Kajian Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan Terhadap Kehilangan Hasil Cabai Selama Pengangkutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan Terhadap Kehilangan Hasil Cabai Selama Pengangkutan"

Transkripsi

1 Kajian Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan Terhadap Kehilangan Hasil Cabai Selama Pengangkutan Renny Utami Somantri 1*) dan Syahri 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan Jl. Kol. H. Barlian No. 83 Km. 6 Palembang *) Penulis untuk korespondensi: rennuta@gmail.com ABSTRAK Penurunan mutu dan kehilangan hasil cabai setelah dipanen terjadi karena proses respirasi yang terus berlangsung, sehingga cabai menjadi layu atau membusuk. Seperti produk segar hortikultura lainnya, cabai mempunyai karakteristik mudah rusak. Kerusakan ini terjadi akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis. Selama pengangkutan maupun penyimpanan cabai dapat mengalami kerusakan fisik dan fisiologis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehilangan hasil melalui penggunaan berbagai kemasan selama pengangkutan sangat beragam. Kajian dilakukan di Desa Sungai Belida, Kecamatan Lempuing, Kabupaten OKI sejak Juni-Agustus Adapun perlakuan yang diuji yakni jenis kemasan yang terdiri dari: A) kardus, B) krat plastik sedang (2208), C) krat pelastik kecil (2204), dan D) karung plastik (kontrol) yang diulang pada 3 petani. Setelah dipanen cabai disortasi untuk memisahkan buah yang rusak dan selanjutnya dimasukkan ke dalam berbagai kemasan dengan kondisi penuh. Cabai diangkut ke Laboratorium BPTP Sumsel yang berjarak sekitar 126 km untuk selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap kerusakan fisik, fisiologis dan mikrobiologis serta dikakukan analisis terhadap sifat fisik dan organoleptik buah cabai. Kerusakan cabai selama pengangkutan terendah ditunjukkan pada perlakuan kemasan kardus (A) yakni hanya sebesar 23,6% jauh lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yakni sebesar 35,8%. Kemasan kardus mampu menekan susut bobot buah cabai selama pengangkutan, dimana bobot 100 buah cabai yakni 362,80 g lebih tinggi dibandingkan kontrol yakni 349,09 g. Selain itu, sifat warna dan tekstur buah cabai yang dikemas dengan kardus relatif lebih mampu dipertahankan dibandingkan dengan penggunaan kemasan lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kemasan kardus mampu menekan kerusakan fisik mekanis, fisiologis maupun mikrobiologis selama proses pengangkutan. Kata kunci: cabai, kehilangan hasil, kemasan, pengangkutan. PENDAHULUAN Cabai merupakan produk hortikultura yang mudah rusak sehingga tidak dapat disimpan untuk waktu yang lama. Jika tidak didistribusikan segara, cabai akan mengalami kerusakan baik kualitas maupun kuantitas. Hal ini sebabkan karena kandungan airnya yang tinggi mencapai 90,09%, tumbuh dekat tanah sehingga mudah terkontaminasi mikroba dan kulitnya yang tipis sehingga mudah diserang oleh mikroba. Kerusakan ini terjadi akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis. Di Indonesia, losses hortikultura berkisar 25-40% (Muhtadi,1995). Menurut Triaji et al. (2005), selama pengangkutan dan penyimpanan cabai merah dapat mengalami kerusakan fisik dan fisiologis. Kerusakan lain pada cabai adalah pembusukan yang disebabkan oleh mikroba seperti Aspergillus flavus, Cladosporium fulvum, Collectrichum phomoides serta Fusarium sp. Wijaya et al. (2013) menyatakan rusaknya cabai merah biasanya terjadi selama proses rantai pasokan dari petani sampai dengan pedagang kecil dan konsumen yang diakibatkan masih kurang tertatanya 616

2 proses penanganan pascapanen mulai dari tingkat petani, pengepul, pedagang besar dan pedagang kecil. Selain hal tersebut, banyaknya tingkat kecacatan juga diakibatkan karena ketidaksesuaian cabai merah dengan standar nasional yang telah ditetapkan. Menurut Pangidoan et al. (2014), karena sifat yang mudah rusak inilah sehingga cara pengemasan serta transportasi menjadi titik kritis pascapanen untuk menjaga kesegaran produk pada saat didistribusikan sampai ke konsumen. Pengangkutan sangat penting mengingat jarak antara lokasi panen cabai dengan konsumen biasanya tidak dekat. Untuk memperpanjang kesegaran, biasanya pedagang memerlukan alat angkut yang cocok untuk memperlancar pemasaran. Penggunaan moda transportasi darat umum dilakukan petani sehingga harus diperhatikan bahwa produk segar harus tetap dalam kualitas terbaik dan dapat dipertahankan kondisinya selama transportasi (Sirivatanapa, 2006). Produk segar rentan terhadap kerusakan mekanis selama penanganan dan transportasi baik disebabkan oleh guncangan, getaran maupun tekanan (FAO, 2011). Hasil penelitian membuktikan bahwa 25% produk segar hilang setelah panen, terutama selama pemanenan atau transportasi dari lapangan ke pasar jika tidak dilakukan pengemasan yang baik (Techawongstien, 2006). Hal ini sejalan dengan Sutarya et al. (1995) yang menyatakan pengangkutan cabai dalam jarak lebih dari 200 km dengan kemasan karung berkapasitas 90 kg menyebabkan kerusakan hingga 20%. Pengemasan dapat mempengaruhi masa simpan cabai, dengan kandungan air yang cukup tinggi (55-85%) pada saat panen menyebabkan cabai merah memiliki tingkat kerusakan yang dapat mencapai 40% selama transportasi dan penyimpanan (Lamona et al., 2015). Menurut Walker (2010), penyimpanan cabai dengan kotak akan menghilangkan bobot sekitar 3,5% pada suhu 24 O C setiap harinya, namun hanya 0,5% jika menggunakan suhu penyimpanan 8 O C, sedangkan jika menggunakan kemasan plastik polietilen (PE), kehilangan bobotnya lebih rendah. Penggunaan keranjang bambu dalam pengangkutan yang jauh, dapat menekan susut bobot hingga 0%, tingkat kerusakan 1,30%, dan kesegaran cabai cukup baik (Hartuti dan Sinaga, 1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan karton/kardus dengan kapasitas 20 kg dapat digunakan bila dipadukan dengan karung jala yang dimasukkan ke dalam kardus berventilasi (Taufik, 2010). Seperti diketahui, sebagian besar petani cabai mengemas buah cabai menggunakan karung plastik dengan jumlah yang melebihi kapasitas simpan kemasan tersebut. Hal ini tentunya dapat berakibat pada meningkatnya risiko kerusakan buah cabai selama pengangkutan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengemasan yang baik agar kehilangan dan kerusakan buah cabai selama pengangkutan dapat ditekan. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu. Kajian dilaksanakan di Desa Sungai Belida, Kec. Lempuing, Kab. Ogan Komering Ilir dan Laboratorium BPTP Sumatera Selatan yang berjarak sekitar 126 km. Waktu pelaksanaan dari bulan Mei sampai dengan Agustus Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan dalam pengkajian ini diantaranya adalah buah cabai segar, terpal plastik ukuran 4 m x 6 m, karung plastik kapasitas 50 kg, karung jala kapasitas 25 kg, krat berukuran sedang (2208), krat berukuran kecil (2204). Alat yang diperlukan adalah timbangan kapasitas 50 kg, ember kapasitas 40 L, kamera digital. Metode Pelaksanaan. Kajian terdiri dari 4 perlakuan yang merupakan jenis kemasan yakni: A) kardus, B) krat plastik sedang (2208), C) krat pelastik kecil (2204), dan D) karung plastik (kontrol) yang diulang pada 3 petani. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut. 617

3 1) Panen. Cabai yang telah matang dipetik secara manual dan dimasukkan ke dalam ember plastik 10 L, selanjutnya buah dihamparkan pada terpal plastik ukuran 4 m x 6 m untuk dilakukan proses sortasi. 2) Sortasi. Sebelum dimasukkan ke dalam kemasan, cabai yang sudah dipetik terlebih dahulu disortasi untuk memisahkan buah yang baik dan yang rusak. Buah yang baik dengan karakteristik tidak patah, memar, maupun terkontaminasi mikroba selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan sesuai perlakuan. 3) Pengemasan dan Pengangkutan. Setiap kemasan (kardus, krat plastik sedang, krat plastik kecil dan karung plastik) diisi penuh dengan buah cabai hasil sortasi. Untuk kemasan karung plastik, karung diisi sampai penuh dengan cara dipadatkan sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan petani. Cabai yang telah dikemas ditimbang terlebih dahulu beratnya, selanjutnya dimasukkan ke dalam mobil pick up dan diangkut ke Laboratorium BPTP Sumsel yang berjarak sekitar 126 km untuk selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap kerusakan fisik dan mekanis, fisiologis dan mikrobiologis. Pengumpulan dan Analisis Data. Data yang dikumpulkan meliputi persentase kerusakan cabai akibat gangguan fisik dan mekanis, fisiologis, dan mikrobiologis. Kerusakan fisik ditandai dengan buah cabai yang tidak utuh seperti patah dan memar. Kerusakan fisiologis di antaranya adanya perubahan warna pada cabai yang diakibatkan gangguan fisiologis seperti warna coklat. Sedangkan, kerusakan mikrobiologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh mikroba yang ditandai dengan buah busuk atau menunjukkan gejala antraknosa.. Pengamatan kerusakan cabai dilakukan di Lab. BPTP Sumatera Selatan, dimana dari setiap kemasan dilakukan pemisahan antara cabai yang sehat, cacat fisik/mekanis, rusak fisiologis, dan yang terserang mikroba. Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap sifat fisik cabai berupa warna dan tekstur di Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya. Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. HASIL Persentase Kerusakan Fisik dan Mekanis Buah Cabai Selama Pengangkutan Adapun tingkat kerusakan fisik dan mekanis pada buah cabai pada berbagai jenis kemasan selama pengangkutan disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Persentase kerusakan fisik dan mekanis buah cabai Jenis Kemasan Persentase kerusakan (%) I II III Rerata Kardus 1,8 6,3 2,0 3,3 Krat sedang (2208) 4,0 2,4 1,8 2,7 Krat kecil (2204) 8,1 1,1 5,2 4,8 Karung plastik 13,5 12,6 3,9 10,0 Berdasarkan Tabel 1, kemasan krat plastik sedang (2208) mampu menekan kerusakan fisik dan mekanis buah cabai selama pengangkutan, dimana tingkat kerusakan hanya sebesar 2,7%. Persentase Kerusakan Fisiologis Cabai Adapun tingkat kerusakan fisiologis pada buah cabai pada berbagai jenis kemasan selama pengangkutan disajikan pada tabel berikut: 618

4 Tabel 2. Persentase kerusakan fisiologis buah cabai Jenis Kemasan Persentase kerusakan (%) I II III Rerata Kardus 6,3 7,4 10,0 7,9 Krat sedang (2208) 7,6 8,5 8,4 8,2 Krat kecil (2204) 7,5 6,1 14,9 9,5 Karung plastik 25,2 4,5 4,9 11,5 Tabel 2 memperlihatkan bahwa kemasan kardus relatif lebih mampu menekan kerusakan cabai yang diakibatkan gangguan fisiologis selama pengangkutan, dimana kerusakan buah cabai hanya sebesar 7,9% lebih rendah dibanding kontrol yakni mencapai 11,5%. Persentase Kerusakan Mikrobiologis Cabai Adapun tingkat kerusakan mikrobiologis pada buah cabai pada berbagai jenis kemasan selama pengangkutan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Persentase kerusakan mikrobiologis buah cabai Jenis Kemasan Persentase kerusakan (%) I II III Rerata Kardus 5,4 3,9 27,6 12,3 Krat sedang (2208) 5,7 5,7 39,3 16,9 Krat kecil (2204) 6,6 8,8 27,2 14,2 Karung plastik 6,3 24,3 12,4 14,3 Berdasarkan Tabel 3 di atas, kemasan kardus juga mampu menkean kerusakan buah cabai akibat gangguan mikrobiologis selama pengangkutan, dimana tingkat kerusakan hanya 12,3%. Kerusakan Total pada Buah Cabai Selama Pengangkutan Pengaruh berbagai jenis kemasan terhadap kerusakan buah cabai selama pengangkutan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase kerusakan buah cabai selama pengangkutan Jenis Kemasan Total Nilai kerusakan penekanan Kardus 23,6 34,2 Krat sedang (2208) 27,8 22,6 Krat kecil (2204) 28,5 20,5 Karung plastik 35,9 - Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis kemasan sangat mempengaruhi tingkat kerusakan buah cabai, dimana penggunaan kemasan kardus terbukti mampu menekan kerusakan buah cabai hingga 34,2%. Hal ini terlihat dari tingkat kerusakan yang hanya 23,6% jauh lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan karung plastik yakni mencapai 35,9%. Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Bobot Cabai selama Pengangkutan Adapun pengaruh jenis kemasan selama pengangkutan terhadap bobot cabai ditampilkan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Bobot cabai pada berbagai kemasan setelah pengangkutan Perlakuan Kardus Krat sedang (2208) Krat kecil (2204) Karung plastik Bobot 100 butir (g) 362,80 345,51 347,20 349,09 619

5 Pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa kemasan kardus mampu menekan susut bobot buah cabai selama pengangkutan, dimana bobot 100 buah cabai yakni 362,80 g lebih tinggi dibandingkan kontrol yakni 349,09 g. Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Sifat Fisik Buah Cabai selama Pengangkutan Adapun pengaruh jenis kemasan selama pengangkutan terhadap sifat fisik buah cabai yang meliputi warna dan tekstur, serta hasil uji organoleptiknya ditampilkan pada Tabel 6 berikut. 620

6 Tabel 6. Karakteristik warna dan tekstur buah cabai pada berbagai jenis kemasan selama pengangkutan. Perlakuan Warna L C H Tekstur Kardus 47,7 46,1 31,3 138,8 Krat sedang (2208) 45,0 29,2 14,5 129,1 Krat kecil (2004) 45,0 35,6 20,5 123,0 Karung plastik 43,7 37,7 13,1 139,2 Selanjutnya, dilakukan uji organoleptik terhadap beberapa karakteristik fisik tersebut, dimana hasil uji organoleptik tersebut disajikan pada Tabel berikut. Tabel 7. Hasil uji organoleptik terhadap sifat fisik cabai pada berbagai jenis kemasan setelah pengangkutan. Preferensi panelis terhadap buah cabai pada kemasan (%) Sifat Fisik Kriteria penilaian Krat Karung Kardus Krat kecil sedang plastik Warna Merah cerah Merah Merah agak gelap Merah gelap Merah kehitaman Tekstur Padat; keras/mengkel Padat Kurang padat; mulai lunak/lembek/mengering Lunak /lembek Lunak sampai keluar air/kering Penampakan keseluruhan Permukaan kulit mengkilat; mulus Kurang mengkilat; cukup mulus Agak kusam; mulai keriput; mulai busuk Kusam; keriput; busuk Sangat kusam; sangat keriput PEMBAHASAN Proses pengangkutan dapat menyebabkan meningkatnya kehilangan hasil pada sayuran termasuk cabai. Hal ini sejalan dengan Sharma dan Singh (2011) yang menyatakan kehilangan hasil produk sayuran dapat disebabkan karena fasilitas transportasi yang buruk, pengelolaan dan pasar yang buruk, atau karena penanganan pascapanen yang buruk oleh petani, pedagang dan konsumen. Verma dan Singh (2004) menambahkan total kehilangan hasil dapat mencapai 25% dari total produksi. Oleh karena itu, penanganan pascapanen mulai dari pengemasan hingga proses transportasi haruslah diperhatikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kemasan sangat mempengaruhi tingkat kerusakan buah cabai selama proses pengangkutan. Kerusakan ini disebabkan karena gangguan fisik mekanis, fisiologis dan mikrobiologis. Taufik (2010) menyatakan selama pengangkutan, cabai dapat mengalami kerusakan mekanis karena kontak dengan wadah atau dengan cabai yang lain akibat goncangan. Sementara menurut Fauzia et al. (2013), kerusakan mekanis pada buah dan sayuran segar paling banyak dihasilkan dari getaran dan tumbukan yang diterima oleh produk. Kerusakan fisiologis juga bisa terjadi akibat gangguan metabolisme dalam bahan. Proses respirasi yang masih berlangsung dalam cabai yang ditumpuk menghasilkan H 2 O, CO 2, dan energi dalam bentuk panas. Jika panas yang 621

7 dihasilkan berlebihan akan mengakibatkan cabai menjadi layu, respirasi makin cepat, dan jaringan sel mati. Kemasan karung plastik yang biasa digunakan oleh petani menyebabkan kerusakan buah cabai semakin besar. Penggunaan kemasan kardus terbukti mampu menekan kerusakan buah cabai dibanding penggunaan kemasan lainnya, dimana tingkat kerusakan buah cabai hanya 23,6%, lebih rendah dibanding penggunaan karung plastik yakni 35,9%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Sutarya et al. (1995) yang menyatakan pengemasan cabai yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil selama pengangkutan. Menurutnya, pengangkutan cabai dalam jarak lebih dari 200 km dengan kemasan karung berkapasitas 90 kg menyebabkan kerusakan hingga 20%. Waluyo (1990) menambahkan bahwa kerusakan fisik buah-buahan selama proses transportasi dipengaruhi oleh varietas buah, jenis kemasan, pola susunan buah dalam kemasan dan lama transportasi. Pengaruh jenis kemasan selama proses pengangkutan juga terlihat pada perubahan bobot buah cabai, dimana perubahan bobot cabai dapat ditekan dengan adanya penggunaan kemasan kardus. Bobot cabai pada kemasan kardus yakni 362,80 g lebih besar dibanding karung plastik yang hanya 349,09 g. Hal ini diduga karena kemasan kardus dapat meminimalisir adanya gesekan antar buah, selain itu adanya sirkulasi udara dalam kemasan kardus diduga dapat menekan risiko serangan mikroorganisme pada buah cabai. Getaran yang terjadi selama transportasi mengakibatkan gesekan antar cabai dengan cabai serta cabai dengan kemasan besar sehingga terjadi memar pada cabai, hal tersebut akan memicu terjadinya susut bobot dan memperpendek umur simpan (Pangidoan et al. 2013; Purwadaria 1992). Luka dan memar memicu peningkatan respirasi dan transpirasi senyawa kompleks yang terdapat dalam sel, seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul sederhana seperti CO 2 dan air yang mudah menguap sehingga cabai mengalami susut bobot (Wills et al., 1998). Penggunaan kemasan kardus juga terbukti mampu mempertahankan warna maupun tekstur cabai sehingga masih dapat diterima konsumen. Perubahan warna pada cabai terjadi akibat adanya sintesis dari pigmen tertentu, seperti karatenoid dan flavonoid, disamping terjadinya perombakan klorofil (Nurdjannah, 2014). Namun, jika dilihat dari hasil preferensi panelis terhadap parameter warna menunjukkan bahwa buah cabai yang dikemas dengan kardus maupun karung plastik masih memiliki warna yang merah cerah. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pangidoan et al. (2014) yang menyatakan perubahan warna pada cabai merah tidak terlalu dipengaruhi oleh jenis kemasan, hal tersebut disebabkan karena cabai termasuk buah non-klimakterik sehingga fase pemasakan karena proses respirasi akan berjalan lambat. Berdasarkan hasil ini tentunya diperoleh gambaran bahwa jenis kemasan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan buah cabai baik yang disebabkan oleh gangguan fisik mekanis, fisiologis maupun mikrobiologis. Penggunaan kemasan yang tepat seperti kemasan kardus terbukti mampu menekan kerusakan buah cabai oleh faktor-faktor tersebut sehingga susut bobot buah cabai selama pengangkutan juga dapat dikurangi. KESIMPULAN DAN SARAN Kerusakan cabai selama pengangkutan dapat ditekan melalui penggunaan kemasan kardus, dimana kerusakan hanya sebesar 23,6% jauh lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yakni sebesar 35,8%. Kemasan kardus juga mampu menekan susut bobot buah cabai selama pengangkutan, dimana bobot 100 buah cabai yakni 362,80 g lebih tinggi dibandingkan kontrol yakni 349,09 g. Selain itu, warna dan tekstur buah cabai yang dikemas dengan kardus lebih mampu dipertahankan dibandingkan dengan penggunaan kemasan lainnya. 622

8 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Program SMARTD Balitbangtan Kementerian Pertanian atas pendanaan melalui Program Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Spesifik Lokasi (KKP3SL) Tahun Anggaran DAFTAR PUSTAKA Fauzia, K., M. Lutfi, C.L. Hawa Penentuan tingkat kerusakan buah alpukat pada posisi pengangkutan dengan simulasi getaran yang berbeda. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 1(1): Hartuti, N. dan R.M. Sinaga Pengaruh jenis dan kapasitas kemasan terhadap mutu cabai dalam pengangkutan. Buletin Penelitian Hortikultura 3(2): Iswari, A dan Srimaryati Pengaruh giberelin dan jenis kemasan untuk menekan susut cabai kopay selama pengangkutan jarak jauh. Jurnal Pascapanen 11(2): Lamona, A., Y.A. Purwanto, Sutrisno Pengaruh jenis kemasan dan penyimpanan suhu rendah terhadap perubahan kualitas cabai merah keriting segar. Jurnal Keteknikan Pertanian 3(2): Muhtadi, D., Anjarsari, B. Prosiding Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Sayuran. Nurdjannah, R Perubahan Kualitas Cabe Merah dalam Berbagai Jenis Kemasan selama Penyimpanan Dingin [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, IPB. Pangidoan, S., Sutrisno, Y.A. Purwanto Simulasi transportasi dengan pengemasan untuk cabai merah keriting segar. JTEP ISSN Vol.27 April Pangidoan, S., Sutrisno, Y.A. Purwanto Transportasi dan simulasinya dengan pengemasan curah untuk cabai keriting segar. Jurnal Keteknikan Pertanian 28(1): Pantastico, E.R.B Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Purwadaria, H.K Sistem Pengangkutan Buahbuahan dan Sayuran. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor Sharma, G. and S.P. Shingh Economic Analysis of Post-harvest Losses in Marketing of Vegetables in Uttarakhand. Agricultural Economics Research Review 24: Sirivatanapa S Packaging and Transportation of Fruits and Vegetables for Better Marketing. APO 2006 ISBN Sutarya, R., G. Grubben, dan H. Sutarno Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada Univ. Press bekerja sama dengan Prosea dan Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Taufik, M Analisis pendapatan usahatani dan penanganan pasca panen cabai merah. Jurnal Litbang Pertanian 30(2):

9 Techawongstien S Postharvest Management of Fruit and Vegetables in the Asia- Pacific Region Thailand. Asian Productivity Organization 2006 ISBN Verma, A. and Singh, K.P An economic analysis of post-harvest losses in fresh vegetables. Indian Journal of Agricultural Marketing 18(1): Waluyo, S. B Pengkajian Dampak Getaran Mekanik Pengangkutan Truk terhadap Jeruk dalam Kemasan. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wills R, Mcglasson B, Graham D, Joyce D Post Harvest : An Introduction to the Physiology and Handling on Fruits and Vegetable. Australia (AU) : NSW Pr Limited. 624

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

Transportasi dan Simulasinya dengan Pengemasan Curah untuk Cabai Keriting Segar

Transportasi dan Simulasinya dengan Pengemasan Curah untuk Cabai Keriting Segar Technical Paper Transportasi dan Simulasinya dengan Pengemasan Curah untuk Cabai Keriting Segar Transportation and Its Simulation with Bulky Packaging for Fresh Curly Chili Sandro Pangidoan, Mahasiswa

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis penelitian, dan (7) Tempat dan waktu penelitian. memperhatikan teknik pengemasan dan suhu penyimpanan (Iflah dkk, 2012).

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis penelitian, dan (7) Tempat dan waktu penelitian. memperhatikan teknik pengemasan dan suhu penyimpanan (Iflah dkk, 2012). I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, (6) Hipotesis penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

Rancangan Wadah Buah Tomat Untuk Menahan Getaran Selama Transportasi Berbahan Eceng Gondok dan Pelepah Pisang

Rancangan Wadah Buah Tomat Untuk Menahan Getaran Selama Transportasi Berbahan Eceng Gondok dan Pelepah Pisang Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787 Rancangan Wadah Buah Tomat Untuk Menahan Getaran Selama Transportasi Berbahan Eceng Gondok dan Pelepah Pisang Ida Ayu Widhiantari 1 *, Sandra Malin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

Penentuan Tingkat Kerusakan Buah Alpukat pada Posisi Pengangkutan Dengan Simulasi Getaran yang Berbeda

Penentuan Tingkat Kerusakan Buah Alpukat pada Posisi Pengangkutan Dengan Simulasi Getaran yang Berbeda Penentuan Tingkat Kerusakan Buah Alpukat pada Posisi Pengangkutan Dengan Simulasi Getaran yang Berbeda Khusna Fauzia*, Musthofa Lutfi, La Choviya Hawa Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah apel fuji sun moon di Hypermart Gorontalo. Tahapan sortasi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCAPANEN

PENANGANAN PASCAPANEN 43 PENANGANAN PASCAPANEN Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS

TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS Dr.Y. Aris Purwanto Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor arispurwanto@gmail.com 08128818258 ... lanjutan Proses penanganan buah yang baik

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN 81-71 PENGARUH JENIS KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP UMUR SIMPAN DAN MUTU BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) PADA SIMULASI TRANSPORTASI (Effects of

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil

Lebih terperinci

PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok. 1.. Pengangkutan

PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok. 1.. Pengangkutan PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok 1.. Pengangkutan I. Latar Belakang Pengangkutan merupakan mata rantaipenting dalam penanganan pascapanen dan Pada tahap ini transportasi memiliki peranan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN

KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN Desy Nofriati 1, Renie Oelviani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan serta memahami teknologi penanganan pasca panen

Lebih terperinci

PENGARUH NATRIUM BISULFIT, PELAPISAN LILIN DAN PENGEMASAN. TERHADAP SIFAT CABAI MERAH ( Capsicum annuum L) SELAMA UMUR SIMPAN 15 HARI

PENGARUH NATRIUM BISULFIT, PELAPISAN LILIN DAN PENGEMASAN. TERHADAP SIFAT CABAI MERAH ( Capsicum annuum L) SELAMA UMUR SIMPAN 15 HARI PENGARUH NATRIUM BISULFIT, PELAPISAN LILIN DAN PENGEMASAN TERHADAP SIFAT CABAI MERAH ( Capsicum annuum L) SELAMA UMUR SIMPAN 15 HARI Oleh : Nataliningsih Abstrak Cabai merah ( Capsicum annuum L) merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Oleh : YOLIVIA ASTRIANIEZ SEESAR F14053159 2009 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan salah satu produk hortikultura. Jagung manis memiliki laju respirasi yang tinggi sehingga mudah mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

KAJIAN PENYIMPANAN DINGIN BUAH MANGGIS SEGAR (Garcinia Mangostana L.) DENGAN PERLAKUAN KONDISI PROSES PENYIMPANAN 1

KAJIAN PENYIMPANAN DINGIN BUAH MANGGIS SEGAR (Garcinia Mangostana L.) DENGAN PERLAKUAN KONDISI PROSES PENYIMPANAN 1 KAJIAN PENYIMPANAN DINGIN BUAH MANGGIS SEGAR (Garcinia Mangostana L.) DENGAN PERLAKUAN KONDISI PROSES PENYIMPANAN 1 Sutrisno 2, Ida Mahmudah 3, Sugiyono 4 ABSTRAK Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu produk hortikultura Indonesia yang memiliki nilai ekonomis penting. Cabai termasuk ke dalam salah satu di antara

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD

APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD (CSAM) DALAM DISTRIBUSI SAWI PAKCOY (Brassica rapa L) DARI PETANI DI KECAMATAN BATURITI KE PENGECER Putu Eka Suwarjana 1, I.G.A Lani Triani 2, Bambang Admadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. adalah jenis tanaman yang hidup baik pada daerah tropis dan wilayah iklim sedang. Di daerah tropis terong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penentuan waktu hydrocooling dan konsentrasi klorin optimal untuk pak choi Tahap precooling ini dilakukan untuk menentukan kombinasi lama hydrocooling dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh:

LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh: LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh: Fitya Shabrina (H34140041) Dosen Kuliah : Dr. Ir. Burhanuddin, MM Ir. Wahyu Budi

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA KEMASAN KARDUS DAN KERANJANG PLASTIK SANDRO PANGIDOAN

SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA KEMASAN KARDUS DAN KERANJANG PLASTIK SANDRO PANGIDOAN SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA KEMASAN KARDUS DAN KERANJANG PLASTIK SANDRO PANGIDOAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 214 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Emmy Darmawati 1), Gita Adhya Wibawa Sakti 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Mentimun Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan atau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan secara langsung

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI ISSN : X, Vol 5, No 1, Maret 2017 (12-20)

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI ISSN : X, Vol 5, No 1, Maret 2017 (12-20) APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD (CSAM) DALAM DISTRIBUSI KUBIS (Brassica oleraceae var. capitata) DARI PETANI DI KECAMATAN PETANG KE PENGECER. I Gede Budiastra 1, I.G.A Lani Triani 2, Amna Hartiati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Diperkirakan jumlah kerusakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal cold chaín Perubahan laju produksi CO 2 pada wortel terolah minimal baik pada wortel utuh (W1) maupun irisan wortel (W2) pada penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Buah jambu biji dapat dipanen dengan melihat ukuran, bentuk, dan perubahan warna buah. Setelah buah mulai berubah warna menjadi hijau lebih pucat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.)

Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.) Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.) 1* Ratna, 1 Syahrul, 1 Aulia Firdaus 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN PENGARUH PELILINAN BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) SELAMA PENYIMPANAN (Effect of Mangosteen Waxing during Storage) Sugiyono 1, Sutrisno 2, Bianca Dwiarsih 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TANAMAN SAYURAN DAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas mentimun yang berdaya

Lebih terperinci

Upaya Mengurangi Tingkat Kerusakan Buncis Pada Proses Transportasi

Upaya Mengurangi Tingkat Kerusakan Buncis Pada Proses Transportasi Naskah diterima : 15 Maret 2010 A R T I K E L Upaya Mengurangi Tingkat Kerusakan Buncis Pada Proses Transportasi Emmy Darmawati Institut Pertanian Bogor Dramaga Bogor ABSTRAK Sumber pangan selain padi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Pisang Ambon Kuning Pada simulasi transportasi pisang ambon, kemasan yang digunakan adalah kardus/karton dengan tipe Regular Slotted Container (RSC) double flute

Lebih terperinci

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui prinsip penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui tujuan penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Jumlah produksi (ton) Jawa Barat Lampung Sumatera

TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Jumlah produksi (ton) Jawa Barat Lampung Sumatera II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Nanas Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L.) Merr.). Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang beranekaragam dan melimpah. Beberapa jenis buah yang berasal dari negara lain dapat dijumpai dapat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN Oleh : Usman Ahmad Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu Rendah Terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah Keriting Segar

Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu Rendah Terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah Keriting Segar , Oktober 2015 Tersedia online OJS pada: Vol. 3 No. 2, p 145-152 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 DOI: 10.19028/jtep.03.2.145-152 Technical Paper Pengaruh Jenis

Lebih terperinci

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Banyumas, Kebumen dan Boyolali. Pemilihan sample pada keempat lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia sia dalam ciptaan Nya. Manusia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis umbi-umbian banyak terdapat di Indonesia. Salah satu jenis umbi yang dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi dengan masa panen

Lebih terperinci

PENGKAJIAN MUTU FISIKOKIMIA BUAH SAWO SUKATALI ST1 (MANILCARA ZAPOTE L.) SELAMA PENYIMPANAN. Kampus IPB Darmaga Bogor 16680,

PENGKAJIAN MUTU FISIKOKIMIA BUAH SAWO SUKATALI ST1 (MANILCARA ZAPOTE L.) SELAMA PENYIMPANAN. Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, PENGKAJIAN MUTU FISIKOKIMIA BUAH SAWO SUKATALI ST1 (MANILCARA ZAPOTE L.) SELAMA PENYIMPANAN Sutrisno 1, Ismi M. Edris 2, Sugiyono 3 1) Staf Pengajar Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

Anang Suhardianto FMIPA Universitas Terbuka. ABSTRAK

Anang Suhardianto FMIPA Universitas Terbuka. ABSTRAK ANALISIS PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK CAISIN DENGAN PERLAKUAN PENGATURAN SUHU DIMULAI DARI SESAAT SETELAH PANEN, SELAMA PENGANGKUTAN, HINGGA SETELAH PENYIMPANAN *) Anang Suhardianto FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian dengan topik Pengaruh Perlakuan Pengemasan Belimbing (Averrhoa carambola L) dengan Penggunaan Bahan Pengisi terhadap Mutu Fisik Belimbing selama Transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang Cavendish memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya karbohidrat, antioksidan,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI PENGARUH BERBAGAI JENIS KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN MUTU FISIK MENTIMUN (Cucumis sativus L.) SELAMA TRANSPORTASI Oleh : ERY SUCIARI KUSUMAH F14102081 2007 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,

Lebih terperinci