Referensi (sebagian) Pertimbangkanlah! Kompetensi Umum 11/8/2016. Akankah anda lulus dari ujian yang disebutkan terakhir itu?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Referensi (sebagian) Pertimbangkanlah! Kompetensi Umum 11/8/2016. Akankah anda lulus dari ujian yang disebutkan terakhir itu?"

Transkripsi

1 Referensi (sebagian) Oleh Max Supit Achmadi, J. (2007, April 19). Kualitas pakan ternak yang baik dan aman untuk mendukung kesuksesan usaha peternakan. Pertemuan Koordinasi Peternak Menengah/Besar, Pabrik Pakan / Distributor Obat, Pengawas Mutu Pakan dan Dinas Terkait yang Menangani Fungsi Peternakan di Jawa Tengah. Ungaran, Jawa Tengah, Indonesia: Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Achmadi, J. (2010). Penjaminan Mutu Pakan Berbasis. Semarang: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah. Dewanti-Haryadi, R. (2011, Juli 19-22). Prinsip. Training Penerapan angkatan XIV based on ISO Bogor, Jawa Barat, Indonesia: P2SDM LPPM IPB. Jamil, H. (2011, Juli 19-22). 12 Langkah Penerapan. Training Penerapan Angkatan XIV Based on ISO Bogor, Jawa Barat, Indonesia: P2SDM LPPM IPB. McKinney, L. (2011). Implementing in the Feed Industry. Grain Science and Industry. Ross-Kung, P., & Neves, P. (2003). Validation and Verification of Plans in Retail Food Establishment,. Jamaica Plain: Massachusetts Department of Public Health. 2 Pertimbangkanlah! Memperoleh nilai ujian teori dan praktikum yang tinggi selama kuliah di POLITANI merupakan sesuatu yang baik adanya, Namun memperoleh penghasilan yang tinggi sebagai akibat memanfaatkan teori dan praktikum setelah anda lulus nanti adalah JAUH LEBIH BAIK serta merupakan ujian dan nilai tertinggi yang sebenarnya. Akankah anda lulus dari ujian yang disebutkan terakhir itu? Kompetensi Umum Setelah menyelesaikan rangkaian perkuliahan dan praktikum matakuliah ini mahasiswa diharapkan akan mampu menjelaskan prinsipprinsip penjaminan mutu dan menerapkan prosedur kerja yang berkaitan dengan sistem penjaminan mutu pada suatu pabrik pakan ternak 3 4 1

2 Kompetensi Khusus Menyebutkan makna dari istilah-istilah yang terkait dengan Menyebutkan prinsip Menjelaskan keterkaitan antara penjaminan mutu pakan dan pangan Membedakan system daripada Plan Menjelaskan manfaat penerapan Mengidentifikasi informasi yang diperlukan dalam penyusunan plan ke dalam matriks plan Kompetensi Khusus Menjelaskan peran yang dapat dilakukan seorang lulusan diploma IV dalam penerapan sistem pada suatu pabrik pakan ternak Menjelaskan tentang ciri-ciri Menjelaskan tentang aspek-aspek dari kualitas pakan Menggolongkan dengan benar contohcontoh dari bahaya kimia, fisik, maupun biologis 5 6 Yang akan dipelajari Pengantar tentang Feed for food (feed quality and security) Kontrol Kualitas vs Penjaminan Kualitas Konsep Prinsip Conduct a hazard analysis Identify Critical Control Points Establish Critical limits Establish CCP monitoring requirements Establish Corrective Action Establish Verification Procedures Establish Record Keeping Procedures Diskusikan Mengapa kualitas pakan harus dikontrol? Bila anda memiliki suatu pabrik pakan, apa akibatnya jika pakan yang anda jual tidak berkualitas? Bagaimana cara anda menjaga kualitas dari pakan yang dihasilkan oleh pabrik anda kelak? Sistem bertujuan untuk mencegah daripada harus selalu melakukan pengujian laboratorium. Apa manfaatnya menurut anda? 7 8 2

3 Pengantar tentang, sejarah singkat Hazard Analysis dan Critical Control Point system awalnya dikembangkan oleh perusahan Pillsbury, National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan laboratorium Militer Amerika Serikat di Natick. Tujuan dari pengembangan sistem tersebut adalah untuk memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi para astronot di luar angkasa aman dari mikroba penyebab sakit. Jika awalnya difokuskan pada mikroba, pengembangan lebih lanjut dari sistem ini diperluas menjadi kontrol dan pencegahan bahaya dari bahan biologis (termasuk mikrobiologis), kimiawi, maupun bahaya fisik (misalnya pecahan logam, batu, kaca, dlsbgnya) 9 Beda antara pengawasan dan penjaminan mutu Pengawasan Mutu Yang diperiksa adalah mutu produk akhir Yang bertanggungjawab adalah Departemen Manufaktur dan Mutu Kesalahan-kesalahan yang timbul sukar untuk dihindarkan Mempertahankan mutu yang baik Mutu membutuhkan biaya Mutu sebagai sebuah taktik Penjaminan Mutu Yang diperiksa adalah semua tahap produksi Yang bertanggungjawab adalah seluruh komponen dalam perusahaan Kesalahan-kesalahan yang timbul mudah untuk dilacak dan dihindari Mutu ditingkatkan secara terus menerus Mutu meningkatkan keuntungan Mutu sebagai sebuah strategi (Achmadi, 2007). 10 Keterkaitan antara Perdagangan (Hewan dan) Pakan Ternak (feed) dengan Keamanan Pangan (Food Safety) Siklus Keamanan pangan (food safety) menjadi perhatian di dunia sekarang ini. Karena sebagian food berasal dari hewan dan hewan membutuhkan pakan (feed) maka keamanan pangan itu harus dimulai sejak sebelum bahan baku pangan diproses. Sebelum menghasilkan pangan asal hewani, hewan membutuhkan pakan yang berasal dari alam maupun hasil sisa pengolahan industri lainnya. Selanjutnya untuk bisa menghasilkan produk hewani yang berkualitas dibutuhkan pula bahan segar (raw material) atau bahan baku (ingredient) yang berkualitas. Dengan demikian proses itu akhirnya bisa membentuk suatu rantai persediaan (supply chain) yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Tanaman Manusia Pakan Hewan Industri

4 Keterkaitan antara Perdagangan (Hewan dan) Pakan Ternak (feed) dengan Keamanan Pangan (Food Safety) Untuk alasan itulah pakan ternak pun harus terjamin mutu/kualitasnya sebelum dapat dikonsumsi oleh ternak. Dengan kata lain sistem penjaminan mutunya harus dimulai dari pakan hingga pangan (feed for food). Sebagai bagian dari supply chain, industri pakan dan penyedia bahan bakunya juga harus bertanggung jawab terhadap keamanan pakan yang diproduksinya Sistem penjaminan mutu yang baik biasanya merupakan bagian dari syarat untuk memperoleh ijin produksi (terutama di luar negeri) Lebih daripada itu sistem penjaminan mutu yang baik dari penyedia bahan baku pakan dengan industri pakan juga akan menjamin hubungan bisnis yang saling menguntungkan Etika dan kewajiban dalam bisnis/perdagangan dan industri adalah produsen bertanggung jawab terhadap kualitas dan keamanan dari produk yang dihasilkannya Keterkaitan antara Perdagangan (Hewan dan) Pakan Ternak (feed) dengan Keamanan Pangan (Food Safety) Pemeriksaan kualitas produk akhir kurang efektif untuk mencegah timbulnya bahaya akibat pemanfaatan pakan bahkan kerugian bagi produsen (misalnya akibat produk yang tidak memenuhi standar kualitas terlampau banyak karena tidak terdeteksi sebelumnya). Penyakit zoonosis (bisa menular dari hewan kepada manusia, maupun dari manusia kepada hewan). Jika pakan yang dikirim ke suatu negara telah terkontaminasi kuman penyakit zoonosis maka negara penerima juga berpotensi mengalami kerugian akibat penyebaran penyakit zoonosis tersebut Contoh: cacing pita dan hijauan makanan ternak Patogen-patogen atau bibit penyakit yang baru muncul. Contoh: prion-bse (penyakit sapi gila) Keterkaitan antara Perdagangan (Hewan dan) Makanan Ternak dengan Keamanan Pangan (Food Safety) Bahan tambahan pakan baru, teknologi pengolahan pakan yang baru selalu muncul Pasar dunia terus berkembang dan persyaratan standar juga selalu diperbaharui. Sebagai bagian dari pasar dunia, kita (Indonesia) perlu tetapkan standar tertentu agar produk kita laku dan juga produk murahan dari luar dapat dihalangi masuk Indonesia. Produk yang baik bisa dihasilkan jika sistem penjaminan mutunya juga baik Pengantar tentang merupakan suatu sistem yang dibuat untuk mencegah munculnya bahaya keamanan pangan (pakan) dengan cara meminimalkan resiko/peluang kejadiannya. adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir (Jamil, 2011). Namun demikian harus dicatat bahwa system bukan suatu sistem yang 100% dapat menjamin keamanan pangan atau tanpa resiko sama sekali. sistem dapat diterapkan mulai dari sumber bahan pakan hingga pangan dikonsumsi. From feed to food. From Farm to Fork. Dewanti-Haryadi, Ratih,

5 Pengantar tentang Keberhasilan penerapan mensyaratkan komitmen dan tanggung jawab perusahan dan keterlibatan manajemen hingga tenaga kerja di pabrik, pendekatan dari berbagai disiplin ilmu. Misalnya: agronomi, kesehatan veteriner (hewan), biologi, mikrobiologi, produksi, kesehatan masyarakat veteriner, fisiologi, teknologi pangan, teknologi pakan, dlsbgnya. Dapat dimanfaatkan untuk proses inspeksi oleh lembaga berwenang mengatur perdagangan internasional, kesehatan masyarakat, peternakan, dlsbgnya, PLAN dan SYSTEM (Ross-Kung & Neves, 2003) adalah singkatan dari Hazard Analysis Critical Control Point adalah suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya yang nyata bagi keamanan pakan/pangan (Jamil, 2011). Plan: adalah suatu dokumen tertulis yang menjelaskan tentang prosedur formal untuk mengikuti prinsip-prinsip System: hasil dari implementasi prinsip-prinsip dalam suatu operasi yang memiliki dasar yang komprehensif (menyeluruh) dan program-program prasyarat tersedia. Suatu sistem termasuk plan dan semua program prasyarat Pengantar, ciri-ciri Aspek-aspek dari kualitas pakan Didokumentasikan dan diverifikasi (McKinney, 2011). Bukan sekedar dokumen Pendekatan yang sistematis Proaktif, bukan reaktif Upaya tim, bukan perorangan Berbasis teknik yang dapat diterima semua orang, common sense Sistem yang hidup dan dinamis Dewanti-Haryadi, Ratih, 2011 Kualitas/mutu nutrisi: mengacu pada nilai nutrisi dari pakan, misalnya kadar enerji, asam amino, vitamin, mineral, dlsbgnya Kualitas teknis: mengacu pada sifat/karakter dari pakan, misalnya ukuran, kekerasan/keempukan, kehalusan dari serbuk/bubuk, cita rasa, dllnya Emosi: mengacu pada etika dan agama, misalnya isu halal dan kosher ataupun organik Keamanan (safety): mengacu pada ketiadaan bahan atau senyawa ataupun kuman yang tidak diinginkan berada dalam pakan yang terutama dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia Ye Chreng Industrial Products,

6 Manfaat implementasi Mencegah dan mendeteksi bahan mentah atau bahan baku yang tidak aman (unsafe) sebelum masuk ke dalam sistem produksi Mencegah berkembangnya masalah menjadi lebih besar sebagai akibat peringatan awal yang dimungkinkan dari penerapan sistem Kehati-hatian atas berbagai bahaya potensial dalam suatu fasilitas (pabrik) diketahui dalam proses produksi dari berbagai produk yang dihasilkan oleh pabrik tersebut (1 fasilitas digunakan untuk banyak produk) Mengurangi jumlah produk yang ditahan atau penghancuran produk akibat tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan Mengurangi kebergantungan pada uji pada produk akhir yang bisa saja meloloskan produk yang tidak aman dilepaskan ke pasar Dewanti-Haryadi, Ratih, 2011 Istilahistilah/singkatan/glossaries : Hazards Analysis Critical Control Point CCP: Critical Control Point CP: Control Point QC= Quality control, diterjemahkan sebagai pengawasan mutu QA= Quality assurance, diterjemahkan sebagai penjaminan mutu Control: (kata kerja) melakukan tindakan yang diperlukan untuk memelihara pemenuhan kriteria yang disusun dalam Plan (Jamil, 2011). Control: (kata benda) pernyataan mengenai prosedur-prosedur pembetulan yang dianut dan kriteria yang sedang ditemukan Critical Control Point/CCP atau Titik Kendali Kritis atau Titik Kontrol Kritis (TKK) adalah suatu langkah pengendalian pada satu titik, tahapan ataupun prosedur dari suatu rangkaian proses yang dapat dilakukan dan perlu sekali diterapkan untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan pakan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima Control measure (tindakan kontrol/tindakan kendali) adalah setiap tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan bahaya keamanan pangan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima Corrective action (tindakan korektif) adalah setiap tindakan yang harus diambil apabila hasil pemantauan pada titik kontrol kritis atau titik kendali kritis (TKK/CCP) menunjukkan kehilangan kendali. (Jamil, 2011). Istilahistilah/singkatan/glossaries Istilahistilah/singkatan/glossaries Critical limit (batas kritis) adalah suatu kriteria yang memisahkan antara kondisi yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima atau nilai maksimum ataupun minimum dari suatu agen fisik, biologis ataupun kimiawi yang harus dikontrol pada suatu titik kontrol kritis (CCP) untuk mencegah, menghilangkan, atau menguranginya hingga suatu taraf/tingkat yang dapat diterima/ditolerir Deviation (deviasi/penyimpangan) adalah kegagalan untuk memenuhi batas kritis Flow diagram: adalah suatu gambaran yang sistematis dari langkah-langkah atau pekerjaan yang dipergunakan dalam produksi atau dalam menghasilkan pangan/pakan tertentu (Jamil, 2011)

7 Hazard: unsur biologis, kimiawi atau fisik pada pakan yang berpotensi menimbulkan dampak buruk pada kesehatan Hazard analysis: adalah proses pengumpulan dan penilaian informasi mengenai bahaya dan keadaan sampai dapat terjadinya bahaya, untuk menentukan yang mana berdampak nyata terhadap keamanan pakan/pangan dan dengan demikian harus ditangani dalam rencana Monitor adalah tindakan melakukan serangkaian pengamatan atau pengukuran yang terencana atas suatu parameter pengenali untuk menilai apakah titik kendali kritis tertentu masih dalam kendali atau tidak (Jamil, 2011). 25 Istilahistilah/singkatan/glossaries Istilahistilah/singkatan/glossaries Step adalah suatu titik, prosedur, operasi atau tahap dalam rantai pakan/pangan yang meliputi bahan baku dari produksi primer hingga konsumsi akhir Validasi adalah upaya memperoleh bukti bahwa unsurunsur dari plan akan efektif Verification adalah penerapan metode, prosedur, pengujian dan cara penilaian lainnya disamping pemantauan untuk menentukan kesesuaian dengan rencana Kontaminan adalah semua racun atau unsur biologis, kimiawi maupun fisik yang berpotensi menimbulkan bahaya baik yang terkandung dalam bahan pakan maupun pakan itu sendiri (Nalle, 2011). (Jamil, 2011). 26 Contoh kontaminan pakan Contoh kontaminan pakan Nalle, Nalle,

8 Contoh kontaminan pakan Contoh kontaminan pakan Nalle, Nalle, Contoh Pra syarat Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB) Penerapan sistem Preliminary Tasks 1. Assemble the team 2. Describe the feed & its distribution 3. Describe intended use & consumers 4. Develop a flow diagram 5. Verify the flow diagram 7 Principles of 1. (6) Conduct a hazard analysis 2. (7) Identify Critical Control Points 3. (8) Establish Critical limits 4. (9) Establish CCP monitoring requirements 5. (10) Establish Corrective Action 6. (11) Establish Verification Procedures 7. (12) Establish Record Keeping Procedures

9 Penerapan sistem Penjelasan selanjutnya dikompilasi terutama dari (Jamil, 2011). Tugas Awal 1. Bentuk tim 2. Deskripsikan pakan yang diproduksi dan distribusinya 3. Deskripsikan tujuan penggunaan dan konsumennya 4. Buat diagram alir (proses produksi) 5. Verifikasi diagram alir (on site) 7 prinsip dari 1. (6) Lakukan analisis bahaya (hazard) 2. (7) Identifikasi Titik Kontrol Kritis (TKK/CCP) 3. (8) Tentukan Batas Kritis (BK/CL) 4. (9) Tentukan persyaratan pengawasan TKK/CPP 5. (10) Tentukan Tindakan Korektif (TK/CA) 6. (11) Tentukan prosedur verifikasi 7. (12) Tentukan prosedur pencatatan Prasyarat penerapan yang umum Membutuhkan komitmen yang kuat dari pihak manajemen dalam upaya menyediakan produk yang aman dan membutuhkan komitmen yang sungguh dari seluruh karyawan pabrik dan supervisor/ pengawas/mandor Membutuhkan pelatihan karyawan yang memadai agar prosedur monitoring dan tindakan kontrol dilakukan sesuai ketentuan Membutuhkan waktu yang memadai dan staf yang mumpuni untuk memastikan pelaksanaan plan berjalan dengan baik Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) Preliminary Tasks; Langkah Pertama Pembentukan tim Tim terdiri dari ketua dan anggota Sebaiknya tim dibentuk dan dipilih oleh pimpinan (top manajemen) Anggotanya harus terdiri dari individu dari berbagai disiplin ilmu terkait Jika secara internal tidak ada ahli dari bidang ilmu tertentu maka dapat digunakan konsultan eksternal Sebaiknya ketua dan anggota tim memiliki pengalaman yang cukup mengenai produksi Preliminary Tasks; Langkah kedua Deskripsi Produk Jelaskan daftar jenis produk akhir yang dihasilkan yang dicakup oleh konsep, misalnya: Nama produk/nama barang/pakan Komposisi produk Cara penyimpanan Cara pengemasan Cara distribusi Perlu dipertimbangkan untuk mengelompokkan produk akhir berdasarkan karakteristik atau proses produksi yang sama menjadi satu kelompok dalam plan

10 Preliminary Tasks; Langkah ketiga Identifikasi pengguna akhir produk Jenis ternak Kelompok umur, misalnya berdasarkan umur ternak, tujuan pemberian pakan (produksi susu, pejantan, induk bunting, piglet, dll) Preliminary Tasks; Langkah keempat Pembuatan Diagram Alir Proses Produksi Disusun oleh tim Mencakup semua jenis produk dan tahapan produksi Input Process Output Preliminary Tasks; Langkah kelima Verifikasi Diagram Alir Verifikasi kesesuaian diagram alir proses produksi yang disusun tim dengan kondisi di pabrik Verifikasi semua tahapan proses produksi serta lama waktu untuk tiap proses Lakukan justifikasi (pembetulan) pada dokumen jika ada ketidak sesuaian antara diagram dengan kondisi lapangan Prinsip ; Langkah keenam Analisis Hazard/Analisa Bahaya Identifikasi semua potensi bahaya (hazards) baik biologis, kimiawi maupun fisik yang bisa muncul dalam setiap tahapan proses produksi hingga konsumen Tentukan tindakan kendali (control measures) yang perlu diambil untuk bisa kendalikan potensi bahaya yang teridentifikasi

11 Prinsip ; Langkah keenam Analisis Hazard/Analisa Bahaya Dalam identifikasi bahaya, pertimbangkan kemungkinan aspek-aspek seperti: Terdapatnya bahaya yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang hebat Evaluasi kualitas dan kuantitas bahaya yang teridentifikasi Perkembangbiakan dan daya tahan hidup dari mikroorganisme tertentu Kemampuan memproduksi toksin dari mikroorganisme tertentu Kehadiran kontaminan kiamiawi maupun fisik Prinsip ; Langkah keenam Analisis Hazard/Analisa Bahaya Tim perlu mempertimbangkan macam tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk setiap jenis bahaya Ada kemungkinan satu bahaya/hazard tertentu membutuhkan beberapa tindakan pengendalian (control measures) sekaligus untuk memastikan bahayanya bisa dikendalikan Tetapi bisa juga ada satu tindakan pengendalian yang mampu mengendalikan sejumlah bahaya sekaligus Prinsip ; Langkah ketujuh Identifikasi Titik Kontrol Kritis (TKK/CCP) Tidak semua tahapan dari proses harus diklasifikasikan sebagai TKK manakala ada potensi bahaya. Gunakan Pohon keputusan untuk membantu mengenali TKK Penentuan dengan menggunakan pohon keputusan Ada kemungkinan satu jenis bahaya terjadi pada beberapa TKK Sebaliknya ada juga kemungkinan pada satu TKK terdiri dari beberapa jenis bahaya sekaligus Prinsip ; Langkah ketujuh Identifikasi Titik Kontrol Kritis (TKK/CCP) Pohon Keputusan. Jawab pertanyaan (Ya/Tidak) dari pohon keputusan untuk membantu menentukan Titik Krontrol Kritis pada setiap tahapan proses produksi (hingga konsumen)

12 Prinsip ; Langkah ketujuh Identifikasi Titik Kontrol Kritis (TKK/CCP) Prinsip ; Langkah kedelapan Tentukan Batas Kritis (Critical Limits) Batas Kritis (BK) menentukan kriteria suatu tahapan proses dan output-nya dapat diterima atau tidak. Contoh: Jika adonan pelet harus dipanaskan hingga suhu tertentu selama waktu tertentu. Maka bila suhu dan/atau lama waktu pemanasan adonan pelet tidak dipenuhi maka berarti batas kritis tidak terpenuhi. Contoh lain: Kadar air pelet adalah tertentu. Jika kadar air dari pelet yang dihasilkan melampaui batas itu berarti Batas Kritis tidak terpenuhi. Toleransi absolut untuk bisa menjamin keamanan. Maksudnya jika fluktuasi parameter yang diukur (misalnya panas, lama waktu pemanasan dan kadar air) berada dalam rentang Batas Kritis diasumsikan mutu produk terkendali. Diluar rentang yang ditetapkan, harus ada tindakan kontrol (control measures) yang dilakukan Prinsip ; Langkah kedelapan Tentukan Batas Kritis (Critical Limits) Batas Kritis harus ditetapkan untuk setiap TKK. Biasanya diukur berdasarkan suhu, lama waktu pemasakan/pemanasan, kadar air, ph, kelembaban, tekstur, dlsbgnya. Penetapan Batas Kritis (Critical Limit) Harus dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (biasanya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan atau keinginan konsumen) Harus dapat divalidasi, makanya Harus dapat diukur Prinsip ; Langkah kesembilan Tentukan persyaratan pengawasan TKK (CPP) Pemantauan terhadap batas kritis dari suatu TKK harus merupakan kegiatan yang terjadwal untuk memastikan bahwa TKK terkendali Untuk kepentingan pemantauan maka perlu disusun: Prosedur pendeteksian TKK yang berada di luar kendali Hasil pengukuran/ pendeteksian tersebut harus dapat diverifikasi secara cepat

13 Prinsip ; Langkah kesembilan Tentukan persyaratan pengawasan TKK (CPP) Prinsip ; Langkah kesepuluh Verifikasi Diagram Alir Jika hasil pemantauan mengindikasikan adanya kecenderungan kondisi TKK tidak terkendali dengan baik maka harus dilakukan perbaikan proses Perbaikan harus dilakukan sebelum penyimpangan terjadi lagi Dokumen pemantauan harus diisi dan ditandatangani oleh pemantau/pengawas Dokumen harus selalu direview/dianalisa dan dievaluasi untuk mendeteksi secara dini kondisi diluar kendali dan untuk penetapan tindakan pengendaliannya 49 Jika prosedur pemantauan tidak dilakukan secara rutin maka frekuensi pemantauan/monitoring/pengawasan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga bisa menjamin kondisi TKK berada dalam kendali Prosedur pemantauan dalam proses produksi harus dirancang sedemikian rupa agar berlangsung secara cepat dan praktis mengingat proses produksi biasanya tidak dapat dihentikan sementara waktu hanya untuk proses pemantauan Prosedur pemantauan kontaminan mikrobiologis umumnya sulit (dan lama ujinya) sehingga dalam proses produksi cenderung dilakukan pemantauan terhadap kontaminan kimiawi dan fisik saja. 50 Prinsip ; Langkah kesebelas Tentukan Tindakan Korektif (Corrective Action) Tindakan korektif dilakukan manakala hasil pemantauan kondisi TKK mengindikasikan tidak terkendali/terkontrol/di luar kontrol/di luar Batas Kritis Tindakan korektif harus spesifik (apa yang harus dibuat bila kasus di luar kendali tertentu terjadi) dan jelas Dilakukan pada setiap TKK dimana terjadi kondisi diluar kendali Perlu ada pemberian disposisi terhadap produk yang terpengaruh Dokumentasi harus tetap dilakukan dan ditandatangi petugas yang bertanggung jawab Prinsip ; Langkah kesebelas Tentukan Tindakan Korektif (Corrective Action) Laporan tindakan koreksi perlu berisi informasi tentang: Identifikasi produk: jenis produk (product line), nomor batch, deskripsi penyimpangan yang telah terjadi, dll. Tindakan koreksi yang diambil Nama pejabat yang berwenang Hasil evaluasi terhadap tindakan tersebut

14 Prinsip ; Langkah keduabelas Penentuan Prosedur Verifikasi Tetapkan prosedur verifikasi (verifikasi=memastikan bahwa sesuatu itu betulbetul ada/terjadi atau benar adanya) Metode audit dan verifikasi mencakup prosedur pengambilan contoh secara acak dan analisa/pengujian dan dapat dipergunakan untuk menentukan apabila sistem telah berfungsi dengan baik Harus dipastikan bahwa frekuensi verifikasi harus mencukupi untuk menjamin bahwa sistem berfungsi secara efektif Verifikasi dilakukan oleh pengawas yang diberikan tanggung jawab tersebut (monitoring kinerja dan tindakan perbaikan) Prinsip ; Langkah keduabelas Penentuan Prosedur Verifikasi Jika verifikasi tidak bisa dilakukan oleh karyawan internal maka dapat dilakukan oleh ahli eksternal khususnya dari konsultan penjaminan mutu yang menguasai Kegiatan verifikasi dapat meliputi: Peninjauan kembali sistem dan catatannya Peninjauan kembali penyimpangan dan disposisi produknya Konfirmasi mengenai status TKK terkendali atau tidak Akan lebih baik lagi bila tindakan verifikasi/validasi mencakup juga tindakan-tindakan untuk memastikan plan berfungsi dengan baik Prinsip ; Langkah keduabelas Tentukan Prosedur Pencatatan/Dokumentasi Contoh dokumentasi: Dokumentasi analisa bahaya (hazards) Dokumentasi penentuan TKK (CCP) Dokumentasi penentuan Batas Kritis (CL) Contoh catatan: Kegiatan pemantauan TKK Penyimpangan dan tindakan perbaikan terkait Perubahan pada sistem Prosedur hasil verifikasi Prinsip ; Langkah keduabelas Tentukan Prosedur Pencatatan/Dokumentasi Sistem penyimpanan catatan perlu memastikan: Penemuan kembali informasi bisa secara cepat dan efektif Kemudahan dalam upaya penyebar luasan informasi kepada para karyawan Jika memungkinkan merupakan bagian yang terpadu dengan sistem operasional dimana digunakan lembar kerja, seperti invoice dan checklist untuk catatan (misalnya dalam formulir proses produksi termasuk, antara lain, data/catatan mengenai suhu)

15 Ingatlah Suatu plan (dokumen) tanpa diikuti dengan pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan perbaikan yang berkesinambungan adalah suatu kesia-siaan dalam sistem penjaminan mutu. Itu tak lebih dari dokumen atau kertas catatan belaka dan tak memiliki manfaat dalam penjaminan mutu. Sekian d an Terima Kasih Max A.J. Supit, S.Pt., GDipSc., MFoodTech. Politeknik Pertanian Negeri Kupang Kampus POLITANI Kupang, Jl. Adisucipto, Penfui-Kupang maxsupit@yahoo.com Mobile: xxx

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Standar Nasional Indonesia SNI 01-4852-1998 Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Badan Standardisasi i Nasional - BSN Standar ini merupakan adopsi secara

Lebih terperinci

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman

Lebih terperinci

PENERAPAN HACCP PADA INDUSTRI CRACKER MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: STEPHANIE HANS

PENERAPAN HACCP PADA INDUSTRI CRACKER MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: STEPHANIE HANS PENERAPAN HACCP PADA INDUSTRI CRACKER MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: STEPHANIE HANS 6103009034 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SURABAYA

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, dimana persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. Syarat-syarat makanan yang baik diantaranya

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

The Hazard Analysis and Critical Control Point System The Hazard Analysis and Critical Control Point System HACCP merupakan metode yang rasional & alamiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis

Lebih terperinci

HYGIENE DAN SANITASI KERJA. HACCP & Work Safety and Health on Food Industry

HYGIENE DAN SANITASI KERJA. HACCP & Work Safety and Health on Food Industry HYGIENE DAN SANITASI KERJA HACCP & Work Safety and Health on Food Industry Disusun oleh : Titis Budi Rahayu 5401413057 PKK S1 Tata Boga Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PABRIK PENGOLAHAN CRACKER DENGAN KAPASITAS TEPUNG TERIGU 100 KG PER HARI

PENERAPAN PRINSIP HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PABRIK PENGOLAHAN CRACKER DENGAN KAPASITAS TEPUNG TERIGU 100 KG PER HARI PENERAPAN PRINSIP HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PABRIK PENGOLAHAN CRACKER DENGAN KAPASITAS TEPUNG TERIGU 100 KG PER HARI MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH : ANITA LUGITO (6103006007) PROGRAM

Lebih terperinci

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL Oleh: TIMOR MAHENDRA N C 34101055 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan

Lebih terperinci

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

MATERI III : ANALISIS BAHAYA MATERI III : ANALISIS BAHAYA (Prinsip HACCP I) Tahap-tahap Aplikasi HACCP 1 1. Pembentukan Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Indentifikasi Konsumen Pengguna 4. Penyusunan Bagan alir proses 5. Pemeriksaan

Lebih terperinci

HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN

HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN MAKALAH Disusun guna memenuhi penugasan individu mata kuliah Hygiene, Sanitasi dan Keselamatan Kerja Disusun oleh : Nama : Aris Handoyo NIM : 5401413073 Jurusan

Lebih terperinci

HANS PUTRA KELANA F

HANS PUTRA KELANA F KAJIAN SISTEM MANAJEMEN TERPADU (ISO 9001:2000 DAN ISO 22000:2005) DI PERUSAHAAN GULA RAFINASI MELALUI MAGANG DI PERUSAHAAN JASA KONSULTASI, PREMYSIS CONSULTING, JAKARTA HANS PUTRA KELANA F24104051 2009

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Jaminan Mutu Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CV Cita Nasional merupakan salah satu industri yang bergerak pada olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat mudah terkontaminasi karena kandungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Tekn. Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Risiko Risiko merupakan ketidakpastian (risk is uncertainty) dan kemungkinan terjadinya hasil yang

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan.. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012 Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012 Issue : Kemampuan petani didalam menjamin mutu dan keamanan pangan segar yg dihasilkan relatif

Lebih terperinci

Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang

Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id Materi Sosialisasi GMP dan Keamanan Pangan 11/17/2011 1 HACCP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii xiv xx BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PENGENDALI HAMA PENYAKIT DAN MUTU IKAN

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT SKRIPSI PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUK CROISSANT DI PT. CIPTAYASA PANGAN MANDIRI PULOGADUNG JAKARTA Oleh ABDUROHMAN F02400012 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH...iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH...iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK...i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH...iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) 1 Pendahuluan Teknologi Dampak positip pengawetan peningkatan tampilan peningkatan gizi kecepatan penyajian > Dampak pengiring?? 2 Kemungkinan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam kegiatan pascapanen, sebab ikan merupakan komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk, di samping itu

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penilaian program kelayakan dasar (pre requisite program), evaluasi penerapan program Hazard Analysis Critical

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG SKRIPSI ELLYTA WIDIA PUTRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri berbasis rumah tangga yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan pangan asal ternak dan supermarket.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian menjamur. Berbagai variasi bumbu dan metode penyajian pun dapat dijumpai. Seiring dengan perkembangan jaman,

Lebih terperinci

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A.

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A. PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI INTI KELAPA SAWIT MENJADI PALM KERNEL OIL MENGGUNAKAN METODE GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) DI PT SINAR JAYA INTI MULYA Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari,

Lebih terperinci

PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC)

PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC) PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC) Company Profile: Our Product - Minyak Goreng - Margarine - Shortening

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh : PENGUKURAN PERFORMANSI MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN UNTUK MENENTUKAN CORRECTIVE & PREVENTIVE ACTION BERDASARKAN IMPLEMENTASI ISO 22000 : 2005 DENGAN MENGGUNAKAN METODE PDCA (Studi Kasus di PT. Mayora Indah

Lebih terperinci

II. QUALITY ASSURANCE DALAM FORTOFIKASI GIZI MIKRO

II. QUALITY ASSURANCE DALAM FORTOFIKASI GIZI MIKRO II. QUALITY ASSURANCE DALAM FORTOFIKASI GIZI MIKRO 2.1 Definisi Quality Assurance Memastikan kecukupan dan mutu produk-produk pangan forotifikasi untuk dikonsumsi merupakan komponen yang paling penting

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dari segi kepentingan nasional, sektor peternakan memerlukan penanganan dengan seksama karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani, gizi masyarakat, membuka lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan industri farmasi sangat penting dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

Analisa Mikroorganisme

Analisa Mikroorganisme 19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging

Lebih terperinci

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Konsumen Oleh : 1. Avida Ayu Pramesti (5402411052) 2. Rana Bella (5402411053) 3. Inayatul Munawaroh (5402411054) 4.

Lebih terperinci

Evaluasi Untuk Peningkatan Mutu dan Keamanan Proses Produksi Ikan Goreng Pada Perusahaan Katering di Semarang Melalui Penerapan Prinsip HACCP

Evaluasi Untuk Peningkatan Mutu dan Keamanan Proses Produksi Ikan Goreng Pada Perusahaan Katering di Semarang Melalui Penerapan Prinsip HACCP Evaluasi Untuk Peningkatan Mutu dan Keamanan Proses Produksi Ikan Goreng Pada Perusahaan Katering di Semarang Melalui Penerapan Prinsip HACCP Evaluation of Quality and Safety of Fried Fish Production at

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... vii. GLOSARIUM...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... vii. GLOSARIUM... i KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap

Lebih terperinci

APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN

APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES, SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN TITIK KENDALI KRITIS PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI KOPERASI PETERNAK BANDUNG SELATAN SKRIPSI DINNI RAHMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SELAKU OTORITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN MUTU SUSU PASTEURISASI

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN MUTU SUSU PASTEURISASI ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN MUTU SUSU PASTEURISASI (Studi Kasus Balai Pengembangan Perbibitan Ternak-Sapi Perah Cikole ) SKRIPSI MARIA HERLINA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan yang bergizi tinggi, sehat dan aman dapat dihasilkan bukan hanya dari bahan baku yang pada dasarnya bermutu baik, namun juga dari proses pengolahan yang

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA SKRIPSI MIRA HOTRI

KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA SKRIPSI MIRA HOTRI KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA SKRIPSI MIRA HOTRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanganan maupun pengolahan merupakan suatu cara ataupun tindakan untuk mempertahankan mutu dan kualitas bahan pangan, termasuk di sektor perikanan. Menurut data Dirjen

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR3 TAHUN2017 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETENSI KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

Parancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X

Parancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X Parancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X Glory Leuw 1*, Kriswanto Widiawan 2 Abstract: The design of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) and OPRP (Operational Pre Requisite Program) systems

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA 1 TUJUAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MEMAHAMI LATAR BELAKANG KONSEP MUTU MAHASISWA MEMAHAMI MASALAH YANG TERJADI DI MASYARAKAT MAHASISWA MEMAHAMI PENGERTIAN MUTU

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Standar Nasional Indonesia Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Food safety management system Requirements for any organization in the food chain (ISO 22000:2005,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar dalam mengulas berita tentang keamanan pangan. Ulasan berita tersebut menjadi tajuk utama, khususnya

Lebih terperinci

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH MODEL RENCANA HA (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH Produksi : ebookpangan.com 2006 1 I. PENDAHULUAN Hazard Analysis Critical Control Point (HA) adalah suatu sistem kontrol dalam

Lebih terperinci

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Manajemen Mutu Terpadu DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Biaya dan Pangsa Pasar Hasil yang diperoleh dari Pasar Perbaikan reputasi Peningkatan volume Peningkatan harga Perbaikan Mutu Peningkatan Laba Biaya yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 13 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia kuliner saat ini di Indonesia khususnya di Semarang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Jenis-jenis industri kuliner yang ada di Semarang sangat beraneka ragam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN Menurut UU RI No. 7 tahun 1996, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

Pelaksanaan Sistem Pengawasan Standart Mutu Pangan Kemasan Kripik Pisang Agung Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Di Kabupaten Lumajang JURNAL

Pelaksanaan Sistem Pengawasan Standart Mutu Pangan Kemasan Kripik Pisang Agung Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Di Kabupaten Lumajang JURNAL Pelaksanaan Sistem Pengawasan Standart Mutu Pangan Kemasan Kripik Pisang Agung Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Di Kabupaten Lumajang (Studi Implementasi Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan

Lebih terperinci

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PROGRAM DIPLOMA IPB 2012 Halaman 1 PENJABARAN DESKRIPSI GENERIK (LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pangan di era globalisasi merupakan salah satu industri yang perkembangannya cukup pesat dan berdampak besar dalam kemajuan era globalisasi itu sendiri. Pangan

Lebih terperinci

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Latar Belakang Pengembangan agroindustri memandang pengendalian mutu sangat strategis karena : Mutu terkait dengan kepuasan konsumen

Lebih terperinci

LAPORAN PELATIHAN PENYUSUNAN LEARNING OUTCOME PROGRAM STUDI

LAPORAN PELATIHAN PENYUSUNAN LEARNING OUTCOME PROGRAM STUDI LAPORAN PELATIHAN PENYUSUNAN LEARNING OUTCOME PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI S: TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN (THP) PROGRAM STUDI S: TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN (THP) PROGRAM STUDI S: TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN (THP)

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MINGGU IV PRINCIP HACCP 2 : PENENTUAN CCP

MATERI KULIAH MINGGU IV PRINCIP HACCP 2 : PENENTUAN CCP MATERI KULIAH MINGGU IV PRINCIP HACCP 2 : PENENTUAN CCP Definisi CCP : Any points or procedure in a specific food system where loss of control may result in an unacceptable health risk. Sebuah tahap atau

Lebih terperinci

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PRASYARAT DAN PERANCANGAN HACCP PLAN UNTUK PROSES PRODUKSI SATE AYAM DI SALAH SATU PERUSAHAAN KATERING DI SEMARANG

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PRASYARAT DAN PERANCANGAN HACCP PLAN UNTUK PROSES PRODUKSI SATE AYAM DI SALAH SATU PERUSAHAAN KATERING DI SEMARANG EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PRASYARAT DAN PERANCANGAN HACCP PLAN UNTUK PROSES PRODUKSI SATE AYAM DI SALAH SATU PERUSAHAAN KATERING DI SEMARANG THE EVALUATION OF PREREQUISITE PROGRAM IMPLEMENTATION AND

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa sebuah proses produksi dari

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE MODEL RENCANA HA (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE Produksi : ebookpangan.com 2006 1 I. PENDAHULUAN Hazard Analysis Critical Control Point (HA) adalah suatu sistem kontrol dalam

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Katering merupakan suatu industri jasa boga dalam melayani pemesanan makanan pada jumlah yang banyak. Pola hidup yang semakin berkembang dan serba cepat mengakibatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, \ PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2015 TENTANG PENGENDALIAN RESIDU OBAT IKAN, BAHAN KIMIA, DAN KONTAMINAN PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN KONSUMSI DENGAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PENGENDALIAN KUALITAS KEAMANAN PANGAN UKM MELALUI PENERAPAN PRINSIP HAZARD ANALYSIS & CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)

UPAYA MENINGKATKAN PENGENDALIAN KUALITAS KEAMANAN PANGAN UKM MELALUI PENERAPAN PRINSIP HAZARD ANALYSIS & CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 UPAYA MENINGKATKAN PENGENDALIAN KUALITAS KEAMANAN PANGAN UKM MELALUI PENERAPAN PRINSIP HAZARD ANALYSIS & CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)

Lebih terperinci