PENGARUH NATRIUM BISULFIT, PELAPISAN LILIN DAN PENGEMASAN. TERHADAP SIFAT CABAI MERAH ( Capsicum annuum L) SELAMA UMUR SIMPAN 15 HARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH NATRIUM BISULFIT, PELAPISAN LILIN DAN PENGEMASAN. TERHADAP SIFAT CABAI MERAH ( Capsicum annuum L) SELAMA UMUR SIMPAN 15 HARI"

Transkripsi

1 PENGARUH NATRIUM BISULFIT, PELAPISAN LILIN DAN PENGEMASAN TERHADAP SIFAT CABAI MERAH ( Capsicum annuum L) SELAMA UMUR SIMPAN 15 HARI Oleh : Nataliningsih Abstrak Cabai merah ( Capsicum annuum L) merupakan komoditi sayuran yang mudah busuk setelah dipetik, proses fisiologis yang terjadi serta kandungan air yang tinggi menyebabkan cabai merah mudah mengalami kerusakan sehingga daya simpannya sangat pendek. Senyawa sulfit dapat digunakan sebagai zat antimikrobia, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengemasan dan pelilinan merupakan salah satu cara menghambatkan peristiwa respirasi dan transpirasi sehingga cabai tidak mudah masak dan keriput. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Natrium bisulfit, pelapisan lilin dan pengemasan dalam memperpanjang umur simpan cabai merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah ( Split Plot Design) dengan Rancangan Dasar yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Perlakuan yang diterapkan untuk perlakuan utama konsentrasi Natrium bisulfit terdiri 2 taraf yaitu N0, tanpa natrium bisulfit sedangkan N1, menggunakan natrium bisulfit dengan konsentrasi 0,2 %, sub perlakuan adalah pelapisan lilin dan pengemasan yaitu L0 = tanpa pelilinan dan L1 = menggunakan lapisan lilin dengan konsentrasi 6 %, perlakuan K0 = tanpa dikemas dan K1 = dikemas dengan film PVC (Cling Wrap Four Roses). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan Natrium bisulfit 0,2 %, dapat menekan pertumbuhan mikroba sampai 15 hari, lapisan lilin 6 % dapat menekan respirasi dan memperpanjang umur simpan selama 15 hari, penggunaan kemasan dapat menekan susut bobot, menekan pertumbuhan mikroba serta menghindari terjadinya kekeriputan sebesar 19,7145 % sampai hari ke 15. Kesimpulan Natrium bisulfit dapat mempertahankan cabai sehat sampai hari ke 15, penggunaan pelilinan dapat meminimalkan susut bobot dan kekeriputan sampai hari ke 15, penggunaan kemasan dapat menekan susut bobot, meningkatkan jumlah cabai yang sehat dan menghambat kekeriputan cabai merah sampai umur simpan 15 hari. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merah ( Capsicum annuum L) telah banyak dikenal orang sebagai salah satu hasil dari komoditi hortikultura yang mempunyai banyak kegunaan, baik untuk keperluan rumah tangga maupun kebutuhan industri. Produksi cabai merah yang tinggi pada musim panen dan menjadi langka saat panen telah lewat menyebabkan harga cabai merah sangat 1

2 mahal. Ketidak stabilan harga cabai merah ini membuat para industri menjadi kesulitan meramalkan usaha industrinya. Masalah utama dalam pengembangan cabai adalah sifat fisiologi yang mengakibatkan cabai merah mudah rusak yaitu kandungan airnya yang tinggi mencapai 90,09 %, tumbuh dekat tanah sehingga mudah terkontaminasi mrikoba dan kulitnya yang tipis sehingga mudah diserang oleh mikroba. Kandungan air yang tinggi mengakibatkan evapotranspirasi tetap berlangsung setelah dipanen yang berdampak cabai lebih cepat keriput, respirasi yang tinggi saat dipanen menyebabkan cabai lebih cepat mengalami ripening atau matang dan dengan segera diikuti oleh proses senescense. Kerusakan lain akibat kecerobohan saat pemanenan, kerusakan mekanis atau benturan saat distribusi dapat menyebabkan luka yang selanjutnya diikuti dengan pembusukan, sehingga merugikan petani cabai merah. Berdasarkan permasalahan diatas maka diperlukan perlakuan-perlakuan yang dapat menghalangi pertumbuhan mikroba, meminimalkan proses evapotranspirasi dan meminimalkan kontak dengan oksigen sehingga proses pematangan dapat diperlambat. Identifikasi masalah Dari uraian latar belakang maka permasalahan dalam penelitian iniadalah : 1. Bagaimanakah pengaruh Natrium Metabisulfit terhadap sifat cabai merah setelah disimpan 15 hari? 2. Bagaimanakah pengaruh pelilinan terhadap sifat cabai merah setelah disimpan 15 hari? 3. Bagaimanakah pengaruh pengemasan terhadap sifat cabai merah setelah disimpan 15 hari? Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan 1. Mengetahui pengaruh Natrium Metabisulfit terhadap sifat cabai merah setelah disimpan 15 hari.. 2. Mengetahui pengaruh pelilinan terhadap sifat cabai merah setelah disimpan 15 hari.. 3. Mengetahui pengaruh pengemasan terhadap sifat cabai merah setelah disimpan 15 hari 2

3 Kegunaan penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai cara penanganan pasca panen pada produk cabai merah, sehingga cabai merah dapat mempunyai umur simpan yang lebih panjang. II. TINJAUAN PUSTAKA Cabai merah (Capsicum annum L.), merupakan tanaman perdu yang termasuk dalam tanaman setahun, termasuk rempah yang dibutuhkan dalam pengolahan makanan. Kandungan gizi cabai merah sangat rendah kecuali kandungan vit C mencapai mg tergantung varietas, tempat rumbuh serta cara budidaya. Cabai merah termasuk rempah yang merupakan sumber rasa pedas, menurut Purseglove (2003), rasa pedas pada cabai merah disebabkan karena adanya kandungan zat capsaicinoid yang terdiri dari lima komponen yaitu norhidrocapsaicin, capsaicin, bihidricapsaicin, homocapsaicin, homodihidrocapsaicin. Kepedasan cabai dapat dinyatakan dalam satuan Scoville yang diperoleh dari pengukuran sensorik kepedasan pada berbagai konsentrasi capsaicin di dalam larutan glukosa. Penentuan pemanenan adalah munculnya semburat merah, menurut Salunkhe (2004), warna merah dapat digunakan untuk menentukan saat panen bagi cabai, misalnya cabai manis ( sweet peppers) biasanya dipanen pada saat masak hijau hingga stadia merah. Cabai pedas dipanen saat buah masak (ripe) atau masak hijau tergantung penggunaan cabai dan untuk membuat sambal diindustri pengolahan makanan dipanen saat masak merah yang seragam. Warna merah menurut Purseglove (2003) disebabkan pula oleh pigmen karotenoid yang warnanya bervariasi dari kuning jingga sampai merah gelap, pendukung warna merah pada kultivar Capsaicin annum adalah capsantin dan capsorubin. Kandungan kedua komponen ini meningkat selama pemasakan buah dan mencapai maksimum pada saat buah masak merah. Cabai merah mempunyai kandungan air yang tinggi yaitu 90,09 %, masalah yang timbul saat pasca panen yaitu menyebabkan pelayuan, pengeriputan atau pembusukan. Menurut 3

4 Triaji dkk (2005), selama pengangkutan cabai merah dapat mengalami kerusakan fisik maupun fisiologis. Kerusakan fisik disebabkan oleh kontak dengan wadah atau antar masa cabai merah itu sendiri yang disebabkan oleh goncangan dan ketinggian tumpukan selama pengangkutan, kerusakan fisiologis disebabkan karena adanya gangguan proses metabolisme dalam buah cabai. Kerusakan lain pada cabai adalah pembusukan yang disebabkan oleh mikroba yang menurut Deamon ( 1997) pembusukan umumnya disebabkam oleh Aspergillus flavus, Cladosporium fulvum, Collectrichum phomoides serta Fusarium sp. Bahan pengawet kimia menurut Buckle (1995), adalah suatu bahan yang sengaja ditambahkan dalam bahan pangan dengan dosis tertentu untuk mengendalikan dan mengurangi kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh mikroba atau kerusakan kimiawi, sehingga diperoleh produk yang awet dan aman untuk dikonsumsi. Contoh bahan pengawet kimia yang sering digunakan dan dipandang aman dalam dosis yang dianjurkan antara lain asam askorbat dan natrium bisulfit. Sifat antimikrobial adalah untuk menghambat tumbuhnya mikroba baik bakteri, kapang atau ragi. Daya kerja bahan pengawet adalah mengganggu cairan nutrien dalam sel mikroba dan mengganggu keaktifan enzim-enzim yang berada dalam sel mikroba (Fenenma, 1995). Garam sulfit dalam air akan membentuk asam sulfit, ion HSO - 3 dan ion SO -2 3 yang masingmasing jumlahnya sangat dipengaruhi oleh ph atau keasaman. Sulfur dioksid dan garamgaramnya lebih efektif pada ph rendah, karena banyak terdapat asam sulfit yang tidak terdisosiasi, sehingga penetrasi ke dalam membram sel mikroba lebih besar. Pelapisan lilin merupakan salah satu cara pelapisan komoditi buah maupun sayuran dengan menggunakan emulsi lilin untuk mengganti lilin alami yang hilang selama penanganan pra panen. Menurut Wills et al ( 1991), pencucian selain menyebabkan lapisan lilin alami hilang juga memperburuk lapisan kulit permukaan sehingga mengurangi kenampakannya. Pelapisan lilin dilakukan untuk mengurangi kehilangan air dari komoditas yang dapat menyebabkan pengeriputan, mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi serta menambah mengkilapnya buah sehingga lebih menarik untuk dipasarkan, sehingga dapat memperpanjang umur kesegaran cabai. 4

5 Bahan yang biasa digunakan untuk membuat emulsi lilin adalah berbagai jenis lilin (lilin lebah) dan biasanya digunakan asam oleat dan trietanol amine sebagai pengemulsinya. Emulsi yang terjadi haruslah larut dalam air karena sisa lilin harus dapat dihilangkan oleh pencucian dengan air biasa ( Roosmani, 1997). Cara melapisi buah dengan emulsi lilin dapat dilakukan dengan mencelupkan buah ke dalam emulsi selama detik, penyemprotan, pemolesan dengan kuas serta pembusaan. Pengemasan memegang peranan penting dalam memperpanjang daya simpan komoditi hortikultura, menurut Buckle (1995), pengemasan dilakukan untuk membatasi bahan pangan terhadap keadaan normal lingkungan serta untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang dinginkan. Pengemasan dapat mencegah susut bobot komoditi yang disimpan, menjaga bahan tetap bersih dan cita rasa serta meminimalkan kerusakan selama transportasi atau pengangkutan. Plastik merupakan salah satu bahan yang sering digunakan sebagai bahan pengemas, baik komoditi segar ataupun olahan. Menurut Pantastico (1994), film PVC merupakan film yang lebih mutakhir yang banyak digunakan untuk membungkus barang-barang segar. Beberapa jenis PVC relatif mudah ditembus oleh oksigen dan uap air. Ketebalan lapisan plastik mempengaruhi daya simpan komoditi yang dikemas. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan Split Plot Design atau Rancangan Petak Terpisah, dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Sebagai main plot adalah perlakuan natrium bisulfit, sedangkan sub plot adalah perlakuan pelilinan dan pengemasan sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan, dengan ulangan sebanyak 2 kali yaitu N0 = perlakuan tanpa penanbahan natrium N1 = perlakuan dengan penanbahan natrium L0 = perlakuan tanpa pelilinan L1 = perlakuan dengan pelilinan 5

6 K0 = perlakuan tanpa kemasan K1 =perlakuan dengan pengemasan Kombinasi perlakuan : 1 N0 L0 K0 5. N1 L0 K0 2 N0 L1 K0 6. N1 L1 K0 3 N0 L0 K1 7. N1 L0 K1 4. N0 L1 K1 8. N1 L1 K1 Data yang diamati adalah persen susut bobot cabai merah, cabai yang sehat, serta tingkat kekeriputan permukaan kulit setelah disimpan selama 15 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila terjadi perbedaan yang nyata maka analisis dilanjutkan dengan Uji beda nyata jujur dengan taraf 5%. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut bobot Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan natrium bisulfit tidak berpengaruh nyata, sedangkan kombinasi pelapisan lilin dan kemasan memberikan pengaruh yang nyata, dan setelah dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur menunjukkan l1k1 ( perlakuan pelapisan lilin dan penggunaan kemasan ) adalah perlakuan terbaik. Hasil uji beda nyata jujur adalah : Tabel 1. Analisis statistik persentase susut bobot pada cabai pada hari ke 15 Sumber variasi db F hit F tabel 5% Blok 2 0,16 19,0 Main plot 1 0,04 18,51 Error a Total 5 Sub plot 3 164,55 * * 3,49 L 1 123,31** 4,75 K 1 312,05 ** 4,75 6

7 LXK 1 49,39 ** 4,75 Interaksi M X S 3 0,05 3,49 Error b Total 23 Keterangan tanda * menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan tabel diatas menunjukkan penggunaan natrium bisulfit tidak memberi pengaruh nyata terhadap susut bobot cabai merah setelah disimpan 15 hari, pelilinan memberikan pengaruh yang nyata pada persentase susut bobot cabai merah dan pengemasan memberikan pengaruh nyata pada jumlah susut bobot cabai merah setelah disimpan 15 hari. Terjadi interaksi antara pelilinan dan kemasan yang artinya dengan perlakuan main plot menunjukkan perlakuan pelilinan maupun pengemasan berpengaruh nyata dalam memperpanjang umur simpan. Hal ini terjadi karena dengan pemberian lilin dapat meminimalkan proses respirasi, demikian pula pengemasan dapat menghalangi jumlah oksigen yang masuk sehingga proses respirasi dapat dihambat. Kedua perlakuan tersebut saling berinteraksi atau saling mendukung sehingga dapat menekan susut bobot cabai merah selama penyimpanan 15 hari Perlakuan pelilinan dan pengemasan secara bersama menyebabkan proses respirasi dan transpirasi dapat diminimalkan. Hal ini dapat dipahami adanya lapisan lilin maka pori-pori cabai dapat tertutup, kemudian didukung dengan kemasan sehingga absorbsi oksigen dapat diminimalkan. Hal ini sesuai pendapat Pantastico (1999), udara dalam kemasan merupakan udara termodifikasi yang menguntungkan melalui respirasi barang yang dikemas. Pemberian natrium bisulfit pada cabai ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata, hal ini berarti bahwa pemberian natrium bisulfit tidak dapat menekan susut bobot cabai, karena natrium bisulfit tidak dapat menghambat susut bobot. 4.2 Jumlah cabai yang sehat Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan natrium bisulfit berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan kemasan memberikan pengaruh nyata pada jumlah cabai yang sehat. Cabai yang sehat adalah cabai yang tidak rusak karena pertumbuhan mikroba selama 7

8 pengemasan dan penyimpanan. Setiap periode waktu diamati tingkat kerusakan yang disebabkan oleh mikroba unutk mengetahui tingkat pengaruh perlakuan yang dilakukan. Tabel 2. Analisis statistik persentase cabai yang sehat pada hari ke 15 Sumber variasi db F hit F tabel 5% Blok 2 6,93 19,0 Main plot 1 26,62 * 18,51 Error a Total 5 Sub plot 3 16,33 * 3,49 L 1 4,50 4,75 K 1 44,34 ** 4,75 LXK 1 0,16 4,75 Interaksi M X S 3 1,16 3,49 Error b Total 23 Keterangan tanda * menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa perlakuan natrium bisulfit memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabai yang sehat, hal ini terjadi karena natrium bisulfit adalah senyawa antimicrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Dengan mencelupkan cabai merah ke dalam larutan tersebut, maka selama penyimpanan 15 hari dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba yang berdampak tingginya jumlah cabai yang sehat. Perlakuan pelilinan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabai yang sehat, sedangkan pengaruh pengemasan memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah cabai yang sehat. Tidak terjadi interaksi antara pelilinan dan pengemasan terhadap jumlah cabai yang sehat artinya hanya pengemasan yang mempengaruhi tingginya jumlah cabai yang sehat hal ini terjadi karena pengemasan dapat menghalangi masuknya oksigen sehingga pertumbuhan mikroba dapat dihambat. Oksigen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba aerob, tanpa oksigen mikroba tersebut dapat mati, dengan pengemasan jumlah oksigen yang tersedia dapat dikurangi sehingga mirkoba tidak tumbuh. 8

9 4.3 Tingkat kekeriputan Hasil analisis statistik menunjukkan pengaruh perlakuan natrium bisulfit tidak berpengaruh terhadap tingkat kekeriputan cabai merah, sedangkan perlakuan pelilinan dan pengemasan memberikan pengaruh yang sangat nyata. Terjadi interaksi antara pelilinan dan kemasan, atau pelilinan dan pengemasan secara bersama mempengaruhi kekekeriputan cabai merah. Tabel 3. Analisis statistik persentase kekeriputan cabai pada hari ke 15 Sumber variasi db F hit F tabel 5% Blok 2 4, ,0 Main plot 1 3, ,51 Error a Total 5 Sub plot 3 36,4216** 3,49 L 1 21,1980 ** 4,75 K 1 80,8765 ** 4,75 LXK 1 7,1902 * 4,75 Interaksi M X S 3 0,3693 3,49 Error b Total 23 Keterangan tanda * menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % Dari tabel di atas dapat dikatakan penggunaan natrium bisulfit tidak memberikan pengaruh terhadap kekeriputan cabai merah, hal ini terjadi karena kekeriputan terutama disebabkan oleh faktor kecepatan respirasi dari komoditi cabai merah. Kecepatan respirasi dipengaruhi oleh umur komoditi, tersedianya oksigen, serta fase fisiologi komoditi, natrium bisulfit tidak berhubungan dengan respirasi sehingga tidak berpengaruh pada tingkat kekriputan cabai merah. Penggunaan pelilinan dan kemasan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kekeriputan cabai merah setelah disimpan 15 hari. Pelilinan dapat menghalangi permukaan cabai merah kontak dengan oksigen sehingga dapat meminimalkan proses respirasi, sedangkan kemasan dapat meminimalkan jumlah oksigen yang tersedia di lingkungan cabai merah, antara 9

10 lilin dan kemasan saling mendukung sehingga terjadi interaksi yang nyata diantara kedua perlakuan yaitu mempengaruhi tingkat kekeriputan cabai merah setelah disimpan selama 15 hari. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : 1. Penggunaan natrium bisulfit sebagai antimikrobial dapat mempertahankan cabai sehat sampai 15 hari 2. Penggunaan lapisan lilin mempengaruhi jumlah susut bobot dan tingkat kekeriputan cabai merah sampai 15 hari. 3. Penggunaan kemasan dapat mempengaruhi jumlah susut bobot cabai merah, jumlah cabai yang sehat dan menghambat kekeriputan sampai hari ke 15 Saran :perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang implementasi perlakuan natrium bisulfit, pelilinan dan pengemasan pada komoditi lain. DAFTAR PUSTAKA Buckle, Ilmu pangan, Jakarta : Universitas Indonesia Deanon, Vegetable Production in Southeast Asia, Laguna : University of Philipina Press Fenenma, Food Chemistry, New york and Basel : Marcel Dekker Pantastico, Post Harvest physiologi, handling and Utilization of Tropical and subtropical Fruits and Vegetable, wesport, The AVI Publishing Company. Purseglove, 2003, Spices Volume II, New York : Longman Inc Salunkhe, 2004, Post Harvest Biotechnology of Vegetable, CRD press inc Triaji, dan Soehardi, 2005, percobaan Pengepakan dan Pengasngkutan Lombok Besar, Buletin Wills, 1991, New South Wales Australian : UNIVERSITY press Limited, Kesington : Australia Dr. Ir. Hj.Nataliningsih, MPd. Adalah Dosen Kopertis Wil IV Jabar dan Banten 10

11 11

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah merupakan salah satu jenis pangan yang sangat penting peranannya bagi tubuh kita, terlebih karena mengandung beberapa vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Buah juga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu produk hortikultura Indonesia yang memiliki nilai ekonomis penting. Cabai termasuk ke dalam salah satu di antara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan salah satu produk hortikultura. Jagung manis memiliki laju respirasi yang tinggi sehingga mudah mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh:

LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh: LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh: Fitya Shabrina (H34140041) Dosen Kuliah : Dr. Ir. Burhanuddin, MM Ir. Wahyu Budi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR KARYA ILMIAH PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR O L E H LINDA MASNIARY LUBIS DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan serta memahami teknologi penanganan pasca panen

Lebih terperinci

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan pangan dengan pengeringan Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara tropik yang sesuai untuk budidaya tanaman hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat. Seperti yang telah disebut

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH JENIS PELAPIS DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIKA DAN KIMIA BUAH STROBERI (Fragraria sp) SELAMA PENYIMPANAN

KAJIAN PENGARUH JENIS PELAPIS DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIKA DAN KIMIA BUAH STROBERI (Fragraria sp) SELAMA PENYIMPANAN KAJIAN PENGARUH JENIS PELAPIS DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIKA DAN KIMIA BUAH STROBERI (Fragraria sp) SELAMA PENYIMPANAN Oleh : Kiki Isma Agniati 123020391 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apel adalah salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Apel digemari karena rasanya yang manis dan kandungan gizinya yang tinggi. Buah apel mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Mutu dan Lama Simpan Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) ABSTRAK

Pengaruh Suhu dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Mutu dan Lama Simpan Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) ABSTRAK Jurnal AGROSWAGATI 1 (1), Maret 2013 Pengaruh Suhu dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Mutu dan Lama Simpan Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Saiduna 1) dan Oktap Ramlan Madkar 2) ABSTRAK Kematangan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Buah jambu biji dapat dipanen dengan melihat ukuran, bentuk, dan perubahan warna buah. Setelah buah mulai berubah warna menjadi hijau lebih pucat

Lebih terperinci

Kajian Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan Terhadap Kehilangan Hasil Cabai Selama Pengangkutan

Kajian Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan Terhadap Kehilangan Hasil Cabai Selama Pengangkutan Kajian Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan Terhadap Kehilangan Hasil Cabai Selama Pengangkutan Renny Utami Somantri 1*) dan Syahri 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan Jl. Kol.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) merupakan salah satu buah nonklimaterik

I. PENDAHULUAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) merupakan salah satu buah nonklimaterik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) merupakan salah satu buah nonklimaterik berkulit tipis, memiliki rasa yang manis dan menyegarkan, juga memiliki kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses respirasi setelah pemanenan. Klimakterik menghasilkan etilen lebih banyak sehingga mempercepat terjadinya

Lebih terperinci

APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS. Abstrak

APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS. Abstrak APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS Andriani Lubis 1*) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 *) andriani_loebis@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai khusus baik dari segi nilai ekonomi maupun nilai gizi. Tumbuhan

I. PENDAHULUAN. nilai khusus baik dari segi nilai ekonomi maupun nilai gizi. Tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam penting, yang memiliki nilai khusus baik dari segi nilai ekonomi maupun nilai gizi. Tumbuhan merupakan tempat terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroberi (Fragaria sp.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroberi (Fragaria sp.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroberi (Fragaria sp.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang penting di dunia, terutama untuk negara-negara berikilim subtropis. Seiring perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah dan sayuran. Buah yang berasal dari negara subtropis dapat tumbuh baik dan mudah dijumpai di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui prinsip penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui tujuan penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui jenis

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. TOMAT

TINJAUAN PUSTAKA A. TOMAT II. TINJAUAN PUSTAKA A. TOMAT Secara sistematis tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Sub Divisi : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas

Lebih terperinci

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tingkat konsumsi buah-buahan cenderung meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tingkat konsumsi buah-buahan cenderung meningkat dari tahun ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah apel (Malus sylvestris Mill) merupakan buah yang dikonsumsi masyarakat dalam keadaan segar yang biasanya dimakan langsung, dibuat jus buah dan olahan lain seperti

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN

KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN Desy Nofriati 1, Renie Oelviani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia sia dalam ciptaan Nya. Manusia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENDINGINAN (Cooling / Refrigerasi) : Adalah penyimpanan bahan pangan (Nabati/Hewani) diatas suhu titik beku tetapi kurang dari 15oC Pendinginan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

PENGARUH PELILINAN LILIN LEBAH TERHADAP KUALITAS BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum)

PENGARUH PELILINAN LILIN LEBAH TERHADAP KUALITAS BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum) JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 1 No.1 ; Agustus 2015 PENGARUH PELILINAN LILIN LEBAH TERHADAP KUALITAS BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum) FATIMAH, ERFANUR ADLHANI, DWI SANDRI Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman memiliki banyak manfaat. Selain sebagai sumber karoten yang merupakan prekursor dari vitamin A (kandungan karoten berkisar

Lebih terperinci

APLIKASI KITOSAN TERHADAP VITAMIN C PADA PAPRIKA (Capsicum annuum, L. Kultivar Edison)

APLIKASI KITOSAN TERHADAP VITAMIN C PADA PAPRIKA (Capsicum annuum, L. Kultivar Edison) APLIKASI KITOSAN TERHADAP VITAMIN C PADA PAPRIKA (Capsicum annuum, L. Kultivar Edison) Neneng Sri Mulyati 1, Pandu Sumarna 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Juanda Km 3 Indrmayu,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur yang dapat dimakan dan dapat dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penanganan pascapanen buah yang tidak tepat di lapang dapat menimbulkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penanganan pascapanen buah yang tidak tepat di lapang dapat menimbulkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pascapanen Pisang Cavendish Penanganan pascapanen buah yang tidak tepat di lapang dapat menimbulkan kerugian. Di negara-negara maju kerugian yang ditimbulkan mencapai 5 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. adalah jenis tanaman yang hidup baik pada daerah tropis dan wilayah iklim sedang. Di daerah tropis terong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola makan sehat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana al-qur an. menjelaskan dalam surat Abbasa (80) :

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola makan sehat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana al-qur an. menjelaskan dalam surat Abbasa (80) : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu jenis pangan yang disebut dalam al-qur an yang pengulangannya mencapai 33 kali, yaitu 14 kali untuk kata Hal ini menunjukkan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia, salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia, salah satunya yakni diciptakannya tumbuhan berbuah dengan berbagai jenisnya, yang kesemuanya itu telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal cold chaín Perubahan laju produksi CO 2 pada wortel terolah minimal baik pada wortel utuh (W1) maupun irisan wortel (W2) pada penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Buahnnya mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Buahnnya mengandung 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Cabai Merah Besar Tanaman buah cabai merah besar adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Buahnnya mengandung kapsaisin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengemasan merupakan proses perlindungan suatu produk pangan yang bertujuan menjaga keawetan dan konsistensi mutu. Produk yang dikemas akan memiliki masa simpan relatif

Lebih terperinci

Buah-buahan dan Sayur-sayuran

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN

TEKNOLOGI PASCA PANEN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN Oleh : TIM PENGAMPU LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016 DAFTAR ACARA PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA

Lebih terperinci