Tbk Medan bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Ahmad Rodono & Herni (2010) Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha dewasa ini semakin maju ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang ada. Persaingan ini terjadi di dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat situasi politik ekonomi yang terjadi saat ini, perkembangan perusahaan banyak mengalami hambatan. Keadaan ini mengharuskan pimpinan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Dalam PSAK No. 1, 2012 : 1,3, dalam Denny (2014) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT PYRIDAM FARMA, TBK PERIODE

ANALISIS PENGGUNAAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT PYRIDAM FARMA, TBK PERIODE ANALISIS PENGGUNAAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT PYRIDAM FARMA, TBK PERIODE 2010-2014 YENIASARI RIZKIA BUDI 27212802 PEMBIMBING BU ISTICHANAH, SE., MMSI PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang di dalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Norma Ayu Kartika (normayu_kartika@yahoo.com) Siti Khairani (siti.khairani@mdp.ac.id) MANAJEMEN STIE MDP ABSTRAK :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang menggabungkan pemakaian mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu proses untuk mengubah bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Financial Distress. Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan. Financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi 6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengumpulkan dan memproses, termasuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan tidak hanya merugikan pihak internal perusahaan itu sendiri saja, namun banyak pihak yang akan juga dirugikan terutama

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA KOPDIT/CU. CINTA MULIA PEMATANGSIANTAR

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA KOPDIT/CU. CINTA MULIA PEMATANGSIANTAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA KOPDIT/CU. CINTA MULIA PEMATANGSIANTAR Oleh: Bernike Sinaga S1 Akuntansi Yansen Siahaan, Rosanna Purba, Jubi Abstraksi Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pengujian saja tetapi juga sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LAPORAN KEUANGAN Sebuah perusahaan yang baik sudah seharusnya membuat laporan keuangan setiap periode untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode berjalan. Laporan keuangan

Lebih terperinci